Anda di halaman 1dari 6

Jamilah : Kajian Kimia Oseanografi dan Biologi Untuk Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung | 51

KAJIAN KIMIA OSEANOGRAFI DAN BIOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN


BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI PERAIRAN KOTA
BAUBAU SULAWESI TENGGARA

Jamilah

Abstrak

Pada saat ini budidaya laut (maricultur) di perairan Bau-bau mengalami peningkatan, baik
dari segi luas lahan maupun jenis budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1). Tingkat
kesesuaian lahan dan Daya Dukung Lingkungan untuk pengembangan budidaya laut di perairan
kota Baubau, Sulawesi Tenggara (2). Perubahan kesesuaian dan daya dukung lingkungan untuk
pengembangan budidaya laut berdasarkan perubahan parameter lingkungan dan (3). arah
Pengembangan Budidaya Laut di perairan Baubau pada Lokasi yang tidak sesuai. Penelitian
dilakukan di perairan Bau-bau dan Sampel dianalisis di Laboratorium Laboratorium Kimia
Oseanografi Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
Makassar. Metode yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan menggunakan metode
survey dan pengukuran langsung di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang
dilaporkan dalam bentuk Tabel dan Gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah melalui
analisis kesesuaian lahan dan daya dukung lahan, perairan Kota Bau Bau sesuai untuk budi daya
keramba jaring apung 742,12 Ha dengan kapasitas lahan tersedia 593,70 Ha Estimasi unit budi daya
ikan dalam keramba jaring apung 44.527 unit dengan prakiraan produksi 44.527,20 ton/tahun.

Kata kunci : Kesesuaian lahan, daya dukung, budidaya keramba jaring apung

PENDAHULUAN fasilitas umum dan aktivitas masyarakat


yang terdapat di kawasan pesisir Kota
Baubau mempunyai potensi dan Baubau antara lain: pelabuhan (pelabuhan
peran strategis dalam menggerakkan umum, pelabuhan ferry, pelabuhan khusus
pembangunan daerah di Provinsi Sulawesi (terminal transit) PERTAMINA, pelabuhan
Tenggara serta Indonesia Timur pada perikanan), Pangkalan Pendaratan Ikan,
umumnya. Disamping sebagai pusat tempat beroperasinya perahu
pelayanan, kota Baubau juga sebagai pusat penyeberangan antar pulau, kawasan
aktivitas ekonomi dan di masa depan juga industri dan pergudangan, pasar dan
sebagai terminal bahan bakar minyak yang sebagainya. Dengan demikian maka posisi
jangkauan pelayanannya adalah wilayah pesisir Kota Baubau mempunyai nilai sosial
Indonesia bagian Timur. Kawasan pesisir ekonomi yang tinggi dan penting baik bagi
Kota Bau bau memiliki sumber daya yang masyarakat, pelaku usaha dan pemerintah.
menunjang berbagai kepentingan dan Kota Baubau secara geografis
aktivitas ekonomi masyarakat di Kota berada pada 5° 15’ – 5° 32’ Lintang Selatan
Baubau dan daerah di sekitarnya. Beberapa
52 | Volume 2 Nomor 1 Desember 2014

dan 122° 30’ – 122° 46’ Bujur Timur, didapatkan hasil yang maksimal (Agusta,
membentang di tengah Kabupaten Buton. 2012). Salah satu faktor yang menyebabkan
Kota Baubau terdiri dari tujuh kecamatan perubahan parameter lingkungan di Baubau
dengan pusat pemerintahan di Kecamatan karena dialiri oleh dua sungai yang
Murhum. Terdapat 6 (enam) wilayah bermuara di perairan Baubau. Pada
kecamatan pesisir yakni Kecamatan Wolio, umumnya setelah hujan lebat, aliran sungai
Kecamatan Betoambari, Kecamatan Bungi, Baubau akan berubah menjadi kecoklatan
Kecamatan Lea-Lea, Kecamatan Murhum, karena mengandung lumpur yang berasal
dan Kecamatan Kokalukuna. Kota Baubau dari kegiatan di daerah hulu sungai. Analisa
yang terletak di Pulau Buton Dengan detail spesifikasi wilayah untuk
panjang garis pantai kurang lebih 55,92 km pemanfaatan areal budidaya laut yang
dengan luas 221 km2, jumlah penduduk dilakukan selama ini umumnya tanpa
130.862 (BPSPL, 2011), sangat potensial diawali dengan penelitian tentang analisa
untuk dikembangkan sektor kelautan kesesuaian lahan dan kondisi daya dukung
khususnya budidaya laut. Tetapi pada lahan serta status lokasi sehingga sangat
proses pengelolaannya harus secara hati- mempengaruhi keberhasilan dan
hati dan terarah. keberlanjutan usaha budidaya (Nontji,
Kebijakan dan strategi 2005).
pengembangan sektor perikanan dan Agar budidaya laut khususnya
kelautan kota Bau bau yaitu Memperluas keramba jaring apung dapat berhasil
dan menambah unit usaha budidaya yang maksimal, maka perlu dilakukan analisis
telah ada atau ekstensifikasi, meningkatkan kesesuan lahan yang mencakup kondisi
jumlah dari setiap unit usaha budidaya atau lingkungan yang terdiri dari parameter
Intensifikasi dan menambah jenis atau fisika, kimia dan biologi.
spesies budidaya yang unggul atau baru
yang disebut diversifikasi. BAHAN DAN METODE
Ghufron (2010), pada saat ini Bahan dan Rencana penelitian
peningkatan budidaya laut (maricultur) di Desain penelitian yang adalah
perairan Baubau mengalami peningkatan, penelitian eksploratif dengan menggunakan
baik dari segi luas lahan maupun jenis metode survey dan pengukuran langsung di
budidaya. Usaha Budidaya ini menjadi lapangan, Penentuan titik pengambilan
alternative usaha yang dapat meningkatkan sampel dilakukan mengacu pada fisiografi
kesejahteraan masyarakat. Hanya saja lokasi, agar sedapat mungkin bisa mewakili
kegiatan budidaya di perairan Baubau atau menggambarkan keadaan perairan
belum dikelola dengan baik. tersebut. Sedangkan pengujian sampel
Anggoro (2004), salah satu hal yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia
harus diperhatikan dalam pengembangan Oseanografi Jurusan Ilmu Kelautan
budidaya Laut adalah adanya perubahan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
parameter lingkungan karena hal tersebut Universitas Hasanuddin Makassar.
mempengaruhi luasan dan area lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
pengembangan Budidaya oleh karena itu sampai Juli 2012.
sangat penting dikaji bagaimana tingkat Prosedur kerja
kesesuaian budidaya laut dan daya dukung Pengukuran Parameter Fisika
lingkungan terhadap perubahan parameter Suhu perairan diukur dengan
lingkungan sehingga pada prakteknya menggunakan water quality checker tipe
Jamilah : Kajian Kimia Oseanografi dan Biologi Untuk Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung | 53

Horiba U10A di setiap titik sampling. Data yang diperoleh dianalisis secara
Kecepatan Arus dilakukan dengan deskriptif yang dilaporkan dalam bentuk
menggunakan layang-layang arus, stop Tabel dan Gambar. Untuk mendapatkan
watch serta kompas untuk melihat arah kelas kesesuaian maka dibuat matrik
pergerakan massa air laut. Material Dasar kesesuaian perairan untuk parameter fisika,
Perairan dengan mempergunakan alat kimia dan biologi. Penyusunan matrik
Egman grab sampler dan kemudian kesesuaian perairan merupakan dasar dari
dianalisis di laboratorium. Penetapan analisis keruangan melalui skoring dan
tekstur tanah menggunakan metode faktor pembobot. Hasil skoring dan
pengendapan sederhana. Muatan Padatan pembobotan di evaluasi sehingga didapat
Tersuspensi (MPT) menggunakan kelas kesesuaian yang menggambarkan
gravimetrik dan Salinitas diukur tingkat kecocokan dari suatu bidang untuk
menggunakan water checker tipe Horiba penggunaan tertentu. Tingkat kesesuaian
U10A (Herfinalis, 2008). dibagi atas tiga kelas yaitu : Kelas S1 :
Pengukuran Parameter Kimia Sangat Sesuai (Highly Suitable), Kelas S2 :
pH dan oksigen terlarut diukur Sesuai (Suitable), Kelas N : Tidak Sesuai
dengan menggunakan water checker tipe (Not Suitable).
Horiba U10A, fosfat dianalisis
menggunakan spectrophotometer Visible. HASIL
Pengukuran Nitrat menggunakan Kesesuaian Lahan Budidaya Keramba
spektrofotometer Visible (Hutagalung, dkk. Jaring Apung
1997). Berdasarkan hasil pengukuran
Pengukuran Parameter Biologi parameter fisika kimia perairan yang
Kepadatan Plankton, Pengambilan bersentuhan dengan kriteria kelayakan
sampel dilakukan secara pasif. Air laut di lahan untuk budidaya ikan dalam keramba
saring dengan plankton net No 25 sebanyak jaring apung memperlihatkan karakteristik
10 liter. Filtrat yang diperoleh kemudian setiap lahan memiliki kelas kelayakan yang
diawetkan dengan larutan lugol 5 % dan sama dengan skoring yang beragam.
disimpan dalam coolbox. Kemudian Kondisi setiap parameter fisika kimia dan
Sampel plankton diletakan dalam biologi perairan di setiap kecamatan pesisir
sedgewick rafter lalu jumlah plankton umumnya bervariasi baik yang berada
dihitung. Klorofil-a, sampel air laut dalam kisaran nilai optimum maupun lebih
dimasukan kedalam botol sampel sebanyak rendah ataupun lebih tinggi dari nilai
20 ml, Setrifuse pada kecepatan 5000 rpm optimum untuk budi daya ikan dalam
sebanyak 10 ml dengan durasi 5 menit. keramba jaring apung. Hasil analisis
Kemudian supernatannya dibuang dan kesesuaian lahan budi daya ikan dalam
filtratnya dimasukan kedalam tissue grinder keramba jaring apung di perairan Kota Bau
dan digiling dalam 10 ml aseton 90 % dan Bau ditampilkan pada Tabel 1.
MgCO3 (1 gr/l). Kemudian disentrifuse
ulang selama 5 menit dan dimasukan PEMBAHASAN
kedalam spektrofotometer UV-Vis untuk Kondisi parameter fisika kimia dan
pembacaan absorbancenya. Panjang biologi perairan di setiap kecamatan pesisir
gelombang yang dipakai 664 nm, 647 nm, umumnya bervariasi baik yang berada
dan 630 nm. dalam kisaran nilai optimum maupun lebih
Analisis data rendah ataupun lebih tinggi dari nilai
54 | Volume 2 Nomor 1 Desember 2014

optimum untuk budidaya ikan dalam lahan dan daya dukung lingkungan untuk
keramba jaring apung dapat dilihat pada pengembangan budidaya laut di perairan
table 2. kota baubau sulawesi tenggara. Dalam
Hasil analisis memperlihatkan pelaksanaan studi ini penulis banyak
perairan Kota Bau Bau berada pada kelas mendapatkan bantuan baik dari perorangan
sesuai (S2) dan kelas tidak sesuai (N) untuk ataupun instansi/lembaga baik swasta
budidaya ikan dalam keramba jaring apung. maupun pemerintahan. Oleh karena itu,
Adanya faktor-faktor pembatas dari pada kesempatan ini penulis ingin
beberapa parameter yang agak serius untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang
mempertahankan tingkat perlakukan yang sebesar-besarnya kepada komisi penasehat,
diterapkan mempengaruhi kesesuaian lahan instansi terkait dan teman-teman yang telah
di perairan Bau Bau. Batasan nilai banyak memberikan petunjuk pengarahan
parameter yang berhubungan dengan dan bimbingan sejak dimulainya hingga
kegiatan budidaya ikan dalam keramba pada akhir penelitian ini.
jaring apung, yang perlu mendapat
perhatian adalah kedalaman, kecepatan DAFTAR PUSTAKA
arus, nitrat, fosfat, dan salinitas.
Akbar, S dan Sudaryanto. (2001).
KESIMPULAN DAN SARAN Pembenihan dan
Kami menyimpulkan bahwa hasil Pembesaran Kerapu Bebek.
pengukuran kondisi parameter fisika kimia Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
dan biologi perairan Kota Bau Bau, setelah
melalui analisis kesesuaian lahan dan daya
dukung lahan menunjukkan adanya potensi Ghufron. M. H. Kordi. (2010). Marikultur
kesesuaian lahan untuk budi daya laut di Prinsip dan Praktek Budidaya Laut.
perairan Kecamatan Kokalukuna dan Penerbit Andi, Yogyakarta.
Kecamatan Lea Lea. Analisis kesesuaian
lahan dan daya dukung lahan, perairan Kota Hutabarat, S dan S. M.Evans. (2000).
Bau Bau keramba jaring apung 742,12 Ha Pengantar Oceanografi. Universitas
dengan kapasitas lahan tersedia 593,70 Ha, Indonesia Press, Jakarta.
budi daya ikan dalam keramba jaring apung
44.527 unit dengan prakiraan produksi Hutagalung H. P. dan A. Rozak. (1997).
44.527,20 ton/tahun. Perairan Kota Baubau Penetuan Kadar Nitrat. Metode
yang perairannya tidak di peruntukan Analisi Air Laut, Sedimen dan
untuk budidaya laut, maka perlu di analisis Biota. H. P Hutagalung, D.
lebih lanjut dalam rangka Setiapermana dan S.H. Riyono
pengembangannya kedepan. Analisis (Editor). Pusat Penelitian dan
dilakukan dengan melihat potensi lahan Pengembangan Oceanologi. LIPI,
yang ada serta pemanfaatan lahan yang Jakarta.
telah berlangsung.
BPSPL. 2011. Laporan Rencana Zonasi
UCAPAN TERIMA KASIH Wilayah Pesisir Kota Bau bau,
Tulisan ini merupakan laporan
lengkap hasil penelitian analisis kesuaian Nontji, A. (2005). Laut Nusantara. Edisi
revisi. Penerbit Djambatan, Jakarta.
Jamilah : Kajian Kimia Oseanografi dan Biologi Untuk Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung | 55

Sudjiharno.,M.Meiyana., dan S. Akbar.


(2001). Pemanfaatan
Teknologi Rumput Laut dalam
Rangka Intensifikasi
Pembudidayaan. Bulletin Budidaya
Laut.
DKP. Balai Budidaya Laut, Lamp
ung.

Tabel 1. Daya Dukung Lahan Perairan Untuk Budi Daya Keramba Jaring
Apung

Luas Lahan menurut Daya Media


Dukung (Ha) Budi Daya Estimasi Produksi
No Kecamatan Luas Lahan Kapasitas Lahan (unit) (ton/tahun)
1 Kokalukuna 331,26 265,01 19.875,60 19.875,60
2 Lea Lea 410,86 328,69 24.651,60 24.651,60
Total 742,12 593,70 44.527,20 44.527,20

Tabel 2. Kisaran Nilai Parameter Fisika-Kimia dan Biologi Pada Kecamatan


Kokalukuna, Bungi, dan Lealea kota Baubau

Kisaran
Optimu Variab
No Parameter Kokalukun Bungi Lea Lea
m el
a
1 Kecerahan (m) 3 – 12 3–5 6 – 19 ˃5 Sekund
er
2 Suhu (°C) 28,50 – 28,70 - 28,80 – 28 – 30 Sekund
29,30 29,50 29,10 er
3 Kecepatan arus 0,11 – 0,16 0,10 – 0,1 – 0,14 0,2 – 0,5 Primer
(m/det) 0,12
4 Kedalaman (m) 0 – 33 0 – 13,5 0 - 61 15 - 25 Primer
5 pH 7,4 – 7,53 7,55 – 7,04 – 7,0–8,0 Tertier
8,14 8,03
6 Salinitas (‰) 22,60 – 15,80 – 35 – 35,30 30 – 35 Sekund
35,40 34,50 er
56 | Volume 2 Nomor 1 Desember 2014

7 Oksigen terlarut 5,23 – 5,37 5,21 – 5,25 – >6 Sekund


(mg/l) 5,31 5,27 er
8 Nitrat (mg/l) 0,049 – 0,06 – 0,011 – 0,9 - 3,2 Tertier
0,142 0,085 0,103
9 Phosphat (mg/l) 0,56 – 1,08 0,73 – 0,82 – 0,2–0,5 Tertier
1,02 1,44
10 MPT 23 – 27 10 – 30 10 - 19 <25 Primer
11 Klorofil 0,25 – 0,41 0,22 – 0,21 – >0,15 Tertier
0,34 0,32
12 Kelimpahan 2289 – 3611 2478 – 2065 – >15000 Primer
fitoplankton (sel/l) 3339 3634
13 Substrat Pasir, pasir Pasir, Berpasir, Sekund
karang/peca karang/pec pecahan er
han karang, ahan karang
lumpur karang,
batu
lempeng
Sumber: hasil pengukuran data lapangan

Anda mungkin juga menyukai