ABSTRAK
PENDAHULUAN
baik horisontal maupun vertikal di Pantai untuk menghadirkan perubahan baik yang
Puger Kabupaten Jember? bersifatkonstruktifmaupun destruktif.
Eksistensi masyarakat nelayan Dalam kajian kriminologi, terdapat
Puger yang selama ini hidup dan teori penyimpangan budaya yang
berkembang sejak zaman kolonialisme berpotensi menimbulkan konflik. Teori ini
memiliki mekanisme internal yang dikenal dengan nama teori konflik budaya.
merupakan kearifan lokal (adat) dalam Dalam teori ini setiap kelompok memiliki
menyelesaikan konflik. Sistem kearifan conduct norm (norma-norma yang
lokal tersebut dikaji atau dianalisis mengatm kehidupan di suatukomunitas dalam
sehingga dapat diangkat sebagai model kehidupan sehari-hari) dengan tujuan
mekanisme penyelesaian konflik bagi mendefinisikan perbuatan yang pantas dan
daerah-daerah yang lain. tidak pantas. Menurut Thorsten Sellin,
Menurut Chris Mitchell, konflik conduct norm suatu kelompok mungkin
adalah hubungan antara duapihak atau lebih saja berbeda dengan conduct norm
(individu atau kelompok) yang memiliki, kelompok yang lain. Sehingga seorang
atau yang merasa memiliki sasaran- individu yang mengikuti conduct norm
sasaran yang berbeda (Fisher; 2001:4). kelompoknya mungkin saja dipandang
Konflik tidak terhindarkan dan sering melakukan kejahatan apabila norma-norma
bersifat kreatifserta terjadi dari tingkatmikro, kelompoknya bertentangan dengan norma-
antar pribadi hingga kelompok, organisasi norma dari masyarakat dominan.
masyarakat, dan negara dalam semua Pertentangan norma antar kelompok ini
bentuk hubungan manusia - sosial, kemudian menghasilkan konflik primer dan
ekonomi, dan kekuasaan - mengalami konflik sekunder. Konflikprimer terjadi ketika
pertumbuhan dan perubahan. Konflik norma-norma dan dua budaya bertentangan
timbul karena ketidakseimbangan antara Pertentangan terjadi dalam area budaya
hubungan-hubungan itu, contohnya: berbeda yang berdekatan dan terdapat
kesenjangan status sosial, kurang meratanya perluasan budaya yang mencakup wilayah
kemakmuran dan akses yang tidak budaya yang lain atau apabila anggota-
seimbang terhadap sumber daya, serta anggota dan satu kelompok berpindah
kekuasaan yang tidak seimbang sehingga kebudayaan yang lain.
memunculkan masalah diskriminasi,
pengangguran, kemiskinan, penindasan, Metode
dan kejahatan. Masing-masing tingkat Agar tujuan penelitian dapat dicapai
tersebut saliang berkaitan dan membentuk maka jenis penelitian yang digunakan adalah
sebuah rantai yang memiliki potensi kekuatan penelitian Antropologi Hukum. Penelitian
Antropologi hukum dilakukan untuk selalu ada sebagai pertanda bahwa terjadi
mengkaj i bekerjanya pranata atau norma- kehidupan sosial yang sehat dan dinamis.
norma sosial yang selama ini berlaku di Pranata sosial yang hidup di nelayan Puger
masyarakat nelayan pantai Puger. Metode sangat erat hubungannya mekanisme
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyelesaian konflik (resolusi konflik)
gabungan clari metode deskriptif dan metode sehingga sampai dengan saat ini
sengketa. Metode deskriptif digunakan keharmonisan sosial masih tetap terjaga di
untuk menggambarkan dan memaparkan Puger.
secara nyata bekerjanya hukum dalam Macam-Macam dan Faktor Penyebab
masyarakat (living law) (Nurjaya; 2006) . Konflik Nelayan yang Terjadi Baik
Sedangkan metode sengketa digunakan Horisontal Maupun Vertikal di Pantai
untuk mengeksplorasi konflik yang teij adi, Puger Kabupaten Jember
faktor-faktor yang menyebab dan norma-
Konflik yang terjadi di masyarakat
norma yang digunakan dalam
nelayan Puger berbentuk horisontal dan
penyelesaiannya. Sedangkan lokasi
vertikal. Konflik horisontal terjadi akibat
penelitian ini difokuskan pada wilayah
hubungan pertentangan antar nelayan
pantai Puger Kabupaten Jember. Daerah
dengan nelayan yang memiliki, atau merasa
ini sengaja dipilih sebagai daerah
memiliki, sasaran--sasaran tertentu namun
penelitian karena termasuk salah satu
diliputi pemikiran, perasaan, atau perbuatan
pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Timur
yang tidak sejalan. Sifat konflik horisontal
dengan populasi nelayan yang sangat
berupa konflik laten dan manifest. Konflik
majemuk dari berbagai daerah di
yang bersifat laten masih belum tampak
nusantara. Selain itu daerah pantai ini juga
dipermukaan karena masih berupa benih-
termasuk dalam daerah pengembangan
benih yang suatu saat dapat muncul
JLS (Jalur Lintas Selatan) sehingga proyek
kepermukaan sedangkan konflik yang
pembangunan jalan itu pun mempunyai
bersifat manifest adalah konflik yang sudah
dampalc/pengaruh terhadap kehidupan
nyata terjadi di masyarakat nelayan. Sifat
nelayan.
konflik menentukan mekanisme penyele-
Hasil dan Pembahasan saiannya. Beberapa konflik yang bersifat
Masyarakat nelayan Puger yang telah laten yang terjadi antara lain: konflik antar
hidup bertahun-tahun menjalani kehidupan nelayan dalam perebutan sumberdaya laut,
di pantai dan laut memiliki pranata-pranata konflik antara nelayan dan pengamba'
sosial untuk mengatur masyarakat dan akibat jeratan hutang, konflik antara
hubungannya dengan masyarakat lainnya. pengamba' dengan pedagang luar puger,
Dalam konteks kehidupan sosial, konflik
Konflik antar Nelayan Terkait Perusakan bersifat laten dan konflik yang bersifat
Laut. manifest. Beberapa konflik yang bersifat
Sedangkan beberapa konflik laten antara lain: konflik antara nelayan
horisontal yang bersifat manifest antara lain: dengan pengelola TPI, konflik antara
konflik antar nelayan terkait rumpon nelayan dengan aparat, konflik nelayan
bantuan, konflik antar nelayan akibat Sekoci dengan Pemerintah, konflik nelayan
kesalah-pahaman di laut, konflik antar dengan Pemerintah atau aparat, konflik
nelayan akibat kecelakaan di laut, konflik vertikal yang bersifat manifest yaitu konflik
antar nelayan terkait penggunaan alat yang terkait dengan Pembangunan pusat
tangkap. Mekanisme penyelesaian konflik pendaratan ikan (PPI) dan break water
horisontal yang bersifat manifest pada (pemecah gelombang) di Puger, Kabupaten
umumnya adalah dengan meng-gunakan Jember. Sekitar 300 nelayan berbondong-
teknik mediasi. Nelayan Puger yang menjadi bondong mendatangi DPRD Jember dan
para pihak dengan dimediasi oleh POLAIR menuntut agar pimpinan proyek
atau Koramil atau Perangkat Desa atau pembangunan PPI Puger diusut karena
anggota DPRD melakukan perundingan dicurigai telah terjadi penyimpangan pada
(musya-warah) dalam rangkamemecahkan pelaksanaan proyek tersebut. Selain itu
konflik yang terjadi. nelayan protes karena pembangunan
Sedangkan konflik vertikal nelayan tersebut tidak menyelesaikan masalah
yang terjadi di Pantai Puger juga dapat kecelakaan di laut. Secara lebih jelas
dibedakan dalam dua sifat yaitu konflik yang macam-macam konflik dapat diuraikan
dalam tabel berikut:
Tabel 1
Macam-Macam dan Faktor Penyebab Konflik Nelayan di Pantai Puger
Kabupaten Jember
N Jenis Konflik Penyebab
1. Nelayan tidak masuk TPI sehingga tidak - Akses masuk ke TPI sulit
membayar retribusi di TPI serta menjual ikan - TPI kurang berfungsi karena dominasi pengambek
sembarangan sebagai pembeli ikan tanpa melalui TPI
2. Perebutan daerah tangkap Paceklik berkepanjangan
3. Nelayan dengan Pengambek/tengkulak Dominasi tengkulak/pengambek yang menyebabkan
ketergantungan ekonomi nelayan (jeratan utang) dan
tidak bisa masuknya pedagang luar untuk bersaing secara
sehat menyebabkan rendahnya harga ikan.
4. Pengambek dengan Tengkulak Luar Pedagang luar tidak bisa secara bebas membeli hasil taut
karena harus membeli melalui pedagang lokal.
5. Nelayan tidak mau membayar retribusi Tidak adanya tindakan aparat yang berwenang atas
pengeboman ikan yang dilakukan sebagian nelayan
sehingga retribusi tidak mau dibayar.
6. Antar nelayan terkait perusakan laut Digunakannya alat tangkap born dan kompresor dalam
mencari ikan sehingga merusak alam laut
7. Nelayan dengan aparat terkait perusakan taut Nelayan menganggap aparat tidak serius menangani
perusak taut karena banyaknya perusak laut (kompresor,
born, pencari ikan hias dengan obat, dll) yang tidak
diproses