Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KETERKAITAN FILSAFAT ILMU DENGAN KEILMUAN


KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :

Nama : Susilawati

NIM : 2110101276

Kelas : LJ2/B4

Dosen Pengampu : Andri Nur Sholihah, SST., MKes

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN & PROFESI

BIDAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun berhasil menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya yang berjudul
“KETERKAITAN FILSAFAT ILMU DENGAN KEILMUAN
KEBIDANAN”. Tak lupa shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas (tugas ke-1) mata kuliah Filsafat Ilmu yang diampu oleh ibu Andri Nur
Sholihah, S.ST.,M.Kes. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Keterkaitan Filsafat Ilmu dengan Keilmuan Kebidanan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada ibu Andri Nur Sholihah,
S.ST.,M.Kes., selaku dosen Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang penyusun tekuni.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan penyusun nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun, para
pembaca, dan perkembangan dunia pendidikan.

Waasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 18 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
A. Pengertian Filsafat..................................................................................................4
B. Pengertian kebidanan............................................................................................6
C. Pelopor kebidanan .................................................................................................7
D. Sejarah kebidanan..................................................................................................7
E. Filosofi Bidan........................................................................................................8
F. Paradigma Kebidanan.........................................................................................9
G. Peran Bidan........................................................................................................10
BAB III PENUTUP..........................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat berasal dari kata majemuk “filos dan sophia”. Kata yang
pertama berarti cinta atau sahabat, yang kedua berarti pengetahuan
bijaksana. Philosophia berarti cinta akan pengetahuan yang benar atau
kegandrungan akan pengetahuan yang benar . Kata filsafat mengandung
banyak pengetian. Namun untuk keperluan pembahasan, filsafat diartikan
“sebagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyelur, suatu cara berpikir
mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Tidak ada sesuatu hal yang
bagaimanapun kecilnya terlepas dari pengamatan kefilsafatan. Tidak ada
suatu pernyataan yang bagaimanapun sederhana yang diterima begitu saja
tanpa pengkajian yang bsaksama. Filsafat menanyakan “ segala sesuatu
dari kegiatan berpikir dari awal sampai akhir, seperti dinyatakan oleh
Socrates, bahwa tugas filsafat yang sebenarnya bukanlah menjawab
pertanyaan, namun mempersoalkan jawaban yang diberikan (Jauhari, I.
dkk. 2020).
Filasafat melibatkan refleksi diri dan pemikiran secara rasional dan
kritis. Sebagai cabang filsafat, filsafat ilmu merupakan refleksi pemikiran
secara kritis mengenai ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu berusaha
menjelaskan berbagai persoalan apa dan bagaimana suatu konsep dan
pernyataan dapat disebut ilmiah., bagaimana pula konsep tersebut
diproduksi, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan dan serta
memanfaatkan alam melalui teknologi. Filsafat ilmu secara kritis
menelaah bagaimana cara menentukan validitas dari sebuah informasi baik
formulasi maupun penggunaan metode ilmiah, berbagai macam
penalaranyang dapat digunakan untuk memperoleh sebuah kesimpulan,
serta implikasi metode dan model ilmiah yang diterapkan terhadap ilmu
penegetahuan, baik ilmu alam maupun ilmu sosial dan implikasi terhadap
masyarakat secara sosial (muliono, 2021).
Filsafat ilmu erat berkaitan dengan apa yang disebut dengan
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi berkenaan dengan
metafisika, epistemologi berkenaan dengan teori pengetahuan atau secara
lebih spesifik bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan, aksiologi
berkenaan dengan teori nilai, atau nilai guna ilmu pengetahuan. Secara
lugas, ketiga dasar – dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi
(muliono, 2021).
Bidan memiliki peran sebagai pelaksana (tugas mandiri,
kolaborasi dan ketergantungan), pengelola (pelayanan dasar dan
1
berpartisipasi dalam tim), pendidik (memberi pendidikan dan penyuluhan
kesehatan pada klien, melatih dan membimbing kader), dan peneliti.
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
peranannya. Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki fungsi
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti (Astuti,K.H.2016).
Bidan telah diakui sebagai sebuah profesi tenaga kesehatan di
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan selanjutnya disebut (UU Tenaga Kesehatan)
sehingga untuk dapat dikatakan sebagai seorang yang bekerja profesional,
maka bidan harus memahami sejauh mana peran dan fungsinya sebagai
seorang tenaga kesehatan (Muchtar, 2015:32-33). Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X Tahun 2010 tentang Izin
dan Praktik Bidan selanjutnya disebut (Permenkes Izin dan Praktik Bidan),
dalam menjalankan praktik bidan berwenang untuk memberikan
pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana. IBI melakukan upaya dengan mempertahankan
dan menjaga mutu profesionalisme guna memberi perlindungan bagi
masyarakat sebagai penerima jasa dan bidan sendiri sebagai pemberi jasa
pelayanan. Disamping itu IBI juga menilai kepatuhan setiap bidan
terhadap kode etik profesi dan kesanggupan melakukan praktik mandiri
(Sumbung, R. F. 2021).
Kebidanan sebagai ilmu merupakan pendatang baru dalam kancah
perkembangan ilmu pengetahuan & tehnologi bagi bangsa Indonesia.
Sebagai pendatang baru masih memerlukan perjuangan untuk senantiasa
melaksanakan kajian ilmiah, penelitian dibidang kebidanan. Beberapa
segmen pengembangan tidak hanya pada ketrampilan dan sikap bidan,
tetapi perlu perhatian seksama segmen teori ilmu kebidanan menjadi ilmu
yang memiliki obyek formal yang berbeda dengan ilmu lain melalui
kajian ilmiah. Sementara penelitian dan kajian bidang kebidanan lebih
banyak pada teknis pelayanan bahkan dilaksanakan atas kepentingan
penyelesaian akhir sebuah pendidikan.
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional
maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukan bahwa
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidan merupakan hal yang
penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya
bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan
(Septina, Y & Srimulyawati, T, 2020).
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya
pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas
dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara
berkembang dan di negara miskin yaitu 25-50%. Mengingat hal tersebut,
maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan
pelayanan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama
dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak di berbagai catatan pelayanan
wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu
pengetahuannya melalui pendidikan formal atau nonformal, dan bidan
berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang
sesuai (Septina, Y & Srimulyawati, T, 2020).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Filsafat ?
2. Apa pengertian kebidanan ?
3. Siapa pelopor kebidanan ?
4. Bagaimana sejarah Kebidanan ?
5. Apa filosofi bidan ?
6. Bagaimana paradigma kebidanan ?
7. Apa peran bidan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat
2. Untuk mengetahui pengertian kebidanan
3. Untuk mengetahui pelopor kebidanan
4. Untuk mengetahui sejarah kebidanan
5. Untuk mengetahui filosofi bidan
6. Untuk mengetahui paradigma kebidanan
7. Untuk mengetahui peran bidan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat dalam kamus umum Bahasa Indonesia menpunyai arti :
a. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenal
sebab –sebab, asas-asas hukum dan sebagainya. Dengan perkataan
lain segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran
dari arti “adanya”.
b. Cara mengetahui kebenaran dengan akal budi
Filsafat menurut segi praktisnya berarti alam berpikir, jadi filsafat
berarti berfilsafat, oleh karena itu akal menjadi berperan dalam hal ini.
Berfilsafat berarti berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh dan
juga berarti berpikir secara alamiah sampai pada hakikatnya dari sesuatu
yang diperkirakan.
Filsafat secara umum adalah hasil pemikiran manusia yang kritis dan
radikal, mendalam, sampai pada intinya, yang membahas scara
menyuluruh sampai pada hakikatnya untuk mencapai kebenaran yang
sesuai dengan kenyataan (Jauhari, I. Dkk. 2020).
 Ciri-Ciri Berpikir Filsafat :
a. Radikal : sampai keakar permasalahan.
b. Kritis : tanggap terhadap persoalan yang berkembang.
c. Rasional : sejauh apapun dapat dijangkau akal manusia.
d. Reflektif : mencerminkan pengalaman pribadi.
e. Konseptual : hasil konstruksi pemikiran.
f. Koheran : runtut dan berurutan.
g. Konsisten : berpikir lurus/tidak berlawanan.
h. Sistematis : saling berkaitan.
i. Metodis : ada cara untuk memperbaiki kebenaran.
j. Komprehensif: menyeluruh.
k. Bebas dan bertanggungjawab
1. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘Alima, ya’lamu, ilman, yang berarti :
mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science
(pengetahuan). Menurut kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan yang
tersusun secara sistematis, logis dengan menggunakan metode tertentu dan
bersifat empiris. Asley Montagu, seorang Guru Besar Antropolog di Rutgers
University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam
suatu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Ilmu
merupakan mata kita terhadap berbagai kekurangan. Ilmu tidak mengikat
apresiasi kita terhadap ilmu itu sendiri. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan
yang disusun secara konsisten dan kebenarannya telah teruji secara empiris. Ilmu
harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan
dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan
pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi di antara aktivitas, metode
dan pengetahuan dapat digambarkan sebagai bagan segitiga penyusun menjadi
ilmu.
2. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mempertanyakan
secara sistematis mengenai hakikat pengetahuan ilmu yang berhubungan dalam
masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat pada ilmu untuk
mencapai pengetahuan yang ilmiah.
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaanmengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu
alam dan ilmu sosial. Bidang filsafat terbagi menjadi 3 bidang yakni ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
Adapun beberapa pengertian filsafat ilmu menurut para ahli yaitu:
a. Filsafat Plato (428 – 348 SM): Filsafat adalah Pengetahuan yang ditujukan
untuk mencapai kebenaran yang hakiki. Pada masa Plato ini belum ada
deferensiasi pengetahuan. Belum ada batas antara ilmu dan filsafat. Untuk
menjadi filosof, orang harus menguasai semua pengetahuan yang ada saat
itu. Hal ini sangat dimungkinkan karena jumlah atau volume pengatahuan
belum sebanyak saat sekarang. Seiring perkembangan teknologi informasi,
para ahli mulai memisah-misahkan ilmu dalam berbagai cabang. Cabang
dipisahkan lagi menjadi ranting, ranting menjadi sub ranting. Seseorang
tidak mampu menguasai berbagai pengatahuan sebagaimana para filsof
dahulu. Zaman sekarang seseorang hanya menjadi ahli dalam satu bidang
ilmu saja (spesialis). (Gazalba 1992:16-17).
b. Filsafat Aristoteles (384 – 322 SM): Filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Aristoteles
beranggapan, bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas
segala benda. Filsafat bersifat ilmu yang umum sekali. Tugas penyelidikan
tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. Sebab awal
atau sebab dari sebab masuk bidang filsafat. Sedangkan pertanyaan: “apa
sebab kejadian?” masuk medan ilmu. Jadi tentang asas dan sebab yang
pertama masuk medan filsafat. (Gazalba, 1992:17)
c. Filsafat Al Farabi (870 – 950 M): Filsafat adalah ilmu (pengetahuan )
tentang alam yang menjawab hakikat yang sebenarnya. Filsafat bertumpu
kepada akal budi, memakai dalil yang disusun oleh akal budi. Menurut Al
Farabi terdapat alat filsafat yang disebut ilmu mantiq atau sekarang disebut
teori pengetahuan atau epistemologi. Dalam ilmu mantiq ini dibahas tentang
hukum berpikir, mencari dalil, menggerakkan pikiran kepada jalan yang
lurus dalam memperoleh suatu kebenaran, membahas hukum yang umum
untuk pikiran, menghindarkan pikiran dari kesalahan (ilmu logika).
(Gazalba, 1992:20-21)
Filsafat pada dasarnya menjadi tumpuan untuk berbagai persoalan yang tidak
bisa dijawab oleh disiplin ilmu. Filsafat memberi penjelasan yang bersifat substansial
dan serta radikal atas berbagai masalah yang dihadapi. Filsafat ilmu merupakan kajian
filosofis terhadap ilmu pengetahuan (sains) yakni dalam upayanya terhadap pengkajian
dan pendalaman pengertian substansi, cara mendapatkan, serta manfaat ilmu bagi
kehidupan. Kehadiran filsafat ilmu dapat dipandang sebagai sarana yang bisa dapat
menjembatani kesenjangan antara filsafat dengan ilmu, sehingga keberadaan ilmu tidak
menganggap “rendah” pada filsafat sebagaimana gejala yang pernah terjadi pada awal
dimana sains secara praktis tumbuh dan berkembang secara pesat, begitu bermanfaat
dalam membantu manusia dalam mengelola dan memanfaatkan alam. Sementara filsafat
perlahan mulai tidak diminati dan dianggap sebagai pelayan teologis sebagaimana pada
abad kegelapan eropa (Muliono, 2021).

A. Pengertian Kebidanan
Kebidanan (Midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai
ilmu (multi disiplin), yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan
masyarakat, dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dari
masa pra konsepsi,
masa hamil, ibu bersalin / post partum, bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi
pendeteksian kadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan
pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat (Astuti, K. H. 2016).

Obyek materi Ilmu kebidanan sangat bersinggungan, bahkan sama dengan ilmu
–ilmu lain, yaitu : janin, bayi baru lahir, bayi dan anak bawah lima tahun dan wanita
secara utuh / holistik dalam siklus kehidupannya (kanak-kanak, pra remaja, remaja,
dewasa muda, dewasa, lansia dini, lansia lanjud) yang berfokus pada kesehatan
reproduksi. Obyek materi yang bersingguan erat, maka dapat terjadi kesimpang siuran
sehingga kesulitan mengkategorikan bidang studi. Obyek formal ilmu kebidanan masih
sangat umum, sehingga akan cenderung bersinggungan dengan ilmu-ilmu lain. Dengan
demikian menentukan pembagian bidang studi akan sulit mengembangkan bidang
keilmuan yang memiliki kekhususan (ngadiyono, dkk.2014).

B. Pelopor kebidanan

Dalam perkembangan kebidanan pelopor kebidanan adalah:


1. Hipokrates dari yunani dikenal sebagai Bapak Pengobatan. Hidup antara tahun 260-
370 SM. Hipokrates menaruh perhatian terhadap kebidanan / keperawatan dan
pengobatan.Hipokrates mengatakan bahwa wanita yang bersalin dan nifas harus
mendapatkan pertolongan dan pelayanan selayaknya.
2. Soranus, hidup antara tahun 98-138 SM. Berasal dari Efesus/ Turki. Disebut sebagai
Bapak Kebidanan, berpendapat bahwa seorang ibu yang telah melahirkan tidak takut
akan hantu atau setan dan menjauhkan ketakhayulan. Kemudian diteruskan oleh
Moscion bekas muridnya meneruskan usaha dan menulis buku pelajaran bagi bidan –
bidan yang berjudul “Katekismus”. Bagi bidan-bidan Roma pengetahuan bidan
semakin maju (Septina, Y & Srimulyawati, T. 2020).

C. Sejarah Kebidanan
Berawal pada tahun 1807, Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tinggi
saat pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Karena proses persalinan yang dibantu
oleh dukun beranak saat bitu masih minim pengetahuan tentang persalinan bersih dan
aman. Maka Gubernur Jendral Hendrik William Deandels melatih dukun dalam
pertolongan persalinan
Tetapi pada saat itu pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada orang- orang Belanda
yang berada di Indonesia.
Lalu pada tahun 1849. Mulai dibuka sekolah kebidanan, Pendidikan Bidan Jawa di
Batavia (yang sekarang menjadi RSDA Gatot Soebroto). Dan pada tahun 1851 dibuka
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh bidan militer Belanda (Dr. W.
Bosch), yang lulusannya bekerja di Rumah Sakit dan masyarakat. Dan dari saat itu
pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan. Namun pendidikan
ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik. Setahun kemudian diadakan
pelatihan secara formal untuk Bidan agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan
persalinan.
Dilanjutakan dengan diadakannya kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta
tahun1953, lalu berdirilah BKIA yang memiliki kegiatan antara lain, pelayanan
antenatal, post natal, pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan
tentang gizi. Dan tahun1975, BKIA berubah menjadi Puskesmas. Puskesmas memiliki
kegiatan pelayanan kesehatan untuk masyarakat tidak hanya di dalam gedung
melainkan di luar gedung.
Tahun 1990, pelayanan kebidanan mulai merata dan dekat dengan masyarakat.
Presiden memberikan instruksi pada tahun 1992 secara lisan pada saat kabinet tentang
perlunya mendidik bidan untuk penempatan di Desa (Bidan Desa). Dengan tugas yaitu
pelaksanaan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diantaranya, Bumil, Bulin, Bufas dan Bayi
Baru Lahir, termasuk bidan juga melakukan pembinaan dukun bayi, serta memberikan
pelayanan KB (Septina, Y & Srimulyawati, T, 2020).

D. Filosofi Bidan
Filosofi kebidanan adalah keyakinan setiap bidan yang digunakan sebagai kerangka
berfikir dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien. Bidan diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang bermutu dan sesuai dengan standard pelayanan kebidanan,
serta berkeyakinan bahwa setiap indivu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan budaya.
1. Filososfi kebidanan menurut Guilland and Pairman
Menurut Guilland and Pairman filososfi kebidanan meliputi 3 aspek yaitu, hamil,
bersalin, dan masa nifas adalah peristiwa alamiah (natural) dan fisiologi (normal).
Peran bidan adalah kehamilan normal, persalinan normal dan masa nifas normal,
women centered, dan continuity of care.
2. Filosofi kebidanan menurut Kepmenkes 369/ SK.III/ 2007
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan
panduan dalam memberikan asauhan. Keyakinan tersebut meliputi :
a. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah
dan bukan penyakit.
b. Keyakinan tentang setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak,
kebutuhan, keinginan masing-masing.
c. Keyakinan fungsi profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya.
d. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan.
e. Keyakinan tentang tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu
dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian).
f. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan praktik kebidanan dilakukan
dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik.
g. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan
kebudayaan.
h. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap
wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat
pelayanan yang berkualitas.
i. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang
membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa masa remaja (Astuti, K.
H. 2016).

E. Paradigma Kebidanan
Paradigma dalam pelayanan kebidanan merupakan cara pandang bidan yang
dapat memengaruhi tindakannya dalam memberikan pelayanan kebidanan melalui
asuhan kebidanan. Asuhan kebidanan yang dilakukan mengacu kepada manajemen
asuhan kebidanan, dimana dalam setiap langkah pengambilan keputusan selalu
dilandasi oleh adanya paradigma, yaitu landasan dalam berfikir secara ilmiah. Dengan
kata lain, paradigma kebidanan merupakan dasar ilmiah seorang bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Dalam memahami paradigma kebidanan, ada lima hal
yang menjadi landasan berfikir bidan, yaitu manusia (dalam hal ini perempuan sebagai
subjek asuhan), lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan dan
keturunan. Hal-hal tersebut hendaknya selalu menjadi tolak ukur bidan dalam memaknai
proses berfikir ilmiah.
Paradigma bidan dalam pelayanan kebidanan akan selalu berubah. Hal ini
berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada setiap individu, lingkungan yang selalu
beradaptasi, perubahan sistem layanan kesehatan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi yang terus berkembang. Adanya perubahan paradigma pada diri seorang
bidan, dapat merubah perilaku bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Perubahan paradigma dari satu individu yang didukung oleh sistem dapat menjadi
perubahan besar yang bersifat revolusioner. Hal inilah yang dapat merubah paradigma
kebidanan, yaitu cara pandang dalam pelayanan kebidanan yang dapat menjadi dasar
ilmiah perubahan standar asuhan dan pelayanan dalam kebidanan. Peran setiap bidan
yang revolusioner sangat penting, karena perubahan besar berawal dari perubahan kecil
yang dilakukan individu, hal kecil itu lalu akan dilakukan secara berkelanjutan. Setiap
bidan adalah “agent of change”, agen perubahan dalam setiap perubahan besar yang
akan nampak sebagai sebuah perubahan paradigma dalam pelayanan kebidanan
(Kostania, G. Dkk. 2021).

F. Peran Bidan
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Dalam melaksanakan
profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
1. Peran sebagai Pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri,
tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
a. Tugas mandiri
Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan.
2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan
mereka sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut tindakan / layanan
bersama klien.
3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien / keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien / keluarga.
7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana.
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi
dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause.
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga
dan pelaporan asuhan.
b. Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi
serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga.
7) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
c. Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan
dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan.
3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien
dan keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga.
2. Peran sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan. Bidan bertugas; mengembangkan
pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerja.
b. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan
program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
3. Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan
bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.
a. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien.
b. Melatih dan membimbing kader .
4. Peran Sebagai Peneliti / Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok, mencakup:
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
b. Menyusun rencana kerja pelatihan.
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut (Astuti, K. H. 2016)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :
1. Filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang kritis dan radikal,
mendalam, sampai pada intinya, yang membahas scara menyuluruh
sampai pada hakikatnya untuk mencapai kebenaran yang sesuai
dengan kenyataan.
2. Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai ilmu
(multi disiplin), yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi
ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu
budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu manajemen untuk dapat
memberikan pelayanan kepada ibu dari masa pra konsepsi, masa
hamil, ibu bersalin / post partum, bayi baru lahir.
3. Pelopor kebidanan yaitu Hipokrates dari yunani dikenal sebagai Bapak
Pengobatan, Soranus dari Turki dikenal sebagai Bapak Kebidanan,
kemudian diteruskan oleh Moscion bekas muridnya meneruskan usaha
dan menulis buku pelajaran bagi bidan – bidan yang berjudul
“Katekismus”.
4. Sejarah kebidanan yaitu berawal pada tahun 1807 Gubernur Jendral
Hendrik William Deandels melatih dukun dalam pertolongan
persalinan, pada tahun 1849 mulai dibuka sekolah kebidanan,
Pendidikan Bidan Jawa di Batavia (yang sekarang menjadi RSDA
Gatot Soebroto), pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita
pribumi di Batavia oleh bidan militer Belanda (Dr. W. Bosch), yang
lulusannya bekerja di Rumah Sakit dan masyarakat. Dilanjutakan
dengan diadakannya kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta
tahun 1953, lalu berdirilah BKIA. T ahun1975, BKIA berubah menjadi
Puskesmas. Tahun 1990, pelayanan kebidanan mulai merata dan dekat
dengan masyarakat. Presiden memberikan instruksi pada tahun 1992
secara lisan pada saat kabinet tentang perlunya mendidik bidan untuk
penempatan di Desa (Bidan Desa).
5. Filosofi kebidanan adalah keyakinan setiap bidan yang digunakan
sebagai kerangka berfikir dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
klien. Bidan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang bermutu
dan sesuai dengan standard pelayanan kebidanan, serta berkeyakinan
bahwa setiap indivu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan
budaya
6. Paradigma dalam pelayanan kebidanan merupakan cara pandang bidan
yang dapat memengaruhi tindakannya dalam memberikan pelayanan
kebidanan melalui asuhan kebidanan., dimana ada lima hal yang
menjadi landasan berfikir bidan, yaitu manusia (dalam hal ini
perempuan sebagai subjek asuhan), lingkungan, perilaku, pelayanan
kebidanan dan keturunan. Hal-hal tersebut hendaknya selalu menjadi
tolak ukur bidan dalam memaknai proses berfikir ilmiah.
7. Peran bidan dalam melaksanakan profesinya yaitu sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik, dan peneliti.

B. Saran
1. Bidan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan
sesuai dengan standard pelayanan kebidanan, serta berkeyakinan
bahwa setiap indivu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan
budaya.
2. Kekurangan dari penyusunan dan penulisan makalah ini hendaknya
menjadi pemacu bagi teman-teman yang lain untuk lebih membuka
ide, wawasan dan menggali lebih dalam tentang keterkaitan filsafat
dalam ilmu kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Muliono, W. A. 2021. Filsafat Ilmu : Cara Mudah Memahami Filsafat Ilmu.


Jakarta : Kencana

Ngadiyono, Ulviana, E., & Bahiyatun,B. 2014. Obyek Ilmu Kebidanan dalam
Prespektif Ilmu Menurut Prof. DR. Ahmad Tafsir Sebagai Arah
Pengembangan Ilmu Kebidanan. Jurnal Kebidanan, 3(7).

Sumbung, R. F. 2021. Perlindungan Hukum bagi Bidan Praktik Mandiri dalam


Menjalankan Praktik Kebidanan. Jurnal Hukum dan Etika Kesehatan,
1(1).

Astuti, K. H. 2016. Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik Kebidanan.

Jakarta Selatan : Pusdiknas

Jauhari, I. Dkk. 2020. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Deepublish

Septina, Y. & Srimulyawati, T. 2020. Pengantar Praktik Ilmu Kebidanan. Bogor :


Lindan Bestari

Kostania, G. Dkk. 2021. Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Kebidanan di Era


Pandemi Covid-19. Malang : Penulis Cerdas Indonesia
5

Anda mungkin juga menyukai