Anda di halaman 1dari 46

Tujuan Pembelajaran

- Mahasiswa memahami pola pertumbuhan populasi


- Mahasiswa memahami pola distribusi spesies atau pola penyebaran individu
- Mahasiswa memahami metode sampling untuk menduga populasi hewan
bergerak
- Mahasiswa memahami Interaksi dan Interdefendensi
- Mahasiswa memahami K-strategist dan r-strategist dalam kaitannya dengan
pertumbuhan populasi.
- Mahasiswa memahami daya dukung lingkungan

Uraian Materi

Pola pertumbuhan populasi dan


konsep daya dukung
- Populasi tidak terdiri dari individu-individu yang identik. Ada tiga variabel
utama yang membedakan individu dalam populasi yaitu sek, umur dan
ukuran. Sek ratio populasi memengaruhi potensi reproduksi dan interaksi
sosial organisma terutama pada vertebrata. Distribusi menurut umur
merupakan karakteristik penting dari suatu populasi dan memengaruhi
natalitas dan mortalitas. Oleh sebab itu, ratio dari berbagai kelompok umur
dalam populasi menentukan status reproduksi populasi dan dapat memberi
indikasi apa yang akan diharapkan dimasa mendatang. Umur merupakan
variabel penting dari populasi manusia dan pada banyak spesies lain,
pengaruh umur sangat penting. Individu yang lebih tua umumnya ukurannya
lebih besar dan perubahan pada ukuran dapat merupakan mekanisma utama
bagaimana pengaruh umur terjadi. Tumbuhan yang besar menghasilkan lebih
banyak biji. Organisma yang kecil dapat lebih mudah terserang penyakit dari
pada organisme yang besar. Umur dan ukuran merupakan atribut penting dari
individu dan berkaitan dengan organisasi sosial misalnya pada hewan.
Variabel lainnya yang dapat membedakan individu-individu dalam populasi
adalah warna. Banyak sifat fenotifik yang berpengaruh terhadap kemampuan
hidup (survival), reproduksi dan pertumbuhan dan penting pada populasi.
- Karena densitas populasi selalu berubah, kita tidak hanya konsern mengenai
ukuran dan komposisi populasi pada waktu tertentu. Namun, juga konsern
mengenai bagaimana populasi tersebut berubah. Sejumlah karakteristik
penting dari populasi konsern mengenai laju. Laju dapat diperoleh dengan
cara membagi perubahan dengan periode waktu perubahan tersebut
berlangsung. Istilah laju mengindikasikan kecepatan sesuatu berubah pada
waktu tertentu. Rata-rata laju perubahan populasi adalah ∆ N / ∆ t, dimana, N
= ukuran populasi. Untuk laju sesaat adalah dN / dt. Jika waktu diplotkan
pada aksis horizontal dan jumlah organisma pada aksis vertikal akan
diperoleh kurva pertumbuhan populasi. Kurva pertumbuhan populasi
menunjukkan ringkasan fenomena waktu dan tipe kurva yang terbentuk dapat

1
memberi petunjuk bagaimana proses yang mengontrol perubahan populasi
tersebut. Setiap tipe proses menunjukkan pola atau tipe kurva populasi.
- Populasi mempunyai karakteristik pola pertumbuhan yang disebut dengan
pola pertumbuhan populasi. Berdasarkan bentuk plot aritmetik kurva
pertumbuhan populasi yang terbentuk, ada dua pola utama yaitu pola
pertumbuhan berbentuk J (geometric) dan pola pertumbuhan berbentuk
S (sikmoid) (Gambar 2.2). Adanya kurva pertumbuhan ini menunjukkan
adanya fluktuasi dalam pertumbuhan populasi. Beberapa faktor pembatas fisik
dapat bertindak sebagai pemacu fluktuasi pertumbuhan populasi. Populasi
cenderung berfluktuasi di atas dan di bawah daya dukung. Dengan adanya
fluktuasi tersebut terjadi keseimbangan baru meskipun dalam waktu tertentu
saja seperti pada populasi musiman dan populasi tahunan. Pertumbuhan
populasi berarti perubahan ukuran populasi pada periode waktu tertentu.
Populasi adalah unit biologis yang menunjukkan perubahan dalam ukurannya.

-
- Gambar 2.2. Kurva pertumbuhan populasi (Crawley 1986)

- Pola pertumbuhan populasi berbentuk J menunjukkan bahwa densitas


populasi meningkat dengan cepat secara eksponensial, kemudian berhenti
dengan tiba-tiba akibat resistensi lingkungan atau pembatas lainya tiba-tiba
efektif. Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas disebut
kurva berbentuk S. Pola pertumbuhan berbentuk S yaitu pada awalnya
populasi meningkat pelan-pelan (fase pembentukan, fase akselerasi positif),
kemudian semakin cepat, namun segera menurun secara gradual setelah
resistensi (hambatan) lingkungan meningkat (fase asselerasi negatif) sampai
level yang kira-kira seimbang (equilibrium) dicapai dan dipelihara. Kurva
pertumbuhan populasi berbentuk S dan punggung bungkuk sering merupakan
ciri dari populasi yang berada pada tahap pioner. Pada kurva ini dikenal laju
pertumbuhan (a) fase tersendat (lag phase), (b) fase menanjak naik
(accelerating growth phase), (c) fase pertumbuhan melambat (decelerating
growth phase) dan (d) periode keseimbangan (equilibrium period). Kurva
bentuk S berbeda dari kurva bentuk J dalam dua hal yaitu: (1) kurva ini
memiliki asimptot atas (kurva tidak melebihi titik maksimal tertentu), (2) kurva
ini mendekati asimptot secara perlahan, tidak secara mendadak atau tajam.
Laju pertumbuhan dapat berkurang dengan penambaan individu baru dalam
populasi, yang mengakibatkan pertambahan menjadi berkurang.
- Secara teoritik, pada keadaan lingkungan yang ideal dimana tidak ada faktor
lingkungan fisik atau biotik yang membatasi laju pertumbuhan intrinsik yang
maksimum maka populasi tumbuh secara eksponensial. Kemampuan
populasi tumbuh membentuk kurva eksponensial disebut dengan potensi
2
biotik. Potensi biotik menunjukkan laju pertumbuhan teoritis yang tidak sesuai
dengan kenyataan dialam. Pada kenyataannya, potensi biotik selalu
dekendalikan oleh faktor lingkungan yang saling berinteraksi sehingga
membatasi pertumbuhan. Faktor lingkungan yang membatasi pertumbuhan
populasi dengan cara menurunkan laju kelahiran atau menaikkan laju
kematian atau keduanya disebut dengan resistensi lingkungan. Batas
resistensi lingkungan terhadap kemampuan potensi biotik suatu populasi
diberi lambang K (daya dukung lingkungan). Dengan mengganti nilai K pada
persamaan laju pertumbuhan populasi maka persamaan akan berkembang
dan memberikan kurva pertumbuhan model logistik sederhana. Selanjutnya
nilai K disebut dengan carriying capacity (daya dukung lingkungan), yaitu
jumlah kepadatan populasi yang dapat didukung oleh faktor lingkungan
terbatas akibat adanya resistensi lingkungan.

Imigrasi dan Emigrasi


- Dispersal, imigrasi dan emigrasi jarang diukur pada studi populasi. Pada
sebagian besar kasus, kedua komponen ini sama. Kemampuan dispersal
merupakan faktor penting dalam siklus hidup sebagian besar organisma.
Dispersal membantu mencegah terjadinya imbriding dan dispersal
merupakan proses ekologi yang menghasilkan aliran gen di antara populasi
lokal. Dispersal dapat menentukan batas distribusi geografik suatu organisma
dan memengaruhi komposisi komunitas. Dispersal dapat merupakan
parameter penting dalam perubahan populasi. Dispersal dapat diukur jika
individu dalam populasi dapat ditandai. Salah satu kemajuan dalam studi
perpindahan hewan khususnya hewan besar adalah penggunaan radio-
telemetry. Masalah utama dalam mempelajari dispersal adalah skala
pergerakan. Banyak hewan yang dapat berpindah tempat lebih luas dari pada
area yang diteliti dan informasi dispersal pada jarak yang jauh dapat hilang.
Salah satu masalah dalam konservasi biologi adalah bagaimana memfasilitasi
imigrasi dan emigrasi populasi pada area yang terisolasi atau terprakmentasi.

Distribusi spesies (pola penyebaran


individu)
- Penyebaran populasi adalah gerakan individu-individu atau anak-anaknya ke
dalam atau ke luar dari daerah populasi. Ada tiga bentuk penyebaran populasi
yaitu emigrasi yaitu gerakan individu ke luar dari batas populasi sehingga
populasi berkurang. Imigrasi adalah gerakan individu ke dalam batas tempat
populasi sehingga populasi bertambah dan migrasi yaitu pergi dan datang
secara periodik. Seringkali, selain mengetahui jumlah dan kepadatan individu
di suatu daerah, ahli ekologi juga ingin mengetahui distribusinya. Pola
penyebaran spesies atau pola distribusi mengacu pada bagaimana individu
dalam suatu populasi terdistribusi dalam ruang pada waktu tertentu. Individu
organisme yang membentuk suatu populasi dapat memiliki jarak yang kurang
lebih sama, tersebar secara acak tanpa pola yang dapat diprediksi, atau

3
berkerumun dalam kelompok. Ini dikenal sebagai pola dispersi seragam, acak,
dan mengelompok. Pola penyebaran atau distribusi individu dalam populasi
bisa bermacam-macam. Pada umumnya, memperlihatkan tiga pola yaitu
acak, merata dan mengelompok (Gambar 2.3).

Gambar 2.3. Sketsa pola penyebaran individu merata atau uniform (kiri),
acak atau random (tengah) dan berkelompok atau clumped (kanan)
(Sumber).

Mengelompok (Clumped)
- Penyebaran secara mengelompok adalah yang paling umum terjadi di alam
terutama pada hewan. Pengelompokan ini terjadi karena respon organisme
terhadap perbedaan habitat secara lokal, respon organisme terhadap
perubahan musiman cuaca, akibat dari cara atau proses reproduksi
(regenerasi) dan sifat organisme dengan organ vegetatifnya yang menunjang
untuk terbentuknya kelompok atau koloni. Oleh sebab itu, derajat
pengelompokan pada populasi spesies tertentu tergantung pada sifat-sifat
habitat, kondisi cuaca dan faktor fisik lainnya, pola reproduksi dan derajat
sosiabilitas. Pengelompokan dapat menambah persaingan antar individu
untuk memperoleh makanan atau ruang. Prinsip Allee berbunyi bahwa
derajat pengelompokan dan kerapatan secara keseluruhan yang berkenaan
dengan pertumbuhan optimum dan kelangsungan hidup populasi berbeda
menurut spesies dan kondisi. Dengan demikian, derajat pengelompokan
(undercrowding atau overcrowding) merupakan pembatas terhadap populasi.
Distribusi mengelompok adalah jenis dispersi yang paling umum ditemukan di
alam. Dalam distribusi mengelompok, jarak antara individu tetangga
diminimalkan. Jenis distribusi ini ditemukan di lingkungan yang dicirikan oleh
sumber daya yang tidak merata. Hewan membutuhkan sumber daya tertentu
untuk bertahan hidup, dan ketika sumber daya ini menjadi langka selama
bagian tertentu tahun, hewan cenderung mengumpul di sekitar sumber daya
penting ini. Individu mungkin berkerumun bersama di suatu daerah karena
faktor sosial seperti kelompok keluarga. Organisme yang biasanya berfungsi
sebagai mangsa membentuk distribusi mengelompok di daerah di mana
mereka dapat bersembunyi dan mendeteksi pemangsa dengan mudah.
Penyebab lain dari distribusi mengelompok adalah ketidakmampuan turunan
untuk bergerak secara mandiri dari habitatnya. Ini terlihat pada hewan remaja
yang tidak bergerak dan sangat bergantung pada perawatan orang tua.
Misalnya, sarang elang botak menunjukkan distribusi spesies yang
mengelompok karena semua keturunannya berada dalam subset kecil dari
area survei sebelum mereka belajar terbang. Distribusi mengelompok dapat
bermanfaat bagi individu dalam kelompok itu. Namun, dalam beberapa kasus

4
herbivora, seperti sapi dan rusa kutub, vegetasi di sekitar mereka dapat
menderita, terutama jika hewan menargetkan satu tanaman secara khusus.
Distribusi mengelompok pada spesies bertindak sebagai mekanisme melawan
predasi serta mekanisme yang efisien untuk menjebak atau menyudutkan
mangsa. Anjing liar Afrika, Lycaon pictus, menggunakan teknik perburuan
komunal untuk meningkatkan tingkat keberhasilan mereka dalam menangkap
mangsa. Penelitian telah menunjukkan bahwa kawanan anjing liar Afrika yang
lebih besar cenderung memiliki jumlah pembunuhan yang lebih banyak.
Contoh utama distribusi mengelompok karena sumber daya yang tidak merata
adalah satwa liar di Afrika selama musim kemarau; singa, hyena, jerapah,
gajah, kijang, dan banyak lagi hewan lainnya berkumpul di sumber air kecil
yang ada di musim kemarau yang parah. Juga telah diamati bahwa spesies
yang terancam punah lebih cenderung mengelompok dalam distribusi mereka
pada filogeni. Alasan di balik ini adalah bahwa mereka memiliki sifat yang
sama yang meningkatkan kerentanan terhadap kepunahan karena taksa
terkait sering kali terletak dalam tipe geografis atau habitat yang sama dimana
ancaman yang disebabkan oleh manusia terkonsentrasi. Menggunakan
filogeni lengkap yang dikembangkan baru-baru ini untuk karnivora dan primata
mamalia, telah ditunjukkan bahwa sebagian besar spesies terancam jauh dari
terdistribusi secara acak di antara taksa dan klad filogenetik dan menampilkan
distribusi mengelompok. Dalam dispersi mengelompok, individu berkerumun
dalam kelompok. Penyebaran berkelompok dapat dilihat pada tanaman yang
menjatuhkan benihnya langsung ke tanah seperti pohon ek atau hewan yang
hidup berkelompok, kumpulan ikan atau kawanan gajah. Dispersi
mengelompok juga terjadi di habitat yang tidak merata, dengan hanya
sebagian kecil yang cocok untuk ditinggali. Distribusi bersebelahan
(contiguous distribution) adalah distribusi di mana individu lebih dekat satu
sama lain daripada jika mereka terdistribusi secara acak atau merata, yaitu,
distribusi mengelompok dengan satu rumpun.

Teratur, seragam, merata (regular or uniform)


- Penyebaran secara merata umum terdapat pada tumbuhan. Dalam dispersi
seragam, individu-individu dari suatu populasi berjarak kurang lebih sama.
Salah satu contoh dispersi seragam berasal dari tanaman yang mengeluarkan
racun untuk menghambat pertumbuhan individu di dekatnya, sebuah
fenomena yang disebut alelopati. Juga dapat menemukan penyebaran
seragam pada spesies hewan di mana individu mengintai dan
mempertahankan wilayah. Penyebaran semacam ini terjadi apabila terjadi
persaingan kuat di antara individu dalam populasi. Pada tumbuhan, misalnya
persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang. Distribusi ini kurang umum
daripada distribusi mengelompok, distribusi seragam, juga dikenal sebagai
distribusi merata, berjarak merata. Distribusi seragam ditemukan dalam
populasi di mana jarak antara individu tetangga dimaksimalkan. Kebutuhan
untuk memaksimalkan ruang antara individu umumnya muncul dari
persaingan untuk sumber daya seperti kelembaban atau nutrisi, atau sebagai
akibat dari interaksi sosial langsung antara individu dalam populasi, seperti
teritorial. Misalnya, penguin sering menunjukkan jarak yang seragam dengan
secara agresif mempertahankan wilayah mereka di antara tetangga mereka..
5
Tumbuhan juga menunjukkan distribusi yang seragam, seperti semak
creosote di wilayah barat daya Amerika Serikat. Salvia leucophylla adalah
spesies di California yang tumbuh secara alami dalam jarak tanam yang
seragam. Bunga ini melepaskan zat kimia yang disebut terpene yang
menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya dan menghasilkan
distribusi yang seragam. Ini adalah contoh alelopati, yaitu pelepasan bahan
kimia dari bagian tanaman melalui pencucian, eksudasi akar, penguapan,
dekomposisi residu dan proses lainnya. Alelopati dapat memberi efek
menguntungkan, merugikan atau netral pada organisme di sekitarnya.
Beberapa alelokimia bahkan memiliki efek selektif pada organisme di
sekitarnya; misalnya, Leucaena leucocephala memancarkan bahan kimia
yang menghambat pertumbuhan tanaman lain tetapi bukan tanaman dari
spesiesnya sendiri, dan dengan demikian dapat memengaruhi distribusi
spesies saingan tertentu. Alelopati biasanya menghasilkan distribusi yang
seragam. Praktek pertanian sering menciptakan distribusi yang seragam,
misalnya pohon jeruk yang tumbuh berjajar di perkebunan.

Acak (random)
- Penyebaran secara acak jarang terdapat di alam. Dalam dispersi acak,
individu didistribusikan secara acak, tanpa pola yang dapat diprediksi. Contoh
dispersi acak pada tanaman dandelion dan tanaman lain yang memiliki biji
yang didispersi oleh angin. Benih menyebar luas dan bertunas di tempat
jatuhnya, asalkan lingkungannya mendukung, yatu memiliki cukup tanah, air,
nutrisi, dan cahaya. Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila faktor
lingkungan sangat serangam pada seluruh area dimana populasi tersebut
berada. Selain itu, jika tidak ada sifat-sifat mengelompok dari organisme
tersebut. Pada tumbuhan ada bentuk organ-organ tertentu yang menunjang
untuk terjadinya pengelompokan. Distribusi acak, juga dikenal sebagai jarak
yang tidak dapat diprediksi, adalah bentuk distribusi yang paling tidak umum
di alam dan terjadi ketika anggota spesies tertentu ditemukan di lingkungan di
mana posisi masing-masing individu tidak tergantung pada individu lain,
mereka tidak menarik atau menolak. satu sama lain. Distribusi acak jarang
terjadi di alam karena faktor biotik, seperti interaksi dengan individu tetangga,
dan faktor abiotik, seperti iklim atau kondisi tanah, umumnya menyebabkan
organisme mengelompok atau menyebar. Distribusi acak biasanya terjadi di
habitat di mana kondisi lingkungan dan sumber daya yang konsisten. Pola
penyebaran ini ditandai dengan tidak adanya interaksi sosial yang kuat antar
spesies. Contohnya, ketika biji dandelion disebarkan oleh angin, distribusi
acak akan sering terjadi karena bibit mendarat di tempat acak yang ditentukan
oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan. Larva tiram juga dapat
melakukan perjalanan ratusan kilometer dengan tenaga arus laut, yang dapat
mengakibatkan distribusi acak.

Penentuan statistik pola distribusi


- Ada berbagai cara untuk menentukan pola sebaran spesies. Metode tetangga
terdekat Clark–Evans dapat digunakan untuk menentukan apakah distribusi
suatu individu mengelompok, seragam, atau acak. Untuk memanfaatkan
6
metode tetangga terdekat Clark–Evans, para peneliti meneliti populasi satu
spesies. Jarak individu ke tetangga terdekatnya dicatat untuk setiap individu
dalam sampel. Untuk dua individu yang merupakan tetangga terdekat satu
sama lain, jarak dicatat dua kali, satu kali untuk setiap individu. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat, disarankan agar jumlah pengukuran jarak
setidaknya 50. Jarak rata-rata antara tetangga terdekat dibandingkan dengan
jarak yang diharapkan menurut distribusi acak untuk memberikan rasio: R =
(jarak rata-rata) × 2 kerapatan (R = jarak rata-rata times 2 densitas). Jika
rasio R sama dengan 1, maka populasi tersebar secara acak. Jika R lebih
besar dari 1, populasi tersebar merata. Terakhir, jika R lebih kecil dari 1,
populasinya mengelompok. Uji statistik (seperti uji-t, chi kuadrat, dll.)
kemudian dapat digunakan untuk menentukan apakah R berbeda secara
signifikan dari 1. Metode rasio varians/rata-rata fokus terutama pada
penentuan apakah suatu spesies cocok dengan distribusi spasi acak, tetapi
juga dapat digunakan sebagai bukti untuk distribusi even atau mengelompok
(even or clumped distribution). Untuk menggunakan metode rasio
Variance/Mean, data dikumpulkan dari beberapa sampel acak dari populasi
tertentu. Dalam analisis ini, data setidaknya dari 50 plot sampel. Jumlah
individu yang ada dalam setiap sampel dibandingkan dengan jumlah yang
diharapkan pada distribusi acak. Distribusi yang diharapkan dapat ditemukan
dengan menggunakan distribusi Poisson. Jika rasio varians/mean sama
dengan 1, populasi terdistribusi acak, jika lebih besar dari 1, populasi distribusi
mengelompok, jika rasio kurang dari 1, populasi distribusi secara merata. Uji
statistik yang umum digunakan untuk menemukan signifikansi rasio
varians/rata-rata meliputi uji-t Student dan chi kuadrat. Namun, banyak peneliti
percaya bahwa model distribusi spesies berdasarkan analisis statistik, tanpa
menyertakan model dan teori ekologi, terlalu tidak lengkap untuk diprediksi.
Alih-alih kesimpulan berdasarkan data kehadiran-ketidakhadiran, probabilitas
yang menunjukkan kemungkinan suatu spesies akan menempati area tertentu
lebih disukai karena model ini mencakup perkiraan keyakinan tentang
kemungkinan spesies itu ada/tidak ada. Mereka juga lebih berharga daripada
data yang dikumpulkan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran
sederhana karena model berdasarkan probabilitas memungkinkan
pembentukan peta spasial yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan
suatu spesies ditemukan pada area tertentu. Area serupa kemudian dapat
dibandingkan untuk melihat seberapa besar kemungkinan suatu spesies akan
muncul di sana; ini mengarah pada hubungan antara kesesuaian habitat dan
kemunculan spesies.
- Pada ekologi populasi, telah dikembangkan cara atau metode untuk
mengukur pola distribusi individu dalam populasi, di antaranya dengan
menggunakan “distribusi Poison”. Populasi tidaklah statis, individu baru akan
muncul dari waktu ke waktu sedangkan yang tua akan mati dan hilang dari
ekosistem. Apabila pertambahan individu baru lebih banyak dibanding dengan
yang mati maka populasi akan bertambah besar dan jika sebaliknya populasi
akan mengecil. Untuk mengambarkan apakah populasi suatu jenis tumbuhan
dalam suatu komunitas berkembang atau mengecil dalam ekologi populasi
sering digambarkan dalam gambaran struktur umur populasi. Pada ekologi
tumbuhan, untuk menggambarkan struktur umur populasi sebagai gambaran
7
kelas umur sering dinyatakan dalam diameter batang pohon. Dalam hal ini,
yang dijadikan dasar pemikiran adalah bahwa ada korelasi antara diameter
batang pohon dengan umur tumbuhan. Biasanya kelas umur tersebut adalah:
kecambah, anakan dengan diameter batang <5 cm, anakan dengan diameter
batang 5–10 cm, anakan dengan diameter batang 10-20 cm dan seterusnya
sampai pohon dewasa atau tua. Dari kerapatan masing-masing kelas umur
(diameter batang) tersebut kemudian dibuat histogramnya.

Metode sampling untuk menduga populasi


hewan bergerak
- Suatu populasi adalah suatu kelompok individu terlokalisir digolongkan
sebagai spesies yang sama. Sampai saat ini, kita akan mendefinisikan
spesies sebagai suatu kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai
potensi untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur di
alam bebas. Masing-masing spesies memiliki suatu wilayah geografis tempat
individu tersebar secara tidak merata, tetapi pada umumnya terpusat pada
beberapa lokasi. Suatu populasi mungkin terisolasi dari populasi lain yang
spesiesnya sama dan jarang sekali dapat mempertukarkan materi genetiknya.
Namun demikian, populasi tidak selalu terisolasi, juga tidak harus memiliki
perbatas yang jelas. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan
dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan
luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan
populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk
membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lainnya parameter ini
tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan
relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan
kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif
biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Populasi adalah kumpulan
makhluk yang sama jenis yang mendiami suatu area yang memiliki berbagai
karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik
sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.
Salah satu hal yang berkaitan erat dengan populasi adalah jumlah atau yang
biasa disebut kepadatan populasi, yang menyatakan cacah individu di dalam
satuan luas atau volume tertentu. Untuk mengetahui jumlah atau kepadatan
populasi dapat dilakukan dengan banyak metode tergantung dengan keadaan
sekitarnya. Salah satu metode yang paling akurat untuk mengetahui
kepadatan populasi di suatu wilayah adalah dengan melakukan sensus.
- Penentuan besar kecilnya ukuran sampel tergantung pada derajat
homogenitas populasi (degree of homogenity). Semakin tinggi tingkat
homogenitas populasi semakin kecil ukuran sampel yang diambil, semakin
rendah tingkat homogenitas populasi semakin besar ukuran sampel yang
harus diambil. Tingkat presisi yang diinginkan (level of precisions). Semakin
tinggi tingkat pesisi yang diinginkan peneliti, semakin besar sampel yang
harus diambil. Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya
penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat

8
menggambarkan populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi
atas 2 kelompok besar, yaitu: probability sampling (random sample), non
probability sampling (non random sample). Penarikan sampel secara random
sistematis (systematic random sampling). Teknik ini merupakan
pengembangan teknik sebelumnya hanya bedanya teknik ini menggunakan
urutan-urutan yang alami.
- Untuk menghitung populasi hewan bergerak terdapat dua cara yakni secara
langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan.
Misalnya untuk menghitung populasi rumput di suatu kebun dapat digunakan
metode kuadrat, untuk hewan yang relatif mudah ditangkap dapat dilakukan
dengan metode CMR atau Capture-Mark-Recapture atau “tangkap tandai
dan tangkap kembali”. Capture Mark Release Recapture (CMRR) yaitu
menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode
pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk
menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Hal pertama dilakukan adalah menentukan
tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan
mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam daftar. Suatu populasi
dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama
spesiesnya dan mendiami suatu ruang tertentu pada waktu tertentu.
Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau
kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan
seluruhnya yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah
makhluk yang di pertanyakan di suatu daerah adalah menghitung makhluk
tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi
kecil populasi.
- Metode Lincoln-Peterson pada dasarya menangkap sejumlah individu dari
suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian
diberi tanda yang mudah dibaca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode
waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung
yang bertanda yang tertangkap. Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga
ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus yaitu:
N/M = n/R atau N = (M) (n) R
Dengan:
N = besarnya populasi total.
M = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
N = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R = Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap
kembali pada penangkapan kedua.
- Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sampel,
selalu ada kesalahan (error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-
recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart
Errror = SE)
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
- Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode
capture recapture. Merupakan metode sederhana untuk menduga ukuran
9
populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung
dan mamalia kecil. Pada dasarnya metode ini menangkap sejumlah individu
dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang tertangkap
diberi tanda, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek
(1 hari). Setelah jangka waktu tertentu dilakukan penangkapan kedua
terhadap sejumlah hewan individu dari populasi yang sama. Dari
penangkapan kedua ini lalu diidentifikasi individu bertanda yang berasal dari
hasil penangkapan pertama dan individu tidak bertanda dari hasil
penangkapan kedeua. Dari hasil tersebut maka dapat diduga populasi hewan
dalam suatu areal.
- Metode Capture-Recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran
populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode
Capture-Recapture sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk itu dilakukan
metode Removal Sampling yang tidak melepaskan kembali hewan yang
telah disampling. Contoh metode Removal Sampling adalah Metode Zippin
yang dilakukan dengan cara penangkapan pertama tidak dilepaskan kembali,
kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua
dan juga hewan tidak dilepaskan kembali. Sehingga dengan menggunakan
persamaan Zippin dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal. Metode
Zippin hanya membutuhkan sedikit periode sampling. Metode ini dapat
dilakukan dengan cara, pada penangkapan pertama sejumlah hewan tidak
dilepaskan kembali (n1), kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan
kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali (n2).
Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus yaitu:
N = (n1)2/ (n1 – n2)
Keterangan: N = Jumlah individu. n1 = Jumlah hewan yang tertangkap dan
tidak dilepaskan kembali pada penangkapan pertama. n2 = Jumlah hewan
yang tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada penangkapan kedua.
- Metode Lincoln-Peterson. Contoh percobaan. Alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah botol sampel, tinta cina, dan sweeping net. Bahan yang
diperlukan untuk percobaan ini adalah serangga yang terdapat pada areal
yang akan diamati. Metode Kerja. Langkah-langkah kerja yang dilakukan
dalam percobaan ini sebagai berikut: Cara pengambilan sampel: Pertama,
areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian dilakukan
penangkapan hewan pada lokasi tersebut (Periode penangkapan 1). Dalam
percobaan ini yang akan diperhatikan populasinya adalah serangga sehingga
penangkapan dilakukan dengan sweeping net. Pada daerah yang telah
ditentukan, sweeping net diayunkan sebanyak 2 kali dalam satu langkah
dengan total keseluruhan langkah, 20 langkah kedepan. Penangkapan
dilakukan sebanyak 2 kali. Serangga yang diperoleh kemudian ditandai
dengan menggunakan tinta cina, selanjutnya dilepaskan kembali dihabitatnya,
catat jumlahnya sebagai M. Dalam selang 24 jam dilakukan penangkapan
yang kedua dengan jumlah ulangan penangkapan sesuai dengan jumlah
ulangan penangkapan pada periode pertama. Serangga yang ditangkap
kemudian dikumpulkan dan dicatat jumlahnya sebagai n. Serangga yang
diperoleh kemudian diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya serangga yang
bertanda yang tertangkap pada penangkapan kedua, catat jumlahnya sebagai
R.
10
- Metode Zippin. Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan,
kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi tersebut (Periode
penangkapan 1). Dalam percobaan ini yang akan diperhatikan populasinya
adalah serangga sehingga penangkapan dilakukan dengan sweeping net.
Pada daerah yang telah ditentukan, sweeping net diayunkan sebanyak 2 kali
dalam satu langkah dengan total keseluruhan langkah, 20 langkah kedepan.
Penangkapan dilakukan sebanyak 1 kali. Serangga yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam botol sampel sebagai nilai n1. Pada metode ini tidak
dilakukan pelepasan hewan kembali. Dalam selang 24 jam dilakukan
penangkapan yang kedua dengan jumlah ulangan penangkapan sesuai
dengan jumlah ulangan penangkapan pada periode pertama. Serangga yang
ditangkap kemudian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam botol sampel
yang kedua serta dicatat jumlahnya sebagai n2.
- Cara Analisis Data. Metode Lincoln-Peterson. Serangga yang diperoleh
kemudian dihitung dengan ketentuan M adalah jumlah individu yang ditangkap
pada penangkapan pertama dan ditandai, n adalah jumlah individu tertangkap
pada penangkapan kedua baik yang bertanda maupun tidak, dan R adalah
individu yang bertanda yang tertangkap pada penangkapan kedua. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Lincoln-
Peterson. Metode Zippin. Serangga yang terdapat di dalam botol sampel 1
dan 2 kemudian dihitung sebagai nilai untuk n1 dan n2. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Zippin.
- Metode tangkap lepas biasanya digunakan untuk menghitung populasi
hewan yang bebas bergerak. Metode ini selain digunakan untuk menghitung
densitas dapat juga digunakan untuk menghitung laju kelahiran dan kematian
populasi. Pada metode ini, sampel dari suatu populasi ditangkap, ditandai dan
kemudian dilepas kembali. Proporsi individu yang ditandai kemudian disampel
dan digunakan untuk menentukan total populasi. Interval waktu antara kedua
periode penyampelan harus singkat sebab asumsi yang digunakan dalam
metode ini adalah rekruitment dalam populasi antara penyampelan pertama
dan kedua tidak ada dan hewan yang ditandai tidak ada yang hilang. Kita
mengasumsikan bahwa jika sampel diambil secara random, maka sampel
akan mengandung proporsi yang sama hewan yang ditandai pada semua
populasi. Misalnya dalam suatu danau, pada sampel pertama kita menandai
109 jenis ikan X dan beberapa hari kemudian dilakukan penyampelan kedua
dan menangkap 177 ikan X, dimana di antara ikan X yang ditangkap tersebut
terdapat 57 yang ditandai. Dari data tersebut kita memperkirakan proporsi dari
populasi yang ditandai = 57/177 = 0.322. Perkiraan populasi = jumlah populasi
yang ditandai dibagi dengan proporsi populasi yang ditandai = 109/0.322 =
338. Dalam memperkirakan densitas, dua situasi harus dipertimbangkan yaitu
populasi tertutup dan populasi terbuka. Suatu populasi disebut tertutup jika
populasi tersebut tidak mengalami perubahan jumlah atau ukuran selama
periode penangkapan, menandai dan penangkapan kembali. Suatu populasi
disebut terbuka jika populasi tersebut mengalami perubahan selama periode
studi.
- Tandai dan tangkap kembali adalah metode yang biasa digunakan dalam
ekologi untuk memperkirakan ukuran populasi hewan di mana tidak praktis
untuk menghitung setiap individu. Sebagian dari populasi ditangkap, ditandai,
11
dan dilepaskan. Kemudian, bagian lain akan ditangkap dan jumlah individu
yang ditandai dalam sampel dihitung. Karena jumlah individu yang ditandai
dalam sampel kedua harus sebanding dengan jumlah individu yang ditandai di
seluruh populasi, perkiraan ukuran populasi total dapat diperoleh dengan
membagi jumlah individu yang ditandai dengan proporsi individu yang ditandai
dalam sampel kedua. Metode ini paling berguna ketika tidak praktis untuk
menghitung semua individu dalam populasi. Nama lain untuk metode ini atau
metode yang terkait, termasuk capture-recapture, capture-mark-recapture,
mark-recapture, sight-resight, mark-release-recapture, estimasi sistem
ganda, pemulihan pita, metode Petersen, dan metode Lincoln.
- Pada mark-recapture, biasanya peneliti mengunjungi area studi dan
menggunakan perangkap untuk menangkap sekelompok individu hidup.
Masing-masing individu ditandai dengan identifikasi unik (misalnya, tag atau
pita bernomor), dan kemudian dilepaskan kembali tanpa cedera ke
lingkungan. Metode mark-recapture pertama kali digunakan pada studi ekologi
tahun 1896 oleh C.G. Johannes Petersen untuk memperkirakan populasi
Pleuronectes platessa. Waktu yang cukup diberi untuk berlalu bagi individu
yang ditandai untuk mendistribusikan kembali diri mereka di antara populasi
yang tidak ditandai. Selanjutnya, peneliti kembali dan menangkap sampel
individu lainnya. Beberapa individu dalam sampel kedua ini akan ditandai
selama kunjungan awal dan sekarang dikenal sebagai penangkapan kembali.
Hewan lain yang ditangkap pada kunjungan kedua, tidak ditangkap pada
kunjungan pertama di daerah penelitian. Hewan yang tidak bertanda ini
biasanya diberi tanda atau pita selama kunjungan kedua dan kemudian
dilepaskan. Ukuran populasi dapat diperkirakan dari paling sedikit dua kali
kunjungan ke wilayah studi. Umumnya, lebih dari dua kunjungan dilakukan,
terutama jika perkiraan kelangsungan hidup atau pergerakan diinginkan.
Terlepas dari jumlah total kunjungan, peneliti hanya mencatat tanggal
pengambilan setiap individu. "Sejarah penangkapan" yang dihasilkan
dianalisis secara matematis untuk memperkirakan ukuran populasi,
kelangsungan hidup, atau pergerakan.
Notasi. Misalnya
N = Jumlah hewan dalam populasi
n = Jumlah hewan yang ditandai pada kunjungan pertama
K = Jumlah hewan yang ditangkap pada kunjungan kedua
k = Jumlah hewan yang ditangkap kembali yang ditandai
- Seorang ahli biologi ingin memperkirakan ukuran populasi penyu di sebuah
danau. Dia menangkap 10 kura-kura pada kunjungan pertamanya ke danau,
dan menandai punggungnya dengan cat. Seminggu kemudian dia kembali ke
danau dan menangkap 15 kura-kura. Lima dari 15 kura-kura ini memiliki cat di
punggungnya, menunjukkan bahwa mereka adalah hewan yang ditangkap
kembali. Contoh ini adalah (n, K, k) = (10, 15, 5). Masalahnya adalah
memperkirakan N. N = n*K/k.
- Pada tahun 1938 Schanabel melakukan sensus pada populasi tertutup. Hasil
dari penelitian tersebut dikenal juga dengan metode schanabel yang dapat
dipergunakan untuk mengestimasi ukuran populasi tertutup yang dilakukan
dua atau lebih penangkapan dan menandai objek sampel yang telah
tertangkap pada penangkapan sebelumnya. Tujuan dari metode capture-
12
recapture adalah untuk mengestimasi ukuran populasi dengan objek yang
banyak dan liar. Penggunaan konsep estimasi populasi ini dapat diaplikasikan
pada bidang kesehatan, ekologi, epidemilogi, sosiologi dan bidang. Sebagai
contoh, pada bidang ekologi, yang berkaitan dengan populasi hewan liar,
estimasi populasi menjadi masalah yang menantang karena perilaku anggota
populasi tersebut. Beberapa studi kasus pada bidang biologi dan ekologi,
mengenai estimasi hewan, sangat memerlukan taksiran yang tepat dan akurat
mengenai jumlah anggota populasi suatu wilayah. Sumbangan pemikiran
mengenai penaksiran ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk melindungi
lingkungan seperti hutan, lautan, dan sumber daya yang lain yang
berhubungan langsung dengan hewan.
- Metode Lincoln–Petersen (juga dikenal sebagai indeks Petersen–Lincoln atau
indeks Lincoln) dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran populasi jika
hanya dilakukan dua kali kunjungan ke wilayah studi. Metode ini
mengasumsikan bahwa populasi penelitian bersifat “tertutup”. Dengan kata
lain, dua kunjungan ke wilayah studi cukup dekat waktunya sehingga tidak
ada individu yang mati, lahir, atau pindah ke atau ke luar wilayah studi di
antara kunjungan. Model tersebut juga mengasumsikan bahwa tidak ada
tanda yang jatuh dari hewan antara kunjungan ke lokasi lapangan oleh
peneliti, dan bahwa peneliti mencatat semua tanda dengan benar. Mengingat
kondisi tersebut, perkiraan ukuran populasi adalah: N^ = Kn/k.
- Penurunan (Derivation). Diasumsikan bahwa semua individu memiliki
probabilitas yang sama untuk ditangkap pada sampel kedua, terlepas dari
apakah mereka sebelumnya ditangkap pada sampel pertama (dengan hanya
dua sampel, asumsi ini tidak dapat diuji secara langsung). Ini menyiratkan
bahwa, pada sampel kedua, proporsi individu bertanda yang ditangkap (k/K)
harus sama dengan proporsi total populasi yang bertanda (n/N). Misalnya, jika
setengah dari individu yang ditandai ditangkap kembali, diasumsikan bahwa
setengah dari total populasi dimasukkan dalam sampel kedua.
Dalam simbol,
k/K = n/N,
Penataan ulang ini memberikan
N^ = Kn/k,
rumus yang digunakan untuk metode Lincoln–Petersen.
- Perhitungan sampel. Pada contoh (n, K, k) = (10, 15, 5) metode Lincoln–
Petersen memperkirakan ada 30 penyu di danau. N ^ = Kn/k = 10 × 15 / 5 =
30
- Penaksir Lincoln–Petersen tidak bias asimtotik karena ukuran sampel
mendekati tak terhingga, tetapi bias pada ukuran sampel kecil. Sebuah
estimator alternatif yang kurang bias dari ukuran populasi diberikan oleh
estimator Chapman:

(K+1)(n+1)
N^C = ------------------------ − 1
k+1
Sample calculation
The example (K, n, k) = (10, 15, 5) gives
(K+1)(n+1)
13
N^C = ------------------------ − 1
k+1

11 x 16
N^C = ------------------------ − 1 = 28.3
6
- Perhatikan bahwa jawaban yang diberikan oleh persamaan ini harus dipotong
tidak dibulatkan. Dengan demikian, metode Chapman memperkirakan 28
penyu di danau. Anehnya, perkiraan Chapman adalah salah satu dugaan dari
berbagai kemungkinan penduga: Dalam praktiknya, bilangan bulat yang
segera kurang dari (K+1)(n+1)/(k+1) atau bahkan Kn/(k+1) akan menjadi
perkiraan. Bentuk di atas lebih sesuai untuk tujuan matematika. Chapman
juga menemukan penaksir bisa memiliki bias negatif yang cukup besar untuk
Kn/N kecil, tetapi tidak peduli karena simpangan baku yang diestimasi besar
untuk kasus ini.
- Untuk menghitung populasi hewan bergerak terdapat dua cara yakni secara
langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan.
Misalnya untuk menghitung populasi rumput di suatu kebun dapat digunakan
metode kuadrat, untuk hewan yang relatif mudah ditangkap dapat dilakukan
dengan metode CMR atau Capture- Mark- Recapture dalam bahasa
indonesia adalah “ tangkap tandai dan tangkap kembali”.
- Capture, Mark, Release, Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan
menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi.
Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan
besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Hal
pertama dilakukan adalah menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi,
lalu menghitung dan mengidentifikasinya,
- Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhluk yang
sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang
khusus. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan seluruh yaitu
cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di
pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya
dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada
rumus Paterson.
- Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode
capture-recapture. Merupakan metode sederhana untuk menduga ukuran
populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung
dan mamalia kecil. Banyaknya variabel yang diteliti dan rancangan analisis
yang akan digunakan. Semakin banyak variabel yang akan dianalisis,
misalnya dengan menggunakan rancangan analisis tabulasi silang atau uji
chi-square of independen (uji chi kuadrat), mengingat adanya persyaratan
pengujian hubungan antar variabel yang tidak membolehkan adanya nilai
frekuensi hasil penelitian < 1, maka ukuran sampelnya harus besar serta
alasan-alasan peneliti (waktu, biaya, tenaga, dan lain-lain).

14
- Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sejumlah populasi hewan
yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian
dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan
pengambilan (Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari populasi yang
sama). Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi individu yang bertanda
yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari
hasil penangkapan ke dua.
- Metode Capture-Recapture seringi sulit digunakan untuk menduga ukuran
populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode
Capture-Recapture sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk itu, dilakukan
metode Removal Sampling yang tidak melepaskan kembali hewan yang
telah disampling. Contoh metode Removal Sampling adalah Metode Zippin
yang dilakukan dengan cara penangkapan pertama tidak dilepaskan kembali,
kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua
dan juga hewan tidak dilepaskan kembali. Sehingga dengan menggunakan
persamaan Zippin dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal.
- Pengamatan populasi belalang dapat digunakan metode lepas tangkap
dengan menggunakan insecnet yaitu dengan cara belalang di tangkap
dengan menggunakan insecnet dan menghitung berapa banyak belalang
yang dapat. Kemudian di beri tanda dan di lepaskan ke dalam plot kembali.
Setelah itu menunggu sekitar tiga puluh menit dan kemudian di tangkap
kembali dengan manggunakan insecnet dan menghitung berapa jumlah
belalang yang memiliki tanda didapatkan dan berapa jumlah belalang yang
tidak memiliki tanda di dapatkan. Ukuran plot yang digunakan pada
pengamatan yaitu berukuran 3m x 3m.
- Cara kerja pada pengamatan populasi belalang yaitu pertama mencari
padang atau lapangan yang luas. Setelah menemukan lapangan yang luas
dibuat plot ukuran 3x3 meter, dan pada setiap sudutnya diberi pancang. Dan
pembuatan plot ini dilakukan oleh seluruh kelompok dengan menggunakan tali
rafia dan pancang. Selanjutnya dimulai kegiatan pengamatan, dimana waktu
memulai kegiatan pengamatan ini dilakukan secara serentak.
- Cara menangkap belalang dengan mengayunkan net serangga ke permukaan
rumput secara menyilang, dimulai dari sudut sampai keseluruhan lapangan
selama satu jam. Kemudian belalang yang sudah tertangkap diberi tanda
dengan menggunakan cat, selesai ditandai belalang dilepaskan kembai
kedalam plot. Lalu kita mendiamkan plot sekitar 1 jam, dan setelah di
diamkan kita menangkap kembali belalang seperti cara awal. Dan terakhir kita
hitunglah berapa jumlah belalang yang tertangkap sebelumnya dan hitung
juga jumlah belalang yang baru tertangkap. Kemudian baru menghitung
populasi belalangnya.

Pengamatan Populasi Belalang


Menggunakan Metode Lepas Tangkap
- Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam
dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit atau persatuan luas atau
persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat
15
penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan
suatu komunitas dengan komunitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat.
Untuk itu, biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung
dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua
jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan
dalam bentuk persentase.
- Populasi adalah kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis yang
mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang
walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik
kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Salah satu hal
yang berkaitan erat dengan populasi adalah jumlah atau yang biasa disebut
kepadatan populasi, yang menyatakan cacah individu di dalam satuan luas
atau volume tertentu. Untuk mengetahui jumlah atau kepadatan populasi
dapat dilakukan dengan banyak metode tergantung dengan keadaan
sekitarnya. Salah satu metode yang paling akurat untuk mengetahui
kepadatan populasi di suatu wilayah adalah dengan melakukan sensus.
Tetapi kendala dari diadakannya sensus adalah lokasi penelitian. Misalnya
jika penghitungan sensus dengan lokasinya berada di hutan terbuka dengan
hewan liar seperti ular yang akan dihitung kerapatan populasinya. Pergerakan
hewan yang akan dihitung juga memengaruhi keakuratan sensus.
- Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutlak suatu
populasi ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu
populasi. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara metode Capture-
Recapture dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan melalui
metode removal sampling yakni dengan menggunakan metode Zippin. Hal ini
melatar belakangi diadakannya percobaan tentang metode sampling biotik
untuk menduga populasi hewan bergerak.
- Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis
(atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang
mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang
walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik
kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.
- Ukuran populasi umumnya bervariasi menurut waktu, biasanya mengikuti dua
pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi yang relatif konstan
sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Penyelidikan tentang
dinamika populasi, pada hakikatnya meneliti keseimbangan antara kelahiran
dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami di alam. Untuk
mengetahui jumlah atau kepadatan populasi dapat dilakukan dengan banyak
metode tergantung dengan keadaan sekitarnya. Salah satu metode yang
paling akurat untuk mengetahui kepadatan populasi di suatu wilayah adalah
dengan melakukan sensus. Tetapi kendala dari diadakannya sensus adalah
lokasi penelitian. Misalnya jika penghitungan sensus lokasinya berada di
hutan terbuka dengan hewan liar seperti ular yang akan dihitung kerapatan
populasinya. Pergerakan hewan yang akan dihitung juga memengaruhi
keakuratan sensus.
- Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, akan membutuhkan waktu dan
biaya yang lebih untuk mengukurnya. Karakteristik sampel disebut statistik
dalam hal ini parameter dari statistic harus diperhatikan secara cermat.
16
Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti
sampel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara
proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample)
atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang
tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk
dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang
menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik
populasi disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah
perbedaan antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat
dari sensus.
- Sampel tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas
(probability sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi
mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih. Karena sampel ini
mengasumsikan random (randomness), maka sampel probabilitas lazim juga
disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil sampel tertentu
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel
pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sample non-probabilitas.
Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian
sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau
rancangan sampling (sampling design).
- Populasi yang besar umumnya masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa
“Demes” atau “populasi lokal” yang merupakan sekelompok kecil individu
populasi yang saling berkembang biak, tanpa adanya faktor pembatas yang
agak ekstrim membatasinya dalam berinteraksi. Meskipun satuan utama
suatu populasi adalah individu dari makhluk hidup tetapi studi yang mendalam
mengenai individu dalam populasi tidak akan banyak membantu seseorang
untuk memahami seperti apakah sebenarnya populasi itu. Setiap populasi
memiliki suatu kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu yang membangun
populasi. Kekhasan dasar dari suatu populasi yang menarik bagi para
ilmuwan atau peneliti (ekologiawan) adalah ukuran dan kerapatannya. Jumlah
individu dalam suatu populasi mencirikan ukurannya sedangkan jumlah
individu dalam satuan area atau dalam satuan volume tertentu mencirikan
kepadatannya.
- Tidak mungkin bagi kita untuk menghitung setiap individu yang terdapat di
alam suatu populasi ataupun di dalam suatu komunitas. Dalam mempelajari
populasi ataupun komunitas biasanya dilakukan dengan cara mengambil
sampel (contoh) atau sebagian kecil individu dari populasi atau komunitas
tersebut barulah dapat ditarik suatu kesimpulan tentang populasi atau tentang
komunitas yang sedang dipelajari. Dalam penarikan contoh (sampling) harus
menggunakan metode sampling yang tepat sebab bila tidak, hasil yang akan
diperoleh akan bias.
- Dalam menduga populasi hewan bergerak terdapat dua metode dasar yaitu
metode capture-recapture dan metode removal sampling. Metode capture-
recapture merupakan metode dengan sistematika pelaksanaan tangkap
serangga – tandai – lepas – tangkap kembali – identifikasi – lepas sedangkan
pada metode removal sampling penangkapan serangga dilakukan tanpa
pengembalian, sistematikanya adalah tangkap serangga – tidak lepas –
tangkap – tidak lepas.
17
- Suatu populasi adalah suatu kelompok individu terlokalisir digolongkan
sebagai spesies yang sama. Sampai saat ini kita akan mendefinisikan spesies
sebagai suatu kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai potensi
untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur di alam
bebas. Masing-masing spesies memiliki suatu wilayah geografis tempat
individu tersebar secara tidak merata tetapi pada umumnya terpusat pada
beberapa terlokalisir. Suatu populasi mungkin terisolasi dari populasi lain
yang berspesies sama dan jarang sekali dapat mempertukarkan materi
genetiknya. Namun demikian populasi tidak selalu terisolasi juga tidak harus
memiliki perbatasan yang jelas. Ukuran populasi umumnya bervariasi dari
waktu biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan
ukuran poulasi yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup
besar.
- Sejak dari munculnya variasi jenis organisme di bumi, muncul pula
karakteristik dari setiap kelompok yang selalu ingin hidup bersama diantara
sesama jenisnya sehingga hampir semua jenis organisme di bumi dijumpai
sering hidup berkelompok. Untuk lebih memahami suatu populasi maka perlu
diketahui karakteristik yang dimiliki populasi seperti kepadatan (density),
kelahiran (natali), kematian (mortality), pesebaran umur, bentuk pertumbuhan,
fluktuasi populasi, penyebaran populasi dan interaksi populasi.
- Kematian (Mortality) minimum adalah kematian individu dalam populasi
pada kondisi lingkungan yang ideal sehingga kematian semata-mata hanya
disebabkan oleh faktor fisiologi organism. Kematian ekologi populasi adalah
kematian individu pada kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh faktor
pembatas atau resistensi lingkungan.
- Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak akan membutuhkan waktu dan
biaya yang lebih untuk mengukurnya. Karakteristik sampel disebut statistik
dalam hal ini parameter dari statistik harus diperhatikan secara cermat.
Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti
sampel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara
proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample)
atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang
tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk
dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang
menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik
populasi disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah
perbedaan antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat
dari sensus.
- Penyebaran populasi merupakan pola pergerakan individu-individu kedalam
atau keluar dari populasi yang disebabkan oleh dorongan mencari makan,
menghindar dari predator, pengaruh iklim, terbawa angin atau air, perilaku
kawin dan faktor fisik lain. Penyebaran populasi dapat terjadi melalui tiga cara
yaitu: a. Emigrasi: merupakan pola pergerakan individu keluar dari daerah
populasinya ke tempat lain dan tinggal permanen di tempat barunya. b.
Imigrasi: merupakan pola penyebaran individu ke dalam suatau daerah
populasi lain dan individu tersebut menetap di tempat baru. c. Migrasi:
merupakan pola penyebaran individu dua arah, ke luar dan masuk atau pergi

18
dan datang secara periodik selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan
sehingga individu suatu populasi akan berpindah tempat.
- Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh
yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di
pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya
dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada
rumus Paterson. Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya
digunakan metode capture-recapture. Merupakan metode yang sederhana
untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak
cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil.
- Terdapat dua cara yakni secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak
langsung yaitu dengan perkiraan misalnya untuk menghitung populasi rumput
di suatu kebun dapat digunakan metode kuadrat untuk hewan yang relatif
mudah ditangkap dapat dilakukan dengan metode CMR atau Capture-Mark-
Recapture dalam bahasa indonesia adalah “ tangkap tandai dan tangkap
kembali”. Metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan
metode capture-recapture. Merupakan metode yang sudah popular untuk
menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat
seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metode ini ada beberapa cara yaitu:
Metode Lincoln-Peterson. Metode ini pada dasarnya menangkap sejumlah
individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang
ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca kemudian dilepaskan
kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap
kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap. Dari dua kali hasil
penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N = besarnya populasi total.
M =jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R= Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali
pada penangkapan kedua.
Metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sampel,
selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-
recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart
Errror = SE nya)
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:
N=(1)(SE)
Dengan catatan, t = (df) Dalam table distribusi t Α (tingkat signifikasi) = 0,05.
Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A)
maka dihitung dengan rumus :
D = N/A
- Metode Capture-recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran
populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode
capture-recapture pada kenyataannya sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan salah
19
satunya adalah dengan cara pendugaan yang dilakukan tanpa melepaskan
kembali hewan yang telah disampling. Metode ini dikenal dengan nama
removal sampling, diantaranya adalah: Metode Zippin. Metode
penggunaan Zippin dapat dilakukan dengan cara, pada penangkapan pertama
sejumlah hewan tidak dilepaskan kembali (n1) kemudian dalam jangka waktu
tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak
dilepaskan kembali (n2) sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin
dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal. Perhitungan pendugaan
populasi dengan metode Zippin sebagai berikut:
N = (n1)2 / (n1 – n2)
Dengan:
N : Jumlah individu
n1 : Jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan lagi pada penangkapan
pertama.
n2 : Jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada
penangkapan kedua
Selang Kepercayaannya :
N ± (t) (SE)
- Estimasi populasi merupakan suatu metode yang dilakukan untuk
memperkirakan ukuran populasi. Salah satu metode yang sering digunakan
untuk mengestimasi ukuran populasi adalah Metode Capture-Recapture atau
dikenal sebagai sebagai metode Capture, Mark, Release, Recapture (CMRR).
Kajian mengenai estimasi ukuran populasi ini secara serius dimulai pada awal
tahun 1950 yang diterapkan pada keilmuan hayati. Kajian ilmiah mengenai
estimasi ukuran populasi yang dilakukan pada rentang waktu tersebut baru
dipublikasikan secara masif pada tahun 1973 oleh dua orang peneliti Cormack
dan Seber. Selanjutnya, berbagai literatur diterbitkan selama lebih dari 25
tahun yang lalu.
- Para peneliti terdahulu berusaha untuk mencari cara bagaimana
menyelesaikan permasalahan mengenai estimasi ukuran populasi dengan
objek yang banyak dan liar. Penelitian yang berkaitan dengan estimasi
populasi salah satunya dilakukan oleh Laplace pada tahun 1802. Laplace
mengkaji mengenai estimasi populasi penduduk perancis sekitar 28.328.612
orang. Laplace menghitung angka ini menggunakan jumlah kelahiran pada
tahun sebelumnya dan data sensus selama tiga tahun pada masyarakat
tertentu. Data sensus dari masyarakat ini menunjukkan bahwa mereka
memiliki 2.037.615 orang dan jumlah kelahiran adalah 71.866 orang. Dengan
asumsi bahwa sampel merupakan perwakilan dari Perancis, Laplace
diproduksi estimasinya untuk seluruh penduduk. Penelitian yang menerapkan
metode capture-recapture dilakukan oleh Petersen pada tahun 1894 dan
lincoln pada tahun 1930 yang berhasil merumuskan estimator populasi
berdasarkan perbandingan hewan dengan yang tertangkap dengan populasi
sebenarnya. Estimasi populasi tersebut hanya dilakukan dua kali pengulangan
penangkapan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu

20
Interaksi dan Interdefendensi
- Organisme di alam tidak bisa hidup sendiri, individu akan berhimpun dalam
suatu kelompok membentuk populasi, kemudian populasi akan membentuk
assosiasi yang biasa disebut komunitas biotik. Komunitas biotik pada
prinsipnya terbentuk dari hasil berbagai interaksi di antara populasi. Interaksi
ini sifatnya bermacam-macam dan sifat ini didasarkan pada bagaimana akibat
dari interaksi tersebut terhadap kedua populasi tersebut. Interaksi di antara
organisma penting untuk memelihara ukuran populasi dalam ekosistem dan
memelihara keseimbangan ekosistem. Interdefendensi (keadaan saling
tergantung) merupakan hal penting dalam konsep komunitas. Semua
komponen biotik komunitas berinteraksi satu sama lain dengan berbagai cara.
Interaksi tersebut untuk mendapatkan makanan, ruang, energi dan lain-lain.
Bentuk interaksi tersebut dapat berupa:
o Netralisme. Pada netralisme, dalam interaksi tersebut tidak satupun populasi
yang terpengaruh.
o Persaingan. Persaingan yaitu saling menghalangi, dimana dua populasi
secara aktif saling menghalangi.
o Predator atau pemangsa. Predator atau pemangsa adalah hubungan di
antara dua populasi dimana dalam hubungan ini akan merugikan atau
berpengaruh buruk terhadap salah satu anggota populasi. Hal ini biasanya
lebih jelas terlihat pada kehidupan hewan misalnya pemangsa karnivora
terhadap herbivora.
o Simbiosis. Simbiosis adalah hubungan antara dua populasi dimana kedua
belah pihak memperoleh keuntungan. Simbiosis terpisah yaitu hubungan satu-
sama lain di antara dua populasi tidak secara langsung atau tidak ada kontak
langsung. Misalnya hanya dalam hal teduh meneduhi, menahan angin dan
lain-lain. Simbiosis bersatu yaitu, hubungan sedemikian rupa sehingga satu
sama lain sulit dipisahkan misalnya jamur dan ganggang pada lumut kerak.
o Amensalisme. Pada bentuk interaksi amensalisma, suatu populasi dihalangi
sedang yang lainnya tidak terpengaruh.
o Proto-koperasi. Protokoperasi adalah interaksi antara dua populasi dimana
kedua populasi memperoleh keuntungan dengan adanya assosiasi tersebut
tetapi hubungan itu tidak merupakan suatu keharusan.
o Kompetisi. Jika lebih dari satu individu spesies atau anggota spesies yang
berbeda hadir bersama-sama dan mengambil nutrisi dari komunitas yang
suplainya terbatas, mereka akan berkompetisi satu sama lain untuk
mendapatkan makanan. Jika kompetisi tersebut berlangsung pada individu
spesies yang sama disebut kompetisi intraspesifik dan jika kedua tumbuhan
tersebut merupakan spesies yang berbeda disebut kompetisi interspesifik.
Dalam komunitas, kedua tipe kompetisi ini dapat terjadi. Kemampuan
tumbuhan untuk berkompetisi berbeda dari satu spesies ke spesies lain dan
berbeda sesuai dengan umur tumbuhan. Kompetisi akan meningkat jika
terjadi stres populasi dan kebutuhan tumbuhan berbeda pada fase siklus
hidup yang berbeda. Adanya perbedaan sifat perakaran dan kebutuhan nutrisi
tumbuhan menyebabkan mereka mampu eksis dalam komunitas yang padat
seperti pada hutan dan padang rumput. Sebagai hasil dari kompetisi
intraspesifik, individu yang lemah tereliminasi dan yang kuat bertahan.

21
Sementara pada kompetisi interspesifik, spesies yang lemah akan tereliminasi
dari komunitas. Karakteristik tumbuhan seperti ini yaitu berkompetisi dengan
progeninya sendiri dan dengan anggota spesies lain akan menyebabkan
beberapa di antara mereka mendominasi komunitas. Efek negatif dari
kompetisi pada tumbuhan dapat diamati dari meningkatnya mortalitas;
pertumbuhan lemah; lambat berbunga; biji kecil, kurang viabel dan
jumlahnya lebih sedikit, dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan
kekeringan. Karakteristik tersebut dapat diamati pada komunitas tumbuhan,
khususnya pada tahap awal perkembangan ketika suatu spesies baru
diperkenalkan dalam suatu komunitas. Performa pertumbuhan telah
digunakan sebagai parameter untuk mengevaluasi kemampuan kompetisi
tumbuhan. Kita dapat mengevaluasi kompetisi secara kuantitatif dalam term
perbedaan kapasitas pertumbuhan di antara spesies yang lifeformnya
ekuvalen dengan menggunakan rumus berikut: GA/B = MA : MB atau GB/A
= MB : MA. dimana, G = kapasitas pertumbuhan. M = berat kering
tumbuhan. A = spesies A. B = spesies B. Metode kalkulasi ini dapat dilakukan
dengan baik pada tumbuhan yang sama lifeformnya.
o Parasit. Organisma parasit adalah organisme yang mampu memperoleh
makanan secara langsung dari jaringan tumbuhan organisma lain, biasanya
mempunyai struktur tertentu sehingga dapat memperoleh bahan makanannya
dari tumbuhan atau hewan yang ditumpangi. Parasit dapat dikelompokkan
atas dua jenis yaitu parasit sejati yaitu organisma parasit hidup dalam akar
tumbuhan lain, makanannya diambil langsung dari jaringan tumbuhan inang
yang nampak dari tumbuhan parasit hanya organ generatifnya misalnya
Rafflesiaceae dan Balanophoraceae. Parasit sebagian yaitu biasanya
organisma parasit hanya mengambil air dari inangnya sedangkan makanan
dapat diambil atau dihasilkan sendiri karena mempunyai klorofil. Struktur
khusus sebagai pengisap disebut haustoria. Contohnya adalah pada
Lorantaceae dan Cuscuta australis. Kadang-kadang suatu organisma hidup
pada organisma lain dan mengambil substansi dari tumbuhan tersebut tampa
memberi tumbuhan tersebut kembali substansi kehidupan. Tumbuhan yang
menyediakan subtansi ini dikenal sebagai inang (host) dan tumbuhan yang
tergantung padanya disebut parasit. Tumbuhan parasit tersebut, suplai
nutrisinya dapat semuanya tergantung pada inang atau hanya sebagian
tergantung pada inang. Tumbuhan yang pertama disebut parasit total (total
parasite) misalnya Cuscuta pada tumbuhan mangga sedang yang kedua
disebut parasit sebagian (partial parasite) atau hemiparasit misalnya
Dendrotoe pada tumbuhan mangga dan Santalum album yang tumbuh
dengan inang Alternanthera.
o Antibiosis. Kadang-kadang akar suatu tumbuhan atau serasah yang
dihasilkan oleh suatu tumbuhan mengandung subtansi kimia tertentu yang
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang tumbuh didekatnya dan
subtansi tersebut membahayakan tumbuhan yang berkompetisi. Tipe iteraksi
ini adalah negatif dan substansi kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut
biasa disebut allelokimia atau allelopati.
o Komensalisme. Bentuk interaksi komensalisme adalah hubungan antar
populasi yang dapat menimbulkan keuntungan bagi satu pihak sedang lainnya
tidak terpengaruh apa-apa. Misalnya tumbuhan siofita yang hidup di bawah
22
naungan pohon besar. Bilamana makanan atau ruang dapat berbagi tampa
keuntugan atau bahaya nyata pada organisma lain atau keuntungan pada
satu pihak tampa menyebabkan kerugian pada inang. Tipe utama dependensi
pada komensalisme adalah untuk perlindungan, mendukung (support),
pergerakan dan suplai makanan. Contoh hubungan yang mendukung
(support) ditemukan pada tumbuhan alga yang tumbuh pada kerangka kura-
kura. Contoh lainnya adalah tumbuhan efifit yang tumbuh pada inang pohon.
Efifit tidak mengambil nutrisi dari inangnya hanya sebagai tempat menempel.

Gambar 2.4. Santalum album ditanam dengan inang Alternanthera cv.

o Mutualisme. Pada interaksi mutualisme, pertumbuhan dan kehidupan kedua


populasi yang berinteraksi mendapat keuntungan dan mereka saling
menguntungkan. Mutualisma adalah interaksi positif dimana kedua organisma
menjadi secara komplit tergantung satu sama lain. Assosiasi seperti ini
dikenal dengan istilah simbiosis. Cotoh tipe ini ditemukan pada lichenes
dimana alga dan fungi berassosiasi. Pada perut semut putih ditemukan
mikroflora yang dapat membantu mencerna sellulosa yang dimakan oleh
semut sehingga membuat sellulosa tersedia sebagai makanan semut, kalau
tidak semut tidak mampu mencerna sellulosa untuk makanannya. Oleh sebab
itu, assosiasi ini menguntungkan pada keduanya. Pada akar beberapa
tumbuhan tingkat tinggi ditemukan mikoriza yang menguntungkan pada
tumbuhan tingkat tinggi dan juga pada fungi. Banyak pohon yang tidak dapat
tumbuh dengan baik tampa kehadiran mikoriza tersebut.
- Di alam terjadi proses makan-memakan antara pemangsa-mangsa. Hewan
yang memakan disebut pemangsa (predator) dan yang dimakan disebut
mangsa (prey). Apabila populasi mangsa meningkat persediaan makanan
untuk pemangsa bertambah. Kenaikan populasi mangsa diikuti oleh kenaikan
populasi pemangsa. Terdapat keseimbangan yang dinamis antara populasi
mangsa dan pemangsa. Populasi mangsa dan populasi pemangsa saling
mengendalikan. Contohnya populasi tikus sawah yang terkendalikan oleh
populasi ular. Karena itu proses makan-memakan yang menjadi dasar
kemampuan lingkungan untuk melakukan fungsi pengendalian populasi harus
kita pelihara. Penggunaan pestisida yang berlebihan, pencemaran industri

23
dan transportasi dan lain-lain dapat merusak kemampuan lingkungan untuk
mengendalikan populasi.
- Komunitas ekologis (cological community) adalah sekelompok spesies
simpatrik (sympatric species) yang mirip secara trofik yang sebenarnya atau
berpotensi bersaing di area lokal untuk sumber daya yang sama atau serupa.
Interaksi antara spesies ini merupakan langkah pertama dalam menganalisis
dinamika ekosistem yang lebih kompleks. Interaksi ini membentuk distribusi
dan dinamika spesies. Dari interaksi ini, predasi adalah salah satu aktivitas
populasi yang paling luas. Diambil dalam pengertian yang paling umum,
predasi terdiri dari interaksi predator-mangsa, inang-patogen, dan inang-
parasitoid.

Teori seleksi r/K


- Konsep ekologi populasi adalah teori seleksi r/K, salah satu model prediktif
pertama dalam ekologi yang digunakan untuk menjelaskan evolusi sejarah
kehidupan. Premis di balik model seleksi r/K adalah bahwa tekanan seleksi
alam berubah sesuai dengan kepadatan populasi. Misalnya, ketika sebuah
pulau pertama kali dikolonisasi oleh suatu individu, densitas individunya
rendah. Peningkatan awal ukuran populasi tidak dibatasi oleh persaingan,
banyak sumber daya yang tersedia untuk pertumbuhan populasi. Fase awal
pertumbuhan populasi ini mengalami kekuatan seleksi alam yang tidak
bergantung pada kepadatan, yang disebut r-seleksi. Ketika populasi menjadi
lebih padat, mendekati daya dukung pulau, sehingga memaksa individu untuk
bersaing lebih ketat untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia yang
jumlahnya sedikit. Dalam kondisi padat, populasi mengalami gaya seleksi
alam yang bergantung pada kepadatan, yang disebut seleksi-K. Pada model
seleksi - r/K, variabel pertama r adalah laju hakiki (intrinsik) peningkatan
ukuran populasi secara alami dan variabel kedua K adalah kapasitas tampung
populasi. Spesies yang berbeda mempunyai strategi life-history yang berbeda
sepanjang kontinuum diantara kedua tekanan seleksi tersebut. Dalam ekologi,
teori seleksi r/K berkaitan dengan pemilihan kombinasi sifat dalam suatu
organisme yang berkaitan dengan pilihan (trade off) antara kuantitas dan
kualitas turunan (offspring). Apakah fokus pada peningkatan kuantitas turunan
(quantity of offspring) dengan mengorbankan investasi orang tua individu
(individual parental investment) pada strategi-r, atau mengurangi jumlah
turunan yang berkaitan dengan peningkatan investasi orang tua (increased
parental investment) pada strategi-K. Terminologi seleksi -r/K diciptakan oleh
ahli ekologi Robert MacArthur dan EO Wilson pada tahun 1967 berdasarkan
pekerjaan mereka pada biogeografi pulau.
- Dalam teori seleksi r/K, tekanan seleksi dihipotesiskan mendorong evolusi ke
salah satu dari dua arah umum: seleksi r atau K. Istilah r dan K, diambil dari
aljabar ekologi standar seperti yang diilustrasikan dalam model dinamika
populasi Verhulst: dN/dt = rN (1- N/K), di mana N adalah populasi, r adalah
laju pertumbuhan maksimum, K adalah daya dukung lingkungan setempat,
dan dN/dt, turunan dari N terhadap waktu t, adalah laju perubahan populasi
terhadap waktu. Jadi, persamaan tersebut berkaitan dengan laju pertumbuhan
24
populasi N dengan ukuran populasi saat ini, menggabungkan efek dari dua
parameter konstanta r dan K. Pilihan huruf K berasal dari bahasa Jerman
Kapazitätsgrenze (batas kapasitas), sedangkan r berasal dari rate. Spesies K-
selected menunjukkan ciri terkait dengan hidup pada kepadatan yang
mendekati daya dukung dan biasanya merupakan pesaing kuat di relung yang
padat (crowded niches), yang berinvestasi lebih berat pada turunan yang
lebih sedikit (invest more heavily in fewer offspring), yang masing-masing
memiliki kemungkinan yang relatif tinggi untuk bertahan hidup hingga dewasa
(misalnya, r rendah, K tinggi). Dalam literatur ilmiah, spesies r-selected
kadang-kadang disebut sebagai "oportunistik" sedangkan spesies K-selected
digambarkan sebagai "ekuilibrium" (Weinbauer and Höfle 1998).
- Spesies seleksi - r merupakan spesies yang mempunyai laju kelahiran tinggi,
level investment induk rendah dan laju mortalitas tinggi sebelum individu
mencapai maturiti. Banyak jenis insekta dan spesies invasive menunjukkan
karakteristik seleksi - r. Spesies r-selected adalah spesies yang menekankan
tingkat pertumbuhan tinggi, biasanya mengeksploitasi relung ekologi yang
kurang padat dan menghasilkan banyak turunan, yang masing-masing
memiliki kemungkinan yang relatif rendah untuk bertahan hidup hingga
dewasa (yaitu, r tinggi, K rendah). Dalam lingkungan yang tidak stabil atau
tidak dapat diprediksi, r-seleksi dominan karena kemampuannya bereproduksi
dengan cepat. Ada sedikit keuntungan dalam adaptasi yang memungkinkan
persaingan sukses dengan organisme lain, karena lingkungan kemungkinan
akan berubah lagi. Di antara sifat-sifat yang dianggap mencirikan r-seleksi
adalah fekunditas tinggi, ukuran tubuh kecil, lebih awal matang, waktu
generasi pendek, dan mampu untuk menyebarkan turunan secara luas.
Organisme yang riwayat hidupnya tunduk pada r-seleksi sering disebut
sebagai r-strategis atau r-selected. Organisme yang menunjukkan sifat r-
selected dapat berkisar dari bakteri dan diatom, hingga serangga dan rumput,
hingga berbagai cephalopoda semelpar dan mamalia kecil, terutama hewan
pengerat.
- Sebaliknya, spesies seleksi - K menpunyai laju fekunditas rendah, tinggi level
invesment parental pada anak dan laju mortalitas rendah sampai individu
mature. Manusia dan gajah merupakan contoh spesies yang menunjukkan
karakteristik seleksi - K. Dalam lingkungan yang stabil atau yang dapat
diprediksi, K-seleksi mendominasi karena kemampuan bersaing untuk sumber
daya yang terbatas sangat penting dan populasi organisme yang K-selected
biasanya sangat konstan jumlahnya dan mendekati maksimum yang dapat
ditanggung oleh lingkungan (tidak seperti populasi r-selected, di mana ukuran
populasi dapat berubah jauh lebih cepat). Ciri-ciri yang dianggap sebagai
karakteristik seleksi-K termasuk ukuran tubuh besar, harapan hidup panjang,
dan produksi turunan lebih sedikit, yang seringkali membutuhkan perawatan
orang tua yang ekstensif sampai mereka dewasa. Organisme yang riwayat
hidupnya tunduk pada K-seleksi sering disebut sebagai K-selected.
Organisme dengan sifat K-selected termasuk organisme besar seperti gajah,
manusia, dan paus, tetapi juga organisme yang lebih kecil dan berumur
panjang (smaller long-lived organisms) seperti Arctic terns, beo (parrots) dan
elang.

25
- Di daerah yang mengalami gangguan ekologis (seperti setelah letusan
gunung berapi), strategi r dan K memainkan peranan yang berbeda dalam
suksesi ekologi yang meregenerasi ekosistem. Karena tingkat reproduksi
mereka yang lebih tinggi dan oportunisme ekologis, penjajah utama biasanya
adalah r-strategis dan mereka diikuti oleh suksesi flora dan fauna yang
semakin kompetitif. Kemampuan suatu lingkungan untuk meningkatkan
kandungan energi, melalui penangkapan energi matahari melalui fotosintesis,
meningkat dengan meningkatnya keanekaragaman hayati yang kompleks
karena r spesies berkembang biak untuk mencapai puncak yang mungkin
dengan strategi K. Akhirnya keseimbangan baru didekati (kadang-kadang
disebut sebagai komunitas klimaks), dimana strategi-r secara bertahap
digantikan oleh strategi-K yang lebih kompetitif dan lebih baik beradaptasi
dengan karakteristik lingkungan mikro yang ada di lanskap. Secara
tradisional, keanekaragaman hayati dianggap maksimal pada tahap ini,
dengan introduksi spesies baru yang mengakibatkan penggantian dan
kepunahan lokal spesies endemik. Namun, Hipotesis Gangguan Menengah
(intermediate Disturbance Hypothesis) menyatakan bahwa tingkat gangguan
menengah dalam suatu lanskap menciptakan bantalan (patches) pada tingkat
suksesi yang berbeda, mendorong koeksistensi kolonizers dan pesaing pada
skala regional.
- Spektrum kontinu (continuous spectrum). Meskipun beberapa organisme
diidentifikasi terutama sebagai strategi r atau K, mayoritas organisme tidak
mengikuti pola ini. Misalnya, pohon memiliki ciri berumur panjang dan daya
saing kuat yang mencirikan mereka sebagai K-strategis. Dalam reproduksi,
pohon biasanya menghasilkan ribuan turunan dan menyebarkannya secara
luas, ciri khas dari r-strategis. Demikian pula, reptil seperti kura-kura laut
menunjukkan sifat-r dan K: meskipun penyu adalah organisme yang besar
dengan rentang hidup yang panjang, mereka menghasilkan jumlah turunan
yang yang tidak dipelihara (unnurtured offspring).
- Overpopulasi. Overpopulasi terjadi ketika populasi spesies melebihi daya
dukung ceruk ekologisnya (ecological niche). Hal ini dapat diakibatkan oleh
meningkatnya kelahiran (tingkat kesuburan), penurunan angka kematian,
peningkatan imigrasi, atau bioma yang tidak berkelanjutan dan penipisan
sumber daya. Ketika terjadi kelebihan populasi, individu membatasi sumber
daya yang tersedia untuk bertahan hidup. Perubahan jumlah individu per
satuan luas di suatu lokasi merupakan variabel penting yang memiliki dampak
signifikan terhadap seluruh ekosistem. Di alam liar, kelebihan populasi sering
menyebabkan pertumbuhan populasi predator. Ini memiliki efek
mengendalikan populasi mangsa. Pasokan sumber daya yang melimpah
dapat menghasilkan ledakan populasi yang diikuti oleh jatuhnya populasi.
Hewan pengerat seperti lemming dan tikus memiliki siklus pertumbuhan
populasi yang cepat dan penurunan berikutnya. Introduksi spesies asing
sering menyebabkan gangguan ekologi, seperti ketika rusa dan ikan trout
diintroduksi ke Argentina dan ketika kelinci diintroduksi ke Australia, dan
ketika predator kucing diintroduksi untuk mengendalikan kelinci. Beberapa
spesies seperti belalang mengalami variasi siklus alami yang besar dan
menjadi wabah bagi petani.

26
- Overpopulasi manusia terjadi ketika jumlah manusia di lokasi geografis
tertentu melebihi daya dukung tempat yang ditempati. Overpopulasi lebih
lanjut dapat dilihat, dalam perspektif jangka panjang, seperti ketika populasi
tidak dapat dipertahankan mengingat penipisan sumber daya tak terbarukan
atau akibat degradasi kapasitas lingkungan untuk memberikan dukungan
kepada penduduk. Istilah kelebihan populasi manusia juga mengacu pada
hubungan antara seluruh populasi manusia dan lingkungannya. Overpopulasi
dapat diakibatkan oleh meningkatnya kelahiran, penurunan angka kematian
dengan latar belakang tingkat kesuburan yang tinggi, peningkatan imigrasi,
atau bioma yang tidak berkelanjutan dan penipisan sumber daya. Ada
kemungkinan daerah yang sangat jarang penduduknya kelebihan penduduk
jika daerah tersebut memiliki kemampuan yang rendah untuk menopang
kehidupan (misalnya gurun).
- Pendukung moderasi populasi (advocates of population moderation) mengutip
isu-isu seperti kualitas hidup, daya dukung, risiko kelaparan dan penyakit
sebagai dasar untuk menentang pertumbuhan populasi manusia yang tinggi.
Para ilmuwan berpendapat bahwa dampak manusia terhadap lingkungan
akibat dari kelebihan populasi, konsumsi boros dan proliferasi teknologi telah
mendorong planet ini ke zaman geologis baru yang dikenal sebagai
Antroposen. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dibagi dengan
total luas lahan atau volume air, sebagaimana mestinya. Kepadatan yang
rendah dapat menyebabkan kepunahan dan menyebabkan kesuburan
berkurang. Ini disebut efek Allee. Contoh penyebab penurunan fertilitas pada
kepadatan penduduk rendah adalah: meningkatnya masalah menemukan
pasangan seksual, peningkatan perkawinan sedarah.

Daya Dukung Lingkungan


- Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Penentuan daya
dukung lingkungan hidup dilakikan dengan cara mengetahui kapasitas
lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan
manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup.
Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan
karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan.
Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas
dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai. Daya dukung lingkungan
hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu: kapasitas penyediaan
(supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan hidup terbatas pada
kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan
kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air
dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam
tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan
air, penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan
berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu: Kemampuan lahan untuk alokasi
pemanfaatan ruang; Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.;
Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
27
- Konsep daya dukung lingkungan sudah mulai banyak diperbincangkan.
Mengingat semakin besarnya tekanan penduduk dan pembangunan terhadap
lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk dengan aktifitasnya menyebabkan
kebutuhan akan lahan bagi kegiatan sosial ekonominya (lahan terbangun)
makin bertambah dan sebaliknya lahan tidak terbangun makin berkurang.
Selain itu, pertambahan jumlah penduduk juga dibarengi dengan peningkatan
konsumsi sumber daya alam sejalan dengan meningkatnya tingkat sosial
ekonomi masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola
konsumsi masyarakat akan mempengaruhi daya dukung lingkungannya.
Pengertian daya dukung lingkungan (carrying capacity) dalam konteks
ekologis adalah jumlah populasi atau komunitas yang dapat didukung oleh
sumberdaya dan jasa yang tersedia dalam ekosistem tersebut. Faktor yang
mempengaruhi keterbatasan ekosistem untuk mendukung perikehidupan
adalah faktor jumlah sumberdaya yang tersedia, jumlah populasi dan pola
konsumsinya. Konsep daya dukung lingkungan dalam konteks ekologis
tersebut terkait erat dengan modal alam. Akan tetapi, dalam konteks
pembangunan yang berlanjut (sustainable development), suatu komunitas
tidak hanya memiliki modal alam, melainkan juga modal manusia, modal
sosial dan modal lingkungan buatan. Oleh karena itu, dalam konteks
berlanjutnya suatu kota, daya dukung lingkungan kota adalah jumlah populasi
atau komunitas yang dapat didukung oleh sumberdaya dan jasa yang tersedia
karena terdapat modal alam, manusia, sosial dan lingkungan buatan yang
dimilikinya. Pengertian daya dukung lingkungan menurut Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu
kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Daya dukung lingkungan adalah jumlah maksimum
manusia yang dapat didukung oleh bumi dengan sumberdaya alam yang
tersedia. Jumlah maksimum tersebut adalah jumlah yang tidak menyebabkan
kerusakan pada lingkungan dan kehidupan di buni dapat berlangsung secara
”sustainable”. Dalam perkembangannya kemudian, konsep daya dukung
lingkungan diaplikasikan sebagai suatu metode perhitungan untuk
menetapkan jumlah organisme hidup yang dapat didukung oleh suatu
ekosistem secara berlanjut, tanpa merusak keseimbangan di dalam ekosistem
tersebut. Penurunan kualitas dan kerusakan pada ekosistem kemudian
didefinisikan sebagai indikasi telah terlampauinya daya dukung lingkungan.
Batas daya dukung ekosistem tergantung pada tiga faktor yaitu: a. Jumlah
sumberdaya alam yang tersedia dalam ekosistem tersebut b. Jumlah / ukuran
populasi atau komunitas c. Jumlah sumberdaya alam yang dikonsumsi oleh
setiap individu dalam komunitas tersebut.
- Daya dukung paling sering disajikan dalam buku teks ekologi sebagai
konstanta K dalam persamaan pertumbuhan logistik populasi, diturunkan dan
dinamai oleh Pierre Verhulst pada tahun 1838, dan diterbitkan kembali oleh
Raymond Pearl dan Lowell Reed pada tahun 1920:
K
Nt = ------------------- (bentuk integral)
1 + e a– rt
dN
----- = rN (K-N/K) (bentuk diferensial)
28
dt
- di mana N adalah ukuran atau kepadatan populasi, r adalah tingkat kenaikan
alami intrinsik (yaitu, tingkat pertumbuhan per kapita maksimum tanpa adanya
persaingan), t adalah waktu, dan a adalah konstanta integrasi yang
menentukan posisi kurva relatif terhadap asal (a constant of integration
defining the position of the curve relative to the origin). Ekspresi dalam tanda
kurung dalam bentuk diferensial adalah potensi pertumbuhan yang tidak
terpakai yang bergantung pada kepadatan (the density-dependent unused
growth potential), yang mendekati 1 pada nilai N yang rendah, di mana
pertumbuhan logistik mendekati pertumbuhan eksponensial, dan sama
dengan 0 ketika N = K, di mana pertumbuhan populasi berhenti (ceases).
Artinya, potensi pertumbuhan yang tidak digunakan menurunkan nilai efektif r
(unused growth potential lowers the effective value of r) (yaitu, tingkat
kelahiran per kapita dikurangi tingkat kematian per kapita/ the per capita birth
rate minus the per capita death rate) hingga tingkat pertumbuhan per kapita
sama dengan nol (yaitu, kelahiran = kematian) di K. Hasilnya adalah kurva
pertumbuhan populasi sigmoid (Gambar 1).
- Meskipun digunakan dalam model ekologi, termasuk perikanan dasar dan
model hasil satwa liar (basic fisheries and wildlife yield models), persamaan
logistik sangat sederhana dan lebih heuristik daripada nilai praktis; sangat
sedikit populasi yang mengalami pertumbuhan logistik. Meskipun demikian,
model ekologi sering menyertakan K untuk menunjukkan batas atas pada
dugaan ukuran populasi (to impose an upper limit on the size of hypothetical
populations), sehingga meningkatkan stabilitas matematis (to impose an
upper limit on the size of hypothetical populations, thereby enhancing
mathematical stability).

Gambar 1. Definisi daya dukung yang paling sering digunakan dalam buku teks
ekologi dasar. (a) Model pertumbuhan logistik populasi, menunjukkan bagaimana
ukuran populasi (N) pada akhirnya turun pada daya dukung tetap (K) sepanjang
waktu (t). (eventually levels off at a fixed carrying capacity (K) through time (t). (b)
Laju pertumbuhan logistik (dN/dt) sebagai fungsi dari ukuran populasi. Perhatikan
bahwa tingkat pertumbuhan memuncak pada 0,5 K dan sama dengan nol pada K.

- Yang menarik secara historis adalah bahwa baik Verhulst maupun Pearl dan
Reed tidak menggunakan 'daya dukung' untuk menggambarkan apa yang

29
mereka sebut populasi maksimum, batas atas, atau asimtot dari kurva logistik
(the maximum population, upper limit, or asymptote of the logistic curve).
Pada kenyataannya, istilah 'daya dukung' pertama kali muncul dalam literatur
manajemen range (range management) pada akhir tahun 1890-an, cukup
independen dari perkembangan ekologi teoretis. Daya dukung tidak secara
eksplisit berkaitan dengan K dari model logistik sampai Eugene Odum
menerbitkan buku klasiknya Fundamentals of Ecology pada tahun 1953.
- Penggunaan kedua dalam ekologi dasar lebih luas daripada model logistik
dan hanya mendefinisikan daya dukung sebagai ukuran atau kepadatan
populasi yang seimbang (as the equilibrial population size or density) di mana
tingkat kelahiran sama dengan tingkat kematian karena proses yang secara
langsung bergantung pada kepadatan (directly density-dependent processes).
- Definisi ketiga dan defenisi yang lebih umum lagi adalah ukuran rata-rata
populasi jangka panjang yang stabil sepanjang waktu (a long-term average
population size that is stable through time). Dalam hal ini, tingkat kelahiran
dan kematian tidak selalu sama, dan mungkin ada imigrasi dan emigrasi (tidak
seperti persamaan logistik), namun meskipun populasi berfluktuasi, lintasan
populasi jangka panjang melalui waktu memiliki kemiringan nol (the long-term
population trajectory through time has a slope of zero).
- Penggunaan keempat adalah untuk mendefinisikan daya dukung dalam term
hukum minimum Justus Liebig bahwa ukuran populasi dibatasi oleh sumber
daya apa pun yang persediaan paling terbatas (shortest supply). Konsep ini
secara khusus sangat sulit untuk diterapkan pada populasi alami (natural
populations) karena penyederhanaan asumsi faktor pembatas independen
dan ukuran populasi yang berbanding lurus dengan faktor apa pun yang
paling membatasi (due to its simplifying assumptions of independent limiting
factors and population size being directly proportional to whatever factor is
most limiting). Selain itu, tidak seperti ketiga definisi lainnya, hukum minimum
tidak serta merta menyiratkan pengaturan populasi (the law of the minimum
does not necessarily imply population regulation). Perhatikan bahwa tidak satu
pun dari definisi ekologi dasar ini yang secara eksplisit mengakui fakta bahwa
ukuran populasi spesies apa pun dipengaruhi oleh interaksi dengan spesies
lain, termasuk predator, parasit, penyakit, pesaing, mutualis, dll. Mengingat
bahwa lingkungan biotik yang disediakan oleh semua spesies lain. dalam
ekosistem biasanya bervariasi (Given that the biotic environment afforded by
all other species in the ecosystem typically varies), seperti halnya lingkungan
abiotik, gagasan (the notion) daya dukung sebagai ukuran atau kepadatan
tetap populasi (as a fixed population size or density) sangat tidak realistis.
Selain itu, definisi daya dukung ini mengabaikan perubahan evolusioner pada
spesies yang juga dapat mempengaruhi ukuran populasi dalam lingkungan
tertentu.

- Carrying capacity is the maximum population that a given area can


sustain. The measures commonly used include the number of
individuals or the total biomass of a population, which are each highly
dependent on differences in physiology and age structure among
species and across large taxonomic groups. The use of the term
carrying capacity has changed over time, but most models suggest
30
that population growth is rapid when density is low and decreases as
populations increase toward some maximum. In addition, any
definition of this concept improves as we narrow the time and area for
the population that we are studying. Population descriptions,
therefore, are often depicted as densities, accounting for the number of
individuals per unit area. Population density usually varies over time
and from place to place. In practice, we generally use population size
or density to describe carrying capacity, which is determined either by
resource availability or by the influence of enemies (predators and/or
pathogens).
- Various definitions of carrying capacity arose in the twentieth century,
ranging from the suggestion that carrying capacity is that level below
which predators have no effect on a population to the population size
which can be maximally supported in a given region (previously
referred to as the “saturation level”). There also has been a distinction
made between “ecological carrying capacity,” which refers to the
limitation of a population due to resources, and a management-
oriented, maximum sustainable yield for a population, referred to as
an “economic carrying capacity,” which is usually lower
than ecological carrying capacity. These definitions clearly lead to
difficulty for wildlife managers who have been preoccupied with
attempting to determine whether populations are either too high or too
low. These debates continue, as exemplified by range management
decisions in Yellowstone National Park and issues regarding the
increasing frequency of re-introduction programs of top predators.
- Carrying capacity may best be expressed mathematically. One of the
simplest forms of population change over time can be represented as
the differential equation dN/dt = rN, where dN/dt represents the
instantaneous change in a population over a short time period, r is the
intrinsic growth rate of the population, and N is the size of the
population. This yields what is often referred to as a “J” curve, or
exponential growth (Fig. 2). In discrete time this relationship is
referred to as geometric growth.

Figure 2. Comparison of unregulated exponential growth (solid line) with


regulated logistic growth (dotted line).

31
- In 1838, Verhulst modified the exponential growth equation and
derived the logistic equation that depicted population growth rate as
being inversely related to population size. To slow population growth
he added an additional term yielding dN/dt = rN(1−N/K), where K is
the population carrying capacity. The term “1−N/K” slows growth rate
linearly toward zero as the population (N) approaches the carrying
capacity (K). This results in a sigmoidal S-shaped curve for an
increasing population over time (Fig. 2). If the population
exceeds K (N > K), then 1−N/K is negative, causing growth
rate dN/dt to be negative and the population to decline monotonically
toward K.
- An important attribute to bear in mind is that the logistic equation is
deterministic, meaning that if we use the equation to predict
population size at the end of a fixed amount of time we will derive the
same population each time we start the population over. This
assumption is usually violated in field conditions in which random
effects, such as accidental deaths, failure to find mates, or
fluctuations in environmental conditions, are common. Therefore, it
has been argued that we should not expect real populations to behave
according to the logistic equation.
- This simple equation has been challenged repeatedly by critics without
apparent damage. This resilience of a theory is rather rare in science,
which is a discipline that prides itself on being able to quickly dispel
hypotheses (or equations) given even a small amount of contradictory
data. However, the intuitive nature of the idea that populations are
regulated by factors such as food supply helps the logistic equation to
remain a staple in ecological texts and classrooms. The reason this
equation and carrying capacity (K) endure is that the equation's
shortcomings help us better understand the dynamics of real
populations, ensuring its utility for many years to come.

- Daya dukung adalah konsep kuantitatif yang mengasumsikan batas,


meskipun sulit diperkirakan, kemampuan ekosistem alam untuk mendukung
pertumbuhan populasi yang berkelanjutan dalam batas kelimpahan sumber
daya dan dalam toleransi degradasi lingkungan. Ukuran populasi yang daya
dukung sistem sumber daya dapat mendukung terutama tergantung pada
ukuran kebutuhan populasi itu. Besarnya kebutuhan tidak boleh melebihi
batas daya dukung untuk menjaga kelestariannya. Meskipun definisi daya
dukung telah diteruskan dari ilmu pengetahuan alam, orientasinya pada
kebutuhan penduduk mengubahnya menjadi sangat terkait dengan isu-isu
manajemen dan kebijakan. Faktor kunci untuk memanipulasi kebutuhan
adalah jumlah dan kepadatan penduduk, kemakmuran dan teknologi, tingkat
penipisan sumber daya terbarukan dan tak terbarukan, dan penumpukan
limbah berbahaya di lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman tentang konsep
daya dukung menjadi penting untuk merumuskan kebijakan yang
berkelanjutan.

32
- Sementara daya dukung relevan dengan kondisi sumber daya alam,
lingkungan, dan masyarakat yang ada dalam sistem, manusia dapat
memengaruhi daya dukung sistem secara signifikan melalui pemanenan
sumber daya yang mereka minati dan melalui pemeliharaan hubungan antara
masyarakat yang ada dalam sistem. Bagaimana sistem akan berlanjut sangat
tergantung pada bagaimana manusia memperlakukan sistem untuk turunan
dari kesejahteraannya sendiri.
- Penilaian komparatif daya dukung pada skala spasial dan temporal
menentukan pendekatan manusia terhadap sistem. Karena kebijakan
mengatur sikap manusia terhadap sistem tertentu, maka penilaian komparatif
terhadap daya dukung cenderung memberikan informasi tentang sifat
pengaruh kebijakan terhadap keberlanjutan sumber daya. Daya dukung
spesies biologis dalam suatu lingkungan adalah ukuran populasi maksimum
spesies yang dapat dipertahankan oleh lingkungan tanpa batas waktu,
mengingat makanan, habitat, air, dan kebutuhan lain yang tersedia di
lingkungan. Dalam biologi populasi, daya dukung didefinisikan sebagai beban
maksimal lingkungan, yang berbeda dengan konsep keseimbangan populasi.
Efeknya pada dinamika populasi dapat diperkirakan dalam model logistik,
meskipun penyederhanaan ini mengabaikan kemungkinan overshoot yang
mungkin ditunjukkan oleh sistem nyata.
- Daya dukung pada awalnya digunakan untuk menentukan jumlah hewan yang
dapat merumput di suatu segmen tanah tanpa merusaknya. Kemudian, ide itu
diperluas ke populasi yang lebih kompleks, seperti manusia. Untuk populasi
manusia, variabel yang lebih kompleks seperti sanitasi dan perawatan medis
kadang-kadang dianggap sebagai bagian dari pembangunan yang diperlukan.
Dengan meningkatnya kepadatan penduduk, tingkat kelahiran sering
meningkat dan tingkat kematian biasanya menurun. Perbedaan antara tingkat
kelahiran dan tingkat kematian adalah "peningkatan alami". Daya dukung
dapat mendukung peningkatan alami yang positif atau dapat membutuhkan
peningkatan alami yang negatif. Dengan demikian, daya dukung adalah
jumlah individu yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpa dampak
negatif yang signifikan terhadap organisme dan lingkungannya. Di bawah
daya dukung, populasi biasanya meningkat, sementara di atas, mereka
biasanya menurun. Faktor yang menjaga ukuran populasi pada
keseimbangan dikenal sebagai faktor pengatur. Ukuran populasi menurun di
atas daya dukung karena berbagai faktor tergantung pada spesies yang
bersangkutan, tetapi dapat mencakup ruang yang tidak mencukupi,
persediaan makanan, atau sinar matahari. Daya dukung lingkungan dapat
bervariasi untuk spesies yang berbeda dan dapat berubah dari waktu ke
waktu karena berbagai faktor termasuk: ketersediaan makanan, pasokan air,
kondisi lingkungan dan ruang hidup.

Faktor yang mengatur daya dukung


- Beberapa aspek dari sistem daya dukung mungkin melibatkan materi
(matters) seperti ketersediaan makanan, air, bahan mentah, atau sumber
daya serupa lainnya. Selain itu, ada faktor lain yang mengatur daya dukung
yang mungkin kurang naluriah atau kurang intuitif (less instinctive or less

33
intuitive in nature), seperti jumlah limbah yang terus meningkat dan
menumpuk, kerusakan komponen penting dari fungsi sistim yang komplek.
- Eradikasi (eradication of), misalnya, bagian besar atau kritis dari setiap sistem
yang kompleks dapat mengganggu proses dan dinamika yang penting dengan
cara mendorong kegagalan sistem atau keruntuhan yang tidak terduga
(Contoh dari faktor-faktor terakhir ini, "daya dukung" dari sistem yang
kompleks seperti pesawat terbang lebih dari masalah ketersediaan bahan, air,
atau tempat duduk, tetapi juga mencerminkan berat total yang dibawa dan
menganggap bahwa penumpangnya tidak merusak, menghancurkan, atau
menghilangkan bagian pintu, jendela, sayap, mesin, bahan bakar dan
sebagainya). Jadi, dalam skala global, makanan dan sumber daya serupa
dapat memengaruhi daya dukung planet sampai batas tertentu selama
penumpang Bumi manusia tidak membongkar, atau menghancurkan
kapasitas pendukung kehidupan biosfer yang penting untuk proses penting
pemeliharaan diri, pelestarian diri, dan perbaikan diri. Dengan demikian,
interpretasi daya dukung yang hanya fokus pada keterbatasan sumber daya
saja (seperti makanan) dapat mengabaikan faktor fungsional yang lebih luas.
Jika manusia tidak menambah atau menurunkan berat badan dalam jangka
panjang, perhitungannya cukup akurat. Jika jumlah makanan selalu sama
dengan jumlah "Y", daya dukung telah tercapai.
- Manusia, dengan kebutuhan untuk meningkatkan keberhasilan reproduksi
mereka, memahami bahwa persediaan makanan dapat bervariasi dan juga
bahwa faktor-faktor lain di lingkungan dapat mengubah kebutuhan manusia
akan makanan. Sebuah rumah, misalnya, mungkin berarti bahwa seseorang
tidak perlu makan banyak untuk tetap hangat. Seiring waktu, transaksi
moneter telah menggantikan barter dan produksi lokal, dan akibatnya
mengubah daya dukung manusia lokal. Namun, pembelian juga berdampak
pada wilayah yang jaraknya ribuan mil. Misalnya, karbon dioksida dari mobil
bergerak ke atmosfer atas. Hal ini menyebabkan Paul R. Ehrlich
mengembangkan persamaan I = PAT.
I = P ∙ A ∙ T
di mana:
I adalah dampak terhadap lingkungan yang dihasilkan dari konsumsi
P adalah jumlah penduduk
A adalah konsumsi per kapita (kemakmuran)
T adalah faktor teknologi
- Model penting terkait daya dukung (K), adalah logistik, kurva pertumbuhan.
Kurva pertumbuhan logistik menggambarkan versi yang lebih realistis tentang
bagaimana tingkat pertumbuhan penduduk, sumber daya yang tersedia, dan
daya dukung saling terkait. Seperti yang diilustrasikan dalam model kurva
pertumbuhan logistik, ketika ukuran populasi kecil dan ada banyak sumber
daya yang tersedia, populasi dari waktu ke waktu meningkat dan begitu pula
tingkat pertumbuhannya. Namun, karena ukuran populasi mendekati daya
dukung dan sumber daya menjadi terbatas, laju pertumbuhan menurun dan
populasi mulai mendatar pada K. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa
daya dukung tidak berubah. Namun perlu diingat bahwa daya dukung suatu
komunitas dapat bertambah atau berkurang dan ada berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Misalnya, peningkatan pertumbuhan penduduk dapat
34
menyebabkan eksploitasi berlebihan sumber daya alam yang diperlukan dan
karena itu menurunkan daya dukung lingkungan secara keseluruhan.
- Teknologi dapat berperan dalam dinamika daya dukung dan meskipun hal ini
terkadang positif, dalam kasus lain pengaruhnya dapat menjadi masalah.
Misalnya, telah dikemukakan bahwa di masa lalu revolusi Neolitik (Neolithic
revolution) meningkatkan daya dukung dunia relatif terhadap manusia
melalui penemuan pertanian. Demikian pula, dilihat dari segi pangan,
penggunaan bahan bakar fosil diduga secara artifisial meningkatkan daya
dukung dunia dengan memanfaatkan simpanan sinar matahari, padahal
produksi pangan itu tidak menjamin daya dukung iklim bumi. dan sistem
pendukung kehidupan biosfer untuk menahan kerusakan dan limbah yang
timbul dari bahan bakar fosil tersebut. Namun, interpretasi tersebut
menganggap fungsi yang berkelanjutan dan tidak terputus dari semua
komponen penting lainnya dari sistem global.
- Juga dikemukakan bahwa kemajuan teknologi lain yang telah meningkatkan
daya dukung dunia relatif terhadap manusia adalah: polder, pupuk,
pengomposan, rumah kaca, reklamasi lahan, dan budidaya ikan. Namun,
dalam cara yang merugikan, banyak teknologi memungkinkan entitas ekonomi
dan individu manusia untuk menimbulkan lebih banyak kerusakan dan
pemberantasan, jauh lebih cepat dan efisien dalam skala yang lebih luas
daripada sebelumnya. Contohnya termasuk senapan mesin, gergaji mesin,
penggerak tanah, dan kapasitas armada perikanan industri untuk menangkap
dan memanen spesies ikan yang ditargetkan lebih cepat daripada yang dapat
direproduksi oleh ikan itu sendiri adalah contoh dari hasil teknologi yang
bermasalah.
- Kemampuan pertanian di Bumi berkembang pada kuartal terakhir abad ke-20.
Namun sekarang ada banyak proyeksi kelanjutan dari penurunan kemampuan
pertanian dunia (dan karenanya daya dukung) yang dimulai pada 1990-an.
Yang paling mencolok, produksi pangan China diperkirakan menurun sebesar
37% pada paruh terakhir abad ke-21, menempatkan beban pada seluruh daya
dukung dunia, karena populasi China dapat berkembang menjadi sekitar 1,5
miliar pada tahun 2050. Penurunan kemampuan pertanian Cina (seperti di
wilayah dunia lainnya) sebagian besar disebabkan oleh krisis air dunia
terutama karena penambangan air tanah di luar hasil yang berkelanjutan,
yang terjadi di Cina sejak pertengahan abad ke-20. Lester Brown dari Earth
Policy Institute, mengatakan: "Dibutuhkan 1,5 Bumi untuk mempertahankan
tingkat konsumsi kita saat ini. Menurut lingkungan, dunia berada dalam mode
overshoot. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui
kapasitas lingkungan dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia
yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas
tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber
daya yang ada pada ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup
dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan
pemanfaatan ruang yang sesuai.
- Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu
kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah
35
(assimilative capacity). Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan
hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama
berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan
lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya
alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan
dan air, penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini
dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu: a) Kemampuan lahan untuk
alokasi pemanfaatan ruang. b) Perbandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan lahan. c) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
- Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas
lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus
mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus
atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang.
Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam
penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung
lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif,
penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan
ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam
pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah. Status daya dukung
lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan (SL) dan
kebutuhan lahan (DL).Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan
membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan.
- Bila SL>DL, daya dukung lahan dinyatakan surplus. Bila SL<DL, daya dukung
lahan dinyatakan defisit atau terlampaui. Di dalam Ketentuan Umum UU RI no
23 tahun 1997 Pasal 1 Ayat 6 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
disebutkan bahwa daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lain. Konsep tentang daya dukung sebenarnya berasal dari pengelolaan
hewan ternak dan satwa liar. Daya dukung itu menunjukkan kemampuan
lingkungan untuk mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam
jumlah ekor persatuan luas lahan.
- Konsep daya dukung lingkungan sudah mulai banyak diperbincangkan.
Mengingat semakin besarnya tekanan penduduk dan pembangunan terhadap
lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk dengan aktifitasnya menyebabkan
kebutuhan akan lahan bagi kegiatan sosial ekonominya (lahan terbangun)
makin bertambah dan sebaliknya lahan tidak terbangun makin berkurang.
Selain itu, pertambahan jumlah penduduk juga dibarengi dengan peningkatan
konsumsi sumber daya alam sejalan dengan meningkatnya tingkat sosial
ekonomi masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola
konsumsi masyarakat akan memengaruhi daya dukung lingkungannya.
- Pengertian daya dukung lingkungan (carrying capacity) dalam konteks
ekologis adalah jumlah populasi atau komunitas yang dapat didukung oleh
sumberdaya dan jasa yang tersedia dalam ekosistem tersebut. Faktor yang
memengaruhi keterbatasan ekosistem untuk mendukung perikehidupan
adalah faktor jumlah sumberdaya yang tersedia, jumlah populasi dan pola
konsumsinya. Konsep daya dukung lingkungan dalam konteks ekologis
tersebut terkait erat dengan modal alam. Akan tetapi, dalam konteks
36
pembangunan yang berlanjut (sustainable development), suatu komunitas
tidak hanya memiliki modal alam, melainkan juga modal manusia, modal
sosial dan modal lingkungan buatan. Oleh karena itu, dalam konteks
berlanjutnya suatu kota, daya dukung lingkungan kota adalah jumlah populasi
atau komunitas yang dapat didukung oleh sumberdaya dan jasa yang tersedia
karena terdapat modal alam, manusia, sosial dan lingkungan buatan yang
dimilikinya.
- Pengertian daya dukung lingkungan menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu kemampuan
lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Daya dukung lingkungan adalah jumlah maksimum manusia yang
dapat didukung oleh bumi dengan sumberdaya alam yang tersedia. Jumlah
maksimum tersebut adalah jumlah yang tidak menyebabkan kerusakan pada
lingkungan dan kehidupan di bumi dapat berlangsung secara ”sustainable”.
Dalam perkembangannya kemudian, konsep daya dukung lingkungan
diaplikasikan sebagai suatu metode perhitungan untuk menetapkan jumlah
organisme hidup yang dapat didukung oleh suatu ekosistem secara berlanjut,
tanpa merusak keseimbangan di dalam ekosistem tersebut. Penurunan
kualitas dan kerusakan pada ekosistem kemudian didefinisikan sebagai
indikasi telah terlampauinya daya dukung lingkungan.
- Carrying capacity, suatu ekosistem adalah jumlah populasi yang dapat
didukung oleh ketersediaan sumberdaya dan jasa pada ekosistem tersebut.
Batas daya dukung ekosistem tergantung pada tiga faktor yaitu: a. Jumlah
sumberdaya alam yang tersedia dalam ekosistem tersebut. b. Jumlah/ukuran
populasi atau komunitas. c. Jumlah sumberdaya alam yang dikonsumsi oleh
setiap individu dalam komunitas tersebut. Pengertian modal alam adalah
meliputi: 1. Sumberdaya alam yaitu semua yang diambil dari alam dan
digunakan dengan atau tanpa melalui proses produksi yang meliputi air,
tanaman, hewan, dan material alam seperti bahan bakar fosil, logam dan
mineral. Penggunaan sumberdaya alam ini akan menghasilkan produk akhir
dan limbah. 2. Jasa ekosistem yaitu proses alami yang dibutuhkan bagi
kehidupan, seperti sumberdaya perikanan, lahan untuk budidaya, kemampuan
asimilasi air dan udara dan sebagainya. 3. Estetika dan keindahan alam
yang memiliki kontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup dan adalah
potensi ekonomi untuk pengembangan pariwisata dan rekreasi. Modal alam
tersebut memiliki kemampuan untuk menghasilkan sumberdaya yang
dibutuhkan untuk menyerap limbah yang dihasilkan (biocapacity).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka sumber daya alam memilik
kemampuan untuk mengasimilasi limbah. Kemampuan mengasimilasi limbah
disebut bioasimilasi yang didefinisikan sebagai kemampuan dari lingkungan
alam untuk mengabsorbsi berbagai material termasuk limbah antropogenik
dalam konsentrasi tertentu tanpa mengalami degradasi.
- Lingkungan mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi limbah disebut
sebagai daya tampung lingkungan. Daya tampung lingkungan berdasarkan
Undang-undang 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lainnya yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Padahal
sebenarnya daya tampung lingkungan sudah dapat tercakup dalam
37
pengertian daya dukung ingkungan karena ”mendukung perikehidupan” dapat
diartikan sebagai mendukung ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan
sekaligus mengasimilasi limbah dari konsumsi sumberdaya tersebut. Dari
pengertian tersebut, daya dukung lingkungan adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, dapat terdegradasi atau punah apabila tidak dilestarikan dan
sebaliknya dapat ditingkatkan kemampuannya.
- Agar dapat memahami agihan dan kemelimpahan suatu spesies, perlu
diketahui banyak hal, misalnya sejarah spesies itu, sumberdaya yang
diperlukan, laju kelahiran dan kematian, migrasi individu di dalam spesies itu,
interaksi intra dan inter spesifik dan pengaruh kondisi lingkungan. Suatu
kondisi didefenisikan sebagai suatu faktor lingkungan abiotik yang berbeda
dalam ruang dan waktu dan terhadap kondisi ini makluk hidup memberi
tanggapan dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya suhu, lengas, nisbi, pH,
salinitas dan lain-lain. Suatu kondisi dapat berubah akibat hadirnya makluk
lain. Misalnya, pH tanah dapat berubah akibat hadirnya suatu tumbuhan.
Namun, tidak seperti sumberdaya, kondisi tidak dapat dipergunakan atau
dihabiskan oleh makluk atau dibuat sedemikian sehingga tidak lagi atau
kurang dapat dipergunakan oleh makluk lain. Idealnya, untuk suatu spesies
tertentu dapat ditakripkan suatu kadar atau aras kondisi optimum yang
diperlukan oleh spesies tersebut agar dapat hidup dengan baik. Kondisi
optimal adalah kondisi yang diperlukan individu spesies tersebut untuk dapat
hidup paling baik misalnya menghasilkan keturunan paling banyak. Menurut
Tilman (1982 dalam Begon dkk. 1986), semua benda yang diperlukan makluk
hidup adalah sumberdaya untuk makluk tersebut.
- Daya dukung lingkungan (carrying capasity) adalah batas teratas dari
pertumbuhan suatu populasi, dimana di atas jumlah tersebut populasi tidak
dapat lagi didukung oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada. Ada
makluk hidup yang mempunyai strategi hidup memperhatikan daya dukung
lingkungannya. Makluk tersebut akan menekan populasinya apabila
jumlahnya sudah mendekati batas daya dukung. Namun, ada pula makluk
hidup yang tidak perduli dengan batas daya dukung dan akan berkembang
biak menurut nalurinya. Pengertian daya dukung yang dikenal dalam ilmu
pengetahuan margasatwa adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh
suatu habitat. Pegertian daya dukung yang dikenal dalam pengelolaan
padang penggembalaan adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh
habitat tersebut dalam keadaan sehat dan kuat.

38
Gambar 2.5. Batas daya dukung berhubungan dengan jumlah populasi individu
yang dapat didukung oleh suatu sumberdaya dan lingkungan.

- Batas daya dukung yang berhubungan dengan populasi manusia adalah


jumlah individu yang dapat didukung oleh suatu satuan luas sumberdaya dan
lingkungan yang dapat memberikan sumberdaya dan lingkungan dalam
keadaan sejahtera. Dalam hal ini daya dukung mempunyai dua komponen
yaitu besarnya populasi manusia dan luas sumberdaya dan lingkungan yang
dapat memberikan kesejahteraan pada populasi manusia. Menurut Young
(1976) daya dukung lahan (tanah) adalah jumlah penduduk yang dapat
ditunjang persatuan daerah pada tingkat teknologi dan tingkat kehidupan
tertentu. Daya dukung lahan (A) dapat diukur dari kebutuhan lahan per
perkapita (orang) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
C x (L + F)
A = ---------------------------- ha/kapita
L x 100/P
Dimana, C = luas lahan yang ditanami per per kapita pada tahun tertentu.
L = lama waktu lahan tersebut ditanami dalam siklus penanaman. F =
lama waktu lahan tersebut tidak ditanami. P = persentase tanah yang
ditanam terhadap jumlah tanah seluruhnya.
- Hewan dan tumbuhan cenderung tumbuh, bereproduksi dan mati sampai
berkurang oleh pengaruh lingkungan. Faktor pertama yang menghentikan
pertumbuhan dan penyebaran organisma disebut faktor pembatas. Tidak
mudah untuk menentukan faktor pembatas dan kadang-kadang dua faktor
atau lebih faktor berpadu menjadi faktor pembatas.
- Kontrol biologi (biological control) adalah metode untuk mengontrol populasi
suatu organisma dengan menggunakan interaksi antara mangsa dengan
predatornya (prey-predator), parasitisma atau hubungan kompetisi di antara
organisma. Misalnya menggunakan ular untuk mengurangi jumlah populasi
tikus sebab ular merupakan predator tikus. Keuntungan dari kontrol biologi
adalah tidak memengaruhi kesehatan manusia, hama (pest) tidak menjadi
resisten dan tidak memengaruhi organisma lain sebab pedator umumnya
memakanan mangsa yang spesifik, tidak menyebabkan polusi dan biayanya
relatif murah. Kekurangan dari kontrol biologi adalah ketika sepesies baru
diperkenalkan (diintroduce) pada suatu ekosistem, kemungkinan dapat
mempengaruhi keseimbangan ekosistem, kontrol biologi membutuhkan lebih
banyak waktu untuk bekerja dibanding menggunakan pestisida dan kontrol
biologi dapat menyebabkan masalah dalam hubungan antara predator dan
mangsa jika predator kurang spesifik.

Jejak ekologi (Ecological footprint)


- Salah satu cara untuk memperkirakan permintaan manusia dibandingkan
dengan daya dukung ekosistem adalah akuntansi "jejak ekologis". Daripada
berspekulasi tentang kemungkinan dan keterbatasan masa depan yang
dikenakan oleh kendala daya dukung, akuntansi Jejak Ekologis memberikan
penilaian empiris, non-spekulatif dari masa lalu. Ini membandingkan tingkat
regenerasi historis (historic regeneration rates), biokapasitas, terhadap
permintaan manusia historis (historical human demand), jejak ekologis, pada
39
tahun yang sama. Salah satu hasil menunjukkan bahwa jejak permintaan
(demand footprint) manusia pada tahun 1999 melebihi bio-kapasitas planet ini
sebesar >20%. Namun, pengukuran ini tidak memperhitungkan penipisan
bahan bakar fosil yang sebenarnya, "yang akan menghasilkan Jejak karbon
ratusan kali lebih tinggi daripada perhitungan saat ini."
- Ada juga kekhawatiran tentang kemampuan negara-negara di seluruh dunia
untuk mengurangi dan mempertahankan jejak ekologisnya. Kemungkinan
jawaban atas pertanyaan di mana kita sebagai masing-masing negara
berusaha mencapai keberlanjutan dan metode pembangunan untuk
mengurangi jejak ekologis. Amerika Serikat memiliki jejak ekologis per kapita
terbesar bersama dengan Norwegia, Swedia, dan Austria, dibandingkan
dengan Kuba, Bangladesh, dan Korea.
- Daya dukung suatu lingkungan adalah ukuran populasi maksimum suatu
spesies biologis yang dapat dipertahankan dalam lingkungan tertentu,
mengingat makanan, habitat, air, dan sumber daya lain yang tersedia. Dalam
ekologi populasi, daya dukung didefinisikan sebagai beban maksimal
lingkungan, yang berbeda dengan konsep keseimbangan populasi, yang
mungkin jauh di bawah daya dukung lingkungan. Pengaruh daya dukung
terhadap dinamika penduduk dapat dimodelkan dengan fungsi logistik. Alasan
spesifik mengapa populasi berhenti tumbuh dikenal sebagai faktor pembatas
atau pengatur.

- Perbedaan antara tingkat kelahiran dan tingkat kematian adalah “peningkatan


alami”. Jika populasi organisme tertentu di bawah daya dukung lingkungan
tertentu, lingkungan ini dapat mendukung peningkatan alami yang positif; jika
ia menemukan dirinya di atas ambang batas itu, populasi biasanya berkurang.
Dengan demikian, daya dukung adalah jumlah maksimum individu suatu
spesies yang dapat didukung oleh suatu lingkungan. Ukuran populasi
menurun di atas daya dukung karena berbagai faktor tergantung pada spesies
yang bersangkutan, tetapi dapat mencakup ruang yang tidak mencukupi,
persediaan makanan, atau sinar matahari. Daya dukung lingkungan dapat
bervariasi untuk spesies yang berbeda.

Pertumbuhan populasi Manusia


40
- Beberapa perkiraan daya dukung bumi bagi manusia telah dibuat dengan
berbagai macam jumlah penduduk. Laporan PBB tahun 2001 mengatakan
bahwa dua pertiga dari perkiraan pada kisaran 4 hingga 16 miliar dengan
kesalahan standar yang tidak ditentukan, dengan median sekitar 10 miliar.
Penerapan konsep daya dukung populasi manusia yang berada dalam kondisi
non-ekuilibrium telah dikritik karena tidak berhasil memodelkan proses antara
manusia dan lingkungan. Populasi optimum adalah suatu konsep dimana
populasi manusia mampu menjaga keseimbangan jumlah populasi maksimum
dengan standar hidup yang optimal bagi semua orang. Pertumbuhan yang
berlebihan dapat mengurangi output per pekerja, menekan tingkat kehidupan
massa dan menimbulkan perselisihan. Konsep ukuran populasi yang optimal,
atau ideal, menyangkut teori dan kebijakan. Secara teoritis, untuk setiap
keadaan seni tertentu dan setiap persediaan sumber daya alam yang
tersedia, bersama dengan persediaan instrumen modal dan organisasi sosial
tertentu, ada ukuran populasi tertentu yang dapat mengoperasikan sumber
daya ini untuk keuntungan dan produksi terbaik. Pendapatan per kapita
terbesar dari barang-barang konsumen yang mungkin dalam kondisi tertentu.
Mengenai populasi manusia, target akhir untuk populasi optimal mencakup
keberlanjutan ekologis, hasil ekonomi dan tujuan filosofis atau etis dalam diri
mereka sendiri. Beberapa komentator tidak setuju dengan konsep “populasi
optimal”, percaya bahwa populasi manusia akan selalu, dalam jangka
panjang, mampu beradaptasi dengan kebutuhan populasi yang lebih besar.
Setiap konsep tentang tingkat populasi optimum harus berada di antara
populasi minimum spesies manusia yang layak dan tingkat populasi
maksimum yang dapat ditopang oleh daya dukung planet Bumi.

Overpopulasi
- Overpopulasi terjadi ketika populasi spesies melebihi daya dukung ceruk
ekologisnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh peningkatan kelahiran (tingkat
kesuburan), penurunan angka kematian, peningkatan imigrasi, atau bioma
yang tidak berkelanjutan dan penipisan sumber daya. Ketika kelebihan
populasi terjadi, individu membatasi sumber daya yang tersedia untuk
bertahan hidup. Perubahan jumlah individu per satuan luas di suatu lokasi
tertentu merupakan variabel penting yang memiliki dampak signifikan
terhadap keseluruhan ekosistem. Dalam environmentalisme, konsep
overshoot adalah keyakinan bahwa populasi manusia, atau pola konsumsi
sumber dayanya, telah atau di masa depan dapat meningkat di atas
penggunaan sumber daya yang berkelanjutan. "overshoot" adalah proporsi
populasi atau jejak lingkungan (environmental footprint) yang harus
dihilangkan agar komunitas manusia di Bumi dapat berkelanjutan. Penurunan
populasi akibat dari overshoot disebut 'runtuh' (‘collapse’). Lintasan yang
dilalui oleh populasi seperti itu sering disebut 'overshoot-and-collapse'.
Overshoot dapat terjadi karena efek lag (lag effects). Tingkat reproduksi
mungkin tetap tinggi dibanding dengan tingkat kematian. Seluruh ekosistem
mungkin sangat terpengaruh (severely affected) dan terkadang berkurang
menjadi keadaan yang kurang kompleks karena overshoot yang
berkepanjangan. Pemberantasan penyakit dapat memicu overshoot ketika
populasi tiba-tiba melebihi daya dukung lahan. Contohnya terjadi di Tanduk
41
Afrika ketika cacar dihilangkan. Sebuah wilayah yang telah mendukung sekitar
1 juta penggembala selama berabad-abad tiba-tiba diharapkan untuk
mendukung 14 juta orang. Hasilnya adalah penggembalaan yang berlebihan,
yang menyebabkan erosi tanah.
- Di alam liar, kelebihan populasi sering menyebabkan pertumbuhan populasi
predator. Ini memiliki efek mengendalikan populasi mangsa dan memastikan
evolusinya mendukung karakteristik genetik yang membuatnya kurang rentan
terhadap predasi (dan predator dapat berevolusi bersama, sebagai
tanggapan). Dengan tidak adanya pemangsa, spesies terikat oleh sumber
daya yang dapat mereka temukan di lingkungan mereka, tetapi ini tidak serta
merta mengendalikan kelebihan populasi, setidaknya dalam jangka pendek.
Pasokan sumber daya yang melimpah dapat menghasilkan ledakan populasi
yang diikuti oleh jatuhnya populasi. Hewan pengerat seperti lemming dan tikus
memiliki siklus pertumbuhan populasi yang cepat dan penurunan berikutnya.
Populasi Snowshoe hares juga mengalami siklus yang sama secara dramatis,
seperti yang dilakukan oleh salah satu predator mereka, lynx. Introduksi
spesies asing sering menyebabkan gangguan ekologi, seperti ketika rusa dan
ikan trout diintoduksi ke Argentina ketika kelinci diintroduksi ke Australia, dan
memang ketika predator seperti kucing diperkenalkan pada gilirannya untuk
mencoba mengendalikan kelinci. Beberapa spesies seperti belalang
mengalami variasi siklus alami yang besar, yang dialami oleh petani sebagai
wabah.
- Overpopulasi manusia terjadi ketika jumlah manusia di lokasi geografis
tertentu melebihi daya dukung tempat yang ditempati oleh kelompok itu.
Overpopulasi lebih lanjut dapat dilihat, dalam perspektif jangka panjang,
seperti ketika populasi tidak dapat dipertahankan mengingat menipisnya
sumber daya tak terbarukan atau degradasi kapasitas lingkungan untuk
memberikan dukungan pada penduduk. Istilah kelebihan populasi manusia
juga mengacu pada hubungan antara seluruh populasi manusia dan
lingkungannya. Overpopulasi dapat diakibatkan oleh peningkatan kelahiran,
penurunan angka kematian dengan latar belakang tingkat kesuburan yang
tinggi, peningkatan imigrasi, atau bioma yang tidak berkelanjutan dan
penipisan sumber daya. Ada kemungkinan daerah yang sangat jarang
penduduknya kelebihan penduduk jika daerah tersebut memiliki kemampuan
yang rendah untuk menopang kehidupan (misalnya gurun). Pendukung
moderasi populasi mengutip isu-isu seperti kualitas hidup, daya dukung dan
risiko kelaparan dan penyakit sebagai dasar untuk menentang pertumbuhan
populasi manusia yang tinggi dan penurunan populasi. Para ilmuwan
berpendapat bahwa dampak manusia terhadap lingkungan akibat dari
kelebihan populasi, konsumsi boros dan proliferasi teknologi telah mendorong
planet ini ke zaman geologis baru yang dikenal sebagai Antroposen. Dalam
environmentalisme, konsep overshoot adalah keyakinan bahwa populasi
manusia, atau pola konsumsi sumber dayanya, telah atau di masa depan
dapat meningkat di atas penggunaan sumber daya yang berkelanjutan.
Dennis Meadows dan Donella Meadows mempresentasikan model masa
depan populasi manusia berbasis komputer dalam bukunya The Limits to
Growth tahun 1972. Studi ini memperkirakan Bumi akan mencapai daya
dukung sepuluh hingga empat belas miliar orang setelah sekitar dua ratus
42
tahun, setelah itu populasi manusia akan runtuh. Simulasi ini memodelkan
populasi manusia setelah overshoot dan collapse yang terlihat pada sel ragi
dalam cawan petri. Iini sangat kontroversial dan umumnya dianggap omong
kosong. William R. Catton, Jr., seorang sosiolog, menulis tentang hubungan
antara komunitas manusia dan lingkungannya, serta keyakinannya bahwa ada
terlalu banyak orang dan lebih banyak yang perlu mati, dalam bukunya tahun
1980 Overshoot: The Ecological Basis of Revolutionary Change. Dia menulis
bahwa umat manusia akan melampaui daya dukung Bumi, karena kelebihan
penduduk dan konsumsi berlebihan. Jaringan Jejak Global dimaksudkan
untuk dapat mengukur seberapa besar tuntutan ekonomi manusia terhadap
apa yang dapat diperbarui oleh Bumi. Optimum Population Trust (Population
Matters) telah mencantumkan apa yang mereka yakini sebagai overshoot
(kelebihan populasi) dari sejumlah negara, berdasarkan hal di atas. Populasi
manusia tumbuh pada tingkat logistik dan akibatnya telah memengaruhi
populasi spesies lain. Polusi kimia, penggundulan hutan, dan populasi adalah
masalah yang sangat besar. Irigasi adalah contoh cara manusia dapat
mempengaruhi ekologi populasi spesies lain. Akibat populasi manusia
meningkat, efeknya pada populasi spesies lain juga dapat meningkat.
Perkembangan ekologi populasi berutang banyak pada demografi dan tabel
kehidupan aktuaria. Ekologi populasi penting dalam biologi konservasi,
terutama dalam pengembangan analisis viabilitas populasi (Population
Viability Analysis/PVA) yang memungkinkan untuk memprediksi kemungkinan
jangka panjang suatu spesies bertahan di patch habitat tertentu. Meskipun
ekologi populasi adalah subbidang biologi, ia memberikan masalah yang
menarik bagi matematikawan dan ahli statistik yang bekerja dalam dinamika
populasi. Pertumbuhan populasi adalah bertambahnya jumlah individu dalam
suatu populasi. Pertumbuhan populasi manusia global mencapai sekitar 83
juta per tahun atau 1,1% per tahun. Populasi global telah tumbuh dari 1 miliar
pada 1800 menjadi 7,8 miliar pada 2020. Diperkirakan akan terus bertambah,
dan perkiraan telah menempatkan total populasi 8,6 miliar pada pertengahan
2030, 9,8 miliar pada pertengahan 2050 dan 11,2 miliar pada tahun 2100.
Banyak negara dengan pertumbuhan penduduk yang cepat memiliki standar
hidup yang rendah, sedangkan banyak negara dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang rendah memiliki standar hidup yang tinggi. Perkiraan populasi
manusia dunia dari 1800 hingga 2100, dengan perkiraan kisaran populasi
masa depan setelah 2020 berdasarkan skenario "tinggi" dan "rendah". Data
dari proyeksi PBB tahun 2019. Populasi dunia terus meningkat sejak akhir
Black Death, sekitar tahun 1350. Populasi mulai berkembang pesat di dunia
Barat selama revolusi industri. Peningkatan paling signifikan populasi dunia
terjadi sejak 1950-an, terutama karena kemajuan medis dan peningkatan
produktivitas pertanian. Karena dampak dramatisnya pada kemampuan
manusia untuk meningkatkan makanan (grow food), proses Haber berperan
sebagai "detonator ledakan populasi", memungkinkan populasi global
meningkat dari 1,6 miliar pada tahun 1900 menjadi 7,7 miliar pada November
2019. Beberapa alasan untuk "Kebangkitan Populasi Modern" secara khusus
diselidiki oleh ilmuwan kesehatan Inggris Thomas McKeown (1912-1988).
Dalam publikasinya, McKeown menantang empat teori tentang pertumbuhan
penduduk: McKeown menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk Barat,
43
khususnya melonjak pada abad ke-19, tidak begitu banyak disebabkan oleh
peningkatan kesuburan, tetapi sebagian besar oleh penurunan kematian
terutama kematian anak diikuti oleh kematian bayi, Penurunan angka
kematian sebagian besar dapat dikaitkan dengan peningkatan standar hidup,
di mana McKeown paling menekankan pada peningkatan status gizi,
Gagasannya yang paling kontroversial, setidaknya gagasannya yang paling
diperdebatkan, adalah bahwa ia mempertanyakan efektivitas tindakan
kesehatan masyarakat, termasuk reformasi sanitasi, vaksinasi, dan karantina,
Perselisihan sengit yang dipicu oleh publikasinya seputar "tesis McKeown",
telah menutupi argumennya yang lebih penting dan sebagian besar tak
tertandingi bahwa tindakan pengobatan kuratif memainkan peran kecil dalam
penurunan angka kematian, tidak hanya sebelum pertengahan abad ke-20
tetapi juga sampai hingga abad ke-20. Meskipun tesis McKeown telah banyak
diperdebatkan, studi terbaru telah mengkonfirmasi nilai dari ide-idenya.
- "Tingkat pertumbuhan penduduk" adalah tingkat di mana jumlah individu
dalam suatu populasi meningkat dalam jangka waktu tertentu, dinyatakan
sebagai sebagian kecil dari populasi awal. Secara khusus, laju pertumbuhan
penduduk mengacu pada perubahan populasi selama periode waktu satuan,
sering dinyatakan sebagai persentase dari jumlah individu dalam populasi
pada awal periode tersebut. Laju pertumbuhan positif menunjukkan bahwa
jumlah penduduk bertambah, sedangkan laju pertumbuhan negatif
menunjukkan bahwa jumlah penduduk berkurang. Rasio pertumbuhan nol
menunjukkan bahwa ada jumlah individu yang sama pada awal dan akhir
periode — tingkat pertumbuhan mungkin nol bahkan ketika ada perubahan
signifikan dalam tingkat kelahiran, tingkat kematian, tingkat imigrasi, dan
distribusi usia antara dua wakt. Ukuran terkait adalah tingkat reproduksi
bersih. Dengan tidak adanya migrasi, tingkat reproduksi bersih lebih dari 1
menunjukkan bahwa populasi wanita meningkat, sedangkan tingkat
reproduksi bersih kurang dari satu (fertilitas sub-penggantian) menunjukkan
bahwa populasi wanita females menurun. Sebagian besar populasi tidak
tumbuh secara eksponensial, melainkan mengikuti model logistik. Setelah
populasi mencapai daya dukungnya, ia akan stabil dan kurva eksponensial
akan mendatar menuju daya dukungnya, yang biasanya terjadi ketika suatu
populasi telah menghabiskan sebagian besar sumber daya alamnya.

Pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian dan beri contoh pola pertumbuhan populasi berbentuk J
dan kurva pertumbuhan populasi berbentuk S.
2. Pada umumnya, penyebaran individu memperlihatkan tiga pola yaitu acak,
merata dan mengelompok. Beri penjelasan mengenai hal ini.
3. Jelaskan pengertian istilah-istilah berikut dan berikan contohnya: a. populasi. b.
populasi lokal. c. ras ekologi. d. ekoklin.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dinamika populasi dan faktor-faktor apa yang
mempengaruhi dinamika populasi tersebut.
5. Jelaskan, mengapa populasi lokal merupakan unit dasar dalam proses evolusi?
6. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada ukuran
atau besarnya populasi.
7. Penyebaran secara berkelompok merupakan penyebaran yang paling umum terjadi di
alam terutama untuk hewan, jelaskan mengapa?

44
8. Bagaimana bunyi hukum minimum Liebig? Jelaskan dengan singkat berlakunya hukum
itu memerlukan persyaratan-persyaratan apa-apa saja?
9. Jelaskan pengertian istilah-istilah berikut: a. densitas. b. fertilitas. c. fekunditas.
10. Jelaskan bunyi hukum toleransi Shelford. Ada beberapa prinsip tambahan pada hukum
toleransi tersebut. Jelaskan.
11. Ada dua metode yang umum digunakan untuk menyampel populasi yaitu
menggunakan metode kuadrat atau menggunakan metoda tangkap lepas. Jelaskan
kedua metode tersebut dan berikan contohnya.
12. Dalam memperkirakan densitas, dua situasi harus dipertimbangkan yaitu populasi
tertutup dan populasi terbuka. Jelaskan pengertian kedua hal tersebut.
13. Jelaskan pengertian istilah-istilah berikut: ekologi gen, ekologi fisiologi perbandingan,
fekunditas, longevity.
14. Apa pengertian tumbuhan semelparous (monocarpic) dan tumbuhan iteroparous
(polycarpic).
15. Empat aspek struktur populasi tumbuhan yaitu: performansi, struktur spatial, struktur
umur dan struktur genetik. Jelaskan mengenai hal tersebut secara ringkas.
16. Berdasarkan bentuk plot aritmetik ada dua pola utama kurva pertumbuhan populasi
yaitu pola pertumbuhan berbentuk J dan pola pertumbuhan berbentuk S atau sikmoid.
Jelaskan perbedaan kedua pola pertumbuhan populasi tersebut.
17. Pola penyebaran atau distribusi individu dalam populasi bisa bermacam-macam. Pada
umumnya memperlihatkan tiga pola yaitu acak, merata dan mengelompok. Jelaskan
ketiga pola penyebaran tersebut.
18. Semua komponen biotik komunitas berinteraksi satu sama lain dengan berbagai cara.
Interaksi tersebut dapat berupa: netralisme, persaingan, predator, parasit, proto-
koperasi, kompetisi, antibiosis, komensalisme, mutualisme. Jelaskan mengenai hal
tersebut.
19. Jelaskan apa yang dimaksud dengan daya dukung lingkungan dan apa yang
menentukan batas daya dukung lingkungan tersebut.
20. Jelaskan Prinsip Allee dan kaitannya dengan populasi.
21. Heterogenitas struktur gen anggota populasi merupakan cara untuk mempertahankan
hidup (keluluhan hidup) terhadap seleksi alam. Jelaskan apa maksudnya.
22. Jelaskan mengapa pola distribusi tumbuhan cenderung untuk mengelompok.
23. Tiga kondisi dormansi yang sudah dikenal yaitu: innate dormansi, induce dormansi dan
enforce dormansi. Jelaskan mengenai hal tersebut.
24. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan struktur umur populasi pada tumbuhan dan
jelaskan bagaimana caranya menggambarkan struktur umur pada populasi tumbuhan
tersebut.
25. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keystone species dan beri contoh.
26. Berdasarkan bentuk plot aritmetik ada dua pola utama kurva pertumbuhan populasi
yaitu pola pertumbuhan berbentuk J dan pola pertumbuhan berbentuk S atau sikmoid.
Jelaskan perbedaan kedua pola pertumbuhan populasi tersebut.
27. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ecological footprint dan jelaskan hubungannya
dengan daya dukung lingkungan.
28. Jelaskan mengapa penyebaran secara acak jarang terdapat di alam
29. Jelaskan apa itu alelopati
30. Jelaskan mengenai Prinsip Allee
31. Jelaskan apa itu filogeni.
32. Jelaskan Metode Mark and recapture. Berikan contohnya
33. Apa yang dimaksud dengan populasi lokal dan jelaskan bagaimanan terbentuknya
populasi lokal
34. Apa yang dimaksud dengan ras ekologi dan berikan contohnya
35. What is an ecological footprint simple definition? The simplest way to define ecological footprint
would be to call it the impact of human activities measured in terms of the area of biologically
45
productive land and water required to produce the goods consumed and to assimilate the
wastes generated.
36. What is ecological footprint and why is it important? This is what the Ecological Footprint
does: It measures the biologically productive area needed to provide for everything that people
demand from nature: fruits and vegetables, meat, fish, wood, cotton and other fibres, as well as
absorption of carbon dioxide from fossil fuel burning and space for buildings and roads.
37. Why is it called ecological footprint? Originally, Wackernagel and Rees called the concept
"appropriated carrying capacity". To make the idea more accessible, Rees came up with the
term "ecological footprint", inspired by a computer technician who praised his new computer's
"small footprint on the desk".
38. What's your ecological footprint? Your ecological footprint refers to how much of planet earth's
limited resources that can be attributed to your lifestyle. With ClimateHero ecological footprint
calculator you can test and check how large your eco footprint is, when it comes to climate
impact, i.e. how much carbon emissions (CO2) you generate.
39. What is ecological footprint and how we can reduce it? In short, an ecological footprint is the
impact of a person or community on the environment, expressed as the amount of land required
to sustain their use of natural resources. It compares demand and supply: the smaller the ratio,
the better, meaning that fewer natural resources would be enough for a person.
40. How does ecological footprint impact the earth? If everyone observed his or her ecological
footprint, there will be less environmental problems today. Problems like carbon emissions, lack
of fresh air, increased desertification, global warming and increased environmental pollution
would be reduced.
41. What factors affect your ecological footprint? They indicated that the EF is affected by the
following three factors: resource intensity in the production of goods and services, consumption
of goods and services per person, and population size.
42. What is an ecological footprint and how is it measured? The resources consumed by each
individual are subtracted from the resources generated by the planet over a year. The
ecological footprint is measured in global hectares. On average, a European would need 4.5
hectares, while a North American would need 6.6 hectares and an African.

Daftar Pustaka
- Weinbauer, M.G.; Höfle, M.G. (1 October 1998). "Distribution and Life Strategies of
Two Bacterial Populations in a Eutrophic Lake". Appl. Environ. Microbiol. 64 (10):
3776–3783. Bibcode:1998ApEnM..64.3776W. doi:10.1128/AEM.64.10.3776-
3783.1998. PMC 106546. PMID 9758799.
- Shukla et al. (1985)

46

Anda mungkin juga menyukai