Anda di halaman 1dari 14

RONA LINGKUNGAN AWAL PERTAMBAKAN UDANG DI DESA

SANGSIT, KECAMATAN SAWAN, KABUPATEN BULELENG


(Laporan Praktikum AMDAL Kelautan)

Oleh :
Kelompok 4
Aqilla Fadya Repliansyah 1814221011
M.Rizki Saputra 1814221026
M. Robbi Wicaksono 1814221028
Melissa Theresia 1814221033
Daffa Rizky Syafutra 1854221001
Melati Laurensia 1854221003

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNILA LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah
sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang
dilakukan untuk mengetahui dampak ditimbulkan jika suatu jadi dilakukan, baik
dampak negatif positif. Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi
pada saat kegiatan usaha/proyek dilakukan sekarang atau baru beberapa waktu
kemudian di masa akan dating. Dampak lingkungan yang terjadi adalah
berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan kimia, biologi
atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika diantisipasi dari awal akan merusak
tatanan yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora maupun manusia itu sendiri.

Oleh karena itu, sebelum suatu atau proyek dijalankan, maka sebaliknya
dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang bakal timbul,
baik dampak yang bakal timbul, juga mencarikan jalan keluar untuk mengatasi
dampak tersebut. Studi inilah yang kita kenal dengan nama Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL).

Pengutamaan telaah AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak lingkungan


di sekitarnya, baik di dalam maupun di luar suatu usaha atau proyek, yang akan
dijalankan. Arti keberadaan suatu usaha atau proyek akan mempengaruhi
kegiatan-kegiatan yang berada di sekitar rencana lokasi, baik dampak rencana
usaha dan atau kegiatan terhadap kegiatan yang sudah ada. Dewasa penelitian
AMDAL suatu usaha sebelum dijalankan sangat penting. Masyarakat semakin
sadar akan pentingnya lingkungan yang sehat, baik terhadap manusia, hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Pada akhirnya jika aspek lingkungan dinyatakan tidak layak
untuk dijalankan, maka sebaiknya dibatalkan karena akan memperoleh kerugian
lebih besar daripada manfaatnya.
Bahkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan
bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan kegiatan yang harus
dijalankan. Hasil studi kelayakan ini nantinya sangat berguna untuk para
perencana, serta djuga bagi pengambilan keputusan.

Pengertian Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) menurut PP Nomor 27


Tahun 1999 pasal 1 adalah telaah secara cermat dan mendalam tentang dampak
besar dan penting suatu rencana usaha dan kegiatan. Arti lain analisis dampak
lingkungan adalah Teknik untuk menganalisis apakah proyek yang akan
dijalankan akan mencemarkan lingkungan atau tidak dan jika ya, maka diberikan
jalan laternatif pencegahannya.

Sebelum dilakukannya penelitian terhadap AMDAL ini, perlu diketahui dulu


bagaimana rona lingkungan hidup lokasi yang akan diteliti. Rona lingkungan
dibutuhkan sebagai perbandingan kondisi awal lingkungan tersebut sebelum
dilakukan kegiatan dan setelah dilakukan kegiatan (proyek). Dari data
perbandingan ini dapat diketahui dampak apa saja yang terjadi setelah kegiatan
(proyek) dilakukan di daerah tersebut, dan dapat dicarikan alternatif penyelesaian
masalah yang ditimbulkan tersebut.

1.2 Tujuan

Mengetahui kesesuaian kondisi di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten


Buleleng sebagai lokasi untuk dilaksanakannya proyek pertambakan udang
dengan menyusun Rona Lingkungan Awal (RLA), dan memprediksi dampak yang
akan terjadi terhadap RLA pada tahap pra konstruksi, konstruksi, dan operasi pada
proyek pertambakan udang.
II METODOLOGI

2.1 Waktu dan Deskripsi Lokasi

Praktikum ini dilaksanakan pada 5 November 2020 sampai dengan 19 November


2020. Lokasi yang dipilih adalah Desa Sangsit, Kecamatan Sawan , Kabupaten
Buleleng, Bali.

2.2 Pengambilan Data

Data yang diambil berasal dari sumber sekunder, yaitu jurnal yang berjudul
“Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup pada Pembudidayaan
Udang di Laut Lepas Desa Sangsit Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng” oleh
Nyoman Wijana pada tahu 2016. Data yang diambil adalah data sosial-ekonomi,
sosial kependudukan, biologi, dan data topografi.

2.3 Analisis Data

Data yang telah diambil lalu disusun menjadi Rona Lingkungan Awal (RLA).
RLA akan dijadikan dasar untuk memprediksi dampak apa saja yang akan timbul
jika dilakukan pertambakan udang terpadu dengan sistem kurungan laut di desa
Sangsit. Dampak yang di prediksi yaitu dampak pada saat tahap pra kontruksi,
kontruksi, dan tahap operasi.
III. PEMBAHASAN

3.1 Rona Lingkungan Awal


3.1.1 Komponen Fisika-Kimia
a. Geografis
Kabupaten Buleleng terletak di bagian utara Pulau Bali yang memiliki luas
sebesar 1.365,88 km2 atau 24,23% dari luas Provinsi Bali. Letak astronomis
Kabupaten Buleleng adalah diantara 8°03’40 – ’’8°23’00 ’’Lintang Selatan dan
114°25’55 – ’’115°27’28 ’’Bujur Timur. Kabupaten ini memiliki panjang pantai
sepanjang 157,05 km, dimana Kecamatan Gerokgak memiliki panjang pantai
terpanjang di Provinsi Bali yaitu 76,89 km. Dengan keberadaan Kabupaten
Buleleng di sepanjang pantai utara Pulau Bali, maka terdapat sejumlah desa yang
langsung berbatasan dengan laut. Tercatat sebesar 53 desa atau 35% dari total
desa yang terdapat di Kabupaten Buleleng berada di daerah pesisir.

Kecamatan Sawan merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara Kabupaten


Buleleng dan berbatasan langsung dengan Laut Bali. Kecamatan ini terdiri dari
14 desa, salah satunya adalah Desa Sangsit. Luas dari Kecamatan Sawan adalah
92,52 km² dimana Desa Sangsit memiliki luas 3,60 km². Batas utara dari
Kecamatan Sawan adalah Laut Bali. Batas timurnya adalah Kecamatan
Kubutambahan. Batas baratnya adalah Kecamatan Buleleng dan Kecamatan
Sukasada. Batas selatannya adalah Kabupaten Badung.

b. Iklim
Sebagian besar wilayah Kabupaten buleleng beriklim tropis basah dan kering
sehingga wilayah Buleleng memiliki dua musim yakni musim kemarau dan
musim hujan dengan suhu udara bervariasi antara 19° - 33°C. Tingkat
kelembapan nisbi di wilayah ini berkisar antara 82% - 75%. Curah hujan tahunannya
berkisar antara 1000-1600 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80-120
hari hujan per tahun. Musim kemarau di wilayah Buleleng berlangsung pada periode Mei
hingga Oktober sedangkan musim hujan berlangsung dari Desember hingga Maret
dengan curah hujan bulanan lebih dari 200 mm per bulan. Rata-rata curah hujan pada
tahun 2019 di Kabupaten Buleleng bervariasi tiap bulan, namun pada bulan Juni hingga
Oktober curah hujan cenderung kecil dimana bulan Maret merupakan curah hujan
tertinggi dan bulan Agustus merupakan curah hujan terendah. Pada tahun 2018, bulan
Januari merupakan curah hujan tertinggi yakni 340,56 mm dan bulan Agustus merupakan
curah hujan terendah yakni 1,39 mm

c. Kualitas Air Laut


Tabel 3.1 Kualitas Air Laut Desa Sangsit

Pada pembuatan pembudidayaan udang yang menggunakan sistem kurungan laut,


tentunya air laut merupakan komponen utama yang harus diteliti. Dari tabel
diatas, dapat diketahui pH, salinitas, suhu, konduktivitas, turbiditas, COD, DO,
BOD, dan lain-lain. Kondisi pH di lokasi proyek adalah 8,0 dimana baku mutu
nya adalah 7 – 8,5 sehingga ini menandakan bahwa pH di lokasi proyek masih
tergolong baik. Namun, jika dilihat turbiditas di lokasi proyek yakni 10 NTU
dibandingkan baku mutu <5 NTU, artinya air laut di lokasi proyek cenderung
lebih keruh dibandingkan seharusnya. Kadar DO di lokasi proyek yakni 0,097
mg/l jauh lebih rendah dibandingkan baku mutunya >5 mg/l yang menandakan
bahwa kualitas air yang kurang bagus karena kurangnya oksigen terlarut. Kadar
nitrat dan fosfat di lokasi proyek juga melebihi batas mutu yang menandakan
perairan di lokasi proyek memiliki nutrisi yang berlebih. Hal ini dapat menjadi
acuan untuk menentukan lokasi proyek karena jika nutrient yang ada pada
perairan tersebut berlebih, blooming fitoplankton bisa saja terjadi.

3.1.2 Komponen Biotik


a. Komposisi Spesies Plankton Air Laut
Tabel 3.2 Komposisi Spesies Plankton Air Laut

Dari tabel diatas, diketahui bahwa spesies plankton yang ada di laut lepas Desa
Sangsit adalah 759 spesies plankton dan 20 diantaranya merupakan spesies yang
paling dominan. 20 Spesies ini antara lain adalah 8 fitoplankton dan 12
zooplankton. Pada kelompok fitoplankton, spesies Hitzschia brebissonii
merupakan spesies yang paling dominan yakni berjumlah 79 spesies dan
Halocypria globosa merupakan spesies yang paling sedikit ditemukan yakni
hanya berjumlah 10 spesies. Pada kelompok zooplankton, spesies Creseis virgule
dan Astraoeba radiosa sama-sama dominan dengan jumlah masing-masing 60
spesies. Spesies yang paling sedikit ditemukan adalah Nodilittorina granularia
yang hanya berjumlah 13 spesies.
b. Komponen Mangrove
Tabel 3.3 Komponen Mangrove

Berdasarkan tabel diatas, komposisi spesies pada vegetasi pantai Desa Sangsit
terdiri dari 21 spesies tumbuhan. Spesies tumbuhan tersebut yaitu Cocos nucifera,
Flacuortia indica merr., Terminalia catappa, Plumeria acuminata, Morinda
citrifolia L., Manihot glaziovii, Melia azedarach L., Azadirachta indica, Syzygium
cumini, Schleichera oleosa, Hibiscus tiliaceus, Spondias pinnata KURZ., Vitex
trifolia L., Kuanji, Cordyline australis, Leucaena glauca, Gliricidia maculata,
Saccharum spontaneum, Acacia auriculiformis, Calophyllum inophyllum L., dan
Chromolaena odorata. Rata-rata keanekaragaman dari keseluruhan vegetasi
mangrove di Desa Sangsit adalah 2,3640. Dengan nilai ini, keanekaragaman
mangrove di Desa Sangsit termasuk kategori sedang.

3.2. Wilayah Administrasi


Wilayah Kabupaten Buleleng yang luasnya 136.588 Ha secara administrasi
terbagi dalam 9 Kecamatan dengan 129 desa, 19 kelurahan, 550 dusun/banjar dan
58 lingkungan. Secara administrasi batas-batas Kabupaten Buleleng adalah
sebagai berikut:
- Utara : Laut Bali/Laut
- Timur : Kabupaten Karangasem
- Selatan: Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung.
- Barat : Kabupaten Jembarana
- Secara lebih jelas mengenai luas wilayah serta pembagian daerah administrasi
di Kabupaten Buleleng ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Luas Wilayah
per Kecamatan dan Jumlah Desa/ Kelurahan di Kabupaten Buleleng

3.2.1 Potensi Perikanan


Kabupaten Buleleng memiliki pantai sepanjang ±157,05 Km yang membentang
dari Barat ke Timur mulai dari Desa Sumberkelampok di Kecamatan Gerokgak
sampai Desa Tembok di Kecamatan Tejakula. Di dalamnya terkandung berbagai

jenis ikan, baik ikan pelagis, ikan demarsal maupun ikan karang yang
diperkirakan potensi lestarinya sebesar 12.358 ton per tahun. Luas lahan potensial
untuk budidaya laut diperkirakan ±1.000 Ha, dengan rincian: budidaya Kerapu
dan Bandeng sebanyak 500 Ha, Rumput Laut sebanyak 250 Ha, dan Mutiara
sebanyak 250 Ha.

Potensi kawasan yang dapat dikembangkan untuk perikanan mencakup:


Perikanan tangkap, meliputi :
Perikanan tangkap di perairan umum (danau, sungai dan waduk) yang telah
dilakukan oleh nelayan di Kecamatan Banjar dan Sukasada. Potensi perairan
umum di Kabupaten Buleleng mencapai luas ±471,3 Ha, terdiri dari dua buah
danau dengan luas 446 Ha, perairan sungai 25 Ha dan saluran irigasi 0,30 Ha.
Produksi tangkapan di perairan umum mencapai 58,9 ton pada Tahun 2008,
sedangkan produksi budidaya dalam karamba jaring apung (KJA) mencapai 0,5
ton. Perikanan tangkap di perairan laut yang selama ini telah dilakukan oleh
nelayan di Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan,
Kubutambahan dan Tejakula. Potensi lestari penangkapan ikan diperkirakan
mencapai 12.538 ton/tahun.Berdasarkan data Tahun 2007, produksi perikanan laut
baru mencapai 11.173,90 ton yang berarti pemanfaatannya baru 89,12% dari
potensi lestari.
Perikanan budidaya, meliputi :
Perikanan budidaya di danau Buyan dan Tamblingan berupa karamba jaring
apung. Perikanan budidaya kolam permanen, semi permanen maupun kolam
tanah. Jenis ikan yang telah dikembangkan dan potensial terus dikembangkan
adalah lele, nila, gurami dan mujair.
Perikanan budidaya di saluran irigasi.
Perikanan budidaya tambak, dengan jenis yang banyak dikembangkan adalah
tambak udang dan bandeng. Luas potensi lahan untuk budidaya ikan dan udang di
tambak adalah ±500 Ha, terdiri dari lahan pasang surut 350 Ha dan non pasang
surut 150 Ha. Luas pemanfaatan budidaya tambak tahun 2007 adalah seluas 155,3
Ha dengan produksi sebesar 949,2 ton.

Perikanan budidaya laut, meliputi : budidaya rumput laut di wilayah Teluk


Banyuwedang dan Teluk Pegametan; budidaya karamba jaring apung di
Kecamatan Gerokgak dan Seririt; budidaya tiram mutiara di wilayah Kecamatan
Gerokgak. Potensi budidaya laut mencapai 1.000 Ha yang terdiri dari potensi
budidaya Kerapu dan Bandeng 500 Ha dengan pemanfaatan baru mencapai
8,31%. Produksi pada tahun 2007 mencapai 7 ton Kerapu dan 0,5 ton Bandeng.
Potensi budidaya Mutiara 250 Ha yang pemanfaatannya baru seluas 183 Ha
(73,20%) dengan produksi sebanyak 24.106 butir mutiara, 165.638 ekor sepat,
dan cakang mutiara sebanyak 17,3 ton. Sedangkan potensi budidaya rumput laut
seluas 250 Ha dengan pemanfaatan 250 Ha dan produksi 1275,5 ton. Pembenihan
ikan air tawar maupun payau. Jumlah pembenihan swasta untuk komoditi
Bandeng sebanyak 52 pengusaha dan 525 orang pembenihan sekala rumah tangga
dengan produksi 749.750.000 ekor yang terdiri dari 4.000 buah bak larva. Jika ada
pemasaran optimal maka potensi produksi bisa mencapai 2.200.000.000 ekor per
tahun. Pembenihan udang galah di Kabupaten Buleleng dilakukan oleh 3 orang
pengusaha dengan jumlah bak sebanyak 70 buah. Potensi produksi per tahun
mencapai 323.000 ekor dan saat ini produksinya tidak ada karena masih uji coba.

Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, meliputi :


Sentra-sentra industri kecil dan industri rumahan yang mengolah hasil-hasil
perikanan terdapat di Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan,
Kubutambahan dan Tejakula. Industri perikanan yang tersebar di kawasan
pelabuhan Sangsit Kecamatan Sawan dan Gerokgak Sentra-sentra industri kecil
kemaritiman terdapat di Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan,
Kubutambahan dan Tejakula. Sentra industri garam di Kecamatan Gerokgak dan
Tejakula. Pasar ikan di Desa Anturan Kecamatan Buleleng dan Desa
Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan.

3.2.2 Pertumbuhan Ekonomi


Kualitas perkembangan pembangunan suatu wilayah salah satunya dapat dilihat
melalui
tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi (economic growth)
adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan
ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang.
Walaupun begitu, pertumbuhan ekonomi bukanlah merupakan tujuan akhir dari
pembangunan. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pembangunan adalah
kesejahteraan rakyat seluas-luasnya.
Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan ekonomi di Kabupaten Buleleng
digunakan media penghitungan Nilai Produk Domestik Regional Bruto atau yang
lebih dikenal dengan sebutan PDRB. PDRB merupakan cerminan atau gambaran
secara makro mengenai perekonomian suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
karena PDRB adalah penjumlahan nilai tambah bruto dari sektor-sektor ekonomi
yang berperan dalam kegiatan perekonomian daerah tersebut.
PDRB Kabupaten Buleleng telah menunjukkan peningkatan pertumbuhan
ekonomi, hal ini dapat dijelaskan dari tabel sebagai berikut:
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa banyak dampak negatif yang akan
terjadi pada lingkungan abiotik, biotik, dan sosial Desa Sangsit, Kecamatan
Sawan, Kabupaten Buleleng. Meski sisi positifnya adalah adanya potensi
penyerapan tenaga kerja, namun dampak positif ini tidak terlalu sebanding dengan
dampak negatifnya. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan yang lebih intens
terhadap pembangunan yang lebih efektif.

4.2 Saran

Perlunya pengkajian lebih mendalam tentang dampak yang akan terjadi jika
proyek Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng sebagai lokasi
untuk dilaksanakannya proyek pertambakan udang tetap dilaksanakan, agar dapat
memaksimalkan manfaatnya dan meminimalisir dampak negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA

Marzali, A. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Kantor Menteri Negara


Lingkungan Hidup Bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Salim, E. 1987. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES. Jakarta.

Soeratmo, 1990. Analisis Dampak Lingkungan. Universitas Gajah Mada.


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai