Oleh :
Kelompok 4
Aqilla Fadya Repliansyah 1814221011
M.Rizki Saputra 1814221026
M. Robbi Wicaksono 1814221028
Melissa Theresia 1814221033
Daffa Rizky Syafutra 1854221001
Melati Laurensia 1854221003
Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah
sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang
dilakukan untuk mengetahui dampak ditimbulkan jika suatu jadi dilakukan, baik
dampak negatif positif. Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi
pada saat kegiatan usaha/proyek dilakukan sekarang atau baru beberapa waktu
kemudian di masa akan dating. Dampak lingkungan yang terjadi adalah
berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan kimia, biologi
atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika diantisipasi dari awal akan merusak
tatanan yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora maupun manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, sebelum suatu atau proyek dijalankan, maka sebaliknya
dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang bakal timbul,
baik dampak yang bakal timbul, juga mencarikan jalan keluar untuk mengatasi
dampak tersebut. Studi inilah yang kita kenal dengan nama Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL).
1.2 Tujuan
Data yang diambil berasal dari sumber sekunder, yaitu jurnal yang berjudul
“Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup pada Pembudidayaan
Udang di Laut Lepas Desa Sangsit Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng” oleh
Nyoman Wijana pada tahu 2016. Data yang diambil adalah data sosial-ekonomi,
sosial kependudukan, biologi, dan data topografi.
Data yang telah diambil lalu disusun menjadi Rona Lingkungan Awal (RLA).
RLA akan dijadikan dasar untuk memprediksi dampak apa saja yang akan timbul
jika dilakukan pertambakan udang terpadu dengan sistem kurungan laut di desa
Sangsit. Dampak yang di prediksi yaitu dampak pada saat tahap pra kontruksi,
kontruksi, dan tahap operasi.
III. PEMBAHASAN
b. Iklim
Sebagian besar wilayah Kabupaten buleleng beriklim tropis basah dan kering
sehingga wilayah Buleleng memiliki dua musim yakni musim kemarau dan
musim hujan dengan suhu udara bervariasi antara 19° - 33°C. Tingkat
kelembapan nisbi di wilayah ini berkisar antara 82% - 75%. Curah hujan tahunannya
berkisar antara 1000-1600 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80-120
hari hujan per tahun. Musim kemarau di wilayah Buleleng berlangsung pada periode Mei
hingga Oktober sedangkan musim hujan berlangsung dari Desember hingga Maret
dengan curah hujan bulanan lebih dari 200 mm per bulan. Rata-rata curah hujan pada
tahun 2019 di Kabupaten Buleleng bervariasi tiap bulan, namun pada bulan Juni hingga
Oktober curah hujan cenderung kecil dimana bulan Maret merupakan curah hujan
tertinggi dan bulan Agustus merupakan curah hujan terendah. Pada tahun 2018, bulan
Januari merupakan curah hujan tertinggi yakni 340,56 mm dan bulan Agustus merupakan
curah hujan terendah yakni 1,39 mm
Dari tabel diatas, diketahui bahwa spesies plankton yang ada di laut lepas Desa
Sangsit adalah 759 spesies plankton dan 20 diantaranya merupakan spesies yang
paling dominan. 20 Spesies ini antara lain adalah 8 fitoplankton dan 12
zooplankton. Pada kelompok fitoplankton, spesies Hitzschia brebissonii
merupakan spesies yang paling dominan yakni berjumlah 79 spesies dan
Halocypria globosa merupakan spesies yang paling sedikit ditemukan yakni
hanya berjumlah 10 spesies. Pada kelompok zooplankton, spesies Creseis virgule
dan Astraoeba radiosa sama-sama dominan dengan jumlah masing-masing 60
spesies. Spesies yang paling sedikit ditemukan adalah Nodilittorina granularia
yang hanya berjumlah 13 spesies.
b. Komponen Mangrove
Tabel 3.3 Komponen Mangrove
Berdasarkan tabel diatas, komposisi spesies pada vegetasi pantai Desa Sangsit
terdiri dari 21 spesies tumbuhan. Spesies tumbuhan tersebut yaitu Cocos nucifera,
Flacuortia indica merr., Terminalia catappa, Plumeria acuminata, Morinda
citrifolia L., Manihot glaziovii, Melia azedarach L., Azadirachta indica, Syzygium
cumini, Schleichera oleosa, Hibiscus tiliaceus, Spondias pinnata KURZ., Vitex
trifolia L., Kuanji, Cordyline australis, Leucaena glauca, Gliricidia maculata,
Saccharum spontaneum, Acacia auriculiformis, Calophyllum inophyllum L., dan
Chromolaena odorata. Rata-rata keanekaragaman dari keseluruhan vegetasi
mangrove di Desa Sangsit adalah 2,3640. Dengan nilai ini, keanekaragaman
mangrove di Desa Sangsit termasuk kategori sedang.
jenis ikan, baik ikan pelagis, ikan demarsal maupun ikan karang yang
diperkirakan potensi lestarinya sebesar 12.358 ton per tahun. Luas lahan potensial
untuk budidaya laut diperkirakan ±1.000 Ha, dengan rincian: budidaya Kerapu
dan Bandeng sebanyak 500 Ha, Rumput Laut sebanyak 250 Ha, dan Mutiara
sebanyak 250 Ha.
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa banyak dampak negatif yang akan
terjadi pada lingkungan abiotik, biotik, dan sosial Desa Sangsit, Kecamatan
Sawan, Kabupaten Buleleng. Meski sisi positifnya adalah adanya potensi
penyerapan tenaga kerja, namun dampak positif ini tidak terlalu sebanding dengan
dampak negatifnya. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan yang lebih intens
terhadap pembangunan yang lebih efektif.
4.2 Saran
Perlunya pengkajian lebih mendalam tentang dampak yang akan terjadi jika
proyek Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng sebagai lokasi
untuk dilaksanakannya proyek pertambakan udang tetap dilaksanakan, agar dapat
memaksimalkan manfaatnya dan meminimalisir dampak negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA