KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAPTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................ 2
DAPTAR ISI.............................................................................3
BAB I..................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar belakang............................................................... 1
BAB II.................................................................................... 5
PENDIDIKAN INKLUSIF.......................................................... 5
A. Sejarah Pendidikan inklusif........................................... 5
B. Pengertian Pendidikan Inklusif...................................... 7
C. Pendidikan Inklusif Menurut Para Ahli.........................10
Latihan Soal......................................................................15
Daptar Pustaka.................................................................16
BAB III..................................................................................17
LANDASAN PENYELENGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF.....17
A. Landasan Dari Alquran dan Hadist...............................17
B. Landasan Hukum (Yudris)............................................19
C. Landasan Emperis.........................................................22
D. Landasan Filosofi.........................................................33
E. Latihan Soal..................................................................35
3
Daftar Pustaka................................................................. 36
BAB IV................................................................................. 37
MODEL-MODEL PENDIDIKAN INKLUSIF............................. 37
A. Model Pendidikan Inklusif........................................... 38
LATIHAN SOAL................................................................. 48
Daftar Pustaka.................................................................. 49
BAB V.................................................................................. 50
PENDIDIKAN INKLUSIF DALAM ISLAM............................... 50
A. pandangan al-Quran terhadap pendidikan inklusif..... 50
B. Nilai Akar Perilaku Inklusif Pada Pandangan Islam...... 58
Latihan Soal......................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................66
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu negara di dunia yang memiliki potensi
luar biasa di berbagai bidang adalah Indonesia, termasuk
dalam bidang pendidikan. Indonesia perlu mengadaptasi
diri dengan perkembangan zaman. Sudah menjadi
"tanggung jawab" bersama untuk merancang sistem
pendidikan yang lebih baik dan berupaya
mewujudkannya. Kita perlu berusaha mengatasi masalah
dalam pendidikan yang sering kali menghambat
kreativitas berpikir siswa, sambil mengenalkan konsep
baru tentang esensi pendidikan yang sebenarnya.
Memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan sesuai dengan potensi
mereka akan memberikan dampak positif pada
pertumbuhan dan perkembangan alami.
Akses pendidikan ini merupakan kebutuhan dasar
bagi semua warga negara, sehingga pemerintah harus
menjamin terwujudnya konsep pendidikan untuk semua
(EFA) bagi warganya. Pemerintah juga harus secara
konsisten melakukan berbagai upaya dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.
Selain itu, Indonesia berada pada urutan ke- 124
dari 187 negara dalam HDI 2011, sedangkan di urutan
12 dari 21 negara di Asia Pasifik.1
1
http://datakesra.menkokesra.go.id/content/hdi-dindonesia-2011
diakses 27 Maret 2013
5
Ini fakta bahwa pendidikan di negara kita masih
rendah dan sulit untuk bersaing dengan negara lain.
Oleh karena itu, pemerintah harus terus berupaya
meningkatkan kualitas pendidikan negara ini. Kekeliruan
utama di dunia pendidikan adalah bahwa warga
Indonesia tidak memiliki akses ke hak warga negara
yang terjamin oleh Undang-Undang Dasar.
Diduga bahwa banyak anak di bawah usia
sekolah masih belum dapat masuk ke sekolah. Selain itu,
ada banyak masalah yang sering mengganggu
pendidikan. Ini termasuk prasana yang tidak layak,
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang buruk,
sumber belajar yang terbatas, dan berbagai konflik yang
mengganggu yang terkait dengan keabsahan lahan
sekolah. Selain itu, ada banyak masalah yang menjadi
perhatian publik, seperti tawuran antar pelajar.
pada antara permasalahan tadi merupakan realitas
masih banyaknya siswa yang berkategori mempunyai
keterbatasan fisik juga mental dan tidak mendapatkan
hak pendidikan serta pengajaran sebagaimana yang
dinikmati oleh anak yang lainnya. istilah yang biasa
digunakan bagi mereka merupakan disabel atau difabel.
Menurut informasi terbaru yang dirilis oleh
Kementerian Kesehatan pada tahun 2010, diperkirakan
jumlah penduduk difabel di Indonesia mencapai 3,11
persen atau sekitar 6,7 juta orang. Namun, jika merujuk
pada standar yang lebih ketat dari World Health
Organization (WHO), jumlah penyandang cacat di
Indonesia mencapai 10 juta jiwa. Dari jumlah tersebut,
lebih dari separuhnya adalah anak-anak yang belum
mendapatkan akses pendidikan. WHO juga mencatat
bahwa jumlah tunanetra di Indonesia pada tahun 2002
6
mencapai 1,5% dari total penduduk, jauh lebih tinggi
dibandingkan negara-negara berkembang lainnya seperti
Bangladesh (1%), India (0,7 %), dan Thailand (0,3 %).
Meskipun pemerintah telah menyediakan akses
pendidikan melalui Sekolah Luar Biasa (SLB) bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK), namun belum mendapat
fasilitas yang memadai bagi perkembangan ABK di
negeri ini.
Sebaliknya, pendidikan Islam telah berkembang
menjadi suatu sistem yang secara konseptual dan metode
telah diterapkan di madrasah, pesantren, dan institusi
pendidikan Islam lainnya. Sangat penting bagi forum
pendidikan Islam untuk melakukan berbagai inovasi dan
pembaharuan secara menyeluruh untuk meningkatkan
kualitasnya.
Hal ini sejalan dengan kritik Fazlur Rahman yang
menekankan kemunduran pendidikan Islam dan
menawarkan solusi dengan menekankan pentingnya
pemikiran wangsit dengan menggunakan standar nyata
untuk keberhasilan pendidikan Islam.2
Berdasar kanpemikiran tersebut maka pendidikan
inklusi sudah selayaknya dipertimbangkan menjadi
sebuah tawaran, penemuan penyelenggaraan pendidikan
pada lembaga pendidikan Islam, mengingat secara
normatif bahwa pendidikan Inklusi memiliki landasan
serta pijakan yang kuat dalam Islam sebagai sumber
2
Fazlur Rahman juga lebih memilih istilah Intelektual Islam dari
pada Pendidikan Islam karena dipandang lebih elaboratif .Lihat
Fazlur Rahman, Islam and Modernity :Transformation of Intellectual
Tradition (Chicago: The Chicago University, 1982).
7
pandangan baru pendidikan Islam. Tulisan ini berusaha
mencari benang merah antara pendidikan Islam dan
pendidikan Inklusi sebagai antara keduanya dapat
diintegrasikan pada sebuah cara lain sistem juga model
pembelajaran yang layak dilakukan atau setidaknya diuji
cobakan.
8
BAB II
PENDIDIKAN INKLUSIF
A. Sejarah Pendidikan inklusif
Sejarah mencatat bahwa pendidikan inklusif
mulai berkembang di negara-negara Skandinavia seperti
Denmark, Norwegia, dan Swedia. Pada tahun 1960-an,
Presiden John F. Kennedy president Amerika Serikat
mengirim pakar pendidikan khusus ke Skandinavia
untuk mempelajari pendekatan mainstreaming dan Least
Prohibitive Climate. Dan ahirnya pendidikan ini berhasil
diterapkan di Amerika Serikat.
Kemudian, di Inggris pada tahun 1991, Undang-
undang Pendidikan Inggris memperkenalkan konsep
pendidikan inklusif dengan mengubah model pendidikan
anak-anak dengan kebutuhan khusus dari pendekatan
segregatif menjadi integratif.
Permintaan akan pendidikan inklusif semakin
kuat di seluruh dunia, setelah diadakan kesepakatan
internasional tentang hak-hak anak pada tahun 1989 dan
konferensi dunia tentang Pendidikan pada tahun 1991 di
Bangkok, yang memutuskan deklarasi "Training for
All". Deklarasi ini mewajibkan negara-negara anggota
untuk menyediakan layanan pendidikan yang memadai
bagi semua anak, tanpa membedakannya, termasuk
anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Pada tahun 1994, diadakan Konvensi Pendidikan
di Salamanca, di Spanyol, yang menghasilkan
9
"Pernyataan Klarifikasi Salamanca tentang Panduan
yang Komprehensif". Konvensi ini menegaskan
pentingnya pendidikan inklusif. Sejalan dengan
perkembangan pendidikan inklusif di seluruh dunia,
Indonesia juga tidak mau ketinggalan, dengan
mengadakan Konvensi Nasional pada tahun 2004, yang
menghasilkan Deklarasi Bandung. Deklarasi ini
menegaskan komitmen Indonesia terhadap pendidikan
inklusif.
Agar anak-anak tersebut mendapatkan haknya
maka, pada tahun 2005 diadakan simposium
internasional di Bukittinggi dan memutuskan
Rekomendasi Bukittinggi.
Rekomendasi ini menyoroti pentingnya
pengembangan program pendidikan inklusif sebagai
upaya untuk memastikan bahwa semua anak
mendapatkan akses ke pendidikan yang berkualitas dan
layak.
Melihat perkembangan pendidikan inklusif di
seluruh dunia, maka pemerintah Indonesia mulai aktif
mengembangkan program pendidikan inklusif pada awal
tahun 2000. Program ini adalah transisi dari program
pendidikan terpadu yang diperkenalkan pada Indonesia
pada tahun 1980-an, namun tidak mengalami
perkembangan yang signifikan. Pada tahun 2000,
program tersebut dihidupkan kembali, karena mengikuti
perkembangan global dengan mengadopsi konsep
pendidikan inklusif.3
3
Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003) Pendidikan
Kebutuhan khusus; Sebuah Pengantar, Bandung : Unipub
10
B. Pengertian Pendidikan Inklusif
UNESCO mengusung gagasan "pendidikan
inklusif", yang berasal dari "Preparing for All", artinya
pendidikan yang ramah untuk semua. Tujuan pendekatan
ini adalah untuk mencakup semua siswa. Tanpa harus
mempertimbangkan keadaan fisik, mental, sosial,
emosional, atau bahkan status sosial ekonomi mereka,
setiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama
untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Konsep pendidikan inklusif ini sesuai filosofi
pendidikan nasional Indonesia yang mengakui bahwa
akses pendidikan tidak boleh dibatasi oleh perbedaan
kondisi dan latar belakang individu. Pendekatan inklusif
tidak hanya berlaku untuk mereka yang memiliki
kebutuhan khusus atau luar biasa, tetapi berlaku untuk
semua anak tanpa terkecuali.4
Pendidikan inklusif adalah istilah yang mengacu
pada sistem pendidikan di mana anak-anak dengan
kebutuhan khusus memiliki kesempatan untuk belajar
bersama dengan teman sebaya mereka di sekolah reguler
terdekat. Tujuan utama dari pendidikan inklusif adalah
untuk memastikan bahwa semua anak memiliki
kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan
berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan unik
mereka tanpa perlakuan diskriminatif.
11
program pendidikan yang sesuai dan menantang yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap
individu siswa. Sekolah-sekolah ini didukung oleh staf
pendidikan khusus yang membantu dan mendukung
anak-anak untuk mencapai kesuksesan mereka.
Sekolah harus menyesuaikan kurikulum, sarana dan
prasarana, dan sistem pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan individu siswa dalam pendidikan inklusif.
Oleh karena itu, individu yang tepat harus diidentifikasi
dan dinilai untuk membuat program pendidikan yang
sesuai dan objektif.5.
Pendidikan inklusif adalah salah satu model
pendidikan yang ditujukan untuk anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Terdapat juga pendekatan lain dalam
penyelenggaraan pendidikan seperti segregasi dan
pendidikan terpadu.
Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
inklusif adalah sekolah yang menerima semua murid
dalam kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan
program pendidikan yang layak, menantang, namun
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-
masing murid, serta mendapatkan bantuan dan dukungan
dari tenaga pendidik khusus agar anak-anak dapat
berhasil. (konsep yang dikemukakan oleh Stainback,
1980).
Pendidikan inklusif secara umum bertujuan untuk
mengintegrasikan anak-anak dengan kebutuhan khusus
dalam pembelajaran bersama, anak-anak sebaya mereka
5
Ibid hlm.2
12
di sekolah reguler terdekat di lingkungan tempat tinggal
mereka. Prinsip utama dari pendidikan inklusif yaitu
memberikan kesempatan yang setara kepada semua anak
untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan
sesuai dengan kebutuhan individu mereka tanpa ada
diskriminasi.
Untuk mencapai pendidikan inklusif, sekolah harus
menyesuaikan kurikulum, fasilitas, dan sistem
pembelajarannya dalam memenuhi kebutuhan individu
siswa. Identifikasi dan penilaian yang akurat dan
profesional atau tenaga kerja yang ahli di bidang mereka,
maka sangatlah penting untuk menghasilkan program
pendidikan yang sesuai dan objektif.6
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 70 tahun 2009, pendidikan
inklusif adalah suatu sistem pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik
dengan keberagaman dan potensi kecerdasan atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan dalam lingkungan
yang sama dengan peserta didik lainnya.
Dalam praktiknya, pendidikan inklusif bertujuan
untuk memberikan kesempatan sebanyak mungkin
kepada peserta didik dengan kebutuhan khusus dan
menerapkan pendekatan pendidikan yang menghormati
keberagaman, tanpa melakukan diskriminasi terhadap
peserta didik yang memiliki perbedaan fisik, emosional,
mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan atau
bakat yang istimewa. Hal ini bertujuan agar mereka
6
ttp://www.csie.org.uk/inclusion/what.html., diakses 28 Ma
13
dapat mendapatkan pendidikan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan yang mereka miliki.7
7
Ibid 09
8
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua (Bandung:
Nuansa, 2009), 397-400
14
ketika mengacu pada sistem pendidikan
di mana anak-anak berkebutuhan khusus belajar
di sekolah terdekat di kelas reguler bersama
teman sebayanya.
Sekolah yang menerapkan pendidikan
inklusif mengakomodasikan semua siswanya dan
menawarkan program pendidikan yang sesuai
dan menantang , tapi disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.
Sekolah-sekolah ini juga memiliki tenaga
pendidik khusus yang membantu dan mendukung
siswa untuk mencapai kesuksesan.
Dalam pendekatan ini, pendidikan
inklusif berarti memberikan kesempatan yang
setara bagi semua anak untuk belajar bersama,
tanpa memisahkan mereka berdasarkan
kebutuhan khusus. Sekolah menyediakan
lingkungan yang inklusif di mana anak-anak
dengan berbagai kebutuhan belajar dapat
berinteraksi dan belajar bersama.
Dalam proses ini, mereka menerima
bantuan dan dukungan yang diperlukan dari para
guru profesional pendidikan khusus untuk
mencapai keberhasilan dalam pendidikan.
Pendekatan ini menekankan pentingnya
integrasi anak-anak dengan kebutuhan khusus ke
dalam lingkungan pendidikan yang biasa,
sehingga mereka dapat merasakan pengalaman
belajar yang sama dengan teman sebayanya.
15
Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan
pendidikan yang inklusif, memenuhi kebutuhan
setiap anak, dan memberikan dukungan yang
diperlukan untuk kesuksesan mereka..9
2. Daniel P. Hallahan
16
dan bantuan yang diperlukan untuk membantu
peserta didik dengan kebutuhan khusus agar
dapat mengakses kurikulum dan menghadapi
tantangan pembelajaran mereka.
Mereka harus bekerja sama dengan tenaga
pendidik reguler dan melibatkan diri secara aktif
dalam menyediakan pendidikan yang memenuhi
kebutuhan individu peserta didik.
Pendekatan ini menekankan pada inklusif penuh
dan partisipasi peserta didik berkebutuhan khusus
dalam kehidupan sekolah sehari-hari, serta
memberikan dukungan yang kontinu untuk
memastikan bahwa mereka mencapai
keberhasilan dalam pendidikan.10
3. Staub dan Peck (1995)
mengutaratakan bahwa pendidikan
inklusif berarti seluruh anak dengan kelainan
tingkat ringan, sedang, atau berat ditempatkan
secara penuh di kelas reguler, ini menunjukkan
bahwa kelas reguler adalah tempat yang tepat
untuk belajar bagi anak dengan kelainan
bagaimanapun jenis dan tingkat gradasinya.11
4. Sapon-Shevin (dalam 0'Neil, 1995)
10
Daniel P. Hallahan et.al.,Exceptional Learners: An
Introduction to Special Educatin (Boston: Pearson Education
Inc., 2009), 53
11
Septy Nurfadhillah, M.Pd.i Pendidikan Inklusi Pedoman
bagi Penyelenggaraan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusu.
17
Menegaskan bahwa, sebagian dari sistem pendidikan
inklusif, setiap anak berkelainan harus diterima di
sekolah-sekolah terdekat dan masuk ke kelas reguler
bersama teman seusianya.
Oleh karena itu, restrukturisasi sekolah sangat
penting supaya membuatnya menjadi komunitas yang
mendukung kebutuhan khusus setiap siswa. Ini berarti
bahwa dalam pendidikan inklusif, semua pihak, seperti
guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya, diberikan
dukungan dan tersedia berbagai sumber daya
pembelajaran. Pendekatan pendidikan inklusif dapat
memungkinkan untuk siswa berkebutuhan khusus
belajar bersama dengan siswa lainnya untuk mencapai
tingkat terbaik dari kemampuan mereka.
Latihan Soal.
1. Apa pengertian pendidikan inklusif ?
2. Apa nama organisasi yang pertama kali menggunakan
istilah pendidikan inklusif
3. Menurut undang-undang Permendiknas No. 70 tahun
2009 pendidikan inklusif adalah ?
18
4. Tahun berapakah awal munculnya istilah pendidikan
inklusif ?
5. apa pengertian sekolah inklusif menurut Stainback ?
Daftar Pustaka
Johnsen, Berit H dan Miriam D.Skjorten. (2003)
Pendidikan Kebutuhan khusus; Sebuah
Pengantar, Bandung : Unipub
Herawati Nenden Ineu (2013) .pendidikan inklusif.
Hlm.2
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua
(Bandung: Nuansa, 2009), 397-400
19
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi
(Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Daniel P. Hallahan et.al.,Exceptional Learners: An
Introduction to Special Educatin (Boston:
Pearson Education Inc., 2009), 53
Septy Nurfadhillah, M.Pd.i Pendidikan Inklusi Pedoman
bagi Penyelenggaraan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusu. 08
BAB III
LANDASAN PENYELENGARAAN
PENDIDIKAN INKLUSIF
A. Landasan Dari Alquran dan Hadist
Pendidikan inklusif berperan penting dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan sosial kepada semua
peserta didik, termasuk anak-anak dengan kebutuhan
khusus dan anak-anak tanpa kebutuhan khusus sejak usia
dini. Dalam lingkungan pendidikan inklusif,
meupayakan agar setiap anak saling menghargai
perbedaan dan menghilangkan sikap diskriminatif
20
terhadap sesama, menciptakan suasana yang inklusif dan
harmonis.
Dalam Al-qur’an sendiri menegaskan bahwa
Allah tidak melihat bentuk (fisik) seorang muslim,
namun Allah melihat hati dan perbuatnnya. Hal ini
dinyatakan dalam salah satu hadis yang diriwayatkan
oleh Iman Muslim, yaitu
12
« ِإ َّن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ع َْن َأبِى هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا
مlْ ص َو ِر ُك ْم َوَأ ْم َوالِ ُك ْم َولَ ِك ْن يَ ْنظُ ُر ِإلَى قُلُوبِ ُك ْم َوَأ ْع َمالِ ُك
ُ هَّللا َ الَ يَ ْنظُ ُر ِإلَى
21
pihak yaitu para siswa, guru, dan para orang tua. Melalui
pendidikan inklusif dengan model inklusif penuh,di
harapkan untuk setiap anak berkebutuhan khusus
bersama-sama anak lainnya (normal) untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Model
inklusif penuh adalah anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak non berkebutuhan khusus
sepanjang hari dikelas reguler dengan menggunakan
kurikulum yang sama.14
Firman Allah QS. Al-Raʻd: 22. Yaitu :
صبَرُوا ا ْبتِغ َۤا َء َوجْ ِه َربِّ ِه ْم َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َواَ ْنفَقُوْ ا ِم َّما َرزَ ْق ٰنهُ ْم ِس ًّرا َ ََوالَّ ِذ ْين
ۤ ٰ
ِ ۙ َّو َعاَل نِيَةً َّويَ ْد َرءُوْ نَ بِ ْال َح َسنَ ِة ال َّسيَِّئةَ اُول ِٕىكَ لَهُ ْم ُع ْقبَى ال َّد
ار
Artinya:Dan orang-orang sabar dan mengharapkan
keridha’an tuhannya, melaksanakan sholat, dan
menginfakkan sebagian dari rizki yzng kami berikan
kepada mereka, secara sembunyi-sembunyi dan terang-
terangan serta menolak kejahatan dengan
kebaikan;orang itulah yang mendapatkan
kesudahan(QS. Al-Raʻd: 22.)
Secara umum penyelenggaraan pendidikan inklusi
memiliki tiga landasan, yaitu landasan hukum, empiris
dan landasan filosofis.
14
Syafrida Elisa dan Aryani Tri Wrastari, Sikap Guru terhadap
Pendidikan Inklusi Ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikasp, Jurnal
Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Vol.2, No. 01. Febuari
2013, Hlm. 03. Ermawati, Mengenal Lebuh Jauh Sekolah Inklusi,
Pedagogik Jurnal Pendidikan,5,1, 25-35.
https://scholar.google.com/scholar?
q=Mengenal+Lebuh+Jauh+Sekolah
+Inklusi&btnG=&hl=en&as_sdt=0%2C5&as_vis=1, diakses 2
November 2016.
22
B. Landasan Hukum (Yudris)
Dasar hukum yaitu pertimbangan atau alasan
diadakannya suatu peraturan untuk mengatasi masalah
hukum atau mengisi kekosongan hukum, mengingat
undang-undang yang ada diubah, dicabut, untuk
mencapai kepastian hukum dan keadilan bagi warga.
negara. pendidikan inklusif memiliki beberapa landasan
hukum, antara lain :
1. UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31: (1)
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
memperoleh pendidikan. Butir 2) Setiap warga
negara mempunyai kewajiban untuk
menyelesaikan pendidikan dasar dan negara
wajib membiayainya.
2. Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak
No. 23 Tahun 2002, pasal 48 menyatakan bahwa
pemerintah harus memberikan pendidikan dasar
kepada semua anak selama minimal 9 tahun, dan
pasal 49 menyatakan bahwa negara, pemerintah,
keluarga, dan wajib bagi orang tua memberikan
kesempatan kepada anknya yaitu pendidikan
yang seluas-luasnya.
3. Undang-Undang Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 5a (1) Menegaskan bahwa
hak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas
tinggi adalah hak yang sama bagi setiap warga
negara. Tidak peduli apakah mereka berasal dari
daerah tertinggal atau pedesaan, atau dari
komunitas adat terpencil. Orang-orang yang
23
berbakat dan cerdas berhak atas pendidikan
khusus
4. Menurut Pasal 11 (1) dan (2), Dewan Negara
dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
memberikan pelayanan dan kemudahan serta
menjamin bahwa pendidikan berkualitas tinggi
diberikan kepada setiap warga negara tanpa
diskriminasi. Dewan Negara dan pemerintah
provinsi juga harus memastikan bahwa setiap
warga negara berusia antara 7 dan 15 tahun
memiliki akses ke sumber daya pendidikan yang
diperlukan.
5. Pasal 12 ayat (1) menyatakan bahwa setiap
siswa berhak atas pelayanan pendidikan yang
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya
(1b) bahwa setiap siswa berhak untuk beralih ke
program pendidikan di jalur dan satuan
pendidikan lain yang setara (1e).
6. Ayat 1 Pasal 32 menyatakan bahwa pendidikan
luar biasa adalah pendidikan bagi siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar karena
kelainan fisik, emosional, psikis, atau sosial
dan/atau yang memiliki potensi kecerdasan dan
kemampuan khusus. Ayat 2 menyatakan bahwa
pendidikan kedinasan khusus adalah pendidikan
bagi siswa yang tinggal di daerah terpencil atau
pedesaan, masyarakat yang biasanya terpencil
atau yang pernah mengalami bencana alam,
bencana sosial, atau bencana sosial lainnya.
24
7. Penjelasan alinea terakhir Pasal 15
menjelaskan bahwa pendidikan luar biasa adalah
pendidikan yang ditujukan bagi peserta didik
yang tidak mampu atau cerdas luar biasa, yang
diselenggarakan termasuk atau dalam bentuk
satuan pendidikan khusus di sekolah dasar dan
sekolah menengah. tingkat pendidikan.
8. Pasal (1) ayat 45 menyatakan bahwa setiap
institusi pendidikan, baik formal maupun non-
formal, harus menyediakan sarana dan prasarana
untuk memenuhi kebutuhan siswa secara
proporsional dengan perkembangan dan
pertumbuhan potensi baik pertumbuhan fisik,
pertumbuhan intelektual, pertumbuhan sosial,
pertumbuhan emosional, dan pertumbuhan
psikologis peserta didik.
9. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, terdapat beberapa komponen dalam
standar nasional pendidikan, termasuk standar isi,
standar komposisi, standar kualifikasi kelulusan,
standar pengajaran dan pendidikan, standar
sarana prasarana, standar administrasi, standar
keuangan, dan standar penilaian pendidikan.
Peraturan tersebut juga mengatur bahwa satuan
pendidikan khusus terdiri dari Sekolah Dasar
Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa (SMA LB).
25
10. Surat Edaran No. 380/C.C6/MNB/2003, 20
Januari 2003, dari Dirjen Pendidikan Dasar dan
Dasar Departemen Pendidikan Nasional tentang
inklusi pendidikan. Di setiap kabupaten atau
kota, setidaknya empat sekolah (sekolah dasar,
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan
sekolah kejuruan) harus diorganisir dan
disebarluaskan.
C. Landasan Emperis
Dasar empiris adalah kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan berbagai pengalaman yang
diperoleh dari artikel pengembangan kurikulum
sebelumnya yang meliputi desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi kurikulum. Kurikulum
pendidikan juga memiliki landasan empiris, antara lain;
1. Deklarasi Hak Asasi Manusia, 10 November
1948
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
menetapkan standar umum untuk pencapaian
hak-hak semua individu dan masyarakat di
seluruh dunia. Setiap orang dan kelompok dalam
masyarakat memiliki tanggung jawab untuk
mempromosikan penghormatan terhadap hak
asasi manusia melalui pendidikan dan
pengajaran. Tujuan dari deklarasi ini adalah
untuk mengakui dan menghormati hak-hak asasi
manusia dan kebebasan yang dinyatakan di
dalamnya, serta memastikan pengakuan dan
penghormatan yang efektif terhadap hak-hak
tersebut baik di tingkat nasional maupun
26
internasional. Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia telah diterima dan diumumkan oleh
Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember
1948, dan mencakup berbagai jenis hak asasi
manusia.
27
23. Berhak atas pekerjaan dan mendirikan
serikat pekerja
24. Hak mendapat jaminan sosial
25. Berpartisipasi dalam demokrasi
26. Kebebasan berkumpul secara damai
27. Kebebasan berekspresi
28. Hak memeluk agama
29. Hak atas properti pribadi
30. Hak menikah dan membangun keluarga15
28
atau wilayah asal seseorang, apakah itu
negara merdeka, perwalian, koloni atau
di bawah kekuasaan orang lain.
perbatasan kedaulatan.
Pasal 3 Setiap orang berhak atas
penghidupan, kemerdekaan dan
keamanan sebagai pribadi.
Pasal 4 Tidak ada lelucon yang dapat
diperbudak atau diperbudak; segala
bentuk perbudakan dan perdagangan
budak harus dilarang.
Pasal 5 Pelawak tidak boleh disiksa atau
diperlakukan dengan kejam, diperlakukan
atau dihukum secara tidak manusiawi
atau dihina.
Pasal 6 Setiap orang berhak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum di
manapun juga.
Pasal 7 menyatakan bahwa setiap orang
memiliki kedudukan yang sama di depan
hukum dan berhak atas perlindungan
hukum yang sama tanpa diskriminasi.
Selain itu, setiap individu berhak atas
perlindungan hukum yang sama terhadap
setiap bentuk diskriminasi yang
bertentangan dengan Deklarasi ini, serta
terhadap setiap bentuk diskriminasi yang
didasarkan pada alasan apa pun.
29
Pasal 8 Semua individu memiliki hak
untuk mendapatkan pemulihan yang
efektif melalui proses hukum di
pengadilan dalam negeri yang memiliki
wewenang untuk menangani pelanggaran
terhadap hak-hak dasar yang diberikan
kepada mereka oleh Konstitusi atau
peraturan perundang-undangan.
Pasal 9 Tidak boleh ada penangkapan,
penahanan, atau deportasi yang dilakukan
secara semena-mena terhadap siapa pun.
Pasal 10 yaitu setiap orang mempunyai
hak yang penuh dan sama atas berbagai
pemeriksaan secara adil dan terbuka, oleh
pengadilan yang merdeka dan tidak
memihak dalam menetapkan hak dan
kewajibannya dan tuntutan pidana yang
diajukan terhadapnya.16
3. 20 November 1989, tentang Konvensi HAM
1. Hak Mendapatkan Identitas
2. Hak untuk Mendapatkan Pendidikan
3. Hak untuk Bermain
4. Hak untuk Mendapatkan Perlindungan
16
Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal
10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)
https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-deklarasi-
universal-hak-asasi--%24R48R63.pdf
30
5. Hak untuk Rekreasi
6. Hak untuk Mendapatkan Makanan
7. Hak untuk Mendapatkan Jaminan
Kesehatan17
8. Hak untuk Mendapatkan Status
Kebangsaan
9. Hak untuk Turut Berperan dalam
Pembangunan
10. Hak untuk Mendapatkan Kesamaan
4. Konferensi dunia tentang Pendidikan untuk
semua, 5-9 Maret1990 isinya adalah :
a) Memperluas serta meningkatkan
pendidikan, pelatihan anak usia dini yang
komprehensif, diutamakan bagi anak-
anak yang paling tidak beruntung.
b) Hingga tahun 2015, memastikan
akses gratis dan penuh ke pendidikan
dasar wajib yang berkualitas bagi semua
anak dalam situasi sulit, terutama anak
perempuan dan anak-anak dari etnis
minoritas.
c) Memperluas dan meningkatkan
pendidikan dan pelatihan anak usia dini
17
Ibid 19
31
yang komprehensif, terutama untuk anak-
anak yang paling tidak beruntung.
d) Hingga tahun 2015, memastikan
akses gratis dan penuh ke pendidikan
dasar wajib yang berkualitas bagi semua
anak dalam situasi sulit, terutama anak
perempuan dan anak-anak dari etnis
minoritas.
e) Meningkatkan semua aspek kualitas
pendidikan dan memastikan keunggulan
untuk semua, sehingga hasil belajar setiap
orang diakui dan diukur, terutama dalam
keterampilan membaca dan berhitung
serta kecakapan hidup.
5. Resolusi PBB 48/49 tahun 1993 tentang
kesempatan yang sama bagi penyandang
disabilitas. Resolusi PBB No. 48/49 Tahun 1993.
Resolusi tentang Kesetaraan Kesempatan Bagi
Penyandang Disabilitas (Aturan Standar 3 Malam
Bagi Penyandang Disabilitas). pendidikan
inklusif untuk memenuhi harapan tentang hak
dan kualitas dan apa yang harus kita lakukan
untuk mencapai harapan tersebut pendidikan
inklusif untuk memenuhi harapan tentang hak
dan kualitas dan apa yang harus kita lakukan
untuk mencapai harapan tersebut.18
18
Pendidikan inklusif
tps://sites.google.com/a/students.unnes.ac.id/pus/pendidikan-
untuksemua/latar-belakang-pus
32
6. Pernyataan Salamanca tentang pendidikan
inklusi, 1994
Menurut Salamanca (1994), kelas khusus,
sekolah khusus, atau cara apa pun yang
memisahkan anak penyandang cacat dari
lingkungan normalnya hanya dapat dilakukan
jika fakta atau tingkat kecacatannya dengan
berbagai macam sehingga pendidikan di dalam
kelas normal dengan menggunakan alat bantu
atau dengan layanan khusus tidak dapat dicapai
secara menyeluruh. Selain tidak dapat membantu
mewujudkan hak asasi manusia di Bumi
7. Komitment Dakar mengenai Pendidikan untuk
semua, 2000
Negara PBB berkomitmen untuk Tutoring for All
(EFA) di KomtienThailand(1990)dan Dakar
(2000)berisikan enam tujuan utama:
1).Memperluas pendidikan untuk anak
usia dini
2)Menuntaskan wajib belajar untuk
semua (2015)
3).mengembangkan proses perkembangan
pendidikan orang muda dan dewas
4).Meningkatnya half orang dewasa yang
melekhuruf (2015), khususnya perempuan
5).Meningkatkan mutu Pendidikan
33
6).Menghapuskan kesenjangan heading
8. Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen
"Indonesia menuju pendidikan inklusif,"
9. Rekomendasi Bukittinggi (2005), menyatalkan
bahwa pendidikan inklusif harus ramah terhadap
anak seyogyanya dipandang sebagai :
1) sebuah pendekatan terhadap
peningkatan kualitas sekolah secara
menyeluruh yang akan menjamin bahwa
strategi nasional untuk semua adalah
benar untuk semua
2) Suatu metode untuk memastikan
bahwa setiap anak mendapatkan
pendidikan dan perawatan yang
berkualitas di wilayah tempat tinggalnya,
sebagai bagian dari program untuk
perkembangan anak usia dini, pra sekolah
dasar, dan menengah. Terutama untuk
anak-anak yang saat ini belum memiliki
kesempatan untuk bersekolah di sekolah
umum atau yang masih berisiko
mengalami marginalisasi dan eksklusi.
3) Merupakan upaya yang berkontribusi
dalam membangun masyarakat yang
mengakui serta menghormati
keberagaman individual dari semua
anggota warga negara.
34
Selain itu juga menyepakati rekomendasi
berikut ini, dengan harapan meningkatkan
kualitas sistem pendidikan di Asia dan
benua lainnya;
1) pendidikan inklusi seharusnya
dipandang sebagai prinsip major yang
didasari oleh semua kebijakn nasional.
2) konsep kualitas seharusnya difokuskan pada
perkembangan nasional, emosional dan fisik, dan
pencapaian akademik lainnya.
3) Sistem asesmen dan evaluasi nasional hendaknya
direvisi supaya sesuai dengan prinsip yang non
diskriminasi dan inklusi serta konsep kualitas
sebagaimana telah disebutkan di atas.
4) orang yang dewasa secara umur seharusnya
menghargai dan menghormati semua anak, tanpa
memandang perbedaan karakteristik maupun keadaan
individu, dan juga memperhatikan pandangan mereka.
5) semua kementrian berkoordinasi untuk
mengembangkan strategi bersama menuju pendidikan
inklusi.
6) Untuk memastikan bahwa pendidikan untuk semua
diberikan dalam kerangka sekolah yang ramah terhadap
anak, masalah non-diskriminasi dan inklusi harus
diselesaikan secara menyeluruh melalui kerja sama yang
koordinasi antara lembaga pemerintah dan non-
pemerintah, penyedia, masyarakat, orang tua, anak, dan
sektor swasta.
35
7) Untuk memastikan bahwa masyarakat tetap inklusif
dan lingkungan pembelajaran yang ramah bagi semua
anak, pemerintah, organisasi internasional, dan
organisasi non pemerintah harus bekerja sama.
8) Penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan
konsekuensi sosial dan ekonomi yang mungkin terjadi
jika pendidikan tidak diakses oleh semua anak. Oleh
karena itu, dalam pengelolaan sistem informasi sekolah,
harus memperhatikan semua anak usia sekolah.
9) Program pendidikan sebelum dan selama menjadi
guru yang luar biasa perlu direvisi agar mendukung
praktik inklusi sejak usia pra sekolah hingga usia lanjut.
Revisi ini harus menekankan pemahaman holistik
tentang perkembangan dan pembelajaran anak, termasuk
penerapan intervensi dini.
10) Pemerintah (pusat, provinsi, dan lokal) serta sekolah
seharusnya mengembangkan dan memelihara
komunikasi dengan masyarakat, termasuk orang tua,
mengenai pentingnya nilai-nilai sistem pendidikan yang
tidak diskriminatif dan inklusif.19
D. Landasan Filosofi
Penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat
dijelaskan secara filosofi yaitu sebagai berikut:
1. Bangsa Indonesia memiliki identitas budaya
yang ditandai dengan lambang negara Burung
19
Nenden Ineu Herawati.pendidikan inklusif. Hlm 11-12
36
Garuda yang mewakili prinsip "bhineka tunggal
ika" atau persatuan dalam keragaman.
Keragaman suku, adat istiadat, kepercayaan,
tradisi, dan budaya menjadi aset berharga bangsa
yang senantiasa dijunjung tinggi demi
memperkuat kesatuan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Pandangan agama khususnya Islam antara lain
ditegaskan bahwa:
(1) manusia dilahirkan dalam keadaan
suci, (2) kemuliaan seseorang di
hadapan Tuhan bukan karena fisik tetapi
taqwanya,
(3) Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum kecuali kaum itu sendiri,
(4) manusia diciptakan berbeda-beda
untuk saling silaturahmi('inklusif')
3. Pandangan careful hak azasi manusia,
menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai
hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak
kesehatan, hak pekerjaan20
20
Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003) Pendidikan
Kebutuhan khusus; Sebuah Pengantar, Bandung : Unipub.
37
E. Latihan Soal
1. Apa yang dimaksud landasan hukum ?
2. Apa bunyi UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31:
(1) ?
3. Sebutkan apa isi Konvensi Hak Anak, 20
November 1989 ?
4.Apa Pernyataan Salamanca tentang pendidikan
inklusi, 1994 ?
5. apa bunyi Komitment Dakar mengenai
Pendidikan untuk semua, tahun 2000.
38
Daftar Pustaka
Imam muslim.shahih muslim no: 2564
Al Imam Abi Husain Muslim bin Al Hajjaj, Shahih Muslim (Kairo:
Daar Ibnu Al Haitam, 2001), hlm. 655.
Syafrida Elisa dan Aryani Tri Wrastari, Sikap Guru terhadap
Pendidikan Inklusi Ditinjau dari Faktor
Pembentuk Sikasp, Jurnal Psikologi
Perkembangan dan Pendidikan Vol.2, No. 01.
Febuari 2013, Hlm. 03. Ermawati, Mengenal
Lebuh Jauh Sekolah Inklusi, Pedagogik Jurnal
Pendidikan,5,1, 25-35.
https://scholar.google.com/scholar?
q=Mengenal+Lebuh+Jauh+Sekolah
+Inklusi&btnG=&hl=en&as_sdt=0%2C5&as_vis
=1, diakses 2 November 2016.
https://indonesiabaik.id/infografis/30-hak-asasi-manusia-dalam-
deklarasi-universal-ham
Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10
Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)
39
https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-
deklarasi-universal-hak-asasi--%24R48R63.pdf
Nenden Ineu Herawati.pendidikan inklusif. Hlm 11-12
Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003) Pendidikan
Kebutuhan khusus; Sebuah Pengantar,
Bandung : Unipu
BAB IV
MODEL-MODEL PENDIDIKAN
INKLUSIF
40
Dalam menempatkan siswa berkebutuhan khusus
harus diperhatikan potensi, jenis dan tingkat
penyimpangan atau kebutuhannya. Magang bersifat
sementara, siswa berkebutuhan khusus berpindah dari
satu pilihan layanan ke layanan lainnya, asalkan
kebutuhan khusus mereka berubah. Filosofi pendidikan
inklusif menawarkan banyak peluang lain untuk
penggunaan kemampuan dan kebutuhan siswa secara
sinkron. Siswa pendidikan inklusif dapat dibagi menjadi
dua kategori: siswa berkebutuhan khusus yang mendapat
pendidikan khusus tanpa disabilitas kognitif dan
intelektual, dan siswa dengan disabilitas kognitif dan
intelektual. Setiap kelas siswa berkebutuhan khusus
mendapatkan layanan yang disesuaikan dengan salah
satu model pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhannya. contoh pembelajaran pendidikan inklusif
yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan khas dan
khusus siswa.
41
Tidak ada perlakuan atau layanan khusus di kelas
ini, semua siswa diperlakukan sama.21
2. model Bunch
21
sholihin, Kanwil Kemenag Kalbar, diakses pada
http://kalbar.kemenag.go.id, 2019
22
ICODIF, Promoting Disability Rights in Indonesia, (Yogyakarta:
PLD Press, 2020)
42
khusus (PSL) dialihkan dari kelas reguler untuk
menerima layanan khusus dengan materi,
strategi, metode dan media yang lebih sesuai
dengan kebutuhan mereka.
43
siswa reguler (PDR). Model kelas khusus ini
memiliki keunikan di mana kelas Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus (PDBK) berada dalam
kompleks yang sama dengan kelas reguler.
Dalam model kelas khusus ini, siswa
berkebutuhan khusus (PDBK) dapat berinteraksi
secara tidak langsung dengan siswa reguler
(PDR) baik di dalam maupun di luar kelas.23.
23
Fitrianah, Meningkatkan Minat Belajar Anak Inklusif melalui
Midel Pull Out di MI Nurul Huda Kalangananyar Sedati, dalam
Jurnal UMSIDA, 2018
44
ruangan khusus dengan pendamping khusus sesuai
dengan kebutuhan mereka.24
24
A. Kadir, Penyelenggaraan Sekolah Inklusi di Indonesia, dalam
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2015
45
Selain itu, dapat dilihat dengan jelas bahwa
penerimaan siswa di sekolah inklusi tidak jauh berbeda
dengan siswa biasa. Sekolah inklusi memberikan
penekanan yang lebih besar pada perkembangan
kognitif, emosional, sosial, dan sosial anak. kemampuan
untuk berperilaku. Masita (2016) Ford, A., R. Schnorr,
L. Meyer, L. Davern, J. Dark, dan P. Dempsey (1989)
berdasarkan filosofi dan nilai pendidikan inklusif. Beliau
menekankan bahwa pendidikan inklusif mengikuti
beberapa prinsip, seperti:
1. Mengajar semua anak berkebutuhan khusus di
kelas reguler, apapun jenis kelaminnya
2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada semua siswa untuk terus belajar untuk
setiap kontribusinya
3. Menyediakan layanan yang diperlukan untuk
sekolah umum
4. Memberikan dukungan kepada supervisor dan
manajer (berikan waktu, pelatihan, sumber daya,
strategi)
5. RPP tersebar luas untuk mahasiswa profesi
dan lainnya
6. Sertakan siswa berkebutuhan khusus dalam
kelompok usia Anda di kelas akademik dan
kegiatan setelah sekolah seperti seni, musik,
senam, kegiatan luar ruangan, dan kegiatan
ekstrakurikuler.
46
7. Siswa yang membutuhkan dukungan khusus
menggunakan kantin, perpustakaan, outdoor dan
sarana dan prasarana lainnya secara bersama-
sama.
8. Persahabatan antara keduanya selalu
digalakkan
8. Persahabatan antara keduanya selalu
digalakkan
9. Jika perlu, siswa berkebutuhan khusus dapat
diterima di masyarakat
10. Semua anak harus diajari aturan untuk
menerima dan memahami perbedaan setiap orang
11. Penempatan anak berkebutuhan khusus di
sekolah yang sama dengan anak berkebutuhan
khusus
12. Orang tua harus serius dalam mengungkapkan
kekhawatirannya
13. Kirim program pelatihan rata-rata
Berdasarkan asas ini, ditetapkan sanksi, yaitu:
1. Siswa pendidikan inklusif
Sangat diharapkan anak-anak belajar di sekolah
umum tanpa memandang keadaan atau
keterbatasan, baik yang berkaitan
47
dengan disabilitas (kekhususan), orientasi, asal
daerah, dll..25. Lebih penting lagi, anak-anak yang
membutuhkan pendidikan khusus sejak awal
tidak menghadapi hambatan yang signifikan
untuk mendapatkan pendidikan di sekolah umum.
2. Kurikulum atau program pendidikan
Kurikulum atau program pendidikan bagi semua
siswa dan anak berkebutuhan khusus bersifat
fleksibel pada tataran pelaksanaannya sehingga
dapat diterapkan pada semua kebutuhan khusus.
Oleh karena itu, Individualized Education
Programs (IEPs) dapat dikatakan sebagai
pendekatan yang sangat penting dan efektif.
Layanan bimbingan dan konseling yang
kompeten menetapkan tujuan institusional secara
holistik bagi siswa untuk menjadi lebih baik
dalam karir mereka, baik secara sosial maupun
individu..26
3. Pelatih dan staf pelatih
Kehadiran pedagog dan pendidik yang
memiliki keahlian dalam bidang pendidikan
sangat krusial bagi kesuksesan departemen dalam
menjalankan tugasnya. Secara umum, guru-guru
yang diakui keahliannya adalah mereka yang
25
Y. Subasno, Pendidikan Inklusif untuk Mengakomodasi Peserta
Didik dalam Rangka Pengembangan Indonesia, dalam Jurnal
Institusional Repository UPH, 2018
26
Budiono dan Muslim, Individualized Education Program,
(Jember: CV Pustaka Abadi, 2020
48
memiliki kompetensi dalam memahami
perbedaan individu, merancang materi yang
relevan dengan proses pembelajaran, serta
melatih keterampilan penggunaan metode
pembelajaran yang efektif.
4. Infrastruktur
Ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan
prasarana memiliki peranan yang sangat penting,
terutama bagi anak-anak dengan kebutuhan
khusus. Dengan adanya sarana dan prasarana
yang efektif, siswa dapat terlibat dalam kegiatan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
(Rahmayani, 2020).
5. Evaluasi
Penilaian merupakan bagian terpenting
dalam kegiatan belajar mengajar (Sofyan, 2021).
Evaluasi pendidikan inklusi harus memberikan
kontribusi berupa kontribusi yang signifikan,
mendorong peserta didik menjadi visioner, dan
tidak menjadi bumerang evaluasi yang tentunya
memadamkan semangat belajar (Widyanti,
2017). Evaluasi mengasumsikan penilaian yang
bersifat evaluatif, bukan kritis.
6. Tinjauan
Dengan pembinaan tersebut, pada prinsipnya
lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan
unggulan mampu memberikan pelayanan yang
memenuhi standar pelayanan minimal. Terkait
49
pemanfaatan pendidikan inklusi, diperlukan
pembinaan yang berkesinambungan sebagai
bagian dari penyelenggaraan pendidikan inklusi.
Ini dimaksudkan sebagai tugas kontrol kinerja
daripada kontrol administratif. Oleh karena itu,
konselor membutuhkan pemahaman tentang
keragaman siswa berkebutuhan khusus.27
7. Partisipasi
Untuk menjamin masyarakat
keberlanjutan implementasi pendidikan inklusif,
28
Partisipasi diperlukan dari banyak pihak
terutama orang tua, organisasi profesi dan
masyarakat, sehingga beban penyelenggaraan
pendidikan inklusi terlihat jelas. Penyelenggaraan
pendidikan inklusi tidak akan memberikan hasil
yang maksimal jika masyarakat tidak
berpartisipasi di dalamnya. 29
27
Pristiwaluyo, ABK Centre, diakses pada
http://abkcentre.b;ogspot.com, 2009
28
Ibid..
29
. Kholida, Manajemen Pendidikan Inklusi, dalam Jurnal TARBAWI,
2016
50
LATIHAN SOAL
1. apa pengertian model kelas regular pada
pendidikan inklusif ?
2. Bagaimana model pendidikan Bunch pada
pendidikan inklusif ?
3.Bagaimana bentuk pendidiksn Model Haul Out
pada pendidikan inklusif ?
4. Apa perbedaan atau kesamaan model
pendidikan Bunch dan Model Haul Out pada
pendidikan inklusif ?
5. menurut kalian apakah bias mengumpulkan
anak dengan kebutuhan khusus dengan anak yang
normal pada umumnya pada satu kelas ?
51
Daftar Pustaka
52
BAB V
PENDIDIKAN INKLUSIF DALAM
ISLAM
َ ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُوا بَ ْينَ َأ
خَو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا
َهَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara, maka itu damaikanlah kedua saudaramu itu
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.(QS. Al-Hujurat :10)
Dalam Tafsir Jalalain, kata "ikhwah" digunakan
dalam dua qiraat berbeda. Dalam salah satu qiraat,
digunakan kata "ikhwatikum", yang berarti "saudara-
saudara kalian" (Jalaludin Mahali, 2013: 893).
Dalam kitabnya yang disebut Tafsir Misbah,
Quraish Shihab menyatakan bahwa orang-orang mukmin
yang teguh dalam iman dan bersatu oleh keimanan
adalah seperti bersaudara seketurunan, meskipun mereka
53
tidak berasal dari garis keturunan yang sama. Dengan
demikian, mereka memiliki ikatan bersama dalam iman
dan juga ikatan seperti seketurunan (Shihab, 2009:
598).30
Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang
beragama Islam memiliki hubungan yang sama dengan
saudara kerabat mereka. Orang-orang mukmin ini adalah
satu dalam persaudaraan Islam meskipun mereka
beragam dari segi bangsa, etnis, bahasa, warna kulit, dan
adat kebiasaannya. Mereka juga berbeda dari segi
stratifikasi sosial (Amiri, 2015: 151).
Sehingga jika terjadi perselisihan (bersengketa) antara
segolongan muslim hendaknya diupayakan ishlah antar
mereka dalam satu ikatan ukhwah Islamiyah.
Persatuan dan kebersamaan memainkan peran
krusial dalam menciptakan dan mempertahankan tatanan
sosial yang baik, bermartabat, dan terhormat. Sejarah
telah mencatat manfaat yang positif dari persatuan ini,
seperti yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw yang
berhasil menyatukan komunitas Muhajirin (pengungsi
dari Mekkah) dengan komunitas Ansar (penduduk asli
Madinah). Abu Bakar ash-Shidiq, misalnya, dijalin
persaudaraan dengan 'Utbah bin Malik dan sahabat
lainnya (Amiri, 2015: 151). Untuk memperkuat
persatuan yang kuat di antara umat Muslim, diperlukan
akhlak atau moral yang mendasari sikap dan perilaku
baik di antara sesama manusia. Dalam hal ini sikap
toleransi yang inklusif sangat berperan dalam
pemersatuan tersebut.
30
54
2. ayat-11
واlُ ٰى َأ ْن يَ ُكونlَس َ وْ ٍم عlَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل يَسْخَرْ قَوْ ٌم ِم ْن ق
ۖ رًا ِم ْنه َُّنllَْخ ْيرًا ِم ْنهُ ْم َواَل نِ َسا ٌء ِم ْن نِ َسا ٍء َع َس ٰى َأ ْن يَ ُك َّن خَ ي
ُمllس ااِل ْس ِ اllَابَ ُزوا بِاَأْل ْلقllَ ُك ْم َواَل تَنll ُزوا َأ ْنفُ َسllَواَل ت َْل ِم
َ ب ۖ بِْئ
﴿ َك هُ ُم الظَّالِ ُمون َ ا ِن ۚ َو َم ْن لَ ْم يَتُبْ فَُأو ٰلَِئllق بَ ْع َد اِإْل ي َم
ُ ْالفُسُو
﴾١١
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah
suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, (karena)
mungkin mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik
daripada yang memperolok-olokkan dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain,
(karena) mungkin wanita-wanita (yang diprolok-olok)
itu lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok)
dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelargelar
yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang
yang dzalim.(Qs. Al-Hujurat : 11)
Sikap yang eksklusif, dengan keyakinan bahwa
hanya dirinya yang benar, dapat menyebabkan
perpecahan dalam suatu komunitas. Hal ini juga dapat
mendorong pemikiran radikal yang pada akhirnya
menghasilkan konsep "Islam-Kafir". Padahal, dalam ayat
di atas ditegaskan agar tidak saling mengolok-olok atau
memanggil dengan sebutan yang merendahkan, karena
hal itu dapat menyebabkan konflik. Dalam Tafsir
Misbah, juga dijelaskan bahwa "memperolok-olok"
55
merujuk pada menyebut kekurangan pihak lain dengan
tujuan untuk mengejek atau menertawakan orang
tersebut, baik melalui kata-kata, tindakan, atau perilaku
(Quraish Shihab, 2009: 606).
Toleransi dan kesadaran bahwa perbedaan adalah
rahmatal lil'alamin dapat mencegah pertikaian.
Penghormatan dan pengakuan terhadap agama lain tidak
berarti menerima ajaran agama tersebut; sebaliknya, ini
lebih berkaitan dengan menciptakan lingkungan yang
aman dan sejahtera.
3. ayat-12
ِّْض الظَّن َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ ِإ َّن بَع
ُد ُك ْمlا ۚ َأيُ ِحبُّ َأ َحl ْض ً ض ُك ْم بَع ُ ِإ ْث ٌم ۖ َواَل ت ََج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَبْ بَ ْع
َ وا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللاllُوهُ ۚ َواتَّقllا فَ َك ِر ْهتُ ُمllً ِه َم ْيتll َل لَحْ َم َأ ِخيllَأ ْن يَْأ ُك
﴾١٢ ﴿ تَ َّوابٌ َر ِحي ٌم
57
4. ayat-13
يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم
َ ُشعُوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َعا َرفُوا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن هَّللا
﴾١٣ ﴿ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر
Artinya : Wahai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesunguuhnya orang yang paling mulia disisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Qs. Al-Hujurat : 13)
Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa tingginya
al-Qur'an menghargai prinsip-prinsip kemajemukan,
yang merupakan hal yang diinginkan Allah swt. Tidak
perlu membuat orang takut dengan perbedaan ini;
sebaliknya, itu harus menjadi sumber persaingan yang
baik. Tuhan membuat manusia dari berbagai bangsa dan
suku untuk saling mengenal, bersilaturohim, berbicara,
dan saling memberi dan menerima.
Kata ا َرفُواlll تَ َعdalam ayat ini mengandung arti
"mengenal". Struktur kata yang digunakan dalam ayat
tersebut menekankan arti saling mengenal. Semakin kuat
saling mengenal antara satu pihak dengan pihak lain,
semakin besar peluang untuk saling memberi manfaat.
58
Oleh karena itu, ayat tersebut menggarisbawahi
pentingnya saling mengenal. Proses pengenalan ini
diperlukan untuk saling belajar dari pengalaman dan
pelajaran pihak lain, dengan tujuan meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah SWT. Dampaknya tercermin
dalam mencapai kedamaian dan kesejahteraan hidup di
dunia, serta kebahagiaan di akhirat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
untuk mencapai keadaan yang harmonis dan sejahtera
dalam kehidupan sosial, dibutuhkan sikap saling terbuka
yang dimulai dengan kemauan untuk saling memahami
dan menghormati perbedaan tanpa melakukan
diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Untuk
mencapai tujuan tersebut, penting untuk
memperkenalkan pendidikan inklusif yang memberikan
kesempatan yang sama bagi semua individu, mulai dari
tahap pendidikan sekolah.
Dalam konteks ini, pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah upaya untuk membuat siswa dapat
belajar, butuh belajar, terdorong untuk belajar, dan
tertarik untuk terus mempelajari agama Islam, baik
sebagai pengetahuan maupun untuk mengetahui
bagaimana beragama dengan benar. Namun,
pertanyaannya adalah apakah metode pendidikan agama
Islam tersebut "salah" dan bahkan dapat membuat
seseorang "menjadi radikal". Di beberapa sekolah, siswa
dididik dengan doktrin yang keras, agresif, dan
membalas dendam daripada ajaran agama yang penuh
kasih sayang. Kurikulum pendidikan agama yang
berfokus pada hukum dan fikih yang kaku juga
59
mendukungnya. Namun, ajaran Islam sangat berfokus
pada ajaran cinta yang rahmatal lil'alamin..
Sangat penting untuk mengubah pemahaman
tentang agama Islam untuk mencegah radikalisme
muncul di sekolah. Metode untuk mengajarkan siswa
agama. Peran guru sebagai pendidik sangat penting. Di
tangan merekalah peserta didik dapat membentuk
perspektif rahmatal lil'alamin tentang agama. Pendidik,
seperti yang disebutkan oleh Musaddad (2016: 102),
harus bertindak sebagai guru semata-mata tanpa
menampilkan dirinya sebagai pendidik di balik
kekuasaan.
Dalam rangka itu, dengan mengacu pada ayat
10–13 dari Surah al-Hujurat, penulis mendorong para
guru dan calon pendidik muda untuk mengadopsi
perubahan dalam kurikulum dan metode pembelajaran
dari pendekatan eksklusif ke pendekatan inklusif, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya oleh penulis.
Disarankan untuk mengembangkan pendidikan agama
yang inklusif, mengimplementasikan proses pendidikan
agama yang moderat, dan mendorong nilai-nilai kasih
sayang dalam agama.31
31
DAIMAH. Pendidikan Inklusif Perspektif QS. Al-Hujurat Ayat 10-
13 Sebagai Solusi Eksklusifisme Ajaran di Sekolah .hlm: 51-
61(Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Marsada
Adisucipto Yogyakarta Kode Pos 55281 Email:
sholihahdaimah@gmail.com)
60
B. Nilai Akar Perilaku Inklusif Pada
Pandangan Islam
Menurut Ramdhan (2019), beberapa istilah nilai yang
ditemukan dalam Al Qur'an berfungsi sebagai dasar
perilaku inklusif: at-ta’aruf (saling mengenal), at-
tasammuh (toleransi), at-tawassuth (moderat/adil), dan
at-ta’awun (saling menolong).
1. Ta’ruf (saling mengenal )
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
Q.S Al-Hujurat [49]: 13,] menggunakan istilah ta’aruf,
yang berarti mengenal satu sama lain. Di sini, ayat
tersebut ditujukan untuk semua orang, bukan hanya umat
muslim.
Individu adalah laki-laki dan perempuan. Nama-
nama seperti ras, suku, dan bangsa digunakan untuk
membuat perbedaan karakter individu lebih mudah
dikenali. Manusia saling belajar, memahami satu sama
lain, dan berbagi keuntungan, baik materi maupun moral,
ketika mereka mengetahui satu sama lain. Di hadapan
Allah, semua sama, dan orang yang paling bertaqwa
akan diberi penghormatan. Kemajemukan membuat
kehidupan lebih hidup dan mendorong semua orang
untuk berusaha yang terbaik (Chirzin, 2011).
Ayat tersebut mengandung tiga prinsip utama.
Salah satunya adalah "plural is usual", yang
menunjukkan bahwa keragaman adalah fakta yang tidak
dapat diperdebatkan atau dipertentangkan. Yang kedua
61
adalah "sama rata", yang menunjukkan bahwa adaptasi
terhadap struktur masyarakat plural adalah sunnatullah.
Ketiga, hal-hal yang diperlukan untuk menangani
keragaman adalah sikap rendah hati, moderat, dan
kearifan berpikir (Ahsantudhoni, 2018). Konsep ta'aruf
menekankan pengakuan keberagaman dan menolak
perilaku eksklusif yang didasarkan pada ukuran suku,
bangsa, atau lainnya.
2. Al-Tasamuh
Kata samaha, yang berarti tenggang rasa atau toleransi,
adalah bentuk mubalaghah dari kata "tasamuh". Para
ulama modern menggunakan istilah ini untuk
menggambarkan sikap seorang muslim yang mengakui
keberagaman dan menghindari fanatisme (Jamaruddin,
2016). Keberagaman adalah sunnatullah yang tidak dapat
ditolak, dan seperti yang dinyatakan dalam QS. Al
Hujurat [49]: 13, perbedaan gender, suku, dan aspek lain
harus dipertimbangkan dengan bijak.
62
Maha Mengetahui, Mahateliti” (LPMQ Kemenag, 2021).
Kebesaran jiwa dan kelapangan dada dibutuhkan dalam
menyikapi perbedaan (Arif, 2012).
Yusuf Qardhawi (Sholeh, 2014) berpendapat bahwa
konsep toleransi atau tasamuh harus ditanamkan melalui
keyakinan yang mencakup berbagai elemen. Pertama,
mengakui martabat setiap manusia, sehingga
menghormati hak-hak mereka. Kedua, mengakui bahwa
perbedaan adalah fakta dan keputusan, sehingga tidak
ada tempat untuk paksaan. Ketiga, seorang Muslim tidak
diizinkan untuk menilai atau mengklasifikasikan
seseorang sebagai benar atau salah, kafir atau tidak kafir,
atau sesat atau tidak sesat. Keempat, perintah untuk
berlaku adil berlaku setiap saat. Kelima, Tuhan
mengecam segala bentuk tindakan buruk(dzalim).
3. At-Tawassuth
At-Tawassuth mengacu pada ungkapan yang disebut
dalam QS. Al Baqarah ayat 143 yaitu ‘ummatan
wasathan’.
ۤ ٰ َو َك
ِ َّهَدَا َء َعلَى النllوْ ا ُشllُطًا لِّتَ ُكوْ نllك َج َع ْل ٰن ُك ْم اُ َّمةً َّو َس
اس َ ِذلll
َةَ الَّتِ ْي ُك ْنتllََويَ ُكوْ نَ ال َّرسُوْ ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِه ْيدًا ۗ َو َما َج َع ْلنَا ْالقِ ْبل
ۗ ِهl وْ َل ِم َّم ْن يَّ ْنقَلِبُ ع َٰلى َعقِبَ ْيl َّس ُ ُع الرl َِعلَ ْيهَٓا اِاَّل لِنَ ْعلَ َم َم ْن يَّتَّب
ُ انَ هّٰللاllا َكllدَى هّٰللا ُ ۗ َو َمl َرةً اِاَّل َعلَى الَّ ِذ ْينَ هl ْ انllَواِ ْن َك
َ lَت لَ َكبِ ْي
هّٰللا
ف َّر ِح ْي ٌم ِ َُّض ْي َع اِ ْي َمانَ ُك ْم ۗ اِ َّن َ بِالن
ٌ ْاس لَ َرءُو ِ لِي
Artinya : Dan demikian pula Kami telah menjadikan
kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
63
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu
(berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke
belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat
berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang
kepada manusia. (QS. Al Baqarah [2]: 143)” (LPMQ
Kemenag, 2021)
64
Sebagaimana diajarkan oleh nabi, Tawasuth
mengajarkan cara menempatkan sifat manusia sesuai
dengan kodratnya dan menciptakan keseimbangan dalam
hidup mereka. mengutamakan hal-hal yang bermanfaat
dan menghindari hal-hal yang berbahaya. Selain itu,
seperti yang dinyatakan oleh Irawan (2018), keadilan
dapat diterapkan pada setiap situasi, tempat, dan waktu.
Ini karena keadilan bersifat universal.
65
berlebihan (Karim, 2019). At-tawassut, dengan tidak
menjadi terlalu mudah atau terlalu kaku, menciptakan
karakter inklusif dalam Islam yang tetap seimbang dan
proporsional.
3. At Ta’awun
66
Semangat ajaran ta'awun sejalan dengan ajaran
ihsan, di mana kedekatan seseorang dengan Allah akan
mendorongnya untuk memiliki kasih sayang. Perintah
untuk bekerja sama dalam kebaikan dengan siapa pun
(meskipun memiliki pandangan, golongan, atau agama
yang berbeda) disertai dengan larangan untuk bekerja
sama dalam kejahatan dengan siapa pun.
Ini menunjukkan bahwa moderasi terwujud
dalam perintah untuk saling membantu. Hal ini juga
berarti bahwa ketika menjalin hubungan baik dengan
pemeluk agama lain, harus dilakukan dengan baik, dan
lebih lagi dengan sesama Muslim (Nashir, 2018).
Dengan demikian, bersikap inklusif adalah
perwujudan baiknya hubungan hamba dengan
Tuhannya.32
32
Purnomo, Putri Irma Solikhah. Konsep Dasar Pendidikan Islam
Inklusif : Studi Tentang Inklusivitas Islam Sebagai Pijakan
Pengembangan Pendidikan Islam Inklusif hlm : 118-120 (IAIN
Salatiga, Indonesia)
67
Latihan Soal
68
DAFTAR PUSTAKA
Fitrianah, Meningkatkan Minat Belajar Anak
Inklusif melalui Midel Pull Out di MI Nurul
Huda Kalangananyar Sedati, dalam Jurnal
UMSIDA, 2018 1 A. Kadir, Penyelenggaraan
Sekolah Inklusi di
69
اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِمنْ َذ َك ٍر َوُأ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُ َّيَا َأيُّ َها الن
ش ُعوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َعا َرفُوا ۚ ِإنَّ َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم
ُ
١٣ ﴿ ۚ ِإنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر
Pendidikan
inklusif mengacu pada sistem layanan pendidikan di
mana anak-anak dengan kebutuhan khusus belajar
bersama dengan teman sebaya mereka di sekolah reguler
terdekat. Tujuan utama pendidikan inklusif adalah
memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada
semua anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas
sesuai dengan kebutuhan individu mereka tanpa adanya
diskriminasi
70