Anda di halaman 1dari 10

MEKANISME PENYELESAIAN KONFLIK NELAYAN

(Studi di Pantai Puger Kabupaten Jember)

Aan Eko Widiarto,


Setiawan Nurdayasakti,
Faizin Sulistiol

ABSTRAK

Interaction among fisherman in the activity offishing is potential to result conflict.


Factor of the conflict can be related to the area offishing, equipments offishing and
attitudes. These kinds of conflict can be categorized as horizontal conflict.
Besides, vertical conflict can also happen in the community offisherman. The
conflicts happen among the fisherman and government. Policies of the
government, especially the policies that are not in accordance with the
fisherman need can be the factor of conflicts. The policy of the government,
especially local government that is not in accordance with the fisherman
need is the policy to explore the natural resourches. This policy is based on
the government need to increase the income. This research learn the mechanisms
that are applicated by the fishermen to solve the conflict. They have their own
internal mechanism to solve the conflict. This kind of mechanism have raised
among their community since long time ago.

Key word: conflict, fisherman

PENDAHULUAN

Semakin berkurangnya sumber kelautan. Akibatnya, nelayan Pantai Utara


daya alam kelautan merupakan salah satu Jawa melakukan pencarian ikan hingga ke
pemicu timbulnya konflik antar nelayan. Hal Pantai Selatan (salah satunya Pantai Puger)
ini dikarenakan tingkat mobilitas nelayan atau Samudera Hindia. Terjadilah interaksi
antar daerah semakin tinggi dalam rangka antara nelayan lokal dengan nelayan
mencari ikan ke tempat-tempat yang pendatang yang selama ini dikenal dengan
diperkirakan masih banyak. Pantai Utara nama "Nelayan Andon".
Jawa selama ini mengalami tingkat Interaksi antar nelayan tersebut tidak
eksploitasi yang cukup tinggi sehingga jarang menimbulkan konflik akibat
terjadi penurunan kuantitas sumberdaya perebutan daerah tangkapan, pemakaian
1 Tim Penulis merupakan peneliti pada Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang .II MT Haryono No 169
Malang, Telp. 0341553898 Fax 0341566505 Email: eko.widiarto@gmail.com

60 I Jurnal Hukum PRIOR'S, Vol . 3 No. 2, Tahun 2013


Mekanisme Penyelesaion Konflik Neloyan - Aan Eko Widiarto,
(Studi di Pantai Puger Kabupaten Jember) Setiawan Nurdayosakti,
Faizin Sulistio
jenis alat tangkap, hingga perilaku sosial Masyarakat daerah akhirnya
yang tidak sesuai. Konflik demikian tersebut memandang desentralisasi hanya menggeser
merupakan konflik horisontal antar nelayan. sentralisme pemerintahan dan pemerintah
Selain konflik horisontal, terjadi pulakonflik pusat ke pemerintah daerah. Eksistensi hak-
vertikal antara nelayan dengan pemerintah hak masyarakat lokal atas sumber daya
sebagai pengambil kebijakan. Konflik ini alam belum mendapatkan pengakuan
terjadi akibat kebijakan-kebijakan yang secara tertulis. Lembaga-lembaga dan
dibuat oleh pemerintah bertolak belakang aturan-aturan lokal sedikit demi sedikit
dengan kepentingan nelayan. menjadi hilang dan tidak mendapatkan
Otonomi daerah yang berjalan selama kesempatan untuk difungsikan. Alih-alih
ini hanya dipahami oleh pemerintah daerah mempercepat penyelesaian konflik,
sebatas kebebasan birokrasi daerah untuk pengelolaan yang berlangsung justru
mengatur segala sumber daya alam dan membuka konflik-konflik baru baik yang
urusan di daerah sehingga mengakibatkan bersifat vertikal maupun horisontal.
kebijakan yang eksploitatif. Otonomi tidak Desentralisasi ternyata juga belum bisa
dipahami sebagai kebebasan masyarakat meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan
daerah untuk ikut mengatur rumah tangga sumberdaya dan bahkan justru mencip-
daerahnya sendiri sehingga terbuka ruang takan ekonomi biaya tinggi karena
publik yang luas untuk ikut dalam mengambil meningkatnya beban biaya transaksi yang
kebijakan daerah. diterapkan pada sumberdaya melalui berbagai
Pemerintah daerah dengan atas nama pungutandanretribusi.
otonomi daerah cenderung untuk Mekanisme nelayan dalam menyele-
mengeksploitasi sumber daya alam yang saikan konflik horisontal maupun vertikal
dimiliki daerahnya hanya untuk itulah yang menjadi fokus penelitian di
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pantai Puger Kabupaten Jember ini.
(PAD). Perijinan investasi hanya Beberapa masalah yang diteliti dan
diorientasikan pada penerimaan rektor menjadi fokus penelitian inipertama, apa
PAD dan tidak mempertimbangkan saja konflik nelayan yang terjadi baik
eksistensi masyarakat yang telah ada horisontal maupun vertikal di Pantai Puger
sehingga seringkali berbenturan. Apabila Kabupaten Jember? Kedua, pranata atau
dalam pelaksanaan investasi aspirasi norma-norma sosial apa yang selama
masyarakat tidak didengar, maka akan ini berlaku di masyarakat nelayan Pantai
cenderung mengakibatkan eksploitasi Puger Kabupaten Jember dalam menyele-
sumber daya alam secara berlebihan tanpa saikan konflik? Dan ketiga, bagaimana
memperdulikan keseimbangan dan mekanisme penyelesaian konflik nelayan
keberlanjutan lingkungan hidup.

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 3 No. 2, Tahun 2013 I 61


Aon Eko Widiarto, - Mekonisme Penyelesaian Konflik Neloyan
Setiawan Nurdayosakti, (Studi di Pantai Puger Kabupaten !ember)
Faizin Sulistio

baik horisontal maupun vertikal di Pantai untuk menghadirkan perubahan baik yang
Puger Kabupaten Jember? bersifatkonstruktifmaupun destruktif.
Eksistensi masyarakat nelayan Dalam kajian kriminologi, terdapat
Puger yang selama ini hidup dan teori penyimpangan budaya yang
berkembang sejak zaman kolonialisme berpotensi menimbulkan konflik. Teori ini
memiliki mekanisme internal yang dikenal dengan nama teori konflik budaya.
merupakan kearifan lokal (adat) dalam Dalam teori ini setiap kelompok memiliki
menyelesaikan konflik. Sistem kearifan conduct norm (norma-norma yang
lokal tersebut dikaji atau dianalisis mengatm kehidupan di suatukomunitas dalam
sehingga dapat diangkat sebagai model kehidupan sehari-hari) dengan tujuan
mekanisme penyelesaian konflik bagi mendefinisikan perbuatan yang pantas dan
daerah-daerah yang lain. tidak pantas. Menurut Thorsten Sellin,
Menurut Chris Mitchell, konflik conduct norm suatu kelompok mungkin
adalah hubungan antara duapihak atau lebih saja berbeda dengan conduct norm
(individu atau kelompok) yang memiliki, kelompok yang lain. Sehingga seorang
atau yang merasa memiliki sasaran- individu yang mengikuti conduct norm
sasaran yang berbeda (Fisher; 2001:4). kelompoknya mungkin saja dipandang
Konflik tidak terhindarkan dan sering melakukan kejahatan apabila norma-norma
bersifat kreatifserta terjadi dari tingkatmikro, kelompoknya bertentangan dengan norma-
antar pribadi hingga kelompok, organisasi norma dari masyarakat dominan.
masyarakat, dan negara dalam semua Pertentangan norma antar kelompok ini
bentuk hubungan manusia - sosial, kemudian menghasilkan konflik primer dan
ekonomi, dan kekuasaan - mengalami konflik sekunder. Konflikprimer terjadi ketika
pertumbuhan dan perubahan. Konflik norma-norma dan dua budaya bertentangan
timbul karena ketidakseimbangan antara Pertentangan terjadi dalam area budaya
hubungan-hubungan itu, contohnya: berbeda yang berdekatan dan terdapat
kesenjangan status sosial, kurang meratanya perluasan budaya yang mencakup wilayah
kemakmuran dan akses yang tidak budaya yang lain atau apabila anggota-
seimbang terhadap sumber daya, serta anggota dan satu kelompok berpindah
kekuasaan yang tidak seimbang sehingga kebudayaan yang lain.
memunculkan masalah diskriminasi,
pengangguran, kemiskinan, penindasan, Metode
dan kejahatan. Masing-masing tingkat Agar tujuan penelitian dapat dicapai
tersebut saliang berkaitan dan membentuk maka jenis penelitian yang digunakan adalah
sebuah rantai yang memiliki potensi kekuatan penelitian Antropologi Hukum. Penelitian

62 I Jurnal Hukum PR1ORJS, Vol . 3 No. 2, Tahun 2013


Mekanisme Penyeiesaian Konflik Nelayon - Aan Eko Widiarto,
(Studi di Pantai Puger Kabupaten Jember) Setiawan Nurdayasakti,
Foizin Sulistio

Antropologi hukum dilakukan untuk selalu ada sebagai pertanda bahwa terjadi
mengkaj i bekerjanya pranata atau norma- kehidupan sosial yang sehat dan dinamis.
norma sosial yang selama ini berlaku di Pranata sosial yang hidup di nelayan Puger
masyarakat nelayan pantai Puger. Metode sangat erat hubungannya mekanisme
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyelesaian konflik (resolusi konflik)
gabungan clari metode deskriptif dan metode sehingga sampai dengan saat ini
sengketa. Metode deskriptif digunakan keharmonisan sosial masih tetap terjaga di
untuk menggambarkan dan memaparkan Puger.
secara nyata bekerjanya hukum dalam Macam-Macam dan Faktor Penyebab
masyarakat (living law) (Nurjaya; 2006) . Konflik Nelayan yang Terjadi Baik
Sedangkan metode sengketa digunakan Horisontal Maupun Vertikal di Pantai
untuk mengeksplorasi konflik yang teij adi, Puger Kabupaten Jember
faktor-faktor yang menyebab dan norma-
Konflik yang terjadi di masyarakat
norma yang digunakan dalam
nelayan Puger berbentuk horisontal dan
penyelesaiannya. Sedangkan lokasi
vertikal. Konflik horisontal terjadi akibat
penelitian ini difokuskan pada wilayah
hubungan pertentangan antar nelayan
pantai Puger Kabupaten Jember. Daerah
dengan nelayan yang memiliki, atau merasa
ini sengaja dipilih sebagai daerah
memiliki, sasaran--sasaran tertentu namun
penelitian karena termasuk salah satu
diliputi pemikiran, perasaan, atau perbuatan
pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Timur
yang tidak sejalan. Sifat konflik horisontal
dengan populasi nelayan yang sangat
berupa konflik laten dan manifest. Konflik
majemuk dari berbagai daerah di
yang bersifat laten masih belum tampak
nusantara. Selain itu daerah pantai ini juga
dipermukaan karena masih berupa benih-
termasuk dalam daerah pengembangan
benih yang suatu saat dapat muncul
JLS (Jalur Lintas Selatan) sehingga proyek
kepermukaan sedangkan konflik yang
pembangunan jalan itu pun mempunyai
bersifat manifest adalah konflik yang sudah
dampalc/pengaruh terhadap kehidupan
nyata terjadi di masyarakat nelayan. Sifat
nelayan.
konflik menentukan mekanisme penyele-
Hasil dan Pembahasan saiannya. Beberapa konflik yang bersifat
Masyarakat nelayan Puger yang telah laten yang terjadi antara lain: konflik antar
hidup bertahun-tahun menjalani kehidupan nelayan dalam perebutan sumberdaya laut,
di pantai dan laut memiliki pranata-pranata konflik antara nelayan dan pengamba'
sosial untuk mengatur masyarakat dan akibat jeratan hutang, konflik antara
hubungannya dengan masyarakat lainnya. pengamba' dengan pedagang luar puger,
Dalam konteks kehidupan sosial, konflik

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 3 No. 2, Tahun 2013 I 63


Aan Eko Widiarto, - Mekanisme Penyelesaian Konflik Nelayan
Setiawan Nurdayasakti, (Studi di Pantai Puger Kabupaten Jember)
Faizin Sulistio

Konflik antar Nelayan Terkait Perusakan bersifat laten dan konflik yang bersifat
Laut. manifest. Beberapa konflik yang bersifat
Sedangkan beberapa konflik laten antara lain: konflik antara nelayan
horisontal yang bersifat manifest antara lain: dengan pengelola TPI, konflik antara
konflik antar nelayan terkait rumpon nelayan dengan aparat, konflik nelayan
bantuan, konflik antar nelayan akibat Sekoci dengan Pemerintah, konflik nelayan
kesalah-pahaman di laut, konflik antar dengan Pemerintah atau aparat, konflik
nelayan akibat kecelakaan di laut, konflik vertikal yang bersifat manifest yaitu konflik
antar nelayan terkait penggunaan alat yang terkait dengan Pembangunan pusat
tangkap. Mekanisme penyelesaian konflik pendaratan ikan (PPI) dan break water
horisontal yang bersifat manifest pada (pemecah gelombang) di Puger, Kabupaten
umumnya adalah dengan meng-gunakan Jember. Sekitar 300 nelayan berbondong-
teknik mediasi. Nelayan Puger yang menjadi bondong mendatangi DPRD Jember dan
para pihak dengan dimediasi oleh POLAIR menuntut agar pimpinan proyek
atau Koramil atau Perangkat Desa atau pembangunan PPI Puger diusut karena
anggota DPRD melakukan perundingan dicurigai telah terjadi penyimpangan pada
(musya-warah) dalam rangkamemecahkan pelaksanaan proyek tersebut. Selain itu
konflik yang terjadi. nelayan protes karena pembangunan
Sedangkan konflik vertikal nelayan tersebut tidak menyelesaikan masalah
yang terjadi di Pantai Puger juga dapat kecelakaan di laut. Secara lebih jelas
dibedakan dalam dua sifat yaitu konflik yang macam-macam konflik dapat diuraikan
dalam tabel berikut:
Tabel 1
Macam-Macam dan Faktor Penyebab Konflik Nelayan di Pantai Puger
Kabupaten Jember
N Jenis Konflik Penyebab
1. Nelayan tidak masuk TPI sehingga tidak - Akses masuk ke TPI sulit
membayar retribusi di TPI serta menjual ikan - TPI kurang berfungsi karena dominasi pengambek
sembarangan sebagai pembeli ikan tanpa melalui TPI
2. Perebutan daerah tangkap Paceklik berkepanjangan
3. Nelayan dengan Pengambek/tengkulak Dominasi tengkulak/pengambek yang menyebabkan
ketergantungan ekonomi nelayan (jeratan utang) dan
tidak bisa masuknya pedagang luar untuk bersaing secara
sehat menyebabkan rendahnya harga ikan.
4. Pengambek dengan Tengkulak Luar Pedagang luar tidak bisa secara bebas membeli hasil taut
karena harus membeli melalui pedagang lokal.
5. Nelayan tidak mau membayar retribusi Tidak adanya tindakan aparat yang berwenang atas
pengeboman ikan yang dilakukan sebagian nelayan
sehingga retribusi tidak mau dibayar.
6. Antar nelayan terkait perusakan laut Digunakannya alat tangkap born dan kompresor dalam
mencari ikan sehingga merusak alam laut
7. Nelayan dengan aparat terkait perusakan taut Nelayan menganggap aparat tidak serius menangani
perusak taut karena banyaknya perusak laut (kompresor,
born, pencari ikan hias dengan obat, dll) yang tidak
diproses

64 I Jurnal Hukum PRIOR1S, Vol . 3 No. 2, Tahun 2013


Mekanisme Pen
yelesaian Konflik Nelayan -
(Studi di Pantai Aan Eko Widiarto,
Puger Kabupaten Jember)
8. Nelayan dengan Setiawan Nurdayasakti,
Pemkab. Terkait tidak
transparannya hasil retribusi Paizin Sulistio
Retribusi yang dihasilkan dalam setahun 2 juta padahal
9. potensi yang ada sampai dengan 300 juta sehingga
Salah paham antar nelayan ketika di laut sehingga asyarakat proles.
menimbulkan percekcokan dan pengerusakan N
10. b elayan menawari minum disangka menantang
Antar nelayan terkait rumpon erkelahi
11. Nelayan Sekoci/pancing degan Pemerintah erebut rumpon bantuan
N
adelayan sekoci merasa dianak tirikan karena seringkali
12. pe a bantuan tidak diberitahu sehingga pemanfaatan dan
Antar nelayan terkait alat tangkap mbagian bantuan tidak adil
Ne
ke layan jaring dan payang menganggap
bahwa
meberadaan nelayan skoci dengan rumponnya
13. nel nyebabkan ikan tidak mau menepi ke pantai sehingga
Ketidakpercayaan terhadap pemerintah ayan jaring dan payang dirugikan.
Nel
opoayan kurang merasakan manfaat peran pemerintah:
gunane
kare pemerintah (apa gunanya pemerintah)
mas na keterlibatan pemerintah dalam menyelesaikan
alah nelayan dianggap kurang.
Sumber: Data Primer diolah
laut semua
Pranata atau Norma-Norma Sosial saudara Oolong menolong
ke
yang Selama Ini Berlaku di tika berada di laut), 'trim° (menerirna apa
adanya), ngojur,
Masyarakat Nelayan Pantai Puger dan tidak merusald
mencemari Laut.
Kabupaten Jember dalam Menye-
lesaikan Konflik Norma-norma tersebut menjadi
pedo
man hubungan sosial antar nelayan dan
Mekanisme penyelesaian konflik di nelayan
Puger dengan nelayan dari daerah
masyarakat nelayan Puger sangat lain.
dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang ini noNamun dernikian sarnpai dengan saat
rrna-norrna tersebut masih belum
hidup di dalamnya yalcni norma agarna/ dikukuhk
an dalam sebuah peraturan formal
kepercayaan dan kesusilaan. Norma yang baik
berasal dari kepercayaan atau agania yang kabupdalam bentuk peraturan daerah
aten maupun peraturan desa.
hidup dalam masyarakat dan dapat menjadi
wahana dalam penyelesaian konflik, antara Mekanisme Penyelesaian Konflik
lain: upacara larung sesaji Yang bertujuan Nelayan Baik Horisontal maupun
adanya harmonisasi hubungan antara Vertikal di Pantai Puger Kabupaten
Jember
manusia dengan alam/penghuni alam
(penguasa alam ghaib), tahlilan sebagai Mekanisme penyelesaian konflik
wahana menjalin kerukunan. Norma vertikal masih belum banyak dilakukan di
Kesusilaan merupakan manifestasi bisikan Puger sehingga sifatnya laten dan berpotensi
hati sanubari yang diakui dan diinsyafi oleh menirnbullcan konflik yang lebih lugs. Hal ini
semua orang sebagai pedoman sikap dan dikarenakan posisi yang tidak setara antara
perbuatan sehari-hari. Norma kesusilaan nelayan dengan pemerintah atau aparat
Yang masih dipegang teguh masyarakat penegak hukum. Mekanismepenyelesaian
nelayan Puger, antara lain : budaya malu, di konflik bare muncul ketika konflik sudah
manifest, misalnya ketika nelayan

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol 3 No. 2, Tahun 2013


I 65
Aan Eko Widiarto, - Mekanisme Penyelesaian Konflik Nelayan
Setiawan Nurdayasakti, (Studi di Pantai Puger Kabupaten Jember)
Faizin Sulistio

berdemonstrasi untuk memprotes Dalam konteks ini sebenarnya


pembangunan TPI dan pemecah gelombang penyelesaian konflik yang dilakukan oleh
yang kurang efisien serta ada indikasi nelayan Puger tergolong dalam teknik
korupsi. Dalam konflik konflik yang manifest pembiaran. Kelemahannya adalah masalah
ini fungsi mediator dijalankan oleh DPRD. akan semakin banyak menumpuk yang
Sedangkan untuk konflik yang laten belum akhimya akan menimbulkan masalah yang
ada pihak yang berinisiasi untuk lebih besar dantidak terkendali. Mekanisme
menyelesaikannya sehingga masih penyelesaian konflik apabila dikaitkan
terpendam di antara para pihak. dengan macam konflik dapat diuraikan
dalam tabel berikut:
Tabel 2
Mekanisme Penyelesaian Konflik Nelayan di Pantai Puger Kabupaten Jember

Jenis Konflik Mekanisme Penyelesaian


N
1 Nelayan tidak masuk TPI sehingga tidak -Pemkab menarik retribusi berdasarkan perkiraan saja
membayar retribusi di TPI serta menjual -TPI dijalankan dengan konsisten terutama penyediaan dana
ikan sembarangan modal TPI yang harus ditopang APBD
2 Perebutan daerah tangkap Beralih profesi ke pertanian
3 Nelayan dengan Pengambek/tengkulak Dibentuk koperasi atau lembaga keuangan lain yang berorientasi
pada pemberdayaan ekonomi nelayan dan tidak bersifat rente
4 Pengambek dengan Tengkulak Luar Optimalisasi TPI sehingga antar pedagang bisa bersaing bebas
dalam membeli ikan dalam proses pelelangan.
Nelayan tidak mau membayar retribusi -Penegakan hukum yang konsisten dalam menanggulangi
5
kerusakan lingkungan taut.
-Penyuluhan soal bahaya Born Ikan dan kelestarian lingkungan.
6 Antar nelayan terkait perusakan laut -Penegakan hukum yang konsisten dalam menanggulangi
kerusakan lingkungan laut.
- Penyuluhan soal bahaya Born Ikan dan kelestarian lingkungan.
7 Nelayan dengan aparat terkait perusakan Penegakan hukum yang konsisten dalam menanggulangi
laut kerusakan lingkungan laut.
8 Nelayan dengan Pemkab. Terkait tidak Transparansi hasil retribusi dan pemanfaatannya.
transparannya basil retribusi
9 Salah paham antar nelayan ketika di laut Pertemuan antar nelayan difasilitasi oleh POLAIR dengan
sehingga menimbulkan percekcokan dan membuat surat pernyataan di atas kertas bermateri untuk sating
pengerusakan memaafkan dan tidak balas dendam.
Antar nelayan terkait rumpon - Musyarawarah untuk membuat rumpon tradisional secara urunan
10
sehingga menjadi milik kelompok (15 perahu-I6jt).
Musyawarah untuk menyepakati bahwa rumpon bantuan adalah
sebagai rumpon bersama sehingga semua nelayanan boleh
mengaksesnya.
11 Nelayan Sekoci/pancing degan Nelayan sekoci tidak mau bayar retribusi selama tiga bulan.
Pemerintah Nelayan Sekoci berangapan bahwa rumpon yang ada bukan
bantuan pemerintah tapi mereka buat sendiri dengan biaya 30
juta.
12 Antar nelayan terkait alat tangkap Musyawarah dengan difasilitasi Camat, kades, kamla dan Danramil
dengan adanya fakta bahwa alamlah kuncinya karena karena
fenomena alam suatu saat nelayan skoci tidak dapat ikan justru
jensi ikan tertentu masuk ke tepi pantai. Dalam musyawarah
juga diyakinkan bahwa rumpon hanya disenangi ikan tuna.
13 Ketidakpercayaan terhadap pemerintah - Seharusnya pemerintah lebih berperan dalam menemukan solusi
agar pembelian ikan tidak diakuasai pengambek.
- KUD difungsikan sehingga ada alternatif untuk jual ikan ke
selain pengambek.
Somber: Data Primer diolah

66 I Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 3 No. 2, Tabun 2013


Mekanisme Penyelesaian Konflik Nelayan - Aan Eko Widiarto,
(Studi di Pantai Puger Kabupaten Jember) Setiawan Nurdayasakti,
Faizin Sulistio

Kelebihan dan Kelemahan Mekanisme nelayan Puger tergolong dalam teknik


Penyelesaian Konflik Nelayan Baik pembiaran. Kelemahannya adalah masalah
Horisontal Maupun Vertikal di Pantai akan semakin banyak menumpuk yang
Puger Kabupaten Jember
akhirnya akan menimbulkan masalah yang
Penyelesaian konflik secara lebih besar dan tidak terkendali.
musyawarah antar nelayan, kelebihannya
adalah efektifkarena dapat melancarkan Kesimpulan dan Saran
komunikasi antar nelayan dan biayanya pun Dari uraian di atas dapat ditarik
murah. Dalam mekanismepenyelesaianini kesimpulan, pertama, konflik yang terjadi
nelayan akan terbiasa bersikap dewasa di masyarakat nelayan Puger berbentuk
dalam menghadapi masalah mereka tanpa horisontal dan vertikal dengan sifat konflik
adanya ketergantungan pada pihak lain. berupa konflik laten dan manifest. Kedua,
Namun demikian kelemahannya adalah mekanisme penyelesaian konflik di
apabila ditemukan kebuntuan dalam masyarakat nelayan Puger sangat
menemukan masalah maka cenderung ciipengaruhi oleh norma-norma sosial yang
tercipta suasana yang tidak terkendali dalam hidup di dalamnya yakni norma agama/
forum musyawarah tersebut yang mengarah kepercayaan dan kesusilaan. Norma yang
pada perbuatan destruktif. Penyelesaian berasal dari kepercayaan atau agama
konflik dengan cara beralih profesi, yang hidup dalam masyarakat. Ketiga,
kelebihannya adalah munculnya aktivitas macam norma tersebut berasal dari
ekonomi alternatif sehingga tidak terjadi keyakinan/kepercayaan masyarakat
perebutan sumberdaya laut secara tajam. Puger maupun norma kesusilaan yang
Namun demikian apabila hal ini dilakukan hidup dalam masyarakat setempat.
terus menerus maka akan menciptakan Berdasarkan hasil penelitian ini maka
instabilitas ekonomi dengan terping- dapat disarankan sebagai berikut: pertama,
girkannya matapencaharian nelayan berikut aparat penegak hukum perlu harus
pranata sosialnya. Penyelesaian konflik konsisten dalam menegakkan hukum
secara mediasi, kelebihannya adalah adanya terutama terkait dengan pelarangan cara-
pihak netral yang bebas kepentingan untuk cara mencari ikan secara merusak
mernediasi konflik sehingga lebih mudah menggunakan born, strum, kompresor dan
terpecahkan. Namun demikian apabila lainnya. Dengan demikian tidak ada
dilakukan terus menerus akan menga- perlakuan diskriminatif dan dapat men-
kibatkan sifat hubungan yang patronase. cegah keresahan nelayan lain serta
Dalam konteks konflik vertikal sebenamya menghindari kerusakan lingkungan laut
penyelesaian konflik yang dilakukan oleh yang akhirnya juga berakibat ganda
berupa kerusakan alam dan perebutan

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 3 No. 2, Tahun 2013 I 67


Aan Eko Widiarto, - Mekanisme Penyelesaian Konflik Nelayan
Setiawan Nurdayasakti, (Studi di Pantai Puger Kabupaten Jember)
Faizin Sulistio
DAFTAR PUSTAKA
sumber daya. Kedua, Pemerintah daerah
Agus Salim, 2002. Perubahan Sosial: Sketsa,
perlu memberdayakan lembaga-lembaga Teori dan Refleksi Metodologi Kasus In-
keuanganuntuk menghindari ketergantungan donesia, Tiara Wacana, Yogyakarta
nelayan pada pengamba'/juragan. Salah Alo Liliweri, 2005. Prasangka dan Konflik, LkiS,
Yogyakarta
satunya adalah fungsi Koperasi Unit Desa
Ari Wahyono, dkk, 2001. Pemberdayaan
dengan demikianadalembaga altematifbagi Masyarakat Nelayan, Media Presindo,
Yogyakarta
nelayan untuk meminjam uang clan
Budiyana, dkk, 2003. Organisasi Berbasis
memasarkan hasil tangkapannya. Dengan Masyarakat, INCIS, Jakarta
demikian akan meminimalisir konflik laten Chris Mitchell dalam Simon Fisher, dkk, 2001,
yang terjadi antara nelayan dengan Mengelola Konflik: Keterampilan dan
Strategi untuk Bertindak, The British
pengamba' . Ketiga, Pemerintah daerah Council, Grafika Desa Putra, Jakarta
perlu mengoptimalkan fungsi TPI dengan Dean G Pruitt dan Jeffrey ZR, 2004. Teori Konflik
Sosial, Pustaka Pelajar Yogyakarta
demikian semua hasil laut dapat dilelang
Gunawan Widjaja dan Alunad Yani, 2000, Seri
dengan mekanisme yang waj ar dan adil. hukum Bisnis Hukum Arbitrase, PT Raja
Selain itu masalah pembayaran retribusi Grafindo Persada
akan dapat diatasi. Dengan demikian akan Ichsan Malik, dkk, 2003, Menyeimbangkan
Kekuatan, Yayasan Kemala, Jakarta
meminimalisir konflik antaranelayan dengan
Imamulhadi, 2002, Penyelesaian sengketa dalam
pemerintah daerah khususnya UPT TPI. perdagangan Secara Elektronik, artikel
dalam Cyberlaw; Suatu pengantar, ELIPS
Keempat, perlu dilakukan pelatihan- Project, Jakarta
pelatihan pemberdayaan nelayan khususnya Kusnadi, dkk, 2006. Perempuan Pesisir, LkiS
pelatihan resolusi konflik dan manajemen Yogyakarta
usaha sehingga nelayan lebih berdaya secara , 2006. Konflik Sosial Nelayan:
Kerniskinan dan Perebutan Sumber Daya
ekonomi maupun secara sosial dalam Perikanan, LkiS Yogyakarta
melakukan interaksinya. Kelima, perlu , 2007. Strategi Hidup Nelayan,
Lkis Yogyakarta
adanya jaringan telekomunikasi yang baik
Munir Fuady, 2000, Arbitrase Nasional Alternatif
sehingga nelayan yang melaut masih dapat Penyelesaian Sengketa bisnis, PT Citra
menggunakan telephon genggam. Hal ini Aditya Bakti, Bandung
penting agar tidak terjadi kesahpahaman di Nur Syam, 2007 .Madzab-madzhab Antropologi.
LKiS Yogyakarta
laut dan menghindari kecelakaan laut.
Rafael Edy Bosko, 2006. Hak-hak Masyarakat
Keenam, Pemerintah daerah harus adil Adat dalam Konteks Pengelolaan Sumber
Daya Alam, ELSAM, Jakarta
dalam pembagian bantuan pada nelayan
TO. Ihromi,1993, Beberapa Catalan mengenai
sehinggatidak menimbulkan kecemburuan Metode Kasus Sengketa yang Digunakan
sosial yang berdampak pada munculnya dalam Antropologi Hukum, Dalam
Antropologi Hukum Sebuah Bunga
konflik horisontal maupun vertical.
(RNB — NYS)

68 I Jurnal Hukum PRIOR'S, Vol . 3 No. 2, Tahun 2013


Mekanisme Penyelesaian Konflik Nelayan - Aan Eko Witharto,
(Studi di
Pantai Puger Kabupaten Jember)
Setiawan Nurdayasokti,
Rarnpai,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Foizin Sulistio
Makalah:
Topo Santoso dan Eva Achyani Zulfa, 2003,
Kriminologi, PT Raja Grafindo Persada, Bahrul Ulum, 2002,
Jakarta Pembangunan Pesisir dan
Potret Penyingkiran Nelayan Lokal:
Laporan Penelitian: Kasus Kelompok Nelayan faring Tara
Prigi
Aan Eko Widiarto, 2004,
Perlindungan Hukum
Hak Guna Wilayah Pesisir dan Laut I Nyoman Nurjaya, 2006,
Antropologi Hukum
Masyarakat Nelayan Tradisional Dalam Dalam Kajian Ilmu Hukum, Makalah
Konteks Desentralisasi Pengelolaan dipresentasikan dalam temu Kerja Dosen
Sumberdaya Lauf (Studi Kasus Pada Sosiologi Hukum,
Antropologi Hukum, dan
Masyarakat Nelayan "faring Tarik" di Hukum Adat Fakultas Hukum Se-Jawa
Pantai Prigi Kabupaten Trenggalek) Timur, 22-23 Pebruari 2006 di Program Pasca
Akhmad Ganefo dkk, sarjana Unibraw.
2006.Kepercayaan
masyarakat Pesisir Selatan Jawa Timur Sulistyowati Irianto, 2003,
Sejarah dan
terhadap Lout (Studi kasus Upacara Perkembangan pemikiran Pluralisme
Larung Sesaji di Puger dan Watu Ulo Hukum dan Konsekuensi Metodologinya,
Jember), Penelitian Dosen Muda Univ. Makalah disampaikan dalam Pelatihan
Jember, tidak dipublikasikan Pluralisme Hukum
yang diselenggarakan
ArifS dan Edy Wahyudi, 2006. oleh HuMa, 28-30 Agustus 2003
Dampak Kenaikan
Harga Bahan Bakal- Minyak (BBM) 2004, Arti Penting
Terhadap Tingkat Pendapatan Nelayan Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam
Puget: kurikulum Fakultas Hukum, Makalah
Penelitian tidak dipublikasikan , Univ.
Jember
disampaikan pada Seminar Peranan Ilrnu-
Bahrul Ulum, 2002, ilmu sosial dalam Kurikulum Fakultas
Sketsa Eksistensi an Hukum,
Reststensi Komunitas Nelayan Tradisio yang diselenggaralcan oleh fakultas
nal: Hukum VI, 4 Agustus 2004
Kasus Hak Ulayat Laut Kelompok Nelay
Daring Tarlc " an Rachmad Syafaat, 2000
u un Sentosa" Prigi Pok k p ok k•
o Patran
Kecamatan Watulimo, Kabupaten Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Trenggalek, Berbasis pada Kearifan Lokal: Studi
Fakultas Perikanan Unibraw
Rachmad Syafaat, dkk, 2003, Kasus Nelayan faring Tarik/Seret Prigi
Analisis Kebijakan Trenggalek
dan Strategi Adaptasi Nelayan dalam
Penyelenggaraan Jaminan Sosial Hari , lmplik asi
Tua: Studi Kasus Komunitas Nelayan Perubahan Paradigma Pengelolaan
atas
faring tarik Pantai Teluk Prigi Kecamatan Sumberdaya Pesisir dan Lautan dari
Watulimo Kabupaten Trenggalek, Negara ke Masyarakat Nelayan Lokal
Hukum Unibraw Faku]tas
Gatot Sugeng Purwono, 2005. Kfiping Koran:
Strategi Bertahan
Hidup Nelayan Terhadap Perubahan Sinar Harapan,
Kondisi Daerah Penangkapan Ikan Di Sejumlah Nelayan Puger
Selat Madura, Makan Nasi Aking, 24 April
Disertasi tidak
dipublikasikan , Pasca sarjana UGM Antara News,
Tim Gabungan Polairud
Puger Temukan 14 Bom 24/08/07
Kompas,
Nelayan Puger Protes Proyek
Pendaratan Ikan, 31 Mei 2002

Jurnal Hukum PRIOR1S, Vol . 3 No. 2, Tahun 20/3 I


69

Anda mungkin juga menyukai