Anda di halaman 1dari 76

islam

Pendidikan
Inklusif
Dalam
islam
Dr.Didin Sirojuddin M.Pdi

Penyusun

Khaerul Umam Fawazi 2201012447

Izzaturrohmah 2201012597

Siti Sholihatin Ulumiah 2201012432

Lia Rahma Safitri 2202022562

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kami panjatkan ke hadirat


Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, taufiq,
hidayah dan petunjuk hingga selesainya buku yang
berjudul “Pendidikan Inklusif dalam islam”.

Terima kasih kepada dosen Didin Sirojuddin


M.Pd.i karena telah memand studi pendidikan Islam,
kami dan tidak lupa semua pihak yang membantu dan
mendorong kami untuk menyelesaikan buku ini.

Kami menyadari bahwa buku ini jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas majalah yang akan datang sangat
berharga bagi kami.

Untuk itulah artikel ini kami siapkan, dan


semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi
sumber referensi tambahan bagi penulis publikasi
serupa di masa mendatang.

Jombang,22,mei 2023

Penyusun

II
DAPTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... II

DAPTAR ISI............................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN .............................................................

A. Latar belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan masalah.................................................................... 5

C. Tujuan ..................................................................................... 5

BAB II PENDIDIKAN INKLUSIF .......................................... 6

A. Pengertian pendidikan inklusif................................................ 8

B. pendidikan inklusif menurut para ahli ................................... 12

SOAL ........................................................................................ 17

BAB III LANDASAN PENYELENGARAAN PENDIDIKAN

INKLUSIF ............................................................................... 18

A. Landasan Hukum (yudris) ..................................................... 20

B. Landasan Imperis .................................................................. 24

C. Landasan filosofi ................................................................... 36

SOAL ........................................................................... 37

BAB IV MODEL-MODEL PENDIDIKAN


INKLUSIF ........................................................................38

A. Model pendidikan inklusif ............................................40

III
SOAL ......................................................................................... 50

BAB V PENDIDIKAN INKLUSIF DALAM ISLAM ..51


A. Pandangan al-Quran terhadap pendidikan inklusif ........51

B. Nilai akar perilaku inklusif pada pandangan islam .......60

SOAL ................................................................................68

DAPTAR PUSTAKA .......................................................69

IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu negara yang berpotensia tinggi dalam
segala hal adalah Indonesia, salah satunya ialah
Pendidikan, Indonesia wajib menyesesuaikan dengan
kondisi kekinian. .Keniscayaan akan design pendidikan
yang lebih baik telah menjadi "kewajiban" bersama
dalam usaha merealisasikannya. Melakukan suatu usaha
pembebasan terhadap pendidikan yang selama ini banya
diwarnai dengan nilai kreativitas berfikir murid, sudah
mengharuskan kita berusaha merubah sambil
menyampaikan konsep baru ihwal pendidikan yang
sebenarnya. memberikan sepenuhnya peluang pada
murid pada rangka pengembangan kemampuannya
sesuai dengan ability nya, akan berimplikasi positif bagi
pertumbuhan dan perkembangannya secara alamiah
(nature).1

Akses mendapatkan pendidikan merupakan


kebutuhan dasar bagi semua warga negara. Artinya
bahwa pemerintah mempunyai kewajiban menjamin
terwujudnya konsep schooling for All (EFA) bagi

1
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005),
xiv

-1-
warganya. Di samping itu pemerintah juga berkewajiban
secara terus menerus melakukan berbagai upaya dalam
meningkatkan kualitas pendidikan rakyat.
Apalagi bila merujuk kepada HDI(Human Devlomen
Index) pada tahun 2011 Indonesia berada di No.124 dari
187 Negara, sedangkan di Asia Pasifik, Indonesia berada
di No.12 dari 21 Negara.2
Ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan
bangsa kita masih belum mampu sejajar atau belum
mampu bersaing dengan negara lain. oleh sebab itu
pemerintah harus melakukan upaya secara kontinyu
untuk peningkatan kualitas pendidikan bangsa seperti
disebut diatas. kekeliruan satu perseteruan mendasar
pada global pendidikan Indonesia merupakan
aksestabilitasnya untuk menerima haknya sebagai warga
Negara yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar.
Disinyalir bahwa masih anak anyak usia sekolah
belum dapat mengenyam bangku sekolah. Belum lagi
banyak sekali problem yang tak jarang mendera dunia
pendidikan kita. Mulai dari wahana prasana yang tidak
layak, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
rendah, sumber belajar yang terbatas, aneka macam
konflik yangg mendera terkait keabsahan lahan sekolah
serta akhir ini yg marak, serta menjadi perhatian publik
seperti tawuran antar pelajar serta lain sebagainya.

2
http://datakesra.menkokesra.go.id/content/hdi-dindonesia-2011
diakses 27 Maret 2013

-2-
pada antara permasalahan tadi merupakan realitas
masih banyaknya siswa yang berkategori mempunyai
keterbatasan fisik juga mental dan tidak mendapatkan
hak pendidikan serta pengajaran sebagaimana yang
dinikmati oleh anak yang lainnya. istilah yang biasa
digunakan bagi mereka merupakan disabel atau difabel.
Information baru yg dirilis Kementerian
Kesehatan 2010, menyebut jumlah penderita difabel
mencapai 3,11 persen asal populasi penduduk atau lebih
kurang 6,7 jiwa. Sememntara bila mengacu pada baku
organisasi kesehatan global yaitu World Healt
Organizatin (WHO) menggunakan persyaratan yg lebih
ketat lagi tentunya, diketahui jumlah penyandang cacat
pada indonesia mencapi 10 juta jiwa. berasal jumlah itu,
separuh lebih merupakan anak yang tidak atau belum
mendapat kesempatan menikmati pendidikan. Jumlah
kaum tunanetra sendiri menurut information WHO tahun
2002 mencapai 1,5% dari all out populasi, jauh lebih
tinggi daripada negara berkembang seperti : Bangladesh
(1%), India (0,7%), Thailand (0,tiga%). Selama ini
pemerintah telah memberikan akses pendidikan bagi
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan difasilitasi di
Sekolah Luar Biasa (SLB) tetapi keberadaan forum itu
selama ini tidak relatif memberikan fasilitas yang
memadai bagi perkembangan ABK.

Pada sisi lain, pendidikan Islam menjadi sebuah


sistem yang secara konsep, metode juga menjadi soul

-3-
sudah diimplementasikan di madrasah, pesantren serta
institusi pendidikan Islam lainnya, merupakan sebuah
keniscayaan Jika forum pendidikan Islam berusaha
melakukan aneka macam inovasi dan pembaharuan
secara menyeluruh pada rangka menaikkan kualitasnya.

Hal ini sejalan dengan kritik yang dikemukakan


sang Fazlur Rahman yg menyoroti kemunduran
pendidikan Islam seraya memberikan solusi dengan
menekankan pentingnya wangsit pemikiran
menggunakan kriteria-krieria nyata bagi keberhasilan
pendidikan Islam.3

berdasarkan hal tersebut maka pendidikan inklusi


selayaknya dipertimbangkan menjadi sebuah tawaran
penemuan penyelenggaraan pendidikan pada lembaga
pendidikan Islam, mengingat secara normatif bahwa
pendidikan Inklusi memiliki landasan serta pijakan yang
kuat menggunakan Islam sebagai sumber pandangan
baru pendidikan Islam. goresan pena ini berusaha
mencari benang merah antara pendidikan Islam dan
pendidikan Inklusi sebagai akibatnya antara keduanya
dapat diintegrasikan pada sebuah cara lain sistem juga
model pembelajaran yang layak dilakukan atau
setidaknya diuji cobakan.

3
Fazlur Rahman juga lebih memilih istilah Intelektual Islam dari
pada Pendidikan Islam karena dipandang lebih elaboratif .Lihat
Fazlur Rahman, Islam and Modernity :Transformation of Intellectual
Tradition (Chicago: The Chicago University, 1982).

-4-
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Pendidikan inklusif
2. Landasan penyelenggaraan Pendidikan
inklusif
3. Model-medel Pendidikan inklusif
4. Pendidikan inklusif dalam islam

C. Tujuan masalah
Mengetahui dan Memahami pengertian dan
landasan hukum maupun teori-teori beserta model-model
Pendidikan inklusif, baik dalam Pendidikan nasional
umumnya dan Pendidikan islam khususnya

-5-
BAB II

PENDIDIKAN INKLUSIF

Sejarah perkembangan pendidikan inklusif dimulai dari


negara-negara Skandinavia (Denmark, Norwegia,
Swedia). Pada tahun 1960-an, Presiden Jhon of
Kennedy dari Amerika Serikat pada waktu itu mengirim
ahli pendidikan khusus ke Skandinavia untuk
mempelajari pendekatan mainstreaming dan Least
Prohibitive Climate, yang ternyata sesuai untuk
diterapkan di Amerika Serikat.

Kemudian, di Inggris, pada tahun 1991, dengan


melalui Undang-Undang Pendidikan, diperkenalkan
konsep pendidikan inklusif dengan menggeser model
pendidikan anak-anak dengan kebutuhan khusus, dari
pendekatan segregatif ke integratif. Permintaan untuk
pendidikan inklusif di dunia semakin jelas.

Terutama setelah adanya kesepakatan


internasional tentang hak-hak anak pada tahun 1989 dan
Konferensi Dunia tentang Pendidikan pada tahun 1991
di Bangkok yang mengeluarkan deklarasi "Training for
All". Deklarasi ini mengikat semua negara anggota
konferensi untuk memberikan layanan pendidikan yang

-6-
memadai bagi semua anak tanpa terkecuali, termasuk
anak-anak dengan kebutuhan khusus.4.
Setelah Deklarasi Bangkok, pada tahun 1994
diadakan Konvensi Pendidikan di Salamanca, Spanyol,
yang menghasilkan "Pernyataan Klarifikasi Salamanca
tentang Panduan yang Komprehensif." Konvensi ini
menegaskan pentingnya pendidikan inklusif. Secara
sejalan dengan tuntutan perkembangan pendidikan
inklusif di dunia, pada tahun 2004, Indonesia
menyelenggarakan Konvensi Nasional yang
menghasilkan Deklarasi Bandung, yang menegaskan
komitmen Indonesia terhadap pendidikan inklusif.

Untuk memperjuangkan hak-hak anak dengan


hambatan belajar, pada tahun 2005 diadakan simposium
internasional di Bukittinggi yang menghasilkan
Rekomendasi Bukittinggi.

Rekomendasi ini menekankan pentingnya


pengembangan program pendidikan inklusif sebagai cara
untuk memastikan bahwa semua anak mendapatkan
pendidikan berkualitas dan layak. Seiring dengan
perkembangan sejarah pendidikan inklusif di dunia,
Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000
telah mengembangkan program pendidikan inklusif.
Program ini merupakan kelanjutan dari program

4
Baker,E.T.(1994). Metaanalysis enidence for non- inclusive
Educational practices. Disertasi. Temple University. Hlm. ii

-7-
pendidikan terpadu yang sebelumnya diluncurkan di
Indonesia pada tahun 1980-an, namun kurang
berkembang. Baru pada tahun 2000, program ini
dihidupkan kembali mengikuti tren global dengan
mengadopsi konsep pendidikan inklusif.5

A.pengertian pendidikan inklusif

Istilah "pendidikan inklusif" atau "pendidikan


inklusi" merujuk pada konsep yang diusung oleh
UNESCO dan berasal dari konsep "Preparing for All"
yang berarti pendidikan yang ramah untuk semua.
Pendekatan pendidikan inklusif bertujuan untuk
mencakup semua individu tanpa kecuali. Semua individu
memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk
mendapatkan manfaat maksimal dari pendidikan, tanpa
memandang perbedaan mereka dalam hal fisik, mental,
sosial, emosional, dan bahkan status sosial ekonomi.

Konsep pendidikan inklusif ini sejalan dengan


filosofi pendidikan nasional Indonesia yang mengakui
bahwa akses pendidikan tidak boleh dibatasi oleh
perbedaan kondisi awal dan latar belakang individu.
Pendekatan inklusif tidak hanya berlaku untuk mereka

5
5 Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003) Pendidikan
Kebutuhan khusus; Sebuah Pengantar, Bandung : Unipub

-8-
yang memiliki kebutuhan khusus atau luar biasa, tetapi
berlaku untuk semua anak tanpa terkecuali.6

Pendidikan inklusif mengacu pada sistem


layanan pendidikan di mana anak-anak dengan
kebutuhan khusus belajar bersama dengan teman sebaya
mereka di sekolah reguler terdekat. Tujuan utama
pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan
yang sebesar-besarnya kepada semua anak untuk
mendapatkan pendidikan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan individu mereka tanpa adanya diskriminasi.

Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan


inklusif adalah sekolah yang menerima semua murid
dalam kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan
program pendidikan yang layak dan menantang, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap
murid, serta mendapatkan bantuan dan dukungan dari
staf pendidikan khusus agar anak-anak dapat berhasil.

Dalam pendidikan inklusif, sekolah perlu melakukan


penyesuaian dalam hal kurikulum, sarana dan prasarana
pendidikan, serta sistem pembelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan individu peserta didik. Untuk itu,
identifikasi dan penilaian yang akurat perlu dilakukan
oleh tenaga terlatih atau profesional di bidangnya untuk

6
Herawati Nenden Ineu.pendidikan inklusif. Hlm.2

-9-
menyusun program pendidikan yang sesuai dan
obyektif.7.

Pendidikan inklusif merupakan salah satu bentuk


penyelenggaraan pendidikan untuk anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Contoh lainnya adalah pendidikan
segregasi dan pendidikan terpadu.

Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan


inklusif adalah sekolah yang menerima semua murid
dalam kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan
program pendidikan yang layak, menantang, namun
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-
masing murid, serta mendapatkan bantuan dan dukungan
dari tenaga pendidik khusus agar anak-anak dapat
berhasil (konsep yang dikemukakan oleh Stainback,
1980).

Secara umum, pendidikan inklusif bertujuan


untuk mengikutsertakan anak-anak dengan kebutuhan
khusus dalam pembelajaran bersama dengan anak-anak
sebaya mereka di sekolah reguler terdekat yang berada di
wilayah tempat tinggal mereka. Prinsip utama dari
penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan
kesempatan yang sebesar-besarnya kepada semua anak
untuk mendapatkan pendidikan berkualitas yang sesuai
dengan kebutuhan individu mereka tanpa adanya
diskriminasi.
7
Ibid hlm.2

- 10 -
Penyelenggaraan pendidikan inklusif mengharuskan
pihak sekolah untuk melakukan penyesuaian dalam hal
kurikulum, fasilitas pendidikan, dan sistem pembelajaran
yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa. Oleh
karena itu, penting untuk melakukan identifikasi dan
asasesmen yang akurat oleh tenaga terlatih atau
profesional di bidangnya agar dapat menyusun program
pendidikan yang sesuai dan objektif.8

Sedangkan menurut, Permendiknas No. 70 tahun


2009 didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua
peserta didik berkelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik
pada umumnya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan
inklusif bertujuan untuk memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada peserta didik berkebutuhan
khusus dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk

8
ttp://www.csie.org.uk/inclusion/what.html., diakses 28 Maret
2013.

- 11 -
memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.9

B. pendidikan inklusif menurut para ahli

Ada beberapa tokoh pendidikan yang


memberikan pengertian pendidikan inklusif diantaranya
adalah :

1. J. David Smith
pendidikan inklusif sangat menekankan
pentingnya penilaian yang adil terhadap setiap
peserta didik, di mana setiap individu memiliki
hak dan kesempatan yang sama untuk mengakses
pendidikan dengan persyaratan dan fasilitas yang
sama. Ini berarti bahwa pendidikan inklusif tidak
melibatkan pemisahan atau perlakuan yang
berbeda dalam fasilitas pendidikan, melainkan
mengupayakan integrasi yang realistis bagi anak-
anak dengan berbagai kendala.
Konsep inklusif dalam pandangan ini
dilihat sebagai usaha positif untuk menyatukan
anak-anak dengan kendala menggunakan cara
yang realistis. Pendekatan inklusif juga dapat
berarti menerima anak-anak dengan hambatan ke
dalam kurikulum, lingkungan, dan hubungan
sosial tanpa melakukan pemisahan atau segregasi

9
Ibid 09

- 12 -
yang tidak perlu.10
ketiga mengacu pada sistem layanan
pendidikan di mana anak-anak berkebutuhan
khusus belajar di sekolah terdekat dalam kelas
reguler bersama teman sebayanya. Sekolah yang
menerapkan pendidikan inklusif adalah sekolah
yang mengakomodasi semua murid dalam satu
sekolah yang sama. Sekolah ini menyediakan
program pendidikan yang sesuai dan menantang,
namun disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan setiap murid, serta mendapatkan
bantuan dan dukungan dari tenaga pendidik
khusus agar anak-anak dapat berhasil.

Dalam pendekatan ini, pendidikan


inklusif berarti memberikan kesempatan yang
setara bagi semua anak untuk belajar bersama,
tanpa memisahkan mereka berdasarkan
kebutuhan khusus. Sekolah menyediakan
lingkungan yang inklusif di mana anak-anak
dengan berbagai kebutuhan belajar dapat
berinteraksi dan belajar bersama. Dalam proses
ini, mereka menerima bantuan dan dukungan
yang diperlukan dari para profesional pendidikan
khusus untuk mencapai keberhasilan dalam
pendidikan.

10 10
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua (Bandung:
Nuansa, 2009), 397-400

- 13 -
Pendekatan ini menekankan pentingnya
integrasi anak-anak dengan kebutuhan khusus ke
dalam lingkungan pendidikan yang biasa,
sehingga mereka dapat merasakan pengalaman
belajar yang sama dengan teman sebayanya.
Tujuannya adalah untuk menciptakan pendidikan
yang inklusif, memenuhi kebutuhan setiap anak,
dan memberikan dukungan yang diperlukan
untuk kesuksesan mereka..11

2. Daniel P. Hallahan
pendidikan inklusif dapat didefinisikan
sebagai pendidikan di mana semua peserta didik
dengan kebutuhan khusus ditempatkan di sekolah
reguler sepanjang hari. Dalam konteks
pendidikan inklusif seperti ini, tenaga pendidik
khusus memiliki tanggung jawab penuh terhadap
peserta didik dengan kebutuhan khusus tersebut.

Pendekatan ini mengusung konsep bahwa


anak-anak dengan kebutuhan khusus harus
diberikan kesempatan yang sama untuk belajar di
sekolah reguler bersama dengan teman sebaya
mereka. Mereka tidak dipisahkan atau diisolasi
dalam setting pendidikan yang terpisah, tetapi

11
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi (Direktorat
Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2005)

- 14 -
menjadi bagian dari komunitas sekolah yang
lebih luas.

Dalam konteks ini, tenaga pendidik


khusus memainkan peran yang penting dalam
memberikan pendampingan, dukungan, dan
bantuan yang diperlukan untuk membantu
peserta didik dengan kebutuhan khusus agar
dapat mengakses kurikulum dan menghadapi
tantangan pembelajaran mereka. Mereka bekerja
sama dengan tenaga pendidik reguler dan
melibatkan diri secara aktif dalam menyediakan
pendidikan yang memenuhi kebutuhan individu
peserta didik.

Pendekatan ini menekankan pada inklusi penuh


dan partisipasi peserta didik berkebutuhan khusus
dalam kehidupan sekolah sehari-hari, serta
memberikan dukungan yang kontinu untuk
memastikan bahwa mereka mencapai
12
keberhasilan dalam pendidikan.

3. Staub dan Peck (1995)


Mengemukakan bahwa pendidikan
inklusif adalah penempatan anak berkelainan
tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di
kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas

12
Daniel P. Hallahan et.al.,Exceptional Learners: An Introduction to
Special Educatin (Boston: Pearson Education Inc., 2009), 53

- 15 -
reguler merupakan tempat belajar yang sesuai
bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya
dan bagaimanapun gradasinya.13
4. Sapon-Shevin (dalam 0'Neil, 1995)
Menyatakan bahwa pendidikan inklusif
sebagai sistem layanan pendidikan
mempersyaratkan agar semua anak berkelainan
dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas
reguler bersama-sama teman seusianya.

Oleh karena itu, ditekankan adanya


restrukturisasi sekolah, sehingga menjadi
komunitas yang mendukung pemenuhan
kebutuhan khusus setiap peserta didik. Artinya,
dalam pendidikan inklusif tersedia sumber
belajar yang kaya dan mendapat dukungan dari
semua pihak, yaitu: peserta didik, ace, orang tua,
dan masyarakat sekitarnya. Melalui pendidikan
inklusif, peserta didik berkebutuhan khusus
dididik bersamasama dengan peserta didik pada
umumnya (run of the mill) untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
(Freiberg, 1995).

13
Pedoman Umum Penyelenggaran Pendidikan Inklusif.hlm. 08

- 16 -
SOAL

1. Apa pengertian pendidikan inklusif ?

2. Apa nama organisasi yang pertama kali menggunakan


istilah pendidikan inklusif

3. Menurut undang-undang Permendiknas No. 70 tahun


2009 pendidikan inklusif adalah ?

4. Tahun berapakah awal munculnya istilah pendidikan


inklusif ?

5. apa pengertian sekolah inklusif menurut Stainback ?

- 17 -
BAB III

LANDASAN PENYELENGARAAN PENDIDIKAN


INKLUSIF

Pendidikan inklusif menanamkan nilai pendidikan sosial


terhadap peserta didik baik anak berkebutuhsn khusus
maupun anak non berkebutuhan khusus sejak dini,
sehingga dalam pendidikan inklusif antara anak satu
dengan yang lain saling menghargai perbedaan dan
menghilangkan sikap diskriminatif.

Allah tidak melihat bentuk (fisik) seorang


muslim, namun Allah melihat hati dan perbuatnnya. Hal
ini dinyatakan dalam salah satu hadis yang diriwayatkan
oleh Iman Muslim, yaitu

‫ قال رسول هللا عليه وسلم "ان هلل ال ينظر‬: ‫عن ابي هريرة قال‬
)‫الى صوركم واموالكم بل ينظرالى قلوبكم و اعمالكم (روه مسلم‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA: Rasulullah SAW


bersabda: Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada

- 18 -
bentuk dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat
kepada hati dan perbuatan kalian” . (HR. Muslim)14

Pendidikan inklusif dengan model inklusif penuh adalah


penempatan anak berkebutuhan khusus secara penuh di
kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler
merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak
berkebutuhan khusus, apapun jenis kebutuhan khususnya
dan bagaimanapun gradasinya. Model inklusif penuh
sebagai sistem layanan pendidikan yang
mempersyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus
dilayani di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.
Oleh karena itu, ditekankan adanya perombakan sekolah,
sehingga komunitas yang mendukung pemenuhan
kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar
menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua
pihak yaitu para siswa, guru, dan para orang tua. Melalui
pendidikan inklusif dengan model inklusif penuh, anak
berkebutuhan khusus bersama-sama anak lainnya
(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya. Model inklusif penuh adalah anak
berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak non
berkebutuhan khusus sepanjang hari dikelas reguler
dengan menggunakan kurikulum yang sama.15

14
Al Imam Abi Husain Muslim bin Al Hajjaj, Shahih Muslim (Kairo:
Daar Ibnu Al Haitam, 2001), hlm. 655.
15
Syafrida Elisa dan Aryani Tri Wrastari, Sikap Guru terhadap
Pendidikan Inklusi Ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikasp, Jurnal

- 19 -
Dan Allah menciptakan langit dan bumi, seperti manusia
yang memiliki kebutuhan khusus (inklusif) tapi yang
dilihat Allah hanya ketaqwaannya. Firman Allah QS. Al-
Raʻd: 22. Yaitu :

‫الصالة وانفقوا مما‬ ‫والذ ين صبروا ابتغاء وجه ربهم واقاموا‬


‫رزقنكم سرا عالو نية ويدرؤون السيئة ولئكا الدارعقبىلهم‬

Artinya” Dan orang yang sabar karena mengharap


keridaan Tuhannya, melaksanakan salat, dan
menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan
kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan
serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah
yang men-dapat tempat kesudahan (yang baik),( QS. Al-
Raʻd: 22.)

Secara umum penyelenggaraan pendidikan inklusi


memiliki tiga landasan, yaitu landasan hukum, landasan
empiris dan landasan filosofis.

A. Landasan hokum (Yudris)

Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Vol.2, No. 01. Febuari


2013, Hlm. 03. Ermawati, Mengenal Lebuh Jauh Sekolah Inklusi,
Pedagogik Jurnal Pendidikan,5,1, 25-35.
https://scholar.google.com/scholar?q=Mengenal+Lebuh+Jauh+Seko
lah +Inklusi&btnG=&hl=en&as_sdt=0%2C5&as_vis=1, diakses 2
November 2016.

- 20 -
Dasar hukum adalah pertimbangan atau alasan
diadakannya suatu peraturan untuk mengatasi masalah
hukum atau mengisi kekosongan hukum, mengingat
undang-undang yang ada diubah, dicabut, untuk
mencapai kepastian hukum dan keadilan bagi warga
negara. pendidikan inklusif memiliki beberapa landasan
hukum, antara lain :

1. UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31: (1)


menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
memperoleh pendidikan. Butir 2) Setiap warga
negara wajib menyelesaikan pendidikan dasar
dan negara wajib membiayainya.

2. Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23


Tahun 2002, pasal 48 Pemerintah harus
memberikan pendidikan dasar minimal 9 tahun
kepada semua anak. Pasal 49 Negara,
pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib
memberikan kesempatan pendidikan yang seluas-
luasnya kepada anak.

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 5a (1)
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu,
daerah tertinggal atau pedesaan dan masyarakat
adat terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus. Menurut ayat 4, warga negara

- 21 -
yang memiliki potensi cerdas dan berbakat
berhak memperoleh pendidikan khusus.

4. Pasal 11 (1) dan (2) Dewan Negara dan


pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan
dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi. Dewan Negara dan
pemerintah provinsi harus memastikan bahwa
setiap warga negara yang berusia antara 7 dan 15
tahun memiliki sumber daya yang diperlukan
untuk pendidikan.

5. Pasal 12 ayat (1) setiap peserta didik pada


setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dngan bakat, minat
dan kemampuannya (1b) Setiap peserta didik
berhak pindah ke program pendidikan pada jalur
dan satuan pendidikan lain yang setara (1e)

6. Ayat 1 Pasal 32 Pendidikan luar biasa adalah


pendidikan bagi peserta didik yang mengalami
kesulitan mengikuti mata pelajaran karena
kelainan fisik, emosional, psikis, atau sosial
dan/atau yang memiliki potensi kecerdasan dan
kemampuan khusus. ayat 2) Pendidikan
kedinasan khusus adalah pendidikan bagi peserta
didik yang tinggal di daerah terpencil atau
pedesaan, masyarakat yang biasanya berada di

- 22 -
daerah terpencil atau yang pernah mengalami
bencana alam, bencana sosial dan berada dalam
keadaan ekonomi yang kurang mampu.

7. Penjelasan alinea terakhir Pasal 15


menjelaskan bahwa pendidikan luar biasa adalah
pendidikan yang ditujukan bagi peserta didik
yang tidak mampu atau cerdas luar biasa, yang
diselenggarakan termasuk atau dalam bentuk
satuan pendidikan khusus di sekolah dasar dan
sekolah menengah. tingkat pendidikan.

8. Pasal (1) ayat 45 Setiap satuan pendidikan


formal dan informal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi kebutuhan pendidikan
dengan kecepatan yang sama dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan psikologis
peserta didik.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 2 (1)
Standar nasional pendidikan meliputi standar isi,
standar komposisi, standar kualifikasi kelulusan,
standar pengajaran dan pendidikan, standar
sarana prasarana, standar administrasi, standar
keuangan, dan standar penilaian pendidikan. . PP
No. 19/2005 juga menegaskan bahwa satuan

- 23 -
pendidikan khusus terdiri dari SDLB, SMPLB
dan SMA LB.

10. Surat Edaran Dirjen Pendidikan Dasar dan


Dasar Depdiknas No. 380/C.C6/MNB/2003, 20
Januari 2003, tentang pendidikan inklusif.
Organisasi dan sebaran sekurang-kurangnya 4
sekolah di setiap kabupaten/kota, yang meliputi:
sekolah dasar, sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, dan sekolah kejuruan.16

B. Landasan Imperis

Dasar empiris adalah kurikulum yang


dikembangkan berdasarkan berbagai pengalaman yang
diperoleh dari artikel pengembangan kurikulum
sebelumnya yang meliputi desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi kurikulum. Kurikulum
pendidikan juga memiliki landasan empiris, antara lain;

1. Deklarasi Hak Asasi Manusia, 10 November


1948

Menyatakan bahwa Deklarasi Universal Hak


Asasi Manusia adalah standar umum pencapaian
semua bangsa dan rakyat, sehingga setiap orang
dan setiap organ masyarakat, dengan mengingat

16
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasiona

- 24 -
Deklarasi ini, berusaha melalui pengajaran dan
pendidikan untuk memajukan penghormatan
terhadap hak asasi manusia. hak asasi manusia
dan kebebasan-kebebasan ini dan untuk
memastikan, melalui disposisi nasional atau
internasional yang progresif, pengakuan dan
penghormatan mereka secara umum dan efektif
baik oleh rakyat negara-negara anggota itu
sendiri maupun oleh rakyat di wilayah-wilayah di
bawah yurisdiksi mereka. Dan jenis HAM yang
tercakup dalam isi pasal Deklarasi Universal
HAM, yang telah diterima dan diumumkan oleh
Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember
1948

1. Kebebasan dan kesetaraan


2. HAM untuk semua
3. Hak atas hidup, keamanan dan kebebasan
4. Hak untuk bebas dari perbudakan
5. Hak untuk bebas dari tindak penyiksaan
6. Hak atas kesetaraan di mata hukum
7. Hak akses terhadap hukum
8. Hak mendapat pendampingan hukum
9. Hak dari penahanan yang tidak sesuai
dengan hukum
10. Hak diadili secara adil dan terbuka
11. Tidak bersalah hingga terbukti bersalah
12. Hak atas privasi

- 25 -
13. Bebas berpindah tempat
14. Berhak mendapatkan perlindungan
15. Hak atas kewarganegaraan
16. HAM tidak bisa dihilangkan dan
diganggu-gugat
17. Tanggung jawab terhadap masyarakat
tempatnya berada
18. Tatanan sosial dan internasional
19. Hak menikmati kebudayaan dan
menciptakan karya
20. Hak mendapatkan Pendidikan
21. Hak jaminan kesehatan
22. Hak istirahat
23. Berhak atas pekerjaan dan mendirikan
serikat pekerja
24. Hak mendapat jaminan sosial
25. Berpartisipasi dalam demokrasi
26. Kebebasan berkumpul secara damai
27. Kebebasan berekspresi
28. Hak memeluk agama
29. Hak atas properti pribadi
30. Hak menikah dan membangun keluarga17

2. pernyataan PBB umum tentang hak Asasi


manusia yang diantaranya berbunyi :

17
https://indonesiabaik.id/infografis/30-hak-asasi-manusia-dalam-
deklarasi-universal-ham

- 26 -
Pasal 1 Semua orang dilahirkan merdeka
dan mempunyai martabat dan hak yang
sama. Mereka memiliki akal dan hati
nurani, dan harus memperlakukan satu
sama lain sebagai saudara.

Pasal 2 Setiap orang berhak untuk


menerima semua hak dan kebebasan yang
tercantum dalam Deklarasi ini, tanpa
pengecualian seperti diskriminasi atas
dasar ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, pandangan politik atau
lainnya, asal kebangsaan atau sosial,
keanggotaan, kelahiran atau yang lainnya.
pendapat . posisi kedua Juga tidak boleh
ada diskriminasi atas dasar status politik,
hukum atau internasional dari negara
atau wilayah asal seseorang, apakah itu
negara merdeka, perwalian, koloni atau
di bawah kekuasaan orang lain.
perbatasan kedaulatan.

Pasal 3 Setiap orang berhak atas


penghidupan, kemerdekaan dan
keamanan sebagai pribadi.

Pasal 4 Tidak ada lelucon yang dapat


diperbudak atau diperbudak; segala

- 27 -
bentuk perbudakan dan perdagangan
budak harus dilarang.

Pasal 5 Pelawak tidak boleh disiksa atau


diperlakukan dengan kejam, diperlakukan
atau dihukum secara tidak manusiawi
atau dihina.

Pasal 6 Setiap orang berhak untuk diakui


sebagai pribadi di hadapan hukum di
manapun juga.

Pasal 7 Semua orang sama di depan


hukum dan berhak atas perlindungan
hukum yang sama tanpa diskriminasi.
Setiap orang berhak atas perlindungan
yang sama terhadap setiap diskriminasi
yang bertentangan dengan Deklarasi ini
dan terhadap setiap diskriminasi
berdasarkan motivasi.

Pasal 8 Setiap orang berhak atas


pemulihan yang efektif di pengadilan
domestik yang kompeten untuk tindakan
yang melanggar hak-hak dasar yang
diberikan kepadanya oleh Konstitusi atau
undang-undang.

- 28 -
Pasal 9 Tidak seorang pun dapat
ditangkap, ditahan atau dideportasi secara
sewenang-wenang.

Pasal 10 Setiap orang mempunyai hak


yang penuh dan sama atas pemeriksaan
yang adil dan terbuka oleh suatu
pengadilan yang merdeka dan tidak
memihak dalam menentukan hak dan
kewajibannya dan tentang tuntutan pidana
yang diajukan terhadapnya.18

3. Konvensi Hak Anak, 20 November 1989

1. Hak Mendapatkan Identitas

2. Hak untuk Mendapatkan Pendidikan

3. Hak untuk Bermain

4. Hak untuk Mendapatkan Perlindungan

5. Hak untuk Rekreasi

6. Hak untuk Mendapatkan Makanan

18
Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal
10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)
https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-deklarasi-
universal-hak-asasi--%24R48R63.pdf

- 29 -
7. Hak untuk Mendapatkan Jaminan
Kesehatan19

8. Hak untuk Mendapatkan Status


Kebangsaan

9. Hak untuk Turut Berperan dalam


Pembangunan

10. Hak untuk Mendapatkan Kesamaan

4. Konferensi dunia tentang Pendidikan untuk


semua, 5-9 Maret1990 isinya adalah :

a) Memperluas dan meningkatkan


pendidikan dan pelatihan anak usia dini
yang komprehensif, terutama untuk anak-
anak yang paling tidak beruntung.

b) Hingga tahun 2015, memastikan


akses gratis dan penuh ke pendidikan
dasar wajib yang berkualitas bagi semua
anak dalam situasi sulit, terutama anak
perempuan dan anak-anak dari etnis
minoritas.

c) Memperluas dan meningkatkan


pendidikan dan pelatihan anak usia dini

19
Ibid 19

- 30 -
yang komprehensif, terutama untuk anak-
anak yang paling tidak beruntung.

d) Hingga tahun 2015, memastikan


akses gratis dan penuh ke pendidikan
dasar wajib yang berkualitas bagi semua
anak dalam situasi sulit, terutama anak
perempuan dan anak-anak dari etnis
minoritas.

e) Meningkatkan semua aspek kualitas


pendidikan dan memastikan keunggulan
untuk semua, sehingga hasil belajar setiap
orang diakui dan diukur, terutama dalam
keterampilan membaca dan berhitung
serta kecakapan hidup.

5. Resolusi PBB 48/49 tahun 1993 tentang


kesempatan yang sama bagi penyandang
disabilitas. Resolusi PBB No. 48/49 Tahun 1993.
Resolusi tentang Kesetaraan Kesempatan Bagi
Penyandang Disabilitas (Aturan Standar 3 Malam
Bagi Penyandang Disabilitas). pendidikan
inklusif untuk memenuhi harapan tentang hak
dan kualitas dan apa yang harus kita lakukan
untuk mencapai harapan tersebut pendidikan
inklusif untuk memenuhi harapan tentang hak

- 31 -
dan kualitas dan apa yang harus kita lakukan
untuk mencapai harapan tersebut.20

6. Pernyataan Salamanca tentang pendidikan


inklusi, 1994

Salamanca (1994) menyatakan bahwa kelas


khusus, sekolah khusus atau bentuk lain
pemisahan anak penyandang cacat dari
lingkungan regularnya hanya dilakukan jika
hakikat atau tingkat kecacatannya sedemikian
rupa sehingga pendidikan dikelas standard
dengan menggunakan alat bantu khusus atau
layanan khusus tidak dapat dicapai secara
memuaskan. Disamping tidak dapat
21
menfasilitasi direalisasikannya hak asisasi
manusia di dunia ini
7. Komitment Dakar mengenai Pendidikan untuk
semua, 2000

Negara PBB berkomitmen untuk Tutoring for All


(EFA) di KomtienThailand(1990)dan Dakar
(2000)berisikan enam tujuan utama:

20
tps://sites.google.com/a/students.unnes.ac.id/pus/pendidikan-
untuksemua/latar-belakang-pus
21
Drs. Ahmad suriyansyah M.pd P hd. Pendidikan inklusi
perkembangan dan strategi pembangunannya. Universitas lambunf
mangkurat,program pasca sarjana .him. 03

- 32 -
1).Memperluas pendidikan untuk anak
usia dini

2)Menuntaskan wajib belajar untuk


semua (2015)

3).mengembangkan proses perkembangan


pendidikan orang muda dan dewas

4).Meningkatnya half orang dewasa yang


melekhuruf (2015), khususnya perempuan

5).Meningkatkan mutu Pendidikan

6).Menghapuskan kesenjangan heading

8. Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen


"Indonesia menuju pendidikan inklusif,"

9. Rekomendasi Bukittinggi (2005), bahwa


pendidikan yang inklusif dan ramah terhadap
anak seyogyanya dipandang sebagai :

1) sebuah pendekatan terhadap


peningkatan kualitas sekolah secara
menyeluruh yang akan menjamin bahwa
strategi nasional untuk semua adalah
benar untuk semua

2) sebuah cara untuk menjamin bahwa


semua anak memperoleh pendidikan dan

- 33 -
pemeliharaan yang berkualitas di dalam
komunitas tempat tinggalnya sebagai
bagian dari program untuk
perkembanganusia dini anak, pra sekolah
dasar dan menengah, terutama mereka
yang pada saat ini masih belum diberi
kesempatan untuk memperoleh
pendidikan di sekolah umum atau masih
rentan terhadap marginalisasi dan
eksklusi

3) sebuah kontribusi terhadap


pengembangan masyarakat yang
menghargai dan menghormati perbedaan
individu semua warga negara.

Disamping itu juga menyepakati rekomendasi berikut ini


untuk lebih meningkatkan kualitas sistem pendidikan di
Asia dan benua lainnya;

1) inklusi seyogyanya dipandang sebagai sebuah prinsip


major yang mendasari semua kebijakn nasional.

2) konsep kualitas seyogyanya difokuskan pada


perkembangan nasional, emosional dan fisik, maupun
pencapaian akademik lainnya.

3) sistem asesmen dan evaluasi nasional perlu direvisi


agar sesuai dengan prinsip non diskriminasi dan inklusi

- 34 -
serta konsep kualitas sebagaimana telah disebutkan di
atas.

4) orang dewasa seyogyanya menghargai dan


menghormati semua anak, tanpa memandang perbedaan
karakteristik maupun keadaan individu, serta seharusnya
pula memperhatikan pandangan mereka.

5) semua kementrian seyogyanya berkoordinasi untuk


mengembangkan strategi bersama menuju inklusi.

6) Demi menjamin pendidikan untuk semua melalui


kerangka sekolah yang ramah terhadap anak, maka
masalah non diskriminasi dan inklusi harus diatasi dari
semua dimensi, dengan upaya bersama yang
terkoordinasi antara lembaga pemerintah dan non
pemerintah, provider, masyarakat, berbagai kelompok
close by, orang tua, anak maupun sektor swasta

7) semua pemerintah dan organisasi internasional serta


organisasi non pemerintah, seyogyanya berkolaborasi
dan berkoordinasi dalam setiap upaya mencapai
keberlangsungan pengembangan masyarakat inklusif dan
lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran bagi
semua anak.

8) Pemerintah seyogyanya mempertimbangkan implikasi


sosial maupun ekonomi bila tidak mendidik semua anak,
dan oleh karena itu dalam manajemen sistem informasi
sekolah harus mencangkup semua anak usia sekolah

- 35 -
9) Program pendidikan pra-jabatan maupun pendidikan
dalam jabatan genius seyogyanya direvisi guna
mendukung pengembangan praktek inklusi sejak pada
tingkat usia pra sekolah hingga usia di atasnya dengan
menekankan pada pemahaman secara holistik tentang
perkembangan dan belajar anak termasuk pada intervensi
dini

10) Pemerintah (pusat, propinsi, dan neighborhood) dan


sekolah seyogyanya membangun dan memelihara talk
dengan masyarakat, termasuk orang tua, tentang
nilainilai sistem pendidikan yang non - diskriminatifdan
inklusif.22

C. Landasan filosofi
Secara filosofis, penyelenggaraan pendidikan
inklusif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang


berbudaya dengan lambang negara Burung
Garuda yang berarti 'bhineka tunggal ika.'
Keragaman dalam etnik, adat istiadat, keyakinan,
tradisi, dan budaya merupakan kekayaan bangsa
yang tetap menjungjung tinggi persatuan dan
kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

22
Nenden Ineu Herawati.pendidikan inklusif. Hlm 11-12

- 36 -
2. Pandangan agama khususnya Islam antara lain
ditegaskan bahwa:

(1) manusia dilahirkan dalam keadaan


suci, (2) kemuliaan seseorang di
hadapan Tuhan bukan karena fisik tetapi
taqwanya,

(3) Allah tidak akan merubah nasib


suatu kaum kecuali kaum itu sendiri,

(4) manusia diciptakan berbeda-beda


untuk saling silaturahmi('inklusif')

3. Pandangan careful hak azasi manusia,


menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai
hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak
kesehatan, hak pekerjaan23

SOAL

1. Apa yang dimaksud landasan hukum ?

2. Apa bunyi UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31:


(1) ?

3. Sebutkan apa isi Konvensi Hak Anak, 20


November 1989 ?

23
Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003) Pendidikan
Kebutuhan khusus; Sebuah Pengantar, Bandung : Unipub.

- 37 -
4.Apa Pernyataan Salamanca tentang pendidikan
inklusi, 1994 ?

5. apa bunyi Komitment Dakar mengenai


Pendidikan untuk semua, tahun 2000

BAB IV

MODEL-MODEL PENDIDIKAN INKLUSIF

Pendidikan inklusi adalah salah satu lembaga pendidikan


yang diselenggarakan oleh pemerintah, yang bertujuan
agar peserta didik yang berkebutuhan khusus atau
berkemampuan dan kecerdasan khusus dapat
mengenyam pendidikan atau belajar seperti peserta didik
biasa, tanpa memandang perbedaan. Adanya layanan
pendidikan yang diberikan secara bersamaan antara
siswa berkebutuhan khusus dan siswa reguler
menciptakan korelasi interaktif antara mereka untuk
saling memahami, belajar memahami, belajar menerima,
menerima perbedaan untuk meningkatkan simpati,
empati dan sikap saling. toleransi dan pembelajaran.

- 38 -
bekerja sama dengan semua siswa24. pendidikan inklusif
mencakup siswa dari latar belakang, bakat dan
kemampuan yang berbeda, sehingga pelaksanaannya
memerlukan upaya serius untuk menciptakan
lingkungan yang ramah siswa di mana semua siswa
dapat belajar dengan nyaman dan bahagia. (Kadir, 2015)

Dalam menempatkan siswa berkebutuhan khusus


harus diperhatikan potensi, jenis dan tingkat
penyimpangan atau kebutuhannya. Magang bersifat
sementara, siswa berkebutuhan khusus berpindah dari
satu pilihan layanan ke layanan lainnya, asalkan
kebutuhan khusus mereka berubah. Filosofi pendidikan
inklusif menawarkan banyak peluang lain untuk
penggunaan kemampuan dan kebutuhan siswa secara
sinkron. Siswa pendidikan inklusif dapat dibagi menjadi
dua kategori: siswa berkebutuhan khusus yang mendapat
pendidikan khusus tanpa disabilitas kognitif dan
intelektual, dan siswa dengan disabilitas kognitif dan
intelektual. Setiap kelas siswa berkebutuhan khusus
mendapatkan layanan yang disesuaikan dengan salah
satu model pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhannya. contoh pembelajaran pendidikan inklusif
yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan khas dan
khusus siswa.

kadir, Penyelenggaraan Sekolah Inklusi di Indonesia, Jurnal


24

Pendidikan Agama Islam, 2015

- 39 -
A. Model pendidikan inklusif

Ada banyak jenis pendidikan inklusif di


antaranya adalah :

1. model kelas reguler

(inklusif penuh), yaitu model pembelajaran yang


memadukan siswa berkebutuhan khusus (PDBK)
dan siswa reguler (PDR), dengan ketentuan
bahwa siswa berkebutuhan khusus (PDBK) tidak
memiliki kecacatan intelektual yang berarti.
Tidak ada perlakuan atau layanan khusus di kelas
ini, semua siswa diperlakukan sama.25

2. model Bunch

peserta didik Berkebutuhan spesifik (PDBK)


dikelompokkan tersendiri tapi permanen belajar
secara bersama-sama dengan peserta didik
Reguler (PDR) pada satu kelas. dalam kelas ini
siswa Berkebutuhan khusus (PDBK) didampingi
oleh pendamping agar siswa tadi dapat
memperoleh pembelajaran selayaknya peserta
didik Reguler. peran pendamping dalam model
ini memberikan pelayanan khusus saat peserta

25
sholihin, Kanwil Kemenag Kalbar, diakses pada
http://kalbar.kemenag.go.id, 2019

- 40 -
didik Berkebutuhan khusus (PDBK) mengalami
kesulitan dan hambatan pada belajarnya.26

3. Model Haul Out,

model pembelajaran ini menempatkan siswa


berkebutuhan khusus (PDBK) di ruangan
tersendiri untuk menerima mata pelajaran
tertentu dengan guru khusus. Terdapat komponen
mata pelajaran tertentu yang memerlukan
pembedaan bagi siswa berkebutuhan khusus
(PDBK) karena ketidaksamaan belajar bersama
dengan siswa lain. Ini adalah waktu khusus
ketika siswa dengan kebutuhan pendidikan
khusus (PSL) dialihkan dari kelas reguler untuk
menerima layanan khusus dengan materi,
strategi, metode dan media yang lebih sesuai
dengan kebutuhan mereka.

4. Model Bunch and Haul Out,

merupakan model pembelajaran gabungan antara


model kelompok dan model haul out. Sistem
model pembelajaran ini berada pada titik tertentu.
Siswa Berkebutuhan Khusus (PDBK)
dikelompokkan secara terpisah, namun tetap

26
ICODIF, Promoting Disability Rights in Indonesia, (Yogyakarta:
PLD Press, 2020)

- 41 -
dalam satu kelas reguler dengan pendamping
khusus. Di lain waktu, siswa dengan kebutuhan
khusus (PSS) ditempatkan di ruang kelas atau
lembaga khusus untuk memberi mereka layanan
khusus dengan materi, strategi, metode, dan alat
yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.
(Minasih, 2019).

5. Model kelas khusus,

model yang digunakan oleh sekolah dimana


diadakan kelas khusus bagi peserta didik
berkebutuhan khusus (PDBK), tetapi
pembelajaran tertentu mempunyai kegiatan lain,
semua siswa digabungkan dengan kelas reguler.
Model ini merupakan model pengajaran yang
menawarkan kelas hanya untuk siswa
berkebutuhan khusus (PDBK) tanpa siswa pada
umumnya dalam satu kelas. Namun pada waktu-
waktu tertentu, siswa berkebutuhan khusus
(PDBK) digabung dengan siswa reguler (PDR).
Model kelas khusus ini memiliki kekhasan
tersendiri, dimana kelas Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus (PDBK) berada dalam
satu kompleks yang sama dengan kelas reguler.
Dalam model kelas khusus ini, siswa
berkebutuhan khusus (PDBK) dapat berinteraksi
secara tidak langsung dengan siswa reguler

- 42 -
(PDR) di kelas maupun berinteraksi langsung di
luar kelas.27.

6. Model khusus penuh,

yaitu model yang digunakan oleh sekolah


dengan kelas khusus siswa berkebutuhan khusus
(PDBK). Pembelajaran dengan model ini Peserta
didik pendidikan luar biasa (PDBK) belajar
sepenuhnya dengan guru pendidikan luar biasa
(PDBK) lainnya dan tidak bercampur dengan
peserta didik reguler (PDR), meskipun digunakan
di sekolah umum.

Dalam kaitan ini, pendidikan inklusi menurut model


yang telah diuraikan sebelumnya tidak mensyaratkan
semua anak berkebutuhan khusus (SEN) selalu berada di
kelas reguler dengan semua mata pelajaran (inklusi
penuh). Hal ini karena beberapa anak berkebutuhan
khusus (SEN) mungkin berada di kelas atau ruangan
khusus dengan pasangan khusus tergantung
28
kebutuhannya..
Nampaknya bab ini tidak lengkap tanpa
implementasi pendidikan inklusi di Indonesia dan

27
Fitrianah, Meningkatkan Minat Belajar Anak Inklusif melalui
Midel Pull Out di MI Nurul Huda Kalangananyar Sedati, dalam
Jurnal UMSIDA, 2018
28
A. Kadir, Penyelenggaraan Sekolah Inklusi di Indonesia, dalam
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2015

- 43 -
hambatannya, maka disinilah penulis berinisiatif untuk
memaparkannya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif
sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain, hal ini
disebabkan oleh adanya budaya dan tradisi yang
berbeda. Ada juga perbedaan dalam pelaksanaannya,
yang berlangsung di di tingkat provinsi dan kota dan
meluas ke sekolah kabupaten (Darma dan Rusyidi).
Keberhasilan pendidikan inklusif dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti budaya, politik dan sumber daya
manusia. Sampai saat ini, sekolah inklusi masih
melakukan pembenahan di beberapa daerah. Pelaksanaan
sekolah inklusi tidak semudah melaksanakannya di
sekolah umum, karena pelaksanaan sekolah inklusi
memerlukan fleksibilitas kurikulum, guru profesional
yang biasa disebut pendidik khusus, lingkungan sekolah
dan tenaga administrasi, kesempatan dan sarana
pendidikan, serta penilaian pembelajaran. Dalam
melaksanakan pendidikan inklusi, sekolah harus
memiliki tempat dan sarana prasarana yang layak dan
memadai, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas
siswa (Lisinus dan Sembiring, 2020)

Selain itu dapat diamati lebih mendalam bahwa


penerimaan siswa di sekolah inklusi tidak jauh berbeda
dengan siswa reguler lainnya sejak awal, namun di
sekolah inklusi lebih ditekankan pada aspek kognitif,
emosional, sosial dan aspek sosial anak . keterampilan
perilaku. (Masita, 2016). Berdasarkan filosofi dan

- 44 -
pentingnya pendidikan inklusif Ford, A., R. Schnorr, L.
Meyer, L. Davern, J. Dark dan P. Dempsey (1989).
Beliau menekankan bahwa pendidikan inklusif memiliki
beberapa prinsip, seperti:

1. Mengajar semua anak berkebutuhan khusus di


kelas reguler, apapun jenis kelaminnya

2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya


kepada semua siswa untuk terus belajar untuk
setiap kontribusinya

3. Menyediakan layanan yang diperlukan untuk


sekolah umum

4. Memberikan dukungan kepada supervisor dan


manajer (berikan waktu, pelatihan, sumber daya,
strategi)

5. RPP tersebar luas untuk mahasiswa profesi


dan lainnya

6. Sertakan siswa berkebutuhan khusus dalam


kelompok usia Anda di kelas akademik dan
kegiatan setelah sekolah seperti seni, musik,
senam, kegiatan luar ruangan, dan kegiatan
ekstrakurikuler. 7. Siswa yang membutuhkan
dukungan khusus menggunakan kantin,
perpustakaan, outdoor dan sarana dan prasarana

- 45 -
lainnya secara bersama-sama. 8. Persahabatan
antara keduanya selalu digalakkan

8. Persahabatan antara keduanya selalu


digalakkan

9. Jika perlu, siswa berkebutuhan khusus dapat


diterima di masyarakat

10. Semua anak harus diajari aturan untuk


menerima dan memahami perbedaan setiap orang

11. Penempatan anak berkebutuhan khusus di


sekolah yang sama dengan anak berkebutuhan
khusus

12. Orang tua harus serius dalam mengungkapkan


kekhawatirannya

13. Kirim program pelatihan rata-rata

Berdasarkan asas ini, ditetapkan sanksi, yaitu:

1. Siswa pendidikan inklusif

Sangat diharapkan anak-anak belajar di sekolah


umum tanpa memandang keadaan atau
keterbatasan, baik yang berkaitan

- 46 -
dengan disabilitas (kekhususan), orientasi, asal
daerah, dll..29. Lebih penting lagi, anak-anak
yang membutuhkan pendidikan khusus sejak
awal tidak menghadapi hambatan yang signifikan
untuk mendapatkan pendidikan di sekolah umum.

2. Kurikulum atau program pendidikan

Kurikulum atau program pendidikan bagi semua


siswa dan anak berkebutuhan khusus bersifat
fleksibel pada tataran pelaksanaannya sehingga
dapat diterapkan pada semua kebutuhan khusus.
Oleh karena itu, Individualized Education
Programs (IEPs) dapat dikatakan sebagai
pendekatan yang sangat penting dan efektif.
Layanan bimbingan dan konseling yang
kompeten menetapkan tujuan institusional secara
holistik bagi siswa untuk menjadi lebih baik
dalam karir mereka, baik secara sosial maupun
individu..30

3. Pelatih dan staf pelatih

Pedagog dan master dalam pendidikan


sangat penting untuk keberhasilan organisasi

29
Y. Subasno, Pendidikan Inklusif untuk Mengakomodasi Peserta
Didik dalam Rangka Pengembangan Indonesia, dalam Jurnal
Institusional Repository UPH, 2018
30
Budiono dan Muslim, Individualized Education Program,
(Jember: CV Pustaka Abadi, 2020

- 47 -
kerja departemen. Pada umumnya guru yang
paling dikenal adalah mereka yang memiliki
kemampuan yang kompeten dalam memahami
perbedaan individu, mengembangkan materi
yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
dan pelatihan dalam kemampuan menggunakan
metode.

4. Infrastruktur

Ketersediaan dan perolehan sarana dan prasarana


merupakan faktor yang sangat penting, terutama
bagi anak berkebutuhan khusus.31 Sarana dan
prasarana yang produktif memungkinkan siswa
melakukan kegiatan belajar mengajar yang
menarik dan menyenangkan (Rahmayani, 2020).

5. Evaluasi

Penilaian merupakan bagian terpenting


dalam kegiatan belajar mengajar (Sofyan, 2021).
Evaluasi pendidikan inklusi harus memberikan
kontribusi berupa kontribusi yang signifikan,
mendorong peserta didik menjadi visioner, dan
tidak menjadi bumerang evaluasi yang tentunya
memadamkan semangat belajar (Widyanti,

31
Sukadari, Model Pendidikan Inklusi dalam Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Kanwa Publishier, 2019)

- 48 -
2017). Evaluasi mengasumsikan penilaian yang
bersifat evaluatif, bukan kritis.

6. Tinjauan

Dengan pembinaan tersebut, pada prinsipnya


lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan
unggulan mampu memberikan pelayanan yang
memenuhi standar pelayanan minimal. Terkait
pemanfaatan pendidikan inklusi, diperlukan
pembinaan yang berkesinambungan sebagai
bagian dari penyelenggaraan pendidikan inklusi.
Ini dimaksudkan sebagai tugas kontrol kinerja
daripada kontrol administratif. Oleh karena itu,
konselor membutuhkan pemahaman tentang
keragaman siswa berkebutuhan khusus.32

7. Partisipasi

Untuk menjamin masyarakat


keberlanjutan implementasi pendidikan inklusif,
33
Partisipasi diperlukan dari banyak pihak
terutama orang tua, organisasi profesi dan
masyarakat, sehingga beban penyelenggaraan
pendidikan inklusi terlihat jelas. Penyelenggaraan
pendidikan inklusi tidak akan memberikan hasil

32
Pristiwaluyo, ABK Centre, diakses pada
http://abkcentre.b;ogspot.com, 2009
33
Ibid..

- 49 -
yang maksimal jika masyarakat tidak
34
berpartisipasi di dalamnya.

SOAL

1. apa pengertian model kelas regular pada


pendidikan inklusif ?

2. Bagaimana model pendidikan Bunch pada


pendidikan inklusif ?

3.Bagaimana bentuk pendidiksn Model Haul Out


pada pendidikan inklusif ?

4. Apa perbedaan atau kesamaan model


pendidikan Bunch dan Model Haul Out pada
pendidikan inklusif ?

5. menurut kalian apakah bias mengumpulkan


anak dengan kebutuhan khusus dengan anak yang
normal pada umumnya pada satu kelas ?

34
. Kholida, Manajemen Pendidikan Inklusi, dalam Jurnal TARBAWI,
2016

- 50 -
BAB V

PENDIDIKAN INKLUSIF DALAM ISLAM

A. pandangan al-Quran terhadap pendidikan inklusif

Didalam al-qur’an surah Al-Hujurat ayat 10-13


memberikan gagasan tentang pendidikan inklusif yang
berbunyi :

1. ayat 10

ْ َ ‫ِإ َّن َما ْال ُمؤْ ِم ُنونَ ِإ ْخ َوة ٌ فَأ‬


‫ص ِل ُحوا َبيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا‬
َ‫َّللا لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬
َ َّ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara, maka itu damaikanlah kedua saudaramu itu
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.(QS. Al-Hujurat :10)

Dalam kitab Tafsir Jalalain, terdapat perbedaan


qiraat dalam penggunaan kata ikhwah. Dalam qiraat lain
disebutkan dengan menggunakan kata ikhwatikum yang
artinya saudara-saudara kalian (Jalaludin Mahali, 2013:
893).

Menurut Quraish Shihab dalam kitabnya (Tafsir


Misbah) menambahkan bahwa orangorang mukmin
yang mantap imannya serta dihimpun oleh keimanan,

- 51 -
kendati tidak seketurunan, adalah bagaikan bersaudara
seketurunan, dengan demikian mereka memiliki
keterkaitan bersama dalam iman dan juga keterkaitan
bagaikan seketurunan (Shihab, 2009: 598).

Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan


kedekatan antara sesama muslim sebagaimana kedekatan
dengan saudara kerabat kita. Walaupun orangorang
mukmin tersebut berbeda-beda bangsa, etnis, bahasa,
warna kulit dan adat kebiasaannya serta stratifikasi
soalnya, akan tetapi mereka adalah satu dalam
persaudaraan Islam (Amiri, 2015: 151).

Sehingga jika terjadi perselisihan (bersengketa) antara


segolongan muslim hendaknya diupayakan ishlah antar
mereka dalam satu ikatan ukhwah Islamiyah.

Persaudaraan memang kunci sukses dalam dalam


menciptakan dan melestarikan tata kehidupan
masyarakat yang baik, terhormat dan bermartabat.
Sejarah telah mencatat nilai positif dari persaudaraan
tersebut, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw
yang telah mempersatukan kaum muhajirin (dari
Mekkah) dengan kaun Ansar (Penduduk asli Madinah).
Abu Bakar ash-Shidiq beliau dipersaudarakan dengan
‘Utbah bin Malik, demikian juga dengan sahabat lain
(Amiri, 2015: 151). Untuk mendukung persaudaraan
yang kukuh diantara kaum muslimin akan dibutuhkan
akhlak atau moral yang melandasi sikap dan perilaku

- 52 -
yang baik diantara sesama manusia. Dalam hal ini sikap
toleransi yang inklusif sangat berperan dalam
pemersatuan tersebut.

2. ayat-11

‫س ٰى أ َ ْن َي ُكونُوا‬ َ ‫ع‬ َ ‫ا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا َال َي ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِم ْن َق ْو ٍم‬
ۖ ‫س ٰى أ َ ْن َي ُك َّن َخي ًْرا ِم ْن ُه َّن‬ َ ‫ع‬
َ ٍ‫ساء‬ َ ‫سا ٌء ِم ْن ِن‬َ ‫َخي ًْرا ِم ْن ُه ْم َو َال ِن‬
‫س ِاال ْس ُم‬ َ ‫ب ۖ ِب ْئ‬ ِ ‫س ُك ْم َو َال تَنَا َب ُزوا ِب ْاْل َ ْلقَا‬َ ُ‫َو َال ت َْل ِم ُزوا أ َ ْنف‬
﴿ َ‫الظا ِل ُمون‬ َّ ‫ان ۚ َو َم ْن لَ ْم َيتُبْ فَأُو ٰلَئِكَ ُه ُم‬ ِ ‫اْلي َم‬ِ ْ َ‫وق َب ْعد‬ُ ‫س‬ ُ ُ‫ْالف‬
﴾١١
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah
suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, (karena)
mungkin mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik
daripada yang memperolok-olokkan dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain,
(karena) mungkin wanita-wanita (yang diprolok-olok)
itu lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok)
dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelargelar
yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang
yang dzalim.(Qs. Al-Hujurat : 11)

Sikap ekslusif dengan menganggap dirinya


paling benar akan memicu suatu perpecahan dalam

- 53 -
sebuah komunitas. Hal tersebut juga akan menimbulkan
cara berfikir radikal yang nantinya akan berakhir dengan
konsep Islam-Kafir. Padahal dalam ayat diatas
disebutkan untuk tidak saling mengolok-olok ataupun
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk karena hal
tersebut akan memicu kepada pertikaian. Dalam Tafsir
Misbah juga dijelaskan makna kata (memperolokolok)
yaitu menyebut kekurangan pihak lain dengan tujuan
menertawakan yang bersangkutan, baik dengan ucapan,
perbuatan atau tingkah laku (Quraish Shihab, 2009:
606).

Pertikaian dapat dicegah dengan adanya sikap


toleransi, menyadari bahwa perbedaan adalah rahmatal
lil ‘alamin. Memberikan pengakuan dan penghormatan
terhadap eksistensi agama lain bukan berarti mengakui
kebenaran ajaran tersebut, melainkan lebih kepada
menciptakan suasana yang damai dan sejahtera.

3. ayat-12

‫الظ ِن‬ َّ ‫ض‬ َّ َ‫يرا ِمن‬


َ ‫الظ ِن ِإ َّن َب ْع‬ ً ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا اجْ تَ ِنبُوا َك ِث‬
‫ضا ۚ أَي ُِحبُّ أ َ َحدُ ُك ْم‬
ً ‫ض ُك ْم َب ْع‬
ُ ‫سوا َو َال َي ْغتَبْ َب ْع‬ ُ ‫س‬َّ ‫ِإ ْث ٌم ۖ َو َال تَ َج‬
َ َّ ‫أ َ ْن َيأ ْ ُك َل لَحْ َم أ َ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهت ُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا‬
َّ ‫َّللا ۚ إِ َّن‬
َ‫َّللا‬
﴾١٢ ﴿ ‫ت ََّوابٌ َر ِحي ٌم‬

- 54 -
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencaricari kesalahan orang lain dan sebagian darimu
janganlah menggunjing sebagian yang lain. Sukakah
salah seorang diantara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang

Pada ayat di atas, kata,’’ُ‫( '' فَك َِر ْهت ُ ُموه‬maka kamu
telah jijik kepadanya) mengandung sekian banyak
penekanan untuk menggambarkan betapa buruknya
menggunjing (Quraish Shihab, 2009: 612).

Menurut Thabathaba’i ghibah merupakan


perusakan bagian dari masyarakat satu demi satu
sehingga dampak positif yang diharapkan dari wujudnya
satu masyarakat menjadi gagal dan berantakan. Yang
diharapkan dari wujudnya satu masyarakat adalah
hubungan yang harmonis antar anggotaanggotanya,
dimana setiap orang dapat bergaul dengan penuh rasa
aman dan damai. Tujuan manusia dalam upayanya
membentuk masyarakat adalah agar masing-masing
dapat hidup didalamnya dengan satu identitas yang baik
sehingga dia dapat (dalam interaksi sosialnya) menarik
dan memberi manfaat.

- 55 -
Dari ayat diatas terlihat bahwa alQur’an ketika
menguraikan tentang persaudaraan antara manusia
sesama muslim, yang ditekankan adalah tentang ishlah,
sambil memerintahkan agar menghindari hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasul saw pun
melukiskan petunjuk serupa. Beliau melukiskan dampak
persaudaraan dalam bentuk menafikan hal-hal buruk,
bukan hanya menetapkan hal-hal baik. Beliau bersabda
:”Muslim adalah saudara muslim yang lain. Ia tidak
menganiaya, tidak menyerahkan kepada musuhnya, tidak
membenci, tidak saling membelakangi, tidak bersaing
secara tidak sehat dalam jual-beli, tidak
mengkhianatinya, tidak membohonginya, dan tidak
meninggalkannya tanpa pertolongan”

4. ayat-13

‫اس إِ َّنا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأ ُ ْنثَ ٰى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬ُ ‫َيا أ َ ُّي َها ال َّن‬
َّ ‫َّللا أ َ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن‬
َ‫َّللا‬ ِ َّ َ‫ارفُوا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬
َ ‫شعُوبًا َوقَ َبا ِئ َل ِلتَ َع‬ ُ
﴾١٣ ﴿ ‫ير‬ ٌ ‫ع ِلي ٌم َخ ِب‬ َ
Artinya : Wahai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesunguuhnya orang yang paling mulia disisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.

- 56 -
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Qs. Al-Hujurat : 13)

Pada ayat diatas memaparkan bahwa al-Qur’an


sangat menghormati prinsip-prinsip kemajemukan yang
merupakan realitas yang dikehendaki oleh Allah swt.
Perbedaan tersebut tidak harus dipertentangkan sehingga
harus ditakuti, melainkan harus menjadi titik tolak untuk
berkompetisi dalam kebaikan. Allah swt menciptakan
manusia secara pluralistik, berbangsa dan bersuku yang
bermacam-macam dengan keaneragaman dan
kemajemukan manusia bukan untuk berpecah belah atau
saling merasa benar, melainkan untuk saling mengenal,
bersilaturohim, berkomunikasi, serta saling memberi dan
menerima.

Kata ‫ارفُوا‬
َ َ‫ تَع‬yang artinya mengenal. Patron kata
yang digunakan ayat ini mengandung makna timbal
balik, dengan demikian ia berarti saling mengenal.
Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya,
makan semakin terbuka peluang untuk saling memberi
manfaat. Karena itu, ayat diatas menekankan perlunya
saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling
menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain guna
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt yang
dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan
hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.

- 57 -
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa untuk mencapai suatu kedamaian dan
kesejahteraan dalam bermasyarakat perlu adanya sikap
saling terbuka dimulai dengan adanya kesediaan untuk
saling menganal antara satu sama lain dan saling
menghargai perbedaan dengan tidak melakukan
diskriminasi terhadap golongan tertentu. Hal tersebut
akan terlaksana dengan mengenalkan pendidikan
Inklusif yang terbuka di mulai dari bangku sekolah.

Dalam konteks ini, pembelajaran Pendidikan


Agama Islam adalah suatu upaya untuk membuat peserta
didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau
belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari
agama Islam, baik untuk mengetahui bagaimana cara
beragama yang benar maupun mempelajari Islam
sebagai pengetahuan. Akan tetapi persoalan yang terjadi
adalah jika proses pembelajaran pendidikan agama Islam
tersebut yang ‘salah’, bahkan dapat menjadikan
seseorang ‘menjadi radikal’. Ada dibeberapa sekolah,
siswa bukan diperkenalkan dengan ajaran agama yang
penuh cinta damai, namun justru dikenalkan dengan
ajaran doktrin yang keras, agresor, dan pembalas
dendam. Selain itu juga didukung dengan kurikulum
pendidikan agama yang berorinentasi pada hukum/fikih
yang kaku dan eksklusif. Padahal Islam adalah ajaran
yang sangat berorientasi pada ajaran cinta yang rahmatal
lil ‘alamin.

- 58 -
Untuk mencegah lahirnya paham radikalisme di
sekolah, perlu adanya rombakan mindset terhadap agama
Islam itu sendiri. Cara mengajarkan pelajaran agama
kepada para peserta didik. Peran guru sebagai pendidik
menduduki posisi sentral. Sebab ditangan merekalah,
peserta didik dapat dibentuk cara pandangnya terhadap
agama dengan kacamata rahmatal lil ‘alamin. Maka
pendidik seperti disebut oleh Musaddad (2016: 102)
hendaklah menempatkan diri sebagai guru semata tanpa
menampilkan dirinya sebagai pendidik berkedok
penguasa.

Oleh karena itu, dengan berdasarkan QS. al-


Hujurat ayat 10 – 13 tersebut, penulis mengajak kepada
para guru dan atau calon pendidik muda untuk
melakukan redisgn kurikulum dan metodologi
pembelajaran dari ajaran berbasis ekslusif kepada
pembelajan inklusif sebagaimana penulis tawarkan
sebelumnya. Pembelajaran dengan nilai-nilai agama
yang Inklusif di kelas, proses pendidikan agama yang
moderat, serta agama yang cinta kasih.35

35
DAIMAH. Pendidikan Inklusif Perspektif QS. Al-Hujurat Ayat 10-
13 Sebagai Solusi Eksklusifisme Ajaran di Sekolah .hlm: 51-
61(Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Marsada
Adisucipto Yogyakarta Kode Pos 55281 Email:
sholihahdaimah@gmail.com)

- 59 -
B. Nilai akar perilaku inklusif pada pandangan islam

Dalam Al Qur’an, ada beberapa terminologi nilai


yang menjadi akar perilaku inklusif, di antaranya at-
ta’aruf (saling mengenal), at-tasammuh (toleransi), at
tawassuth (moderat/adil), dan at-ta’awun (saling
menolong) (Ramdhan, 2019)

1. Ta’ruf (saling mengenal )

Istilah ta’aruf yang bermakna saling mengenal


terdapat dalam Q.S Al-Hujurat [49]: 13,] sebagaimana
yang telah di singgung di atas. Namun, disini akan di
perjelas ayat tersebut tidak hanya ditujukan untuk umat
muslim, namun untuk keseluruhan umat manusia.

Manusia diciptakan dari sepasang laki-laki dan


perempuan. Ras, suku, bangsa adalah nama-nama untuk
mempermudah mengenali perbedaan karakter
masingmasingnya. Dengan pengenalan tersebut manusia
saling belajar, saling memahami dan saling memberikan
manfaat baik moril maupun materiil. Semua sama di
hadapan Allah, dan yang paling bertaqwa-lah yang
mendapat kedudukan mulia. Kemajemukan mendorong
terwujudnya kehidupan yang dinamis, sehingga
menginspirasi setiap pribadi untuk berlomba-lomba
berbuat yang terbaik (Chirzin, 2011).

Terdapat 3 prinsip utama yang terkandung dalam


ayat tersebut, yaitu: pertama, plural is usual, bahwa

- 60 -
keragaman adalah sebuah keniscayaan, maka tidak perlu
diperdebatkan ataupun dipertentangkan. Kedua, equal is
usual, adaptasi terhadap tatanan masyarakat plural
sebagai sunnatullah. Ketiga, modesty in diversity, sikap
moderat dan kearifan berpikir dibutuhkan dalam
menyikapi keragaman (Ahsantudhoni, 2018). Konsep
ta’aruf menekankan pada pengakuan adanya
keberagaman dan penolakan adanya sikap eksklusif
karena merasa lebih tinggi didasarkan pada ukuran suku,
bangsa dan sebagainya.

2. Al-Tasamuh

Tasamuh adalah bentuk mubalaghah dari kata samaha


yang artinya tenggang rasa atau toleransi. Kata ini
digunakan para ulama kontemporer untuk
mengungkapkan satu sikap seorang muslim yang
menyadari adanya keberagaman, untuk itu ia
menjauhkan diri dari segala bentuk fanatisme
(Jamaruddin, 2016). Keberagaman adalah sebuah
sunnatullah yang tidak bisa ditolak, adanya perbedaan
gender, suku, dan berbagai aspek lainnya sebagaimana
pesan QS. Al Hujurat [49]: 13 harus disikapi dengan cara
yang bijak.

‫شعُوبًا‬ ُ ‫اس ِإ َّنا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأ ُ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬


ُ ‫َيا أ َ ُّي َها ال َّن‬
‫ع ِلي ٌم‬ َ َّ ‫َّللا أ َ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ َ‫ارفُوا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬
َ ‫َوقَ َبا ِئ َل ِلتَ َع‬
﴾١٣ ﴿ ‫ير‬ ٌ ‫َخ ِب‬

- 61 -
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Mahateliti” (LPMQ Kemenag, 2021).
Kebesaran jiwa dan kelapangan dada dibutuhkan dalam
menyikapi perbedaan (Arif, 2012).

Yusuf Qardhawi (Sholeh, 2014) menyebutkan


konsep tasamuh harus dibangun melalui keyakinan (1)
kemuliaan manusia apapun latar belakangnya menuntut
adanya penghormatan hak (2) perbedaan adalah realitas
dan pilihan, maka tidak sepantasnya ada paksaan di
dalamnya, (3) seorang muslim tidak dituntut untuk
melakukan penghakiman, benar-salah, kafir-tidak kafir
ataupun sesat-tidak sesat, (4) adanya perintah senantiasa
berbuat adil, dan (5) Allah mencela segala perbuatan
dzalim.

3. At-Tawassuth

At-Tawassuth mengacu pada ungkapan yang disebut


dalam QS. Al Baqarah ayat 143 yaitu ‘ummatan
wasathan’.

- 62 -
‫ع َلى ال َّنا ِس‬ َ ‫ش َهدَ ۤا َء‬ ُ ‫طا ِلتَ ُك ْونُ ْوا‬ ً ‫س‬ َ ‫َو َك ٰذلِكَ َج َع ْل ٰن ُك ْم ا ُ َّمةً َّو‬
َ‫ش ِه ْيدًا ۗ َو َما َجعَ ْلنَا ْال ِق ْبلَةَ الَّ ِت ْي ُك ْنت‬َ ‫علَ ْي ُك ْم‬
َ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫الر‬ َّ َ‫َو َي ُك ْون‬
َ ‫ع ٰلى‬
‫ع ِق َب ْي ۗ ِه‬ َ ‫ب‬ ُ ‫س ْو َل ِم َّم ْن َّي ْنقَ ِل‬ َّ ‫علَ ْي َها ٓ ا َِّال ِل َن ْعلَ َم َم ْن َّيتَّ ِب ُع‬
ُ ‫الر‬ َ
ُ‫َّللا‬‫َّللاُ َۗو َما َكانَ ه‬ ‫علَى الَّ ِذيْنَ َهدَى ه‬ َ ‫َت لَ َك ِبي َْرة ً ا َِّال‬ ْ ‫َوا ِْن َكان‬
‫ف َّر ِح ْي ٌم‬ ٌ ‫اس لَ َر ُء ْو‬ َ ‫ُض ْي َع اِ ْي َما َن ُك ْم ۗ ا َِّن ه‬
ِ ‫َّللا ِبال َّن‬ ِ ‫ِلي‬
Artinya : Dan demikian pula Kami telah menjadikan
kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu
(berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke
belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat
berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang
kepada manusia. (QS. Al Baqarah [2]: 143)” (LPMQ
Kemenag, 2021)

Ibnu Jarir At-Tabari menginterpretasikan


ummatan wasathan dengan ‘udul’, atau komunitas adil
yang moderat dan pertengahan. At-tawassut mempunyai
beberapa padanan kata, di antaranya al-wasath
(moderasi), al-qisth (keadilan), al-tawazun
(keseimbangan), ali‘tidal keselarasan/kerukunan). Lawan

- 63 -
katanya adalah tatarruf yang mengacu pada kelompok
‘ekstrimisme’ dan ‘radikalisme’(Irawan, 2018).

Secara harfiah, at-tawassuth dimaknai dengan


posisi menengah di antara dua posisi yang berlawanan.
Sikap tawasuth bukan bermakna sikap serba boleh
(kompromistik) dengan mencampuradukkan semua
unsur (sinkretisme), tidak pula dengan menolak semua
hal luar yang datang (Karim, 2019).

Tawasuth mengajarkan bagaimana menempatkan


sifat manusia sesuai dengan kodratnya, dan seimbang
dalam kehidupan sebagaimana diajarkan oleh nabi.
Mengambil jalan tengah demi tegaknya maslahat, dan
menghindarkan dari hal yang membahayakan. Dan
bahwa keadilan bersifat universal, dapat diterapkan di
setiap kesempatan, ruang dan waktu (Irawan, 2018).

At-tawassuth berkaitan dengan sikap wasathiyah,


sikap pertengahan di antara sikap melebihi batas dan
sembrono/melalaikan (Muchlis, 2020). Tidak ekstrim ke
kanan (fundamentalis), tidak pula ekstrim ke kiri
(liberalis) (Karim, 2019). At Tawassuth menjadi bentuk
realisasi keadilan dan kebaikan moral sebagai wujud
gambaran umat pilihan pada QS. Al-Baqarah: 143.

- 64 -
At-tawassut menghimpun nilai-nilai
keseimbangan, keadilan, dan kebaikan sekaligus
(Irawan, 2018). Yang perlu diperhatikan dalam
penerapan sikap tawasut adalah sikap moderat dalam
menyebarluaskan ajaran Islam, tidak mudah melabeli
kafir/munafik/fasik terhadap sesama muslim hanya
karena perbedaan pemahaman, senantiasa toleran dan
menjaga hubungan sosial dalam bermasyarakat, serta
seimbang dalam segala urusan baik yang berhubungan
dengan duniawi maupun ukhrawi sehingga terhindar dari
sikap berlebih-lebihan (Karim, 2019). At-Tawasuth
menjadikan karakter inklusif dalam Islam tetap
proporsional tidak bermudah-mudahan maupun terlalu
kaku.

3. At Ta’awun

At Ta’awun Islam mengajarkan ta’awun (tolong-


menolong dalam kebaikan) kepada semua manusia tanpa
kecuali. Tolong-menolong tersebut meliputi kerja sama,
toleransi, kebersamaan dan bentuk kebaikan lainnya
yang membawa kepada kemashlahatan (Nashir, 2018).
Ajaran ta’awun bersumber dari spirit QS. Al Maidah [5]:
2,

َ ‫علَى ْال ِب ِر َوالتَّ ْق ٰو ۖى َو َال تَعَ َاونُ ْوا‬


‫علَى‬ َ ‫َوتَعَ َاونُ ْوا‬
ِ ‫ش ِد ْيدُ ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫َّللا‬ ِ ‫اال ْث ِم َو ْالعُد َْو‬
َ ‫ان َۖواتَّقُوا ه‬
َ ‫َّللا ۗا َِّن ه‬ ِْ
- 65 -
Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat
siksaan-Nya” (LPMQ Kemenag, 2021).

Ibnu Katsir mengaitkan ayat tersebut dengan


hadis Rasul “tolonglah saudaramu yang menganiaya dan
yang dianiaya” (HR Ahmad dari Anas bin Malik). Orang
yang menganiaya juga perlu ditolong agar ia tidak lagi
berbuat aniaya (Nashir, 2018).

Spirit ajaran ta’awun paralel dengan ajaran


ihsan, yaitu kedekatan seorang hamba dengan Allah akan
menjadikan hamba tersebut berwelas asih. Perintah
bekerja sama dalam kebaikan dengan siapapun
(meskipun berbeda pandangan, golongan maupun
agama) diimbangi dengan larangan kerja sama dalam
keburukan dengan siapapun.

Hal tersebut merupakan wujud moderasi dalam


perintah tolong menolong. Itu juga bermakna bahwa
manakala hubungan baik dengan pemeluk agama lain
harus dilaksanakan dengan baik, maka lebih lagi dengan
sesama muslim sendiri (Nashir, 2018).

- 66 -
Dengan demikian, bersikap inklusif adalah
perwujudan baiknya hubungan hamba dengan
Tuhannya.36

36
Purnomo, Putri Irma Solikhah. Konsep Dasar Pendidikan Islam
Inklusif : Studi Tentang Inklusivitas Islam Sebagai Pijakan
Pengembangan Pendidikan Islam Inklusif hlm : 118-120 (IAIN
Salatiga, Indonesia)

- 67 -
SOAL

1. Surah Al-Hujurat ayat 10-13 memberikan gagasan


tentang ?

2. Menurut Quraish Shihab kata,’’ُ‫( '' فَك َِر ْهت ُ ُموه‬maka kamu
telah jijik kepadanya) dalam surah Al-Hujurat ayat 12
mengandung ?

3. Kata ‫ارفُوا‬
َ ‫ تَ َع‬yang artinya mengenal. Patron kata yang
digunakan ayat ini mengandung makna timbal balik,
dengan demikian ia berarti ?

4. Dalam Al Qur’an, ada beberapa terminologi nilai yang


menjadi akar perilaku inklusif, di antaranya adalah ?

5. Terdapat 3 prinsip utama yang terkandung dalam


Surah Al-Hujurat ayat 13 sebutkaan ?

- 68 -
DAPTAR PUSTAKA
1
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta:
Kencana, 2005), xiv
1
5 Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003)
Pendidikan Kebutuhan khusus; Sebuah Pengantar,
Bandung : Unipub
1
Baker,E.T.(1994). Metaanalysis enidence for non-
inclusive Educational practices. Disertasi. Temple
University. Hlm. ii
Herawati Nenden Ineu.pendidikan inklusif. Hlm.2
1
ttp://www.csie.org.uk/inclusion/what.html., diakses 28
Maret 2013.
11
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua
(Bandung: Nuansa, 2009), 397-400
1
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi
(Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2005)
1
Daniel P. Hallahan et.al.,Exceptional Learners: An
Introduction to Special Educatin (Boston: Pearson
Education Inc., 2009), 53
1
Pedoman Umum Penyelenggaran Pendidikan
Inklusif.hlm. 08
- 69 -
Al Imam Abi Husain Muslim bin Al Hajjaj, Shahih
Muslim (Kairo: Daar Ibnu Al Haitam, 2001), hlm. 655.
1
Syafrida Elisa dan Aryani Tri Wrastari, Sikap Guru
terhadap Pendidikan Inklusi Ditinjau dari Faktor
Pembentuk Sikasp, Jurnal Psikologi Perkembangan dan
Pendidikan Vol.2, No. 01. Febuari 2013, Hlm. 03.
Ermawati, Mengenal Lebuh Jauh Sekolah Inklusi,
Pedagogik Jurnal Pendidikan,5,1, 25-35.
https://scholar.google.com/scholar?q=Mengenal+Lebuh+
Jauh+Sekolah
+Inklusi&btnG=&hl=en&as_sdt=0%2C5&as_vis=1,
diakses 2 November 2016.
1
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasiona
https://indonesiabaik.id/infografis/30-hak-asasi-
manusia-dalam-deklarasi-universal-ham
1
Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB
pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A
(III) https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-
deklarasi-universal-hak-asasi--%24R48R63.pdf
1
Ibid 19
1

tps://sites.google.com/a/students.unnes.ac.id/pus/pendidi
kan-untuksemua/latar-belakang-pus
1
Drs. Ahmad suriyansyah M.pd P hd. Pendidikan inklusi
perkembangan dan strategi pembangunannya.
Universitas lambunf mangkurat,program pasca sarjana
.him. 03

- 70 -
1
Nenden Ineu Herawati.pendidikan inklusif. Hlm 11-12
1
Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003)
Pendidikan Kebutuhan khusus; Sebuah Pengantar,
Bandung : Unipub.
1
kadir, Penyelenggaraan Sekolah Inklusi di Indonesia,
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2015
1
sholihin, Kanwil Kemenag Kalbar, diakses pada
http://kalbar.kemenag.go.id, 2019
1
ICODIF, Promoting Disability Rights in Indonesia,
(Yogyakarta: PLD Press, 2020)
1
Fitrianah, Meningkatkan Minat Belajar Anak Inklusif
melalui Midel Pull Out di MI Nurul Huda
Kalangananyar Sedati, dalam Jurnal UMSIDA, 2018
1
A. Kadir, Penyelenggaraan Sekolah Inklusi di
Indonesia, dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2015
1
Y. Subasno, Pendidikan Inklusif untuk Mengakomodasi
Peserta Didik dalam Rangka Pengembangan Indonesia,
dalam Jurnal Institusional Repository UPH, 2018
1
Budiono dan Muslim, Individualized Education
Program, (Jember: CV Pustaka Abadi, 2020
1
Sukadari, Model Pendidikan Inklusi dalam
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:
Kanwa Publishier, 2019)
1
Pristiwaluyo, ABK Centre, diakses pada
http://abkcentre.b;ogspot.com, 2009
1
. Kholida, Manajemen Pendidikan Inklusi, dalam Jurnal
TARBAWI, 2016

- 71 -
1
Purnomo, Putri Irma Solikhah. Konsep Dasar
Pendidikan Islam Inklusif : Studi Tentang Inklusivitas
Islam Sebagai Pijakan Pengembangan Pendidikan Islam
Inklusif hlm : 118-120 (IAIN Salatiga, Indonesia

‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنث َ ٰى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
َّ‫َّللا أَتْقَا ُك ْم ۚ ِإن‬
ِ َّ ‫ارفُوا ۚ ِإنَّ أَك َْر َم ُك ْم ِع ْن َد‬ َ ‫شعُو ًبا َوقَبَائِ َل ِلت َ َع‬
ُ
﴾١٣ ﴿ ‫ير‬ ٌ ِ‫ع ِلي ٌم َخب‬ َ َ‫َّللا‬
َّ

Pendidikan
inklusif mengacu pada sistem layanan pendidikan di
mana anak-anak dengan kebutuhan khusus belajar
bersama dengan teman sebaya mereka di sekolah reguler
terdekat. Tujuan utama pendidikan inklusif adalah
memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada
semua anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas
sesuai dengan kebutuhan individu mereka tanpa adanya
diskriminasi

- 72 -

Anda mungkin juga menyukai