Anda di halaman 1dari 18

MA KALAH

PEMBELAJARAN PAI UNTUK DIFABEL

IMPLEMENTASI PAI INKLUSI PADA SMA

Disusun Oleh:

1. Abdul Malik Aziz ( 1811210057 )


2. Muhammad Zikri ( 1811210073 )
3. Momi Sulistia ( 1811210129 )

Dosen Pengampu : Arci Novita Dahyani, M. Pd

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat-
NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah aqidah akhlak dengan judul “ Pengertian,
Macam-macam akhlak, Hubungan Akhlak Dengan Ilmu Lain, Serta Manfaat Berakhlak.
Makalah ini, kami susun dengan sebaik mungkin dan didukung dari berbagai sumber, kami telah
berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai harapan, walaupun didalam
pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang kami miliki.
Makalah ini tentu dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan pihak lain juga, untuk
itu, kami mengucapkan terimakasih atas bimbingannya, kepada Dra. Hj. Nurul Fadhillah, M. Pd.
Selaku dosen pengampu mata kuliah akidah akhlak.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan ilmu yang bermanfaat untuk semua
pihak, kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, karena penulis
sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.

Bengkulu, 28 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1


B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Inklusi..........................................................................3
B. Landasan Inklusi............................................................................4
C. Prinsip-Prinsip Inklusi...................................................................5
D. Implementasi PAI Inklusi Di SMA ..............................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa, dan Negara. dalam
undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional bab IV pasal 5 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.1
Keberadaan anak berkelainan dan anak berkebutuhan khusus lainnya di Indonesia telah
mendapatkan kesamaan hak dalam berbicara, berpendapat, memperoleh pendidikan,
kesejahteraan dan kesehatan, sebagaimana yang dijamin oleh UUD 1945 ; mendapatkan hak
dan kewajiban secara penuh sebagai warga Negara, sebagaimana tertuang dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (1948).2
Peraturan di atas bertujuan untuk memajukan, melindungi, dan menjamin semua hak dan
kebebasan bagi anak disabilitas. Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan Islam tentang
pemenuhan hak anak disabilitas/anak berkebuthan khusus sebagaimana ayat di dalam Al
Qur’an Surat Abasa ayat 1 sampai dengan ayat 10 sebagai berikut:
ُ‫) فَأ َ ْنتَ لَه‬5( ‫) أَ َّما َم ِن ا ْستَ ْغنَى‬4( ‫) أَوْ يَ َّذ َّك ُر فَتَ ْنفَ َعهُ ال ِّذ ْك َرى‬3( ‫ك لَ َعلَّهُ يَ َّز َّكى‬
َ ‫) َو َما يُ ْد ِري‬2( ‫) أَ ْن َجا َءهُ األ ْع َمى‬1( ‫س َوتَ َولَّى‬
َ َ‫َعب‬
)10( ‫) فَأ َ ْنتَ َع ْنهُ تَلَهَّى‬9( ‫) َوهُ َو يَ ْخ َشى‬8( ‫ك يَ ْس َعى‬ َ ‫) َوأَ َّما َم ْن َجا َء‬7( ‫ك أَال يَ َّز َّكى‬ َ ‫) َو َما َعلَ ْي‬6( ‫ص َّدى‬
َ َ‫ت‬
Artinya: 1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling 2. karena telah datang
seorang buta kepadanya. 3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari
dosa). 4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat
kepadanya. 5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup. 6. Maka kamu melayaninya. 7.
Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman) 8. Dan adapun
orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) 9.sedang ia
takut kepada (Allah) 10. maka kamu mengabaikannya.
Kehidupan di masyarakat tidak seperti kehidupan di sekolah. Masalah yang dihadapi

1
UU RI NO.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2006)
2
J David Smith, Inclusion, School for All Students, terj. Mohammad Sugiarmin, Mif
Baihaqi (Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, 2018), hlm 447.
lebih kompleks dan dinamis. Individu-individu yang ada di lingkungan masyarakat pun
bermacam-macam. Homogenitas yang ada di sekolah akan sulit didapatkan di masyarakat.
Siswa berkebutuhan khusus membutuhkan situasi sekolah yang dapat meberikan pengalaman
dan pembelajaran sebagai bekal untuk dapat berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan Inklusi merupakan salah satu solusi bagi siswa berkebutuhan khusus untuk
mendapatkan pengalaman dan pembelajaran yang dapat menjadi bekal mereka aktif di
masyarakat. Di Indonesia, inklusi memberi kesempatan kepada anak berkelainan dan anak
lainnya yang selama ini tidak bisa sekolah karena berbagai hal yang menghambat mereka
untuk mendapatkan kesempatan sekolah, seperti letak sekolah luar biasa yang jauh, harus
bekerja membantu orang tua, dan sebab lainnya. Dengan adanya program inklusi kiranya
dapat meminimalkan jumlah mereka yang tidak sekolah. Pendidikan Inklusi ialah program
pendidikan yang mengakomodasi seluruh siswa dalam kelas yang sama sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya, termasuk di dalam siswa yang berkelainan.3

B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Pendidikan Inklusi
B. Apa Landasan Pendidikan Inklusi
C. Apa Prinsip-Prinsip Pendidikan Inklusi
D. Bagaimana Implementasi Pendidikan Inklusi Pendidikan Agama Islam Di SMA

C. Tujuan
A. Untuk Mengetahui Apa Itu Pendidikan Inklusi
B. Mengetahui Landasan pendidikan inklusi
C. Mengetahui Prinsip-Prinsip Pendidikan Inklusi
D. Mengetahui Implementasi Pendidikan Inklusi Pendidikan Agama Islam Di SMA

E.

3
J. David Smith, Inclusion, School for All Students,hlm 17.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inklusi Dan Anak Berkebutuhan khusus
Inklusi adalah istilah terbaru yang dipergunakan untuk mendeskripsikan penyatuan bagi
anak-anak berkelaianan (Penyandang hambatan/cacat) ke dalam program-program sekolah,
bagi sebagian besar pendidik, istilah ini dilihat sebagai deskripsi yang lebih positif dalam
usaha menyatukan anak-anak yang memiliki hambatan-hambatan dengan cara yang realistis
dan komprehensif dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh4
Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama-sama teman
seusianya. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung
semua murid di sekolah yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak
dan menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun
bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. 5 Menurut
fredickson dan cline yang dikutip oleh Idayu Astuti dan Olim di dalam bukunya , “pendidikan
inklusi memiliki prinsip adanya tuntutan yang besar terhadap guru regular maupun
pendamping khusus. Ini menuntut pergeseran besar dari tradisi mengajarkan materi yang
sama kepada semua siswa di kelas, menjadi mengajar setiap anak sesuai dengan kebutuhan
individualnya, tetapi dalam setting kelas.6
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan pendidikan
inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam llingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Istilah Anak Berkebutuhan Khusus bukan artian dalam istilah Anak Penyandang Cacat
atau Anak Luar Biasa tetapi menggunakan sudut pandang yang lebih luas dan positif terhadap
anak didik atau anak yang memiliki kebutuhan beragam. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep Anak Luar Biasa.

4
J. David Smith, Inclusion, School for All Students,hal 17
5
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2005)
6
Idayu Astuti dan Olim Valentiningsih, Pakem Sekolah Inklusi, (Malang: Bayu Media Publishing, 2011),hal 20.

3
Anak berkebutuhan Khusus mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat
permanen akibat dari kecacatan tertentu dan Anak Berkebutuhan Khusus yang bersifat
temporer. Anak Berkebutuhan Khusus yang tidak mendapatkan intervensi yang tepat bisa
menjadi permanen.
Ormrod (2009) menciri-cirikan anak berkebutuhan khusus diantaranya :
a. Anak mengalami hambatan kognitif atau akademik seperti kesulitan belajar, ADHD,
gangguan bicara dan komunikasi
b. Anak mengalami masalah sosial atau perilaku seperti gangguan emosi dan perilaku,
gangguan spektrum autisme
c. Anak mengalami keterlambatan umum dalam fungsi kognitif dan sosial seperti
keterbelakangan mental, gangguan fisik dan kesehatan, gangguan penglihatan,
pendengaran
d. Anak perkembangan kognitifnya diatas rata-rata seperti anak gifted atau memiliki
keberbekatan luar biasa.7

B. Landasan Pendidikan Inklusi


Landasan pendidikan inklusif adalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional  bab IV pasal V tentang hak dan kewajiban warga negara. Tujuan pendidikan
nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Hak dan kewajiban warga Negara:
1. Setiap warga Negara mempunyai  hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.
2. Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus
3. Warga Negara yang berada didaerah terprncil atau terbelakang serta masyarakat  adt yan
terpencil berhak mendapatkan layanan pendidikan khusus
4. Warga Negara yang memiliki kecerdasan khusus dan bakat istimewa berhak
mendapatkan pendidikan khusus
7
Ni‟matuzzahro dan Yuni Nurhamida. Individu Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan Inklusif (Malang : UMM
Press, 2016), hal 2.

4
5. Setiap warga Negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat
Pendidikan inklusif dipandang juga sebagai hak asasi manusia ditinjau dari beberapa
dokumen-dokumen internasional mengenai hak asasi manusia yang berkaitan dengan
pendididkan inklusif yaitu:
1. Deklarasi Universal hak asasi manusia tahun 1928
2. Konvensi PBB tentang hak anak tahun 1989
3. Deklarasi dunia tentang pendidikan untuk semua tahun 1990
4. Pengaturan Standar tentang Persamaan kesempatan bagi para penandang cacat tahun
1993

C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Inklusi


Pendidikan kebutuhan khusus menganut prinsip-prinsip pedagogi yang sehat yang dapat
menguntungkan semua anak. Pendidikan itu normal adanya dan, bahwa oleh karenanya
pembelajaran itu harus disesuaikan dengan kebutuhan anak bukannya anak yang disesuaikan
dengan kecepatan dan hakikat belajar. Pedagogi yang berpusat pada diri anak itu
menguntungkan bagi semua siswa dan pada gilirannya menguntungkan bagi masyarakat
secara keseluruhan. Berdasarkan ketetapan bagi anak-anak penyandang kebutuhan khusus di
wilayah Asia (Provision for Children with Special Education Needs in Asia Region) yang
dikutip oleh Budiyanto, mengajukan tujuh prinsip menuju terwujudnya universal primary
education (UPE). Ketujuh prinsip tersebut sebagai berikut:
1. Perkembangan Kebijakan Kerangka Hukum dan Susunan Kelembagaan
2. Komitmen terhadap Filsafat Pendidikan yang Berpusat pada Anak (Child-Centered)
3. Penekanan pada Keberhasilan dan Peningkatan Kualitas
4. Memperkuat Hubungan antara Sistem Reguler dan Sistem Khusus
5. Komitmen untuk Berbagi Tanggung Jawab dalam Masyarakat
6. Pengakuan oleh Para Profesional tentang Keragaman yang Lebih Besar
7. Komitmen terhadap pendekatan yang Holistik8
Berkaitan dengan Penyelengaraan pembelajaran anak berkebutuhan khusus hendaknya
mengacu prisip-prinsip pendekatan secara khusus, yang dapat dijadikan dasar-dasar dalam
upaya mendidik anak berkelainan, antara lain sebagai berikut:
1. Prinsip kasih saying
2. Prinsip layanan individual

8
Budiyanto, Pengantar Pendidikan Inklusif, (Jakarta: Prenadamedia, 2017), hlm 39-49

5
3. Prinsip kesiapan
4. Prinsip keperagaan
5. Prinsip motivasi
6. Prinsip belajar dan bekerja kelompok
7. Prinsip keterampilan
8. Prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap.

D. Implementasi Pendidikan Iklusi Pendidikan Agama Islam Di SMA


1) Kurikulum Pendidikan Agama Islam Inklusi
Secara arti kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.9Karena kurikulum sebagai pedoman
terkadang kurikulum menjadi kaku dalam proses pembelajaran, sehingga pemahaman kita
pendidikan hanya rancangan dengan bentuk bahan ajar. Ronald C Doll menjelaskan bahwa
kurikulum sudah tidak lagi bermakna sebagai rangkaian bahan yang akan dipelajari siswa,
tetapi seluruh pengalaman yang ditawarkan pada anak-anak peserta didik di bawah arahan dan
bimbingan sekolah
Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istemewa dijelaskan bahwa satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
inklusif menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan
dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan potensinya. Kemudian
dijelaskan pula bahwa pembelajaran perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran
yang disesuaikan dengan karakteristik belajar peserta didik. Begitu pula dengan penilaian,
dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar mengacu pada kurikulum yang bersanglutan. Bagi
peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai
dengan standar nasional pendidikan dan di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti
ujian nasinal. Bagi peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan yang bersangkutan

9
Dian Sukmara,Implementasi Life Skill Dalam KTSP (Bandung: Mugni Sejahtera, 2007), hal. 15

6
2) Perencanaan Pembelajaran
ada 3 hal yang harus dipenuhi. 3 hal tersebut: (1) adanya Assesmen. (2) PPI (Program

Pembelajaran Individual). (3) RPP modifikasi pembelajaran untuk ABK yang mempunyai

kemampuan tinggi dan sedang yang belajar bersama dengan anak regular.

Pertama, Assesmentadalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap

peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan sosial melalui

pengamatan yang sensitif10Tujuannya agar pada saat pembelajaran di kelas, bisa berian bentuk

intervensi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus yang sesuai bagi mereka.

Perbedaan karakteristik yang dimiliki anak berkebutuhan khusus membuat pendidikan

harus memiliki kemampuan khusus. Menurut woolfolk dan kolter (2009) dalam proses

pembelajaran sekolah inklusif kondisi belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak yang harus

didasarkan pada: (1) Identifikasi permasalahan. (2) diagnosa masalah. (3) Mengembangkan

program pembelajaran individual. (4) membuat program yang sesuai dengan kapasitas

siswa. (5) Adanya guru pendamping khusus.11

Kedua, PPI (Program Pembelajaran Individual), adalah sebuah perencanaan materi

pembelajaran kalau untuk anak umum terkenal dengan RPP. PPI pada mata pelajaran PAI

materi pembelajarannya masih seputar baca tulis al-Qur’ansuratal-Fatihah. Dengan jadwal

yang sudah ditentukan yang diikuti oleh ABK kelas 7,8 da 9 yang mempunyai ketunaan berat

dan kemampuan rendah yang tidak bisa belajar dikelas dengan anak regular pembelajaran

biasanya dialksanakan diruang inklusi

Dan ketiga, RPP modifikasi.RPP modifikasi pada indikator dan tujuan pembelajaran

10
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi (Bandung: Refika
Aditama, 2006), hlm.17
11
Idayu Astuti, Kepemimpinan Pembelajaran Sekolah Inklusi, (Malang: Bayumedia, 2011), hlm. 52

7
yang berbeda dengan anak regular.artinya adanya penyederhanaan dikarenakan dikelas inklusi

adanya keberagaman peserta didik (regular dan ABK). Tetapi untuk materi pembelajarannya

sama dengan anak regular pada kelas inklusi tersebut yang dibuat oleh guru bidang bidang

studi

3) Proses Pembelajaran
Dedy Kustawan (2012:38) Kegiatan pembelajaran setting pendidikan inklusif antara lain
menerapkan prinsip-prinsip 39 pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAIKEM).
1) Guru memahami keberagaman karakteristik dan kompetensi peserta didik.
2) Peserta didik dan Guru belajar bersama secara aktif, inovatif, kreatif, dengan penuh ceria
dan bahagia.
3) Tujuan pembelajaran disusun secara simpel dan diwujudkan secara efektif dan efisien.
4) Tugas-tugas diberikan lebih praktis, dan memanfaatkan lingkungan social dan alam sekitar.
5) Peserta didik berani dilatih berani bertanya dan mengemukakan pendapat dengan kata-kata
sendiri.
6) Kelas memajangkan pekerjaan peserta didik dan alat bantu pengajaran.
7) Peserta didik dapat menunjukkan perasaan dan mengutarakan pendapat mereka secara
bebas di kelas.
8) Penilaian dilakukan variatif dan berkesinambungan dan jadi umpan balik pada peserta
didik.
Kebanyakan sistem pembelajaran yang diterapkan di SMA Inklusi menggunakan sistem

pendampingan lepas, untuk kemampuan tinggi Sesekali didampingi untuk kemampuan sedang

dan pendampingan penuh untuk ABK dengan kemampuan rendah dan ketunaan berat. Tujuan

dari sistem tersebut untuk membangun kemandirian siswa dan efektifitas pembelajaran bagi

ABK

Sistem baku yang diterapkan oleh sekolahketika ABK masih kelas 1 pembelajarannya
selalu didampingioleh GPK secara penuh. Pada kelas 2 sesekali ditinggal sepertifull out.

8
Sedangkan untuk kelas 3, pembelajaran ditinggal tapi tetap ada pemantauan.
Sistem pembelajaran tersebut dinilaiefektif dimana Woolfolk & Kolter (2009)

mengatakan bahwa sistem pembelajaran disekolah inklusibukan merupakan satu keterampilan

tunggal, namun merupakan kombinasi antara praktek-praktek pembelajaran yang baik dan

sensitifitas terhadap kebutuhan siswa. Dalam hal ini, seorang guru dituntut mampu memahami

setiap anaknya sebagai individu yang memiliki keunikan dan perbedaan.Pemahaman tersebut

sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif bagi semua anak.

Sebuah jawaban untuk menciptakan lingkungan proses pembelajaran yang efektif adalah

dengan mengadaptasi proses pembelajran yang selama ini ada (konvensional) dengan

kebutuhan anak, dengan berorientasi kepada pembelajaran yang senantiasa bertitik tolak pada

anak (child center learning), dan bukan pada pencapaian target kurikulum12

4) Model Pembelajaran

Model pembelajaran pertama dilaksanakan didalam kelas yang diajar oleh guru bidang

studi dan GPK (guru pendamping khusus) sifatnya kordinasi, kordinasi ketika ada

permasalahan dari ABK.Sedangkan model yang kedua yaitu pembelajaran langsung yang

dilaksanakan diruang inklusi dengan dibimbing oleh GPK (guru pendamping khusus).

Lombardi (1994) memberikan beberapa model pengajaran yang dapat membantu

meningkatkan keberhasilan kelas inklusi. Model tersebut meliputi: 1. Pengajaran langsung

(direct instruction). 2. Intervensi strategi (strategi intervention). 3 Tim asisten-guru (teacher-

assistence team). 4 Model guru sebagai konsultan (consulting teacher model):13

a) Pengajaran langsung (direct instruction): dibuat suatu penekanan pada penggunaan

12
Idayu Astuti dan Olim Valentiningsih, Pakem Sekolah Inklusi, (Malang: Bayumedia Publising, 2011), hlm. 71

13
J David Smith.2018 Inclusion, School for All Students(Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia).hlm 400-401

9
struktur yang ringan dan jadwal waktu kelas, menggunakan seluruh sumber daya guru

secara efisien (baik pendidikan umum maupun khusus) dikelas umum, dan pemantauan

kemajuan

b) Tim asisten-guru (teacher-assistence team): guru umum dan guru khusus bekerja sebagai

tim. Mereka bertemu secara teratur untuk mengatasi masalah dan memberikan bantuan

kepada ABK terkait dengan masalah akademis dan hambatann

5) Evaluasi

Unsur penting lainnya dalam proses pendidikan Agama Islam sebagai bagian dari model
pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus adalah evaluasi dan penilaian. Evaluasi
pendidikan yang dimaksud di sini adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan
14
suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam. Evaluasi merupakan penilaian tentang suatu
aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran
menyeluruh yang ditinjau dari beberapa segi.

Program evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kadar pemahaman


peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk
mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan
perilakunya. Tujuan evaluasi lainnya adalah untuk mengetahui siapa diantara peserta didik
yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat
mengejar kekurangannya. Disamping itu, evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan
kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, dan
sebagainya.

Evaluasi PAI pada anak ABK tidak hanya pada aspek pemahaman materi, perilaku dan
psikomotorik saja.Akan tetapi dibutuhkan pemahaman secara menyeluruh, baik pemahaman

14
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), 139.

10
tentang hambatan, kemampuan dan karakteristik ABK dalam keseharian disekolah maupun
dirumah.

a). Alat Non Tes.

Tekhnik non tes ini dilakukan dengan banyak cara, diantaranya,

(1). Evalusi pemantauan akademik.Evaluasi untuk ABK cara ini biasanya dengan cara
pemantauan kelas, dimana guru pendamping khusus mengevaluasi tiap materi yang sudah
dipelajari dengan cara menanyakan kembali. Ketika materi tidak tuntas GPK melakukan
remedial kelas agar materi tersebut bisa berlanjut ke materi selanjutnya.

(2). Evaluasipemantauan hambatan dan perilaku, untuk cara ini biasanya seringkali alat yang
digunakan adalah handicam, kamera dan buku penghubung, bahkan lebih efisien lagi
menggunakan videoandroid. Melalui alat tersebut ABK bisa diketahui perkembangan
disekolah untuk dijadikan raport kepada orang tua. Tujuan dari cara ini mengajak kepada
orang tua untuk sama-sama membantu dalam belajar anak, serta memberikan harapan
atas perkembangan anaknya

(3). Evaluasikunjungan/HomeFisit, artinya GPK sewaktu-waktu mengunjungi rumah ABK


untuk memantau bagaimana kebiasaan dan perkembangan dirumah, sekaligus melakuan
konsultasi dengan orang tua terhadap keadaan anak selama disekolah

b). Evaluasi Tes

Untuk teknik tes harus ada kordinasi antara MKGPK (musyawaroh kelompok guru
pendamping khusus)., manfaat kelompok tersebut memudahkan untuk GPK untuk membuat
kriteria tes yang akan diberikan kepada siswa inklusi disekolah masing-masing.

Hasil evaluasi tekhnik tes tersebut disesuaikan dengan jawaban-jawaban.Tetapi dalam

pelaporannya diolah kembali, ketikaada nilai yang kurang dari KKM ditambah dengan

penilaian setiap harinya.Selanjutnya pencapaian siswa itu dideskripkan semua.

11
6) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat pembelajaran PAI dalam
pendidikan Inklusi, diantara faktor pendukungnya adalah
a) Guru Pendidikan Agama Islam Guru PAI melakukan analisis hambatan-hambatan yang
dimiliki oleh siswa ABK dengan mengetahui hambatan-hambatan tersebut Guru mampu
memodifikasi proses pembelajaran dengan metode tanya jawab dan demonstrasi,
sehingga membuat siswa ABK menjadi tertarik dan semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran. Media Pembelajaran yang digunakan adalah audio visual. Siswa ABK
sangat tertarik dengan penyampaian materi lewat video dan film pendek.
b) Guru Pendamping Khusus (GPK) GPK memiliki kemampuan dan pengalaman dalam
menangani siswa ABK. Karena GPK diambil dari lulusan Universitas dengan jurusan
Pendidikan Luar Biasa. Sedikit banyak mereka menguasai dan mampu melakukan
pembelajaran bersama siswa ABK. Mereka selalu mendampingi di setiap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh siswa ABK yang memerlukan pendampingan. PPI
(Program Pembelajaran Individu) diberikan khusus untuk siswa ABK yang tidak dapat
mengikuti pembelajaran di kelas Inklusi. ABK sangat terbantu dengan adanya PPI karena
mereka akan lebih fokus belajar materi dengan bimbingan GPK sesuai dengan PPI.
Selain faktor pendukung implementasi pembelajaran PAI dalam pendidikan inklusi di atas,
ada juga faktor yang menjadi penghambat. Faktor-faktor tersebuat adalah sebagai berikut :
a) Siswa ABK Hambatan selanjutnya yang dialami oleh Guru Pendidikan Agama Islam di
SMAN inklusi adalah siswa yang memiliki hambatan Slow learner (Lamban belajar).
Siswa ini sulit menerima materi yang diberikan, terutama materi mengenai teori-teori.
Sehingga guru sering melakukan pengulangan untuk memahamkan siswa ABK tersebut

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Pendidikan inklusif adalah pendidikan regular yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik yang memiliki kelainan dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat

12
istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidkan inklusif
mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus yang mempunyai IQ normal,
diperuntukan bagi yang memiliki kelainan, bakat istimewa, kecerdasan istimewa dan atau
yang memerlukan pendidkan layanan khusu
2) Landasan pendidikan inklusif adalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional  bab IV pasal V tentang hak dan kewajiban warga negara.
3) Tujuan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki
potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan ynag bermutu
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
4) Implementasi pendidikan inklusi pendidikan agama islam mencakup semua hal yang
diperlukan dari kurikulum hingga sampai ke penilaian.
5) Kurikulum pada sekolah inkulsi diatur Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istemewa dijelaskan bahwa
satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif menggunakan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai
dengan bakat, minat dan potensinya
6) Dalam perencanaan pembelajaran ada 3 hal yang harus dipenuhi. 3 hal tersebut: (1)

adanya Assesmen. (2) PPI (Program Pembelajaran Individual). (3) RPP modifikasi

pembelajaran untuk ABK yang mempunyai kemampuan tinggi dan sedang yang belajar

bersama dengan anak regular.

7) Model pembelajaran pertama dilaksanakan didalam kelas yang diajar oleh guru bidang

studi dan GPK (guru pendamping khusus) sifatnya kordinasi, kordinasi ketika ada

permasalahan dari ABK.Sedangkan model yang kedua yaitu pembelajaran langsung yang

dilaksanakan diruang inklusi dengan dibimbing oleh GPK (guru pendamping khusus).

8) Evaluasi yang digunakan hampir sama seperti kelas reguler yaitu teknik tes dan non tes

hanya yang membedakannya adalah pada proses dan alatnya saja

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Bandi Delphie.2006 Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan


Inklusi (Bandung: Refika Aditama)

Budiyanto.2017 Pengantar Pendidikan Inklusif, (Jakarta: Prenadamedia)

Dian Sukmara.2007 Implementasi Life Skill Dalam KTSP (Bandung: Mugni Sejahtera)

Idayu Astuti dan Olim Valentiningsih.2011 Pakem Sekolah Inklusi, (Malang: Bayu Media
Publishing)

J David Smith.2018 Inclusion, School for All Students(Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia).

Ni‟matuzzahro dan Yuni Nurhamida.2016 Individu Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan


Inklusif (Malang : UMM Press)

Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi 2005 (Direktorat Pendidikan Luar Biasa,


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional)

UU RI NO.20 Tahun 2003.2006 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika)
Zuhairini, dkk.1981, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional)

15

Anda mungkin juga menyukai