Anda di halaman 1dari 6

Teknis Pengoperasian Gillnet Tuna………di Perairan Samudera Hundia Selatan Jawa (Salim A & E.

Rahmat)

TEKNIS PENGOPERASIAN GILLNET TUNA DENGAN ALAT BANTU RUMPON


DAN CAHAYA DI PERAIRAN SAMUDRA HINDIA SELATAN JAWA
Agus Salim dan Enjah Rahmat
Balai Penelitian Perikanan Laut
Teregistrasi I tanggal: 07 Januari 2013; Diterima setelah perbaikan tanggal: 23 Maret 2013;
Disetujui terbit tanggal: 20 Mei 2013

PENDAHULUAN berbasis rumpon dan cahaya. Saat ini setidaknya


terdapat 36 buah kapal dan 6 buah rumpon sebagai
Sumber daya perikanan merupakan kekeyaan sarana penangkapan tuna yang beroperasi di selatan
alam yang menjadi sumber mata pencaharian utama Gunung Kidul Yogyakarta. Kapal yang digunakan
bagi nelayan, dan juga sebagai sumber penghasilan berkapasitas antara 10-15 GT dengan tenaga
bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan sebelum, penggerak mesin 30 PK. Alat tangkap yang digunakan
selama dan sesudah penangkapan. umumnya terdiri dari beberapa jenis pancing tangan
atau pancing ulur dan jaring gillnet.
Potensi ikan pelagis besar yang terdapat di
perairan toritorial maupun ZEE Indonesia yaitu Total Produksi ikan di PPP Sadeng pada tahun
sebesar 178.368 ton per tahun dan cakalang 294.975 2009 mencapai 958.991 kg, produksi ikan tuna dan
ton per tahun (Purwito Martosubroto et al, 1991). cakalang sebesar 816.064 kg. Kapal motor penangkap
ikan tuna dan cakalang selama satu tahun tercatat
Rumpon sebagai alat bantu penangkapan sebanyak 767 kali pelayaran (trip) atau rata-rata
berfungsi untuk mengumpulkan ikan sehingga lebih sebesar 1.063 kg/trip.
memudahkan penangkapannya. Penggunaan
teknologi rumpon yang tepat dapat meningkatkan Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui
hasil tangkapan, menghemat bahan bakar, dan effisiensi teknis pengoperasian alat tangkap, laju
menghemat umpan. Menurut Atapattu (1991), tujuan tangkap serta panjang cagak hasil tangkapangillnet
utama penggunaan rumpon adalah untuk denagan alat bantu rompon yang dipadu dengan
meningkatkan laju tangkap dan pengurangan biaya cahaya.
produksi, mengurangi waktu untuk mencari
gerombolan ikan sehingga mengurangi biaya operasi POKOK BAHASAN
kapal serta meningkatkan efisiensi penangkapan
karena bertambahnya waktu yang tersedia untuk Bahan dan Metode
operasi penangkapan. Menurut Naamin dan Chai
Chong (1987) mengungkapkan bahwa pada awal Penelitian dilakukan dengan cara mengidentifikasi
penggunaan rumpon laut dalam di Sorong (1986/1987) armada penangkapan dan alat tangkapa gillnet tuna
dapat meningkatkan hasil tangkapan total 105%, hasil di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng, melalui
tangkapan per stuan upaya 142%, meningkatkan pengukuran panjang, lebar, dan dalam kapal, ukuran
pendapatan pemilik rumpon sebesar 367%, dan panjang dan mata jaring alat tangkap. Informasi
mengurangi pemakaian bahan bakar minyak 50%. tentang kisaran jumlah ABK dan mesin penggerak
kapal diperoleh melalui wawancara dengan nahkoda
Menurut Ayodhyoa(1981), peristiwa berkumpulnya dan pengurus kapal. Data dan informasi lainnya,
ikan dibawah sumber cahaya disebabkan ikan seperti alat bantu, daerah penangkapan, cara
mempunyai sifat fototaksis positif atau ikan tidak penangkapan, dan hasil tangkapan diperoleh melalui
secara langsung tertarik dengan cahaya melainkan observasi dengan mengikuti kegiatan nelayan.
ada makanan yang dapat dimangsa. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010.

Akhir-akhir ini di perairan Samudra Hindia telah Hasil dan Bahasan


berkembang penggunaan rumpon laut dalam yang
dipadu dengan cahaya untuk penangkapan ikan tuna, 1. Karakteristik Kapal
cakalang dan tongkol yang berbasis Pelabuan Ratu,
Gunung Kidul Yogyakarta, Prigi, Malang, dan daerah- Armada penangkap ikan di PPP Sadeng sebagian
daerah lain. besar didominasi oleh kapal-kapal bantuan dari
pemerintah. Kapal yang digunakan adalah kapal kayu
Pada tahun 2005 di Pelabuhan Perikanan Pantai dengan panjang antara 14m-20m, lebar 2,5m-3,5m,
Sadeng mulai berkembang penangkapan tuna dan dalam antara 1,2m-1,70m, dengan mesin

9
BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : 9-13

penggerak inboard 2 unit merk Yanmar/Jiangdong 30 3. Alat Bantu Penangkapan


PK. ABK berjumlah 4-6 orang. Profil armada kapal
gillnet dengan basis di PPP Sadeng disajikan pada Rumpon
Gambar 1.
Rumpon yang dioperasikan di perairan selatan
Deaerah Istimewa Yogyakarta tergolong rumpon
modern karena bahan-bahan yang digunakan terbuat
dari hasil indstri seperti serat sitetis dan ban bekas
kendaraan bermotor untuk material tali jangkar, besi
beton cor semen untuk jangkar, dan ponton untuk
pengapung. Atraktan sebagian ada yang
menggunaakan bahan plstik, namun umumnya masih
menggunakan bahan dari daun kelapa. Rumpon ini
tergolong rumpon laut dalam karena dipasang pada
jarak antara 30-60 mil dari pantai pada kedalaman
perairan 500-1300 m.(Gambar 3). Rumpon laut dalam
dipasang pada perairan dengan kedalaman lebih dari
Gambar 1. Kapal gillnet penangkap ikan tuna di PPP
200 meter tetapi umumnya dipasang pada kedalaman
Sadeng lebih dari 1000 meter.(Nasution, et al, 1986).

2. Karakteristik Alat Tangkap

Alat tangkap yang dipergunakan adalah gillnet


dengan lebar mata 4"- 5", benang d/12-d/21. Panjang
terpasang 150 m.(3 pis) dan tinggi 35-60 m.(400-6000
mata). Pelampung menggunakan jeligen 30 L.
sejumlah 3 buah pada setiap pisnya dan dipasang
menggantung dengan tali sepanjang 3 m agar ketika
dioperasikan jaring tidak terkena baling-baling kapal.
Pemberat dengan saran, ditambah dengan pemberat
batu 1 kg, sejumlah 3 buah pada disetiap
pisnya.(Gambar. 2). Kapal gillnet juga membawa alat
tangkap lain yaitu pancing ulur. Pancing ulur
digunakan pada siang hari atau pada malam hari
apabila gillnet kurang menguntungkan.

Gambar 3. Rumpon yang dioperasikan di Samudra


Hindia

Cahaya
Gambar 2. Gillnet yang dioperasikan di Samudra
Hindia Selatan Jawa Mesin untuk menggerakkan dinamo berkekuatan
16 PK, sedangkan dinamo berkekuatan 5 KW dan
menghasilkan intensitas cahaya sekitar 4000 watt.
Lampu yang dipergunakan adalah jenis lampu mercuri
4-7 buah dengan intensitas cahaya 500-1000 watt.

10
Teknis Pengoperasian Gillnet Tuna………di Perairan Samudera Hundia Selatan Jawa (Salim A & E. Rahmat)

4. Daerah Penangkapan Hindia, sejauh 30-60 mil dari pantai Sadeng disajikan
pada Gambar 4. Posisi, tanggal, waktu, dan hasil
Daerah penangkapan kapal tuna yang berbasis di tangkatan Gillnet disajikan pada tabel 1.
PPP Sadeng dan beroperasi di perairan Samudera

Gambar 4. Daerah penangkapan(Fissing Ground) kapal tuna yang berbasis di PPP Sadeng

Tabel 1. Operasional Kapal Gillnet Tuna Sampel pada Bulan Juli 2010 di Perairan Samudra Hindia Selatan
Jawa

DAERAH PENANGKAPAN KM. AKSELERASI 02


ALAT TOTAL
NO TANGGAL POSISI TANGKAP JAM WAKTU JUMLAH
TANGKAPAN
MULAI SELESAI TANGKAP (EKOR)
2 jam 5
1 2-Jul-10 S 08.41.358 gillnet 19.2 22.25 menit 43
E 110.25.719

1 jam 15
2 4-Jul-10 S 08.41.358 gillnet 19.15 20.3 menit 131
3 E 110.25.719 gillnet 21.3 22 30 menit 13

4 5-Jul-10 S 08.47.104 gillnet 19.3 20.15 45 menit 12


E 110.16.811

6 6-Jul-10 S 08.47.104 gillnet 19 20 1 jam 18


7 E 110.16.811 gillnet 21.22 21.46 24 menit 82
1 jam 6
8 gillnet 21.22 22.16 menit 57

9 7-Jul-10 S 08.47.104 gillnet 19 20 1 jam 6


1 jam 7
10 E 110.16.811 gillnet 3.3 4.37 menit 44
Total Hasil
Tangkapan 406

11
BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : 9-13

Berikut ini adalah posisi-posisi rumpon milik


pemerintah, pemerintahdan swadaya masyarakat dan Dari posisi terakhir setting jaring, kapal bergerak
milik BPPI yang tersebar di perairan selatan DIY yang menjauhi jaring. Kapal terus bergerak dengan
diambil dari rekaman GPS milik nelayan di PPP kecepatan antara 2-3 knot kearah jaring memotong
Sadeng-Gunung Kidul: tengah-tengah antara dua buah pelampung tada. Pada
saat akan posisi kapal mendekati jaring, kecepatan
S.08o 35' 128" E.110o 23' 243"; S.08o 32' 543" E.110o kapal ditambah sampai 4 knot. Kalau masih banyak
31' 125"; S.08o 38' 147" E.110o 18' 689" terdapat ikan yang mengikuti kapal atau cahaya lampu,
S.08o 55' 279" E.110o 25' 576"; S.08o 27' 317" E.110o kapal kemudian diarahkan kembali kea rah jaring. Ini
19' 110"; S.08o 42' 119" E.110o 26' 314" dalakukan hingga 3-4 kali tergantung kondisi
gerombolan ikannya, baru kemudian jaring diangkat
5. Penawuran Jaring (haulling) untuk dimbil hasil tangkapannya.

Sebelum penawuran jaring, posisi kapal sudah Dalam pengoperasian jaring ini justru bila jumlah
diikatkan pada pronton. Setelah matahari tenggelam gerombolan ikan terlalu banyak, maka jurumudi akan
atau malam hari dan lampu-lampu obor dinyalakan mengarahkan ikan bukan memotong/menabrak
seperti pada kapal pukat incin. Lampu yang tengah-tengah antara dua buah pelampung tanda
digunakan berjumlah 4-7 buah dengan intensitas tetapi kapal hanya melawati di bagian pinggir
cahaya 4000-5000 watt. Setelah tampak gerombolan jaring.(Gambar 5.). Hal ini bertujuan bila jumlah ikan
ikan dibawah cahaya lampu, kapal kemudian bergerak yang tertangkap lebih banyak dari kekuatan
menjauh dari rumpon. Setelah terlihat gerombolan pelampung menahannya maka jaring akan hanyut
ikan mengikuti pergerakan kapal dan cahaya lampu, atau hilang. Pada saat hauling kapal sambil jalan 1
menjauh dari rumpon, kemudian dilakukan persiapan knot tetapi kadang-kadang posisi mesin netral juga.
penawuran jaring. Setelah kapal mendekat di pelampung penanda
pertama, tiangnya diangkat ke kapal. Setelah itu ABK
Posisi kapal saat setting jaring adalah memotong bersama-sama menarik jaring dan langsung disusun
arus dengan arah angin yang searah. Pelampung lagi seperti semula. Ikan yang terkena jaring sambil
tanda pertama dengan lampu di atasnya diturunkan dilepas dan untuk sementara ditampung di tempat
terlebih dulu kemudian mengikuti berturut-turut penampung ikan sementara di dalam geladak
pemberat dan pelampung pada jaring. Yang terakhir belakang.
pelampung tanda kedua dengan lampu diatasnya juga
diturunkan kelaut.

Gambar 4. Pengoperasian jaring gillnet

6. Hasil Tangkapan Di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa”. Pada


bulan Jini-Juli 2010 telah melakukan observasi dengan
Balai Riset Perikanan Laut pada Tahun Anggaran mengikuti operasional kapal nelayan gillnet yang
2010-2011 mengadakan penelitian di perairan dilengkapi dengan alat tangkap pancing ulur di
Samudra Hindia dengan judul RPTP “Karakteristis perairan selatan Gunung Kidul Yogyakarta yang
Perikanan Tuna Usaha Skala Kecil Berbasis Rumpon berbasis di Pantai Sadeng. Dari hasil pelayaran

12
Teknis Pengoperasian Gillnet Tuna………di Perairan Samudera Hundia Selatan Jawa (Salim A & E. Rahmat)

selama 1 trip selama 7 hari(5 hari operasi) diperoleh Samudera Hindia Selatan Jawa. Kegiatan ini dibiayai
total hasil tangkapan sebanyak 406 ekor dengan bobot dengan dana APBN tahun anggaran 2010. Penulis
total 243 kg yang terdiri dari ikan cakalang 47,09 %, mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.
madidihang 37,48%), tongkol 9,00% dan lain-lain Mahisworo Msi. sebagai penanggung jawab kegiatan
6,43%. yang telah melibatkan penulis dalam kegiatan ini. Dan
ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada
Hasil tangkapan ini tergolong rendah (hanya para Peneliti dan Teknisi yang telah membantu dalam
16,44%) bila dibandingkan dengan hasil tangkapan penulisan ini.
pancing ulur selama pelayaran yaitu sebanyak 1.253
kg. Hal ini disebabkan karena gerombolan ikan yang DAFTAR PUSTAKA
ada disekitar rumpon, hanya sebagian kecil yang
tertarik untuk mengikuti cahaya lampu yang ada di Atapattu, AR., 1991. The Experience of Fish
kapal dan disamping faktor cuaca seperti angin, arus Aggaregating Devices (FADs) for Fisheries
dan gelombang yang sangat mempengaruhi tampilan
jaring didalam air sehingga sangat mempengaruhi Martosubroto, P., Nurzali Naamin dan Ben B. Abdul
hasil tangkapan. Malik. 1991. Potensi Dan Penyebaran Sumber
Daya Ikan Laut Di Perairan Indonesia. Ditjenkan,
KESIMPULAN Puslitbangkan Oseanologi.

1. Pengoperasian gillnet tuna dengan menggunakan Naamin, N. dan Chai Chong Kee, 1987. Technological
dua alat bantu cukup efektif dan effisien karena and Economic Aspects of FAD – Based.
waktu yang digunakan untuk sekali tawur hanya
memerlukan rata-rata 1 jam, dan dari segi alat Nasution, Ch., Merta dan R. Arifudin Penelitian
tangkap hanya memerlukan panjang jaring 150 m. Rompong dan Asapek-aspeknya di Peraairan
2. Penggunaan dua alat bantu penangkapan pada Mamuju dalam Rangka Pengembangan Perikanan
gillnet tuna merupakan terobosan bagi nelayan Tuna di Sulawesi-Selatan. Jurnal Penelitian
untuk meningkatkan hasil tangkapan. Perikanan Laut No. 37 tahun 1986.
3. Hasil tangkapan per trip(5 hari operasi) sebanyak
406 ekor atau rata-rata 81 ekor per hari. Resources Enchancement and Management in
4. Komposisi hasil tangkapan didomonasi oleh jenis Srilangka. Presented at the Symposium on Artifical
ikan tuna(47,09%), tuna(37,48%) dan Reefs and Fish Aggregating Devices as Tool fir
tongkol(9,00%). the Management and Enchancement of Marine
5. Panjang cagak rata-rata ikan cakalang 33,00 cm, Fisheries Resources, Colombo, Srilangka 14-17
tuna 35,15 cm dan tongkol 26,58 cm May. IPFC p. 16-40.

PERSANTUNAN Skipjack and Tuna Fishing in Indonesia. Paper


Presented at the fourth International conference
Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan on artifical habitat for Fisheries, November 2-6,
penelitian yang berjudul Karakteristik Perikanan Tuna 1987. Miami, Frorida, USA.
Usaha Skala Kecil Berbasis Rumpon Di Perairan

13
BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 :

14

Anda mungkin juga menyukai