Anda di halaman 1dari 45

YAYA HASANAH

MATERI AJAR
 Laju intrinsik dari peningkatan alami
 Pola pertumbuhan populasi dan konsep daya dukung
 Fluktuasi populasi dan ayunan (osilasi) siklik
 Pengaturan populasi dan konsep-konsep pengendalian
populasi
 Penyebaran populasi
 Pola populasi : pola penyebaran intern (disperse)
 Struktur populasi : berkelompok (aggregation) dan
Asas Allee
 Struktur populasi : isolasi dan teritorialisasi
 Tipe interaksi antara dua spesies
Laju intrinsik dari peningkatan alami
 Merupakan kapasitas suatu populasi
untuk meningkat, yang besarnya
ditentukan oleh berbagai aspek yang
menyangkut sejarah kehidupan
organisme yaitu natalitas, mortalitas
dan waktu perkembangan.
 Karakteristik untuk struktur umur populasi
tertentu merupakan indeks tunggal untuk
kekuatan pertumbuhan populasi yang dinyatakan
dengan :
 dN/dt = r.N
r = dN/N.dt
 Parameter r dapat dianggap sebagai koefisien
pertumbuhan populasi pada suatu saat, bentuk
integrasi eksponensial secara otomatis diikuti oleh
manipulasi kalkulus:
 Nt = No.e
 Laju kematian spesifik pada suatu saat:
r =b–d
b = birth d = dead
 Laju pertumbuhan populasi secara
keseluruhan pada keadaan lingkungan
tidak terbatas (r) tergantung pada
1. Komposisi umur
2. Laju pertumbuhan spesifik yang
berkaitan dengan reproduksi komponen
kelompok umur
 Apabila distribusi umur dalam keadaan
tetap dan tidak berubah laju pertumbuhan
spesifik disebut laju intrinsikdari kenaikan
alamiah atau r-max
 Harga r-max sering disebut potensial
biotik (biotic potensial) atau potensial
reproduksi (reproductive potensial)

 Selisih antara r-max (potensial biotik)


dengan laju kenaikan yang terjadi di
laboratorium atau di alam sering
disebut environmental resistance
(hambatan lingkungan)

 Populasi alam dapat memperlihatkan


pertumbuhan eksponensial jika
keadaan lingkungan tidak
berpengaruh
PERTUMBUHAN POPULASI
 Pertumbuhan populasi berarti perubahan ukuran populasi
pada periode waktu tertentu. Populasi adalah unit biologis
yang menunjukkan perubahan dalam ukurannya.
 Ada 2 pola bentuk pertumbuhan populasi, yaitu:
1. bentuk J
2. bentuk S (sigmoid)

1 2
POLA PERTUMBUHAN POPULASI
 Pada bentuk J, kerapatan
bertambah dengan cepat
secara eksponensial atau
bunga berganda dan
kemudian berhenti secara
mendadak karena
hambatan lingkungan atau
pembatasan-pembatas lain
secara kurang lebih
mendadak menjadi lebih
efektif.
POLA PERTUMBUHAN POPULASI
 Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan
yang terbatas disebut kurva bentuk S
(sigmoid).
 Pada bentuk sigmoid, populasi bertambah
perlahan-lahan mula-mula (fase
pembentukan), lebih cepat tetapi hal ini
kemudian lambat secara berangsur-angsur
karena hambatan lingkungan meningkat
sampai tingkat kurang lebih seimbang atau
terpelihara.
 Pada kurva ini dikenal laju pertumbuhan pada :
 Fase tersendat (lag phase),
 Fase menanjak naik (accelerating growth
phase),
 Fase pertumbuhan melambat (decelerating
growth phase)
 Periode keseimbangan (equilibrium
period).
POLA PERTUMBUHAN POPULASI
 Kurva Sigmoid (S) berbeda dengan
kurva geometrik (bentuk J) dalam dua
hal yaitu :
 Kurva S memiliki asimptot atas (kurva
tidak melebihi titik maksimal tertentu)
 Kurva ini mendekati asimptot secara
perlahan, tidak secara mendadak atau
tajam. Laju pertumbuhan dapat
dikurangi dengan penambahan individu
baru dalam populasi, yang
mengakibatkan pertambahan menjadi
berkurang.
POTENSI BIOTIK
 Secara teoritik, pada keadaan lingkungan yang ideal dimana tidak
ada faktor lingkungan fisik atau biotik yang membatasi laju
pertumbuhan intrinsik yang maksimum maka populasi tumbuh
secara eksponensial.
 Kemampuan populasi tumbuh membentuk kurva eksponensial
disebut dengan potensi biotik.
 Potensi biotik menunjukkan laju pertumbuhan teoritis yang tidak
sesuai dengan kenyataan di alam.
 Pada kenyataannya, potensi biotik selalu dikendalikan oleh faktor
lingkungan yang saling berinteraksi sehingga membatasi
pertumbuhan.
 Faktor lingkungan yang membatasi pertumbuhan populasi dengan
cara menurunkan laju kelahiran atau menaikkan laju kematian atau
keduanya disebut dengan resistensi lingkungan.
 Batas resistensi lingkungan terhadap kemampuan potensi
biotik suatu populasi diberi lambang K (daya dukung
lingkungan).
 Dengan menukarkan nilai K pada persamaan laju
pertumbuhan populasi maka persamaan akan
berkembang dan memberikan kurva pertumbuhan
model logistik sederhana.
 Selanjutnya nilai K disebut dengan carriying capacity
(daya dukung lingkungan)  jumlah kepadatan populasi
yang dapat didukung oleh faktor lingkungan terbatas
akibat adanya resistensi lingkungan.
KAPASITAS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

 Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah


kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
peri kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.
 Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai
tingkat maksimal hasil sumber daya terhadap
beban maksimum yang dapat didukung dengan
tak terbatas tanpa semakin merusak
produktivitas wilayah tersebut sebagai bagian
integritas fungsional ekosistems yang relevan
Hubungan antara potensi biotik,
pertumbuhan logistik dan resistensi
lingkungan.
• Penambahan jumlah individu ke dalam populasi
secara tiba-tiba melebihi daya dukung
menyebabkan kurva bentuk J pada kurva
potensi biotik menjadi terputus secara tiba-tiba
(overshoot).
• Jika kemampuan daya dukung hanya dibatasi
oleh persediaan makanan.
• Pada kenyataannya populasi organisme
berosilasi disekitar daya dukung (K).
PERTUMBUHAN POPULASI
 Sedangkan pada keadaan lingkungan yang
terbatas, dimana populasi dibatasi oleh daya
dukung lingkungan, sehingga ukuran populasi
mempengaruhi laju pertumbuhan, dan laju
pertumbuhan membentuk kurva sigmoid (S).
 Semakin besar ukuran populasi (makin
mendekati daya dukung) maka laju
pertambahan populasinya semakin kecil
walaupun laju pertambahan intirinsiknya
tetap. Jadi laju pertumbuhan populasi pada
linkungan yang terbatas dipengaruhi oleh
ukuran populasi.
FLUKTUASI POPULASI DAN AYUNAN (OSILASI) SIKLIK
 Apabila populasi telah menyelesaikan
pertumbuhannya, N, rata-rata sama
dengan nol, kepadatan populasi
cenderung berfluktuasi di atas dan di
bawah tingkat atas asimptotik atau
daya dukung.
 Fluktuasi ini merupakan hasil dari
perubahan dalam lingkungan fisik
atau interaksi dalam populasi atau
keduanya atau antar populasi, karena
itu fluktuasi dapat terjadi meskipun
keadaan lingkungan tetap misalnya
dalam laboratorium.
FLUKTUASI POPULASI DAN AYUNAN (OSILASI) SIKLIK
 Di alam perlu dibedakan :
 Perubahan ukuran populasi musiman yang sebagian
besar dipengaruhi oleh adaptasi sejarah kehidupan
bersama- sama dengan perubahan faktor lingkungan.

 Fluktuasi tahunan (annual) ; ada 2 macam :


1. Fluktuasi yang dipengaruhi oleh perbedaan faktor
fisik lingkungan yang terjadi secara tahunan atau
faktor ekstrinsik (yaitu faktor diluar intrinsik dalam
populasi).
 Fluktuasi yang dipengaruhi oleh perbedaan faktor
fisik lingkungan cenderung tidak teratur dan jelas
berkaitan dengan variasi dari faktor fisik yang
membatasi misalnya temperatur, curah hujan, dan
sebagainya.
2. Fluktuasi yang terutama dipengaruhi oleh
dinamika populasi atau intrinsik (yaitu
faktor dalam populasi).

 Populasi jenis ini sering memperlihatkan


keteraturan sehingga istilah “siklus / daur”
adalah memadai.

 Fluktuasi tahunan akan hebat pada ekosistem


yang relatif sederhana dimana komunitas
hanya terdiri dari beberapa populasi misalnya
populasi kutub, hutan buatan, dan sebagainya.

 Dapat dikatakan makin tua dan terorganisir


komunitas makin rendahlah fluktuasi
populasi.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
FLUKTUASI

 Fluktuasi kepadatan populasi dapat disebabkan oleh


variasi faktor fisik luar (faktor ekstrinsik) misalnya
variasi iklim.
 Fluktuasi juga dapat disebabkan karena faktor intrinsik
(faktor dalam populasi) misalnya predasi, penyakit,
dsb.
 Kadang – kadang sulit untuk menentukan penyebab
fluktuasi, karena populasi dapat mengubah dan
mengadakan kompensasi terhadap faktor fisik.
 Prinsip dasar  makin terorganisir dan matang suatu
komunitas serta makin stabil lingkungan akan makin
rendah amplitudo fluktuasi kepadatan populasi.
PENGATURAN POPULASI DAN KONSEP-KONSEP
PENGENDALIAN POPULASI
 Pengaturan populasi dan konsep-konsep
pengendalian populasi bergantung dan tidak
bergantung kepada kepadatan populasi.
 Pada ekosistem dengan keanekaragaman rendah dan
sedang mengalami tekanan fisik cenderung
bergantung pada komponen fisik misalnya cuaca,
arus, pencemaran, dsb.
PENGATURAN POPULASI DAN KONSEP-
KONSEP PENGENDALIAN POPULASI
 Sedangkan pada ekosistem
dengan keberagaman tinggi atau
tidak mengalami tekanan fisik
maka populasinya cenderung
dikendalikan secara biologik.

 Pada semua ekosistem terdapat


kecendrungan yang kuat dimana
populasi akan berkembang
menurut seleksi alam dan menuju
pengendalian diri
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi
 Density-dependent, tergantung kepada jumlah individu di dalam
populasi.
 Merupakan faktor ekologi yang pengaruh atau efeknya terhadap
populasi merupakan fungsi dari kepadatan/ densitas populasi.
 Pengaruh density dependent seperti pengatur mesin karena
merupakan alat utama untuk mencegah over population dan
bertanggung jawab atas pencapaian kedaaan seimbang (steady
state).
 Density-independent,tidak tergantung kepada jumlah individu di
dalam populasi, karena faktor : cuaca dan iklim (kekeringan, badai,
banjir, angin ribut, penurunan temperatur yang drastis, faktor cahaya,
dsb), kerusakan geologis (gempa, tsunami, letusan gunung berapi,
dll).
DENSITY DEPENDENT
 Merupakan contoh faktor density dependent ialah
faktor-faktor biotik, misalnya kompetisi,
parasitisme, patogen, natalitas, mortalitas, dan
sebagainya.

 Kadang – kadang keadaan populasi yang mantap


dapat dikacaukan oleh perubahan cuaca misalnya
penurunan temperatur yang drastis yang dapat
mengakibatkan menurunnya parasit serangga dan
akibatnya populasi serangga akan naik dengan
cepat dan terbentuk kurva bentuk J.

 Apabila terjadi keadaan yang demikian akan dapat


mengakibatkan gundulnya pohon – pohon
eucalyptus sehingga serangga akan kekurangan
makanan dan populasi serangga akan menurun
kembali secara drastis.

 Penurunan populasi pemangsa dapat juga


disebabkan karena naiknya populasi pemangsa
akibatnya banyak serangga.
PENYEBARAN POPULASI
 Penyebaran populasi ialah pindahnya individu atau
keturunan (biji, spora, larva) keluar dari daerah
populasi atau dari populasi.
 Tiga pola penyebaran populasi yaitu :
 Emigrasi.
 Suatu pergerakan individu ke luar dari tempat
atau daerah populasinya ke tempat lainnya dan
individu tersebut tinggal secara permanen di
tempat beru tersebut.
 Imigrasi.
 Suatu pergerakan individu populasi ke dalam
suatu daerah populasi dan individu tersebut
meninggalkan daerah populasinya selanjutnya
tinggal di tempat baru.
 Migrasi.
 Pergerakan dua arah, ke luar dan masuk populasi
atau populasi pergi dan datang secara periodik
selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan
maka individu-individu suatu populasi akan
berpindah tempat, sedangkan kalau suadah
menguntungkan kembali ke tempat asal.
 Penyebaran organisme-organisme kecil dan tunas
anakan yang pasif pada umumnya berbentuk
eksponensial: kepadatannya menurun dengan jumlah
yang sama untuk kelipatan yang sam dari jarak dari
sumbernya.
 Penyebaran binatang-binatang besar dan aktif dapat
berbentuk penyebaran set-distance : penyebaran yang
terbagi secara normal atau bentuk-bentuk lainnya.
PENGARUH PENYEBARAN POPULASI
 Pengaruh penyebaran pada populasi akan
mengakibatkan :

◦ Pengaruh kecil, apabila individu yang masuk atau


keluar populasi sedikit atau populasinya besar.

◦ Pengaruh besar, apabila penyebaran yang terjadi


secara massal (sangat besar jumlahnya) dan
terjadi dalam waktu yang pendek.
PENYEBARAN POPULASI
 Penyebaran populasi dipengaruhi
oleh :
 Barier, misalnya : sungai, gunung,
lembah, dan sebagainya
 Vigalitas atau kemampuan gerak
organisme umumnya organisme
dengan vigalitas tinggi akan
memudahkan penyebaran, misalnya:
burung, serangga.
 Penyebaran merupakan sarana dimana
daerah baru atau lahan yang kosong yang
semula tidak dihuni akan menjadi dihuni
sehingga terbentuk suatu keseimbangan
baru, disamping itu penyebaran juga
penting untuk gene flow dan
pembentukan species baru.
PENYEBARAN POPULASI
 Pengaruh penyebaran terhadap populasi tergantung
kepada :
◦ Status bentuk pertubuhan populasi, apakah populasi
berada dekat/ jauh dari carrying capacity (daya dukung),
sedang tumbuh atau sedang menurun.
◦ Kecepatan penyebaran dan ini di pengaruhi oleh barier
dan vigalitas organisme.
 Apabila populasi dalam keadaan seimbang dengan
faktor lingkungannya, maka migrasi atau emigrasi
yang moderat hanya berpengaruh kecil terhadap
populasi, akan tetapi apabila populasi berada diatas
atau dibawah daya dukung penyebaran akan
bepengaruh lebih nyata misalnya emigrasi akan
mempercepat pertumbuhan populasi atau sebaliknya
emigrasi akan mempercepat pemusnahan.
PENYEBARAN POPULASI
 Migrasi sering melibatkan perpindahan massal
populasi (burung, belalang). Ini sering dilakukan oleh
golongan vertebrata dan insecta.
 Migrasi musiman dan anual (siang dan malam )
penting untuk :
 Menempati daerah yang kosong
 Memungkinkan organisme mempertahankan kepadatan
optimum dan aktifitas yang tinggi.
 Populasi yang tidak dapat melakukan migrasi serius
harus mengalami penurunan kepadatan populasi atau
mengaddakan domansi ( istirahat) pada keadaan yang
kurang menguntungkan.
STRUKTUR POPULASI
• Pola penyebaran intern (dispersi)
• Penyebaran organisme / individu dalam populasi
(penyebaran intern) terjadi menurut tiga pola :
• Random/acak
▫ Penyebaran secara acak relatif jarang di alam, terjadi
dimana lingkungan sangat seragam dan cenderung
berkumpul (Postlethulait,1992).
• Seragam
▫ Dapat terjadi dimana persaingan di antara individu sangat
keras dimana terdapat antagonisme positif yang
mendorong pembagian ruang yang sama.
• Bergerombol (tidak teratur dan tidak secara acak)
▫ Hampir merupakan aturan jika yang diperhatikan adlah
individu-individu. Bergerombol dalam populasi sendiri ada
yang menggerombol secara acak, menggerombol seragam
dan bergerombol berkumpul (Odum,1993).
PENYEBARAN POPULASI
 Penyebaran secara acak jarang terjadi di alam dan dapat
terjadi apabila lingkungan sangat seragam dan tidak ada
kecendrungan untuk berkelompok.

 Penyebaran seragam (uniform) terjadi apabila kompetisi


antar individu sangat hebat atau ada organisme positif
yang mendrong pembagian ruang yang sama.

 Berkelompok dengan bermacam derajat merupakan pola


yang paling umum ddalam populasidan hampir
merupakan aturan apabila dipandang dari sudut individu.
Akan tetapi harap diperhatikan bahwa penyebaran
berkelompok mendekati acak.
PENYEBARAN POPULASI
 Penyebaran secara berkelompok terutama disebabkan
oleh respon dari organisme terhadap perbedaan
habitat secara lokal, respon dari organisme terhadap
perubahan cuaca musiman, akibat dari cara atau
proses produksi/regenerasi, sifat-sifat organisme
dengan organ vegetatifnya yang menunjang untuk
terbentuknya kelompok atau koloni.

 Kecenderungan organisme untuk berkelompok


misalnya waktu berbiak, membentuk koloni (semut,
rayap). Contoh populasi acak adalah kutu beras, remis
dalam lumpur. Hal ini terjadi karena lingkungan
sangat homogen.
 Menurut Hutchinson, faktor penyebab perbedaan pola
sebaran sebagian anggota populasi adalah:
 Faktor vektorial yang timbul dari gaya-gaya eksternal,
seperti arah angin, arah aliran air, dan intensitas
cahaya.
 Faktor reproduktif yaitu faktor yang berkaitan dengan
cara berkembang biak, misalnya tumbuhan yang berbiji
seperti kemiri sangat lambat menyebar jauh dari pohon
induknya.
 Faktor sosial sebagai sifat yang dimiliki oleh spesies
tertentu, misalnya perilaku territorial.
 Faktor koaktif yang timbul karena persaingan intra
jenis.
 Faktor stokastik karena adanya keragaman acak dalam
salah satu faktor di atas.
PENGUMPULAN (AGGREGATION) DAN
ASAS ALLEE

 Pengelompokkan merupakan hasil atau akibat dari


pengumpulan individu-individu :
 Dalam menanggapi perubahan-perubahan cuaca harian
dan musiman.
 Menanggapi habitat setempat
 Sebagai akibat dari proses reproduktif.
 Sebagai akibat dari daya tarik sosial

 Derajat pengumpulan yang akan dijumpai di dalam


populasi jenis tertentu jenis tertentu tergantung pada sifat
khas dari habitat (apakah seragam atau secara
terputus/diskontinus, cuaca, tipe pola reproduktif khas dari
jenis, dan derajat dari sosialitasnya.
PENGUMPULAN (AGGREGATION) DAN
ASAS ALLEE

 Derajat pengumpulan dan demikian juga kepadatan


keseluruhan yang mengakibatkan pertumbuhan dan
jumlah yang hidup yang optimum dari populasi
berubah-ubah dengan jenis dan keadaan; karenanya
“undercrowding” (atau tiadanya pengumpulan) dan
juga “overcrowding”, dapat membatasi dan itulah
yang disebut asas Allee.
ISOLASI DAN TERRITORIALITAS
 Isolasi (penguncilan) biasanya akibat dari
 Persaingan antar individu terhadap sumber-sumber
yang persediannya sedikit
 Antagonisme secara langsung
 Individu-individu, atau kelompok-kelompok
vertebrata dan invertebrata yang lebih tinggi biasanya
membatasi kegiatan mereka terhadap atau pada
daerah tertentu disebut homerange (daerah
pengembaraan).
 Apabila daerah itu dipertahankan secara aktif maka
disebut teritorial.
ISOLASI DAN TERRITORIALITAS
 Isolasi cara demikian mengurangi persaingan,
menghemat atau menyimpan energi selama periode-
periode yang gawat dan menghindari kelebihan
penduduk atau pemborosan persedian makanan dalam
kasus binatang, hara, air atau sinar dalam kasus
tumbuhan.
 Dalam perkataan lain, territorialitas cenderung untuk
mengatur pada taraf dibawah tingkat kejenuhan.
 Dalam arti ini maka territorialitas merupakan fenomena
(peristiwa) ekologi umum tidak terbatas pada salah
satu kelompok taksonomis misalnya burung.
TIPE INTERAKSI ANTARA DUA
SPESIES
 Setiap organisme hidup tergantung pada organisme lain
dan terjadi hubungan timbal balik antara satu organisme
dengan organisme lain.
 Secara ringkas dapat di kemukakan bahwa interaksi dapat
berdampak positif (+), tidak berpengaruh (0) atau
berdampak negatif (-) bagi spesies atau salah satu spesies
yang berinteraksi.
 Interaksi positif atau kooperatif yang terjadi atas:
 Mutualisme atau simbiosis; kedua spesies yang berinteraksi
memperoleh keuntungan dari interaksi,
 Komensalisme (+, 0); salah satu spesies memperoleh keuntungan
 Interaksi tanpa dampak (independent) simbiosis (0, 0)
TIPE INTERAKSI ANTARA DUA SPESIES
 Interaksi negatif.
 Amensalisme/antibiosis (- 0); salah satu
spesies memproduksi dan mengeluarkan
sejenis bahan yang merugikan spesies
kedua. Misalnya allelopathy (merugikan
yang lain) dipakai untuk penghambatan
secara kimia oleh tanaman. Pengaruh
negatif tersebut cenderung berkurang
pada populasi yang telah berinteraksi
dalam jangka lama dan dan pada
ekosistem yang mantap dengan demikian
species yang satu tidak memusnahkan
spesies yang lain.
 Predasi (pemasangan) (- +); suatu spesies
memakan spesies yang lainnya sehingga
yang satu memperoleh keuntungan
sedangkan lainnya dirugikan.
Interaksi negatif.
 Parasitisme dalam kategori
ini misalnya ayam dengan
burung elang dan lain-lain.

 Kompetisi (persaingan) (- -);


kedua spesies yang
berinteraksi menderita
(dirugikan) misalnya
persaingan habitat dan
makanan seperti pada
tanaman padi dan gulma,
sapi, kerbau dan kambing
dengan padang rumput.
Interaksi positif
 Komensalisme merupakan tipe sederhan dari interaksi
positif dan mungkin langkah awal menuju ke
hubungan saling menguntungkan.
 Contoh : Epifit, anemon pada karang. Kepiting dan
coelenterata sering saling mengadakan hubungan kerja
sama saling menguntungkan misalnya colenterata hidup
di punggung kepiting, dalam hubungan ini Coelenterata
tidak saling bergantung.
Interaksi positif
 Mutualisme (simbiosis obligat)  kerja sama saling
menguntungkan dan keduanya saling bergantung,
 Contoh : Simbiosis jenis ini biasanya antara ototrof
dengan heterotrof, (jamur dan algae), bakteri pengikat
N dengan leguminoceae, rayap dengan flagellata dan
binatang memamah biak dengan bakteri dalam rumen.
INTERAKSI POSITIF

 Simbiosis obligat antara mikroorganisme pencerna


selulosa dan hewan, penting untuk rantai makanan
detrritus.
 Pada simbiosis rayap dengan flagellata (ordo
hypermastigina), rayap akan mati tanpa kerja sama
dengan flagellata, karna rayap tidak bisa mencerna
selulosa sehingga akhirnya akan kelaparan.
 Koordinasi antara rayap dengan flagellata sangat
baik, misalnya flagellata sangat tanggap pada hormon
ganti kulit (pengaruh hormon), flagellata akan
membentuk cyste, sehingga akan menjamin transmisi
dan reinfeksi setelah ganti kulit.
 Simbiosis antara jamur dengan semut attine. Semut attine
akan merawat jamur dengan memupuk, menanam dan
merawat jamur.
 Pada peristiwa ini, rayap mengadakan endosimbiotik dengan
flagellata, sedangkan semut mengadakan eksosimbiotik
dengan jamur.
 Fungsi jamur disini adalah menguraikan selulosa yang tidak
dapat dicerna oleh semutsedangkan kotoran semut
mengandung enzim proteolitik yang tidak dipunyai oleh
jamur untuk membantu metabolisme protein.
 Secara garis besar dapt disimpulkan bahwwa ada berbagai macam
bentuk interaksi antara satu spesies dengan spesies yang lainnya
diantaranya adalah :
 Netralisme adalah kedua populasi tidak saling menguntungkan
 Kompetisi tipe gangguan langsung adalah hambatan langsung
terhadap kedua populasi
 Kompetisi tipe penggunaan sumber daya adalah hambatan tan
langsung apabila sumber daya menurun.
 Amensalisme adalah populasi I terhambat sedangkan populasi II
tak terhambat.
 Parasitisme adalah populasi I parasit umumnya lebih kecil populasi
II (hospes)
 Predasi adalah populasi I predator, umumnya lebih besar (hospes)
tidak terganggu
 Komensalisme adalah populasi I komensal untung, populasi II
(hospes) tidak terganggu
 Protokooperasi adalah interaksi menguntungkan keduanya tetapi
tidak saling tergantung \
 Mutualisme adalah kedua populasi saling untung dan keduanya
saling bergantung, kerjasama merupakan kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai