Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)


LBM 3 BLOK PPD
“PERBEDAAN ITU INDAH”

Disusun oleh :
Kelompok 3

Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya (018.06.0031)

Tutor : dr. Hj. Suci Nirmala, S.Ked.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 3 yang berjudul “Perbedaan Itu Indah” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 3 yang berjudul “Perbedaan Itu Indah” meliputi seven jumps step yang
dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan
lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Hj. Suci Nirmala, S.Ked. Sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 3
yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun
makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 22 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I .................................................................................................................................. 4

1.1 Skenario ................................................................................................................... 4

1.2 Deskripsi Masalah ................................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................................ 7

2.1. Definisi dokter yang rahmatan lil’alamin? ..................................................... 7

2.2. Kerja sama tim dalam konsep rahmatan ‘lil’alamin ..................................... 7

2.3. Penerapan nilai Rahmatan lil’alamin sebagai mahasiswa kedokteran........ 8

2.4. Apa yang harus dimiliki oleh dokter untuk menjadi role model.................. 9

2.5. Cara menghargai keberagaman mahasiswa kedokteran dalam konsep


rahmatan lil’alamin .................................................................................................... 11

2.6. Apa Karakteristik dan kepribadian dokter yang rahmatan lil’alamin ..... 11

BAB II I............................................................................................................................ 13

3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Dokter Yusuf merupakan seorang dokter yang diundang sebagai
narasumber dalam sebuah talk show yang ditayangkan oleh salah satu
stasiun TV terkemuka. Dalam tayangan tersebut, dr.Yusuf menceritakan
pengalamannya saat mengabdi di sebuah klinik kesehatan . Klinik tersebut
berada di sebuah rumah ibadah agama dan kepercayaan yang berbeda
dengan dirinya. dr. Yusuf merupakan orang kepercayaan pimpinan rumah
ibadah tersebut, sehingga selalu di libatkan dalam setiap kegiatan
pengobatan bagi masyarakat sekitar.
dr. Yusuf sangat bersemangat menceritakan pengala n1annya bisa
berbaur dan bern1anfaat untuk orang lain tanpa membedakan suku, ras dan
agama (SARA). Tenyata pada saat menjalani program Internsip, dr. Yusuf
juga ditempatkan di daerah dengan mayoritas kepercayaan yang berbeda
dengannya. la harus beradaptasi dengan orang dan lingkungan yang
berbeda walaupun di awal terasa sangat berat. Hal tersebut didasari
keyakinan yang dimiliki oleh dr. Yusuf, bahwa seorang dokter seharusnya
bisa menjadi seorang yang rahmatan Lil 'alamin seperti yang diajarkan di
kampus tempat ia menimba ilmu. Keragaman seharusnya bukan menjadi
masalah jika kita mengetahui dengan baik konsep dan prinsip rahmatan Lil
'alamin .
Selain itu, sorang dokter harus mampu menjadi role model dan
figur yang baik di masyarakat. Sosok dokter yang bersahabat, ramah,
memiliki kasih sayang dan empati serta humanis merupakan dokter yang
menjadi harapan masyarakat luas. Begitulah pemyataan yang disampaikan
oleh dr. Yusuf saat menutup sesi acara talk show.

4
1.2 Deskripsi Masalah
Islam sebagai agama universal (Rahmatan Lil’alamin) memuat
pedoman untuk mencapai kebahagiaan hidup bagi manusia yang salah satu
media mencapainya adalah lewat pendidikan. Sesungguhnya Islam sangat
berkaitan erat dengan pendidikan. Islam sebagai kerangka pengembangan
dasar pendidikan yang memberikan kontribusi pemikiran (Kasmu, I.
2019).
Pendidikan Agama IRA bertujuan, Pertama, tujuan sikap, yaitu
sikap respek terhadap sesama, toleransi responsif terhadap berbagai
permasalahan muncul dimasyarakat yang harus menjadi budaya oleh
setiap orang muslim. Kedua, tujuan kognitif, yaitu mengenai pencapaian
nilai pengetahuan secara akademik, pengembangan pemikiran dalam
menentukan sebuah proses pembelajaran yang dapat dipahami, diterima
oleh suatu golongan tanpa menyudutkan golongan yang lain. Ketiga,
tujuan instruksional, yaitu mengenalkan dan menyampaikan berbagai
informasi mengenai keragaman suatu ajaran oleh berbagai kelompok baik
yang sesuai ajaran Rasul SAW dan yang tidak sesuai dengan ajaran Rasul
SAW melalui suatu pengajaran dengan buku teks yang dapat dijadikan
sebagai rujukan yang bisa dipercaya (Kasmu, I. 2019).
Pendidikan kedokteran terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap sarjana
dan tahap profesi yang merupakan suatu kesatuan. Pendidikan tahap
profesi merupakan tahapan pendidikan kedokteran yang penting untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapatkan pada tahap sarjana
atau preklinik. Pada tahap ini mahasiswa kedokteran juga berkesempatan
untuk melakukan kontak langsung dengan pasien di rumah sakit yang
tentunya menuntut sikap dan perilaku profesionalisme seorang dokter,
selain kemampuan skills dan kognitif. Oleh karena itu, peran seorang
pengajar sebagai role model menjadi penting dalam proses pembelajaran
pada tahap profesi ini (Palguna, A. D. Dkk, 2018).
Role modeling dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai
menganut atau meneladani, sebagai suatu proses saat anggota dari

5
kelompok, dalam hal ini adalah pengajar, mendemonstrasikan
kemampuan klinis, model, dan proses berpikir serta menampilkan
karakteristik profesional yang positif.1 Pendidikan tahap profesi masih
menggunakan metode apprenticeship (magang). Mahasiswa akan
mengamati dan mengikuti interaksi dosen atau dokter pembimbing klinik
dengan pasien maupun kolega. Informasi yang diamati dari role model,
selanjutnya akan diretensi oleh mahasiswa, diproses dalam memori, dan
selanjutnya akan menimbulkan motivasi untuk melakukan perilaku sesuai
model yang diamati. Oleh karena itu, role model merupakan aspek penting
dalam proses pendidikan kedokteran karena dapat memfasilitasi
mahasiswa dalam proses belajar dan membantu pengembangan identitas
profesional melalui observasi yang mereka lakukan terhadap pengajar
dalam cara mereka berperilaku dan berinteraksi dengan pasien maupun
kolega (Palguna, A. D. Dkk, 2018).
Dalam menempuh pendidikan sarjana, mahasiswa kedokteran
dihadapkan oleh banyak orang dan harus memiliki sikap toleransi serta
menghargai perbedaan, karena setiap manusia di bumi ini mempunyai
banyak hal perbedaan, baik ras, bahasa, suku dan budaya, tetapi pada
hakikatnya bahwa manusia adalah satu sebagai makhluk ciptaan Allah,
perbedaan setiap manusia adalah bentuk kewajaran yang merupakan fitrah
bahwa setiap manusia mempunyai pemikiraan, pandangan dan wawasan
yang berbeda-beda. Keberagaman itu adalah sebuah keniscayaan yang
sudah banyak masyarakat menyadarinya. tetapi dalam menyikapi terkait
masalah multikultural sering kali masih menjadi bahan perdebatan
dikalangan tertentu. Bagi sebagian kalangan tidak menyadari pentingnya
perbedaan dalam sebagai bentuk keragaman yang perlu dilestarikan nilai-
nilai positifnya, dan menganggapnya perbedaan yang hanya sebuah
permasalahan yang perlu diselesaikan (Kasmu, I. 2019).

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Definisi dokter yang rahmatan lil’alamin?


IRA mengandung pengertian bahwa manusia akan mendapatkan
suatu kebaikan jika manusia atau seseorang itu memahami Al-Qur’an dan
Hadis, karena dengan memahami tentu akan menerapakan segala bentuk
kegiatan kehidupan yang terarah termasuk menghargai alam dan
lingkungan sesuai yang diprintahkan Allah melalui syariat yaitu Al-Quran
dan Hadis. Dapat dipahami secara normatif bahwa Islam sebagai
Rahmatan Lil’alamin berhubungan dengan nilai tauhid, nilai pengamalan
ibadah seharihari, dan budi pekerti. IRA itu harus berdasar pada nilai-nilai
kemanusian, kebebasan dan ketuhanan, yang harus diketahui, dipahami
dan diamalkan dengan bijak (Sholihuddin, 2019., Lukman. 2016).
Dokter yang Rahmatan Lil’alamin adalah dokter yang selalu
mengedapankan pada nilai perilaku yang mencerminkan nilai-nilai sosial
yang perduli terhadap kemiskinan, dan hal lain mencakup permasalahan
sosial masyarakat. Selain itu dokter harus memelihara solidaritas,
persatuan, kebebasan, pengakuan terhadap hukum, serta kontrol sosial
untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar (Susmita, I. 2018).

2.2.Kerja sama tim dalam konsep rahmatan ‘lil’alamin


Konsep dasar dari islam Rahmatan Lil’alamin mempunyai nilai
aswaja (ahlussunahwaljamaah) yang terdiri dari nilai tawassuth (moderat),
tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang). Konsep dan upaya orang
Islam di dunia umumnya, khususnya di Indonesia dalam mewujudkan
Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam itu, berarti bukan hanya
keselamatan dan kedamaian untuk semua manusia tetapi juga untuk alam
lainnya, meliputi hablum minallah, hablum minan nas dan juga hablum
minal alam. Artinya bahwa keselamatan manusia tidak ada artinya jika

7
alam dan sekitarnya tidak dalam keselamatan (Jamaluddin, M. N. 2020.,
Sholihuddin. 2019).
Konsep Islam Rahmatan Lil’alamin berupaya untuk
mengembangkan pola hubungan yang terjadi antara manusia baik yang
humanis, dialogis, toleran bahkan pluralis, hal tersebut dilakukan dengan
pengelolaan, pemenfaatan dan pendayagunaan alam dengan penuh rasa
kasih dan sayang. Pluralis dalam arti memiliki relasi tanpa memandang
suku, bangsa, agama, ras ataupun titik lainnya yang membedakan antara
satu orang dengan orang lain. Humanis dalam arti menjunjung tinggi hak
asasi manusia dan menghargai manusia sebagai manusia. Dialogis dalam
arti semua persolan yang muncul sebagai akibat interaksi sosial
didiskusikan secara baik dan akomodatif terhadap beragam pemikiran.
Toleran dalam arti memberi kesempatan kepada yang lain untuk
melakukan sebagaimana yang diyakininya, dengan penuh rasa damai
(Jamaluddin, M. N. 2020).
Jadi mahasiswa kedokteran bekerja sama dengan konsep rahmatan
lil’alamin adalah : memiliki nilai” gotong-royong, kerjasama, nilai
keadilan, pluralis, humanis, aswaja dan nilai toleransi.

2.3.Penerapan nilai Rahmatan lil’alamin sebagai mahasiswa kedokteran


Nilai tawassuth (pola pikir moderat) artinya senantiasa bersikap
tawazun (seimbang/balance) dalam menyikapi berbagai persoalan. Dalam
prinsip bioetik nilai-nilai tersebut terintegrasi dengan prinsip justice,
dimana seorang dokter diajarkan bagaimana untuk tetap berada di tengah-
tengah, tidak berpihak secara ekstrem ke salah satu pihak golongan atau
keadaan tertentu. Misalkan peran dokter dalam memberikan pelayanan
kesehatan di daerah konflik/peperangan, dokter dituntut untuk
memberikan penanganan medis secara impartial, tidak berpihak ke salah
satu pihak yang sedang bertikai. Namun semata-mata hanya untuk
kemanusiaan (Syarifah, M. C., & Puspitarini, M. D., 2019).

8
Implementasi lainnya yaitu mahasiswa berperan aktif dalam
pelayanan kesehatan baik di masyarakat luas pada umumnya namun juga
di lingkungan pesantren khususnya. Diharapkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan akan lebih merata sesuai latar belakang
demografi dan kebutuhannya. Implementasi lain dari nilai seimbang
adalah sebagai seorang dokter yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien, dokter juga harus memperhatikan kesehatan dirinya sendiri
(Syarifah, M. C., & Puspitarini, M. D., 2019).
Sedangkan di dalam nilai tasamuh (toleran/diversity), mengandung
nilai dapat hidup berdampingan secara damai dengan berbagai pihak lain
walaupun mempunyai cara pikir atau budaya yang berbeda. Nilai ini
terintegrasi dengan prinsip respect for autonomy, dimana dokter
menghormati keputusan pasien dan mendukung pasien dalam proses
pengambilan keputusan medis. Dokter perlu memberikan informasi yang
lengkap dan jelas kepada pasien sehingga mampu mengambil keputusan
medis secara kompeten. Nilai tasamuh mengajarkan bagaimana seorang
dokter bersikap toleran terhadap berbagai perbedaan pendapat yang
mungkin ditemui saat proses pengambilan keputusan tersebut. Dalam
menerapkan sikap toleran diperlukan komunikasi yang baik antara dokter
pasien yaitu adanya sikap saling percaya dan saling menghormati diantara
keduanya (Syarifah, M. C., & Puspitarini, M. D., 2019).

2.4.Apa yang harus dimiliki oleh dokter untuk menjadi role model
Role modeling dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai menganut
atau meneladani, sebagai suatu proses saat anggota dari kelompok, dalam
hal ini adalah pengajar, mendemonstrasikan kemampuan klinis, model,
dan proses berpikir serta menampilkan karakteristik profesional yang
positif. Pendidikan tahap profesi masih menggunakan metode
apprenticeship (magang). Mahasiswa akan mengamati dan mengikuti
interaksi dosen atau dokter pembimbing klinik dengan pasien maupun
kolega. Informasi yang diamati dari role model, selanjutnya akan diretensi

9
oleh mahasiswa, diproses dalam memori, dan selanjutnya akan
menimbulkan motivasi untuk melakukan perilaku sesuai model yang
diamati (Palguna, A. D. Dkk, 2018., Maulidira, F., Syakurah, R. A.,
Fadilah, M., & Aulia, H. 2016).
Role model seharusnya menampilkan karakteristik professional
yang positif. Seorang role model yang baik hendaknya mempunyai 3
karakteristik, yaitu kompetensi klinis, keterampilan mengajar, dan kualitas
personal. Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu karakteristik
penting yang harus dimiliki seorang dokter pembimbing sebagai role
model. Kemampuan komunikasi yang diharapkan ada pada seorang role
model adalah kemampuan komunikasi yang efektif dalam peranan dokter
sebagai klinisi dan pengajar. Di samping itu, integritas, kejujuran, serta
sikap profesional dipandang sebagai atribut penting seorang role model
untuk menciptakan dan mempromosikan lingkungan profesional. Tidak
hanya itu, ternyata role model yang diharapkan oleh mahasiswa berkaitan
erat dengan kemampuan mengajar atau teaching skills. Alasan utama
mahasiswa menentukan role model yang baik adalah cukupnya waktu
membimbing, pemberian feedback dari dosen, memberikan kesempatan
berlatih, memiliki pengetahuan yang luas, dan kemampuan memberikan
motivasi belajar kepada mahasiswa (Palguna, A. D. Dkk, 2018.,
Kusumawati, W., Aminah TSE, S., & Tinartayu, S. 2014).
Pada tahap profesi, mahasiswa dihadapkan dengan situasi
pembelajaran yang melibatkan pasien secara langsung. Tidak jarang
ditemukan adanya ketidaksesuaian mengenai relational skills antara tahap
preklinik dengan perilaku yang diamati oleh mahasiswa pada tahap
profesi, sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan mahsiswa
mengharapkan masukan dosen pembimbing klinik untuk memberikan
konfirmasi terhadap pengetahuan dan tindakan yang telah dilakukan
(Palguna, A. D. Dkk, 2018).

10
2.5.Cara menghargai keberagaman mahasiswa kedokteran dalam konsep
rahmatan lil’alamin
Islam Rahmatan Lil’alamin senantiasa selalu menerapkan nilai-
nilai perdamaian, persaudaraan, toleransi, kesantunan dan keseimbangan
dalam kehidupan di dunia, khususnya di kampus. Islam Rahmatan
Lil’alamin yang diharapkan dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam,
termasuk salah satunya kehidupan manusia. Manusia sebagai warga
negara yang memiliki kehidupan berbangsa dan bernegara tentu
didalamnya mempunyai perbedaan meliputi perbedaan suku, agama, ras,
dan antar golongan. Namun, hal ini dapat dipersatukan dengan Bhineka
Tunggal Ika (berbeda-beda tetap satu), yang bermakna bahwa persatuan
dalam perbedaan, dan perbedaan untuk persatuan di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selain itu kita sebagai mahasiswa kedokteran harus
menjungjung tinggi nilai-nilai rahmatan lil’alamin yaitu pluralis, humanis,
dan toleran. Pluralis dalam arti memiliki relasi tanpa memandang suku,
bangsa, agama, ras ataupun titik lainnya yang membedakan antara satu
orang dengan orang lain.Humanis dalam arti menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan menghargai manusia sebagai manusia. Dialogis dalam arti
semua persolan yang muncul sebagai akibat interaksi sosial didiskusikan
secara baik dan akomodatif terhadap beragam pemikiran. Toleran dalam
arti memberi kesempatan kepada yang lain untuk melakukan sebagaimana
yang diyakininya, dengan penuh rasa damai (Jamaluddin, M. N. 2020.,
Sholihuddin. 2019).

2.6.Apa Karakteristik dan kepribadian dokter yang rahmatan lil’alamin


Sikap, dan perilaku (afektif) dokter rahmatan lil’ alamin sangat
didambakan oleh semua kalangan bagi orang yang mau mencontoh
teladaninya. Memiliki pengetahuan yang luas (knowledge), dan menjadi
stimulator, motivator, dan fasilitator bagi orang yang mau melakukan
perubahan (skill-inovasi). Ia memiliki soft skill yang handal, melakukan

11
perubahan dan pembaruan kearah yang lebih baik, untuk hari ini, dan hari
esok (Herman. 2019).
Dokter rahmatan lil ’alamin selalu berpikir, dan bertindak dengan
menggunakan unsur nasfsani hati, bukan dengan menonjolkan unsur
nafsani akal, dan nafsu semata. Berpikir dengan hati (qalbu) dapat
melahirkan nilai-nilai kemanusian, dan humanisme pada saat berhadapan
dengan realitas sosial masyarakat, dan lingkungannya (Herman. 2019).
Keilmuan, dan pengalaman dokter rahmatan lil ‘alamin
memberikan warna, dan corak tertentu dalam menghadapi realitas sosial
yang terjadi di lingkungan kampus, dan masyarakat khususnya di rumah
sakit (Herman. 2019).
Eksistensi dokter rahmatan lil ’alamin selalu menghindari
pemahaman yang eksklusif terhadap Islam, tetapi terus melakukan
interprestasi yang dapat melahirkan sikap-sikap beragama yang toleran
dan menghilangkan SARA sehingga terwujud kerukunan antar umat
beragama dan multikulturalisme (Herman. 2019).
Tanggung jawab, dan inovasi merupakan tindakan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, karena orang yang memiliki tanggung
jawab akan melahirkan ide, gagasan, dan inovasiinovasi terhadap
pemahaman moderasi beragama. Dokter rahmatan lil ‘alamin selalu
melihat dialektika secara idialis dan realitis terhadap apa yang terjadi
dalam masyarakat, terutama terkait dengan masalah kesehatan yang
diimplementasikan ke dalam kegiatan sehari-hari (Herman. 2019).

12
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan kelompok SGD kami,
disimpulkan bahwa kita sebagai mahasiswa kedokteran harus mengamalkan
ajaran islam rahmatan lil’alamin sehingga dalam kehidupan sehari-hari dan juga
dalam menghadapi pasien. Selain itu dokter juga harus bisa menjadi role model
bagi orang disekitarnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Herman. (2019). SIKAP DAN PERILAKU DOSEN RAHMATAN


LIL’ALAMIN, 11(2), 169-177.

Jamaluddin, M. N. (2020). Jurnal Hukum dan Kemanusiaan. WUJUD ISLAM


RAHMATAN LIL ÂLAMIN DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DI
INDONESIA, 14(2).

Kasmu, I. (2019). PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


BERPERSPEKSTIF ISLAM RAHMATAN LIL ’ALAMIN ( IRA) : Studi
Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Di SMA Negeri 1
Ponorogo [Master's thesis]. http://eprints.umpo.ac.id

Kusumawati, W., Aminah TSE, S., & Tinartayu, S. (2014). Role Model di Rumah
Sakit Pendidikan, 14(1), 63-74.

Lukman. (2016). TAFSIR AYAT RAHMATAN LIL ‘ALAMIN MENURUT


PENAFSIR AHLU SUNNAH, MUKTAZILAH, SYIAH, DAN WAHABI,
15(2).

Maulidira, F., Syakurah, R. A., Fadilah, M., & Aulia, H. (2016). PENGARUH
ROLE MODEL TERHADAP PILIHAN KARIR PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN, 4(2).

Palguna, A. D., Putri, I. K., Wicaksana, A., & Indayani, A. S. (2018). Pendapat
Mahasiswa Kedokteran Tentang Role Model Pada Proses Pendidikan Klinik.

Sholihuddin. (2019). KONSEP RAHMATAN LI AL-‘ᾹLAMῙN PERSPEKTIF


TAFSIR AL-MISBAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

14
KEHIDUPAN SOSIAL DI INDONESIA (Studi Penafsiran Surat al-Anbiyā’
Ayat 107) [Unpublished doctoral dissertation]. FAKULTAS USHULUDDIN
DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGRERI SUNAN AMPEL
SURABAYA.

Susmita, I. (2018). PERANAN DOKTER MUSLIM RAHMATAN LIL


‘ALAMIN DALAM BIDANG PELAYANAN KESEHATAN.

Syarifah, M. C., & Puspitarini, M. D. (2019). IMPLEMENTASI PENDIDIKAN


BIOETIKA KEDOKTERAN MENGGUNAKAN NILAI-NILAI ASWAJA
DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNUSA.

15

Anda mungkin juga menyukai