Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatnya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi pikiran maupun waktunya. Dan
penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi
para pembaca, Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena minimnya pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
A. Latar Belakang
Sukintaka dalam Harsuki (2003) menyebutkan dari sejarah pendidikan jasmani dan
olahraga di Indonesia telah dikenal dengan istilah Lichamelijke Opvoeding atau Physical
Education yang berarti bahwa pendidikan melalui jasmani dan olahraga. Hal ini bermakna
bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan kegiatan pendidikan dengan
menggunakan jasmani sehingga menuntut peserta didik untuk aktif bergerak dan olahraga
sebagai cara untuk bergerak serta mengambil nilai-nilai dari olahraga tersebut.
Pendidikan jasmani dan olahraga terbagi menjadi pendidikan jasmani dan pendidikan
olahraga untuk menciptakan gaya hidup yang sehat dan bugar. Sehingga pendidikan jasmani
dan olahraga tidak hanya membuat peserta didik bergerak sesuai instruksi atau tugas gerak
yang diberikan oleh guru, namun lebih ke arah penciptaan gaya hidup sehat dan bugar yang
bisa diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik (Mashuri dan Pratama, 2019).
Pengertian pendidikan jasmani dan olahraga berkembang sesuai dengan kebutuhan
manusia akan kesehatan dan tantangan masa depan peserta didik. Perkembangan tersebut
bukan seharusnya mereduksi tujuan dan harapan pendidikan jasmani dan olahraga. Maka
daripada itu perlu kajian tentang dasar pendidikan jasmani dan olahraga yaitu filsafat
pendidikan jasmani dan olahraga.
Filsafat pendidikan merupakan cabang khusus filsafat yang berusaha menemukan
hakikat dan esensi dari pendidikan. Ilmu pendidikan atau pedagogik merupakan ilmu yang
mempelajari dan memecahkan masalahmalah pendidikan secara umum, menyeluruh, dan
abstrak serta mengandung jiwa yang teoritis dan praktis. Jiwa teoritis terkandung hal-hal
normatif, sedangkan praktis menunjukkan bagaimana cara melakukan tersebut. Filsafat
sebagai landasan dapat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan.
Pendidikan merupakan bagian dari segi kehidupan yang dipengaruhi oleh ideologi,
pandangan dunia, atau filsafat tertentu. Perbedaan aliran yang dianut maka akan
mempengaruhi corak dan pendekatan pendidikan yang dipakai. Dalam hal ini penulis akan
mengedepankan satu diantara banyak aliran filsafat, yaitu aliran pragmatisme, naturalisme,
dan ekstensialisme yang cukup mempengaruhi pola pendidikan, khususnya pendidikan
jasmani dan olahraga.
Bidang komunikasi dan transformasi memiliki kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi sekarang ini telah mampu memperpendek jarak berbagai bagian dan
belahan dunia. Arus informasi telah mampu menjangkau pelosok pelosok dunia, sehingga
saat sekarang dunia hanya memiliki batas territorial saja tetapi tidak lagi memiliki dinding
pembatas yang menghalangi manusia untuk mengetahui perkembangan yang terjadi di
belahan dunia yang lain dan telah mampu menerobos secara cepat menjadi pemisah berbagai
kehidupan manusia. Sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi dunia pendidikan secara
umum, maupun pendidikan jasmani dan olahraga pada khususnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aliran Pragmatisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga ?
2. Bagaimana aliran Naturalisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga ?
3. Bagaimana aliran Eksistensialisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga ?
C. Tujuan
1. Unrtuk mengetahui bagaimana aliran Pragmatisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan
Olahraga
2. Untuk mengetahui bagaimana aliran Naturalisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan
Olahraga
3. Untuk mengetahui bagaimana aliran Eksistensialisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan
Olahraga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pragmatisme
1. Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa yunani yaitu kata pragma berarti tindakan, perbuatan.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang berpandangan jika kriteria kebenaran sesuatu
adalah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh karena itu
kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak (tetap). Sebuah konsep dan peraturan sama
sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi
masyarakat.
Aliran filsafat Pragmatisme yang mengajarkan jika yang benar adalah segala sesuatu
yang dapat membuktikan dirinya benar dengan melihat akibat atau hasilnya yang bermanfaat
secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting
melainkan bagaimana kegunaan praktis itu dari pengetahuan kepada individu-individu. Dasar
pragmatisme adalah logika pengamatan, berarti apa yang ditampilkan pada manusia dalam
dunia nyata adalah fakta individual, konkret, serta terpisah satu sama lain. Representasi
realitas yang muncul pada pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta
umum. Ide akan menjadi benar jika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan
demikian, filsafat pragmatisme tidak ingin direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar
kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan
filsafat Barat di dalam sejarah.
Aliran ini berkembang di Amerika Serikat, aliran ini juga sempat berkembang ke Inggris,
Perancis, dan Jerman . Orang yang memperkenalkan gagasan dari aliran ini ke seluruh dunia
adalah William James. Dalam bidang psikologi William James dikenal secara luas. Tokoh
lain dari aliran pragmatisme adalah John Dewey. Dewey dikenal sebagai filsuf, selain itu
juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir. Adapun tokoh kunci yang menakan aliaran
pragmatisme adalah Charles Peirce pada bulan Januari 1878 dalam artikelnya yang berjudul
How to Make Our Ideas Clear.
Nama lain aliran pragmatisme adalah instrumentalisme dan eksperimentalisme. Mengapa
instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa potensi intelegensi manusia sebagai
kekuatan utama manusia harus dianggap sebagai alat (instrumen) untuk menghadapi semua
tantangan dan masalah dalam pendidikan.Intelegensi bukanlah tujuan, tetapi alat untuk hidup,
alat untuk kesejahteraan, serta untuk mengembangkan kepribadian manusia. Selain itu
instrumentalisme menganggap bahwa dalam hidup ini tidak dikenal tujuan akhir, melainkan
hanya tujuan antara dan sementara merupakan alat untuk mencapai tujuan berikutnya,
termasuk dalam pendidikan tidak mengenal tujuan akhir. jika suatu kegiatan telah mencapai
tujuan, maka tujuan tersebut dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan berikutnya.
Mengapa eksperimentalisme, karena filsafat ini menggunakan metode eksperimen dan
berdasarkan atas pengalaman dalam menentukan kebenarannya. Eksperimentalisme
menyadari dan mempraktekkan bahwa eksperimen dalam percobaan ilmiah merupakan alat
utama untuk menguji kebenaran suatu teori. Percobaan tersebut dapat membuktikan apakah
suatu ide, teori, pandangan, benar atau tidak. Dengan percobaan itulah subjek memiliki
pengalaman nyata untuk mengerti suatu teori, dalam ilmu pengetahuan.
B. Naturalisme
1. Pengertian Naturalisme
Aliran naturalisme percaya bahwa hidup diatur oleh hukum alam semesta.
Naturalisme mencakup konsep-konsep umum seperti; setiap realitas yang ada hanya
ditemukan di dalam alam semesta. Alam semesta sendiri adalah sumber dari nilai.
Individu lebih penting daripada masyarakat tetapi masyarakat dibutuhkan untuk
mencegah kekacauan.
Ketika aliran naturalisme diterapkan dalam pendidikan maka akan mengakibatkan
konsep pendidikan harus memenuhi kebutuhan bawaan individu. Pendidikan harus
mengembangkan apek fisik, kognitif dan afektif setiap individu. Guru harus mengetahui
hukum alam dan berfungsi sebagai pemandu dalam proses pendidikan. Peserta didik
harus mandiri dan belajar melalui penalaran. Perkembangan tubuh dan pikiran
merupakan hal yang sangat penting.
Ketika aliran naturalisme diterapkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga
maka akan mengakibatkan konsep pendidikan seperti aktivitas jasmani yang sangat
penting untuk mengembangkan nilai keseluruhan seseorang dan sebagai sarana untuk
mengembangkan fisik, mental, sosial, emosional, dan keterampilan moral. Cara guru
memberikan instruksi harus berdasarkan kebutuhan individu. Peserta didik harus mandiri
dan pembelajaran setiap individu harus mengarah pada pencapaian tujuan setiap individu.
Tidak disarankan menggunakan aktivitas yang bersifat kompetitif. Bermain merupakan
bagian dari proses pembelajaran.
2. Naturalisme dalam filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan Naturalisme mengajarkan bahwa guru yang paling alamiah
dari seorang anak adalah kedua orang tuanya sendiri. Oleh sebab itu, pendidikan bagi
naturalis sudah dimulai jauh hari sebelum anak lahir, yaitu sejak kedua orang tuanya
memilih jodohnya. Spencer menjelaskan delapan prinsip dalam proses pendidikan
beraliran naturalisme yaitu: (1) Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam, (2)
Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik, (3) Pendidikan harus
berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak, (4) Memperbanyak ilmu pengetahuan
merupakan bagian penting dalam pendidikan, (5) Pendidikan dimaksudkan untuk
membantu perkembangan fisik, sekaligus otak, (6) Praktik mengajar adalah seni
menunda, (7) Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif, (8)
Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Jikapun
dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik. (J. Donald Butler :tt)
Tokoh filsafat pendidikan naturalisme adalah John Dewey, disusul oleh Morgan
Cohen yang banyak mengkritik karya Dewey. Baru kemudian muncul tokoh seperti
Herman Harrell Horne, dan Herbert Spencer yang menulis sebuah buku berjudul
Education: Intelectual, Moral, and Physical. Herbert mengatakan bahwa sekolah
merupakan dasar dalam keberadaan naturalisme. Karena, belajar merupakan sesuatu yang
natural, oleh sebab itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran dan juga merupakan
sesuatu yang natural juga.
Paham naturalisme berpandangan guru tidak mengajar subjek, melainkan
mengajar murid. Berdasarkan pendapat berbagai aliran-aliran filsafat pendidikan di atas,
secara ontologi mengetengahkan kajian bahwa manusia sebagai objek pendidikan.
Walaupun dari berbagai aliran-aliran tersebut berbeda-beda dalam memberikan
pandangan tentang pendidikan tersebut. Namun esensi pendidikannya pun diarahkan
pada kajian manusia sebagai objek. Dengan perbedaan tersebut dapat dinyatakan bahwa
esesnsi pendidikan itu adalah Menuntun dan membangun kemampuan-kemampuan
jiwa/nafsu, akal dan kemauan dengan menggunakan prinsip umum atau nilai (baik dan
benar) yang memfokuskan pada guru dan anak agar menjadi aktif dalam upaya
mewujudkan masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil pada situasi zamannya.
Berdasarkan konsep esensi pendidikan di atas yang merupakan hasil analisis dari aliran-
aliran filsafat pendidikan, dinyatakan bahwa karakter pendidikan itu baik, aktif, pantas
dan adil.
C. Eksistensialisme
1. Pengertian Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi yang memiliki kata dasar exist. Kata
exist itu sendiri berasal dari bahasa ex yang berarti keluar, dan sister yang berarti berdiri.
Jadi, eksistensi berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Filsafat eksistensi tidak sama
persis dengan filsafat eksistensialisme. Filsafat eksistensialisme lebih sulit ketimbang
eksistensi.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan eksistensia. Namun, para
pengamat eksistensialisme tidak mempersoalkan esensia dari segala yang ada. Karena
memang sudah ada dan tak ada persoalan. Kursi adalah kursi. Pohon mangga adalah
pohon mangga. Harimau adalah harimau. Manusia adalah manusia. Tetapi, mereka
mempersoalkan bagaimana segala yang ada berada dan untuk apa berada. Oleh sebab itu,
mereka menyibukkan diri dengan pemikiran tentang eksistensia. Dengan cara berada dan
eksis agar ikut terpengaruhi.
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan cabang khusus filsafat yang berusaha menemukan
hakikat dan esensi dari pendidikan. Ilmu pendidikan atau pedagogik merupakan ilmu yang
mempelajari dan memecahkan masalah-masalah pendidikan secara umum, menyeluruh, dan
abstrak serta mengandung jiwa yang teoritis dan praktis. Jiwa teoritis terkandung hal-hal
normatif, sedangkan praktis menunjukkan bagaimana cara melakukan tersebut. Filsafat
sebagai landasan dapat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan.
Ketika aliran pragmatisme diterapkan dalam dunia pendidikan jasmani dan olahraga
maka akan mengakibatkan konsep pendidikan bahwa kurikulum harus berdasarkan pada
kebutuhan dan kepentingan peserta didik. Kurikulum harus bervariasi untuk memberikan
keragaman pengalaman belajar. Pembelajaran dapat dicapai melalui metode pemecahan
masalah dan guru berfungsi sebagai fasilitator.
Ketika aliran naturalisme diterapkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga maka akan
mengakibatkan konsep pendidikan seperti: aktivitas jasmani sangat penting untuk
mengembangkan nilai keseluruhan seseorang dan sebagai sarana untuk mengembangkan fisik,
mental, sosial, emosional, dan keterampilan moral.
Ketika aliran eksistensialisme diterapkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga maka
akan memberikan konsep pendidikan bahwa setiap peserta didik bebas untuk memilih aktivitas
yang disediakan dalam kurikulum
B. Saran
Setelah membaca dan mempelajari makalah filsafat pendidikan jasmani dan olahraga
mengenai aliran pragmatisme, naturalisme dan eksistensialisme penulis berharap. Kita bisa lebih
mengerti dan memahami mengenai aliran filsafat pendidikan jasmani serta bisa membedakan
dari setiap aliran tersebut untuk bekal kita ketika mengajar nanti.
DAFTAR PUSTAKA