Anda di halaman 1dari 14

Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI MASYARAKAT MISKIN


ATAS PENERAPAN ASAS PERADILAN SEDERHANA CEPAT
DAN BIAYA RINGAN
(Protection of Human Rights to The Poor on the Application of Small, Quick and
Cheap Principles of Justice)
Rr. Susana Andi Meyrina
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Jl. H.R. Rasuna Said Kav.4-5, Kuningan, Jakarta Selatan 12940
Email: susanaandimeyrina@yahoo.com
Diterima: 02-02-2017; Direvisi: 15-06-2017; Disetujui Diterbitkan: 03-07-2017

ABSTRACT
Referring to the Law Number 39/1999, human rights is the basic right, naturally, that attached to the human-
self, universal and lasting. Therefore, it must be protected, respected, maintained and also cannot ignorable,
cannot be diminished or taken away by anyone.This writing intends to analyze how human rights carried on
the application of quick, ordinary, cheap principles of justice in case adjudication of consumer protection
Number 8/1999, related to the Handbill of the Supreme Court Regulation of the Republic of Indonesia Number
2/2015 on Small Claim Court. (PERMA) This writing uses a socialist juridical method, that is a research
approach observed from legal aspects and its implementation in society about legal protection justice process
as the main problem. The result of its analysis aims to find the recommendation to the stakeholders that can
be implemented to people so that they able to file a claim suitable with law and regulation through court
(litigation) or non-litigation which is human rights guaranteed by law and regulation.
Keywords: human rights, small justice

ABSTRAK
Mengacu pada Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia merupakan, hak dasar yang
secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Dalam isi jurnal
ini, bagaimana Hak Asasi Manusia dilaksanakan pada penerapan proses peradilan Asas cepat, sederhana
dan biaya ringan dalam penyelesaian perkara Pelindungan Konsumen No 8 Tahun 1999, terkait surat edaran
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian
Gugatan Sederhana biaya ringan (PERMA). Dalam penulisan ini menggunakan metode yuridis sosialis, yaitu
suatu pendekatan penelitian yang akan dilihat dari aspek hukum dan pelaksanannya di masyarakat tentang
proses peradilan perlindungan hukum, sebagai pokok permasalahan. Hasil dari analisa tulisan bertujuan agar
dapat diperoleh rekomendasi yang dapat dijadikan masukan pada pihak-pihak pemegang kebijakan sebagai
masukan yang dapat diimplementasikan di masyarakat agar dapat mengajukan tuntutan hak sesuai dengan
hukum dan peraturan perundang-undangan melalui pengadilan (litigasi) maupun melalui luar jalur pengadilan
(non litigasi) merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.
Kata Kunci: Hak Asasi Manusia, Peradilan Sederhana

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 25


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

PENDAHULUAN Manusia bagi yang kurang mampu atas penerapan


asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan
Pada Tahun 2015, Mahkamah Agung sesuai dasar Peraturan Mahkamah Agung Nomor
(MA) menerbitkan salah satu produk hukum 2 Tahun 2015 tentang tatacara gugatan sederhana
berupa Peraturan Mahkamah Agung Republik atau disebut PERMA. Sebagai kebijakan
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Mahkamah Agung, bertujuan untuk memberikan
Penyelesaian Gugatan Sederhana atau disebut perlindungan hukum bagi masyarakat kecil yang
dengan PERMA Nomor 2 Tahun 2015. Terbitnya berada pada posisi yang lemah dalam segala
PERMA ini, menurut Mahkamah Agung, hal. Sesuai dengan tujuan tersebut merupakan
dalam rangka menyongsong era perdagangan upaya atau langkah untuk mempertahankan hak-
bebas ASEAN yang diprediksi akan banyak hak masyarakat yang memerlukan perlindungan
menimbulkan sengketa perkara-perkara niaga atau hukum. Kebijakan baru ini sudah lama
bisnis skala kecil yang berujung ke pengadilan1. diimplementasikan oleh peradilan di Negara-
Pada dasarnya, penyelesaian perkara perdata yang negara Eropa. Menurut MA, PERMA Gugatan
mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun Sederhana ini diadopsi dari sistem peradilan
1999 tentang Perlindungan Konsumen dapat juga small claim court yang salah satunya diterapkan
diselesaikan melalui asas peradilan sederhana, di London, Inggris.2
dilakukan secara cepat dan berbiaya ringan. Hal Sistem proses peradilan sederhana, cepat dan
yang demikian dapat sejalan dengan salah satu biaya ringan merupakan terobosan baru dalam
visi integrasi di regional ASEAN yang digagas sistem peradilan di Indonesia. Hal yang demikian
oleh Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sejalan dengan pengertian hak asasi manusia yang
pada intinya dapat membantu perlindungan Hak menitikberatkan kepada hak dasar antara manusia
Asasi Manusia bagi masyarakat kurang mampu yang satu terhadap yang lain dan terhadap
atas penerapan asas peradilan sederhana, cepat dan masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan
biaya ringan sesuai dasar Peraturan Mahkamah bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang tatacara
Pemerintah Indonesia sebagai anggota
gugatan sederhana atau disebut PERMA.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki tanggung
Saat ini banyak masyarakat dimungkinkan jawab moral dan hukum untuk menjunjung
untuk melakukan bisnis antar Negara, sehingga tinggi serta melaksanakan amanat dari Deklarasi
dikhawatirkan akan menghadapi berbagai macam Universal tentang Hak Asasi Manusia yang
permasalahan hukum jika masyarakat Indonesia ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa,
tidak memiliki kompetensi atau perlindungan serta berbagai instrumen internasional lainnya
hukum melalui peraturan perundang-undangan mengenai hak asasi manusia yang telah diterima
yang dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi dan diratifikasi melalui peraturan perundang-
berbagai macam permasalahan hukum antar undangan dimana mempunyai kewajiban untuk
Negara. Serta tidak menuntut kemungkinan melindungi masyarakatnya yang salah satunya
banyak juga peluang bisnis dari antar Negara terkait dengan proses peradilan yang berasaskan
dengan masyarakat Indonesia, akan banyak perlindungan hak asasi manusia.
menghadapi permasalahan salah satunya
kurangnya kompetensi bisnis dan hukum karena Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
belum siapnya bersaing dengan negara-negara Hak Asasi Manusia Pasal 3 ayat (1) dan (2)
lain. menyatakan bahwa:
Berkaitan dengan permasalahan tersebut “Setiap orang dilahirkan bebas dengan
diatas, apabila masalah sampai pada proses harkat dan martabat manusia yang sama
peradilan, maka cara penyelesaian gugatan dan sederajat serta dikaruniai akal dan
sederhana dapat digunakan untuk membantu hati nurani untuk hidup bermasyarakat,
masyarakat terhadap perlindungan Hak Asasi berbangsa, dan bernegara dalam semangat

1 Diterbitkan oleh The Defenden.Hukum.https//taufiqadi.wordpress.com.9.Juni.2015.


2 Ibid. oleh The Defenden.Hukum.https//taufiqadi.wordpress.com.9.Juni.2015

26 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

persaudaraan (Ayat (1)). Setiap orang berhak Nasional Gelombang Kedua telah secara jelas
atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan menyinggung peringkat Kemudahan Berusaha
perlakuan hukum yang adil serta mendapat sebagai salah satu parameter yang ingin
kepastian hukum dan perlakuan yang sama disempurnakan sehingga Mahkamah Agung
di depan hukum” (Ayat (2)) berupaya untuk merespon hal tersebut dengan
menerbitkan PERMA Nomor 2 Tahun 2015
Berdasarkan manifestasi ketentuan tersebut
untuk merespon perkembangan bidang ekonomi
diatas, masyarakat dapat mengajukan tuntutan hak
di Indonesia khususnya dalam memberikan
sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-
perlindungan hukum bagi masyarakat yang
undangan melalui jalur pengadilan (litigasi)
melakukan usaha.
maupun melalui luar jalur pengadilan (non
litigasi) dimana keduanya merupakan hak asasi Berdasarkan latar belakang tersebut,
manusia yang dijamin oleh hukum dan peraturan penulis tertarik mengambil obyek tentang
perundang-undangan. Pada dasarnya, tuntutan proses peradilan sederhana berkaitan dengan
hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hak masyarakat dalam kerangka
perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan hak asasi manusia yang dituangkan pada tulisan
untuk mencegah “eigenrechting” atau perbuatan ini dengan judul “Perlindungan Hak Asasi
main hakim sendiri dalam melaksanakan haknya Manusia Bagi Masyarakat Kurang Mampu Atas
sehingga menimbulkan perbuatan melawan Penerapan Asas Peradilan Sederhana Cepat Dan
hukum yang dapat merugikan pihak lainnya.3 Biaya Ringan Berdasarkan Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Pada faktanya masyarakat pencari keadilan
Gugatan Sederhana”. Adapun tujuan penulisan ini
saat ini selalu berujung pada sengketa ataupun
adalah untuk menganalisis pelaksanaan PERMA
proses hukum yang rumit hingga menjadi konflik
No. 2 Tahun 2015 terkait peradilan sederhana
sosial yang tidak dapat terselesaikan. Meskipun
biaya ringan berasas hak asasi manusia; dan untuk
hak untuk menuntut merupakan hak asasi, bukan
menganalisis hambatan-hambatan pelaksanaan
berarti tuntutan hak tersebut dapat dilakukan
PERMA No.2 Tahun 2015 terkait peradilan
tanpa dasar hukum yang telah ditentukan. Semua
sederhana biaya ringan berasas hak asasi manusia.
tuntutan hak yang diajukan oleh pencari keadilan
harus didasarkan pada hukum acara yang telah
ada. Antara lain berdasarkan Undang Undang METODE PENELITIAN
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
Metode pada tulisan ini menggunakan
bagian keempat Pasal 17 terkait Hak Memperoleh
metode yuridis sosiologis, yaitu suatu pendekatan
Keadilan diyatakan bahwa: “Setiap orang, tanpa
yang akan dilihat dari aspek hukum yang
diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan
difokuskan permasalahan hukum di lingkungan
dengan mengajukan permohonan, pengaduan,
masyarakat tentang proses peradilan perlindungan
dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata,
hukum pada proses peradilan sederhana dan
maupun administrasi serta diadili melalui proses
ringan berasaskan Hak Asasi Manusia.4
peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai
dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan
yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk PEMBAHASAN
memperoleh putusan yang adil dan benar.”
A. Hak Asasi Manusia
Sejak Tahun 2015, pemerintah Republik
Setiap warga negara berhak mendapat
Indonesia (RI) telah berkomitmen untuk
mengadopsi parameter Kemudahan Berusaha perlindungan hak asasi manusia oleh negara. Hal
sebagai sarana untuk meningkatkan daya saing ini berarti pemerintah selain mempersiapkan,
nasional di tingkat global. Rencana Pembangunan menyediakan, dan meyusun perangkat hukum
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- hak asasi manusia, mendirikan kelembagaan hak
asasi manusia, juga harus berupaya memberikan
2019 Nawacita dan Agenda Reformasi Birokrasi

3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm. 31.
4 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Galia Indonesia, 1991

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 27


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

perlindungan hak asasi manusia kepada seluruh perbedaan sedikitpun. Ketidakadilan perlakuan
warga negara Indonesia. Seiring upaya pemerintah yang sama di hadapan hukum merupakan jaminan
untuk melindungi warga negara terhadap Hak Asasi manusia yang paling sering dilanggar
pelanggaran hak asasi manusia, masih banyak oleh Negara. Prinsip-prinsip hak asasi manusia
diketemukan kasus pelanggaran hak asasi manusia. adalah:
Salah satu upaya pemerintah dalam menegakkan 1. Prinsip Kesetaraan yaitu: ide yang
Hak Asasi Manusia, untuk masyarakat siapapun meletakkan semua orang terlahir bebas
apabila mengalami dan melihat pelanggaran hak dan memiliki kesetaraan dalam hak asasi
asasi manusia, diharapkan segera melaporkan
manusia.
kepada pihak yang berwenang. Adanya hak asasi
manusia adalah: 2. Prinsip Diskriminasi yaitu: Pelarangan
terhadap diskriminasi adalah salah satu
1. Timbulnya hak asasi manusia karena adanya
bagian dari prinsip kesetaraan, jika semua
kesadaran manusia terhadap harga diri,
orang setara, maka seharusnya tidak ada
harkat, dan martabat kemanusiaannya.
perlakuan yang diskriminatif, atau selain
2. Hak asasi adalah hak dasar atau hak pokok tindakan afirmatif yang dilakukan untuk
yang dimiliki oleh setiap umat manusia sejak mencapai kesetaraan.
lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
3. Kewajiban Positif untuk melindungi kak-
Esa.
hak tertentu menurut hukum hak asasi
3. Secara mendasar, hak asasi manusia meliputi manusia internasional, suatu negara tidak
hak untuk hidup, hak untuk merdeka dan hak boleh secara sengaja mengabaikan hak-
untuk memiliki sesuatu. hak dan kebebasan-kebebasan. Sebaliknya
4. Puncak perkembangan sejarah hak asasi Negara diasumsikan memiliki kewajiban
manusia, pada tanggal 10 Desember 1948 positif untuk melindungi secara aktif dan
dengan lahirnya pernyataan sedunia tentang memastikan terpenuhinya hak-hak dan
hak asasi manusia yang dikenal dengan kebebasan-kebebasan.5
Universal Declaration of Human Rights. Teori positivisme hak asasi yaitu suatu hak
5. Instrumen hak asasi manusia di Indonesia, harus berasal dari sumber yang jelas, seperti dari
antara lain UUD 1945, UU No. 39 Tahun peraturan perundang-undangan atau konstitusi
1999; sedangkan lembaga perlindungan yang dibuat Negara.6 Teori positivisme hak
hak asasi manusia di Indonesia, antara asasi, sangat cocok untuk pelaksanaan peradilan
lain Komnas HAM, Komisi Perlindungan sederhana cepat dan biaya ringan berdasarkan
Anak Indonesia, Komisi Kebenaran dan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2
Rekonsiliasi, dan pengadilan HAM. Tahun 2015 terkait proses peradilan sederhana
biaya ringan berasas Hak Asasi Manusia, dimana
Jaminan hak asasi manusia yang sering
gugatan sederhana terdiri dari;
dilanggar yaitu “Perlakuan yang sama di hadapan
hukum”. Perlakuan yang sama di depan hukum 1. Penggugat dan tergugat yang masing-masing
diatur dalam UUD 1945 pasal 28 D ayat 1 yang tidak boleh lebih dari satu, kecuali memiliki
berbunyi “Setiap orang berhak atas pengakuan, kepentingan hukum yang sama.
jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang 2. Dalam gugatan sederhana, alamat tergugat
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hu kum”. diketahui, penggugat dan tergugat
Ayat ini menegaskan bahwa setiap warga negara berdomisili di daerah hukum yang sama serta
berhak mendapat pengakuan dan perlindungan penggugat dan tergugat wajib menghadiri
dari Negara”. Setiap warga negara berhak untuk secara langsung setiap persidangan dengan
mendapat perlakuan di hadapan hukum yang adil atau didampingi kuasa hukum.
dan sama untuk semua warga negara tanpa ada

5 Majda El-Muhtag, HAM,DUHAM dan RANHAM Indonesia, hlm.274 dan Mujaid Kumkelo dkk, Figh Ham, Malang, Setara Press.2015,
hlm.35.
6 Scott Davidson, HAM,Sejarah,Teori Praktek Dalam Pergaulan Internasional, Jakarta, Grafiiti, 1994, hlm.2.

28 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

3. Proses awal pengajuan gugatan sederhana, Nomor 2 Tahun 2015 berasaskan Hak Asasi
yaitu melakukan pendaftaran gugatan manusia. Hak Asasi Manusia di Indonesia termuat
sederhana di Kepaniteraan. Penggugat dalam Pembukaan UUD 1945, yang tercantum di
wajib mengisi blangko yang tersedia, berisi dalamnyaantara lain:
keterangan identitas penggugat dan tergugat, 1. Alinea I: “Bahwa sesungguhnya
penjelasan ringkas duduk perkara dan tututan kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
penggugat. dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas
4. Panitera melakukan pemeriksaan syarat dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
pendaftaran, apabila memenuhi maka dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
dicatat dalam buku register khusus gugatan 2. Alinea IV: “… Pemerintah Negara Republik
sederhana dan apabila tidak memenuhi Indonesia yang melindungi segenap
syarat, maka Panitera akan mengembalikan bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
gugatan. Penggugat wajib membayar panjar darah Indonesia, dan untuk memajukan
biaya perkara, bagi yang tidak mampu dapat kesejahteraan umum, mencerdaskan
mengajukan permohonan beracara secara kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
cuma-cuma atau prodeo.7 ketertiban dunia, yang berdasarkan
Sebagai bukti kepedulian masyarakat kemerdekaan, perdamaian abadi dan
terhadap upaya penegakan HAM, berdasarkan keadilan sosial……”
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No.2 Berkaitan dengan uraian Hak Asasi Manusia
Tahun 2015 proses peradilan sederhana biaya pada isi UUD 1945 tersebut di atas juga adalah
ringan berasas Hak Asasi Manusia, gugatan hak masyarakat Indonesia dalam perlindungan
sederhana berdasarkan uraian tersebut diatas, hukum tentu sangat erat kaitannya dengan Hak
sebagai contoh, muncul berbagai aktivis dan Asasi Manusia (HAM). Di dalam Kamus Hukum
advokasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). dijelaskan, “Hak Asasi Manusia adalah hak yang
Para aktivis dapat mengontrol atau mengkritisi dimiliki dengan kelahiran dan kehadirannya
kebijakan pemerintah yang rawan terhadap di dalam kehidupan masyarkat.” Maka yuridis
pelanggaran HAM. Mereka juga dapat mendata kualitatif dengan melihat pelaksanaan penerapan
kasus-kasus pelanggaran HAM dan melakukan asas peradilan sederhana, berbiaya murah atau
pembelaan atau pendampingan. LSM tersebut bisa ringan adalah penanganan gugatan sederhana
menangani berbagai masalah, misalnya masalah sebagaimana diatur di dalam PERMA Nomor
kesehatan masyarakat, korupsi, demokrasi, 2 Tahun 2015 dan dikaitkan dengan Undang-
pendidikan, kemiskinan, lingkungan, penegakan undang Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 4 ayat (2).
hukum. Kehadiran mereka dapat menjadi Sebagai analisis dalam tulisan ilmiah tentang
kekuatan penyeimbang sekaligus pengontrol “Perlindungan Hak Asasi Manusia Atas Penerapan
langkah-langkah pemerintah dalam pelaksanaan Asas Peradilan Sederhana Cepat dan Biaya
HAM di Indonesia. Ringan dalam Penanganan Gugatan Sederhana
Penegakan HAM di negara kita tidak akan Berdasarkan PERMA Nomor 2 Tahun 2015”, yang
berhasil jika hanya mengandalkan tindakan dari menjadi fokus adalah pengertian “sederhana”
pemerintah. Peran serta lembaga independen dan menjadi bagian dari pengertian “Ringan”.
masyarakat sangat diperlukan, bahkan keterlibatan B. Perlindungan Masyarakat Terhadap
masyarakat internasional sangat diperlukan dalam Proses Hukum Sederhana Dan Ringan
kasus-kasus tertentu. Berdasarkan teori positivism
Untuk melindungi hak asasi manusia terhadap
hak asasi manusia, teori ini dikemukakan dengan
proses peradilan kepada lapisan masyarakat,
tujuan untuk membahas dan menganalisis
dimaksud sederhana adalah tidak berbelit-belit
mengenai penyelesaian sengketa yang ada di
dan “biaya ringan” adalah “biaya perkara yang
masyarakat, perbuatan melawan hukum dan
dapat terpikul oleh rakyat”. Bagi pencari keadilan
wanprestasi sebagaimana diatur dalam PERMA

7 www.Mahkamah Agung, Tentang Gugatan sederhana Solusi Penyelesaian Perkara Cepat dan Biaya Ringan,2015.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 29


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

yang tidak (kurang) mampu dimungkinkan mengenai pemeriksaan secara cepat dan singkat
berperkara dengan cuma-cuma (probono atau yang lazim disebut perkara-perkara tindak pidana
prodeo), sebagai pelaksanaan perlindungan Hak ringan atau disingkat “tipiring”. Dalam “tipiring”
Asasi Manusia bagi perkara di peradilan bagi kesederhanaan itu antara lain tidak diperlukan
masyarakat tidak mampu, sepanjang perkara surat dakwaan, tidak ada keharusan didampingi
tersebut, praktik, permohonan berperkara cuma- advokat. Tetapi, khusus dalam pemeriksaan
cuma yang diajukan sesuai dengan syarat dan tata perkara dengan acara singkat, tergantung
cara yang berlaku tidak pemah ditolak pengadilan pada Penuntut Umum. Penuntut Umum yang
(selalu dikabulkan). Namun dari segi lain, biaya .menentukan suatu perkara akan diperiksa dengan
ringan juga menimbulkan ekses. Karena biaya acara singkat atau cara biasa.9
ringan maka sangat mudah pihak yang berperkara, Untuk perkara perdata, asas kesederhanaan
mengajukan upaya hukum walaupun diketahui ditentukan juga oleh para pihak yang berperkara.
atau dapat diduga upaya hukum akan ditolak atau Pihak-pihak yang menentukan apakah akan
tidak dapat diterima. menempuh penyelesaian secara damai atau
Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 meneruskan berperkara (HIR, Pasal 130/RBg,
Tahun 1964 memberi penjelasan mengenai asas Pasal 154). HIR yang diperuntukkan bagi golongan
sederhana, dan biaya ringan yang agak lebih rinci orang Indonesia asli dimaksudkan untuk, beracara
dibandingkan dengan Undang-undang Nomor sederhana dan cepat, berbeda dengan Rv. Misalnya,
14 Tahun 1970 dan Undang-undang Nomor 4 dalam HIR, hakim mempunyai peran aktif dalam
Tahun 2004. Penjelasan Pasal 2 ayat (2) Undang- beracara termasuk membantu mencatat gugatan,
undang Nomor 19 Tahun 1964 menyebutkan: yang diajukan secara lisan karena pemohon tidak
“Peradilan harus sederhana. Tidak perlu suatu pandai menulis menurut tats tulis resmi. Tidak
acara yang berbelit-belit. yang tidak memuaskan ada syarat-syarat formal gugatan. Suatu gugatan
pencari keadilan. Hukum adalah diperuntukkan sudah dianggap cukup kalau jelas penggugat
bagi mereka, karena itulah mereka wajib mengerti dan tergugat, alasan menggugat dan tujuart atau
hukumnya”.8 Peradilan harus cepat, hanya dengan sasaran gugatan. Dalam beracara tidak diharuskan
kecepatan, peragaan (perasaan) keadilan dapat ada pembela, dan berbagai kesederhanaan lainnya.
dipenuhi. Namun berbagai undang¬undang baru, peraturan
Tetapi dari kenyataan yang ada, Peraturan dan Surat Edaran Mahkamah Agung mengatur
Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2015 berbagai bntuk teknis beracara dengan maksud
terkait proses peradilan sederhana biaya ringan membangun standar peradilan yang baku sesuai
berasas Hak Asasi Manusia, gugatan sederhana, perkembangan.
bertahun-tahun proses belum dapat diselesaikan Tujuan Peraturan Mahkamah Agung No.
lewat pengadilan, kadang-kadang harus 2 Tahun 2015, untuk setiap perkara diharapkan
dilanjutkan oleh para ahli waris pencari keadilan, dapat diselesaikan dalam waktu secepat-cepatnya.
harus dihindarkan sejauh-jaunya”. “Peradilan Penyelesaian perkara dengan cepat bukan hanya
harus murah. Pengadilan adalah untuk rakyat kepentingan pihak-pihak atau yang terkena
karena itu peradilan harus dilakukan dengan biaya perkara. Pengadilan juga berkepentingan terhadap
yang ringan supaya rakyat pencari keadilan dapat penyelesaian perkara dengan cepat. Bahkan negara
membayarnya”. sangat berkepentingan perkara-perkara dapat
Menurut “Asas sederhana”, sebagai diselesaikan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
penjelasan di atas pengertian “sederhana” Pencari keadilan, harus menanggung berbagai
berkaitan dengan “acara‟ atau “beracara”. biaya yang harus dibayar (ongkos perkara,
Secara normatif ada ketentuan-ketentuan yang bayaran untuk penasihat hukum). Tidak kalah
mengatur mengenai cara-cara beracara yang lebih memberatkan yaitu beban psikologis, karena tidak
sederhana. Dalam KUHAP didapati ketentuan atau belum ada kepastian hukum. Bagi pengadilan,

8 Muh.Daming Sanusi, "Fungsi Hakim Sebagai Sumber Pembentuk Hukum Dalam Perkara Perdata Dihubungkan Dengan Asas Peradilan
Yang Baik" (Disertasi) Program Studi Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjajaran, Bandung: 2009. Hlm. 127
9 KUHAP, Pasal 203 – Pasal 216

30 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

suatu perkara yang lama sangat berpengaruh lain, yaitu biaya eksekusi. Besarya biaya
pada ketertiban administrasi pengadilan, antara eksekusi tergantung pada tingkat kesulitan
lain menyangkut penunggakan perkara. Setiap melaksanakan eksekusi, misalnya karena
penunggakan perakara akan dipandang sebagai memerlukan pengamanan ekstra atau karena
bukti pengadilan tidak bekerja efisien, efekif (dan objek eksekusi meliputi tanah yang luas, dan
produktif). Bagi negara, peradilan yang lambat lain-lain. Untuk perkara pidana, ongkos yang
akan menjadi beban pada anggaran negara karena harus dibayar sangat kecil. Hingga saat ini,
harus membayar hakim-hakim dan petugas ongkos yang harus dibayar terdakwa antara
pengadilan yang tidak produktif.
Rp. 2.500,- sampai Rp. 5.000,- kalau kasasi
Sesuai surat Edaran Mahkamah Agung Jaksa/Penuntut Umum ditolak atau tidak
Nomor 6 Tahun 1992, Pengadilan Negeri dan dapat diterima ongkos perkara dibebankan
Pengadilan Tinggi (demikian juga lingkungan kepada negara.
badan pengadilan lainnya) diwajibkan
menyelesaikan setiap perkara paling lama enam 2) Biaya membayar penasehat hukum
bulan. Bagi yang tidak menyelesaikan suatu (advokad). Biaya ini cenderung mahal.
perkara dalam, batas waktu tersebut, diwajibkan Hingga saat ini, baik atas kesepakatan
melaporkan kepada Ketua Mahkamah Agung antar penasehat hukum (advokad) maupun
disertai alasan-alasannya. Ketentuan ini dapat dari pemerintah, tidak ada ketentuan yang
terlaksana dengan sangat baik. Jarang sekali mengatur ongkos bagi penasehat hukum
ada pemeriksaan perkara di tingkat pertama dan (advokad). Besarnya jumlah yang harus
banding lebih dari enam bulan. dibayarkan kepada penasehat hukum
Berdasarkan asas pemeriksaan secara cepat (advokad) tergantung kata sepakat dengan
perlu sekali dikedepankan agar suatu perkara pihak-pihak yang akan dibela.
tidak berlarut atau dilarut-larutkan. Tetapi C. Implementasi Peraturan Mahkamah
sebaliknya jangan sampai karena ingin cepat atau Agung No. 2 TAHUN 2015
ditekan supaya cepat, penyelidikan, penyidikan,
Peraturan Mahkamah Agung No. 2 TAHUN
dan pemeriksaan di muka sidang pengadilan,
2015 merupakan salah satu instrument hukum
terbuka berbagai “lobang menganga” sehingga
untuk memberikan dukungan terhadap kedaulatan
hakim tidak dapat berbuat lain kecuali memutus
NKRI/diplomasi Republik Indonesia, sebagai
sesuai lobang-lobang yang tidak mungkin
contoh tentang perkara hak asasi manusia,
ditambal tersebut. Persoalan timbul pada
bisnis manusia antar Negara yaitu pengiriman
pemeriksaan tingkat kasasi (Mahkamah Agung).
TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di negara Timur
Selain perkara-perkara khusus tersebut di atas,
Tengah (Arab Saudi) dan sekitarnya, berdasarkan
tidak ada ketentuan batas waktu pemeriksaan.
kebijakan pemerintah belum sepenuhnya dapat
Walaupun demikian dibandingkan dengan jumlah
melindungi TKI-TKI terhadap hak asasi manusia,
yang dapat diselesaikan oleh tiap-tiap pengadilan
terhadap masalah dimana TKI tersebut bekerja.
tingkat pertama atau banding, majelis hakim pada
Permasalahan TKI-TKI yang bekerja di Negara
Mahkamah Agung cukup produktif.
tersebut yaitu penahanan paspor oleh Biro yang
Sesuai pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 48 mengirim TKI tersebut bekerja, dengan tujuan
Tahun 2009 adalah “biaya ringan”, yang secara untuk mengambil sebagian gaji TKI selama
umum diartikan sebagai biaya yang terjangkau kontrak bekerja. Salah satu contoh tersebut
oleh yang berperkara. Ada dua jenis biaya adalah Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)
berperkara: No. 2 Tahun 2015 dapat mengimplementasikan
1) Biaya (ongkos) perkara yaitu biaya resmi melindungi TKI-TKI didalam perlindungan Hak
yang harus dibayarkan ke pengadilan. asasi manusia, untuk disediakan Biro-biro Hukum
Sebagian untuk pelaksanaan perkara yang siap untuk membantu di dalam ketidakadilan
seperti biaya pengiriman surat-surat dan sesuai dengan teori positivisme. Sehingga
pemanggilan saksi. Sebagian biaya seperti mempercepat proses penyelesaian perkara sesuai
“bea meterai” yang harus disetorkan kepada asas peradilan sederhana, cepat, biaya ringan.
kas negara. Biaya-biaya tersebut relatif Pada era perdagangan bebas, Negara Indonesia
ringan. Dalam perkara perdata, ada biaya menjadi sorotan masyarakat ekonomi dunia

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 31


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

karena tidak memiliki small claim court. Maka melalui pengadilan khusus dan perkara
Mahkamah Agung menerbitkan PERMA Small sengketa hak atas tanah. Sistem ini mengenal
Claim Court, dengan tujuan antara lain; dismissal process, dimana dalam sidang
1. Mewujudkan negara demokrasi modern pendahuluan hakim berwenang menilai dan
dan meningkatkan pelayanan terbaik bagi menentukan apakah perkara tersebut masuk
masyarakat pencari keadilan. “Melalui kriteria gugatan sederhana. Apabila hakim
berbagai kajian Kelompok Kerja (Pokja) berpendapat perkara bukanlah gugatan
lahirlah PERMA ini untuk diterapkan semua sederhana, maka dikeluarkan penetapan
pengadilan”. perkara tidak berlanjut.
2. Untuk mengurangi volume perkara di MA. 6. Putusan akhir small claim court, para pihak
Dikarenakan dalam tiga tahun terakhir MA dapat mengajukan keberatan paling lambat
menerima beban perkara sekitar 12 ribu tujuh hari setelah putusan diucapkan atau
hingga 13 ribu perkara per tahun. “Perkara setelah pemberitahuan putusan. Keberatan
perdata kecil yang nilai gugatan maksimal ini diputus majelis hakim sebagai putusan
Rp 200 juta tidak perlu diajukan banding akhir, sehingga tidak tersedia upaya hukum
atau kasasi karena putusan pengadilan banding, kasasi, atau peninjauan kembali.10
tingkat pertama sebagai pengadilan tingkat Pelaksanaan PERMA ini, mengatur bentuk
terakhir” . pelayanan hukum secara terpadu antara pengadilan
3. Proses pembuktiannya sederhana dengan negeri, pengadlilan agama termasuk pemerintah
hakim tunggal. Jangka waktu penyelesaian daerah setempat terkait pengurusan dokumen/akta
perkara ini tidak lebih dari 30 hari (maksimal yang dibutuhkan masyakat setempat. “Ada sidang
keliling untuk memenuhi permintaan pencari
25 hari, red) sudah diputuskan. “Pengajuan
keadilan dalam hal perolehan akta,”.
gugatan pengadilan menyediakan formulir
gugatan, jawaban, dan kesaksian (tanpa Pada tahun 2013, Mahkamah Agung RI
ada tuntutan provisi, eksepsi, rekonvensi, menerima perkara sebanyak 12.337 perkara.
Sisa perkara yang belum diputus pada tahun
intervensi, replik, duplik, atau kesimpulan,
2012 berjumlah 10.112, sehingga beban perkara
red). Jadi, proses persidangannya tidak
Mahkamah Agung RI pada tahun 2013 berjumlah
berbelit-belit dan memberi kepastian hukum 22.449 perkara. Dibandingkan dengan tahun
bagi pencari keadilan”. 2012, jumlah perkara masuk turun 8,02 %. Jumlah
4. Beleid yang diteken Ketua MA HM Hatta perkara masuk tahun 2013 ini merupakan jumlah
Ali pada 7 Agustus Tahun 2015, menetapkan terendah dalam lima tahun terakhir. Jumlahnya
kriteria small claim court ini sebagai berada di bawah rata-rata perkara masuk dalam
perkara cidera janji (wanprestasi) dan atau lima tahun terakhir yaitu 12.952 perkara. Akan
perbuatan melawan hukum (PMH). PERMA tetapi jumlah beban penanganan perkara di tahun
ini mensyaratkan pihak penggugat dan 2013 meningkat 6,36 % dari tahun 2012 dan
tergugat tidak boleh lebih dari satu, kecuali berada diatas rata-rata beban penanganan perkara
kepentingan hukum yang sama. Para pihak dalam lima tahun terakhir yang berjumlah 21.621
dengan atau tanpa kuasa hukum wajib perkara.
hadir langsung ke persidangan. Makanya, Produktivitas Mahkamah Agung RI dalam
tidak dapat diterapkan ketika tergugat tidak memutus perkara pada tahun 2013 berjumlah
diketahui keberadaannya. 16.034 perkara, dengan demikian rasio
produktifitas memutus perkara tahun 2013 telah
5. Dua jenis perkara yang tidak bisa diselesaikan memenuhi target minimal. Jumlah ini naik 45,83%
dalam small claim court yakni perkara jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
yang penyelesaian sengketanya dilakukan memutus 10.995 perkara. Jumlah perkara putus

10 Hukum Online.com. Judul”Urgensi Terbitnya PERMA Small Claim Court Proses persidangan small claim court tidak berbelit-belit dan
memberi kepastian hukum bagi pencari keadilan. Diterbitkan pada hari Jumat, 21 Agustus 2015.

32 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

tahun 2013 ini merupakan capaian tertinggi dalam 1) Terbentuknya prosedur hukum yang lebih
satu dasawarsa terakhir, bahkan tertinggi dalam sensitif terhadap masyarakat miskin marjinal
catatan sejarah Mahkamah Agung RI.11 dan mampu menciptakan pengadilan yang
Rasio perkara putus dibandingkan dengan lebih responsif;
jumlah beban perkara di tahun 2013 berada di level 2) Mendorong peningkatan kualitas pelayanan
71, 42%. Nilai rasio ini naik 19,33% dari tahun publik pada Mahkamah Agung RI dan empat
2012 yang hanya mencapai 52,09%. Sedangkan peradilan di bawahnya;
rasio perkara putus dibandingkan dengan perkara
masuk adalah 129, 97%. Artinya, jumlah perkara 3) Implementasi kebijakan keterbukaan
putus di tahun 2013 mengalami surplus 29,97% informasi pada pengadilan, dan
dari perkara masuk sehingga sisa perkara tahun 4) Mengkomunikasikan kebijakan akses
2012 berhasil direduksi sebanyak 29, 56%. terhadap keadilan melalui strategi
Tingginya produktivitas memutus perkara ini komunikasi yang inklusif, sebagaimana
berdampak langsung pada penurunan sisa perkara tertuang pada Program prioritas Pembaruan
di akhir tahun 2013. Jumlah sisa perkara di akhir Peradilan 2013.
tahun 2013 ini berjumlah 6.415 perkara. Jumlah Dalam implementasinya, Mahkamah Agung
sisa perkara ini berkurang 36,56% dibandingkan banyak bermitra dengan mitra pembaruan dan
dengan tahun sebelumnya yang berjumlah pengadilan negara sahabat untuk memperoleh
10.112 perkara. Prosentase jumlah sisa perkara masukan dan saran tentang bagaimana kebijakan
dibandingkan dengan jumlah beban penanganan akses terhadap keadilan bisa terus ditingkatkan.
perkara di tahun 2013 berada di angka 28,58%. Sepanjang 2013 inisiatif akses terhadap keadilan
Prosentase sisa dibawah 30% dari total beban banyak dialokasikan kepada transisi rezim
penanganan perkara merupakan jumlah ideal bantuan hukum pasca UU Nomor 16 Tahun 2011,
yang menunjukkan kinerja penanganan perkara revitalisasi mediasi sebagai sarana penyelesaian
yang tinggi sesuai dengan standar minimal yang sengketa alternatif, pengembangan kebijakan
ditetapkan. Di lihat dari sisi jumlah, sisa perkara pengadilan dalam rangka simplifikasi sengketa-
ini menjadi yang paling rendah dalam sejarah sengketa sederhana, dan upaya peninjauan
Mahkamah Agung RI.12 kebijakan sengketa gugatan perwakilan (class
Pada tahun 2013 Mahkamah Agung RI action) dalam sistem hukum Indonesia. Selain
menerima perkara sebanyak 12.337 perkara terus mendorong penyempurnaan implementasi
dan berhasil melakukan minutasi perkara serta kebijakan keterbukaan dan pelayanan publik yang
mengirimkannya kembali perkara ke pengadilan telah dirintis sejak beberapa tahun belakangan.14
pengaju sebanyak 12.360 perkara. Dengan Khusus untuk mediasi, suatu program
demikian rasio penyelesaian perkara pada tahun khusus telah diluncurkan Mahkamah Agung
2013 berada di level 100,19%. Capaian ini telah dengan didukung oleh AIPJ-AusAID dengan
melampaui standar minimal clearance rate. melibatkan mitra Federal Court of Australia dan
Terpenuhinya dua indikator tersebut Family Court of Australia untuk merevitalisasi
sekaligus akan terpenuhinya indikator lain yaitu prosedur dan tata kelola mediasi. Berdasarkan data
rerata waktu memutus dan minutasi perkara yang terakhir pada tahun 2013, tingkat keberhasilan
sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh mediasi di lingkungan peradilan umum mencapai
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan 21,4%, yaitu sebanyak 1.194 perkara dari total
menurunnya prosentase perkara tunggakan dari 5.573 perkara yang dimediasi. Sedangkan untuk
keseluruhan perkara aktif. lingkungan peradilan agama, tingkat keberhasilan
Pada tahun 2013 kebijakan akses terhadap mediasi adalah 17,08% dengan jumlah 25.318
keadilan difokuskan kepada empat fokus, yaitu:13 perkara dari keseluruhan 148.241 perkara yang
dimediasi. Dari sini terlihat bahwa peluang untuk

11 Ibid, Mahkamah Agung Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2013 Ringkasan Eksekutif, Jakarta, 26 Februari 2014, hlm.hlm. 14
12 Op.cid, Mahkamah Agung Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2013 Ringkasan Eksekutif, Jakarta, 26 Februari 2014, hlm. 15
13 Lop.cid.Mahkamah Agung Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2013 Ringkasan Eksekutif, Jakarta, 26 Februari 2014, hlm. 20-21
14 Hatta Ali, Reformasi Perlu Ditingkatkan Untuk Penyelesaian Perkara di Pengadilan,Surabaya: UNAIR, 2015, hlm. 5

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 33


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

penyempurnaan mediasi sebagai sarana untuk mereka untuk melakukan investasi di Indonesia,
membantu penyelesaian masalah sedini mungkin karena tidak adanya kepastian hukum bila terjadi
dan membantu meringankan beban perkara di sengketa. Oleh karena itu, perlu dicarikan jalan
pengadilan masih cukup luas untuk digali.15 keluar untuk mengatasi masalah tersebut dengan
Sementara itu, untuk perkara gugatan cara melakukan pembangunan paradigma non-
perdata sederhana (small claim court), suatu litigasi, yang diharapkan mampu menggeser
program khusus untuk mencari solusi kebuntuan dominasi paradigma litigasi, sehingga masyarakat
legislasi terhadap pembentukan pengadilan Indonesia tidak hanya mengandalkan jalur litigasi
gugatan sederhana telah digulirkan dengan untuk menyelesaikan sengketa bisnis. Terbukti
bekerjasama dengan AIPJ. Program ini selain dari kritik banyaknya perkara perdata yang
bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap diajukan ke pengadilan menimbulkan terjadinya
keadilan, juga dimaksudkan untuk berkontribusi penumpukan perkara yang pada akhirnya
kepada peringkat kemudahan berusaha (ease berimplikasi pada lambatnya proses penyelesaian
of doing business) Republik Indonesia. Sejak sengketa.16 Kritik mengenai tunggakan dan
2009 pemerintah Republik Indonesia (RI) telah kelambatan penyelesaian perkara melalui badan
berkomitmen untuk mengadopsi parameter peradilan (ordinary court) terjadi juga di Amerika
Kemudahan Berusaha sebagai sarana untuk Serikat, dimana to many Americans our system of
meningkatkan daya saing nasional di tingkat justice is neither systematic or just and in recent
global. years our court system has come under increasing
criticism.17
Dalam rangka peningkatan kinerja pelayanan
informasi serta tuntutan agenda reformasi Di dalam penyelesaian perkara perdata
birokrasi, Mahkamah Agung RI menempuh melalui litigasi pada umumnya adalah lambat
terobosan baru dalam melakukan komunikasi dan memakan waktu bertahun-tahun, sehingga
kebijakan. Pada prinsipnya diperlukan suatu terjadi pemborosan waktu (waste of time) dan
mekanisme yang solid untuk mengkomunikasikan proses pemeriksaannya bersifat sangat formal
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh organisasi (formalistic) dan teknis (technically). Di samping
untuk mendidik publik tentang hak-hak itu juga semakin banyaknya perkara yang masuk
masyarakat berasas Hak Asasi Manusia. ke pengadilan akan menambah beban pengadilan
untuk menyelesaikan perkara tersebut (overload).
D. Kebijakan Mahkamah Agung (MA) No. 2
Selanjutnya, para pihak menganggap bahwa biaya
TAHUN 2015
perkara sangat mahal, apalagi dikaitkan dengan
Mahkamah Agung (MA) pada Tahun 2015 lamanya penyelesaian suatu perkara akan semakin
telah menerbitkan menerbitkan salah satu produk besar biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian,
hukumnya berupa surat edaran yakni Peraturan pengadilan sering dianggap kurang tanggap
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor dan kurang responsif (unresponsive) dalam
2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian menyelesaikan perkara. Ditambah lagi, putusan
Gugatan Sederhana (PERMA). Terbitnya pengadilan menang dan kalah (win-lose), dimana
PERMA ini, dalam rangka menyongsong era dengan adanya perasaan menang dan kalah
perdagangan bebas ASEAN dan sengketa tersebut tidak akan memberikan kedamaian pada
perkara-perkara niaga atau bisnis skala kecil salah satu pihak, melainkan akan menumbuhkan
yang berujung ke pengadilan. Bagi masyarakat bibit dendam, permusuhan dan kebencian.
bisnis, yang segala sesuatunya mendasarkan pada Terakhir, para hakim dianggap hanya memiliki
efektivitas, efisiensi dan velocity, kondisi tersebut pengetahuan di bidang hukum saja, sehingga
jelas tidak menciptakan situasi kondusif untuk sangat mustahil akan bisa menyelesaikan sengketa
menunjang kegiatan mereka. Sedangkan bagi atau perkara yang mengandung kompleksitas di
investor asing hal ini akan menyurutkan minat berbagai bidang.18

15 Ibid. Hatta Ali, Reformasi Perlu Ditingkatkan Untuk Penyelesaian Perkara di Pengadilan, Surabaya: UNAIR, 2015 hlm. 22
16 Mahyudin Igo, "Penyelesaian Perkara Perdata", Varia Peradilan No. 295, Jakarta: MahkamahAgung, Desember, 2006, hlm. 53
17 Tony Mc Adam, Law Business An Society, USA: Irwin, 1992, hlm. 185
18 Tony Mc Adam, Ibid, hlm. 185. Lihat juga M. Yahya Harahap, "Mencari Sistem Alternatif Penyelesaian Sengketa", Varia PeradilanTahun XI
No. 121, Jakarta: IKAHI, 1995, hlm. 101-102

34 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

Penyebab lain lambatnya proses di Thomas E. Carbonneau, menyatakan bahwa


pengadilan, mulai dari adanya hak para pihak keadilan yang diperoleh melalui jalur ligitasi
untuk tidak hadir jika berhalangan (dan sering adalah “dehumanizing and riddled with abusive
dimanfaatkan untuk mengulur waktu) sampai interpretations of truth “.22
terbatasnya ruang sidang dan jumlah hakim Untuk mengatasi penyelesaian perkara
yang memeriksa perkara. Perlu diketahui, hakim sebesar Rp. 200.000.000,- dengan proses
yang memeriksa perkara perdata, juga bertugas penyelesaian perkara gugatan sederhana maka
untuk memeriksa dan memutus perkara pidana, Pemerintah melakukan terobosan dengan
karenanya tidak mengherankan jika tumpukan mengatur cara penyelesaian perkara gugatan
perkara membuat proses pemeriksaan perkara di sederhana sebagaimana diatur dalam PERMA
pengadilan sering terkesan sangat lamban dan Nomor 2 Tahun 2015 yang dikeluarkan pada
birokratis.19 tanggal 7 Agustus 2015. Adapun ketentuan dalam
Rahasia umum pula bahwa peradilan di PERMA tersebut sebagaimana diatur pada Pasal
Indonesia masih belum terlalu bersih sehingga 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Penyelesaian
setiap mengurus perkara, pencari keadilan harus gugatan sederhana adalah tata cara pemeriksaan di
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai
harus membayar biaya advokat yang tentunya juga gugatan materil paling banyak Rp. 200.000.000,-
tidak murah. Pada dasarnya lembaga peradilan saat (dua ratus juta rupiah) yang diselesaikan dengan
ini tidak cukup bisa diandalkan untuk para pencari tata cara dan pembuktiannya sederhana.”
keadilan dalam menyelesaikan sengketa mereka, Dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) menyatakan
dan ada ungkapan pejoratif yang mengatakan bahwa:
bahwa “jika engkau bersengketa tentang kambing,
“Gugatan sederhana diajukan terhadap
jangan kau bawa ke pengadilan, karena engkau
perkara cidera janji dan/atau perbuatan
tidak saja akan kehilangan kambing, tetapi juga
sapi”. Ungkapan ini cukup menggambarkan melawan hukum dengan nilai gugatan
rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap materil paling banyak Rp.200.000.000,-
lembaga peradilan.20 (dua ratus juta rupiah).”
Berkaitan hal tersebut di atas, sebenarnya Sedangkan ayat (2) menyatakan: Tidak
penggunaan dan perkembangan penyelesaian termasuk dalam gugatan sederhana adalah:
sengketa secara damai sangat baik dan cocok a. perkara yang penyelesaian sengketanya
pada masyarakat Indonesia. Di Indonesia, nilai dilakukan melalui pengadilan khusus
harmoni, tenggang rasa, dan komunalisme sebagaimana diatur di dalam peraturan
atau kebersamaan lebih diutamakan daripada perundang-undangan; atau
individualisme. Pengutamaan yang demikian itu
b. sengketa hak atas tanah
dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa
penyelesaian sengketa yang menonjolkan Terobosan yang dilakukan oleh Mahkamah
konsensus dengan hasil win-win solution lebih Agung ini juga sesuai dengan amanat yang
cocok daripada penyelesaian sengketa melalui diatur dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun
jalur ligitasi, yang menghasilkan win-lose 2009 Pasal 4 ayat (2) tentang Tercapainya
solution. peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.
Kehadiran PERMA No. 2 Tahun 2015 ini sebagai
Menurut Jack Ethridge “litigation paralyzes
upaya untuk mengurangi penumpukan perkara
people. It makes them enemies. It pets them
pada semua tingkat pengadilan dan terakhir
not only against one another but against the
bermuara pada Mahkamah Agung.
other ‘s employed combatant “.21 Di sisi lain,

19 Wirawan, "Menyelesaikan Perdata Secara Singkat", Pikiran Rakyat, 18 Oktober 2004.


20 Musahadi HAM, dan kawan-kawan. Mediasi dan Resolusi Konflik di Indonesia, Semarang: Wali Songo Mediation Centre, 2007, hlm. viii
21 Jack Ethridge dalam Peter Lovenheim, Mediate Don 't Litigate, New York: Mc Graw-Hill Publishing Company, 1989, hlm. 23
22 Thomas E. Carbonneau, Alternatif Dispute Resolution, Chicago: Melting the Lances and Diemounting the Steeds, University of Illinois,
1989, hlm. 8

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 35


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

Mahkamah Agung RI sebagai badan SARAN


peradilan memiliki tugas pokok menerima,
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara Kebijakan melalui terbitnya PERMA No.
yang menjadi kewenangannya. Untuk mengukur 2 Tahun 2015 masih mengalami kekurangan,
kinerjanya, Mahkamah Agung RI menggunakan oleh karena itu sebaiknya isi dari PERMA ini
dua indikator utama yaitu:23 dimasukan ke Rancangan Undang-Undang
1. Rasio produktifitas memutus perkara tentang Hukum Acara Perdata yang saat ini
(case-deciding productivity rate), yaitu sedang dalam pembahasan, sehingga menjadi satu
kesatuan dengan aturan induknya.
perbandingan antara jumlah perkara putus
dengan jumlah beban perkara pada satu Sejalan dengan tujuan Peraturan Mahkamah
periode. Produktifitas memutus perkara Agung (MA) No.2 Tahun 2015, peradilan dalam
dikategorikan baik apabila rasionya diatas rangka menyelesaikan sengketa secara damai,
penerapan azas peradilan sederhana, cepat, biaya
70%, sehingga sisa perkara yang belum
ringan, untuk menekan penumpukan perkara dapat
diputus tidak melebihi dari 30%.
cepat terselesaikan untuk meringankan beban
2. Rasio penyelesaian perkara (clearance rate), masyarakat miskin diperlukan suatu mekanisme
yaitu perbandingan antara jumlah perkara penyederhanaan untuk dapat membuat proses
masuk dan keluar dalam satu periode peradilan menjadi lebih efektif dan efisien dan
pelaporan. Penyelesaian perkara Mahkamah dapat memberikan bantuan pelayanan biaya
Agung RI dapat dikatakan baik apabila nilai sangat murah bagi masyarakat miskin.
rasio penyelesaian perkara minimal 100%.
Artinya jumlah perkara yang dikirim ke
pengadilan pengaju minimal sama dengan
perkara yang masuk ke Mahkamah Agung
RI.

KESIMPULAN
Proses peradilan perlindungan hak asasi
manusia bagi masyarakat miskin atas penerapan
asas peradilan sederhana cepat dan biaya ringan
masih rumit. Implmentasi Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang tatacara
gugatan sederhana dari mulai pendaftaran sampai
pada eksekusi prosesnya cukup lama dan berbelit-
belit.
Hambatan dalam pelaksanaan peradilan
sederhana cepat dan biaya ringan berdasarkan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
2015 tentang tatacara gugatan sederhana, adalah
pelaksanaannya yang masih berbiaya tinggi
sehingga setiap mengurus perkara, pencari
keadilan harus mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit, belum lagi harus membayar biaya advokat
yang tentunya juga tidak murah.

23 Mahkamah Agung Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2013 Ringkasan Eksekutif, Jakarta, 26 Februari 2014, hlm. 12-13

36 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-undangan


Indonesia, KUHPerdata
Jack Ethridge dalam Peter Lovenheim, Mediate
, Undang-undang Nomor 30 Tahun
Don „t Litigate, New York: Mc Graw-Hill
1999 LN Nomor 138 Tahun 1999 TLN
Publishing Company, 1989.
Nomor 3872 Tahun 1999 tentang Arbitrase
Hatta Ali, Reformasi Perlu Ditingkatkan Untuk dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)
Penyelesaian Perkara di Pengadilan,
, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009
Surabaya: UNAIR, 2015.
LN Nomor 3 Tahun 2009 TLN Nomor 4958
Majda El-Muhtag, HAM,DUHAM dan Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung
RANHAM Indonesia, hlm.274 dan Mujaid
, Undang Undang Nomor 48 Tahun
Kumkelo dkk, Figh Ham, Malang, Setara
2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman LN
Press, 2015.
RI Nomor 157 Tahun 2009, TLN RI 5076
Mahyudin Igo, “Penyelesaian Perkara Perdata”, Tahun 2009.
Varia Peradilan No. 295, Jakarta: Mahkamah
, Undang-undang Nomor 49 Tahun
Agung, Desember, 2006.
2009 LN Nomor 158 Tahun 2009 TLN
Musahadi HAM, dan kawan-kawan. Mediasi dan Nomor 5077 Tahun 2009 tentang Peradilan
Resolusi Konflik di In¬donesia, Semarang: Umum
Wali Songo Mediation Centre, 2007.
, Undang Undang Nomor 51 Tahun
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1981. LN RI Nomor 160 Tahun 2009, TLN RI
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Laporan 5079 Tahun 2009.
Tahunan 2013 Ringkasan Eksekutif, Jakarta, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun
26 Februari 2014. 2008 tentang Mediasi
Muh. Daming Sanusi, “Fungsi Hakim Sebagai Pasal 2 PERMA No. 2 Tahun 2015
Sumber Pembentuk Hukum Dalam Perkara
Perdata Dihubungkan Dengan Asas Makalah dan Jurnal
Peradilan Yang Baik” (Disertasi) Program Sudikno Mertokusumo, Sistem Peradilan Di
Studi Doktor Sudikno Mertokusumo, Indonesia, Jurnal Hukum, No. 9.Vol. 4, 1997,
Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Syprianus A. Djaro. Beberapa Penyelesaian
Yogyakarta, 1981 Sengketa Dalam Bisnis (Makalah). Jakarta:
Scott Davidson, HAM,Sejarah,Teori Praktek BPHN Departemen Kehakiman, 1994
Dalam Pergaulan Internasional, Jakarta,
Grafiiti, 1994. Media
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Diterbitkan oleh The Defenden.Hukum.https//
Hukum, Galia Indonesia, 1991. taufiqadi.wordpress.com.9.Juni.2015.
Tony Mc Adam, Ibid, hlm. 185. Lihat juga M. www.Mahkamah Agung, Tentang Gugatan
Yahya Harahap, “Mencari Sistem Alternatif sederhana Solusi Penyelesaian Perkara
Penyelesaian Sengketa”, Varia Peradilan Cepat dan Biaya Ringan,2015.
Tahun XI No. 121, Jakarta: IKAHI, 1995. Hukum Online.com. Judul ”Urgensi Terbitnya
Thomas E. Carbonneau, Alternatif Dispute PERMA Small Claim Court Proses
Resolution, Chicago: Melting the Lances persidangan small claim court tidak berbelit-
and Diemounting the Steeds, University of belit dan memberi kepastian hukum bagi
Illinois, 1989. pencari keadilan. Diterbitkan pada hari
Jumat, 21 Agustus 2015.
Wirawan, “Menyelesaikan Perdata Secara
Singkat”, Pikiran Rakyat, 18 Oktober 2004.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 37


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 1, Juli 2017

http://www.hukumonline.com/berita/baca/
lt55d71ac18056b/urgensi-terbitnya-perma-
ismall-claim-court-i
Junior Associate SAFE Law Firm
http://www.hukumonline.com/berita/baca/
lt55d71ac18056b/urgensi-terbitnya-perma-
ismall-claim-court-i
http://www.hukumonline.com/berita/baca/
lt55d71ac18056b/urgensi-terbitnya-perma-
ismall-claim-court-i

38 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)

Anda mungkin juga menyukai