Semester/Kelas : 5A
Disusun oleh Kelompok 8 :
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmatnya kepada kita semua
terutama nikmat sehat sehingga dapat menyelesaikan proses penyusunan makalah
ini. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, yang telah membawa kita ke zaman
yang terang benderang ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Inklusi .
Semoga dengan adanya makalah ini, mampu menjadikan proses belajar
kami menjadi lebih baik dan mampu memahami apa yang kami bahas dalam
makalah ini. Walaupun mungkin dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kesalahan dan kekurangan, maka kami memohon maaf sebesar-besarnya kepada
Ibu dosen pengampu dan kepada teman-teman yang membacanya. Kami selaku
penyusun makalah, mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi perbaikan di masa yang akan datang dan demi pembelajaran bagi kami
semuanya. Oleh karena itu sudah sepatutnya jika kami menyampaikan ucapan
terima kasih, rasa hormat kepada :
1. Yang terhormat Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Inklusi, Bapak Dedi
Mulia, M.Pd.
2. Teman-teman kelas 5A Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang kami banggakan.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari uraian di atas, maka dalam pembahasan kali ini akan di bahas tentang
Sejarah Perkembangan dan Dokumentasi – dokumentasi Kebijakan Nasional
dan Internasional Pendidikan Inklusif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pendidikan Inklusif?
2. Bagaimana Pendidikan Inklusif di Indonesia?
3. Bagaimana Dokumentasi Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Pendidikan Inklusif
2. Untuk mengetahui Pendidikan Inklusif di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Dokumentasi Sejarah Perkembangan Pendidikan
Inklusif.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Education for All Implikasi dari statement ini mengikat bagi semua
anggota konferensi agar semua anak tanpa kecuali (termasuk anak
berkebutuhan khusus ) mendapatkan layanan pendidikan secara memadai.
Sebagai tindak lanjut deklarasi Bangkok, pada tahun 1994 diselenggarakan
konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya
Pendidikan Inklusif yang selanjutnya dikenal dengan "The Salamanca
Statement on Inclusive Education."
Sejalan dengan kecenderungan tuntutan perkembangan dunia
tentang Pendidikan Inklusif. Indonesia pada tahun 2004
menyelenggarakan konvensi nasional dengan menghasilkan Deklarasi
Bandung dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif. Untuk
memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar. pada tahun 2005
diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan
Rekomendasi Bukittinggi yang isinya antara lain menekankan perlunya
terus dikembangkan program Pendidikan Inklusif sebagai salah satu cara
menjamin bahwa semua anak benar-benar memperoleh pendidikan dan
pemeliharaan yang berkualitas dan layak.
Berdasarkan perkembangan sejarah pendidikan inklusif dunia
tersebut. maka Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000
mengembangkan program pendidikan inklusif. Program ini merupakan
kelanjutan program pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah
diluncurkan di Indonesia pada tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang
berkembang, dan baru mulai tahun 2000 dimunculkan kembali dengan
mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan konsep Pendidikan
Inklusif.
3
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
8. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
11. Undang-Undang Nomor I Tahun 2009 tentang Penerbangan.
12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
13. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
14. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
15. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4
Selanjutnya Pemerintah Mengesahkan Konvensi yang telah ditanda
tangani tersebut dengan melahirkan Undang-undang Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With
Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)
Adapun Pokok-pokok Isi Konvensi tersebut ialah:
a. Pembukaan
Pembukaan berisi pengakuan harga diri dan nilai serta hak yang sama bagi
penyandang disabilitas, yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik,
mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui
hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif
berdasarkan kesamaan hak. Oleh karena itu, pengakuan bahwa
diskriminasi berdasarkan disabilitas merupakan pelanggaran terhadap
martabat dan nilai yang melekat pada setiap orang.
b. Tujuan
Tujuan konvensi ini adalah untuk memajukan, melindungi, dan menjamin
kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang
disabilitas. serta penghormatan terhadap martabat penyandang disabilitas
sebagai bagian yang tidak terpisahkan (inherent dignity).
c. Kewajiban Negara
Kewajiban negara merealisasikan hak yang termuat dalam Konvensi,
melalui penyesuaian peraturan perundang-undangan, hukum dan
administrasi dari setiap negara, termasuk mengubah peraturan perundang-
undangan, kebiasaan dan praktik-praktik yang diskriminatif terhadap
penyandang disabilitas. baik perempuan maupun anak. menjamin
partisipasi penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan seperti
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, politik, olah raga, seni dan budaya, serta
pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi.
5
d. Hak-hak Penyandang Disabilitas
Setiap penyandang disabilitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan
yang kejam. tidak manusiawi, merendahkan martabat manusia. bebas dari
eksploitasi, kekerasan dan perlakuan semena- mena, serta memiliki hak
untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya
berdasarkan kesamaan dengan orang lain. Termasuk didalamnya hak
untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan social dalam rangka
kemandirian, serta dalam keadaan darurat.
6
C. Dokumentasi Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif
Dokumentasi Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif Dalam Berbagai
Jenis Media :
7
4. Anak Hambatan Gerak Anggota Tubuh (tunadaksa)
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap
pada anggota gerak pada tulang, sendi, dan otot. mereka mengalami
gangguan gerak karena kelayuan otot. atau ganggungsi syaraf otak
(disebut Cerebral Palsy atau CP).
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Inklusi ini merupakan perkembangan dari
pendidikan terpadu, pendidikan inklusi disini mensyaratkan kepada pihak
sekolah untuk menyesuaikan sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup
peserta didik, bukan peserta didik yang harus menyesuaikan dengan sistem
persekolahan, keuntungan adanya pendidikan inklusi ini bagi anak normal
dan anak berkebutuhan khusus mereka dapat berinteraksi secara wajar
sesuai dengan kebutuhan sehari-hari di masyarakat dan kebutuhan
pendidikannya dapat terpenuhi sesuai dengan potensinya masing-masing.
Filosofi Pendidikan Inklusi menunjukan bahwa terdapat
keberagaman dan perbedaan namun memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk mencerdaskan anak bangsa.
B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini kita semua bisa lebih
mengetahui dan memahami materi mengenai Sejarah Perkembangan dan
Dokumentasi – dokumentasi Kebijakan Nasional dan Internasional
Pendidikan Inklusif. Dengan penulisan makalah ini, kami menyadari
bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
juga membutuhkan saran yang membangun dari pembaca, dengan itulah
kami bisa belajar membuat makalah dengan lebih baik lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10