Anda di halaman 1dari 127

BAB V – DETAIL DESAIN

BAB V
DETAIL DESAIN

5.1 Umum
Pada perencanaan ini, sistem pengolahan yang digunakan adalah sistem
Complete Mixed Activated Sludge (CMAS). Dari ketiga alternatif y ang diajukan,
sistem inilah yang membutuhkan biaya yang kecil. Unit – unit yang digunakan pada
sistem ini adalah :
 Primary treatment : bars screen,grit chamber,comminutor,bak pengendap I.
 Secondary treatment : tangki aerasi, clarifier.
 Desinfeksi : klorinasi
 Sludge treatment : gravity thickener, aerobic digester, sludge drying bed.

5.2 Pengolahan Tingkat Pertama


5.2.1 Bars Screen
A. Pengertian
Bars screen berfungsi menyisihkan padatan kasar yang mungkin masuk ke
dalam sistem pengolahan air limbah domestik, pembersihan bahan tersaringnya
direncanakan dilakukan secara mekanis.

B. Kriteria Desain
Kriteria desain bars screen mekanis dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan 5.2
sebagai berikut:
Tabel 5.1 : Kriteria Desain Bars Screen Mekanis
Parameter Simbol Satuan Besaran Sumber
Kecepatan saluran penyaring v m/det > 0,6 Qasim, 1985
Kecepatan melalui bar screen v bar m/det 0,6 – 1 Qasim, 1985
Head loss maksimum hL m 0,8 Qasim, 1985
o
Kemiringan dari horizontal α 60 – 85 Qasim, 1985
Batang : Lebar w cm 0,8 – 1,0 Qasim, 1985
b cm 1,0 – 5,0 Qasim, 1985
Space
d cm 5,0 – 7,5 Qasim, 1985
Kedalaman

Tabel 5.2 : Faktor Bentuk Batang

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 1


BAB V – DETAIL DESAIN

Tipe Batang β
Persegi panjang 2,42
Rectangular dengan semi rectangular pada sisi muka 1,83
Circular 1,79
Rectangular dengan semi rectangular pada sisi muka dan belakang 1,67
Tear shape 0,76
Sumber : Qasim, 1985

C. Rumus yang Digunakan


0,312 8 1
 Q D 3 S 2
n
2
1 D 3 1
 v    S 2
n 4

 hL = β (w/b)4/3 hv sin α
2 2
vbar  v 2  1 
 hL   
2g  0,7 
Dimana :
HL = head loss di rack, m
vbar = kecepatan aliran melalui bars screen, m/det
v2 = kecepatan aliran di saluran, m/det
g = percepatan gravitasi, m/det2
w = lebar batang, m
b = bukaan, m
hv = velocity head aliran, m

= sudut bar dengan horizontal, o
β = konstanta bentuk batang

D. Data Perencanaan
Data perencanaan bars screen mekanis diberikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 : Data Perencanaan Bars Screen Mekanis


Parameter Simbol Satuan Besaran
Debit tahap I m3/det
 Minimum Qmin 0,20
 Rata – rata Qr 0,75
 Maksimum Qmaks 1,42

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 2


BAB V – DETAIL DESAIN

Debit tahap II m3/det


 Minimum Qmin 0,18
 Rata – rata Qr 0,96
 Maksimum Qmaks 1,80
Bukaan (jarak antar batang) b cm 2,5
Kecepatan melalui bars screen vbar m/det 1
Kemiringan batang  o
75
Diameter batang  cm 1
Konstanta untuk besi bulat  1,79

Kondisi aliran dalam incoming conduit


Dari persamaan Manning :
0,312 8 1
Q D 3 S 2
n
dengan menggunakan Q maksimum pada tahap II  D = 1,47 m
Disesuaikan dengan diameter standar, D = 1,52 m
0,312 8 1 0,312 8 1
Q full  D 3 S 2   1,52 3  0,0006 2  1,8 m 3 / det
n 0,013
2 2
1 D 3 1 1  1,52  3 1
v full    S 2
    0,0006 2
 0,99 m / det
n 4 0,013  4 

Saat aliran maksimum ( Qmax tahap II )


q 1,8
 1
Q full 1,8

d v
dari grafik nomograph didapat = 0,82 dan v = 1,16
D full

Jadi vmax = 1,16 x 0,99 m/det = 1,15 m/det dan kedalaman maksimum dari pipa utama
adalah dmax = 0,82 x 1,52 m = 1,25 m.
a. Diameter conduit (D) = 1,53 m
b. Slope conduit (S) = 0,0006
c. Kecepatan aliran puncak (v1)maks = 0,99 m/det
d. Kedalaman aliran di conduit saat puncak (d1)maks = 1,25 m
e. Kecepatan aliran rata – rata (v1)r = 1,15 m/det
f. Kedalaman aliran di conduit saat rata - rata (d1)r = 0,76 m
g. Kecepatan aliran minimum (v1)min = 0,56 m/det
h. Kedalaman aliran di conduit saat minimum (d1)min = 0,32 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 3


BAB V – DETAIL DESAIN

E. Perhitungan
1. Bar Screen Bukaan Bersih
Dimensi saluran sebelum melalui bar screen mekanis direncanakan beroperasi sampai
tahap II.
o
Direncanakan akan dibuat 2 unit bar screen yang beroperasi dengan kondisi debit
maksimum.
Qmaks 1,8 m 3 / det
Debit masing-masing bar screen (Q’maks)=   0,9 m3/det
2 2
Q 0,9 m 3 / det
o
Luas total bukaan batang (A) =  = 0,9 m2
V bar 1 m / det

A 0,9 m 2
o
Lebar bersih bukaan (l)    0,72 m
d 1,25
o
Jumlah batang (n), (n + 1) x b = l  (n + 1) x 2,5 cm = 72 cm
Maka n = 28 batang
o Lebar bukaan total saringan (w bukaan)
= (n + 1) x 2,5 cm = (28 + 1) x 2,5 cm = 72 cm
o Lebar total bangunan saringan (Wc)
= w bukaan + (n x ) = 72 cm + (28 x 1 cm) = 100 cm = 1 m
o Panjang saringan yang terendam air (Ls)
= d / sin  = 1,25 m / sin 75o = 1,29 m

1.321 m 1.9 m
1.299 m
1.29 m

75

1.0 m 2.5 cm

Gambar 5.1 Dimensi Bar Screen

o Jumlah bahan yang tersaring

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 4


BAB V – DETAIL DESAIN

Dari hasil pengukuran yang dilakukan di IPAL Bojongsoang Kota Bandung


selama tahun 2003 diperoleh volume sampah kasar dalam air limbah adalah 0,01
m3/103 m3 atau 0,01 l/m3. Angka ini dapat dijadikan acuan dalam perhitungan
jumlah sampah dalam desain ini.
Volume sampah = fsampah x Debit air limbah maksimum
= 0,01 m3/103 m3 x 1,8 m3/det x 86400 det/hari
= 1,55 m3/hari

Untuk bar screen dengan bukaan 2,5 cm, jumlah bahan yang tersaring sebanyak
36 m3/106 m3 air limbah pada keadaan debit maksimum (Qasim,1985).

Maka bahan yang tersaring = 1,8 m3/det x 36 m3/106 m3 x 86400 det/hari


= 5,59 m3/hari

Jadi bar screen ini dapat menyaring sampah yang terdapat dalam air limbah.

a) Kedalaman aliran (d1) tiap – tiap debit


Untuk menghasilkan kecepatan di bar sama dengan 1 m/det, maka kedalaman
aliran akan mengalami perubahan setiap perubahan debit.
Q rata  rata / 2 0,96 m 3 / det / 2
d1 rata  rata    0,750 m
w bukaan x 1 m / det 0,72 m x 1 m / det

Tabel 5.4 : Kedalaman Aliran (d1) Tiap Debit


Kedalaman (d1)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 1,067 1,329
Rata 0,605 0,750
Min 0,226 0,212

b) Kedalaman aliran aktual dan kecepatan di section 2 saat debit puncak


o Kedalaman di upstream bar rack dihitung dengan persamaan energi
2 2
v1 v
Z1  d1   Z 2  d 2  2  hL
2g 2g

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 5


BAB V – DETAIL DESAIN

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

d1
d2 d3

Z1 Z2 Z3

Gambar 5.2 Section Bar Screen

 v1 2 v 2 2 
hL  Ke  

 2 g 2 g 
o Asumsi :
1) Lantai adalah horizontal
2) Penambahan tinggi saluran, Z1 = 0,07 – 0,15 m, ambil 0,08 m
3) Z2 = 0
4) Ke = 0,3
5) v1 = 1,15 m/det
6) d1 = 1,329 m
Maka:

0,08 m  1,329 m 
1,15 m / det  2 
2 x 9,81 m / s 2

 0,9 m 3 / det 
2
  0,9 m 3 / det 
2

     
 0,72 m x d   (1,15 m / det) 2  0,72 m x d  
0  d2   2 
2
 0,3 2
  2 

2 x 9,81 m / det  2 x 9,81 m / det 2 x 9,81 m / det 2 
 
 

19,62d23 – 22,3d22 + 0,32 = 0


Dengan trail and error :
d2 = 1,321 m
0,9 m 3 / det
v2   0,679 m / det
1 m x 1,321 m

Tabel 5.5 : Kedalaman Aliran (d2) Tiap Debit


Kedalaman (d2)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 1,059 1,321
Rata 0,597 0,742

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 6


BAB V – DETAIL DESAIN

Min 0,218 0,204

Tabel 5.6 : Kecepatan Aliran di Section 2 (v2)


v2 (m/det)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,668 0,679
Rata 0,626 0,645
Min 0,457 0,440

c) Kecepatan di bar rack dengan bukaan bersih


Q' maks 0,9 m 3 / det 0,9 m 3 / det
v    0,94 m / det
luas  0,72 m x d 2 m  0,72 m x 1,321 m

Tabel 5.7 : Kecepatan di Bar Rack (vbar)


vbar (m/det)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,925 0,940
Rata 0,866 0,892
Min 0,633 0,609

d) Head loss di rack


hL = β (w/b)4/3 hv sin α
 0,94 m / det  2
4/3
 28 x 1 cm 
hL  1,79  x x sin 75 o  0,022 m
 29 x 2,5 cm  2 x 9,81 m / det 2

Tabel 5.8 : Head Loss di Rack Tiap Debit


hL (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,021 0,022

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 7


BAB V – DETAIL DESAIN

Rata 0,019 0,020


Min 0,010 0,009

e) Kedalaman dan kecepatan aliran setelah bar rack


Z2 = Z3
2 2
v2 v
d2   d 3  3  hL
2g 2g
2
 0,9 m 3 / s 
 
 0,679 m / det 
2
 0,72 m x d 3 
1,321 m   d3   0,022 m
2 x 9,81 m / det 2 2 x 9,81 m / det 2

19,62d33 – 22,05d32 + 0,46 = 0


Dengan trial and error
d3 = 1,299 m
0,9 m 3 / det
v3   0,691 m / det
0,72 m x 1,299 m

Tabel 5.9 : Kedalaman Aliran (d3) Tiap Debit


d3 (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 1,038 1,299
Rata 0,578 0,722
Min 0,208 0,195

Tabel 5.10 : Kecepatan Aliran di Section 3 (v3)


v3 (m/det)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,682 0,691
Rata 0,646 0,663
Min 0,479 0,461

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 8


BAB V – DETAIL DESAIN

2. Bar Screen 50% Clogging


a) Pengertian
Penggunaan bar screen pada suatu IPAL akan mengalami penyumbatan, oleh
karena itu perlu diketahui batas kedalaman air sebelum mencapai batas penyumbatan.
Hal ini akan mengakibatkan luas bersih bar screen berkurang sampai setengahnya.
Sehingga kecepatan melalui bar screen bertambah melebihi kriteria desain yang
ditetapkan. Pada kondisi kecepatan melalui bar screen terlalu besar, padatan yang
tertahan di saringan akan terbawa aliran air ke unit pengolahan selanjutnya.

b) Kriteria desain
Kecepatan melalui bar screen (0,5 – 1) m/det (Metcalf & Eddy)

c) Rumus yang digunakan


2 2
v' 2 v
d 2 '  d 3  3  h50
2g 2g

d2’ dan v’2 = kedalaman dan kecepatan aliran di section 2 saat


50% clogging
h50 = head loss di rack saat 50% clogging

v bukaan 2
 v' 2
2
x 1
2g 0,7
d3 dan v3 = kedalaman dan kecepatan di section 3

d) Kecepatan di bukaan saat 50% clogging


0,9 m 3 / det 2,48
v  m / det
1,33 m x 0,5 x d ' 2 d ' 2
0,9 m 3 / det 0,9
v' 2   m / det
0,72 m x d ' 2 m d ' 2

2  2,48 
2
 0,9  
2
 0,9   m / det    m / det  
 m / det 
d '2   2
d'   1, 299 m 
 0,691 m / det  2   d ' 2   d '2  
 2 x 9,81 m / det 2  2 x 9,81 m / det 2 2 x 0,7 x 9,81 m / det 2

13,734 d’23 – 15,4 d’22 – 2,56= 0


Dengan trial and error :
d’2 = 1,482 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 9


BAB V – DETAIL DESAIN

0,9 m 3 / det
v' 2   0,605 m / det
1,33 m x 1,482 m

Tabel 5.11 : Kedalaman Aliran di Section 2 Saat Clogging (d’2)


d’2 (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 1,210 1,482
Rata 0,717 0,874
Min 0,275 0,258

Tabel 5.12 : Kecepatan Aliran di Section 2 Saat Clogging (v’2)


v’2 (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,585 0,605
Rata 0,521 0,548
Min 0,363 0,348

e) Head loss 50% clogging


h50 = d’2 – d3
h50 = 1,482 m – 1,299 m
h50 = 0,183 m

Tabel 5.13 : Head Loss 50% Clogging Tiap Debit


HL 50% clogging (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,172 0,183
Rata 0,139 0,152
Min 0,067 0,063

f) Kecepatan V’ di bukaan rack


2,48
v'   1,68 m / det
1,482

Tabel 5.14 : Kecepatan di Bukaan Rack Saat Clogging (v’)


Debit v’ (m/det)

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 10


BAB V – DETAIL DESAIN

Tahap I Tahap II
Maks 1,62 1,68
Rata 1,44 1,52
Min 1,00 0,96

Tabel 5.15 : Rekapitulasi Hidrolis Bar Screen


Upstream Downstream
Channel V bar Channel Headloss
Kondisi
v2 (m/det) v3 (m)
d2 (m) d3 (m)
(m/det) (m/det)
Tahap I
Q maks
· Clean rack 1,059 0,668 0,925 1,038 0,682 0,021
· 50% clogging 1,210 0,585 1,619 1,038 0,682 0,172
Q rata-rata
· Clean rack 0,597 0,626 0,866 0,578 0,646 0,019
· 50% clogging 0,717 0,521 1,443 0,578 0,646 0,139

Q min
· Clean rack 0,218 0,457 0,633 0,208 0,479 0,010
· 50% clogging 0,275 0,363 1,003 0,208 0,479 0,067

Tahap II
Q maks
· Clean rack 1,321 0,679 0,940 1,299 0,691 0,022
· 50% clogging 1,482 0,605 1,675 1,299 0,691 0,183
Q rata-rata
· Clean rack 0,742 0,645 0,892 0,722 0,663 0,020
· 50% clogging 0,874 0,548 1,515 0,722 0,663 0,152
Q min
· Clean rack 0,204 0,440 0,609 0,195 0,461 0,009
· 50% clogging 0,258 0,348 0,962 0,195 0,461 0,063

3. Rekapitulasi Dimensi Bar Screen

Tabel 5.16 : Rekapitulasi Dimensi Bar Screen


Parameter Besaran Satuan
Jumlah 2 unit
Lebar 1 m
Jumlah batang 28 batang
Tinggi 1,5 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 11


BAB V – DETAIL DESAIN

Free board 0,5 m

5.2.2 Grit Chamber


A. Pengertian
Grit chamber yang direncanakan untuk IPAL Malang adalah grit chamber
aliran horizontal dengan kontrol kecepatan. Grit chamber ini berupa bak pengendap
panjang dan sempit dengan kontrol kecepatan yang baik. Aliran masuk ke bak arah
horizontal dengan kecepatan horizontal dikontrol oleh dimensi, pintu distribusi
influen dan proporsional weir pada akhir bak. Grit chamber aliran horizontal didesain
untuk mencapai kecepatan pengaliran  0,3 m/det dan waktu yang cukup untuk
mengendapkan partikel grit di dasar saluran.

B. Kriteria Desain
Kriteria desain untuk grit chamber dapat dilihat pada Tabel 5.17 di bawah ini :

Tabel 5.17 : Kriteria Desain Grit Chamber


Parameter Simbol Satuan Besaran Sumber
Waktu detensi td detik 45 – 90 Metcalf &Eddy
Kecepatan horizontal vh m/det 0,24 – 0,4 Edward JM
Kecepatan mengendap
 Diameter 0,2 mm Ft/mnt 3,2 – 4,2 Metcalf &Eddy
 Diameter 0,15 mm 2–3
Specific gravity grit gs 1,5 – 2,7 Qasim
Specific gravity material
1,02 Qasim
organik
0,021198 -
Over flow rate debit maks OR m3/m2/det Tom D Reynold
0,02353
Jumlah grit yang
m3/106/m3 5 – 200 Qasim
disisihkan
Head loss melalui grit hL % 30 – 40 Qasim
Jumlah bak minimal unit 2 Kawamura

C. Rumus yang Digunakan


 Over flow rate (OR) = 900 x Vsettling
Dimana OR = over flow rate, gal/hr/ft3
Vsettling = kecepatan mengendap, inch/mnt

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 12


BAB V – DETAIL DESAIN

2 1
1
 V  R3S 2
n
2
hL V x n 
 S dan hL   2  x L
L
 R 3 
Dimana:
hL = Head loss melalui grit chamber, m
V = Kecepatan pada saluran grit chamber, m/det
n = Koefisien Manning
R = Jari – jari hidrolis
L = Panjang saluran grit chamber, m

1  a
 Q  4,917  a 2
b h  
 3
Q = Debit aliran melaui Proporsional Weir

D. Data Perencanaan

Tabel 5.18 : Data Perencanaan Grit Chamber


Parameter Simbol Satuan Besaran
Jumlah bak N 2 unit
3
Debit tahap I m /det
 Minimum Qmin 0,20
 Rata – rata Qr 0,75
 Maksimum Qmaks 1,42
Debit tahap II m3/det
 Minimum Qmin 0,18
 Rata – rata Qr 0,96
 Maksimum Qmaks 1,80
Waktu detensi td detik 50
Kecepatan horizontal Vh m/det 0,325
Kecepatan pengendapan
Vs ft/mnt 4,2
( = 0.2 mm)
Koefisien Mannning N 0,013
Head loss di proporsional weir
(% tinggi muka air maks di hL % 35
saluran Grit chamber)
Jumlah grit disisihkan M m3/106 m3 30

E. Perhitungan
1. Dimensi grit chamber

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 13


BAB V – DETAIL DESAIN

Direncanakan dibuat 2 unit grit chamber dimana kedua unit akan beroperasi
apabila pada kondisi maksimum, sedangkan pada kondisi minimum dapat
dioperasikan 1 unit saja. Setiap unit grit chamber didesain dengan kapasitas setengah
dari pengaliran puncak. Debit yang digunakan dalam mendesain adalah debit
maksimum tahap II, Q = 1,8 m3/det / 2 = 0,9 m3/det.
 Asumsi kecepatan pengendapan (Vs) partikel berdiameter 0,2 mm adalah 4,2
ft/menit = 50,4 inch/menit
 Maka OR = 900 x Vs = 900 x 50,4 inch/mnt = 45360 gpd/ft 3 = 0,02142
m3/m2 det
 Luas permukaan bak (A surface) = Qmaks / OR
0,9 m 3 / det
A surfece  = 42,22 m2
0,02142 m 3 / m 2 / det

 Luas penampang melintang (A cross)


0,9 m 3 / det
A cross = 0,325 m / det = 2,77 m2

 Volume bak (V)


0,9 m 3 / det
V= = 45 m3
50 det

 Tinggi muka air di bak pada saat maksimum (d)


V 45 m 3
d = A = = 1,07 m
surface 42,22 m 2

 Lebar bak (w)


A cross 2,77 m 2
w= = = 2,6 m
d 1,07 m

 Panjang (p) = A surface / w


= 42,22 m2 / 2,6 m
= 16,25 m

2. Kontrol desain

Periksa volume bak pada debit maksimum tahap II

Volume (V) =pxwxd
= 16,25 m x 2,6 m x 1,07 m
= 45,2 m3

Waktu detensi pada debit maksimum (td)
BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 14
BAB V – DETAIL DESAIN

volume 45,2 m 3
=   50,2 det
Qmaks 0,9 m 3 / det

Q maks 0,9 m 3 / det


 OR   = 0,02132 m3/m2 det (memenuhi)
A surface 42,22 m 2

Pada pengaliran rata – rata (Qr) tahap II



Volume bak = Qr x td = (0,96 m3/det / 2) x 50 det = 24 m3
volume 24 m 3

Tinggi muka air dalam bak (d) = L x w  16,25 m x 2,6 m = 0,57 m


Kecepatan aliran horizontal (Vh)
Qr 0,96 m 3 / det / 2
= d x w  0,57 m x 2,6 m  0,325 m / det (memenuhi kriteria desain)
2

Periksa kecepatan aliran horizontal tiap debit

Tabel 5.19 : Volume Bak Terisi Tiap Debit


Volume Terisi (m3)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 36 45
Rata 19 24
Min 5 5

Tabel 5.20 : Tinggi Muka Air Dalam Bak (d)


d (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,84 1,07
Rata 0,44 0,57
Min 0,12 0,11

Tabel 5.21 : Kecepatan Horizontal (Vh)


Vh (m/det)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,325 0,325
Rata 0,325 0,325
Min 0,325 0,325

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 15


BAB V – DETAIL DESAIN

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa kontrol desain dengan
acuan kecepatan horizontal memenuhi kriteria desain yang ada. Jadi dapat diyakini
bahwa dimensi grit chamber telah memenuhi kriteria.
3. Struktur influen
a. Perencanaan struktur influen
Struktur influen grit chamber terdiri dari pintu air (stop gate). Pintu air ini
dipasang untuk mengosongkan salah satu bak yang tidak beroperasi.

b. Head loss antara saluran effluen bar screen dengan saluran grit chamber
Head loss ini terjadi karena aliran melalui stop gate dan perubahan ukuran saluran
(konvergen). Perhitungan head loss menggunakan rumus sebagai berikut:
hL = hL1 + hL2
 v2 2  v12   v2 2  v12  2
v 2  v1
2

hL  k1    k   Z =  hL
 2  2g 
 2g    2g

dimana:
hL1 = headloss akibat perubahan ukuran saluran, m
hL2 = headloss akibat melalui stop gate, m
k1 = konstanta perubahan ukuran saluran terbuka = 0,5
k2 = konstanta stop gate = 0,6
v1 = kecepatan aliran di saluran influen, m/det
v2 = kecepatan aliran dalam grit chamber, m/det
Z = perbedaan tinggi muka air dalam saluran efluen bar screen dengan
saluran grit chamber.

c. Dimensi saluran effluen bar screen


Lebar saluran effluen dari bar screen = 1 m x 2 unit = 2 m
Tinggi muka air pada debit maksimum tahap II (d3) = 1,299 m
Kecepatan aliran pada debit maksimum tahap II (v3) = 0,691 m/det
Kedalaman dan kecepatan aliran pada saluran ini untuk debit yang lain dapat
dilihat pada Tabel 5.9 dan 5.10.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 16


BAB V – DETAIL DESAIN

d. Dimensi saluran grit chamber


Lebar saluran (w) = 2,6 m x 2 = 5,2 m
Tinggi muka air pada debit maksimum tahap II (d) = 1,07 m
Untuk tinggi muka air pada debit yang lain dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Kecepatan aliran (v) = 0,325 m/det.

4. Head loss total antara saluran effluen bar screen dengan saluran grit
chamber
Pada saat debit maksimum tahap II
  0,325 m / det  2   0,691 m / det  2    0,325 m / det  2   0,691 m / det  2 
hL  0,5    0,6 
 


 2 x 9,81 m / det 2   2 x 9,81 m / det 2 
hL = -0,0208 m

Tabel 5.22 : Head Loss Total Tiap Debit


Head Loss (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks -0,0202 -0,0208
Rata -0,0175 -0,0187
Min -0,0069 -0,0060

Head loss antara saluran effluen bar screen dan saluran grit chamber sangat kecil,
akibatnya perbedaan permukaan air saluran efluen bar screen dengan saluran grit
chamber kecil pula, yaitu:
Z maks tahap II
 v 2 2  v1 2   
  hL   0.325  0,691   0,0208   0,0397 m
2 2

 2g  2 x 9,81
   
Tanda negatif menunjukkan bahwa tinggi muka air di saluran grit chamber lebih
kecil dibandingkan di saluran efluen dari bar screen.

Tabel 5.23 : Perbedaan Elevasi (Z)

Z (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks -0,0385 -0,0397
Rata -0,0334 -0,0357

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 17


BAB V – DETAIL DESAIN

Min -0,0133 -0,0114

5. Head loss melalui grit chamber


Head loss melalui grit chamber pada pengaliran maksimum tahap II adalah
sebagai berikut.
wxd 2,6 m x 1,07 m
R = 2,6 m   2 x 1,07 m  = 0,585 m
w  2d
2 2
   
v x n  0,325 m / det x 0,013 
hL   2 
xL =  2  x 16,25 m = 0,0006 m
   
 R3   0,585 3

Tabel 5.24 : Head Loss Melalui Grit Chamber


hL (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,0007 0,0006
Rata 0,0013 0,0010
Min 0,0056 0,0064

6. Struktur effluen
a) Struktur efluen terdiri dari Proporsional Weir, stop gate, box efluen,
dan saluran effluen. Dimensi box efluen = 2 m x 2 m.
b) Pintu air atau stop gate dipasang pada box effluen untuk mengalirkan ketika salah
satu grit chamber dioperasikan.
c) Dimensi proporsional weir pada saat pengaliran maksimum tahap II.
Qmaks = 0,9 m3/det = 31,79 cfs
h = 1,07 m = 3,511 ft
Lebar saluran (w)= 2,6 m = 8,531 ft
Jika jarak sisi weir = 10 cm = 0,328 ft, maka b = w – 2 x jarak sisi weir
b = 8,531 ft – 2 x 0,328 ft = 7,875 ft
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1
 a
Q  4,97 a 2 b h  
 3
1  a
31,79 cfs  4,97 x a 2
x 7,875 ft x  3,511 ft  
 3

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 18


BAB V – DETAIL DESAIN

3 1
13,05a 2
 137,42a 2
 31,79  0
dengan trial dan error diperoleh a = 0,0541 ft = 0,0165 m.
Dari tabel diperoleh perbandingan x/b dan y/a sebagai berikut :
y/a x/b y/a x/b y/a x/b
1 0,500 6 0,247 12 0,179
2 0,392 7 0,230 14 0,166
3 0,333 8 0,216 16 0,156
4 0,295 9 0,205 18 0,147
5 0,268 10 0,195 20 0,140

Jika diambil y/a = 14, maka x/b = 0,166


Sehingga y = 14 x 0,0165 m = 0,231 m
x = 0,166 x 7,875 ft = 1,307 ft = 0,4 m
d) Head loss yang terjadi pada proporsional weir (hL weir)
hL = 35% tinggi muka air di saluran
hL = 35% x 1,07 m
hL = 0,373 m

Tabel 5.25 : Head Loss di Proporsional Weir


hL weir (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 0,294 0,373
Rata 0,155 0,199
Min 0,041 0,037

e) Kedalaman air di dalam saluran outlet


 Panjang weir (L) = 2,4 m
 q’ = Q/L = 0,9 m3/det / 2,4 m = 0,375 m3/det
 Asumsi y2 = 1 m
 Agar distribusi aliran seragam, maka untuk kebutuhan praktisnya digunakan
persamaan berikut:

2 q ' LN 
2
2
y1  y2 
gb 2 y2

Jumlah ambang penerima (N) = 1


Lebar saluran efluen (b) =2m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 19


BAB V – DETAIL DESAIN

Maka :

y1  1 

2 0,375 m 3 / det x 2,4 m x 1
2  2

 1,020 m
9,81 m / det 2 x ( 2 m) 2 x 1 m

Tabel 5.26 : Kedalaman Air di Saluran Outlet


y1 (m)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 1,013 1,020
Rata 1,004 1,006
Min 1,000 1,000

Kedalaman total saluran = y1 + free board


Free board = 12% y1  tambahan untuk friction losses
15 cm  free fall
Maka kedalaman total saluran = 1,020 m + 12% (1,020 m) + 0,15 m
= 1,293 m

7. Grit
a) Jumlah grit yang disisihkan

Pada kapasitas pengaliran puncak (Qmaks) = 1,8 m3/det
Jumlah grit (M) = 30 m3/106 m3 x 1,8 m3/det x 86400 det/hari
= 4,67 m3/hari

Tabel 5.27 : Jumlah Grit Tiap Debit


Grit (m3/hari)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 4,908 6,221
Rata 2,592 3,318
Min 0,691 0,622

b) Dimensi ruang pasir



Direncanakan pengambilan pasir setiap 2 hari sekali.

Volume pasir setiap 2 hari = 2 x 4,67 m3/hari = 9,33 m3

Kedalaman ruang pasir ( d )
Volume ruang pasir = L x w x d

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 20


BAB V – DETAIL DESAIN

9,33 = 16,25 m x (2,6 m x 2) x d


d = 0,11 m
Ambil kedalaman ruang grit 15 cm.

c) Periode penyisihan grit


Pada kapasitas pengaliran puncak (Qmaks)
t = volume ruang grit / jumlah grit
t = 16,25 m x ( 2,6 m x 2 ) x 0,15 m / 4,67 m3/hari
t = 12,67 m3 / 4,67 m3/hari
t = 3 hari
Jadi pengambilan pasir dilakukan setiap 3 hari sekali untuk kapasitas maksimum.
Untuk tahapan dan debit yang lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.28 : Periode Pengambilan Pasir


T (hari)
Debit
Tahap I Tahap II
Maks 3 3
Rata 7 5
Min 24 27

8. Rekapitulasi
a) Dimensi grit chamber

Tabel 5.29 : Dimensi Grit Chamber


Parameter Simbol Besaran
Jumlah bak N 2
Panjang P 16,25 m
Lebar W 2,6 m
Kedalaman D 1,07 m
Free board FB 0,25 m

b) Dimensi proportional weir

Tabel 5.30 : Dimensi Proportional Weir

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 21


BAB V – DETAIL DESAIN

Unit a Y b x
m 0,0165 0,231 2,4 0,4

Gambar 5.3 : Dimensi Proporsional Weir

5.2.3 Comminutor
A. Pengertian
Pemakaian comminutor sesuai produksi pabrik, sehingga pemilihan jenis
comminutor disesuaikan spesifikasi comminutor yang dikeluarkan. Adapun
comminutor yang akan dipakai diproduksi oleh Chicago Pump Co. Celah – celah
pada comminutor mempunyai ukuran 0,5 inch untuk mesin besar sampai berukuran
3/8 inch untuk mesin kecil. Ukuran comminutor keluaran Chicago Pump Co adalah
sebagai berikut:

Tabel 5.31 : Tipe Comminutor Chicago Pump Co


Kapasitas Maksimum
Tipe Daya (kW) Putaran (rpm)
(Mgd)
101 0,25 67 60
101 0,25 75 60

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 22


BAB V – DETAIL DESAIN

Kapasitas Maksimum
Tipe Daya (kW) Putaran (rpm)
(Mgd)
128 0,25 310 60
254 0,37 970 49
381 0,75 2000 42
635 1,50 5000 27
635 1,50 9400 27
914 2,20 22000 15
Sumber : Chicago Pump Co

B. Data Perencanaan
Direncanakan comminutor beroperasi sampai tahap II dan pada debit
maksimum. Debit maksimum pada tahap II adalah 1,8 m3/det = 28434 gpm.

C. Perhitungan
1. Pemilihan comminutor
a. Comminutor yang digunakan adalah tipe 635 dengan kapasitas 9400 GPM.
b. Jumlah comminutor
N = 4 unit (1 stand by)

2. Daya yang dibutuhkan (P)


P = 4 x 1,5 kW
= 6 kW

3. Struktur inlet
a. Pengaliran air limbah dari unit Grit Chamber ke Commminutor menggunakan
pipa berdiameter 1 m dengan satu pipa.
b. Lebar saluran inlet direncanakan dibagi untuk masing – masing comminutor.
c. Direncanakan dibuat bak di inlet comminutor yang berfungsi
mendistribusikan aliran ke masing-masing comminutor sehingga diharapkan
terjadi pendistribusian secara merata pada commmiutor.
d. Comminutor dipasang pada suatu dinding yang sekaligus berfungsi sebagai
penyekat antar comminutor.

4. Struktur outlet

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 23


BAB V – DETAIL DESAIN

a. Struktur outlet terdiri dari saluran yang berfungsi menerima aliran dari semua
comminutor.
b. Pengaliran air limbah dari unit Comminutor ke bak pengumpul menggunakan
pipa berdiameter 1 m.

5.2.4 Bak Pengumpul dan Pompa


A. Pengertian
Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air buangan dari comminutor
yang kemudian akan dialirkan ke bak pengendap pertama. Lamanya air buangan di
dalam bak pengumpul tidak boleh lebih dari 30 menit ( Metcalf & Eddy, 1991 ) agar
tidak terjadi pengendapan dan dekomposisi air buangan. Taraf muka air maksimum
pada bak pengumpul ini harus berada di bawah aliran masuk ke dalamnya agar tidak
terjadi aliran balik.
Bak pengumpul yang akan dibuat direncanakan berbentuk persegi empat
dengan kedalaman yang dikehendaki sesuai dengan sistem pompa yang direncanakan.
Panjang bak pengumpul ini disesuaikan dengan panjang ruang yang dibutuhkan untuk
penempatan seluruh pompa yang sedang beroperasi maupun cadangan.
Pompa yang dipergunakan ini berfungsi untuk menaikkan air buangan dari
bak pengumpul agar konstruksi pengolahan selanjutnya dapat dilakukan di atas
permukaan tanah. Pengaliran selanjutnya dapat dilakukan secara gravitasi. Hal ini
akan mengurangi biaya investasi untuk pembangunan konstruksi bawah tanah yang
lebih mahal dan selain itu mengurangi penggunaan pompa.
Jenis pompa yang dipilih adalah jenis submersible pump. Jenis ini dipilih
karena memberikan keuntungan antara lain:
 Menghemat tempat di permukaan tanah
 Tidak mempunyai masalah dengan tinggi hisap
 Tidak menimbulkan kebisingan karena pompa terendam di dalam air
 Lebih ekonomis dalam hal biaya perawatan
Pompa ditempatkan di dasar bak pengumpul dan mengalirkan air buangan ke
atas melalui pipa kolom yang sekaligus berfungsi sebagai penggantung pompa. Selain
itu juga konstruksi pompa dibuat agar bisa dinaikkan dan diturunkan untuk
pemerikasaan rutin apakah terjadi penyumbatan atau tidak pada pompa.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 24


BAB V – DETAIL DESAIN

B. Kriteria Disain
Kriteria disain untuk bak pengumpul dapat dilihat pada tabel 5.32.

Tabel 5.32 : Kriteria Disain Bak Pengumpul


Parameter Simbol Besaran Satuan Sumber
Waktu detensi td 5 – 30 menit Metcalf & Eddy
Kecepatan pada pemompaan V 0,3 – 3 m/det Qasim
normal
Slope S 1:1 - Qasim

C. Persamaan yang Dipergunakan


 V = Q x td
V = volume sumur pengumpul (m3)
Q = kapasitas pemompaan (m3/det)
td= waktu detensi (detik)

 TDH = Hstatik + Hf + Hm + hv
TDH = Total Dynamic Head (m)
Hstatic = total static head (m)
Hm = minor losses (m)
Hf = head loss karena friksi pada pipa discharge (m)
hv = tinggi kecepatan (m)

 hf = f (Lv2/2gD) (Darcy – Weisbach)


f = koef friksi (tergantung pada Nre, kekasaran dan diameter pipa)
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan aliran dalam pipa (m)
D = diameter pipa (m)
g = percepatan gravitasi (m/det2)

 hf = 6,82 (v / C)185 (L / D1.67) (Hazen – Williams)


Cd = koef kekasaran pipa (tergantung pada jenis bahan pipa)
 hm = K v2 / 2g
K = koef head loss

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 25


BAB V – DETAIL DESAIN

 hv = v2 / 2g
 hL = h f + hm + h v
 v = 0,355 Cd D0.63 (hf / L)0.54 (Hazen – Williams)
 Q = 0,2785 Cd D2.63 (hf / L)0.54 (Hazen – Williams)

D. Data Perencanaan
Data perencanaan yang dipergunakan dalam perencanaan ini dapat dilihat
pada Tabel 5.33.

Tabel 5.33 : Data Perencanaan Bak Pengumpul


Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit maksimum Q maks m3/ hari
 Tahap I 122688
 Tahap II 155520
Debit rata – rata Q rata m3/ hari
 Tahap I 64800
 Tahap II 82944
Efisiensi pompa  75 %
Waktu detensi td 10 menit
Koefisien kekasaran pipa Cd 100 -

E. Perhitungan
1. Dimensi bak pengumpul
 Volume bak pengumpul (V)
V = Q x td
= 155520 m3/hari x 10 menit x (1/1440 hari /menit)
= 1080 m3
 Direncanakan panjang (P) = 15 m dan lebar (l) = 15 m.
 Luas bak pengumpul (A)
A = 15 m x 15 m = 225 m2
 Tinggi muka air pada kapasitas pengaliran maksimum (dmaks)
dmaks = 1080 m3 / 225 m2 = 4,80 m
 Tinggi muka air pada pengaliran rata – rata (drata)
drata = 82944 m3/hari x 10 menit x (1/1440 hari /menit) / 225 m2

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 26


BAB V – DETAIL DESAIN

= 2,56 m

2. Kapasitas pemompaan tiap pompa


Pemompaan dilakukan berdasarkan fluktuasi debit air buangan pada tahap II.
Grafik fluktuasi debit air buangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.4 : Fluktuasi Debit Air Limbah Tahap II

Berdasarkan grafik tersebut, maka pemompaan akan dibagi dalam beberapa tahap.
 Tahap 1 (jam 01 – 04) : kapasitas rata – rata = 720 l/det
 Tahap 2 (jam 05 – 08) : kapasitas rata – rata = 1076 l/det
 Tahap 3 (jam 09 – 13) : kapasitas rata – rata = 1294 l/det
 Tahap 4 (jam 14 – 21) : kapasitas rata – rata = 1079 l/det
 Tahap 5 (jam 22 – 24) : kapasitas rata – rata = 229 l/det

3. Pemilihan diameter pipa


Semua pompa dipasang paralel dengan diameter pipa pemompaan direncanakan
sebesar 24 inch (610 mm).

4. Kontrol disain
Debit tiap pipa
Pada kapasitas maksimum = 1,8 m3/det / 5 = 0,36 m3/det = 360 l/det

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 27


BAB V – DETAIL DESAIN

Pada kapasitas rata – rata = 0,96 m3/det / 5 = 0,284 m3/det = 284 l/det

 Kecepatan aliran dalam pipa pada pengaliran maksimum


Vmaks = Q / (1/4 x  x D2) = 0,36 m3/det / (0,25 x 3,14 x (0,61 m)2)
= 1,23 m/det < 3 m/det
 Kecepatan aliran dalam pipa pada pengaliran rata – rata
Vrata = 0,284 m3/det / (0,25 x 3,14 x (0,61 m)2)
= 0,97 m/det < 3 m/det

5. Head total pemompaan (H tot)


a. Direncanakan
 Panjang pipa = Pipa di dalam bak pengumpul +
pipa horizontal + ketinggian bak pengendap I (konstruksi di atas tanah)
= 5 m + 12 m + 3,5 m
= 20,5 m  21 m
 Diameter pipa (D) = 530 mm
 H statis = tinggi muka air di bak pengendap pertama – tinggi muka air di bak
pengumpul
H statis = 673 m – 667,319 m
= 4,3 m

6. Hf = 6,28 x (1,23 m/det / 100)1.85 x (21 m / 0,61 m)1,67 = 0,68 m

7. Hm = Kv2/2g
Perhitungan untuk head loss minor dapat dilihat pada Tabel 5.34.
Tabel 5.34 : Head Loss Minor
No Jenis alat Jumlah K V (m/det) h (m)
1 Bend 90 10 0,3 1,23 0,23
2 Gate valve 5 0,19 1,23 0,07
3 Y-tee 5 0,7 1,23 0,27
4 Check valve 5 1,2 1,23 0,46
Total 1,04

8. hv = (1,23 m/det)2 / (2 x 9,81 m/det2) = 0,078 m


9. TDH = 4,3 m + 0,68 m + 1,04 m + 0,078 m = 6,08 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 28


BAB V – DETAIL DESAIN

10. Pemakaian Pompa


Pompa yang akan digunakan terdiri dari 5 pompa yang masing – masing
mempunyai kapasitas:
 Pompa 1 = 300 l/det
 Pompa 2 = 300 l/det
 Pompa 3 = 400 l/det
 Pompa 4 = 400 l/det
 Pompa 5 = 400 l/det

Penggunaan pompa adalah sebagai berikut:


 Jam 01 – 04 = pompa 3,4
 Jam 05 –08 = pompa 1,4, dan 5
 Jam 09 – 13 = pompa 1,2,3, dan 5
 Jam 14 – 21 = pompa 2,3, dan 4
 Jam 21 – 24 = pompa 1

Pompa yang digunakan adalah pompa yang dapat mencapai head pemompaan
sebesar 6,08 m. Spesifikasi pompa dapat dilihat pada Bab VI tentang spesifikasi
teknik.

5.2.5 Bak Pengendap I


A. Pengertian
Bak pengendap pertama berfungsi untuk mengurangi partikel (zat padat) yang
terdapat dalam air buangan. Prinsipnya adalah cairan yang mengandung zat padat jika
ditempatkan dalam suatu bak yang tenang maka zat padat yang memiliki berat jenis
lebih besar daripada cairan tersebut cenderung akan mengendap. Pengendapan ini
berlangsung secara fisik.
Bak pengendap pertama yang ditempatkan di depan proses pengolahan biologi
biasanya didisain dengan waktu detensi yang lebih pendek dan beban permukaan

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 29


BAB V – DETAIL DESAIN

(surface loading) yang lebih besar kecuali jika terdapat resirkulasi waste activated
sludge (Metcalf & Eddy, 1991).
Jenis bak pengendap pertama yang dipilih adalah jenis horizontal flow yang
berbentuk persegi panjang dengan pertimbangan bahwa bak jenis ini akan dapat
mengendapkan partikel dengan ukuran yang heterogen dengan efisiensi yang tinggi.

B. Kriteria Disain
Kriteria disain untuk bak pengendap I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.35 : Kriteria Desain Bak Pengendap I


Parameter Simbol Satuan Besaran Sumber
Over flow rate Vo m /m2- hari
3
Qasim, 1985
 Saat debit rata-rata 30 – 50
 Saat debit 60 - 130
maksimum
Beban pelimpah (weir m3/m- hari 124 – 500 Metcalf &
loading) Eddy,1991
Dimensi bak : m Qasim,1985
 Panjang bak p 10 – 100
 Lebar bak l 3 – 24
 Kedalaman d 2.5 – 5
 Rasio p : l 1 – 7,5
 Rasio p : d 4,2 - 25
Kemiringan dasar (slope) S % 1–2 Qasim,1985
Waktu detensi td jam 1 – 20 Qasim, 1985

C. Data Perencanaan
Data perencanaan untuk bak pengendap I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.36 : Data Perencanaan Bak Pengendap I


Parameter Simbol Besaran Satuan
Tipe bak Empat persegi
Debit rata – rata Qr m3/det
 Tahap I 0,75
 Tahap II 0,96
Debit maksimum Qmaks m3/det
 Tahap I 1,42
 Tahap II 1,80
TSS mg/l
 Tahap I 341
 Tahap II 336

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 30


BAB V – DETAIL DESAIN

Parameter Simbol Besaran Satuan


BOD5 mg/l
 Tahap I 294
 Tahap II 302
Konsentrasi solid lumpur 5 %
Specific gravity lumpur Sg 1,03
Rasio p : l 3:1
Kedalaman air d 3 m

D. Dimensi Bak Pengendap I


1. Direncanakan bak dibuat 3 unit sampai tahap II ( 2 operasi dan 1 cadangan ).
2. Debit tiap bak :
Saat kapasitas rata – rata
 Tahap I = 0,75 m3/det /2 = 0,38 m3/det = 32577 m3/hari
 Tahap II = 0,96 m3/det /2 = 0,48 m3/det = 41361 m3/hari
Saat kapasitas maksimum
 Tahap I = 1,42 m3/det /2 = 0,71 m3/det = 61249 m3/hari
 Tahap II = 1,80 m3/det /2 = 0,90 m3/det = 77763 m3/hari
3. Direncanakan luas bak pada saat debit maksimum dengan over flow rate 80 m 3/m2
hari

a. Luas permukaan tiap bak pengendap (As)


As = Q/Vo
= (77763m3/hari) / (80 m3/m2 hari)
= 972 m2
b. Panjang (p) dan lebar (l) bak
Panjang bak = 3 x lebar
Luas = p x l = 3l2
1
 972 m 2  2
Lebar =   = 18 m
 3 

Panjang = 3 x 18 m = 54 m
c. Luas aktual = 18 m x 54 m = 972 m2
d. Tinggi bak = kedalaman air + free board = 3 m + 0,5 m = 3,5 m
e. Volume tiap bak pengendap (V)
V= A x H

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 31


BAB V – DETAIL DESAIN

V= 972 m2 x 3 m = 2916 m3

E. Periksa Overflow Rate


OR = Q/A
Saat debit rata – rata
0,38 m 3 / det x 86400 det/ hari
Tahap I = = 33,5 m3/m2 hari ( OK )
972 m 2

0,48 m 3 / det x 86400 det/ hari


Tahap II = = 42,6 m3/m2 hari ( OK )
972 m 2

Saat debit maksimum


0,71 m 3 / det x 86400 det/ hari
Tahap I = = 63 m3/m2 hari ( OK )
972 m 2

0,90 m 3 / det x 86400 det/ hari


Tahap II = = 80,0 m3/m2 hari ( OK )
972 m 2

F. Periksa Waktu Detensi


td = V/Q
Saat debit rata – rata :
Tahap I = (2916 m3)/ (0,38 m3/det x 3600 det/jam) = 2,1 jam ( OK )
Tahap II = (2916 m3)/ (0,48 m3/det x 3600 det/jam) = 1,7 jam ( OK )
Saat debit maksimum :
Tahap I = (2916 m3)/ (0,71 m3/det x 3600 det/jam) = 1,1 jam ( OK )
Tahap II = (2916 m3)/ (0,90 m3/det x 3600 det/jam) = 1 jam ( OK )
G. Perhitungan Volume Lumpur
1. Penyisihan TSS dan BOD5 (Berdasarkan grafik penyisihan TSS dan BOD5)
a. Saat rata – rata
 Tahap I = overflow rate 32,1 m3/m2 hari
= 67% penyisihan TSS
= 34% penyisihan BOD5
 Tahap II = overflow rate 40,8 m3/m2 hari
= 58% penyisihan TSS
= 32% penyisihan BOD5

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 32


BAB V – DETAIL DESAIN

b. Saat maksimum
 Tahap I = overflow rate 60,4 m3/m2 hari
= 45% penyisihan TSS
= 28% penyisihan BOD5
 Tahap II = overflow rate 76,7 m3/m2 hari
= 40% penyisihan TSS
= 20% penyisihan BOD5
2. TSS
a. Jumlah TSS
 Saat rata – rata
Tahap I = 0,75 m3/det x 86400 det/hari x 341 g/m3 / 1000 g/kg
= 22097 kg/hari
Tahap II = 0,96 m3/det x 86400 det/hari x 336 g/m3 / 1000 g/kg
= 27869 kg/hari
 Saat maksimum
Tahap I = 1,42 m3/det x 86400 det/hari x 341 g/m3 / 1000 g/kg
= 41837 kg/hari
Tahap II = 1,8 m3/det x 86400 det/hari x 336 g/m3 / 1000 g/kg
= 52255 kg/hari

b. Jumlah TSS mengendap = jumlah TSS x efisiensi


 Saat rata – rata
Tahap I = 22097 kg/hari x 67% = 14805 kg/hari
Tahap II = 27869 kg/hari x 58% = 16164 kg/hari
 Saat maksimum
Tahap I = 41837 kg/hari x 45% = 18826 kg/hari
Tahap II = 52255 kg/hari x 40% = 20902 kg/hari

3. BOD5
Selain TSS, pada bak pengendap I ini BOD5 pun mengalami penyisihan, yang
besarnya tergantung pada over flow rate yang digunakan dalam desain.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 33


BAB V – DETAIL DESAIN

a. Jumlah BOD5
 Saat rata – rata
Tahap I = 0,75 m3/det x 86400 det/hari x 294 g/m3 / 1000 g/kg
= 19051 kg/hari
Tahap II = 0,96 m3/det x 86400 det/hari x 302 g/m3 / 1000 g/kg
= 25049 kg/hari
 Saat maksimum
Tahap I = 1,42 m3/det x 86400 det/hari x 294 g/m3 / 1000 g/kg
= 36070 kg/hari
Tahap II = 1,8 m3/det x 86400 det/hari x 302 g/m3 / 1000 g/kg
= 46967 kg/hari

b. Jumlah BOD5 mengendap = jumlah BOD5 x efisiensi


 Saat rata – rata
Tahap I = 19051 kg/hari x 34% = 6477 kg/hari
Tahap II = 25049 kg/hari x 32% = 8016 kg/hari
 Saat maksimum
Tahap I = 18826 kg/hari x 28% = 10100 kg/hari
Tahap II = 20902 kg/hari x 20% = 9393 kg/hari

4. Volume lumpur (Vs)


SS remove x 1000 g / kg
Vs = 5% x 1,03 g / cm3 x 106 cm3 / m3

a. Saat rata – rata


14805 kg / hari x 1000 g / kg
 Tahap I = 5% x 1,03 g / cm 3 x 10 6 cm 3 / m 3 = 287 m3/hari

16164 kg / hari x 1000 g / kg


 Tahap II = 5% x 1,03 g / cm 3 x 10 6 cm 3 / m 3 = 314 m3/hari

b. Saat maksimum
18826 kg / hari x 1000 g / kg
 Tahap I = 5% x 1,03 g / cm 3 x 10 6 cm 3 / m 3 = 366 m3/hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 34


BAB V – DETAIL DESAIN

20902 kg / hari x 1000 g / kg


 Tahap II = 5% x 1,03 g / cm 3 x 10 6 cm 3 / m 3 = 406 m3/hari

5. Lumpur dari tiap bak dipompakan ke gravity thickener dengan menggunakan pipa
berdiameter 400 mm dan pompa lumpur.
H. Struktur Inlet
1. Dimensi saluran inlet
a. Ukuran saluran inlet direncanakan (p x l) = (1 m x 15 m).
b. Pipa influen dari bak pengumpul berdiameter 500 mm (inch).
c. Untuk mengalirkan aliran ke dalam bak pengendap pertama dipasang orifice di
sepanjang lebar dinding bak. Ukuran orifice yang dipasang (pxl) = (0,34 m x
0,34 m) sebanyak 8 unit untuk masing – masing bak.
d. Baffle dipasang dengan jarak 0,44 m di depan orifice dengan tinggi 1 m dan
ditempatkan 5 cm di bawah permukaan air.
e. Kedalaman air di saluran inlet adalah 1 m.

Baffle

Orifice

1m

15 m
16 m

Gambar 5.5 : Dimensi Saluran Inlet Bak Pengendap I

2. Head loss
a. Kapasitas tiap oriface (q)
q = 1,8 m3/det / 2 bak / 8 oriface = 0,225 m3/det
b. Aoriface = 0,34 m x 0,34 m = 0,1156 m2
c. z = hL
2
 q 
hL =  
 Cd Aorifice 2 g 

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 35


BAB V – DETAIL DESAIN

2
 0,1125 m 3 / det 
hL =  
 0,6 x 0,1156 m 2 x 2 x 9,81 m / det 2 

hL = 0,134 m

3. Kecepatan aliran di saluran inlet pada kapasitas pengaliran maksimum (vsal inlet)
vsal inlet = 1,8 m3/det / (2 m x 2 m) = 0,45 m/det.

I. Struktur outlet
1. Struktur outlet terdiri dari efluen baffle, weir V–Notch, saluran effluen dan effluen
box. Weir V-Notch yang digunakan dengan sudut 90 o dan diletakkan di dekat
saluran effluen mendekati effluen box. Koefisien discharge yang diasumsikan
sekitar 0,584. Pipa ke tangki distribusi 1 menggunakan pipa berdiameter 700 mm.
2. Supernatan dari bak pengendap pertama
a. Saat kapasitas rata – rata
 Tahap I = (0,75 m3/det x 86400) – (287 m3/hari) = 64513 m3/hari
 Tahap II = (0,96 m3/det x 86400) – (314 m3/hari) = 82630 m3/hari
b. Saat kapasitas maksimum
 Tahap I = (1,42 m3/det x 86400) – (366 m3/hari) = 122322 m3/hari
 Tahap II = (1,80 m3/det x 86400) – (406 m3/hari) = 155114 m3/hari
3. Untuk Sistem pelimpah efluen dengan V-Notch 90o dengan debit (qo) sebagai
berikut:
8  52
qo = Cd 2 g tan H
15 2
dimana:
H = tinggi muka air pada pelimpah (m)
qo = debit pada pelimpah (m3/det)
 = sudut v notch, 90o
Cd = koefisien discharge, 0,584
a. Weir V-notch yang digunakan berjarak 20 cm antar tengah V-notch (jarak
antar notch 4 cm)
b. Weir loading = 460 m3/m hari (Qasim, 1985)
c. Panjang weir (lw) tiap bak

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 36


BAB V – DETAIL DESAIN

lw = debit supernatan / weir loading


lw = (155114 m3/hari / 2) / 460 m3/m hari = 169 m

0,5 m

0,5 m

8.75 m 8.75 m
0,5 m

Gambar 5.6 : Peletakan V-notch Pada Saluran Outlet


d. Jumlah total V-notch
Dalam 1 meter weir terdapat 5 V-notch
Jumlah V-notch (N) = 5 V-notch x 169 m = 843 unit

16 cm 4 cm 16 cm

10 cm

20 cm

Gambar 5.7 : Dimensi V-Notch Saluran Outlet BP I


4. Debit pelimpah (qo)
qo = Q/jumlah pelimpah
a. Pada saat debit rata – rata
 Tahap I = (64513 m3/hari / 86400 det/hari / 2) / 843 unit
= 0,00044 m3/det
 Tahap II = (82630 m3/hari / 86400 det/hari / 2) / 843 unit
= 0,00057 m3/det

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 37


BAB V – DETAIL DESAIN

b. Pada saat debit maksimum


 Tahap I = (122322 m3/hari / 86400 det/hari / 2) / 843 unit
= 0,00084 m3/det
 Tahap II = (155114 m3/hari / 86400 det/hari / 2) / 843 unit
= 0,000106 m3/det

4. Tinggi muka air pada pelimpah (H)


2
  5
 
 15 qo 
H=  8 x


90o  
  
  0,584 x 2 g x tan
2  
  

a. Pada saat debit rata – rata


2
  5
 
 15 0,00044 m 3 / det 
 Tahap I H= 
8
x
 o


 90 

 0,584 x 2 x 9,8 x tan 

 2 
  

H = 0,04 m = 4 cm
2
  5
 
 15 0,00057 m 3 / det 
 Tahap II H= 
8
x
 o


 90 

 0,584 x 2 x 9,8 x tan 2  

  

H = 0,0442 m = 4,42 cm

b. Pada saat debit maksimum


2
  5
 
 15 0,00084 m 3 / det 
 Tahap I H= 
8
x
 o


 90 

 0,584 x 2 x 9,8 x tan 

  2  

H = 0,0517 m = 5,17 cm
2
  5
 
 15 0,000106 m 3 / det 
 Tahap II H= 
8
x
 o


 90 

 0,584 x 2 x 9,8 x tan 

  2  

H = 0,0569 m = 5,69 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 38


BAB V – DETAIL DESAIN

5. Kontrol beban pelimpah (Vo) = Q / panjang weir


a. Pada saat debit rata – rata
 Tahap I = (64513 m3/hari / 2) / (169 m)
= 191 m3/m hari (memenuhi)
 Tahap II = (82630 m3/hari / 2) / (169 m)
= 245 m3/m hari (memenuhi)
b. Pada saat debit maksimum
 Tahap I = (122322 m3/hari / 2) / (169 m)
= 363 m3/m hari (memenuhi)
 Tahap II = (155114 m3/hari / 2) / (169 m)
= 460 m3/m hari (memenuhi)
6. Saluran effluen
a. Saluran effluen direncanakan lebar 0,5 m.
b. Lebar effluen box 1 m dengan kedalaman air di dalamnya 1 m.
c. Saluran outlet diletakkan 0,5 di atas effluen box.
d. Tinggi muka air di titik keluar saluran outlet (Y2 ) = 1 m – 0,5 m = 0,5 m
e. Tinggi muka air di saluran outlet
 Debit maksimum

2 q ' L N 
2
2
Y1 = y2  dimana :
g b 2 y2

Y1 = kedalaman air upstream, m


Y2 = kedalaman air di saluran sepanjang L,m
q’ = debit per unit panjang weir, m3/det . m
b = lebar saluran
N = jumlah sisi weir yang menerima aliran = 1
g = percepatan grafitasi = 9,81 m/det2
q’ = (155114 m3/hari / 86400 det/hari / 2) / 169 m = 0,0053 m3/det
N = 2 dan panjang saluran outlet, L = 24 m

2 0,0053 m 3 / m det x 24 m x 2 
2

Y1 =  0,5 m  2   0,597 m
9,81 m / det 2
x 0,5 m  x 0,5 m
2

f. 16% untuk friction losses, turbulen, belokan, dan 20 cm penambahan untuk
terjunan bebas.
g. Kedalaman saluran total
BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 39
BAB V – DETAIL DESAIN

d total = (1,16 x 0,597) + 0,2 m = 0,893 m

Rekapitulasi

Tabel 5.37 : Dimensi Bak Pengendap I


Parameter Simbol Besaran
Jumlah bak n 3
Panjang p 54 m
Lebar w 18 m
Kedalaman d 3m
Free board FB 0,5 m

5.2.6 Tangki Distribusi Air Limbah I


Pengertian
Tangki distribusi AL 1 ini berfungsi untuk membagi aliran yang berasal dari bak
pengendap pertama, sludge return, supernatan dari gravity thickener, anaerobic
digester, sludge drying bed. Aliran kemudian dibagi dua menuju ke tangki aerasi.
Pembagian aliran menjadi dua ini dimaksudkan agar influen terdistribusi seragam di
setiap tangki aerasi.

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi AL I dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 5.38 : Data Perencanaan Tangki Distribusi AL I


Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 112603
 Tahap II 144408
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 213630
 Tahap II 272385
Waktu detensi saat kapasitas rata –
td 35 detik
rata
Waktu detensi saat kapasitas
td 30 detik
maksimum

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 40


BAB V – DETAIL DESAIN

Dimensi Tangki Distribusi AL I


Volume tangki saat kapasitas maksimum (V) tahap II
V = 272385 m3/hari x 30 detik / 86400 detik/hari = 95m3
Dimensi tangki (p x l) = 6 m x 6 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)
dmskd = 95 m3 / 36 m2 = 2,6 m

Volume tangki saat kapasitas rata – rata tahap II


V = 144408 m3/hari x 35 detik / 86400 detik/hari = 58 m3
Kedalaman air dalam tangki (drata)
drata = 58 m3 / 36 m2 = 1,6 m

Dimensi tangki distribusi 2 direncanakan sampai tahap II pada debit maksimum


a. Panjang =6m
b. Lebar =6m
c. Tinggi = 2,6 m + 0,5 free board = 3,1 m
Struktur Intlet
Struktur intlet terdiri dari pipa yang berasal dari bak pengendap pertama
berdiameter 700 mm, pipa sludge return berdiameter 500 mm, dan pipa dari tangki
distribusi 4 berdiameter 500 mm.

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari rectangular weir, box effluen, dan pipa outlet menuju
tangki aerasi dengan diameter 700 mm. Direncanakan panjang weir yang
dipergunakan 0,5 m dengan koefisien Cd = 0,624.

Head di atas weir


Kapasitas pengaliran rata - rata
2
3 Q  3

hL =  x 

 2 Cd L ' 2 g 

dimana L’ = L – 0,2hL
Q berdasarkan jumlah tangki aerasi, pada perencanaan ini tangki aerasi
berjumlah 2 unit sampai tahap II

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 41


BAB V – DETAIL DESAIN

 Tahap I hL =

2
 3 112603 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 2 unit  3

 x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 0,94 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,94 m) = 0,56 m
 Tahap II hL =

2
 3 144408 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 2 unit  3

 x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 1,10 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 1,10 m) = 0,53 m

Saat kapasitas pengaliran maksimum


 Tahap II hL =

2
 3 213630 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 2 unit  3

 x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 1,40 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 1,40 m) = 0,47 m
 Tahap II hL =

2
 3 272385 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 2 unit  3

 x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 1,62 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 1,62 m) = 0,43 m

Box Effluen
Direncanakan waktu detensi dalam box effluen selama 5 detik dengan dimensi (p x
l) adalah 2,5 m x 2,5 m.
Volume box = 272385 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari = 16 m3
Kedalaman air di dalam box effluen (dbox)

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 42


BAB V – DETAIL DESAIN

 Kapasitas maksimum
dbox = 4 m3 / 6,25 m2 = 2,5 m
 Kapasitas rata - rata
dbox = 144408 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari / 6,25 m2 = 1,34 m

5.3 Pengolahan Tingkat Kedua


5.3.1 Tangki Aerasi
Pengertian
Tangki aerasi merupakan tempat terjadinya percampuran secara sempurna.
Influen dimasukkan ke dalam suatu sistem inlet sehingga beban pengolahan dapat
tersebar merata ke seluruh tangki. Dengan cara ini diharapkan rasio antara substrat
dan mikroorganisma cukup seimbang sehingga memungkinkan terjadinya adsorbsi
material organik terlarut ke dalam biomassa dengan cepat.
Influen yang masuk ke dalam tangki berasal dari effluen bak pengendap
pertama yang ditambah dengan aliran resirkulasi lumpur, filtrat dari thickener,
digester, dan sludge drying bed. Perhitungan kesetimbangan massa perlu dilakukan
untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas influen yang mendekati keadaan yang
sebenarnya. Kuantitas dan kualitas pada perhitungan di bawah ini adalah hasil
perhitungan dari kesetimbangan massa dan beberapa pertimbangan kuantitas dan
kualitas air buangan yang akan diolah.

Kriteria Desain
Kriteria desain proses aerasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.39 : Kriteria Desain Tangki Aerasi


Parameter Satuan Besaran Sumber
Umur sel (c) hari 5 – 15 Metcalf & Eddy,1991
F/M hari-1 0,2 – 0,6 Metcalf & Eddy,1991
Organik loading kg/m3 hari 0,7 – 2,0 Metcalf & Eddy,1991
MLSS mg/l 2500 – 4000 Metcalf & Eddy,1991
Koef pertumbuhan (Y) mg VSS/mg BOD5 0,4 – 0,8 Metcalf & Eddy,1991
Koef decay (kd) hari-1 0,025 – 0,075 Metcalf & Eddy,1991
Waktu detensi hidrolis Jam 2 – 8,5 Qasim, 1985
Faktor resirkulasi - 0,25 – 1,0 Metcalf & Eddy,1991

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 43


BAB V – DETAIL DESAIN

Data Perencanaan
Debit dan konsentrasi yang masuk ke tangki aerasi diperkirakan dari
perhitungan kesetimbangan massa. Hasil akhir dari perhitungan kesetimbangan massa
setelah iterasi terakhir adalah sebagai berikut

Tabel 5.40 : Hasil Iterasi Kesetimbangan Massa


Debit BOD5 TSS
Kondisi
m3/hari m3/det kg/hari mg/l kg/hari mg/l
Saat rata – rata
 Tahap I 66393 0,768 15845 239 14818 223
 Tahap II 85146 0,985 21097 248 20300 238
Saat maksimum
 Tahap I 125961 1,458 31253 248 33598 267
 Tahap II 160605 1,859 43550 271 44292 276

Debit, konsentrasi BOD5 dan TSS di atas merupakan hasil pendekatan dalam
perhitungan kesetimbangan massa. Untuk itu perlu ditambahkan beberapa persen
dalam perhitungan selanjutnya. Menurut Qasim penambahan nilai sebesar 5 –
10%. Dalam perencanaan ini penambahan dilakukan sebesar 6%. Hasil tersebut
dan data perencanaan yang lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.41 : Data Perencanaan Tangki Aerasi
Parameter Simbol Besaran Satuan
Umur sel c 8 hari
Koef pertumbuhan Y 0,5 mg/mg
Koef decay kd 0,05 hari-1
BOD5 effluen S 50 mg/l
MLVSS X 3000 mg/l
Kedalaman tangki h 4,5 m
Panjang : lebar 2:1
MLVSS / MLSS 0,8
BOD5 / BODL 68 %
MLSS 3750 mg/l
Biological solid/biodegradable 65 %
Konsentrasi return sludge 10000 mg/l
Jumlah tangki sampai tahap II 2 unit
3
Debit rata – rata Qr m /hari m3/det
 Tahap I 70377 0,815
 Tahap II 90255 1,045
Qmaks
Debit maksimum

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 44


BAB V – DETAIL DESAIN

Parameter Simbol Besaran Satuan


 Tahap I 133518 1,545
 Tahap II 170241 1,970
BOD5 rata - rata So mg/l
 Tahap I 253
 Tahap II 263
BOD5 maksimum
 Tahap I 263

 Tahap II 287
TSS rata - rata mg/l
 Tahap I 237
 Tahap II 264
TSS maksimum
 Tahap I 283

 Tahap II 292

Konsentrasi BOD5 Effluen


1. BODL dalam effluen solid biodegradable = 50 mg/l x 0,65 x 1,42 mgO2/sel
= 46,15 mg/l
2. BOD5 (suspended) dalam effluen solid biodegradable = 46,15 mg/l x 0,68
= 31,38 mg/l
3. BOD5 (solube) dalam effluen BOD5 (S) = (50 – 31,38) mg/l
= 18,62 mg/l

Efisiensi pengolahan
( So  18,62) mg / l
Efisiensi pengolahan berdasarkan BOD5 solube = x 100%
So
(253  18,62) mg / l
Tahap I = x 100% = 93%
253 mg / l

(263  18,62) mg / l
Tahap II = x 100% = 93%
263 mg / l

( So  50) mg / l
Efisiensi pengolahan keseluruhan = x 100%
So
(253  50) mg / l
Tahap I = x 100% = 80%
253 mg / l

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 45


BAB V – DETAIL DESAIN

(263  50) mg / l
Tahap II = x 100% = 81%
263 mg / l

Volume Tangki
Direncanakan dibuat 3 tangki aerasi sampai tahap II.
Debit per tangki
 Tahap I = 70377 m3/hari / 3 = 23459 m3/hari
 Tahap II = 90255 m3/hari / 3 = 30085 m3/hari
Volume tangki (V)
Q  c Y  So  S 
V=
X 1  k d  c 
30085 m 3 / hari x 8 hari x 0.5  263  18,62 mg / l
V=
3000 mg / l x 1  0,05 / hari x 8 hari 

V = 7002 m3
Luas tangki (A)
Luas tangki = volume / h
Luas tangki = 7002 / 6 m
Luas tangki = 1167 m2

Dimensi tangki
Kedalaman tangki = 4,5 m
A 1167 m 2
Panjang / lebar = 2 / 1, maka lebar (l) = = = 27,8 m
2 2
Panjang (p) = 2 x 27,8 m = 55,6 m

Free board = 0,8 m

Lumpur yang dihasilkan


Y
Koefisien pertumbuhan observasi (Yobs) =
1  k d  c 
0,5
Yobs = 1  0,05 / hari x 8 hari  = 0,3517

Pertambahan MLVSS (Px)

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 46


BAB V – DETAIL DESAIN

Px = Yobs Q (So – S)

Saat debit rata - rata


 Tahap I Px = 0,3517 x 70377 m3/hari x (253 – 18,62)g/m3 / 1000 g/kg
Px = 5890 kg/hari
 Tahap II Px = 0,3517 x 90255 m3/hari x (263 – 18,62)g/m3 / 1000 g/kg
Px = 7865 kg/hari
Saat debit maksimum
 Tahap I Px = 0,3517 x 133518 m3/hari x (263 – 18,62)g/m3 / 1000 g/kg
Px = 11652 kg/hari
 Tahap II Px = 0,3517 x 170241 m3/hari x (287 – 18,62)g/m3 / 1000 g/kg
Px = 16342 kg/hari

Pertambahan MLSS (Pxss)


Pxss = Px / 0,8
Saat debit rata – rata
 Tahap I = 5890 kg/hari / 0,8 = 7362 kg/hari
 Tahap II = 7865 kg/hari / 0,8 = 9831 kg/hari
Saat debit maksimum
 Tahap I = 11652 kg/hari / 0,8 = 14565 kg/hari
 Tahap II = 16342 kg/hari / 0,8 = 20427 kg/hari

Lumpur yang akan dibuang


Massa lumpur yang akan dibuang (Qs) = Pxss – ((Q – Vs) x BOD5 eff)
Volume lumpur yang akan dibuang (Vs) = Qs / 3,75 kg/m3
MLSS = 3750 mg/l = 3,75 kg/m3
Dengan cara trail and error, diperoleh :
a. Saat debit rata – rata:
 Tahap I Qs = 7362 kg/hari – ((70377 – 1039) m3/hari x 50 g/m3 / 1000 g/kg)
Qs = 3895 kg/hari
Vs = 3895 kg/hari / 3,75 kg/m3
Vs = 1039 m3/hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 47


BAB V – DETAIL DESAIN

 Tahap II Qs = 9831 kg/hari – ((90255 – 1437) m3/hari x 50 g/m3 / 1000 g/kg)


Qs = 5390 kg/hari
Vs = 5390 kg/hari / 3,75 kg/m3
Vs = 1437 m3/hari
b. Saat debit maksimum :
 Tahap I Qs = 14565 kg/hari –((133518–2132) m3/hari x 50 g/m3 / 1000 g/kg)
Qs = 7996 kg/hari
Vs = 7996 kg/hari / 3,75 kg/m3
Vs = 2132 m3/hari
 Tahap II Qs = 20427 kg/hari –((170241–3220 ) m3/hari x 50 g/m3 /1000 g/kg)
Qs = 12076 kg/hari
Vs = 12076 kg/hari / 3,75 kg/m3
Vs = 3220 m3/hari

Return sludge rate


Return sludge rate dihitung berdasarkan konsentrasi MLSS di dalam tangki
aerasi dan TSS di return sludge. Diperkirakan bahwa TSS di influen sangat kecil.
MLSS (Q + Qr) = TSS di sludge x Qr
3750 mg/l x (Q + Qr) = 10000 mg/l x Qr
Qr = 3750 Q / 6250
Qr = 0,6 Q atau Qr = 60% Q
Rasio resirkulasi = 60%
1. Saat debit rata – rata
 Tahap I Qr = 0,6 x 1039 m3/hari = 623 m3/hari = 0,007 m3/det
 Tahap II Qr = 0,6 x 1437 m3/hari = 862 m3/hari = 0,010 m3/det

2. Saat debit maksimum


 Tahap I Qr = 0,6 x 2132 m3/hari = 1279 m3/hari = 0,015 m3/det
 Tahap II Qr = 0,6 x 3220 m3/hari = 1932 m3/hari = 0,022 m3/det

Kontrol disain
Waktu aerasi (td)
td = volume / debit

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 48


BAB V – DETAIL DESAIN

Saat debit rata – rata


 Tahap I = ( 2 unit x 10488 m3 x 24 jam/hari) / (70377m3/hari) = 7,15 jam
 Tahap II = ( 2 unit x 10488 m3 x 24 jam/hari) / (90255 m3/hari) = 5,58 jam
Saat debit maksimum
 Tahap I = ( 2 unit x 10488 m3 x 24 jam/hari) / (133518 m3/hari) = 3,77 jam
 Tahap II = ( 2 unit x 10488 m3 x 24 jam/hari) / (170241 m3/hari) = 2,96 jam
(memenuhi kriteria)

Rasio F/M (U)


Q  So  S 
U=
V X

Saat debit rata – rata


70377 m3 / hari x  253  18,62 g / m3
 Tahap I = = 0,26
(2 unit x 10488 m3 ) x 3000 g / m3

90255 m3 / hari x  263  18,62 g / m3


 Tahap II = = 0,35
(2 unit x 10488 m3 ) x 3000 g / m3

(memenuhi kriteria)

Saat debit maksimum


133518 m3 / hari x  263  18,62  g / m3
 Tahap I = = 0,52
(2 unit x 10488 m3 ) x 3000 g / m3

170241 m3 / hari x  287  18,62 g / m3


 Tahap II = = 0,73
(2 unit x 10488 m3 ) x 3000 g / m3

(memenuhi kriteria)

Organik loading (OL)


S0 Q
OL =
V
Saat debit rata – rata
253 g / m3 x 70377 m3 / hari
 Tahap I = = 0,85 kg/m3 hari
2 unit x 10488 m 2 x 1000 g / kg

263 g / m3 x 90255 m3 / hari


 Tahap II = = 1,13 kg/m3 hari
2 unit x 10488 m 2 x 1000 g / kg

(memenuhi kriteria)

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 49


BAB V – DETAIL DESAIN

Saat debit maksimum


263 g / m3 x 133518 m 3 / hari
 Tahap I = = 1,52 kg/m3 hari
2 unit x 10488 m 2 x 1000 g / kg

287 g / m 3 x 170241 m3 / hari


 Tahap II = = 2,00 kg/m3 hari
2 unit x 10488 m 2 x 1000 g / kg

(memenuhi kriteria)

Struktur Influen
Saluran influen terdiri dari saluran panjang berbentuk empat persegi yang berada pada
sisi lebar tangki. Influen memasuki saluran di tengah dan membagi dua sama
panjang. Saluran memiliki 10 persegi submerged oriface (5 setiap sisi) yang
mendistribusikan influen sepanjang lebar tangki.

Head loss
Head loss dihitung pada saat terjadi debit maksimum.
Debit maksimum tiap tangki (Qm)
Qm = (Q + Qr) / 2
 Tahap I = (1,545 m3/det + 0,015 m3/det) / 2 = 0,780 m3/det
 Tahap II = (1,970 m3/det + 0,022 m3/det) / 2 = 0,996 m3/det
Debit per sisi (Qi)
Qi = Qm / 2
 Tahap I = 0,780 m3/det / 2 = 0,390 m3/det
 Tahap II = 0,996 m3/det / 2 = 0,498 m3/det
Lebar saluran influen direncanakan 1 m.
Kedalaman saluran influen 1,7 m
Kecepatan aliran di saluran (v)
v = Qi / (1 m x 1,7 m) = Qi / 1,7 m2
 Tahap I = 0,390 m3/det / 1,7 m2 = 0,229 m/det
 Tahap II = 0,498 m3/det / 1,7 m2 = 0,293 m/det
Debit setiap oriface (q)
q = Qi / 5 oriface

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 50


BAB V – DETAIL DESAIN

 Tahap I = 0,390 m3/det / 5 = 0,078 m3/det


 Tahap II = 0,498 m3/det / 5 = 0,100 m3/det
Perbedaan tinggi muka air antara saluran dan di tangki aerasi (Z)
2
 q 
Z =  
 C A 2g 
 d 

dimensi oriface = 40 cm x 40 cm
Cd = 0,61
2
 0,078 m 3 / det 
 Tahap I =   = 0,033 m
 0,61 x 0,4 m x 0,4 m x 2 x 9,81 m / det 2 
 
2
 0,100 m 3 / det 
 Tahap II =   = 0,053 m
 0,61 x 0,40 m x 0,40 m x 2 x 9,81 m / det 2 
 

Struktur effluen
Struktur effluen terdiri dari effluen box = 2 m x 2,2 m (termasuk tebal dinding 0,2 m),
launder selebar 1 m, pipa outlet digunakan dengan diameter 700 mm. Jumlah weir
setiap tangki sebanyak 4 unit dengan panjang pelimpah tiap weir 0,5 m. Saluran
outlet juga dilengkapi dengan stop gate pada setiap weir box untuk mengatur
aliran.

Tinggi muka air di atas weir pada aliran rata – rata


Debit rata – rata + debit resirkulasi (qa)
qa = (Q + Qr)
 Tahap I = (0,815 m3/det + 0,007 m3/det) = 0,822 m3/det
 Tahap II = (1,045 m3/det + 0,010 m3/det) = 1,055 m3/det

Debit per tangki (qt)


qt = qa / 2 unit
 Tahap I = 0,822 m3/det / 2 = 0,411 m3/det
 Tahap II = 1,055 m3/det / 2 = 0,527 m3/det

Debit per weir box (qw)


qw = qt / 4 weir box
 Tahap I = 0,411 m3/det / 4 = 0,103 m3/det
 Tahap II = 0,527 m3/det / 4 = 0,132 m3/det
BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 51
BAB V – DETAIL DESAIN

Dengan panjang weir (L) = 0,5 m dan C = 0,624, maka tinggi permukaan air di atas
weir (H) dapat dihitung dengan cara trail and error dengan asumsi awal L’ = 0,48
m.
2
3 qw  3

H=  x 
2 C L ' 2g 
 

L’ = 0,5 m – (0,2 x H)
2
3 0,103 m3 / det  3

 Tahap I H =  x  = 0,249
2 0,624 x 0,450 m x 2 x 9,81 m / det 2 
 

m
L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,249m) = 0,450 m
2
3 0,100 m3 / det  3

 Tahap II H =  x  = 0,297
2 0,624 x 0,441 m x 2 x 9,81 m / det 2 
 

m
L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,297 m) = 0,441 m

Tinggi muka air di atas weir saat debit maksimum


Debit maksimum + debit resirkulasi (qa)
qa = (Qres + Qmaks)
 Tahap I = (1,545 m3/det + 0,015 m3/det) = 1,560 m3/det
 Tahap II = (1,970 m3/det + 0,022 m3/det) = 1,993 m3/det

Debit per tangki (qt)


qt = qa / 2 unit
 Tahap I = 1,560 m3/det / 2 = 0,780 m3/det
 Tahap II = 1,993 m3/det / 2 = 0,996 m3/det

Debit per weir box (qw)


qw = qt / 4 weir box
 Tahap I = 0,780 m3/det / 4 = 0,195 m3/det
 Tahap II = 0,996 m3/det / 4 = 0,249 m3/det

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 52


BAB V – DETAIL DESAIN

Dengan panjang weir (L) = 0,5 m dan C = 0,624, maka tinggi permukaan air di atas
weir (H) dapat dihitung dengan cara trail and error dengan asumsi awal L’ = 0,48
m.
2
3 qw  3

H=  x 
2 C L ' 2g 
 

L’ = 0,5 m – (0,2 x H)
2
3 0,195 m3 / det  3

 Tahap I H =  x  = 0,399
2 0,624 x 0,420 m x 2 x 9,81 m / det 2 
 

m
L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,399 m) = 0,420 m
2
3 0,249 m3 / det  3
 x 
 Tahap II H = 2
 0,624 x 0,404 m x 2 x 9,81 m / det 2 
 = 0,482

m
L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,482 m) = 0,404 m
Saluran effluen (launder)
Panjang weir (L) = lebar bak – 2(0,5 m)
L = 34,1 m – 1 m = 33,1 m
Asumsi y2 = 0,44 m
Jumlah ambang penerima (N) = 1
debit maksimum dari 4 weir box
q’ = panjang saluran effluen

0,780 m 3 / det
 Tahap I = 33,1 m
= 0,024 m3/det m panjang

0,996 m3 / det
 Tahap II = 33,1 m
= 0,030 m3/det m panjang

Kedalaman air di saluran outlet (y1)

2 q ' L N 
2
2
y1 = y2  2
g b 2 y2

 Tahap I =  0,44 m  2 
 
2 0,024 m3 / det .m x 33,1 m x1
2

= 0,69 m
9,81 m / det 2 x 1 m  x 0,44 m
2

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 53


BAB V – DETAIL DESAIN

 Tahap II =  0,44 m  2 

2 0,030 m3 / det .m x 33,1 m x1 
= 0,81 m
2

9,81 m / det 2 x 1 m  x 0,44 m


2

Kedalaman air dalam saluran total (y1 tot)


Untuk kedalaman air di dalam saluran perlu ditambahkan 16% losses yang
disebabkan oleh gesekan, turbulensi, dan belokan. Sedangkan untuk terjunan perlu
ditambahkan 15 cm.
y1 tot = (1,16 x y1) + 0,15 m
 Tahap I = (1,16 x 0,69 m) + 0,15 m = 0,95 m
 Tahap II = (1,16 x 0,81 m) + 0,15 m = 1,09 m

Effluen box dan outlet sewer


Effluen box berdimensi 2 m x 2,2 m
b. Diameter pipa outlet 0,6 m
Debit di effluen box dan outlet sewer berasal dari masing – masing tangki pada
keadaan maksimum.
Kedalaman aliran dan kecepatan aliran di outlet sewer dihitung berdasarkan
persamaan Manning dengan n = 0,013 dan S = 0,00075 m/m.
1 2 3 12
V= R S
n
0,312 8 3 12
Q= D S
n
R = D/4
0,312
x  0,6 m  3 x  0,00075 m / m  2 = 0,168 m3/det
8 1
 Q full =
0,013
2
1
x  0,6 m  x  0,00075 m / m 
3 1
 V full = 4
2 = 1,499 m/det
0,013 

 q/Q
Tahap I = 0,168 m3/det / 0,780m3/det = 0,22 m3/det
Tahap II = 0,168 m3/det / 0,996 m3/det = 0,17 m3/det

 Dengan menggunakan grafik berikut ini diperoleh d/D dan v/V

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 54


BAB V – DETAIL DESAIN

d/D : Tahap I = 0,34


Tahap II = 0,20

v/V : Tahap I = 0,78


Tahap II = 0,73

 Kedalaman air di outlet (d) = d/D x 0,6 m


Tahap I = 0,34 x 0,6 m = 0,204 m
Tahap II = 0,20 x 0,6 m = 0,120 m

 Kecepatan di outle sewer saat debit maksimum (v) = v/V x 1,499 m/det
Tahap I = 0,78 x 1,499 m/det = 1,2 m/det
Tahap II = 0,73 x 1,499 m/det = 1,1 m/det

v2
 Head loss (hL) = k
2g
, k = 0,3

1,2 m / det  2
Tahap I = 0,3 x = 0,021 m
2 x 9,81 m / det

1,1 m / det  2
Tahap II = 0,3 x = 0,018 m
2 x 9,81 m / det

 Kedalaman aliran di saluran effluen (ds)


ds = kedalaman air di outlet + hL
Tahap I = 0,204 m + 0,021 m = 0,225 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 55


BAB V – DETAIL DESAIN

Tahap II = 0,120 m + 0,018 m = 0,138 m

Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan oksigen teoritis (N)
Q So  S 
O2 kg / hari   1,42 Px
BOD5 / BODL
70377 m 3 / hari x  253  18,62 g / m 3
 Tahap I =  1,42 x 5890 kg / hari 
0,68

= 15891 kg/hari
90255 m3 / hari x  263  18,62 g / m3
 Tahap II =  1,42 x 7865 kg / hari 
0,68

= 21220 kg/hari

Kebutuhan oksigen standar (SOR)


N
SOR =
  C 'sw  Fa  C  / Csw  1,024
T  20
x

Dimana :
N = kebutuan oksigen teorits (kg/hari)
C’sw = konsentrasi oksigen pada temperatur lapangan (mg/l) = 8,5 mg/l
(Metcalf & Eddy)
Csw = konsentrasi oksigen pada temperatur standar 20 oC (mg/l) = 9,15 mg/l
(Qasim)
C = DO minimum yang dicapai dalam tangki (mg/l), 2 mg/l
 = faktor koreksi tegangan tergantung salinitas air limbah = 0,9 (Qasim)
x = faktor koreksi transfer oksigen = 0,95 (Qasim)
fa = faktor koreksi kelarutan oksigen terhadap ketinggian

fa = 1   ketinggian / 9450 
= 1   675 m / 9450 m  
= 0,93
T = temperatur rata-rata air limbah pada kondisi lapangan, tergantung dari
temperatur udara ambiaen rata-rata dan temperatur influen.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 56


BAB V – DETAIL DESAIN

AfTa  QTi
T=
Af  Q

A = luas total permukaan tangki aerasi (m2) = 2 unit x 1745 m2 = 3490 m2


Ta = temperatur udara ambien = 24 oC
Ti = temperatur maksimum influen air limbah = 27 oC
f = faktor proporsional = 0,5 m/hari
3490 m 2
x 0,5 m / hari x 24 oC    70377 m3 / hari x 27 oC 
= 27 oC
T=
3490 m2 x 0,5 m / hari  70377 m3 / hari

Maka SOR :
15891 kg / hari
 Tahap I =
 
 8,5 mg / l x 0,9 x 0,93  2 mg / l  x 1,024 27 20 x 0,95 = 25392
kg/hari
21220 kg / hari
 Tahap II =
 
 8,5 mg / l x 0,9 x 0,93  2 mg / l  x 1,024 27 20 x 0,95 = 33910
kg/hari

Volume udara yang dibutuhkan


Berat jenis udara = 1,201 kg/m3
Berat oksigen di udara = 23,2%
Faktor koreksi aerator (FA) = 0,65
Kebutuahan volume udara sebenarnya di lapangan (M):
SOR
= 3
1,201 kg / m x 0,232 gO2 / g udara
25392 kg / hari
 Tahap I = = 91130 m3/hari
1,201 kg / m3 x 0,232 gO2 / g udara

33910 kg / hari
 Tahap II = = 121701 m3/hari
1,201 kg / m3 x 0,232 gO2 / g udara

Kebutuhan udara teoritis (Mt)


Mt = M / FA = M / 0,65
 Tahap I = 91130 m3/hari / 0,65 = 139439 m3/hari
 Tahap II = 121701 m3/hari / 0,65 = 186231 m3/hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 57


BAB V – DETAIL DESAIN

Total udara disain (Md)


Udara yang dibutuhkan dalam disain adalah sebesar 150% dari udara teoritis
Md
 Tahap I = 1,5 x 139439 m3/hari = 209159 m3/hari = 145,25 m3/menit
 Tahap II = 1,5 x 186231 m3/hari = 279346 m3/hari = 194 m3/menit
Udara per tangki = Md / 2 tangki
 Tahap I = 145,25 m3/menit / 2 = 72,62 m3/menit
 Tahap II = 194 m3/menit / 2 = 97 m3/menit

Volume udara per kg BOD5 disisihkan per m3 air buangan yang diolah per m3 tangki
Mb = Md / (So – S) x Q
209159 m3 / hari x 1000 g / kg
 Tahap I = 3
 253  18,62 g / m3 x 70377 m3 / hari = 12,01 m /kg
279346 m3 / hari x 1000 g / kg
 Tahap II = 3
 263  18,62 g / m3 x 90255 m3 / hari = 12,04 m /kg

Volume udara per volume air buangan (Ma)


Ma = Md / Q


209159 m3 / hari
Tahap I = = 2,97 m3/m3
70377 m3 / hari


279346 m3 / hari
Tahap II = = 3,10 m3/m3
90255 m3 / hari

Volume udara per volume tangki aerasi (Mt)


Mt = Md / (2 tangki x 10488 m3)
 Tahap I = 209159 m3/hari / (2 x 10488 m3) = 9,97 m3/m3 hari
 Tahap II = 279346 m3/hari / (2 x 10488 m3) = 13,32 m3/m3 hari

Jumlah Aerator yang Dibutuhkan


Aerator yang dibutuhkan adalah berjenis surface aerator tipe SFA – 100

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 58


BAB V – DETAIL DESAIN

Tabel 5.42 : Tipe Surface Aerator


Motor Aerator
Model Pumping rate
HP Pole KgO2/hari DM DZ D
(m3/mnt)
SFA-02 2 4 3 6 12 2-3 5
SFA-03 3 4 4,2 9 18 3-4 7
SFA-05 5 4 6,6 12 24 3-4 9
SFA-07 7.5 4 9,6 16 32 3-4 11
SFA-10 10 4 11,5 19 38 3-4 19
SFA-15 15 4 16,5 27 54 3-4 24
SFA-20 20 4 21 32 64 3-4 29
SFA-25 25 4 27,5 36 72 3-4 33
SFA-30 30 4 31 40 80 3-4 37
SFA-40 40 4 38 45 90 5-6 46
SFA-50 50 4 50 50 100 5-6 55
SFA-60 60 4 61 56 112 5-6 65
SFA-75 75 4 73 62.5 125 5-6 80
SFA-100 100 4 95 70 140 5-6 120
Sumber : www.enfound.com

Jumlah aerator = SOR / (4 x 95 kgO2/hari)


 Tahap I = 25392 kgO2/hari / (4 x 95 kgO2/hari) = 67 unit
 Tahap II = 33910 kgO2/hari / (4 x 95 kgO2/hari) = 89 unit
Kebutuhan daya = Jumlah aerator x daya/aerator
 Tahap I = 67 unit x 100 HP = 6700 HP = 4983 kW
 Tahap II = 89 unit x 100 HP = 8900 HP = 6654 kW

5.3.2 Tangki Distribusi AL II


Pengertian
Tangki distribusi II ini berfungsi untuk membagi aliran dari tangki aerasi. Aliran
kemudian dibagi empat menuju ke clarifier. Pembagian aliran menjadi empat ini
dimaksudkan agar influen terdistribusi seragam di setiap clarifier.

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi AL II dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 5.43 : Data Perencanaan Tangki Distribusi AL II
Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 59


BAB V – DETAIL DESAIN

Parameter Simbol Besaran Satuan


 Tahap I 69338
 Tahap II 88817
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 131386
 Tahap II 167020
Waktu detensi saat kapasitas rata –
td 35 detik
rata
Waktu detensi saat kapasitas
td 30 detik
maksimum

Dimensi Tangki Distribusi 2


Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 167020 m3/hari x 30 detik / 86400 detik/hari = 58 m3
Dimensi tangki (p x l) = 5 m x 5 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)
dmskd = 58 m3 / 25 m2 = 2,3 m

Volume tangki saat kapasitas rata – rata


V = 88817 m3/det x 35 detik / 86400 detik/hari = 36 m3
Kedalaman air dalam tangki (drata)
drata = 36 m3 / 25 m2 = 1,4 m

Dimensi tangki distribusi 2 direncanakan sampai tahap II pada debit maksimum


a. Panjang =5m
b. Lebar =5m
c. Tinggi = 2,3 m + 0,5 free board = 2,5 m

Struktur Intlet
Struktur outlet terdiri dari pipa yang berasal dari tangki aerasi berdiameter 700
mm.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 60


BAB V – DETAIL DESAIN

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari rectangular weir, box effluen, dan pipa outlet menuju
clarifier dengan masing – masing pipa berdiameter 600 mm. Direncanakan
panjang weir yang dipergunakan 0,5 m dengan koefisien Cd = 0,624.
Head di atas weir
Kapasitas pengaliran rata - rata
2
3 Q  3

hL =  x 

 2 Cd L ' 2 g 

dimana L’ = L – 0,2hL
Q berdasarkan jumlah clarifier, pada perencanaan ini clarifier berjumlah 3 unit
pada tahap I dan 4 unit pada tahap II.
 Tahap I hL =

2
3 69338 m3 / hari / 86400 det/ hari / 3 unit 
3

 x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 
dengan trail and error diperoleh hL = 0,53 m
maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,53 m) = 0,64 m
 Tahap II hL =

2
3 88817 m3 / hari / 86400 det/ hari / 4 unit 
3

 x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 
dengan trail and error diperoleh hL = 0,52 m
maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,52 m) = 0,65 m

Saat kapasitas pengaliran maksimum


 Tahap I hL =

2
 3 131386 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 3 unit  3

 x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 
dengan trail and error diperoleh hL = 0,80 m
maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,80 m) = 0,59 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 61


BAB V – DETAIL DESAIN

 Tahap II hL =

2
 3 167020 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 4 unit  3

 x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 0,78 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,78 m) = 0,60 m

Box Effluen
Direncanakan waktu detensi dalam box effluen selama 5 detik dengan dimensi (p x l)
adalah 2 m x 2 m.
Volume box = 167020 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari = 10 m3

Kedalaman air di dalam box effluen (dbox)


 Kapasitas maksimum
dbox = 10 m3 / 4 m2 = 2,5 m
 Kapasitas rata - rata
dbox = 88817 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari / 4 m2 = 1,28 m

5.3.3 Clarifier / Bak Pengendap Kedua


Pengertian
Bak pengendap kedua mempunyai fungsi yang penting dalam meningkatkan
pengolahan air buangan yaitu berfungsi untuk memisahkan mixed liquor suspended
solid dari effluen clarifier dan untuk mengentalkan lumpur yang diresirkulasi. Lumpur
yang mengendap pada dasar clarifier sebagian dipompakan ke tangki aerasi yang
kemudian akan diaerasi kembali. Supernatan yang keluar akan didesinfeksi terlebih
dahulu sebelum dibuang ke badan air penerima.

Kriteria Disain
Kriteria disain untuk clarifier dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.44 : Kriteria Disain Clarifier


Parameter Satuan Besaran Sumber
Over flow rate m3/m2 hari 12 – 32 Metcalf & Eddy
Solid loading kg/m2 hari 15 – 150 Qasim
Radius M 3 – 60 Qasim

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 62


BAB V – DETAIL DESAIN

Kedalaman bak M 3,5 – 5,0 Metcalf & Eddy

Data Perencanaan

Tabel 5.45 : Data Perencanaan Clarifier


Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/det
 Tahap I 0,815
 Tahap II 1,045
Debit maksimum Qmaks m3/det
 Tahap I 1,545
 Tahap II 1,970
Volume lumpur rata – rata Qs m3/hari
 Tahap I 1039
 Tahap II 1437
Volume lumpur maksimum Qs m3/hari
 Tahap I 2132
 Tahap II 3220
Rasio resirkulasi R 0,6

Debit disain (Q)


Direncanakan dibuat 3 unit clarifier pada tahap I dan ditambah 1 unit lagi pada
tahap II.
Q = debit awal - return sludge flow - lumpur yang dibuang
Q = debit awal – debit lumpur

1. Debit disain saat rata – rata (Qr)


a. Debit total :
 Tahap I = 0,815m3/det – (1039 m3/hari / 86400 det/hari)
= 0,803m3/det
 Tahap II = 1,045 m3/det – (1437 m3/hari / 86400 det/hari)
= 1,028 m3/det
b. Debit tiap bak :
 Tahap I = 0,803 m3/det / 3 = 0,268 m3/det = 963 m3/jam
 Tahap II = 1,028 m3/det / 4 = 0,257 m3/det = 925 m3/jam

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 63


BAB V – DETAIL DESAIN

2. Debit desain saat maksimum (Qmaks)


a. Debit total :
 Tahap I = 1,545 m3/det – (2132 m3/hari / 86400 det/hari) = 1,521 m3/det
 Tahap II = 1,970 m3/det – (3220 m3/hari / 86400 det/hari) = 1,933 m3/det
b. Debit tiap bak :
 Tahap I = 1,521 m3/det / 3 = 0,507 m3/det = 1825 m3/jam
 Tahap II = 1,933 m3/det / 4 = 0,483 m3/det = 1740 m3/jam
Limiting Solid - Loading Rate (SF)
Limiting solid – loading rate dapat diketahui dari kurva solid flux. Untuk
konsentrasi return sludge 10000 mg/l akan diperoleh nilai SF sebesar 2 kg/m 2 jam
atau 48 kg/m2 hari.

Luas Permukaan dan Diameter Bak Pengendap II


Luas permukaan dapat diketahi berdasarkan persamaan berikut
QX
A=
SF
Dimana :
A = luas bak, m2
Q = debit, m3/jam
X = MLSS, kg/m3 = 3,75 kg/m3
SF = 2 kg/m2 jam

Luas permukaan tiap bak direncanakan untuk tahap II pada aliran rata – rata
925 m3 / jam x 3,75 kg / m3
A= = 1735 m2
2 kg / m 2 jam

Diameter tiap bak


1735 m 2 x 4
D= = 47 m

Kontrol disain
Over flow rate (OR)
OR = Q/A

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 64


BAB V – DETAIL DESAIN

Saat debit rata – rata


0,268 m3 / det x 86400 det/ hari
 Tahap I = = 13 m3/m2 hari
1735 m 2

0,257 m3 / det x 86400 det/ hari


 Tahap II = = 13 m3/m2 hari
1735 m 2

(memenuhi kriteria)

Saat debit maksimum


0,507 m3 / det x 86400 det/ hari
 Tahap I = = 25 m3/m2 hari
1735 m 2

0,483 m3 / det x 86400 det/ hari


 Tahap II = = 24 m3/m2 hari
1735 m 2

(memenuhi kriteria)

Solid loading (SL)


Q X
SL =
A
Saat rata – rata
0,268 m3 / det x 3750 g / m3 x 86400 det/ hari
 Tahap I= = 50 kg/m2 hari
1000 g / kg x 1735 m3

0,257 m3 / det x 3750 g / m3 x 86400 det/ hari


 Tahap II= = 48 kg/m2 hari
1000 g / kg x 1735 m3

(memenuhi kriteria)

Saat maksimum
0,507 m3 / det x 3750 g / m3 x 86400 det/ hari
 Tahap I= = 95 kg/m2 hari
1000 g / kg x 1735 m3

0,483 m3 / det x 3750 g / m3 x 86400 det/ hari


 Tahap II= = 90 kg/m2 hari
1000 g / kg x 1735 m3

(memenuhi kriteria)

Kedalaman Clarifier
Kedalaman clarifier adalah penjumlahan antara kedalaman air jernih, kedalaman zona
thickening, dan zona pengumpul lumpur.
Kedalaman zona air jernih direncanakan 2 m.
BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 65
BAB V – DETAIL DESAIN

Kedalaman zona thickening


Dalam kondisi normal, massa yang tertahan di clarifier sebesar 30% massa solid
di dalam tangki aerasi.
Maka konsentrasi lumpur dalam clarifier = (100 – 30)% x 10000 mg/l = 7000
mg/l.
Total solid di setiap tangki aerasi
3750 g / m 3 x 68,3 m x 34,1 m x 4,5 m
= = 39329 kg
1000 g / kg

Total massa solid di tiap clarifier = 0,3 x 39329 kg = 11799 kg.


total solid di clarifier
c. Kedalaman zona thickening = konsentrasi x luas

11799 kg x 1000 g / kg
= 7000 g / m3 x 1735 m 2 = 0,97 m

Kedalaman zona pengumpul lumpur


Pertambahan massa pada tangki aerasi adalah pada saat kapasitas puncak selama
dua hari berturut - turut.
Faktor peak untuk debit = 2,2 dan BOD = 1,2
Total volatil solid yang dihasilkan = Yobs Q (Ss – S) / (103 g/kg)
 Tahap I= 0,3571 x 70377m3/hari x (253–18,62) g/m3 x 1,2 x 2,2 / 103 g/kg
= 16255 kg/hari.
 Tahap II = 0,3571 x 90255 m3/hari x (263–18,62) g/m3x1,2 x 2,2/ 103 g/kg
= 21707 kg/hari.
Total massa solid dalam dua hari (SS) = 2 x VSS / 0,8
 Tahap I = 2 hari x 16255 kg/hari / 0,8 = 40638 kg
 Tahap II = 2 hari x 21707 kg/hari / 0,8 = 54267 kg
Massa dalam tiap clarifier = SS / n
 Tahap I = 40638 kg / 3 = 13546 kg
 Tahap II = 54267 kg / 4 = 13567 kg
Total solid dalam tiap clarifier = SS + total solid
 Tahap I = 11799 kg + 13546 kg = 25345 kg
 Tahap II = 11799 kg + 13567 kg = 25365 kg
Total solid
Kedalaman zona pengumpul lumpur =
7000 g / m 3 x Luas

Direncanakan kedalaman zona pengumpul lumpur sampai tahap II

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 66


BAB V – DETAIL DESAIN

25365 kg x 1000 g / kg
Tahap II = 7000 g / m3 x 1735 m 2 = 2,09 m

Kedalaman total clarifier


d = 2 m + 0,97 m + 2,09 m
= 5,06 m
free board = 0,15 m
d total = 5,06 m + 0,14 m
= 5,2 m

Waktu Detensi
Volume clarifier = luas x dalam
= 1735 m2 x 5,06 m
= 8779 m3

Waktu detensi (td) = volume / debit


Saat debit rata – rata:
8779 m3
 Tahap I = = 9,1 jam
0,268 m3 / det x 3600 det/ jam

8779 m3
 Tahap II = = 9,5 jam
0,257 m3 / det x 3600 det/ jam

Saat debit maksimum :


8779 m3
 Tahap I = = 4,8 jam
0,507 m3 / det x 3600 det/ jam

8779 m 3
 Tahap II = = 5,0 jam
0,483 m3 / det x 3600 det/ jam

Rekapitulasi Clarifier

Tabel 5.46 : Rekapitulasi Bak Pengendap II


No. Kondisi Besaran Satuan
1 Jumlah bak Unit
 Tahap I 3

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 67


BAB V – DETAIL DESAIN

No. Kondisi Besaran Satuan


 Tahap II 4
2 Luas permukaan bak 1735 m2
3 Diameter 47 m
4 Kedalaman air 5,06 m
5 Free board 0,14 m
6 Waktu detensi rata – rata jam
 Tahap I 9,1
 Tahap II 9,5
7 Waktu detensi maksimum jam
 Tahap I 4,8
 Tahap II 5,0
8 Over flow rate saat debit rata - rata m3/m2 hari
 Tahap I 13
 Tahap II 13
9 Over flow rete saat debit maksimum m3/m2 hari
 Tahap I 25
 Tahap II 24
10 Solid loading saat debit rata – rata kg/m2 hari
 Tahap I 50
 Tahap II 48
11 Solid loading saat debit maksimum kg/m2 hari
 Tahap I 95
 Tahap II 90

K. Struktur Inlet
Struktur inlet terdiri dari center feed well. Pipa influen berdiameter 600 mm
dipasang di bagian tengah clarifier sehigga influen akan terdistribusi ke seluruh
bagian clarifier.

L. Struktur Outlet
1. Struktur outlet terdiri dari effluen box, weir V – Notch, saluran effluen dan effluen
box. Weir V – Notch yang digunakan dengan sudut 90o dan diletakkan di dekat
saluran effluen mendekati effluen box. Koefisien discharge disumsikan sebesar
0,584. Pipa effluen yang digunakan berdiameter 600 mm.

a. Direncanakan lebar saluran adalah 0,5 m, sehingga panjang weir plate


=  (D – 1)m = 3,14 x (47 – 1) m = 144 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 68


BAB V – DETAIL DESAIN

b. Dimensi V – Notch dapat dilihat pada gambar di bawah

29,5 cm 10 cm
29,5 cm

8 cm

39,5 cm

Gambar 5.8 : Dimensi V – Notch Bak Pengendap II

c. Jumlah V – Notch
Direncanakan panjang 1 V-Notch = 39,5 cm
144 m
Maka jumlah V-Notch = 39,5 cm / 100 cm / m = 366 unit

2. Ketinggian muka air di atas V-Notch saat debit rata - rata


a. Debit rata – rata dari clarifier = debit dari tangki aerasi – debit lumpur.
 Tahap I = 0,815m3/det – (1039 m3/hari / 86400 det/hari) =
0,803m3/det
 Tahap II = 1,045 m3/det – (1437 m3/hari / 86400 det/hari) =
1,028 m3/det
b. Debit per unit clarifier
 Tahap I = 0,803 m3/det / 3 = 0,268 m3/det
 Tahap II = 1,028 m3/det / 4 = 0,257 m3/det
c. Debit per unir V-Notch (q)
 Tahap I = 0,268 m3/det / 366 = 0,000731 m3/det
 Tahap II = 0,257 m3/det / 366 = 0,000703 m3/det
d. Ketinggian muka air di atas V-Notch (H)
2
15  q  5

H=   
 0,584 2 g tan 90 / 2 
 8 
2
15  0,000731 m3 / det  5

 Tahap I =    = 0,0490 m
8  0,584 2 x 9,81 m / det 2 tan 45 
  

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 69


BAB V – DETAIL DESAIN

2
15  0,000703 m3 / det  5

 Tahap II =    = 0,0482 m
8  0,584 2 x 9,81 m / det 2 tan 45 
  

3. Ketinggian muka air di atas V-Notch saat debit maksimum


a. Debit maksimum dari clarifier = debit dari tangki aerasi – debit lumpur.
 Tahap I= 1,545 m3/det – (2132 m3/hari / 86400 det/hari) = 1,521 m3/det
 Tahap II= 1,970 m3/det – (3220 m3/hari / 86400 det/hari) = 1,933 m3/det
b. Debit per unit clarifier
 Tahap I = 1,521 m3/det / 3 = 0,507 m3/det
 Tahap II = 1,933 m3/det / 4 = 0,483 m3/det
c. Debit per unir V-Notch (q)
 Tahap I = 0,507 m3/det / 366 = 0,001386 m3/det
 Tahap II = 0,483 m3/det / 366 = 0,001321 m3/det
d. Ketinggian muka air di atas V-Notch (H)
2
15  q  5

H=   
 0,584 2 g tan 90 / 2 
 8 
2
15  0,001386 m3 / det  5

 Tahap I =    = 0,0632 m
8  0,584 2 x 9,81 m / det 2 tan 45 
  
2
15  0,001321 m3 / det  5

 Tahap II =    = 0,0620 m
8  0,584 2 x 9,81 m / det tan 45 
2
  

4. Weir loading
a. Saat debit rata – rata
0,268 m3 / det x 86400 det/ hari
 Tahap I = 144 m
= 160 m2/m hari

0,257 m3 / det x 86400 det/ hari


 Tahap II = 144 m
= 154 m2/m hari

b. Saat debit maksimum


0,507 m3 / det x 86400 det/ hari
 Tahap I = 144 m
= 303 m2/m hari

0,483 m 3 / det x 86400 det/ hari


 Tahap II = 144 m
= 289 m2/m hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 70


BAB V – DETAIL DESAIN

5. Kedalaman saluran effluen


a. Direncanakan lebar saluran adalah 0,5 m, effluen box berdimensi 2 m x 2 m,
kedalaman air di dalamnya adalah 0,75 m, dan saluran otulet diletakkan 0,3 m
di atas effluen box.
b. y2 = tinggi muka air di effluen box – 0,3 m
y2 = 0,75 m – 0,3 m = 0,45 m
c. b = 0,5 m
d. N = 1
e. Setengah debit maksimum dibagi ke setiap sisi saluran, maka debit setiap sisi
 Tahap I = 0,507 m3/det / 3 = 0,169 m3/det
 Tahap II = 0,483 m3/det / 4 = 0,121 m3/det
1
f. Setengah panjang weir =   47 m  0,5 m   2 m = 71 m
2
g. Debit per panjang weir (q’)
0,169 m3 / det
 Tahap I = 71 m
= 0,0024 m3/m det

0,121 m3 / det
 Tahap II = 71 m
= 0,0017 m3/m det

2 q ' L N 
2
2
h. Y1 = y2  dimana :
g b 2 y2

Y1 = kedalaman air upstream, m


Y2 = kedalaman air di saluran sepanjang L,m
q’ = debit per unit panjang weir, m3/det . m
b = lebar saluran
N = jumlah sisi weir yang menerima aliran = 1
g = percepatan grafitasi = 9,81 m/det2

  0,45 m  2


2 0,0024 m3 / m det x 71 m x 1  2

 0,504
Tahap I Y1 =

9,81 m / det 2 x 0,5 m  x 0,45 m
2

m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 71


BAB V – DETAIL DESAIN

  0,45 m  2


2 0,0017 m3 / m det x 71 m x 1  2

 0,478
Tahap II Y1 =

9,81 m / det 2 x 0,5 m  x 0,45 m
2

m

i. 16% untuk friction losses, turbulen, belokan, dan 20 cm penambahan


untuk terjunan bebas.
j. Kedalaman saluran total
 Tahap I = (1,16 x 0,504 m) + 0,2 m = 0,78 m
 Tahap II = (1,16 x 0,478 m) + 0,2 m = 0,76 m

M. Pompa Resirkulasi
1. Debit resirkulasi
a. Saat debit rata – rata
 Tahap I = 0,007 m3/det
 Tahap II = 0,010 m3/det
b. Saat debit maksimum
 Tahap I = 0,015 m3/det
 Tahap II = 0,022 m3/det

2. Kapasitas tiap bak


a. Saat debit rata – rata
 Tahap I = 0,007 m3/det / 3 = 0,002 m3/det
 Tahap II = 0,010 m3/det / 4 = 0,002 m3/det
b. Saat debit maksimum
 Tahap I = 0,015 m3/det / 3 = 0,005 m3/det
 Tahap II = 0,022 m3/det / 4 = 0,006 m3/det

3. Kecepatan aliran dalam pipa


a. Pipa outlet berdiameter 300 mm
b. V = Q / A = Q / (1/4 x  x D2)

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 72


BAB V – DETAIL DESAIN

Saat debit rata – rata:


0,002 m 2 / det
 Tahap I = 1 = 0,034 m/det
x 3,14 x  0,3 m 
2

4
0,002 m 2 / det
 Tahap II = 1 = 0,035 m/det
x 3,14 x  0,3 m 
2

Saat debit maksimum:


0,005 m 2 / det
 Tahap I = 1 = 0,07 m/det
x 3,14 x  0,3 m 
2

4
0,006 m 2 / det
 Tahap II = 1 = 0,08 m/det
x 3,14 x  0,3 m 
2

4. Pompa resirkulasi yang dibutuhkan tiap bak


= 0,006 m3/det = 20,13 m3/jam

5.3.4 Tangki Distribusi AL III


Pengertian
Tangki distribusi AL III ini berfungsi untuk mengumpulkan aliran effluen dari
clarifier yang kemudian dialirkan ke tangki klorinasi.

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi AL III dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 5.47 : Data Perencanaan Tangki Distribusi AL III


Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 64725

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 73


BAB V – DETAIL DESAIN

 Tahap II 82860
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 122588
 Tahap II 155403
Waktu detensi saat kapasitas rata –
td 35 detik
rata
Waktu detensi saat kapasitas
td 30 detik
maksimum

Dimensi Tangki Distribusi AL III


Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 155403 m3/hari x 30 detik / 86400 detik/hari = 54 m3
Dimensi tangki (p x l) = 5 m x 5 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)
dmskd = 54 m3 / 25 m2 = 2,2 m

Volume tangki saat kapasitas rata – rata


V = 20368 m3/hari x 35 detik / 86400 detik/hari = 34 m3
Kedalaman air dalam tangki (drata)
drata = 34 m3 / 25 m2 = 1,3 m

Struktur Intlet
Struktur inlet terdiri dari pipa yang berasal dari clarifier berdiameter 600 mm.

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari rectangular weir, box effluen, dan pipa outlet menuju
tangki clorinasi dengan diameter 500 mm. Direncanakan panjang weir yang
dipergunakan 0,5 m dengan koefisien Cd = 0,624.

Head di atas weir


Kapasitas pengaliran rata - rata
2
3 Q  3

hL =  x 
2
 Cd L ' 2 g 

dimana L’ = L – 0,2hL

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 74


BAB V – DETAIL DESAIN

Q berdasarkan jumlah tangki clorinasi, pada perencanaan ini tangki clorinasi


berjumlah 2 unit.
2
3 82860 m3 / hari / 86400 det/ hari / 2 unit 
3
hL =  x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 
dengan trial and error diperoleh hL = 0,72 m
maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,72 m) = 0,36 m

Saat kapasitas pengaliran maksimum


2
 3 155403 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 2 unit  3

hL =  x 
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 
2

dengan trail and error diperoleh hL = 1,07 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 1,07 m) = 0,29 m

Box Effluen
Direncanakan waktu detensi dalam box effluen selama 5 detik dengan dimensi (p x l)
adalah 2 m x 2 m.
Volume box = 155403 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari = 9 m3
Kedalaman air di dalam box effluen (dbox)
 Kapasitas maksimum
dbox = 9 m3 / 4 m2 = 2,25 m
 Kapasitas rata - rata
dbox = 82860 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari / 4 m2 = 1,20 m

5.3.5 Tangki Distribusi Lumpur I


Pengertian
Tangki distribusi lumpur I ini berfungsi untuk mengumpulkan aliran resirkulasi
dari clarifier yang kemudian dialirkan ke tangki distribusi 1 sebagai return sludge dan
gravity thickener.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 75


BAB V – DETAIL DESAIN

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi lumpur I dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.48 : Data Perencanaan Tangki Distribusi Lumpur I
Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 42226
 Tahap II 54153
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 80111
 Tahap II 102144
Waktu detensi saat kapasitas
td 30 detik
maksimum
Waktu detensi saat kapasitas
td 30 detik
rata - rata

Dimensi Tangki
Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 102144 m3/hari x 30 detik / 86400 detik/hari = 35 m3
Dimensi tangki direncanakan (p x l) = 2,5 m x 2,5 m

Struktur Intlet
Struktur inlet terdiri dari pipa yang berasal clarifier berdiameter 300 mm.

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari pipa yang menuju tangki distribusi 1 berdiameter 500
mm.
5.4 PENGOLAHAN LUMPUR

5.4.1 Gravity Thickener


Pengertian
Bentuk geometri yang dipergunakan pada gravity thickener hampir sama
dengan bentuk geometri yang dipergunakan pada clarifier. Solid yang masuk ke
thickener terbagi atas tiga zona, yaitu zona cairan jernih pada bagian paling atas, zona
sedimentasi dan zona yang paling bawah zona thickening. Partikel – partikel
BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 76
BAB V – DETAIL DESAIN

individual mengalami aglomerasi di zona thickening. Sludge blanket terjadi di zona


ini dimana massa lumpur tertekan oleh massa di atasnya yang terus bertambah. Air
akhirnya akan tertekan keluar dari dalam lumpur tersebut oleh karena adanya tekanan
tersebut.
Supernatan dari thickener keluar melalui saluran outlet dan dikembalikan lagi ke
pengolahan awal yaitu ke tangki distribusi yang mendistribusikan air limbah ke tangki
aerasi nantinya.

Kriteria Disain
Kriteria disain untuk gravity thickener dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.49 : Kriteria Disain Gravity Thickener


Parameter Satuan Besaran Sumber
Dry solid influen % 0,5 – 2,0 Qasim
Dry solid effluen % 4,0 – 6,0 Qasim
Hidraulik loading m /m2 hari
3
2,0 – 10 Qasim
Solid loading kg/m2 hari 25 – 80 Qasim
Solid capture % 85 – 92 Qasim
SS pada supernatan mg/l 300 - 800 Qasim

Data Perencanaan
Lumpur yang akan diolah di gravity thickener ini adalah lumpur yang berasal
dari lumpur primer (dari bak pengendap pertama) dan 40% lumpur sekunder (berasal
dari pengolahan biologi).

Tabel 5.50 : Data Perencanaan Gravity Thickener


Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit lumpur primer rata -rata Q m3/hari
 Tahap I 287
 Tahap II 314
Debit lumpur primer maksimum
 Tahap I 366

 Tahap II 406

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 77


BAB V – DETAIL DESAIN

Parameter Simbol Besaran Satuan


Debit lumpur sekunder rata -rata Q m3/hari
 Tahap I 415
 Tahap II 575
Debit lumpur sekunder maksimum
 Tahap I 853

 Tahap II 1288

Debit lumpur total rata -rata Q m3/hari


 Tahap I 703
 Tahap II 889
Debit lumpur total maksimum
 Tahap I 1218

 Tahap II 1694

Massa lumpur primer rata -rata M kg/hari


 Tahap I 14805
 Tahap II 16164
Massa lumpur primer maksimum
 Tahap I 18826

 Tahap II 20902

Massa lumpur sekunder rata - rata M kg/hari


 Tahap I 1558
 Tahap II 2156
Massa lumpur sekunder maksimum
 Tahap I 3198

 Tahap II 4831

Massa lumpur total rata -rata M kg/hari


 Tahap I 16363
 Tahap II 18320
Massa lumpur total maksimum
 Tahap I 22025

 Tahap II 25732

Konsentrasi solid 5 %
Hidraulik loading 6 m3 /m2 hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 78


BAB V – DETAIL DESAIN

Parameter Simbol Besaran Satuan


Specific gravity sg 1,01
Solid capture 85 %
Jumlah unit 2 unit

Luas permukaan Per Unit (A)


Luas permukaan direncanakan sampai tahap II saat debit maksimum dengan hydraulik
loading sebesar 6 m3/m2 hari.
1694 m 3 / hari / 2 unit
A= = 141 m2
6 m3 / m 2 hari

Kontrol Organik Loading (OL)


HL = debit lumpur / luas permukaan
Saat debit rata - rata
16363 kg / hari
 Tahap I = 2 x 141 m 2
= 58 kg/m2 hari (memenuhi)

18320 m3 / hari
 Tahap II = = 65 m3/m2 hari (memenuhi)
2 x 141 m 2

Saat debit maksimum


22025 kg / hari
 Tahap I = 2 x 141 m 2
= 71 kg/m2 hari (memenuhi)

25732 m3 / hari
 Tahap II = = 78 m3/m2 hari (memenuhi)
2 x 141 m 2

Kontrol Hidraulik Loading


Solid loading
Saat debit rata – rata :
703 m 3 / hari
 Tahap I = = 2,5 m3/m2 hari
2 x 141 m 2

889 m 3 / hari
 Tahap II = = 3,1 m3/m2 hari
2 x 141 m 2

(memenuhi kriteria)

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 79


BAB V – DETAIL DESAIN

Saat debit maksimum :


1218 m 3 / hari
 Tahap I = = 4 m3/m2 hari
2 x 141 m 2

1694 m3 / hari
 Tahap II = = 6 m3/m2 hari
2 x 141 m 2

(memenuhi kriteria)

Ukuran gravity thickener


4
Diameter tangki tiap unitnya (D) = xA

4
D= x 141 m 2

D = 13,4 m

Kedalaman Thickener
Kedalaman thickener merupakan penjumlahan dari zona jernih, zona pengendap, dan
zona thickening. Direncanakan zona jernih 1 m, zona pengendap 1,5 m, free board
0,5 m, dan waktu detensi selama 1 hari. Konsentrasi solid di bagian yang lebih
tinggi diperkirakan 1,16% dan pada bagian lebih rendah sekitar 6%. Dari
perkiraan tersebut dapat ditentukan konsentrasi solid rata – rata yaitu sebesar ½
(1,16 + 6) = 3,58%.

Kedalaman zona thickening


Zona thickening diperkirakan untuk waktu detensi selama 1 hari.
Kedalaman zona thickening = h (m)

Volume sludge blanket per thickener = 13,4 m  2  h  = 141h (m3)
4

Solid di thickening zone (3,58% solid)


1
= 141 h  m x 0,0358 g / g x 1,03 x 1 g / cm x 10 cm / m x 1000 g / kg
3 3 6 3 3

= 5205 h (kg)
Jumlah solid di thickener zone tiap unit thickener
BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 80
BAB V – DETAIL DESAIN

= 25732 kg.hari / 2 = 12866 kg/hari


Dalam waktu sehari :
 5205 h 
kg
 1 hari
12866 kg / hari

12866 kg
Maka kedalaman zona thickening (h) = 5205 kg = 2,5 m.

Kedalaman zona thickening ditambah 17% = 1,17 x 2,5 m = 2,9 m

Total kedalaman Gravity thickener = zona jernih + zona pengendap + free board +
zona thickening.
= 1 m + 1,5 m + 0,5 m + 2,9 m
= 5,9 m

Kedalaman thickener di bagian tengah


Kemiringan dasar thickener = 17 cm/m
Total penurunan = 17 cm/m / 100 cm/m x 13,4 m = 1,1 m
Maka kedalaman thickener di bagian tengah = 5,9 m + 1,1 m = 7,0 m

Struktur Inlet
Struktur inlet terdiri dari central feed well. Lumpur dari tangki aerasi dan bak
pengendap pertama dipompakan ke gravity thickener dengan diameter pipa
pembuangan yang digunakan adalah sebesar 300 mm.

Lumpur dari Thickener


Massa lumpur
Saat debit rata – rata, dengan solid capture 85%
 Tahap I = 0,85 x 16163 kg/hari = 13908 kg/hari
 Tahap II = 0,85 x 18320 kg/hari = 15572 kg/hari
Saat debit maksimum, dengan solid capture 85%
 Tahap I = 0,85 x 22025 kg/hari = 18721kg/hari
 Tahap II = 0,85 x 25732 kg/hari = 21873 kg/hari

Volume lumpur
Saat debit rata – rata, dengan konsentrasi solid 5%

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 81


BAB V – DETAIL DESAIN

13908 kg / hari x 1000 g / kg


 Tahap I = 0,05 x 1,03 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 270 m3/hari

15572 kg / hari x 1000 g / kg


 Tahap II = 0,05 x 1,03 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 302 m3/hari

Saat debit maksimum, dengan konsentrasi solid 5%


18721 kg / hari x 1000 g / kg
 Tahap I = 0,05 x 1,03 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 364 m3/hari

21873 kg / hari x 1000 g / kg


 Tahap II = 0,05 x 1,03 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 425 m3/hari

Pemompaan lumpur
Lumpur dipompakan ke anaerobik digester melalui pipa pembuangan berdiameter
100 mm. Dengan menggunakan 2 unit centrifugal non clogging pump dengan
kapasitas 180 m3/jam. Maka waktu pemompaan yang dibutuhkan (T) adalah :
364 m3 / hari
 Tahap I = = 1 jam/hari
2 x 180 m 3 / jam

425 m3 / hari
 Tahap II = = 1,2 jam/hari
2 x 180 m 3 / jam

Kualitas Supernatan
Volume effluen
Volume effluen = volume awal – volume lumpur
Saat debit rata – rata
 Tahap I = 703 m3/hari – 270 m3/hari = 433 m3/hari
 Tahap II = 889 m3/hari – 302 m3/hari = 586 m3/hari
Saat debit maksimum
 Tahap I = 1218 m3/hari – 364 m3/hari = 855m3/hari
 Tahap II = 1694 m3/hari – 425 m3/hari = 1269 m3/hari

Konsentrasi solid effluen


Konsentras solid di effluen = 15%

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 82


BAB V – DETAIL DESAIN

Massa solid saat debit rata – rata


 Tahap I = 0,15 x 16363 kg/hari = 2454 kg/hari
 Tahap II = 0,15 x 18320 kg/hari = 2748 kg/hari

Massa solid saat debit maksimum


 Tahap I = 0,15 x 22025 kg/hari = 3304 kg/hari
 Tahap II = 0,15 x 25732 kg/hari = 3860 kg/hari

Konsentrasi solid saat rata – rata


433 kg / hari x 1000 g / kg x 1000 mg / g
 Tahap I = 2454 m3 / hari x 1000 l / m3
= 5670 mg/l

586 kg / hari x 1000 g / kg x 1000 mg / g


 Tahap II = 2748 m 3 / hari x 1000 l / m3
= 4686 mg/l

Konsentrasi solid saat maksimum


855 kg / hari x 1000 g / kg x 1000 mg / g
 Tahap I = 3304 m3 / hari x 1000 l / m3
= 3864 mg/l

1269 kg / hari x 1000 g / kg x 1000 mg / g


 Tahap II = 3860 m 3 / hari x 1000 l / m 3
= 3041 mg/l

Konsentrasi BOD5 dalam effluen


Rasio BOD5 / SS (berdasaarkan hasil perhitungan pada kesetimbangan massa)
 Tahap I = 0,466
 Tahap II = 0,521

Konsentrasi BOD5
 Tahap I = 0,466 x 5670 mg/l = 2644 mg/l
 Tahap II = 0,521 x 4686 mg/l = 2442 mg/l

Struktur Outlet
Outlet terdiri dari weir V-Notch sepanjang tangki thickening, saluran dan pipa outlet.
Lebar saluran direncanakan 0,5 m dan pipa outlet berdiameter 200 mm.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 83


BAB V – DETAIL DESAIN

Direncanakan jumlah V-Notch sebanyak 80 unit, jarak antar ujung V-Noth = 20


cm, tinggi V-Notch = 10 cm, dan koefisien discharge (Cd) = 0,584.
Panjang plat V- Notch =  (D – 1)
= 3,14 x (13,4 – 1)m
= 39 m

Jarak antar V-Notch (s)


50s + (80 x 0,2 m) = 39 m
s = 0,46 m = 46 cm

Weir loading tiap tangki


Saat rata – rata
433 m3 / hari
 Tahap I = 39 m x 2 unit = 5,55 m3/m hari

586 m3 / hari
 Tahap II = 39 m x 2 unit
= 7,52 m3/m hari

Saat maksimum
855 m3 / hari
 Tahap I = 39 m x 2 unit = 10,97 m3/m hari

1269 m3 / hari
 Tahap II = 39 m x 2 unit
= 16,29 m3/m hari

Head di atas V-Notch


Kapasitas tiap V-Notch
Saat rata – rata
433 m 3 / hari
 Tahap I = 80 unit x 86400 det/ hari
= 0,000063 m3/det

586 m 3 / hari
 Tahap II = 80 unit x 86400 det/ hari = 0,000085 m3/det

Saat maksimum
855 m 3 / hari
 Tahap I = 80 unit x 86400 det/ hari
= 0,000124 m3/det

1269 m 3 / hari
 Tahap II = 80 unit x 86400 det/ hari = 0,000184 m3/det

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 84


BAB V – DETAIL DESAIN

Tinggi muka air di atas V-Notch (H)


2
 15 q  5

H =  
8 Cd 2 g tan 90 
 2

Saat rata – rata


2
  5
15 0,000063 m3 / det
 Tahap I=   = 0,0111 m
 8 0,584 x 2 x 9,81 m / det 2 tan 90 
 2
2
  5
15 0,000085 m3 / det
 Tahap II=  
 = 0,0125 m
 8 2
0,584 x 2 x 9,81 m / det tan 90
 2

Saat maksimum
2
  5
15 0,000124 m3 / det
 Tahap I=   = 0,0145 m
 8 0,584 x 2 x 9,81 m / det tan 90 
2
 2
2
  5
15 0,000184 m3 / det
 Tahap II=   = 0,0170 m
 8 0,584 x 2 x 9,81 m / det tan 90 
2
 2

Box effluen
Direncanakan box effluen berdimensi 1 m x 1 m dengan tinggi muka air 0,5 m

Saluran effluen
Lebar saluran effluen 0,5 m dan saluran effluen diletakkan 0,3 m di atas effluen
box.
Tinggi saluran direncanakan pada keadaan maksimum.

Kapasitas tiap sisi saluran saat maksimum


855 m 3 / hari
 Tahap I = 2 unit x 2 x 86400 det/ hari = 0,00247 m3/det

1269 m 3 / hari
 Tahap II = 2 unit x 2 x 86400 det/ hari
= 0,00367 m3/det

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 85


BAB V – DETAIL DESAIN

Panjang ½ saluran effluen


1 
½L=    D  0,5   1
2 
1 
½L=  x 3,14 x 13,4  0,5 m   1 m
2 
½ L = 19,27 m

Debit per panjang saluran saat maksimum


0,00247 m 3 / det
 Tahap I = 19,27 m
= 0,000128 m3/det

0,00367 m 3 / det
 Tahap II = 19,27 m
= 0,000191 m3/det

y2 = (0,5 m – 0,3 m) = 0,2 m

2 q ' L N 
2
2
Y1 = y2  dimana :
g b 2 y2

Y1 = kedalaman air upstream, m


Y2 = kedalaman air di saluran sepanjang L,m
q’ = debit per unit panjang weir, m3/det . m
b = lebar saluran
N = jumlah sisi weir yang menerima aliran = 1
g = percepatan grafitasi = 9,81 m/det2

  0,2 m  2 

2 0,00128 m3 / m det x 19,27 m x 1  2

 0,200062
Tahap I=

9,81 m / det 2 x 0,5 m  x 0,2 m
2

m

  0,2 m  2


2 0,00191 m3 / m det x 19,27 m x 1  2

 0,200137
Tahap II=

9,81 m / det 2 x 0,5 m  x 0,2 m
2

m

Kedalaman saluran total

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 86


BAB V – DETAIL DESAIN

Merupakan penjumlahan dari y1, 16 % karena gesekan, turbulen, dan belokan,


20 cm untuk terjunan bebas.
Kedalaman total saluran direncanakan pada debit maksimum tahap II
d total = (1,16 x 0,2000137 m) + 0,2 m
= 0,43 m

5.4.2 Tangki Distribusi Lumpur II


Pengertian
Tangki distribusi lumpur II ini berfungsi untuk mengumpulkan aliran lumpur
dari bak pengendap pertama dan bak pengendap kedua yang kemudian dialirkan ke
thickener.

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi lumpur II dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 5.51 : Data Perencanaan Tangki Distribusi Lumpur II


Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 703
 Tahap II 889
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 1218
 Tahap II 1694
Waktu detensi td 15 menit

Dimensi Tangki
Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 1694 m3/hari x 15 menit / 1440 menit/hari = 18 m3
Dimensi tangki (p x l) = 3 m x 3 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 87


BAB V – DETAIL DESAIN

dmskd = 18 m3 / 9 m2 = 2 m

Volume tangki saat kapasitas rata – rata


V = 889 m3/hari x 15 menit / 1440 menit/hari = 9 m3

Kedalaman air dalam tangki (drata)


drata = 9 m3 / 9 m2 = 1 m

Struktur Intlet
Struktur inlet terdiri dari pipa yang berasal tangki aerasi dan bak pengendap
pertama yang masing – masing berdiameter 300 mm.

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari pipa yang menuju thickener berdiameter 200 mm.

5.4.3 Tangki Distribusi Lumpur III


Pengertian
Tangki distribusi lumpur III ini berfungsi untuk mengumpulkan aliran lumpur
dari thickener yang kemudian dialirkan ke digester.

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi lumpur III dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.52 : Data Perencanaan Tangki Distribusi Lumpur III
Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 270
 Tahap II 302
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 364
 Tahap II 425
Waktu detensi td 30 menit

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 88


BAB V – DETAIL DESAIN

Dimensi Tangki
Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 425 m3/hari x 30 menit / 1440 menit/hari = 9m3
Dimensi tangki (p x l) = 2 m x 2 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)
dmskd = 9 m3 / 6,25 m2 = 1,42 m

Volume tangki saat kapasitas rata – rata


V = 302 m3/hari x 30 menit / 1440 menit/hari = 6 m3

Kedalaman air dalam tangki (drata)


drata = 6 m3 / 6,25 m2 = 1,1 m

Struktur Intlet
Struktur inlet terdiri dari pipa yang berasal dari thickener berdiameter 200 mm.

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari pipa yang menuju digester berdiameter 200 mm.

5.4.4 Anaerobic Digester


Kriteria Disain

Tabel 5.53 : Kriteria Disain Anaerobik Digester


Parameter Simbol Besaran Satuan Sumber
Solid Retention Time SRT 10 - 22 hari Qasim, 1985
Sludge loading SL 1,6 – 6,41 KgVS/m3hari Qasim, 1985
Konsentrasi solid 2-6 % Qasim, 1985
Kedalaman d 7,5 - 14 m Metcalf & Eddy
Diameter D 6 - 38 m Metcalf & Eddy
Slope dasar bak S 1:4 Metcalf & Eddy

Karakteristik Lumpur yang Masuk Digester

Tabel 5.54 : Karakteristik Lumpur Digester

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 89


BAB V – DETAIL DESAIN

Parameter Simbol Besaran Satuan


Umur lumpur  13 hari
Koefisien decay kd 0,05 hari-1
Specific gravity sg 1,03
Massa lumpur influen kg/hari
Kapasitas rata – rata
 Tahap I 13908
 Tahap II 15572
Kapasitas maksimum
 Tahap I 18721

 Tahap II 21873

Debit lumpur influen m3/hari


Kapasitas rata – rata
 Tahap I 270
 Tahap II 302
Kapasitas maksimum
 Tahap I 364

 Tahap II 425
Fraksi volatile solid sebelum 75 %
digestion
Jumlah tangki unit
 Tahap I 2
 Tahap II 2
Volatile solid destroyed 52 %

Volume dan Dimensi Digester


Kapasitas digester saat aliran rata – rata dengan waktu digest 13 hari:
Volume satu reaktor = (302 m3/hari / 2 reaktor) x 13 hari = 1965 m3
Dimensi digester
Direncanakan :
Kedalaman scum blanket = 0,6 m
selisih antara floating cover dengan tinggi maksimum digester = 0,6 m
Total ketinggian yang disediakan = 0,6 + 0,6 = 1,2 m
Ketinggian total = 1,2 m + 7,6 m = 8,8 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 90


BAB V – DETAIL DESAIN

Jika kedalaman air di digester tanpa kerucut = 7,6 m, maka penambahan


volume akan ditampung di dalam kerucut.
Volume aktif = (7,6 m – 1,2 m) / 7,6 m = 0,84 volume total
Jadi volume digester = 1965 m3 / 0,84 = 2340 m3
Luas tiap digester = 2340 m3 / 7,6 m = 308 m2
4
Diameter tiap diegester = x 308 m 2 = 19,80 m

Volume digester keseluruhan


 Volume digester keseluruhan meliputi juga volume kerucut di dasar bak.
Lantai digester direncanakan memiliki kemiringan 1 vertikal : 3 horizontal.
Kedalaman kerucut adalah 2,3 m.
 Volume digester total
= (volume bak silinder) + (volume kerucut)
= (/4 x (19,80 m)2 x 7,6 m) + (1/3 x /4 x (19,80 m)2 x 2,3 m)
= 2576 m3

Volume 2 digester = 2 x 2576 m3 = 5152 m3

Solid Retention Time dan Solid Loading


Solid Retention Time
Saat debit rata – rata:

Tahap I = 5152 m3 / 270 m3/hari = 19 hari

Tahap II = 5152 m3 / 302 m3/hari = 17 hari

Saat debit maksimum:


 Tahap I = 5152 m3 / 364 m3/hari = 14 hari
 Tahap II = 5152 m3 / 425 m3/hari = 12 hari

Solid loading

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 91


BAB V – DETAIL DESAIN

Saat debit rata – rata :


 Tahap I = 13908 kg/hari x 0,75 / 5152 m3 = 2,0 kg VS/m3 hari
 Tahap II = 15572 kg/hari x 0,75 / 5152 m3 = 2,3 kg VS/m3 hari
Saat debit maksimum:
 Tahap I = 18721 kg/hari x 0,75 / 5152 m3 = 2,7 kg VS/m3 hari
 Tahap II = 21873 kg/hari x 0,75 / 5152 m3 = 3,2 kg VS/m3 hari

Gas yang Dihasilkan


Persamaan yang digunakan

Px 

YQESo 103 g / kg  1

1  kd  c


V  0,35 m3 / kg EQSo 103 g / kg   1
  1,42  Px
Px = gas yang dihasilkan (kg/hari)
Y = koefisien Yield (g/g) (0,04 – 0,1) mg VSS / mg BOD yg digunakan

Konsentrasi solid :
Saat rata – rata
13908 kg / hari x 106 mg / kg
 Tahap I = = 51500 mg/l
270 m3 / hari x 1000 l / m3

15572 kg / hari x 106 mg / kg


 Tahap II = = 51500 mg/l
302 m3 / hari x 1000 l / m3

Saat maksimum
18721 kg / hari x 106 mg / kg
 Tahap I = = 51500 mg/l
364 m3 / hari x 1000 l / m 3

21873 kg / hari x 106 mg / kg


 Tahap II = = 51500 mg/l
425 m3 / hari x 1000 l / m3

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 92


BAB V – DETAIL DESAIN

Asumsi 65% solid adalah biodegradable dan 1 % solid biodegradable = 1,42 g


BODL, Y = 0,05, kd = 0,03/hari, dan E = 0,8.
BODL di Lumpur = 51500 mg/l x 0,65 x 1,42 g/g = 47535 g/m3

Gas yang dihasilkan (Px)


Saat rata – rata
 TahapI

0,05 x 270 m3 / kg x 0,8 x 47535 g / m3 x 103 g / kg 


1

Px   326,6 kg / hari
1  0,03 / hari x 19 hari

 Tahap II
0,05 x 302 m3 / kg x 0,8 x 47535 g / m3 x 103 g / kg 
1

Px   380,5 kg / hari
1  0,03 / hari x 17 hari

Saat maksimum
 Tahap I
0,05 x 364 m3 / kg x 0,8 x 47535 g / m3 x 103 g / kg 
1

Px   485 kg / hari
1  0,03 / hari x 14 hari

 Tahap II

Px 

0,05 x 425 m3 / kg x 0,8 x 47535 g / m3 x 103 g / kg  1

 592,1 kg / hari
1  0,03 / hari x 12 hari

Volume gas metana (V)


Saat rata – rata
 Tahap I

 
V  0,35 m3 / kg 0,8 x 270 m3 / hari x 47535 g / m3 x 103 g / kg  1
  1,42  326,6 kg / hari 
V = 3432 m3/hari
 Tahap II

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 93


BAB V – DETAIL DESAIN

 
V  0,35 m3 / kg 0,8 x 302 m3 / hari x 47535 g / m3 x 103 g / kg  1
  1,42  380,5 kg / hari 
V = 3835m3/hari
Saat maksimum
 Tahap I

 
V  0,35 m3 / kg 0,8 x 364 m3 / hari x 47535 g / m3 x 103 g / kg  1
  1,42  485 kg / hari
V = 4597 m3/hari
 Tahap II

 
V  0,35 m3 / kg 0,8 x 425 m3 / hari x 47535 g / m3 x 103 g / kg  1
  1,42  592,1 kg / hari 
V = 5358 m3/hari

Volume gas total (Vtot)


Jika metane = 66% dari gas di digester
Gas yang dihasilkan di degester
a. Saat rata – rata
 Tahap I = 3432 m3/hari / 0,66 = 5200m3/hari
 Tahap II = 3835 m3/hari / 0,66 = 5811 m3/hari

b. Saat maksimum
 Tahap I = 4597 m3/hari / 0,66 = 6966 m3/hari
 Tahap II = 5358 m3/hari / 0,66 = 8119 m3/hari

Solid yang Dihasilkan


1. Jumlah solid di lumpur
VS = Massa lumpur influen x 75%
Kapasitas rata – rata :
 Tahap I = 13905 kg/hari x 0,75 = 10431 kg/hari
 Tahap II = 15572 kg/hari x 0,75 = 11679 kg/hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 94


BAB V – DETAIL DESAIN

Kapasitas maksimum :
 Tahap I = 18721 kg/hari x 0,75 = 14041 kg/hari
 Tahap II = 21873 kg/hari x 0,75 = 16404 kg/hari

b. VS yang dihancurkan = VS x 52%


Kapasitas rata – rata
 Tahap I = 10431 kg/hari x 0,52 = 5424 kg/hari
 Tahap II = 11679 kg/hari x 0,52 = 6073 kg/hari
Kapasitas maksimum
 Tahap I = 14041 kg/hari x 0,52 = 7301 kg/hari
 Tahap II = 16404 kg/hari x 0,52 = 8530 kg/hari

c. TS sisa setelah digester = Non volatile solid + VS sisa


Kapasitas rata – rata
 Tahap I = (13908 – 10341) kg/hari + (0,48 x 10341kg/hari)
= 3477 kg/hari + 5007 kg/hari
= 8484 kg/hari
 Tahap II = (15572 – 11679) kg/hari + (0,48 x 11679 kg/hari)
= 3893 kg/hari + 5606 kg/hari
= 9499 kg/hari

Kapasitas maksimum
 Tahap I = (18721 – 14041) kg/hari + (0,48 x 14041 kg/hari)
= 4680 kg/hari + 6740 kg/hari
= 11420 kg/hari
 Tahap II = (21873 – 16404) kg/hari + (0,48 x 16404 kg/hari)
= 5468 kg/hari + 7874 kg/hari
= 13342 kg/hari

2. Total massa di digester


a. Total massa di digester = massa influen / % solid
Total solid di thickened sludge = 6%
Massa di digester saat rata - rata

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 95


BAB V – DETAIL DESAIN

 Tahap I = 13908 kg/hari / 0,06 kg/kg = 231807 kg/hari


 Tahap II = 15572 kg/hari / 0,06 kg/kg = 259536 kg/hari

Massa di digester saat maksimum


 Tahap I = 18721 kg/hari / 0,06 kg/kg = 312019 kg/hari
 Tahap II = 21873 kg/hari / 0,06 kg/kg = 364542 kg/hari
b. Total massa yang meninggalkan digester
Masa yang meninggalkan digester = massa di degester – kehilangan massa dalam
bentuk gas. Asumsi density gas digester adalah 86% terhadap udara, dan berat
udara adalah 1,162 kg/m3.
Total gas yang dihasilkan di digester saat rata – rata
 Tahap I = 5200 m3/hari x 1,162 kg/m3 x 0,86 = 5197 kg/hari
 Tahap II = 5811 m3/hari x 1,162 kg/m3 x 0,86 = 5807 kg/hari

Total gas yang dihasilkan di digester saat maksimum


 Tahap I = 6966 m3/hari x 1,162 kg/m3 x 0,86 = 6961 kg/hari
 Tahap II = 8119 m3/hari x 1,162 kg/m3 x 0,86 = 8113 kg/hari

Total massa yang meninggalkan di digester saat rata – rata


 Tahap I = 231807 kg/hari – 5197 kg/hari = 226611 kg/hari
 Tahap II = 259536 kg/hari – 5807 kg/hari = 253729 kg/hari

Total massa yang meninggalkan di digester saat maksimum


 Tahap I = 312019 kg/hari – 6961 kg/hari = 3053058 kg/hari
 Tahap II = 364542 kg/hari – 8113 kg/hari = 356429 kg/hari

Supernatan dari digester


Solid dalam supernatan
Asumsi solid supernatan digester = S kg/hari
Asumsi total solid di supernatan = 4000 mg/l
Specific gravity supernatan = 1,0
Total solid di lumpur = 5% berat
BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 96
BAB V – DETAIL DESAIN

S TS sisa  S
  Total massa meninggalkan digester
0,004 0,05

a. S saat debit rata – rata


 Tahap I
 0,0002 x 226611 kg / hari    0,004 x 8484 kg / hari 
= =248 kg/hari
0,046

 Tahap II
 0,0002 x 25729 kg / hari    0,004 x 9499 kg / hari 
= = 277 kg/hari
0,046

b. S saat debit maksimum


 Tahap I
 0,0002 x 305058 kg / hari    0,004 x 11420 kg / hari 
= = 333 kg/hari
0,046

 Tahap II
 0,0002 x 356429 kg / hari    0,004 x 13342 kg / hari 
= =389 kg/hari
0,046

Debit supernatan
Saat rata – rata
248 kg / hari x 1000 g / kg
 Tahap I = 0,004 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 62 m3/hari

277 kg / hari x 1000 g / kg


 Tahap II = 0,004 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 69 m3/hari

Saat maksimum
333 kg / hari x 1000 g / kg
 Tahap I = 0,004 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 83 m3/hari

389 kg / hari x 1000 g / kg


 Tahap II = 0,004 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 97 m3/hari

Konsentrasi solid di supernatan


Saat rata – rata
248 kg / hari x 1000 g / kg x 1000 mg / g
 Tahap I = 62 m3 / hari x 1000 l / m3
= 4000 mg/l

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 97


BAB V – DETAIL DESAIN

277 kg / hari x 1000 g / kg x 1000 mg / g


 Tahap II = 69 m 3 / hari x 1000 l / m 3
= 4000 mg/l

Saat maksimum
333 kg / hari x 1000 g / kg x 1000 mg / g
 Tahap I = 83 m3 / hari x 1000 l / m3
= 4000 mg/l

389 kg / hari x 1000 g / kg x 1000 mg / g


 Tahap II = 67 m3 / hari x 1000 l / m3
= 4000 mg/l

Jumlah lumpur
Jumlah lumpur yang didigest= TS sisa setelah digestion – TS yang hilang di
supernatan
Saat rata – rata
 Tahap I = 8484 kg/hari – 248 kg/hari = 8237 kg/hari
 Tahap II = 9499 kg/hari – 277 kg/hari = 9222 kg/hari
Saat maksimum
 Tahap I = 11420 kg/hari – 333 kg/hari = 11087 kg/hari
 Tahap II = 13342 kg/hari – 389 kg/hari = 12953 kg/hari

Volume lumpur yang didigest


Saat rata – rata
8237 kg / hari x 1000 g / kg
 Tahap I = 0,05 g / g x 1,02 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 162 m3/hari

9222 kg / hari x 1000 g / kg


 Tahap II = 0,05 g / g x 1,02 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 181 m3/hari

Saat maksimum
11087 kg / hari x 1000 g / kg
 Tahap I = 0,05 g / g x 1,02 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 217 m3/hari

12953 kg / hari x 1000 g / kg


 Tahap II = 0,05 g / g x 1,02 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3 = 254 m3/hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 98


BAB V – DETAIL DESAIN

Influen Digester
Lumpur dari thickener dipompa ke digester dengan menggunakan pompa yang
dioperasikan secara periodik dan menggunakan pipa berdiameter 200 mm.

Kebutuhan Panas Digester


1. Panas yang dibutuhkan untuk lumpur dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
HR = debit x Cp (T2 – T1)
Dimana :
HR = panas yang dibutuhkan, J/hari
Cp = specifik panas Lumpur (4200 J/kg.oC)
T2 = temperatur digestion, oC
T1 = temperatur thickened sludge, oC
Kebutuhan panas untuk lumpur baku diperoleh saat debit lumpur maksimum dan
temperatur influen terendah.
Debit Lumpur maksimum
 Tahap I = 18721 kg/hari
 Tahap II = 21873 kg/hari
T2 = 35 oC
T1 = 10 oC

Maka, kebutuhan panas (HR)


18721 kg / hari x 4200 J / kg oC (35  10) o C
 Tahap I = = 5,62 x 1010
0,035 kg / kg

J/hari
21873 kg / hari x 4200 J / kg oC (35  10) o C
 Tahap II = = 6,56 x 1010
0,035 kg / kg

J/hari

2. Kehilangan panas di digester


Kehilangan panas dihitung dengan persamaan HL = UA(T2 – T1)
Dimana :
HL = kehilangan panas, J/jam
U = overall coefficient transfer panas, J/s.m2 oC
BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 99
BAB V – DETAIL DESAIN

A = luas dimana kehilangan panas terjadi, m2


T2 = temperatur digester, oC
T1 = temperatur udara di luar, oC
Kehilangan panas terjadi di langit-langit, dasar, dan dinding samping digester.
a. Luas langit-langit (AL)
AL =  D (slant length / 2)
2
D
Slant height =     vertical rise cov er  2
2
2
 19,8 m 
=     0,46 m  2 = 9,91 m
 2 

AL = ( x 19,8 m x 9,91 m) / 2 = 308 m2


b. Luas dinding samping (AD)
AD =  x 19,8 m x 8,8 m = 547 m2

c. Luas dasar
Slope dasar = 1 vertikal : 3 horizontal
D 19,8 m
Total ketinggian slope dasar dari pusat = 2x3 = 2x3 = 3,30 m

2
 19,8 m 
=  x 19,8 m x 0,5 x    3,30 m 
2
Luas dasar  = 325 m2
 2 

d. Penutup floating digester dan langit – langit terbuat dari plat baja dengan
ketebalan 6,5 mm, busa penyekat dengan ketebalan 76 mm.

e. Kehilangan panas di digester


 Kehilangan panas dari penutup dan langit – langit
= 308 m2 x 0,9 J/det.m2.oC (35 – 0)oC x 86400 det/hari
= 8,39 x 108 J/hari
 Kehilangan panas di dinding
= 547 m2 x 0,68 J/det.m2.oC (35 – 0)oC x 86400 det/hari
= 1,12 x 109 J/hari
 Kehilangan panas di dasar
= 325 m2 x 0,62 J/det.m2.oC (35 – 5)oC x 86400 det/hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 100


BAB V – DETAIL DESAIN

= 5,21 x 108 J/hari


Total kehilangan panas tiap unit digester = 2,48 x 109 J/hari
Total kehilangan panas dari kedua digester meliputi 23% minor losses, dan
50% untuk kondisi emergency = 2,48 x 109 J/hari x 2 x 1,73 = 8,6 x 109 J/hari
f. Kebutuhan panas untuk digester
Total kebutuhan panas = kebutuhan panas untuk lumpur baku dalam kondisi
puncak – kehilangan panas dari digester
Total kebutuhan panas
 Tahap I = (5,61 x 1010 J/hari) – (8,6 x 109 J/hari) = 4,76 x 1010 J/hari
 Tahap II = (6,56 x 1010 J/hari) – (8,6 x 109 J/hari) = 5,7 x 1010 J/hari

Kebutuhan Kompressor dan Penampung Gas


1. Diameter sphere pengumpul gas
Direncanakan penampungan gas untuk 3 hari.
Total gas terkumpul
Saat rata - rata

Tahap I = 3 hari x 5200 m3/hari = 15601 m3

Tahap II = 3 hari x 5811 m3/hari = 17434 m3

Saat maksimum

Tahap I = 3 hari x 6966 m3/hari = 20897 m3

Tahap II = 3 hari x 8119 m3/hari = 24357 m3

Tekanan penampung = 5,1 atm (asumsi)


Temperatur penampung = 50 oC
Volume penampung
Volume penampung direncanakan saat debit maksimum pada tahap II
P1 V1 T2
(V2) =
P2 T1
Dimana P1, V1, dan T1 adalah tekanan, volume, dan temperatur absolut gas
yang dihasilkan oleh digester. P2,V2, dan T2 adalah tekanan, volume, dan
temperatur absolut penampung gas.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 101


BAB V – DETAIL DESAIN

1 atm x 24357 m 3  273  50 K


o

V2 = = 5651 m3
5,1 atm  273  0  K
o

Direncanakan 4 penampung gas


Maka volume tiap penampung = 5651 m3/4 = 1413 m3
1
1413 m 3 x 6  3
Diameter sphere penampung gas =   =6m
  

Ukuran kompressor gas bertekanan tinggi

w R To  P  
0 , 283

Kebutuhan power tiap kompressor (Pw) =    1


8,41 e  Po  

R = 8,314 KJ/kmol oK
e = efisiensi kompressor 75%
To = temperatur inlet, (273 + 35)oK
P0 = 1,03 atm
P = 5,1 atm
Berat total gas yang dihasilkan digester dalam kondisi standar
Saat rata – rata
 Tahap I = 5197 kg/hari
 Tahap II = 5807 kg/hari

Saat maksimum
 Tahap I = 6961 kg/hari
 Tahap II = 8113 kg/hari

Asumsi berat gas yang dikompress adalah 200% dari yang dihasilkan (w)
Saat rata – rata
 Tahap I
1
= 2 x 5197 kg/hari x 24 jam / hari x 3600 det/ jam = 0,120 kg/det

 Tahap II
1
= 2 x 5807 kg/hari x 24 jam / hari x 3600 det/ jam = 0,134 kg/det

Saat maksimum

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 102


BAB V – DETAIL DESAIN

 Tahap I
1
= 2 x 6961 kg/hari x 24 jam / hari x 3600 det/ jam = 0,161 kg/det

 Tahap II
1
= 2 x 8113 kg/hari x 24 jam / hari x 3600 det/ jam = 0,188 kg/det

Kebutuhan daya (Pw)


Direncanakan daya yang dibutuhkan dapat mencapai debit maksimum

 Tahap I
0,161 kg / det x 8,314 kJ / kmol.o K x  273  35 K  5,1 0 , 283 
o
 x    1
8,41 x 0,75 kg / kmol  1,03  

= 37,5 kW
 Tahap II
0,188 kg / det x 8,314 kJ / kmol.o K x  273  35 K  5,1 0.283 
o
 x    1
8,41 x 0,75 kg / kmol  1,03  

= 43,7 kW

Gas Mixing Digester


1. Kebutuhan daya untuk gas mixing
P = G2  V
Volume tiap unit digester = 2576 m3
 = 1,46 x 10-3 N det/m2
G = 85/det
Maka P = (85/det)2 x 1,46 x 10-3 N det/m2 x 2576 m3
= 27171 w
= 27,171 kW
Total daya untuk 2 unit digester = 2 x 27,171 kW = 54,342 kW
2. Debit gas

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 103


BAB V – DETAIL DESAIN

w R To  P  
0 , 283

Kebutuhan power tiap kompressor (Pw) =    1


8,41 e  Po  

Pw x 8,41 x 0,75

w = R x T x  P  
0 , 283

o    1
 Po  

Pw = 27,171 kW
R = 8,314 kJ/kmol oC
To = (273 + 35) = 308 oK
P = 2,4 atm
Po = 1,03 atm
e = 0,75
27,171 kW x 8,41 kg / kmol x 0,75
w = 8,314 kJ / kmol o K x 308 o K  2,4  
0 , 283

 1 = 0,247 kg/det
 1,03  

0,247 kg / det
Debit gas per digester = 1,162 kg / m 3 x 0,86 = 0,248 m3/det

5.4.5 Tangki Distribusi Lumpur IV


Pengertian
Tangki distribusi lumpur IV ini berfungsi untuk mengumpulkan aliran lumpur
dari digester yang kemudian dialirkan ke sludge drying bed.

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi lumpur IV dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.55 : Data Perencanaan Tangki Distribusi Lumpur IV
Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 162
 Tahap II 181
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 217
 Tahap II 254
Waktu detensi td 40 menit

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 104


BAB V – DETAIL DESAIN

Dimensi Tangki
Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 254 m3/hari x 40 menit / 1440 menit/hari = 7 m3
Dimensi tangki (p x l) = 2 m x 2 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)
dmskd = 7 m3 / 4 m2 = 1,76 m

Volume tangki saat kapasitas rata – rata


V = 181 m3/hari x 40 menit / 1440 menit/hari = 5 m3

Kedalaman air dalam tangki (drata)


drata = 5 m3 / 4 m2 = 1,25 m

Struktur Intlet
Struktur inlet terdiri dari pipa yang berasal digester berdiameter 200 mm.

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari pipa yang menuju sludge drying bed berdiameter 200
mm.

5.4.6 Sludge Drying Bed


Pengertian
Sludge drying bed merupakan salah satu fasilitas pengeringan lumpur (sludge
dewatering) yang cukup banyak diguanakan. Biasanya sludge drying bed digunakan
untuk lumpur yang berasal dari digester (Metcalf & Eddy, 1991). Keuntungan dengan
menggunakan sludge drying bed adalah biaya investasi yang kecil, tidak memerlukan
perhatian khusus dalam pengoperasiannya dan konsentrasi solild yang tinggi pada
lumpurnya.
Pada pengoperasiannya lumpur diletakkan di atas bed dengan ketebalan
lapisan lumpur (200 – 300)mm lalu dibiarkan mengering. Sebagian air yang
terkandung di dalam lumpur akan mengalir melalui pori – pori bed dan sebagian lagi
akan menguap. Untuk menampung air yang mengalir ke bawah ini dibuat susatu
sistem drainase lateral dengan menggunakan pipa berpori (berlubang). Lumpur yang

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 105


BAB V – DETAIL DESAIN

telah mengering pada bagian atas bed disisihkan dan dapat dibuang ke landfill
ataupun dapat juga digunakan sebagai soil conditioner.

Kriteria Disain Sludge Drying Bed


Kriteria perencanaan sludge drying bed dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.56 : Kriteria Disain Sludge Drying Bed


Parameter Simbol Besaran Satuan Sumber
Periode pengeringan td 10 – 15 Hari Qasim, 1985
Kelembaban lumpur effluen - 60 – 70 % Qasim, 1985
Kandungan solid lumpur effluen - 30 – 40 % Qasim, 1985
Solid capture - 90 – 100 % Qasim, 1985
Koefisien keseragaman c <4 Metcalf & Eddy
Ketebalan bed d 200 - 450 mm Metcalf & Eddy

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk sludge drying bed dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 5.57 : Data Perencanaan Sludge Drying Bed
Parameter Simbol Besaran Satuan
Periode pengeringan td 10 hari
Solid capture - 90 %
Specific gravity lumpur sg 1,06
Konsentrasi BOD di filtrat 1500 mg/l
Konsentrasi lumpur keluar 25 %
Massa lumpur influen rata – rata kg/hari
 Tahap I 8237
 Tahap II 9222
Massa lumpur influen maksimum
 Tahap I 11087

 Tahap II 12953
Debit lumpur influen rata – rata m3/hari
 Tahap I 162
 Tahap II 181

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 106


BAB V – DETAIL DESAIN

Debit lumpur influen maksimum 217


 Tahap I 254
 Tahap II
Ketebalan lumpur 0,3 m

Dimensi Sludge Drying Bed


Volume
Tahap I
Volume SDB = 162 m3/hari x 10 hari = 1620 m3

Tahap II
Volume SDB = 181 m3/hari x 10 hari = 1810 m3

Luas
Tahap I
Luas SDB = 1620 m3 / 0,4 m = 4038 m2

Tahap II
Luas SDB = 1810 m3 / 0,4 m = 4521 m2

Dimensi unit SDB



Direncanakan panjang bed = 40 m dan lebar bed = 13,75 m

Luas tiap bed = 40 m x 13,75 m = 550 m2

Jumlah unit SDB


Tahap I
Luas SDB = 4038 m2 / 550 m2 = 7 unit

Tahap II
Luas SDB = 4521 m2 / 550 m2 = 8 unit

Karakteristik lapisan bed


Lapisan pasir
Fine sand = 150 mm
Coarse sand = 75 mm

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 107


BAB V – DETAIL DESAIN

Total ketebalan = 225 mm

Lapisan gravel
 Fine gravel = 75 mm
 Medium gravel = 75 mm
 Coarse garavel = 100 mm
 Total ketebalan = 250 mm

Total ketebalan lapisan bed = (225 + 250) mm = 475 mm = 0,475 m

13,75 m

40 m

Saluran Pengumpul
Filtrat

Gambar 5. 9 : Dimensi Sludge Drying Bed

Kedalaman sludge drying bed


0,4 m + 0,475 + free board = 1 m

Saluran pengumpul filtrat


Saluran pengumpul filtrat terletak di tangah – tangah SDB yang berupa saluran
lateral. Filtrat akan mengalir ke saluran pengumpul melalui pipa pengumpul yang
terdapat di setiap unit SDB. Filtrat kemudian dialirkan secara gravitasi ke bak
pengumpul.
Pipa pengumpulan direncanakan berdiameter 75 mm dengan kemiringan 1%
Untuk saluran pengumpul filtrat digunakan saluran terbuka dengan lebar 0,5 m.
Saluran pengumpul ini akan mengalirkan filtrat ke tangki distibusi 7.

Karakteristik Sludge Cake


Saat debit rata – rata

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 108


BAB V – DETAIL DESAIN

Tahap I
 Total solid pada sludge cake = 90% x 8237 kg/hari = 7413 kg/hari
7413 kg / hari x 1000 g / kg
= 0,25 x 1,06 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3  28 m / hari
3
 Volume lumpur

Tahap II
 Total solid pada sludge cake = 90% x 9222 kg/hari = 8300 kg/hari
8300 kg / hari x 1000 g / kg
= 0,25 x 1,06 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3  31 m / hari
3
 Volume lumpur

Saat debit maksimum


Tahap I
 Total solid pada sludge cake = 90% x 11087 kg/hari = 9978 kg/hari
9978 kg / hari x 1000 g / kg
= 0,25 x 1,06 x 1 g / cm3 x 106 cm3 / m3  38 m / hari
3
 Volume lumpur

Tahap II
 Total solid pada sludge cake = 90% x 12953 kg/hari = 11657 kg/hari
 Volume lumpur =

11657 kg / hari x 1000 g / kg


3 6 3 3
 44 m3 / hari
0,25 x 1,06 x 1 g / cm x 10 cm / m

Karateristik Filtrat
Saat rata – rata
Tahap I
 Debit = (162 – 28) m3/hari = 134 m3/hari
 Konsentrasi BOD = 1500 mg/l
 Massa BOD = 1500 mg/l x 134 m3/hari / 1000 g/kg = 200 kg/hari
 Massa SS = (10% x 8237 kg/hari) = 824 kg/hari
824 kg / hari x 1000 g / kg
 Konsentrasi SS =  6168 mg/l
134 m3 / hari

Tahap II

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 109


BAB V – DETAIL DESAIN

 Debit = (181– 31) m3/hari = 150 m3/hari


 Konsentrasi BOD = 1500 mg/l
 Massa BOD = 1500 mg/l x 150 m3/hari / 1000 g/kg = 224 kg/hari
 Massa SS = (10% x 9222 kg/hari) = 922 kg/hari
922 kg / hari x 1000 g / kg
 Konsentrasi SS =  6168 mg/l
150 m 3 / hari

Saat maksimum
Tahap I
 Debit = (217 – 38) m3/hari = 180 m3/hari
 Konsentrasi BOD = 1500 mg/l
 Massa BOD = 1500 mg/l x 180 m3/hari / 1000 g/kg = 270 kg/hari
 Massa SS = (10% x 11087 kg/hari) = 1110 kg/hari
1110 kg / hari x 1000 g / kg
 Konsentrasi SS =  6168 mg/l
180 m3 / hari

Tahap II
 Debit = (254 – 44) m3/hari = 210 m3/hari
 Konsentrasi BOD = 1500 mg/l
 Massa BOD = 1500 mg/l x 210 m3/hari / 1000 g/kg = 315 kg/hari
 Massa SS = (10% x 12953 kg/hari) = 1295 kg/hari
1295 kg / hari x 1000 g / kg
 Konsentrasi SS =  6168 mg/l
210 m3 / hari

5.4.7 Tangki Distribusi AL IV


Pengertian
Tangki distribusi AL IV ini berfungsi untuk mengumpulkan aliran supernatan
dari tangki distribusi AL V, VI, dan VII yang kemudian dialirkan ke tangki distribusi
AL I.

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi AL IV dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.58 : Data Perencanaan Tangki Distribusi AL IV

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 110


BAB V – DETAIL DESAIN

Parameter Simbol Besaran Satuan


Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 628
 Tahap II 805
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 1118
 Tahap II 1577
Waktu detensi saat kapasitas rata –
td 35 detik
rata
Waktu detensi saat kapasitas
td 30 detik
maksimum

Dimensi Tangki
Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 1577 m3/hari x 30 detik / 86400 detik/hari = 0,55 m3
Dimensi tangki (p x l) = 1 m x 1 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)
dmskd = 0,55 m3 / 1 m2 = 0,55 m
Volume tangki saat kapasitas rata – rata
V = 805 m3/hari x 35 detik / 86400 detik/hari = 0,33 m3
Kedalaman air dalam tangki (drata)
drata = 0,33 m3 / 1 m2 = 0,33 m

Struktur Intlet
Struktur inlet terdiri dari pipa yang berasal dari tangki distribusi 5,6, dan 7 yang
masing – masing berdiameter 200 mm.

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari rectangular weir, box effluen, dan pipa outlet menuju
tangki distribusi 1 dengan diameter 300 mm. Direncanakan panjang weir yang
dipergunakan 0,5 m dengan koefisien Cd = 0,624.

Head di atas weir


Kapasitas pengaliran rata - rata

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 111


BAB V – DETAIL DESAIN

2
3 Q  3

hL =  x 

 2 Cd L ' 2 g 

dimana L’ = L – 0,2hL
Q berdasarkan jumlah tangki distribusi 1, pada perencanaan ini tangki
distribusi 1 berjumlah 1 unit.
2
3 805 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 1 unit 
3
hL =  x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 0,05 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,05 m) = 0,49 m
Saat kapasitas pengaliran maksimum
2
3 1577 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 1 unit 
3
hL =  x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 0,18 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,18 m) = 0,46 m

Box Effluen
Direncanakan waktu detensi dalam box effluen selama 5 detik dengan dimensi (p x l)
adalah 1 m x 1 m.
Volume box = 1577 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari = 0,09 m3
Kedalaman air di dalam box effluen (dbox)
 Kapasitas maksimum
dbox = 0,09 m3 / 1 m2 = 0,09 m
 Kapasitas rata - rata
dbox = 805 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari / 1 m2 = 0,05m

5.4.8 Tangki Distribusi AL V


Pengertian
Tangki distribusi AL V ini berfungsi untuk mengumpulkan aliran supernatan
dari gravity thickener yang kemudian dialirkan ke tangki distribusi AL IV.

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi AL V dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 112


BAB V – DETAIL DESAIN

Tabel 5.59 : Data Perencanaan Tangki Distribusi AL V


Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 433
 Tahap II 586
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 855
 Tahap II 1269
Waktu detensi saat kapasitas rata –
td 35 detik
rata
Waktu detensi saat kapasitas
td 30 detik
maksimum

Dimensi Tangki
Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 1269 m3/hari x 30 detik / 86400 detik/hari = 0,44 m3
Dimensi tangki (p x l) = 1 m x 1 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)
dmskd = 0,44 m3 / 1 m2 = 0,44 m
Volume tangki saat kapasitas rata – rata
V = 586 m3/hari x 35 detik / 86400 detik/hari = 0,24 m3
Kedalaman air dalam tangki (drata)
drata = 0,24 m3 / 1 m2 = 0,24 m

Struktur Intlet
Struktur inlet terdiri dari pipa yang berasal dari thickener yang berdiameter 200
mm.

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari rectangular weir, box effluen, dan pipa outlet menuju
tangki distribusi IV dengan diameter 200 mm. Direncanakan panjang weir yang
dipergunakan 0,5 m dengan koefisien Cd = 0,624.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 113


BAB V – DETAIL DESAIN

Head di atas weir


Kapasitas pengaliran rata - rata
2
3 Q  3

hL =  x 

 2 Cd L ' 2g 

dimana L’ = L – 0,2hL
Q berdasarkan jumlah tangki distribusi 4, pada perencanaan ini tangki
distribusi 4 berjumlah 1 unit.
2
3 586 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 1 unit 
3
hL =  x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 
dengan trail and error diperoleh hL = 0,04 m
maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,04 m) = 0,49 m

Saat kapasitas pengaliran maksimum


2
3 1269 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 1 unit 
3

hL =  x 
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 
2

dengan trail and error diperoleh hL = 0,16 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,16 m) = 0,47 m

Box Effluen
Direncanakan waktu detensi dalam box effluen selama 5 detik dengan dimensi (p x l)
adalah 1 m x 1 m.
Volume box = 1269 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari = 0,07 m3
Kedalaman air di dalam box effluen (dbox)
 Kapasitas maksimum
dbox = 0,07 m3 / 1 m2 = 0,07 m
 Kapasitas rata - rata
dbox = 586 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari / 1 m2 = 0,03 m
5.4.9 Tangki Distribusi AL VI
Pengertian
Tangki distribusi AL VI ini berfungsi untuk mengumpulkan aliran supernatan
dari anaerobic digester yang kemudian dialirkan ke tangki distribusi AL IV.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 114


BAB V – DETAIL DESAIN

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi AL VI dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 5.60 : Data Perencanaan Tangki Distribusi AL VI


Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 62
 Tahap II 69
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 83
 Tahap II 97
Waktu detensi saat kapasitas rata –
td 35 detik
rata
Waktu detensi saat kapasitas
td 30 detik
maksimum

Dimensi Tangki
Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 97 m3/hari x 30 detik / 86400 detik/hari = 0,03 m3
Dimensi tangki (p x l) = 1 m x 1 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)
dmskd = 0,03 m3 / 1 m2 = 0,03 m
Volume tangki saat kapasitas rata – rata
V = 39 m3/hari x 35 detik / 86400 detik/hari = 0,03 m3
Kedalaman air dalam tangki (drata)
drata = 0,03 m3 / 1 m2 = 0,03 m

Struktur Intlet
Struktur inlet terdiri dari pipa yang berasal dari digester yang berdiameter 200
mm.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 115


BAB V – DETAIL DESAIN

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari rectangular weir, box effluen, dan pipa outlet menuju
tangki distribusi IV dengan diameter 200 mm. Direncanakan panjang weir yang
dipergunakan 0,5 m dengan koefisien Cd = 0,624.

Head di atas weir


Kapasitas pengaliran rata - rata
2
3 Q  3

hL =  x 

 2 Cd L ' 2g 

dimana L’ = L – 0,2hL
Q berdasarkan jumlah tangki distribusi 4, pada perencanaan ini tangki
distribusi 4 berjumlah 1 unit.
2
3 39 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 1 unit  3
hL =  x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 0,01 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,01 m) = 0,50 m

Saat kapasitas pengaliran maksimum


2
3 97 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 1 unit 
3

hL =  x 
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 
2

dengan trail and error diperoleh hL = 0,02 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,02 m) = 0,49 m

Box Effluen
Direncanakan waktu detensi dalam box effluen selama 5 detik dengan dimensi (p x l)
adalah 1 m x 1 m.
Volume box = 97 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari = 0,006 m3
Kedalaman air di dalam box effluen (dbox)
 Kapasitas maksimum
dbox = 0,006 m3 / 1 m2 = 0,006 m
 Kapasitas rata - rata
dbox = 39 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari / 1 m2 = 0,004 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 116


BAB V – DETAIL DESAIN

5.4.10 Tangki Distribusi AL VII


Pengertian
Tangki distribusi AL VII ini berfungsi untuk mengumpulkan aliran supernatan
dari sludge drying bed yang kemudian dialirkan ke tangki distribusi AL IV.

Data Perencanaan
Data perencanaan untuk tangki distribusi AL VII dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.61 : Data Perencanaan Tangki Distribusi AL VII
Parameter Simbol Besaran Satuan
Debit rata – rata Qr m3/hari
 Tahap I 134
 Tahap II 150
Debit maksimum Qmaks m3/hari
 Tahap I 180
 Tahap II 210
Waktu detensi saat kapasitas rata –
td 35 detik
rata
Waktu detensi saat kapasitas
td 30 detik
maksimum

Dimensi Tangki
Volume tangki saat kapasitas maksimum (V)
V = 210 m3/hari x 30 detik / 86400 detik/hari = 0,07 m3
Dimensi tangki (p x l) = 1 m x 1 m
Kedalaman air dalam tangki (dmaks)
dmskd = 0,07 m3 / 1 m2 = 0,07 m
Volume tangki saat kapasitas rata – rata
V = 150 m3/hari x 35 detik / 86400 detik/hari = 0,06 m3
Kedalaman air dalam tangki (drata)
drata = 0,06 m3 / 1 m2 = 0,06 m
Struktur Intlet
Struktur inlet terdiri dari pipa yang berasal dari sludge drying bed yang
berdiameter 200 mm.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 117


BAB V – DETAIL DESAIN

Struktur Outlet
Struktur outlet terdiri dari rectangular weir, box effluen, dan pipa outlet menuju
tangki distribusi IV dengan diameter 200 mm. Direncanakan panjang weir yang
dipergunakan 0,5 m dengan koefisien Cd = 0,624.
Head di atas weir
Kapasitas pengaliran rata - rata
2
3 Q  3

hL =  x 

 2 Cd L ' 2 g 

dimana L’ = L – 0,2hL
Q berdasarkan jumlah tangki distribusi IV, pada perencanaan ini tangki
distribusi IV berjumlah 1 unit.
2
3 150 m3 / hari / 86400 det/ hari / 1 unit 
3
hL =  x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 0,02 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,01 m) = 0,50 m
Saat kapasitas pengaliran maksimum
2
3 210 m 3 / hari / 86400 det/ hari / 1 unit 
3
hL =  x 2
 2 0,624 x  0,5 m  0,2hL  2 x 9,81 m / det 

dengan trail and error diperoleh hL = 0,03 m


maka L’ = 0,5 m – (0,2 x 0,03 m) = 0,49 m
Box Effluen
Direncanakan waktu detensi dalam box effluen selama 5 detik dengan dimensi (p x l)
adalah 1 m x 1 m.
Volume box = 150 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari = 0,012 m3
Kedalaman air di dalam box effluen (dbox)
 Kapasitas maksimum
dbox = 0,012 m3 / 1 m2 = 0,012 m
 Kapasitas rata - rata
dbox = 210 m3/hari x 5 detik / 86400 detik/hari / 1 m2 = 0,009 m

5.5 Desinfeksi

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 118


BAB V – DETAIL DESAIN

Pengertian
Air limbah yang telah melalui pengolahan tingkat kedua masih mengandung
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit jika langsung dibuang ke badan
air. Desinfeksi ini dimaksudkan untuk mengurangi mikroorganisme yang masih
tertinggal di dalam efluen tersebut. Metoda desinfeksi yang digunakan dalam
perencanaan ini adalah dengan pemberian klor ke dalam efluen (klorinasi). Metoda ini
dipilih dengan pertimbangan antara lain:
 Harga klorin yang murah
 Efektif dalam membunuh kuman penyakit
 Mudah didapat
 Non toksik
Efisiensi desinfeksi oleh klorin tergantung pada waktu kontak, dosis,
temperatur, pH, dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air. Konsentrasi
klorin yang harus tersisa pada air buangan adalah 0,5 mg/l dengan waktu kontak (20 –
30) menit.
Pada bak kontak klorinasi harus terdapat sistem pembubuhan dan pengadukan
antara klorin dengan air buangan pada saat pembubuhan. Pengadukan ini lebih efektif
jika terjadi rezim aliran turbulen.

Kriteria Perencanaan
Kriteria perencanaan untuk klorinasi ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.62 : Kriteria Disain Klorinasi


Parameter Simbol Satuan Besaran Sumber
Kecepatan horizontal vh m/menit 2–6 Qasim, 1985
Waktu kontak t menit 20 – 60 Qasim, 1985
Dosis - mg/l 3 - 10 Qasim, 1985

Data Perencanaan

Tabel 5.63 : Data Perencanaan Bak Kontak Klorinasi


Parameter Simbol Besaran Satuan
Kapasitas rata – rata Qr m3/hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 119


BAB V – DETAIL DESAIN

Parameter Simbol Besaran Satuan


Tahap I
 Debit awal 64800
 Primary sludge 287

 Supernatan gravity thickener 433

 Supernatan anaerobic digester 62


134
 Supernatan sludge drying bed
1039
 Lumpur sekunder
Tahap II
82944
 Debit awal
314
 Primary sludge
586
 Supernatan gravity thickener
69
 Supernatan anaerobic digester
150
 Supernatan sludge drying bed 1437
 Lumpur sekunder
Kapasitas maksimum Qmaks m3/hari
Tahap I
122688
 Debit awal 366
 Primary sludge 855
 Supernatan gravity thickener 83
 Supernatan anaerobic digester 180
 Supernatan sludge drying bed 2132
 Lumpur sekunder

Tahap II
 Debit awal
 Primary sludge 155520

 Supernatan gravity thickener 406


1269
 Supernatan anaerobic digester
97
 Supernatan sludge drying bed
210
 Lumpur sekunder
3220
Jumlah unit - 2 unit
Waktu kontak 20 menit
Perbandingan panjang : lebar baffle P:L 15 : 1
Jumlah saluran baffle 3
Lebar saluran baffel 2,5 m

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 120


BAB V – DETAIL DESAIN

Perhitungan
Debit influen ke bak klorinasi = (supernatan BP I + supernatan gravity thickener +
supenatan digester + supernatan sludge drying bed) – lumpur dari bak pengendap
II.
Supernatan BP I = Debit awal - debit primary sludge
Jadi debit ke bak klorinasi = (Debit awal – primary sludge + supernatan gravity
thickener + supernatan digester + supernatan sludge drying bed) – 40% debit
lumpur sekunder.

Pada debit rata – rata :


 Tahap I = (64800 - 287 + 433 + 62 + 134) – (0,4 x 1039) = 64725 m3/hari
 Tahap II = (82944 - 314 + 586 + 69 + 150) – (0,4 x 1437) = 82860 m3/hari

Pada debit maksimum


 Tahap I = (122688- 366 + 855 + 83 + 180) – (0,4 x 2132) = 122588 m3/hari
 Tahap II = (155520-406 + 1269 + 97 + 210) – (0,4 x 3220) = 155403m3/hari

Direncanakan dibuat 2 bak kontak klorinasi sampai tahap II pada pengaliran


maksimum.

Debit tiap bak:


a. Saat rata – rata
Tahap I = 64725 m3/hari / 2 unit = 32363 m3/hari
Tahap II = 82860 m3/hari / 2 unit = 41430 m3/hari
Saat maksimum
Tahap I = 122588 m3/hari / 2 unit = 61294 m3/hari
Tahap II = 155403 m3/hari / 2 unit = 77701 m3/hari

Dimensi tiap unit bak kontak klorinasi


Volume bak kontak (V) = Q x t
V = 77701 m3/hari x 20 menit / 1440 menit/hari = 1079 m3

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 121


BAB V – DETAIL DESAIN

Panjang saluran (p)


 Jika lebar saluran baffle (P) = 2,5 m maka panjang saluran baffle (L) = 2,5
m x 15 = 37,5 m
 Panjang saluran baffle total = (L – 2,5) + 2,5 + (L – 2,5) + 2,5 + (L – 1,25)
= 3L + 5 – 6,25
= (3 x 37,5 m) – 1,25
= 111,25 m

volume terisi
 Kedalaman air di bak (d) = luas permukaan

Pada saat kapasitas rata – rata :


449 m 3
 Tahap I =  1,62 m
111,25 m x 2,5 m 
575 m 3
 Tahap II =  2,07 m
111,25 m x 2,5 m 
Pada saat debit maksimum :
851 m 3
 Tahap I =  3,06 m
111,25 m x 2,5 m 
1079 m 3
 Tahap II =  3,88 m
111,25 m x 2,5 m 

 Jadi kedalaman tangki dibuat 4 m

Luas 2 bak kontak klorinasi


= (2 unit x 3 baffle x 2,5 m/baffle x 37,5 m) = 562,5 m2

Kontrol Disain
volume
a. Waktu kontak (td) =
debit
Waktu kontak saat debit rata-rata :
1079 m 3
 Tahap I = = 48,02 menit (memenuhi)
32363 m 3 / hari / 1440 menit / hari

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 122


BAB V – DETAIL DESAIN

1079 m 3
 Tahap II = = 37,51 menit (memenuhi)
41430 m 3 / hari / 1440 menit / hari

Waktu kontak saat debit maksimum :


1079 m 3
 Tahap I = = 25,35 menit (memenuhi)
61294 m 3 / hari / 1440 menit / hari

1079 m 3
 Tahap II = = 20,00 menit (memenuhi)
77701 m 3 / hari / 1440 menit / hari

debit
Kecepatan aliran horizontal (Vh) = 2,5 m x d

Kecepatan aliran horizontal saat debit rata-rata :


32363 m 3 / hari / 1440 menit / hari
 Tahap I = 2,5 m x 1,62 m
= 5,56 m / menit (memenuhi)

41430 m 3 / hari / 1440 menit / hari


 Tahap II = 2,5 m x 2,07 m
= 5,56 m / menit (memenuhi)

Kecepatan aliran horizontal saat debit maksimum :


61294 m 3 / hari / 1440 menit / hari
 Tahap I = 2,5 m / 3,06 m
= 5,56 m / menit (memenuhi)

77701 m 3 / hari / 1440 menit / hari


 Tahap II = 2,5 m / 3,88 m
= 5,56 m / menit (memenuhi)

Turbulensi aliaran (Nre) = Vh R / 


 2,5 m x d 
 R = 2,5 m   2 x d 

Saat kapasitas rata-rata :


 2,5 m x 1,62 m 
Tahap I R = = 0,705 m
2,5 m   2 x 1,62 m 

 2,5 m x 2,07 m 
Tahap II R = = 0,779 m
2,5 m   2 x 2,07 m 

Saat kapasitas maksimum :


 2,5 m x 3,06 m 
Tahap I R = = 0,888 m
2,5 m   2 x 3,06 m 

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 123


BAB V – DETAIL DESAIN

 2,5 m x 3,88 m 
Tahap II R = = 0,945 m
2,5 m   2 x 3,88 m 

 Pada suhu 30 oC,  = 0,8 x 10-6 m2/det


 Nre pada aliran rata-rata
 5,56 m / menit / 60 det ik / menit  x 0,705 m
 816830  104
Tahap I = 6 2
0,8 x 10 m / det

 5,56 m / menit / 60 det ik / menit  x 0,779 m


 902996  104
Tahap II = 6 2
0,8 x 10 m / det

 Nre pada aliran maksimum


 5,56 m / menit / 60 det ik / menit  x 0,888 m
 1028534  104
Tahap I = 6 2
0,8 x 10 m / det

 5,56 m / menit / 60 det ik / menit  x 0,945 m


 1095618  104
Tahap II = 6 2
0,8 x 10 m / det

Kebutuhan Kaporit
Perkiraan kebutuhan kaporit dengan menggunakan pengurangan
mikroorganisme pathogen.

 Sisa klorin dalam jangka waktu tertentu (Ct)


200
 1  0,23 x Ct x t 
3

107
Ct x t = 155,83 mg/l menit
Ct = 155,83 mg/l menit / waktu kontak
Ct x jumlah tan gki x debit / tan gki x 1000 l / m3
 Kebutuhankaporit (K) =
106 mg / kg x 70%

a. Pada Q rata-rata :
155,83 mg / l menit
 Ct tahap I = 48,02 menit = 3,25 mg/l

3,25 mg / l x 2 tan gki x 32363 m 3 / hari x 1000 l / m


Kebutuhan kaporit =
10 6 mg / kg x 0,7

= 300 kg/hari

155,83 mg / l menit
 Ct tahap II = 37,51 menit = 4,15 mg/l

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 124


BAB V – DETAIL DESAIN

Kebutuhan kaporit
4,15 mg / l x 2 tan gki x 41430 m 3 / hari x 1000 l / m
=
10 6 mg / kg x 0,7

= 492 kg/hari

b. Pada Q maksimum :
155,83 mg / l menit
 Ct tahap I = 25,35 menit = 6,15 mg/l

Kebutuhan kaporit
6,15 mg / l x 2 tan gki x 61294 m 3 / hari x 1000 l / m
=
10 6 mg / kg x 0,7

= 1076 kg/hari
155,83 mg / l menit
 Ct tahap II = 20,00 menit = 7,79 mg/l

Kebutuhan kaporit
7,79 mg / l x 2 tan gki x 77701 m 3 / hari x 1000 l / m
=
10 6 mg / kg x 0,7

= 1730 kg/hari
Struktur inlet
a. Pipa klorinasi diteruskan ke bak kontak melalui box influen dengan lebar 2 m
dan kedalaman 0,75 m. Pipa inlet yang digunakan berdiameter 400 mm. Koefisien
discharge (Cd) diasumsikan sebesar 0,6.
b. Head loss
Besarnya head loss dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
2
 Q 
hL   
 Cd x A x 2g 
 

dimana :
hL = head loss, m
Q = debit, m3/det
Cd = koefisien discharge = 0,6
A = luas, m2
Saat kapasitas rata-rata :
2
 32363 m 3 / hari / 86400 det/ hari 
Tahap I hL =    0,0088 m
 0,6 x 2 m x 0,75 m x 2 x 9,81 m / det 2 
 

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 125


BAB V – DETAIL DESAIN

2
 41430 m 3 / hari / 86400 det/ hari 
Tahap II hL =    0,0145 m
 0,6 x 2 m x 0,75 m x 2 x 9,81 m / det 2 
 

Saat kapasitas maksimum :


2
 61294 m 3 / hari / 86400 det/ hari 
Tahap I hL =    0,0317 m
 0,6 x 2 m x 0,75 m x 2 x 9,81 m / det 2 
 
2
 77701 m 3 / hari / 86400 det/ hari 
Tahap II hL =  2


 0,0409 m
 0,6 x 2 m x 0,75 m x 2 x 9,81 m / det 

c. Struktur outlet
Struktur outlet terdiri dari alat ukur yang direncanakan berupa proportional
weir, saluran effluen dan pipa outlet. Lebar saluran outlet direncanakan 1,5 m.
Pipa outlet direncanakan berdiameter 500 mm.

d. Direncanakan tinggi proporsional weir dari dasar bak adalah 1 m.


Tinggi muka air di atas weir (hl weir)
hl weir = tinggi muka air di dalam bak – 1 m
Saat kapasitas rata-rata :
Tahap I = (1,62 – 1) m = 0,62 m
Tahap II = (2,07 – 1) m = 1,07 m
Saat kapasitas maksimum :
Tahap I = (3,06 – 1) m = 2,06 m
Tahap II = (3,88 – 1) m = 2,88 m

e. Panjang weir (L)


Q = 1,57 Cd L (2g)1/2 hl3/2
Panjang weir dihitung untuk kondisi maksimum dan rata – rata.
Panjang dasar weir berdasarkan tinggi air di atas weir yang paling kecil yang
diasumsikan pada ketinggian 0,02 m.

f. Kecepatan horizontal (vh)


Vh = q / (1,5 m x d air)
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 126


BAB V – DETAIL DESAIN

Tabel 5.64 : Perhitungan Proportional Weir, Kecepatan, dan Waktu Kontak


Debit tiap bak d air di Waktu
Panjang Tinggi air di v
Tahap Pengaliran atas weir kontak
m3/hari m3/det weir (m) dalam bak (m) (m/menit)
(m) (menit)
I Maksimum 61294 0,709 2,06 0,057 3,06 5,56 25,35
Rata - rata 32363 0,375 0,62 0,186 1,62 5,56 48,02
0,02 0,089
II Maksimum 77701 0,899 2,88 0,044 3,88 5,56 20,00
Rata - rata 41430 0,480 1,07 0,104 2,07 5,56 37,51

g. Saluran effluen
Saluran effluen meliputi kedua bak dengan lebar 2 m dan pipa outlet
ditempatkan di tengah saluran.
Pipa outlet direncanakan berdiameter 400 mm
Dasar saluran effluen diletakkan sejajar dengan dasar bak dengan ketinggian
air direncanakan 0,5 m dan disediakan 0,2 m untuk jatuh bebas dari dasar weir.

BOBBY YUDISTIRA 153 01 015 V- 127

Anda mungkin juga menyukai