Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ SEJARAH PERKEMBANGAN DAN DOKUMENTASI-


DOKUMENTASI KEBIJAKAN NASIONAL DAN
INTERNASIONAL PENDIDIKAN INKLUSIF ”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu : Dedi Mulia, M.Pd.

Semester/Kelas : 5A
Disusun oleh Kelompok 8 :

1. Alifa Husnussyifa (2227200004)


2. Rima Safitri (2227210011)
3. Rizki Wulan Ningsih (2227210022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmatnya kepada kita semua
terutama nikmat sehat sehingga dapat menyelesaikan proses penyusunan makalah
ini. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, yang telah membawa kita ke zaman
yang terang benderang ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Inklusi .
Semoga dengan adanya makalah ini, mampu menjadikan proses belajar
kami menjadi lebih baik dan mampu memahami apa yang kami bahas dalam
makalah ini. Walaupun mungkin dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kesalahan dan kekurangan, maka kami memohon maaf sebesar-besarnya kepada
Ibu dosen pengampu dan kepada teman-teman yang membacanya. Kami selaku
penyusun makalah, mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi perbaikan di masa yang akan datang dan demi pembelajaran bagi kami
semuanya. Oleh karena itu sudah sepatutnya jika kami menyampaikan ucapan
terima kasih, rasa hormat kepada :
1. Yang terhormat Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Inklusi, Bapak Dedi
Mulia, M.Pd.
2. Teman-teman kelas 5A Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang kami banggakan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Serang, 25 Oktober 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 2
A. Sejarah Pendidikan Inklusif ............................................................. 2
B. Pendidikan Inklusi di Indonesia ....................................................... 3
C. Dokumentasi Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif ................ 6
BAB III PENUTUP ............................................................................ 9
A. Kesimpulan ..................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Inklusif merupakan pendidikan yang menerima
berbagai karakter dan latar belakang peserta didik untuk belajar bersama
dalam satu iklim pembelajaran. Wacana mengenai pendidikan inklusif
mulai dikenal di Indonesia setelah Indonesia ikut menandatangani
perjanjian Salamanca tahun 1994 dan mulai berkembang di awal tahun
2000-an. Sekarang ini operasional Pendidikan Inklusif semakin pesat
dengan payung Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70
tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif yang memuat dengan lengkap
rambu-rambu mengenai Pendidikan Inklusif mulai dari perencanaan
hingga pelaksanaan. Wacana dan pelaksanaan Pendidikan Inklusif di
Indonesia juga semakin kuat setelah Indonesia ikut menandatangani
ratifikasi internasional hak-hak penyandang cacat pada tahun 2011.

Dari uraian di atas, maka dalam pembahasan kali ini akan di bahas tentang
Sejarah Perkembangan dan Dokumentasi – dokumentasi Kebijakan Nasional
dan Internasional Pendidikan Inklusif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pendidikan Inklusif?
2. Bagaimana Pendidikan Inklusif di Indonesia?
3. Bagaimana Dokumentasi Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Pendidikan Inklusif
2. Untuk mengetahui Pendidikan Inklusif di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Dokumentasi Sejarah Perkembangan Pendidikan
Inklusif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan Inklusi


Istilah pendidikan inklusif atau pendidikan inklusi merupakan kata
atau istilah yang dikumandangkan oleh UNESCO berasal dari kata
Education for All yang artinya pendidikan yang ramah untuk semua.
dengan pendekatan pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang
tanpa terkecuali. Mereka semua memiliki hak dan kesempatan yang sama
untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari pendidikan. Hak dan
kesempatan itu tidak dibedakan oleh keragaman karakteristik individu
secara fisik, mental, sosial, emosional, dan bahkan status sosial ekonomi.
Pada titik ini tampak bahwa konsep pendidikan inklusif sejalan dengan
filosofi Pendidikan nasional Indonesia yang tidak membatasi akses peserta
didik kependidikan hanya karena perbedaan kondisi awal dan latar
belakangnya. Inklusifpun bukan hanya bagi mereka yang berkelainan atau
luar biasa melainkan berlaku untuk semua anak.

Sejarah perkembangan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai


dan diawali dari negara-negara Scandinavia (Denmark, Norwegia.
Swedia). Di Amerika Serikat pada tahun 1960-an oleh Presiden Kennedy
mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar biasa ke Scandinavia untuk
mempelajari Mainstreaming dan Least Restrictive Environment, yang
ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat. Selanjutnya di Inggris
dalam Ed. Act. 1991 mulai memperkenalkan adanya konsep Pendidikan
inklusif dengan ditandai adanya pergeseran model pendidikan untuk anak
kebutuhan khusus dari segregatif ke intergratif. Tuntutan penyelenggaraan
pendidikan inklusif di dunia semakin nyata terutama sejak diadakannya
konvensi dunia tentang hak anak pada tahun 1989 dan konferensi dunia
tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan deklarasi

2
Education for All Implikasi dari statement ini mengikat bagi semua
anggota konferensi agar semua anak tanpa kecuali (termasuk anak
berkebutuhan khusus ) mendapatkan layanan pendidikan secara memadai.
Sebagai tindak lanjut deklarasi Bangkok, pada tahun 1994 diselenggarakan
konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya
Pendidikan Inklusif yang selanjutnya dikenal dengan "The Salamanca
Statement on Inclusive Education."
Sejalan dengan kecenderungan tuntutan perkembangan dunia
tentang Pendidikan Inklusif. Indonesia pada tahun 2004
menyelenggarakan konvensi nasional dengan menghasilkan Deklarasi
Bandung dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif. Untuk
memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar. pada tahun 2005
diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan
Rekomendasi Bukittinggi yang isinya antara lain menekankan perlunya
terus dikembangkan program Pendidikan Inklusif sebagai salah satu cara
menjamin bahwa semua anak benar-benar memperoleh pendidikan dan
pemeliharaan yang berkualitas dan layak.
Berdasarkan perkembangan sejarah pendidikan inklusif dunia
tersebut. maka Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000
mengembangkan program pendidikan inklusif. Program ini merupakan
kelanjutan program pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah
diluncurkan di Indonesia pada tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang
berkembang, dan baru mulai tahun 2000 dimunculkan kembali dengan
mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan konsep Pendidikan
Inklusif.

B. Pendidikan Inklusi di Indonesia


Di Indonesia ada Peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelindungan terhadap penyandang disabilitas, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.

3
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
8. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
11. Undang-Undang Nomor I Tahun 2009 tentang Penerbangan.
12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
13. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
14. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
15. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Pendidikan Inklusif merupakan jalan bagi anak-anak penyandang


Disabilitas dan penyandang ketunaan lainnya untuk dapat menunjukkan
eksistensi mereka dengan segala kelebihan yang mereka miliki. Banyak
kita temui anak-anak yang memiliki bakat yang luar biasa dari segi seni,
tari, musik, intelejensi, maupun kecakapan Lifeskill lainnya. Hal ini
bermula dari keinginan yang luar biasa yang mereka miliki. dengan
keinginan yang luar biasa tersebut sang anak akan mengerjakan sesuatu
dengan sungguh-sungguh untuk melahirkan sebuah karya yang mereka
yakini sendiri dan hasilnyapun akan menjadi luar biasa.

4
Selanjutnya Pemerintah Mengesahkan Konvensi yang telah ditanda
tangani tersebut dengan melahirkan Undang-undang Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With
Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)
Adapun Pokok-pokok Isi Konvensi tersebut ialah:

a. Pembukaan
Pembukaan berisi pengakuan harga diri dan nilai serta hak yang sama bagi
penyandang disabilitas, yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik,
mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui
hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif
berdasarkan kesamaan hak. Oleh karena itu, pengakuan bahwa
diskriminasi berdasarkan disabilitas merupakan pelanggaran terhadap
martabat dan nilai yang melekat pada setiap orang.

b. Tujuan
Tujuan konvensi ini adalah untuk memajukan, melindungi, dan menjamin
kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang
disabilitas. serta penghormatan terhadap martabat penyandang disabilitas
sebagai bagian yang tidak terpisahkan (inherent dignity).

c. Kewajiban Negara
Kewajiban negara merealisasikan hak yang termuat dalam Konvensi,
melalui penyesuaian peraturan perundang-undangan, hukum dan
administrasi dari setiap negara, termasuk mengubah peraturan perundang-
undangan, kebiasaan dan praktik-praktik yang diskriminatif terhadap
penyandang disabilitas. baik perempuan maupun anak. menjamin
partisipasi penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan seperti
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, politik, olah raga, seni dan budaya, serta
pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi.

5
d. Hak-hak Penyandang Disabilitas
Setiap penyandang disabilitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan
yang kejam. tidak manusiawi, merendahkan martabat manusia. bebas dari
eksploitasi, kekerasan dan perlakuan semena- mena, serta memiliki hak
untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya
berdasarkan kesamaan dengan orang lain. Termasuk didalamnya hak
untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan social dalam rangka
kemandirian, serta dalam keadaan darurat.

e. Implementasi dan Pengawasan Nasional Negara


Pihak harus menunjuk lembaga pemerintah yang menangani masalah
penyandang disabilitas yang bertanggung jawab terkait pelaksanaan
Konvensi ini, dan membangun mekanisme koordinasi di tingkat
pemerintah untuk memfasilitasi Tindakan tersebut.

f. Laporan Negara Pihak dan Peran Komite Pemantau Konvensi


Hak-Hak Penyandang Disabilitas Negara Pihak wajib membuat laporan
pelaksanaan Konvensi ini 2 (dua) tahun setelah konvensi berlaku, dan
laporan selanjutnya paling lambat setiap 4 (empat) tahim atan kapan pun
jika diminta Komite Pemantau Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas
melalui Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Komite Pemantau Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas


membahas laporan yang disampaikan oleh Negara Pihak dan memberikan
pertimbangan mengenai cara dan sarana meningkatkan kapasitas nasional
untuk pelaksanaan Konvensi ini. Komite juga melakukan kerja sama
internasional dan koordinasi dengan Komite Pemantau Instrumen Hak
Asasi Manusia Internasional dan badan-badan Perserikatan Bangsa-
Bangsa lainnya.

6
C. Dokumentasi Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif
Dokumentasi Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif Dalam Berbagai
Jenis Media :

1. Anak Hambatan Penglihatan (Tunanetra)


Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang
mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga
membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.
Layanan khusus dalam pendidikan bagi mereka, yaitu dalam membaca
menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang tumanetra total,
dan bagi yang masih memiliki sisa penglihatan diperlukan kaca pembesar
atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau
diperbesar.

2. Anak Hambatan Pendengaran (tunarungu)


Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara
verbal. Walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar,
mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus.

3. Anak Hambatan Intelektual (tunagrahita)


Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami
hambatan dan keterbelakangan perkembangan mentalintelektual di bawah
rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikam khusus.
Ketunagrahitaan mengacu pada intelektual umum yang secara signifikan
berada di bawah rata-rata. Para tunagrahita mengalami hambatan dalam
tingkah laku dan penyesuaian diri. Semua itu berlangsung atau terjadi pada
masa perkembangannya.

7
4. Anak Hambatan Gerak Anggota Tubuh (tunadaksa)
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap
pada anggota gerak pada tulang, sendi, dan otot. mereka mengalami
gangguan gerak karena kelayuan otot. atau ganggungsi syaraf otak
(disebut Cerebral Palsy atau CP).

5. Anak Hambatan Sosial Perilaku dan Emosi (tunalaras)


Anak dengan gangguan perilaku (Tunalaras) adalah anak yang berperilaku
menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada
usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi
dan sosial atau keduanya. sehingga merugikan dirinya sendiri maupun
lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan
pelayanan dan pendidikan secara khusus.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Inklusi ini merupakan perkembangan dari
pendidikan terpadu, pendidikan inklusi disini mensyaratkan kepada pihak
sekolah untuk menyesuaikan sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup
peserta didik, bukan peserta didik yang harus menyesuaikan dengan sistem
persekolahan, keuntungan adanya pendidikan inklusi ini bagi anak normal
dan anak berkebutuhan khusus mereka dapat berinteraksi secara wajar
sesuai dengan kebutuhan sehari-hari di masyarakat dan kebutuhan
pendidikannya dapat terpenuhi sesuai dengan potensinya masing-masing.
Filosofi Pendidikan Inklusi menunjukan bahwa terdapat
keberagaman dan perbedaan namun memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk mencerdaskan anak bangsa.

B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini kita semua bisa lebih
mengetahui dan memahami materi mengenai Sejarah Perkembangan dan
Dokumentasi – dokumentasi Kebijakan Nasional dan Internasional
Pendidikan Inklusif. Dengan penulisan makalah ini, kami menyadari
bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
juga membutuhkan saran yang membangun dari pembaca, dengan itulah
kami bisa belajar membuat makalah dengan lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hafiz, Abdul. 2017. Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Inklusif di


Indonesia Jurnal As-Salam. Vol. 1 (3). Hlm 9-15.

Jauhari. Auhad. 2017. Pendidikan Inklusi Sebagat Alternatif Solusi Mengatasi


Permasalahan Sosial Anak Penyandang Disabilitas. Jurnal IJTIMAIYA.
Vol. 1 (1), Hal 23-38.

Khoiri A, Mardiana 2021. Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan


Khusus di Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar. Vol. 5(1).
Hal 1-5.

10

Anda mungkin juga menyukai