Anda di halaman 1dari 18

INSTRUMENTASI KELAUTAN

ALAT/INSTRUMEN KELAUTAN

NAMA

: NIRWAN

NIM

: 1610716510002

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
BANJARBARU
2016

PENDAHULUAN
Instrumentasi Kelautan adalah prinsip, teknik dan metode kalibrasi berbagai
instrumen yang digunakan dalam survei penelitian dan kegiatan kelautan. Instrumentasi
Kelautan merupakan bidang keilmuan berhubungan dengan alat-alat dan piranti (device)
yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan
lebih kompleks dalam dunia kelautan. Instrumentasi Kelautan sebagai alat pengukuran
meliputi instrumentasi Oseanografi, Navigasi, Akustik, Optik dan Satelit.
A. INSTRUMENTASI OSEANOGRAFI
1. Winch

Winch adalah sebuah piranti atau alat yang banyak di gunakan untuk menarik
beban dengan posisi horizontal.. Winch merupakan mesin bantu yang digunakan
untuk menarik tali kerut atau tali kolor penggerakyang digunakan berupa tenaga
hidrolik. Tenaga ini paling umum digunakan dan memiliki daya serta bentuk yang
besar.
Penempatan winch di kapal ada yang di bagian belakang, di bagian depan,
adapula ditempatkan di kedua sisi samping kamar kemudi. Pada umumnya
dipasang pada kapal-kapal ikan pada skala industri. Trawl winch pada stern trawl
terpelihara dari pengaruh angin dan gelombang, dengan demikian dalam cuaca
buruk sekalipun operasi masih dapat dilakukan dengan mudah. Merk - merk
winch pun mulai bertebaran di pasaran indonesia di antaranya Winch Warn, salah
satu merk yang saat ini menjadi ikon tersendiri di kalangan offroader indonesia.
Seiring berjalannya waktu winch merk lainpun sudah bisa menjadi second choise
sebagai pengganti warn.

2. CTD (Conductivity, Temperature and Depth)

CTD (Conductivity Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan


untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan
densitas.. Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem
pengolahan, dan unit luaran.
Unit masukan data terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel, kabel
koneksi dll. Sensor berfungsi untuk mengukur parameter karakteristik fisik air laut
yang terdiri dari sensor tekanan, temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel
berfungsi sebagai wadah sampel air sedangkan rosset berfungsi untuk mengatur
penutupan botol. Kabel koneksi berfungsi sebagai penompang, dan juga berfungsi
sebagai pengantar sinyal. Telekomando akan memberikan sinyal kepada rosset
untuk menutup botol secara berurutan, setelah mengambil sampel air laut. Unit
pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer
yang dilengkapi perangkat lunak.
Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil
pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap
kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol
fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas,
konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD
dapat terekam.
Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal
elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor
temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut
(konduktivitas).
Pada Prinsipnya teknik pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan
sinyal dan mendapatkan sinyal dari sensor yang mendeteksi suatu besaran,
kemudian mendapatkan data dari metode multiplexer dan pengkodean (decode),
kemudian memecah data dengan metode enkoder untuk di transfer ke serial data
stream dengan dikirimkan ke control unit via cabel. CTD diturunkan ke kolom
perairan dengan menggunakan winch disertai seperangkat kabel elektrik secara
perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali ke permukaan.
CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan
sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Pengukuran
tekanan pada CTD menggunakan strain gauge pressure monitor atau quartz
crystal.

Tekanan akan dicatat dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi


kedalaman dalam meter. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD
menggunakan thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Sel
induktif yang terdapat dalam CTD digunakan sebagai sensor salinitas. Pengukuran
data tercatat dalam bentuk data digital. Data tersebut tersimpan dalam CTD dan
ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari perairan atau transfer data dapat
dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara (interface) dari CTD ke
komputer tersambung.
3. Tide Gauge

Tide Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur muka air laut.
Sebagian besar tide gauge adalah alat pengukur berupa pelampung diletakkan
pada titik yang terletak di pelabuhan, teluk, atau laguna. Dengan demikian
pengukuran dari tide gauge tidak mewakili kondisi di sepanjang pantai terbuka
tapi mewakili daerah yang dipasangi tide gauge . Tide Gauge yang digunakan
oleh indonesia bukan tipe pelampung tapi menempel di pelabuhan.
Perpindahan dasar laut akibat gempa yang memiliki kekuatan besar dapat
menghasilkan tsunami yang menyebar di lautan. Persebaran dari tsunami ini dapat
dicatat oleh tide-gauge yang berada di sekitar zona gempa penghasil tsunami. Tide
Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur muka air laut. Sebagian besar
tide gauge adalah alat pengukur berupa pelampung diletakkan pada titik yang
terletak di pelabuhan, teluk, atau laguna. Dengan demikian pengukuran dari tide
gauge tidak mewakili kondisi di sepanjang pantai terbu (Merrifield et. al, 2005).
Tide Gauge yang digunakan oleh indonesia bukan tipe pelampung tapi menempel
di pelabuhan.

4. Pressure Gauge

Pressure Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan fluida (gas
atau liquid) dalam tabung tertutup. Pada sistem refrigerasi, prinsip pressure gauge
yang sering digunakan biasanya bertipe manometer dan bourdon tube
5. Buoy

Buoy adalah penanda yang diletakkan di laut agar kapal tidak merapat
dikarenakan kedalaman laut yang terlalu dangkal. Buoy pada umumnya berwarna
terang agar mudah dikenali dari jarak jauh.
Mooring buoy dilengkapi dengan beban yang lebih berat untuk diletakkan di
dasar laut yang dinamakansinker. Sinker dihubungkan dengan buoymenggunakan
rantai dan shackle. Panjang rantai yang terpasang adalah dua kali kedalaman laut
di daerah mooring buoy dipasang. Hal ini bertujuan agar buoy tetap berada di
radius yang ditentukan dan apabila pasang surut air laut terjadi, mooring
buoy tetap berada di permukaan air. Pada bagian atas buoy terdapat bagian yang
menjorok ke atas yang ditujukan sebagai tempat kapal menambatkan tali. Dengan
demikian, ada dua kelebihan menggunakan mooring buoy. Pertama, kapal tidak

perlu melepaskan jangkar ke dasar laut sehingga ekosistem laut tetap terjaga.
Kedua, kapal dapat merapat dengan jarak yang aman sehingga kemungkinan kapal
besar untuk membentur dasar laut mengecil.
6. Mooring

Fungsi mooring pada prinsipnya adalah untuk mengamankan posisi


kapal agar tetap pada tempatnya. Secara umum, mooring system yang digunakan
untuk FSO/FPSO (Floating Production Storage and Offloading) adalah Spread
Mooring, Turret Mooring, Tower Mooring, dan Buoy Mooring.
Spread Mooring
Boleh dibilang spread mooring adalah cara yang paling sederhana sebagai
sarana tambat FSO/FPSO, karena pada system ini tidak memungkinkan bagi kapal
untuk bergerak/berputar guna mencapai posisi dimana efek-efek lingkungan
semisal angin, arus dan gelombang relative kecil. Namun hal ini akan
mengakibatkan beban lingkungan terhadap kapal menjadi semakin besar, yang
mana akan mengakibatkan bertambahnya jumlah mooring lines dan atau line
tension-nya.
Peralatan yang digunakan biasanya merupakan peralatan yang pada
umumnya sudah tersedia di kapal. Pada system ini digunakan satu set anchor legs
dan mooring lines yang biasanya terletak pada posisi bow dan stern kapal. Karena
peralatan yang digunakan relative sederhana, maka tidak perlu dry docking untuk

melakukan modifikasi terhadap mooring systemnya. Spread mooring dapat


diterapkan pada setiap type kapal, namun dengan tetap memperhatikan fasilitas
produksi di atas kapal. Pada FPSO Belanak Natuna yang di atasnya terdapat
fasilitas produksi crude oil dan LPG, maka posisi fixed heading menjadi
kebutuhan yang sangat penting dan oleh karenanya digunakan system spread
mooring, karena pergerakan/perputaran dari kapal akan sangat berpengaruh pada
proses produksi LPG. Pada system ini, peralatan offloading biasanya terletak di
bow atau stern kapal, atau dengan menggunakan buoy yang didedikasikan khusus
untuk sarana transfer cargo.
Turret Mooring
Pada system ini kapal dihubungkan dengan turret, yang mana dengan
adanya bearing memungkinkan kapal untuk dapat berputar. Dibandingkan dengan
spread mooring, pada system ini riser dan umbilical yang diakomodasi dapat lebih
banyak lagi. Turret mooring dapat berupa external turret atau internal turret :
External Turret
External Turret dapat diletakkan pada posisi bow atau stern kapal, di luar
lambung kapal, memungkinkan kapal untuk dapat berputar 360 derajat dan
beroperasi pada kondisi cuaca normal maupun extreme. Chain leg ditanam di
dasar laut dengan anchor atau piles. Biaya pembuatannya lebih murah
dibandingkan dengan internal turret dan modifikasi yang dilakukan di kapal tidak
terlalu banyak. Selain posisi turret, perbedaan lain dibandingkan dengan internal
turret adalah posisi chain table-nya. Pada external turret, chain table terletak di
atas water level, sedangkan pada internal turret, chain table terendam di bawah
garis air. Pada umumnya system ini digunakan di perairan yang tidak terlalu
dalam dan pada lapangan yang relative kecil.Contoh aplikasi di Indonesia : FPSO
Anoa Natuna
Internal Turret
Keunggulan system ini adalah dapat terpasang secara permanen maupun
tidak (dis-connectable), dapat diaplikasikan pada lapangan dengan kondisi
lingkungan yang moderat sampai ekstrim, dan sesuai untuk deepwater. System ini
dapat mengakomodasi riser hingga 100 unit dan kedalaman laut hingga 10,000
feet. Rasanya belum ada contoh aplikasi di Indonesia.
Tower Mooring
Pada system ini FSO/FPSO dihubungkan ke tower dengan suatu
permanent wishbone atau permanen/temporary hawser. Sesuai untuk laut dangkal
hingga sedang dengan arus yang cukup kuat.Keuntungannya adalah :
Transfer fluida yang sederhana, dengan menggunakan jumper hoses dari
tower ke kapal, Akses langsung dari kapal ke tower,Modifikasi yang tidak terlalu
banyak pada kapal, Semua mechanical equipment terletak di atas sea level.
Contoh aplikasi di Indonesia : FSO Ladinda.

Buoy Mooring
Pada system ini sebuah buoy digunakan sebagai mooring point kapal dan
untuk offloading fluida. Tujuan utamanya adalah untuk transfer fluida dari daratan
atau fasilitas offshore lainnya ke kapal yang sedang ditambatkan. Komponenkomponennya antara lain: Buoy Body, sebagai penyedia stabilitas dan buoyancy,
Komponen Mooring dan Anchoring, menghubungkan buoy dengan seabed dan
hawser menghubungkan buoy dengan kapal.
7. Current Meter

Current meter berfungsi sebagai Pengukuran arus, baik dengan metode


langlarian maupun metode eularian.Sebuah currentmeter yang ideal harus
memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap perubahan yang terjadi
pada kecepatan air, dan harus secara akurat dan terpercaya sesuai dengan
komponen velositas.
Secara umum current meter yang biasa dipergunakan memiliki dua tipe :
dengan verctical axis meter dan axis meter horizontal. Dalam kedua
perbedaan tersebut rotasi dan rotor dari propeller dipergunakan untuk menentukan
kecepatan aruslaut sesuai dengan pengaturan pada current meter.
8. Spektrofotometer

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi


dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan
diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang
dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

9. DO Meter

Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara


langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip
kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda
yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya
menggunakan katoda perak ( Ag ) dan anoda timbal ( Pb ). Secara keseluruhan,
elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable
terhadap oksigen.
10. Hand Refraktometer

Hand Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar atau
konsentrasi bahan terlarut misalnya : Gula, Garam, Protein dsb. Prinsip kerja dari
refraktometer sesuai dengan namanya adalah dengan memanfaatkan refraksi
cahaya.
11. pH Meter

pHmeter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman dan
kebasaan. Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen
disingkat dengan [H+], atau sebagai pH yang artinya log [H+]. Dengan kata lain pH
merupakan
ukuran
kekuatan
suatu
asam.
Cara kerja alat ini adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan diukur
(kira-kira kedalaman 5cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur.
Pada saat pertama dicelupkan, angka yang ditunjukkan oleh display masih berubahubah, tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil.
12. Tide Staff

Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.
Biasanya digunakan pada pengukuran pasangsurut di lapangan. Tide Staff (papan
Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan
untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang
digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti
karat.
B. INSTRUMEN NAVIGASI
1. Radio GMDSS

Digital Selective Calling (DSC) pada MF, HF dan VHF radio maritim sebagai
bagian dari sistem GMDSS.DSC terutama ditujukan untuk memulai kapal ke
kapal, kapal ke pantai dan pantai ke kapal telepon radio dan MF / HF radiotelex
panggilan.Panggilan DSC juga dapat dibuat untuk stasiun individu, kelompok
stasiun, atau semua stasiun dalam jangkauan seseorang.Setiap kapal DSC
dilengkapi, stasiun pantai dan kelompok ditugaskan unik 9-digit Maritime Mobile
Service Identity.
Alert distress DSC, yang terdiri dari sebuah pesan marabahaya terformat,
digunakan untuk memulai komunikasi darurat dengan kapal dan pusat koordinasi
penyelamatan. DSC dimaksudkan untuk menghilangkan kebutuhan bagi orangorang di jembatan kapal atau di pantai untuk terus menjaga penerima radio pada
saluran radio suara, termasuk saluran VHF 16 (156,8 MHz) dan 2182 kHz
sekarang digunakan untuk marabahaya, keselamatan dan panggilan. Sebuah arloji
mendengarkan kapal kapal GMDSS dilengkapi pada 2182 kHz.
2. Sextans
Sextans adalah konstelasi khatulistiwa minor yang diperkenalkan pada abad
ke-17 oleh Johannes Hevelius.Namanya adalah Latin untuk sekstan astronomi,
instrumen
yang
Hevelius
sering
melakukan
penggunaan
dalam
pengamatannya.Dalam dunia pelayaran digunakan untuk menentukan posisi kapal
artikel baru menghitung ketingaian benda angkasa dan azimutnya.
3. LORAN (Long Range Navigation)

Loran (Long Range Navigation)adalah sistem navigasi radio terestrial


menggunakan frekuensi rendah pemancar radio yang menggunakan beberapa
pemancar ( multilateration) untuk menentukan lokasi dan atau kecepatan
penerima. Versi saat ini dari LORAN umum digunakan adalah LORAN - C , yang
beroperasi di bagian frekuensi rendah dari spektrum EM 90-110 kHz.Terutama
untuk melayani sebagai cadangan untuk GPS dan metode navigasi GNSS
systemsyang disediakan oleh LORAN didasarkan pada prinsip perbedaan waktu
antara penerimaan sinyal dari sepasang pemancar radio.[ 3 ] A diberikan konstan
perbedaan waktu antara sinyal dari dua stasiun dapat diwakili oleh garis
hiperbolik posisi ( LOP ) . Jika posisi dua stasiun disinkronkan diketahui , maka
posisi penerima dapat ditentukan sebagai suatu tempat pada kurva hiperbolik
tertentu di mana perbedaan waktu antara sinyal yang diterima adalah konstan .

Dalam kondisi ideal, hal ini secara proporsional setara dengan perbedaan jarak
dari receiver ke masing-masing dari dua stasiun.
Dengan sendirinya, dengan hanya dua stasiun, posisi 2 dimensi penerima tidak
dapat diperbaiki. Sebuah aplikasi kedua prinsip yang sama harus digunakan,
didasarkan pada perbedaan waktu dari sepasang yang berbeda dari stasiun.
Dengan menentukan persimpangan dua kurva hiperbolik diidentifikasi oleh
penerapan metode ini, memperbaiki geografis dapat ditentukan.
4. Navtex

Navtexa dalah sistem otomatis internasional untuk langsung mendistribusikan


peringatan maritim navigasi, ramalan cuaca dan peringatan, pencarian dan
penyelamatan pemberitahuan dan informasi yang serupa dengan kapal A, rendahbiaya kecil dan pencetakan radio penerima dipasang di jembatan, atau tempat dari
mana kapal berlayar, dan memeriksa setiap pesan yang masuk untuk melihat
apakah telah diterima selama transmisi sebelumnya, atau jika itu adalah kategori
yang tidak tertarik untuk menguasai kapal. Frekuensi transmisi pesan ini adalah
518 kHz dalam bahasa Inggris, sementara 490 kHz digunakan untuk menyiarkan
dalam bahasa lokal.
Pesan dikodekan dengan kode sundulan diidentifikasi menggunakan alfabet
untuk mewakili stasiun penyiaran, jenis pesan, dan diikuti oleh dua angka yang
menunjukkan nomor urut pesan.
5. Search and Rescue Transponder (SART)

Perangkat yang digunakan untuk menemukan kelangsungan hidup kerajinan


atau pembuluh tertekan dengan menciptakan serangkaian titik pada layar radar 3

cm kapal penyelamatkan itu.Jangkauan deteksi antara perangkat ini dan kapal,


tergantung pada ketinggian radar tiang kapal dan ketinggian SART, biasanya
sekitar 15 km (8 mil laut).Perhatikan bahwa radar laut tidak dapat mendeteksi
SART bahkan dalam jarak ini, jika pengaturan radar tidak dioptimalkan untuk
deteksi SART.Setelah terdeteksi oleh radar, SART yang akan menghasilkan
indikasi visual dan aural.
C. INSTRUMEN AKUSTIK
1. Fish Finder

Fish Finder bekerja berdasarkan pemantulan gelombang suara yang


dipancarkan dari permukaan perairan sampai dasar lautan. Ketika bunyi yang
dipancarkan kedasar lautan tersebut membentur suatu benda dan kembali ke penerima
sonar, maka jaraknya yang ditempuh oleh bunyi tersebut dapat diukur, maka dapat
diketahui letak benda tersebut dibawah permukaan laut.
2. Sonar
Sonar (Sound Navigation and Ranging) merupakan suatu peralatan atau piranti
yang digunakan dalam komunikasi di bawah laut, sonar sendiri bekerja untuk mencari
atau mendeteksi suatu benda yang ada di bawah laut dengan cara mengirim
gelombang suara yang nantinya gelombang suara tersebut dipantulkan kembali oleh
benda yang akan dideteksi. Sonar biasa dimanfaatkan dalam mengukur kedalaman
laut (Bathymetry), pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut
(Subbottom Profilers), pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping), mendeteksi kapal
selam dan ranjau, analisa dampak lingkungan didasar laut, menangkap ikan serta
berbagai kegiatan komunikasi di bawah laut. Sebuah sonar terdiri dari sebuah
pemancar, transducer, penerima/receiver, dan layar monitor.Sonar sendiri pada
awalnya diinspirasi dari lonceng bawah air yang digunakan untuk mengukur
kecepatan suara dalam air, kemudian berkembang dan dimanfaatkan dalam
mendeteksi gunung es yang ada dalam laut ketika kapal laut melintas.Seiring dengan
perkembangan waktu, sonar dimanfaatkan dalam perang dunia I untuk mendeteksi
kapal selam.Semenjak itu sonar benar-benar dikembangkan dan dimanfaatkan dalam
dunia militer dan perang.

3. Echosounder

Echosounder merupakan salah satu alat yang penting untuk mengetahui


kedalaman laut dan dapat juga sebagai pengukur jarak dengan ultrasonic.Kedalaman
dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan
pulsa suara. Echosounder memiliki beberapa pertimbangan sistem, diantaranya SideScan Sonar, Sub-Bottom Profling, Single-Beam Echosounder, dan Multi-Beam
Echosounder.
Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry)
dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping)
dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom
profilers).
Sistem Side-Scan Sonar mengirimkan pulsa akustik pada suatu sisi dari
receiver dan merekam amplitude energi balikan dari pulsa yang dipancarkan oleh
sensor.Tiap pancaran pulsa, satu lajur kecil (sekitar 100 sampai 200 m ke tiap sisi)
dari dasar laut dipetakan.Tiap pergerakan kapal, lajur ke lajur dipetakan.Pada dasar
laut yang datar sempurna semua energi dipantulkan dari sensor sonar dan tidak ada
sinyal yang terekam.Dalam faktanya, dasar laut tidak rata sempurna.Ketidakteraturan
seperti bebatuan dan riak-riak air karena pantulan (backscatter) dari energi akustik
dan sistem dapat menyediakan informasi secara kasar keadaan dasar laut.
Sub-Bottom Proflingmerupakan suatu sistem untuk mengidentifikasi dan
mengukur variasi dari lapisan-lapisan sedimen yang ada di bawah permukaan air.
Sistem akustik yang digunakan dalam penentuan sub-bottom profiling hampir sama
dengan alat pada echosounder.
Sumber suara memancarkan sinyal secara vertikal ke bawah menelusuri air
dan receiver memonitor sinyal balikan yang telah dipantulkan dasar laut. Batasan
antara dua lapisan memiliki perbedaan ciri akustik (acoustic impedance = rintangan
akustik). Sistem menggunakan energi pantulan untuk mengumpulkan informasi
lapisan-lapisan sedimen di bawah dasar permukaan air (tampilan muka sedimen
bawah air). Rintangan akustik berhubungan dengan tingkat kekentalan atau berat jenis
(densitas) dari kandungan material dan tingkat kecepatan suara menelusuri
material.Ketika terjadi perubahan rintangan akustik, seperti tampilan muka sedimen
bawah air, bagian suara yang diteruskan kemudian dipantulkan kembali.
Bagaimanapun, beberapa energi suara menembus menelusuri sampai batas dan
kedalam lapisan sedimen.Energi ini dipantulkan ketika menembus batas antara lapisan

sedimen yang lebih dalam yang memiliki rintangan akustik yang berbeda-beda.Sistem
ini menggunakan energi yang dipantulkan oleh lapisan-lapisan untuk membentuk
penampang dari bagian sub-bottom lapisan-lapisan sedimen.
Beberapa parameter-parameter dari sonar (tenaga keluaran, frekuensi dari
sinyal, dan panjang gelombang pulsa yang dipancarkan) mempengaruhi performa dari
alat yang digunakan.
Single-Beam Echosunder merupakan alat ukur kedalaman air yang
menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang
suara. Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai
susunan : transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau
sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari
kapal penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan
pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang
suara) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan
sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever.Transciever terdiri
dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang
gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar
frekuensi yang diberikan.Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dalam
kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon.Perekaman kedalaman
air secara berkesinambungan dari bawah kapal menghasilkan ukuran kedalaman
beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave
(gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch
(gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll
(gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang)
dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit
(MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam
proses berlangsung. Single-Beam echosounder relatif mudah untuk digunakan, tetapi
alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis track yang dilalui
oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis
tracking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 m yang tidak terlihat
oleh sistem ini.
Multi-Beam Echosunder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air
dengan cakupan area dasar laut yang luas.Prinsip operasi alat ini secara umum adalah
berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut
dan setalah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), beberapa
pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan
sinyal sehingga diketahui sudut beam.Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman
dan penerimaan dihitung dengan algoritma pendeteksian terhadap dasar laut
tersebut.Dengan mengaplikasikan penjejakan sinar, sistem ini dapat menentukan
kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat area liputan. Multi-Beam Echosounder
dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 m akurasi vertikal dan
kurang dari 1 m akurasi horisontalnya).

D. INSTRUMEN OPTIK
1. Theodolite

Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.Pada dasarnya alat
ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat
(piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga
memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca.Teleskop tersebut juga dipasang pada
piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputarputar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk
dibaca. Teleskoptersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar
mengelilingi sumbuhorisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.
Kedua sudut tersebutdapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.
2. Waterpass

Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan


sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun
horizontal. Ada banyak jenis alat waterpass yang digunakan dalam pertukangan, tapi
jenis yang paling sering dipergunakan adalah waterpass panjang 120 cm yang terbuat
dari bahan kayu dengan tepi kuningan, dimana alat ini terdapat dua buah alat
pengecek kedataran baik untuk vertikal maupun horizontal yang terbuat dari kaca
dimana didalamnya terdapat gelembung cairan, dan pada posisi pinggir alat terdapat
garisan pembagi yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur panjang.

Saat ini waterpass banyak dijumpai dalam berbagai ukuran dan bahan. Ukuran
yang umum dapat dijumpai adalah waterpass dengan panjang 0,5 m, 1 m, 2m, dan 3
m. Umumnya berbentuk persegi panjang dengan lebar 5-8 cm dan tebal 3 cm. Kedua
sisi mempunyai permukaan rata sebagai bidang yang ditempatkan ke permukaan yang
akan diperiksa kedataran atau ketegakannya. Ditengah bagian adalah terdapat
berbentuk lobang dan ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebagai alat
pemeriksaan kedataran, dan pada salah satu ujung terdapat lobang dan ditengahnya
sebagai penempatan kaca gelembung sebagai alat pemeriksaan ketegakan
vertikal.Bahan waterpass yang umum terdapat adalah dari bahan kayu dan aluminium.
Umumnya orang lebih menyukai waterpass yang terbuat dari bahan aluminium karena
lebih tahan lama dan lebih ringan untuk digunakan.
Pemakaian waterpass dilakukan dengan sederhana, yaitu menempatkan
permukaan alat ke bidang permukaan yang di cek. Untuk mengecek kedataran maka
dapat diperhatikan gelembung cairan pada alat pengukur yang ada bagian tengah alat
waterpass. Sedangkan untuk mencek ketegakan maka dapat dilihat gelembung pada
bagian ujung waterpass. Untuk memastikan apakah bidang benar rata maka
gelembung harus benar benar berada ditengah alat yang ada.
E.

INSTRUMEN SATELIT
1. Satelit SPOT (systeme pour Iobservation de la terre)

Merupakan satelit milik perancis yang mengusung pengindera HRV


(SPOT1,2,3,4) dan HRG (SPOT5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830 km
dengan sudut inklinasi 80 derajat.Satelit SPOT memiliki keunggulan pada sistem
sensornya yang membawa dua sensor identik yang disebut HRVIR (haute resolution
visibel infrared).Masing-masing sensor dapat diatur sumbu pengamatanya kekiri dan
kekanan memotong arah lintasan satelit merekam sampai 7 bidang liputan. Fungsi
dari satelit SPOT adalah untuk akurasi monitoring bumi secara global.

2. Satelit Landsat (land satelite)

Citra Landsat TM merupakan salah satu jenis citra satelit penginderaan jauh yang
dihasilkan dari sistem penginderaan jauh pasif.Landsat memiliki 7 saluran dimana
tiap saluran menggunakan panjang gelombang tertentu. Satelit landsat merupakan
satelit dengan jenis orbit sunsynkron (mengorbit bumi dengan hampir melewati kutub,
memotong arah rotasi bumi dengan sudut inklinasi 98,2 derajat dan ketinggian
orbitnya 705 km dari permukaan bumi. Luas liputan per scene 185 km x 185 km.
Landsat mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan
bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km. Fungsi dari satelit landsat
adalah untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan
tanah, pemetaan geologi, dan pemetaan suhu permukaan laut.
3. Satelit ASTER (Advanced Spaceborne Emission and Reflecton Radiometer)

Satelit yang dikembangkan negara Jepang dimana sensor yang dibawa terdiri dari
VNIR, SWIR, dan TIR. Satelit ini memiliki orbit sunshyncronus yaitu orbit satelit
yang menyelaraskan pergerakan satelit dalam orbit presisi bidang orbit dan
pergerakan bumi mengelilingi matahari, sedemikian rupa sehingga satelit tersebut
akan melewati lokasi tertentu di permukaan bumi selalu pada waktu lokal yang sama
setiap harinya. Ketinggian orbitnya 707 km dengan sudut inklinasi 98,2 derajat.

Anda mungkin juga menyukai