Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)


LBM 2 BLOK PPD
“DOKTER GALAU”

Disusun oleh :
Kelompok 3

Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya (018.06.0031)

Tutor : dr.Shintha Wulandari, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 2 yang berjudul “Dokter Galau” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 2 yang berjudul “Dokter Galau” meliputi seven jumps step yang dibagi
menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr.Shintha Wulandari, S.Ked Sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 3
yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun
makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 14 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

1.1 Skenario.........................................................................................................4

1.2 Deskripsi Masalah........................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................7

2.1. Bagaimana cara menjadi dokter professional yang care?..................7

2.2. Bagaimana peranan bioetik dan etik dalam kehidupan?....................8

2.3. Bagaimana sikap dokter terhadap kasus pemerkosaan?....................9

2.4. Apa perbedaan bioetik dan etik?.........................................................10

2.5. Bagaimana sikap professional sebagai mahasiswa kedokteran?......10

2.6. Apa saja ruang lingkup bioetik dan etik?...........................................11

2.7. Bagaimana penerapan bioetik dan etik sebagai mahasiswa


kedokteran?......................................................................................................11

BAB II I.................................................................................................................14

3.1. Kesimpulan............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Skenario
Maya adalah seorang Dokter Muda yang sedang menjalani
Pendidikan tahap Profesi di suatu Rumah Sakit Pendidikan. Saat sedang
berada di stase Obgyn ia mendapati seorang anak remaja usia 14 tahun
yang merupakan korban pemerkosaan dan saat ini tengah hamil 5 bulan.
Remaja tersebut sangat ketakutan dan tidak berani bercerita kepada orang
tuanya sampai akhirnya sang Ibu melihat ada yang aneh dari anaknya.
Hari ini, anak remaja tersebut dibawa oleh ibunya ke poli
kandungan dan memohon kepada Dokter agar menggugurkan kehamilan
anaknya. Menurut sang Ibu, ini akanmenjadi aib bukan hanya di keluarga
melainkan juga di masyarakat sekitar tempattinggalnya. Sang ibu tidak
peduli dengan keselamatan sang janin bahkan anaknya sendiri karena
merasa terpukul dan sedih. Bingung akan masa depan anaknya dan
berbagai tudingan yang dianggap sebagai sanksi sosial membuat sang Ibu
semakin yakin dengan pilihannya menggugurkan kandungan sang anak.
Sang anak hanya bisa duduk terdiam dalam kesedihan dan kebimbangan.
Maya bersama 2 orang teman Dokter Muda lainnya langsung
secara spontan mendekatisi anak remaja tersebut, berusaha menenangkan
sembari merangkulnya. Maya berfikir bahwa jika keadaan ini menimpa
dirinya pastilah akan sangat berat. Kenapa begitu tega pelaku pemerkosaan
tersebut yang tidak punya etik. Lalu bagaimana jika janinnya yang
tidak berdosa akan digugurkan atau dilahirkan namun tidak diinginkan ?.
Seketika berbagai macam pertanyaan ada di benak Dokter Muda Maya,
bagaimana aspek etikdan bioetik dalam kasus ini dan bagaimana
seharusnya Dokter yang professional yang care dan ingin menolong bisa
mengambil keputusan untuk kasus ini?

4
I.2 Deskripsi Masalah
Dalam kajian ilmu hukum dikemukakan bahwa selain norma hukum,
terdapat juga norma lain yang turut menopang tegaknya ketertiban dalam
masyarakat yang disebut norma etika. Norma etika dari berbagai kelompok
profesi dirumuskan dalam bentuk kode etik profesi (Sinaga, N. A, 2020).
Menurut Shidarta yang dikutip oleh sinaga , kode etik adalah prinsip-
prinsip moral yang melekat pada suatu profesi dan disusun secara
sistematis. Ini berarti, tanpa kode etik yang sengaja disusun secara
sistematis itupun suatu profesi tetap bisa berjalan karena prinsip-prinsip
moral tersebut sebenarnya sudah melekat pada profesi sebut. Meskipun
demikian, kode etik menjadi perlu karena jumlah penyandang profesi itu
sendiri sudah sedemikian banyak, disamping itu tuntutan masyarakat juga
makin bertambah komplek. Pada titik seperti inilah organisasi profesi
mendesak untuk dibentuk. Jadi Etika adalah Ilmu tentang moral,
merupakan disiplin ilmu ttg baik-buruk,benar-salah suatu sikap perbuatan
seseorang individu atau intitusi dari segi moralitas. Sedangkan Kode etik
seseorang dipengaruhi oleh (Sinaga, N. A, 2020) :
1. Kebutuhan Individu
2. Tidak Ada Pedoman
3. Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak
Dikoreksi
4. Lingkungan Yang Tidak Etis
5. Perilaku Dari Komunitas
Bioetik adalah cabang filsafat dari persoalan etika yang ditimbulkan
oleh perkembangan dalam ilmu biologi dan kedokteran. Meliputi
pertanyaan-pertanyaan yang berkembang pada hubungan antara
bioteknologi, kedokteran, politik, hokum, filsafat dan teologi. Sedangkan
bioetik menurut Fransese Abel adalah studi interdisipliner tentang masalah
yg ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran,
baik dalam skala mikro maupun makro termasuk dampaknya terhadap
masyarakat luas. (Jeramu, J, 2017).

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bagaimana cara menjadi dokter professional yang care?

6
Sesuai dengan salah satu dari tujuh area kompetensi dalam Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang dikeluarkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia, yaitu ‘Profesionalitas yang Luhur’, maka seorang
dokter harus mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional
sesuai dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin,
hukum, dan sosial budaya. Kompetensi ini perlu ditanamkan sejak menjadi
mahasiswa kedokteran., dengan harapan, saat sudah benar-benar terjun ke
masyarakat nanti para dokter muda sudah siap menjadi dokter yang
profesional (Bekti, R. S., Irnanda, C. P., & Soeharto, S., 2018).
Sebagai realisasi SKDI dan tuntutan terhadap kebutuhan untuk
menghasilkan dokter masa depan yang lebih professional, Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), mulai menerapkan
pembelajaran profesionalisme secara eksplisit dan integratif di dalam
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Salah satunya dengan penerapan
Mata Kuliah Kompetensi (MKK) Dasar-Dasar Profesionalisme (DDP) dan
Doctoring yang berjalan longitudinal selama pendidikan akademik
mahasiswa (Semester I s/d VII). Dalam MKK ini, pembelajaran dilakukan
dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk sedini mungkin
mengintegrasikan pengetahuan kognitif tentang ilmu kedokteran,
keterampilan klinis dan profesionalisme dalam konteks klinis. Salah satu
tujuan dari rangkaian MKK tersebut adalah agar mahasiswa mampu
“Menunjukkan perilaku profesionalisme, belajar sepanjang
hayat,menghargai pasien sebagai manusia budaya dan keselamatan orang
lain sebagai esensi profesionalisme dokter” (Bekti, R. S., Irnanda, C. P., &
Soeharto, S., 2018).
Selain Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB),
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram, juga telah
menerapkan metode pembelajar yang hampir sama dengan metode
pembelajar yang diatas dengan tujuan menciptakan dokter yang Rahmatan
Lil’Alamin. Di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
menerapkan pembelajaran pada tahap pertama (Semester 1) yakni Blok

7
Personal Profesional Development (PPD), dimana pada blok ini diajarkan
mengenai dasar-dasar menjadi dokter yang profesional, amanah, dan
Rahmatan Lil’Alamin, selain iru pada blok ini juga mempelajari
bagaimana cara mengembangkat minat dan bakat kita sebagai dokter.
2.2. Bagaimana peranan bioetik dan etik dalam kehidupan?
Peranan bioetik dan etik di dalam kehidupan khususnya pada
kedokteran. Etik kedokteran merupakan ”terjemahan” dari asas-asas etika
menjadi ketentuanketentuan pragmatis yang memuat hal-hal yang boleh
dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari. Aturan-aturan etika yang
disusun oleh asosiasi atau perhimpunan keprofesian sebagai pedoman
perilaku bagi anggota-anggota profesi itu, umumnya dinamakan kode etik
(Inggris: code of ethics). Istilah ”kode” berasal dari kata latin codex yang
antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-
asas atau aturan-aturan (Suryadi, T., 2017).
Etika kedokteran atau yang sekarang lebih banyak dikenal dengan
istilah Bioetika sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Setiap waktu
diulas, dibahas dan dikembangkan sampai kepada pengertian yang kita
anut sekarang ini. Karena perkembangan ini akan terus berlanjut, sesuai
dengan berkembangnya bio-teknologi, khususnya teknologi biomedis, dan
perkembangan masyarakat. Karena itu kita harus selalu memberi makna
dan pengertian yang “up-to-date” mengenai Bioetika ini (Suryadi, T.,
2017).
Dasar-dasar bioetika adalah etika tradisional, dimana asas etika
tradisional tersebut berupa asas beneficence (memberikan manfaat) dan
non-maleficence (mencegah mudharat). Kalau kita perhatikan kedua asas
ini sebenarnya bersumber dari perintah Allah Swt untuk ”Amar ma’ruf
Nahi munkar”. Etika terdiri dari dua jenis, yaitu etika umum dan etika
khusus. Etika umum membahas kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak dalam mengambil keputusan etis. Penilaiannya adalah prinsip
moral, yaitu baik dan buruk. Sementara etika khusus merupakan
penerapan prinsip-prinsip dasar dalam bidang khusus atau disebut etika

8
terapan, misalnya etika kedokteran, etika kefarmasian, etika keperawatan
dan lain-lain (Suryadi, T., 2017).
Bioetika kedokteran merupakan salah satu etika khusus dan etika
sosial dalam kedokteran yang memenuhi kaidah praksiologik (praktis) dan
filsafat moral (normatif) yang berfungsi sebagai pedoman (das sollen)
maupun sikap kritis reflektif (das sein), yang bersumber pada 4 kaidah
dasar moral (kaidah dasar bioetika-KDB) beserta kaidah turunannya.
Kaidah dasar moral bersama dengan teori etika dan sistematika etika yang
memuat nilai-nilai dasar etika merupakan landasan etika profesi luhur
kedokteran (Suryadi, T., 2017).
2.3. Bagaimana sikap dokter terhadap kasus pemerkosaan?.
Peran dan sikap dokter terdapat kasus pemerkosaan untuk
pemeriksaan demi kepentingan peradilan serta tata laksana untuk
mencegah efek buruk jangka panjang yang dapat ditimbulkan dari korban
pelecehan seksual (Ocviyanti, D., Budiningsih, Y., Khusen, D., &
Dorothea, M., 2019).
Berdasarkan KUHAP tersebut, setiap dokter wajib untuk dapat
membuat keterangan untuk keperluan peradilan jika diminta oleh
penyidik. Keterangan tersebut berupa visum et repertum. Secara definisi,
visum et repertum merupakan keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter,
berisi temuan dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil
pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian tubuh manusia, baik
yang hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dari penyidik
yang berwenang yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah
untuk kepentingan peradilan. Dalam penulisan visum et repertum, pada
bagian pemberitaan berisi data objektif/temuan pada korban. Bagian ini
memuat temuan dokter dalam anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
penunjang dan riwayat perawatan yang memiliki data objektif. Dalam
pembuatan visum et repertum kasus pelecehan seksual, pada bagian
kesimpulan berisi resume singkat kasus dengan interpretasi adanya tanda-

9
tanda persetubuhan pada korban (Ocviyanti, D., Budiningsih, Y., Khusen,
D., & Dorothea, M., 2019).
2.4. Apa perbedaan bioetik dan etik?
Etika adalah Ilmu tentang moral, merupakan disiplin ilmu ttg baik-
buruk,benar-salah suatu sikap perbuatan seseorang individu atau intitusi
dari segi moralitas (Sinaga, N. A, 2020). Sedangkan bioetik adalah
cabang filsafat dari persoalan etika yang ditimbulkan oleh perkembangan
dalam ilmu biologi dan kedokteran. Meliputi pertanyaan-pertanyaan yang
berkembang pada hubungan antara bioteknologi, kedokteran, politik,
hokum, filsafat dan teologi (Jeramu, J, 2017).
2.5. Bagaimana sikap professional sebagai mahasiswa kedokteran?
Sikap mahasiswa kedokteran yang profesional adalah memiliki
Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skills), Sikap, dan Prilaku
(Attitude and Personal behaviour). Sikap yang dimaksud disini yaitu harus
memiliki moral dan etika. Lalu ada juga sikap yang lain seperti harus bisa
mengatur manajemen waktunya sendiri, mengetahui learning stylenya,
empati, tanggung jawab, komitmen belajar sepanjang hayat dan disiplin
(Claramita, M., 2017).
Selain itu Professionalism behavior menjadi poin penting dan perlu
diterapkan dalam perkuliahan ilmu kedokteran secara eksplisit. Dengan
mengedepankan perilaku profesionalisme yang ditunjukkan dengan
perkataan, perbuatan dan penampilan, hal ini akan membangun
kepercayaan bagi para pasien. Professionalisme behavior merupakan
perilaku-perilaku yang biasa diamati. Dimana perilaku tersebut
mencerminkan standar-standar dan nilai-nilai yang dibuktikan melalui cara
bertutur kata, cara bersikap maupun berpenampilan. Hal itu nantinya akan
menimbulkan sikap percaya pasien kepada dokter. Ketika sikap percaya
itu tumbuh yang terjadi apapun yang terjadi pada dirinya pasien akan
merasa nyaman. Bagian-bagian dari professionalism behavior misalnya
meletakkan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadi atau dokter.
Kemudian memiliki sikap rasa saling menghormati tidak hanya kepada

10
pasien tetapi juga terhadap keluarga, teman sejawat atau rekan kerja
(Buamona, 2017).
2.6. Apa saja ruang lingkup bioetik dan etik?
Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bagian biologi dan ilmu kedokteran
dari skala mikro maupun makro, masa sekarang dan masa mendatang.
Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan
politik. Bioetika selain membicarakan bagian medis, membahas pula
masalah kesehatan, faktor hukum budaya istiadat yang memerankan dalam
ruang lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan
tradisional, lingkungan kerja, dan demografi. Bioetika memberi perhatian
terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan binatang percobaan saat
penelitian. Lapang lingkup evaluasi etis untuk memasukkan moralitas
semua tindakan yang mungkin dapat menolong atau membahayakan
organisme yang mampu merasa takut. Di bagian pemanfaatan sumber daya
hayati, mengembang pula produk teknologi organisme termodifikasi
genetik organisme transgenik yang dalam penggunaannya membutuhkan
pengkajian dan peraturan/regulasi yang hati-hati karena hal mempunyai
isu keamanan hayati dan keamanan pangan yang melekat padanya.
Dengan demikian, dihasilkan komite bioetika Indonesia (Suryadi, T.,
2017).
2.7. Bagaimana penerapan bioetik dan etik sebagai mahasiswa
kedokteran?
Penerapan bioetika memiliki ciri utama yang menonjol yakni
bersifat interdisipliner, internasional, dan pluralistis. Interdisiplinaritas
sering disebut sebagai cita-cita ilmu pengetahuan, tetapi dalam kenyataan
tidak begitu mudah untuk direalisasikan. Bioetika menjadi semacam meja
bundar yang mengumpulkan berbagai ilmu yang menaruh perhatian
khusus untuk masalah kehidupan meliputi ilmu-ilmu biomedis, hukum,
teologi, ilmu-ilmu sosial, tapi tempat utama diduduki oleh ahli-ahli etika
filosofis. Para etikawan menjadi penggerak dalam dialog interdisipliner

11
pada pusat-pusat bioetika atau forum-forum bioetika internasional. Hal itu
hanya dimungkinkan karena etika filosofis dan para etikawan tentu harus
bersedia memasuki ranah ilmiah yang kompleks (Ali, 2019).
Penerapan yang bisa dilakukan sebagai mahasiswa kedokteran
adalah mengamalkan prinsip – prinsip Bioetik dan Etika yaitu (Suryadi,
T., 2017). :
Prinsip Etik :

1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-


hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self
determination)
2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan
tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien
3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini
dikenal sebagai “primum non nocere” atau “above all do no harm”
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness
dan keadilan dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive
justice).

Prinsip Bioetik :

1. Respect for person (Hormat pada ke pada ke”manusia‟an)


 Menjunjung Harkat dan Martabat manusia
 Hormat kepada hak azasi setiap makhluk, (hak untuk hidup dan
menentukan pilihan)
 Berkewajiban melindungi makhluk yang tidak mampu
menentukan pilihannya,
 Menjaga kerahasiaan sesama,
2. Justice (Berkeadilan)
 Seimbang antara hak dan kewajiban,
 Memperlakukan semua (individu) secara adil,

12
 Manfaat dan risiko terdistribusi merata, (pada semua partisipan
suatu penelitian)
3. Beneficence (Bermanfaat)
 Memberi manfaat sebesar-besarnya kepada sesama (manusia,
hewan dan makhluk lain)
 Tidak boleh merugikan sesama (fisik dan kejiwaan)
 imbangan manfaat harus lebih besar daripada hal yang
merugikan,
 Tidak melakukan hal (yang kita merasa tidak bermanfaat untuk
kita) kepada sesama.

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan kelompok SGD kami,
disimpulkan bahwa kita sebagai mahasiswa kedokteran yang memiliki sikap
profesional harus menerapkan dan menjunjung tinggi nilai etik dan bioetik di
dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Untuk menjadi dokter yang profesional
yang care, kita sebagai mahasiswa harus memahami apa itu etik dan bioetik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, N. (2019). Urgensi Bioetika Dalam Perkembangan Biologi Modern Menurut


Perspektif Islam. Jurnal Binomial, 2(1), 64–85.
https://ejournals.umma.ac.id/index.php/binomial/article/view/186

Bekti, R. S., Irnanda, C. P., & Soeharto, S. (2018). Teachers’ perception of


professionalism in competency-based medical education: Are there any
differences? Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia: The Indonesian
Journal of Medical Education, 7(1), 20. https://doi.org/10.22146/jpki.35538

Bombang, S. (2018). Etika Dan prinsip perbankan syariah dalam persfektif hukum
ekonomi Islam. Jurnal Hukum Unsulbar, 1(1), 13-26.
https://doi.org/10.31605/j-law.v1i1.48

Buamona, H. (2017). Pancasila Sebagai Nilai Dasar Profesi Dokter. Jurnal Hukum
Novelty, 8(1), 122. https://doi.org/10.26555/novelty.v8i1.a6562

Claramita, M. (2017). Jurnal pendidikan kedokteran Indonesia. Pembelajaran


Professional Kedokteran dalam Presefsi Instruktur dan Mahasiswa, 21-27.

Jeramu, J. (2017). Bioetik: Manfaat Dan tantanan bagi etika kristiani. Lumen
Veritatis: Jurnal Filsafat dan Teologi, 9(2), 49-60.
https://doi.org/10.30822/lumenveritatis.v9i2.91

Ocviyanti, D., Budiningsih, Y., Khusen, D., & Dorothea, M. (2019). Peran Dokter
dalam Menangani Pelecehan Seksual pada Anak di Indonesia, 69(2), 89-96.

Santoso, W. A. (2021). Etik Dan Hukum Profesi Perawat Dalam Pelaksanaan


Praktik Keperawatan. https://doi.org/10.31219/osf.io/v78gj

15
Sinaga, N. A. (2020). KODE ETIK SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN
PROFESI HUKUM YANG BAIK, 10(2), 1-34.
https://doi.org/10.35968/jh.v10i2.460

Suryadi, T. (2017). PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN HUKUM DALAM


PROFESI KEDOKTERAN.

16

Anda mungkin juga menyukai