Anda di halaman 1dari 12

PENGUKURAN ELEVASI MUKA AIR

A. PASANG-SURUT DAN M.W.L.


Gerak muka air di daerah pantai dengan periode beberapa jam
dikelompokkan dalam gerak-pasang surut muka air. Pengukuran gerak muka
air pasang-surut diperlukan untuk mengetahui kemungkinan elevasi muka air
rata-rata minimum atau maksimum untuk keperluan penentuan elevasi suatu
bangunan di daerah pantai. Pengukuran gerak muka air yang relatif sangat
lambat ini memerlukan metode atau alat yang dapat menyaring gerak muka
air yang tidak tergolong sebagai gerak pasang-surut.
Metode pengukuran yang paling sederhana adalah melakukan pengamatan
secara visual. Pencatatan dapat pula dilakukan dengan alat bantu pencatatan
(Automatic Water Level Recorder, AWLR).

1. Pengukuran secara visual


Pengamatan secara visual dilakukan dengan memasang papan duga dan
mencatat bacaan elevasi muka-air. Skala pada papan duga harus diketahui
hubungannya dengan referensi koordinat vertikal setempat. Papan duga harus
ditempatkan di tempat yang aman dan perubahan posisi (karena hempasan
gelombang, tertabrak perahu atau gerusan tanah dasar). Pengamatan pada
umumnya dilakukan tiap 15, 30 atau 60 menit. Untuk keperluan peramalan
konstanta pasang-surut diperlukan minimal 30 hari pencatatan. Pengukuran
pasang-surut dapat merupakan bagian dan survei batimetri daerah pantai,
pengukuran arus pantai atau pengukuran debit di muara sungai.
Pengamatan visual tanpa bantuan bak penenang dapat memberikan akurasi
yang sangat rendah. Bak penenang adalah alat penyaning gelombang pendek
untuk papan duga atau AWLR. Bak penenang dihubungkan dengan perairan
pantai dengan pipa atau saluran hingga fungsi sebagai penyaring gelombang
pendek tercapai. Pada umumnya pada saluran atau pipa penghubung diberi
sekat dengan beberapa lubang kecil berdiameter 1 s/d 2 mm. Perlu
diperhatikan bahwa dalam menentukan letak lubang ini dihindarkan
kemungkinan tertutupnya lubang oleh lumpur atau kotoran.
Pengukuran pada malam hari, menurut pengalaman, sebaiknya dilakukan
lebih rapat. Hal ini menghindari kemungkinan hilangnya data karena pencatat
tertidur.

2. Pengukuran dengan AWLR


Penempatan AWLR harus lebih memperhatikan keamanan dan kedudukan
alat. Karena alat ini lebih mahal dan kerusakannya dapat menghentikan
survei terutama jika ketersediaan suku cadang alat terbatas. Seperti pada
papan duga, AWLR perlu ditempatkan pada bak penenang. AWLR tanpa bak
penenang yang efektif dapat memberikan hasil pengukuran yang kualitasnya
lebih rendah dan pencatatan secara manual dengan papan duga sehingga
usaha dan biaya yang dikeluarkan terbuang percuma.
Walaupun AWLR mencatat secara otomatis, selama pengukuran alat perlu
sering diperiksa keadaannya (ketersediaan tinta, keadaan jarum,, keadaan
kertas, peredaman gelombang, halangan pada saluran atau pipa
penghubung). Sebelum dipasang, selain diperiksa kalibrasi pencatatannya,
AWLR perlu diatur sehingga selang pengukuran (batas maksimum dan
minimum) masuk dalam kertas pencatat. Papan duga atau AWLR perlu
dilindungi untuk tetap pada kedudukannya karena adanya hempasan
gelombang, tertabrak perahu atau gerusan tanah dasar.
Pengamatan dan pencatatan pada umumnya dilakukan tiap 15, 30 atau 60
menit. Untuk keperluan peramalan konstanta pasang-surut diperlukan
minimal 30 hari pencatatan. Pengukuran pasang-surut dapat merupakan
bagian dan survei batimetri daerah pantai, pengukuran arus pantai atau
pengukuran debit di muara sungai.

Gambar 2.1. Pengamatan visual pasang-surut dengan papan duga.

Gambar 2.2. Pencatat pasang-surut dengan AWLR

B. PENGUKURAN GELOMBANG
Pengukuran gelombang pendek dapat dilakukan dengan beberapa metode
seperti yang tertera pada Bab 1. Metode pengukuran dapat dikelompokkan
menjadi
1. pengukuran dengan alat-alat ukur berada di darat (land based),
2. alat ukur di perairan, dan
3. alat ukur di udara.
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan adalah:
1. Metode-metode dan alat-alat ukur yang berada di darat, seperti misalnya
pengukuran visual, terbatas jangkauan ukurnya karena tidak mudah
mendapatkan lokasi penempatan alat ukur yang sesuai serta kurang luwes
untuk beberapa variasi pengukuran.
2. Pengukuran di near- atau surfzone pada umumnya menggunakan transmisi
kabel baik untuk penyaluran data atau catu daya alat ukur.
3. Telemetri digunakan untuk pengukuran di lepas-pantai atau laut dalam.

Berikut ini adalah beberapa uraian singkat tentang karakteristika penting


metode dan alat pengukuran gelombang.

1. Pengukuran visual
Pengukuran visual yang paling sederhana adalah pengukuran tinggi
gelombang pecah secara visual (Hoyt,1971). Pengukuran dilakukan oleh 2
orang. Orang pertama memegang papan duga. Papan duga dipegang supaya
dapat berdiri tegak pada garis pantai rata-rata. Dasar papan duga dianggap
mendekati elevasi dasar atau lembah gelombang pecah. Orang kedua berdiri
di sisi darat dan orang pertama. Orang pertama mencari tempat sehingga ia
dapat melihat cakrawala di lepas-pantai satu garis dengan puncak gelombang
pecah dan papan duga. Angka yang terbaca pada papan duga merupakan
taksiran tmggi gelombang pecah. Lebih jelasnya lihat sketsa di halaman
berikut ini.

Gambar 2.3. Pengamatan tinggi gelombang secara visual (Hoyt, 1971).

2. Pengukuran dengan stadia-type wave gauge


Alat ukur berupa pelampung berbendera (tanda) yang dipasang di tempat
yang diinginkan serta teropong yang dapat digerakkan secara vertikal
mengikuti gerak pelampung. Gerak teropong dicatat dengan jarum dan kertas
pencatat. Lebih jelasnya lihat sketsa pada halaman berikut ini.

Gambar 2.4. Stadia-type wave gauge.

3. Pengukuran dengan kamera video atau film


Metode ini juga disebut Memo-motion camera system. Prinsip pengukuran
adalah merekam pergerakan muka air pada tiang-tiang berskala atau papan
duga yang dipasang di surfzone. Perekaman video pada umumnya dilakukan
secara menerus untuk interval-interval waktu sampling tertentu. Setiap
periode perekaman sebaiknya lebih panjang dan beberapa kali periode
gelombang terpanjang yang signifikan di daerah observasi. Perekaman
dengan kamera dilakukan dengan pengambilan gambar dengan frekuensi
tertentu misalnya dalam durasi 10 menit diambil gambar dengan interval
antara gambar 0.2 detik atau dalam durasi 25 menit dengan interval
pengambilan gambar 0.5 detik.

4. Pengukuran dengan stereo-photography


Gambar diambil dengan dua buah kamera yang dapat diletakkan di darat,
digantungkan pada balon atau dengan helikopter. Dan segi akurasi posisi
kamera, perletakkan di darat adalah yang paling baik. Tetapi situasi lapangan
bisa jadi tidak memungkinkan untuk pengambilan gambar gelombang,
terutama jika pantai relatif landai dan tidak mempunyal gundukan pasir
(dune) yang cukup tinggi. Kamera dapat pula dipasang di atas bangunan di
tepi pantai yang cukup tinggi seperti menara.

Gambar 2.5. Pemotretan gelombang dengan stereo-photographs yang digantungkan


di
udara dengan helikopter dan dengan balon.

Jarak antar dua kamera harus cukup untuk mendapatkan efek stereo pada
gambar gelombang. Semakin tinggi posisi kamera semakin besar daerah yang
dapat dicakup tetapi semakin tinggi lokasi kamera akurasi semakin rendah.
Pada keadaan udara berangin pengukuran dengan balon atau helikopter sulit
dilakukan. Dilaporkan bahwa penggunaan balon terbatas pada kecepatan
angin di bawah 5 m/d.
Akurasi pengukuran dapat diperkirakan berdasarkan tinggi lokasi kamera
dibagi dengan faktor tertentu, C, yang besarnya tergantung alat stereoplotter
yang digunakan. Misalnya letak kamera pada ketinggian +200 m dan C =
1500 maka batas akurasi pengukuran adalah 30 cm.

5. Pengukuran dengan listrik


Alat ukur tinggi gelombang dengan arus listrik termasuk alat ukur yang
diletakkan pada permukaan air. Penggunaan alat jenis ini pada umumnya
ditujukan untuk mengukur tinggi gelombang di daerah surfzone. Ada tiga
macam yaitu capacitance type, resistance type dan step-type.
Jenis pertama terdiri dari seutas kawat logam berisolasi yang dipasang tegak.
Sebagian panjang kawat terendam air. Bahan isolasi dan air yang berada di
sekeliling kawat pada bagian yang terendam berfungsi sebagai dielektrik yang

diukur hambatannya terhadap arus bolak-balik (capacitance) dengan


frekuensi yang cukup tinggi. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan
adalah:
1. jika beberapa alat yang sama diletakkan berdekatan pengukuran dapat
menjadi kacau karena interferensi,
2. panjang kabel transmisi mempunyai batas tertentu,
3. dapat terjadi kesalahan jika kabel kotor,
4. perlu dilindungi dan gangguan perahu atau benda apung lainnya,
5. untuk pengukuran jangka panjang biaya pengoperasian dan perawatan
dapat menjadi mahal.
Jenis kedua berupa dua buah batang logam terbuka tahan karat sejajar yang
dipasang tegak atau dua kabel terbuka dililitkan secara sejajar pada tabung
dan bahan isolator. Air laut yang berada di antara dua logam sejajar tersebut
berfungsi sebagai penghantar arus listrik. Perubahan arus listrik karena
perubahan panjang celah yang terendam dikorelasikan dengan elevasi muka
air dan direkam. Alat ini jarang dipakai di surfzone. Baik jenis pertama
(capacitance) maupun jenis yang kedua ini (resistance) memberikan response
sinyal yang sangat linier. Jenis yang kedua lebih sensitif terhadap kotoran
tetapi tidak menghadapi masalah interferensi.
Jenis yang ketiga, step-type wave gage, adalah berupa barisan elektrode
dengan interval tetap yang dipasang pada sebuah batang vertikal. Jika air
berada di antara sepasang kutub elektrode maka terjadi hubungan arus listrik.
Dengan demikian setiap elektrode berfungsi sebagai sakelar yang dihidupmatikan oleh keberadaan air di antara dua kutubnya. elektrode-elektrode
yang terendam berstatus hidup dan elektrode-elektrode yang berada di atas
permukaan air berstatus mati. Dengan diketahuinya nomor elektrode mana
yang berada pada batas antara status hidup dan mati, elevasi muka air dapat
diperkirakan.
Problem yang dihadapi oleh alat ini adalah hidupnya elektrode oleh tetesan
air. Untuk menyelesaikan masalah ini beda daya hantar listrik yang
diakibatkan oleh tetesan air dan oleh rendaman air perlu dicari.

Gambar 2.6. Alat ukur gelombang dengan listrik (a) capacitance, (b) resistance, (c)
step-type

6. Pengukuran gelombang melalui tekanan


Alat pengukur tinggi gelombang dengan prinsip pengukuran tekanan pada
umumnya dipasang di dasar pantai. Elevasi muka air atau tinggi gelombang
diukur berdasarkan perubahan tekanan hidrostatis yang terasa di dasar
pantai.
Sensor penangkap tekanan dapat berupa gelembung udara dalam tabung
karet (rubber tube), tahanan litrik geser, diferensial transformator, membran
logam tahan karat, atau piezoelectric.
Cara penyaluran data dan perekaman dapat bervariasi. Data dapat disalurkan
ke darat lewat kabel atau gelombang radio, alat perekam di darat. Data dapat
direkam di tempat dan pada waktu-waktu tertentu rekaman diambil untuk
dianalisis di darat.
Dikenal dua sistem pengukuran yaitu absolut pressure dan differential
pressure. Pada sistem absolut pressure, angka pencatatan menunjukkana
tekanan absolut pada saat tertentu. Sistem mi memungkinkan dilakukannya
analisis perubahan tinggi muka air rata-rata yang berperiode lambat
berdasarkan data yang tercatat. Pada sistem differential pressure pengukuran
hanya mencatat perubahan tekanan dengan periode yang relatif cepat.
Perubahan lambat tidak terekam oleh pencatat sistem mi. Pada sistem

absolut pressure peneinpatan kedalaman alat dapat terbatas. Pada sistem


differential pressure, alat dapat menyesuaikan diri pada kedalaman
berapapun, hanya saja penurunan alat harus pelan-pelan (ada kecepatan
maksimumnya).

Gambar 2.7. Pengukur gelombang dengan tekanan.

7. Pengukuran dengan Buoy


Alat ukur dengan buoy menangkap akselerasi gerak yang dialami buoy akibat
naik turunnya muka air. Akselerasi vertikal yang tercatat kemudian
diintegralkan sehingga diperoleh catatan tinggi gelombang. Alat ini pada
umumnya dipakai untuk pengukuran di lepas-pantai. Data dapat direkam di
tempat, dikirim melalui gelombang radio ke stasiun pencatat di darat, atau
dikirim melalui kabel ke stasiun pencatat di perahu yang ditambatkan di
dekatnya.
Buoy sering dikombinasi dengan alat ukur sistem tekanan atau ultrasonik
yang dipasang di dasar pantai. Buoy ada yang dapat sekaligus mencatat arah
gelombang datang.

Gambar 2.8. Pengukur gelombang dengan Buoy.

C. ALAT UKUR LAIN


1. Pengukuran dengan gelombang ultrasonik
Prinsip kerja alat adalah mengukur waktu tempuh pulsa gelombang ultrasonic
yang terpantul oleh bidang muka air. Alat pemancar dan penerima pulsa
gelombang ultrasonik dapat diletakkan di dalam air atau dipasang di udara.
Pada pemasangan alat di dalam air, gelombang merambat dalam air.
Kecepatan rambat gelombang ultrasonik dalam air relatif stabil. Penempatan
alat di udara dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu udara karena kecepatan
rambat gelombang ultrasonik cukup sensitif terhadap suhu udara.

2. Pengukuran dengan radio


Prinsip pengukuran serupa dengan metode pengukuran dengan gelombang
ultrasonik. Metode ini tidak menggunakan pancaran pulsa-pulsa gelombang
tetapi menggunakan modulasi frekuensi gelombang gergaji sehingga

pancaran gelombang menerus tetapi frekuensi gelombang radio bergeser


naik-turun. Pengukuran perubahan jarak/elevasi muka air diperoleh melalui
analisis pergeseran fase antara gelombang modulasi yang dipancarkan dan
gelombang yang diterima (gelombang pantulan).

3. Pengukuran arah gelombang


Perkiraan kasar arah gelombang dapat dilakukan dengan pengamatan visual
berpedoman pada kompas magnetis. Pangamatan akan lebih mudah
dilakukan jika berada pada tempat yang cukup tinggi. Beberapa metode
pengukuran dengan alat ukur adalah sebagai berikut ini.

4. Wave gage array


Pengukuran arah gelombang dilakukan dengan dua atau lebih alat ukur
dengan listrik (capacitance, resistance atau step-type) yang dipasang
berderet. Jarak antar alat ukur kurang dan setengan panjang gelombang,
(L/2), gelombang yang terpanjang yang diamati. Deretan alat ukur
membentuk garis yang diperkirakan tegak lurus dengan arah utama
gelombang. Distribusi arah gelombang diperoleh dengan menganalisis
statistik rekaman pengukuran.

5. Buoy
Pengukuran arah gelombang dapat dilakukan dengan suatu buoy khusus
(Longuet-Higgins, Cartwright, dan Smith, 1963) yang mencatat akselerasi
vertikal, dan kemiringan horisontal dalam dua arah (sumbu x dan y). Telah
dikembangkan suatu jenis buoy lain yang mengukur pula kelengkungan kurva
muka air dalam dua arah horisontal (Mitsuyasu, 1975).

6. Current meter
Pengukuran arah gelombang dapat pula dilakukan dengan alat ukur
kecepatan aliran yang mengukur dua arah kecepatan secara simultan. Nigata,
1964, mengembangkan alat ukur arus magnetis dua dimensi untuk
mengamati arah prinsipal gelombang.

7. Alat lain
Metode pengkuruan arah gelombang lainnya adalah dengan menggunakan
strain gage-type direction meter (Takashi, et al., 1970) atau penginderaan
jauh (radar, photogrammetry).

Anda mungkin juga menyukai