Anda di halaman 1dari 39

TUGAS METODE ILMIAH

PROPOSAL SKRIPSI

“FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN ELASTISITAS YANG


MEMPENGARUHI PENAWARAN KOMODITI PERIKANAN BANDENG
(Chanos Chanos) DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA”

OLEH:

GIAN IBRAHIM
I1D119018

JURUSAN AGROBISNIS PERIKANAN

FAKULTS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
TUGAS METODE ILMIAH

PROPOSAL SKRIPSI

“FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN ELASTISITAS YANG


MEMPENGARUHI PENAWARAN KOMODITI PERIKANAN BANDENG
(Chanos Chanos) DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA”

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Metode Ilmiah

OLEH:

GIAN IBRAHIM
I1D119018

JURUSAN AGROBISNIS PERIKANAN

FAKULTS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Proposal Lengkap Metode Ilmiah

Laporan Lengkap : Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada


Mata Kuliah Metode Ilmiah

Nama : Gian Ibrahim

Stambuk : I1D119018

Jurusan : Agrobisnis Perikanan

Fakultas : Perikanan dan Ilmu

Kelautan Proposal

Lengkap ini
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

Dr. Ir., Utama Kurnia Pangerang, M. Si


NIP. 19650520 198902 1 002

Mengetahui,
Koordinator Dosen Mata Kuliah
Metode Ilmiah

Prof. Ma’ruf Kasim, S.Pi., M.Si., Ph. D


NIP. 19700926 199903 1 002

Kendari, November 2022


Tanggal Pengesahan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas izin-Nya, Kami

dapat menyelesaikan Proposal Lengkap Metode Ilmiah ini. Proposal ini disusun sebagai

salah satu syarat kelulusan pada Mata Kuliah Metode Ilmiah.

Saya menyadari bahwa terwujudnya Proposal Lengkap ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini Kami menyampaikan terimah

kasih kepada Koordinator Dosen mata Kuliah Metode Ilmiah. Saya menyadari bahwa

masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan pengetahuan yang Kami miliki. Oleh karena itu, segala koreksi dan

saran kearah perbaikan sangat Kami harapkan guna penyempurnaan Proposal Lengkap

Metode Ilmiah ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

memberikan bantuan kepada Kami dan semoga Propsal Lengkap ini dapat memberikan

manfaat sebagimana yang diharapkan.

Kendari, 28 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
a. Klasifikasi Ikan Bandeng
b. Penawaran
c. Teori Cob-web
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran
e. Pendekatan Dalamm Penawaran
f. Elastisitas Penawaran
B. Peneliti Terdahulu
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
D. Hipotesis
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Jenis dan Sumber Data
C. Tekhnik Pengumpulan Data
D. Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Morfologi ikan bandeng (Chanos-chanos)


2. Grafik Kasus Cob Web III
3. Alur Kerangka Berpikir Penawaran Ikan Bandeng Di Provinsi
Sulawesi Tenggara
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki wilayah pesisir dan lautan yang begitu besar, dan

menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar pada umumnya, hal ini

disebabkan wilayah pesisir dan laut memiliki berbagai sumber daya alam serta

jasa lingkungan yang bisa dijadikan sumber penghidupan. Perikanan merupakan

salah satu usaha manusia untuk mencapai kesejahteraan dengan cara mengelola

atau memanfaatkan sumberdaya ikan dan biota lainnya yang bernilai ekonomis

( Dafina, 2013).

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki perairan (laut) yang sangat luas.

Luas perairan Sulawesi Tenggara diperkirakan mencapai 110.000 km². Perairan

tersebut, sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan

pengembangan wisata bahari, karena selain memiliki bermacam-macam jenis ikan

dan berbagai varietas biota, juga memiliki panorama laut yang sangat indah.

Berbagai spesies ikan yang banyak ditangkap nelayan dari perairan laut Sulawesi

Tenggara adalah: Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dan masih banyak

lagi jenis ikan yang lain. Di samping ikan, juga terdapat hasil laut lainnya seperti:

Teripang, Agar-agar, Japing-japing (kerang mutiara), Kerang Lola (Trochus

niloticus), Mutiara dan sebagainya (Rismutia & Muhadjir, 2015).

Sektor perikanan tangkap merupakan salah satu 1heore ekonomi yang

berperan penting dalam perekonomian di Indonesia. Selain menjadi sumber

pendapatan penduduk, 1heore perikanan tangkap menjadi andalan bagi

masyarakat pesisir sebagai sumber mata pencaharian. Kondisi keanekaragaman

1
pada 2heore perikanan tangkap masih didominasi oleh kelompok nelayan kecil

atau nelayan tradisional (Asiati & Nawati, 2016).

Industrialisasi perikanan tangkap merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari industrialisasi kelautan dan perikanan. Industrialisasi perikanan

tangkap merupakan upaya terintegrasi dari seluruh stakeholder untuk

meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing. Pembangunan diikuti

pengembangan sistem produksi yang modern dan terintegrasi di tingkat hulu,

dapat memasok kebutuhan ikan sekaligus memasok bahan baku produksi produk

olahan perikanan untuk dipasarkan di pasar 2heorem2 dan internasional (Dafina,

2013).

Sektor perikanan berpeluang untuk menopang program nasional

ketahanan pangan, terutama dalam hal pencukupan kebutuhan protein. Ikan

merupakan sumber pangan yang memiliki kandungan protein hewani tinggi dan

menyumbang sebesar 55% dalam penyediaan protein di Indonesia (Food and

Agriculture Organization, 1993 dalam James, 1998). Bukti empiris

memperlihatkan adanya indikasi yang sangat kuat terjadinya peningkatan

konsumsi ikan, seiring dengan peningkatan tingkat konsumsi ikan dari tahun ke

tahun. Trend peningkatan konsumsi ikan tahun 2011 – 2015 menunjukkan rata-

rata pertumbuhan sebesar 6,27% dengan rata-rata konsumsi ikan sebesar 36,12

kg/kap/tahun (KKP, 2016). Wahyuni (2007) menegaskan bahwa ikan dengan

segala keunggulan gizi yang dimiliki dapat dijadikan sebagai sumber pangan masa

depan yang mempunyai banyak manfaat untuk pertumbuhan.

Ikan sebagai sumber pangan memiliki kandungan gizi yang sangat baik

misalnya protein sebagai sumber pertumbuhan, asam lemak omega 3 dan 6 yang
bermanfaat bagi kesehatan ibu dan pembentukan otak janin, vitamin, serta

berbagai mineral yang sangat bermanfaat bagi ibu dan janin. Nilai biologisnya

mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga lebih mudah dicerna

(Siti Hajar Suryawati, et. all, 2016).

Usaha budidaya perikanan darat memiliki prospek ekonomi yang sangat

cerah karena sampai sekarang kebutuhan akan ikan, baik yang berupa segar

maupun olahan, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen. Budidaya

perikanan darat dapat dilakukan dengan memanfaatkan wilayah sepanjang pesisir

pantai yang merupakan nilai lebih perairan Indonesia dan biasanya dikenal dengan

nama tambak. Salah satu jenis ikan yang memiliki potensi untuk dibudidayakan di

tambak adalah ikan bandeng.

Usaha perikanan budidaya memiliki prospek ekonomi yang sangat cerah

karena sampai sekarang kebutuhan akan ikan, baik yang berupa segar maupun

olahan, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen. Usaha perikanan budidaya

terdiri dari dua yakni budidaya perikanan laut dan darat. Budidaya perikanan darat

dapat dilakukan dengan memanfaatkan wilayah sepanjang pesisir pantai yang

merupakan nilai lebih perairan dan biasanya dikenal dengan nama tambak. Salah

satu jenis ikan yang memiliki potensi untuk dibudidayakan di tambak adalah ikan

bandeng.

Peningkatan konsumsi khususnya konsumsi ikan bandeng di Sulawesi

Tenggara, harus diimbangi dengan produksi ikan bandeng. Jumlah produksi

secara tidak langsung akan mendorong peningkatan permintaan ikan di Sulawesi

Tenggara. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan jumlah produksi khususya

ikan bandeng baik melalui perikanan hasil budidaya maupun perikanan hasil
tangkapan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan yang terus meningkat,

maka produksi ikan khususnya ikan bandeng perlu ditingkatkan setiap tahunnya.

Keadaan tersebut yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan bandeng di Sulawesi

Tenggara dan elastisitas penawaran ikan bandeng sebagai akibat adanya

perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka

dapat ditarik rumusan masalah yaitu:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran ikan bandeng di

Sulawesi Tenggara ?
2. di
Faktor apakah yang paling mempengaruhi penawaran ikan bandeng

Sulawesi Tenggara?

3. Bagaimanakah tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran ikan bandeng di

Sulawesi Tenggara ?

C. Tujuan Penelitan

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan

bandeng di Sulawesi Tenggara.

2. Untuk mengkaji faktor yang paling mempengaruhi penawaran ikan bandeng

di Sulawesi Tenggara.

3. Untuk mengkaji tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran ikan bandeng di

Sulawesi Tenggara.
D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan bagi berbagai pihak :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan berkaitan dengan sekitar penelitian serta merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.

2. Bagi pembudidaya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang

dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan produksi

ikan bandeng di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

3. Bagi Pemerintah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, hasil penelitian

ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan

dalam menyusun kebijakan terutama terkait dengan produksi ikan bandeng.

4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi, pengetahuan, dan referensi dalam penyusunan penelitian

selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Klasifikasi Ikan Bandeng

Ikan bandeng merupakan jenis ikan pelagis biasa mencari makan di

permukaan, makanan ikan bandeng antara lain rumput,cacing dan plangton (Aziz,

et all., 2013). Menurut Sudrajat (2008) klasifikasi ikan bandeng sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Class : Teleostomi
Ordo : Perciformes
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos

Gambar 1.Morfologi ikan bandeng (chanos.c)


Sumber :google image,2020

Ikan bandeng adalah ikan yang sering dijumpai di Indonesia. Ikan bandeng

sering dibudidayakan oleh orang Indonesia. Di Asia Tenggara, bandeng (Chanos-

chanos) adalah ikan yang popular dikonsumsi. Ikan bandeng merupakan spesies

satu-satunya yang masih ada dalam familia Chanidae (bersama enam genus

tambahan dilaporkan pernah ada namuns udah punah). Bahasa Bugis dan Makasar

dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish (Novianto,2011).
Ikan bandeng merupakan jenis ikan mampu hidup di air tawar, payau,laut

selama pertumbuhanya. Ikan bandeng yang sudah dewasa akan kembali kelaut

untuk berkembang biak. (Aziz, etal. 2013).

Ikan memiliki karakteristik berbadan langsing, sirip bercabang serta lincah

di air, memiliki sisik seperti kaca dan berdaging putih. Ikan bandeng memiliki

keunikan, yaitu mulutnya tidak bergigi dan makanannya adalah tumbuh-tumbuhan

dasar laut. Panjang usus bandeng 9 kali panjang badannya (Murtidjo, 1989dalam

Novianto, 2011).

Ikan bandeng hidup diperairan pantai, muara sungai,hamparan hutan

bakau, lagon, daerah genangan pasang surut dan sungai. Ikan bandeng dewasa

biasanya berada diperairan littoral (Novianto, 2011). Pemijahan secara alami

berlangsung dalam kelompok kecil tersebar di sekitar pantai dengan karakteristik

habitat perairan jernih, dasar perairan berpasir dan berkarang dengan kedalaman

antara10-30 m (Muslim, 2004).

2. Penawaran

Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang

ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapabanyak

produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per periodepada berbagai

kemungkinan tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan (7heore paribus).

Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya secara

langsung berhubungan dengan harganya, hallain diasumsikan konstan

(McEachern, 2001).

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskantentang sifat

hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para
penjual. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga

suatu barang, semakin banyak jumlah barangakan ditawarkan oleh para penjual.

Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang yang

ditawarkan (Sukirno, 2003).

Ada dua 8heorem yang menyebabkan produsen menawarkan baranglebih

banyak pada tingkat harga yang lebih tinggi. Pertama, jika harga naik dan faktor

lain konstan, maka produsen akan menawarkan barang dalam jumlah lebih

banyak. Harga menjadi sinyal bagi produsen yang sudah ada maupun yang

potensial mengenai imbalan atas produksi suatu barang. Kedua, harga barang

yang lebih tinggi akan meningkatkan kemampuan produsen menghasilkan barang.

The law of increasingopportunity cost, menyatakan bahwa opportunity cost atas

produksi suatu barang akan semakin meningkat sejalan dengan semakin

banyaknya barang yang diproduksi. Mengingat produsen menghadapi marginal

cost yang semakin besar atas setiap tambahan unit output, maka mereka harus

menerima harga output yang lebih tinggi agar mampu memproduksi lebih banyak

(McEachern, 2012).

Konsep dasar dari fungsi penawaran untuk suatu produk, dapat dinyatakan

dalam bentuk hubungan antara kuantitas yang ditawarkan kuantitas penawaran)

dan sekumpulan 8heorem8 spesifik yang mempengaruhi penawaran dari produk X

itu. Dalam bentuk model matematik, konseppenawaran suatu produk X,

dinotasikan sebagai berikut:

Qx = f (Px, Pi, Pr, T, Pe, N,O)


dimana:

Qx : kuantitas penawaran produk X

Px : harga dari produk X yang ditawarkan

P : harga dari input yang digunakan untuk memproduksi produk X

Pi : harga dari produk lain (bukan X) yang berkaitan dalam produksi

T : tingkat teknologi yang tersedia

Pre : ekspektasi produsen berkaitan dengan harga produk X yang ditawarkan itu
di masa mendatang

Nf : banyaknya perusahaan yang memproduksi produk sejenis yang ditawarkan

O : faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan penawaran terhadap


produk X tersebut (Gaspersz, 2011).

3. Teori Cob Web

Model formal yang sangat sederhana untuk menjelaskan adanya respon

kelambanan terhadap terjadinya perubahan-perubahan dalam hargamaupun

9heorem9-variabel lain adalah model Cob Web. Dalam model inidiasumsikan

adanya kaitan antara jumlah yang diproduksi dipengaruhi oleh harga yang

diharapkan. Harga yang tinggi akan mendorong produsen untuk meningkatkan

produksi dan penawaran. Jumlah penawaran yang besar akan menyebabkan harga

turun (jatuh), selanjutnya harga rendah diikuti penawaran yang rendah dan

seterusnya. Dengan demikian 9heorem CobWeb adalah:

a. Terdapat selang waktu (time lag) antara keputusan untuk berproduksi dengan

kenyataan produksi yang terjadi (panen)

b. Produsen mendasari keputusannya pada harga sekarang atau pengalaman

harga yang baru saja dihadapi. Maka produksi sekarang karena selang waktu

(time lag) akan dipengaruhi harga masa lalu.


c. Harga yang terjadi sekarang ditentukan oleh besarnya penawaran yang ada

dari hasil produksi sekarang (Sudiyono, 2002).

Cob Web theorem dipergunakan untuk mengetahui bagaimana

keseimbangan pasar pada barang produksi pertanian, sebagaimana diketahui

barang pertanian mengalami kelambanan waktu (time lag) untuk menyesuaikan

diri dengan permintaan pasar. Hubungan antara fluktuasi harga dan produksi

pertanian merupakan kasus yang penting dan banyak diteliti para ahli ekonomi.

Teori Cob Web pada dasarnya menerangkan siklus harga dan produksi yang naik

turun pada jangka waktu tertentu.Kasus Cob Web dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap, dimana

elastisitas permintaan sama dengan elastisitas penawaran.

2. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangnan, dimana elastisitas

permintaan lebih besar daripada elastisitas penawaran.

3. Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu berfluktuasi dengan

jarak yang makin membesar, dimana elastisitas permintaan lebih kecil

daripada elastisitas penawaran.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2. Grafik Kasus Cob Web III


Pada kasus I pada Gambar.3, harga keseimbangan adalah Rp. 30,00 dan

jumlah keseimbangan juga 30. Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya

penyakit, jumlah yang ditawarkan ke pasar menjadi 20 dan mengakibatkan harga

naik menjadi Rp. 40,00. Pada harga ini produsenmulai menambah produksi dan

setelah lampau periode produksi jumlah produksi yang lebih banyak (40) yang

sampai ke pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp. 20,00. Harga yang

jatuh ini mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus

berputar lagi.

Kasus II, harga keseimbangan adalah Rp. 30,00 dan jumlah keseimbangan

30. Namun setelah dalam periode I harga naik menjadi Rp. 40,00 maka produksi

diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I,melainkan hanya sebesar 35. Ini

mengakibatkan harga turun tetapi juga tidak sebesar penurunan dalam kasus I (Rp.

25,00). Penurunan harga ini menyebabkan produksi semakin kecil (27,5) lagi,

demikian seterusnya.Perbedaan penting kasus I dan II adalah kurang elastisnya

kurva penawaran pada kasus II. Ini menyebabkan siklus menjurus ke harga

keseimbangan lama (Rp.30,00).

Ada kasus III, kurva penawaran elastis sekali sehingga pertambahan

produksi sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan

siklus menjadi menjurus ke arah eksplosi. Atau dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama dengan

angka elastisitas penawaran, menyatu (convergen) bila lebih besar dan meledak

(explode) bila lebih kecil.

Asumsi yang dipakai dalam Cob Web theorem adalah:

a. Adanya persaingan sempurna dimana penawaran semata-mata ditentukan


oleh reaksi produsen perseorangan terhadap harga. Hargaini oleh setiap
produsen dianggap tidak ada perubahan dan produsen juga menganggap
jumlah produksinya tidak akan memberikan pengaruh yang berarti terhadap
pasar.
b. Periode produksi memerlukan waktu tertentu, sehingga penawaran tidak
dapat secara langsung bereaksi terhadap harga tetapi diperlukan jangka waktu
tertentu.
c. Harga ditentukan oleh jumlah barang yang datang ke pasar dan harga itu tepat
bereaksi terhadapnya.
Walaupun ketiga kasus Cob Web ini mungkin sukar ditemukan dalam

praktek namun perilaku dan reaksi petani pada umumnya termasuk diIndonesia.

Kalau harga naik maka petani menjadi terlalu optimis dan petani diseluruh desa

serentak menanam komoditas tersebut dengan harapan harga akan terus-menerus

naik. Namun, pada saat panen yang serentak ternyata harga jatuh, semua rugi dan

tidak ada lagi petani yang menanam komoditas tersebut musim berikutnya. Dan

ini mengakibatkan harga naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena jumlah

yang ditawarkan ke pasar sedikit (Mubyarto, 1995).

Teori Cob Web paling sesuai dalam hal barang yang tak dapat disimpan.

Gelombang produksi sejenis Cob Web juga dipengaruhi lamanya periode

produksi. Jenis barang yang memerlukan suatu periode produksi yang pendek,

dimana produsen dengan cepat keluar dan masuk produksi biasanya mengalami

gelombang produksi dan harga yang lebih tinggi daripada jenis barang yang

mempunyai periode produksi yang panjang (Bishop dan Toussaint, 1979).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran

Perubahan pada penawaran bisa terjadi karena adanya pengaruh dari

beberapa faktor, diantaranya adalah teknologi, harga input, harga produksi

komoditas lain, jumlah produksi, dan harapan produsen.


a. Teknologi

Bila tejadi perubahan atau peningkatan pada teknologi dalamproses

produksi maka akan terjadi perubahan pada produksi yangcenderung meningkat

pula. Penggunaan teknologi baru tersebut tentu menuntut perubahan pada biaya

produksi yang relatif lebih tinggi. Disamping itu, beban resiko dan ketidakpastian

juga relatif lebih tinggi karena memerlukan ketrampilan khusus. Bila produksi

meningkat karena perubahan teknologi berarti penawaranpun meningkat.

b. Harga input

Harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya input yang dipakai.

Bila harga faktor produksi turun, maka petani cenderung akan membelinya pada

jumlah yang relatif lebih besar. Dengan demikian,penggunaan faktor produksi

yang biasanya dalam jumlah yang terbatas maka dengan adanya penggunaan

faktor produksi (akibat dari turunnya harga faktor produksi), maka produksi akan

meningkat dan sebaliknya.

c. Harga produksi komoditas lain

d. Jumlah produsen

e. Harapan produsen terhadap harga produksi di masa datang

Sering petani berspekulasi mengenai perkembangan harga dipasaran. Bisa

dilakukan berdasarkan pengalaman, bisa juga karenadorongan atau terpengaruh

dari petani lain, atau karena pemberitaanatau pengarahan. Bila petani beranggapan

(optimis) harga cabai akan naik maka ia akan menanam cabai, bila beranggapan

harga jagungyang akan naik maka ia akan menanam jagung. Ramalan petani dan

pilihan yang diambil akan mempengaruhi luas tanam yang akan berpengaruh pada

produksi dan penawaran komoditas tersebut (Daniel, 2002).


Sedangkan menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), penawaran hasil

pertanian bersumber dari produksi, kelebihan stock tahun yang laludan impor.

Dalam kaitannya dengan produksi, perubahan produksi perikanan dipengaruhi

oleh perubahan harga, kondisi cuaca,kesempatanmengalihkan usaha kepada usaha

alternatif yang lain, kemungkinankenaikan permintaan, banyaknya penggunaan

produk alternatif yangharganya lebih mantap, dan subsidi dan dorongan

pemerintah. Adanyaperubahan produksi perikanan juga dapat terjadi karena

perubahan dalamareal (penangkapan dan pemeliharaan) dan perubahan dalam

hasil rata-rataper unit luas (yiels).

5. Pendekatan dalam Penawaran

Menurut Ghatak dan Ingersent (1984), respon penawaran dalam pertanian

secara umum adalah variasi hasil dan areal tanam yang disebabkan oleh variasi

harga. Bentuk respon penawaran secara sederhana dirumuskan sebagai berikut:

Qt = f (Pt-1, At, Wt, U)...(1)t

Keterangan:

Qtt : jumlah produksi yang ditawarkan pada tahun/periode t

P : harga komoditi tahun sebelumnya

At-1 : luas areal tanam pada tahun t

Wt : keadaan alam

Utt : variabel pengganggu

6. Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran merupakan perbandingan antara persentase

perubahan jumlah barang yang ditawarkan terhadap persentase perubahanharga,


dengan pengertian dan anggapan bahwa harga merupakan satusatunya factor

penyebab dan factor lain dianggap tetap(Mubyarto,1994).

Dengan notasi sh , elastisitas itu didefinisikan sebagai berikut:

Ns Presentase perubahan Yang jumlah perubahan

Presentase perubbahan hargaa

Kurva penawaran memiliki kemiringan (slope) yang positif.Kenaikan

jumlah harga menyebabkan kenaikan jumlah yang akan dijual.Kurva penawaran

mempunyai elasitisitas yang positif. Jika kurva penawarannya vertikal -jumlah

yang ditawarkan tidak akan berubah dengan adanya perubahan harga- elastisitas

penawarannya sama dengannol (Lipsey,2014).

Makin besar angka elastisitas, makin elastis kurva penawarannya.Artinya,

perubahan harga yang relatif kecil mengakibatkan perubahan jumlah yang

ditawarkan relatif besar. Elastisitas harga atas penawaran mengandung efek

substitusi dan efek pendapatan. Pada umumnya, elastisitas harga atas penawaran

hasil-hasil pertanian lebih rendah daripada elastisitas penawaran hasil-hasil

industri (Daniel, 2002).

Apabila nilai elastisitas penawaran lebih dari satu (Ep>1), makaelastisitas

penawaran jangka pendek terhadap variabel Xi dikatakan elastis.Artinya

persentase perubahan penawaran lebih besar daripada persentaseperubahan Xi.

Apabila nilai elastisitas penawaran lebih kecil dari satu (Ep<1),maka elastisitas

penawaran jangka pendek terhadap variabel Xi dikatakan inelastis. Artinya

persentase perubahan jumlah penawaran lebih kecil daripada persentase

perubahan variabel Xi (Bhishop dan Toussaint, 1979).


Elastisitas penawaran mempunyai sifat-sifat yang bersamaan dengan

elastisitas permintaan. Ada lima golongan elastisitas yaitu elastissempurna,

elastis, elastis unite inelastis, dan inelastis sempurna.

Elastis sempurna terjadi apabila para penjual bersedia menjual semua

barangnya pada harga tertentu. Inelastis sempurna (kurva penawaran

sejajar sumbu tegak) terjadi apabila penjual sama sekali tidak dapat menambah

penawarannya walaupun harga bertambah tinggi. Kurva penawaran

elastisitasnya uniter (S3) apabila kurva tersebut bermula dari titik nol. Kurva

penawaran adalah inelastis (S4) apabila perubahan harga menimbulkan

perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran. Kurva penawaran elastis (S5),

apabila perubahan harga menyebabkan perubahan yang relatif besar terhadap

penawaran.Dua faktor yang dianggap sebagai faktor yang sangat penting di

dalam menentukan elastisitas penawaran, yaitu sifat dari perubahan biaya

produksi dan jangka waktu dimana penawaran tersebut dianalisis.

a. Sifat perubahan biaya produksi


Penawaran akan bersifat inelastis apabila kenaikan penawaran hanya

dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Tetapi kalau

penawaran dapat ditambah dengan mengeluarkan biaya tambahan yang tidak

terlalu besar, penawaran akan bersifat elastis.

b. Jangka waktu

Didalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elastisitas penawaran,

biasanya dibedakan tiga jenis jangka waktu, yaitu masa amat singkat, jangka

pendek, dan jangka panjang (Sukirno, 2003).


B. Penelitian Terdahulu

Ismail (2020), dalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penawaran Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Yang Di Produksi Di

Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara “. Penelitian ini di laksanakan di Kota

Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan September sampai Oktober

2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend dan faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran ikan bandeng yang di produksi di Kota Kendari.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian menggunakan

data time series tahun 2002-2017 yang bersumber dari Dinas Kelautan dan

Perikanan Kota Kendari, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi

Tenggara, Badan Pusat Statistik Kota Kendari dan BadanPusat Statistik Provinsi

Sulawesi Tenggara. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskptif kulitatif dan analisis kuantitatif dengan rumus regresi linear

berganda. Hasil analisis bahwa penawaran ikan bandeng yang di produksi di Kota

Kendari menunjukan trend meningkat. Analisis regresi dinyatakan nilai F-hitung

16,289 (sig 0,000), nilai koefisien korealasi (R) sebesar 0,957, nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,916, nilai regresi dan signifikansi masing-masing

variabel dependen adalah luas areal budidaya pada tahun pembudidayaan sebesar

0,886 (sig 0,036 < 0,05), jumlah nener pada tahun pembudidayaan sebesar 0,656

(sig 0,003 < 0,05), harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya sebesar 1,110 (sig

0,045 < 0,05), rata-rata curah hujan pada tahun pembudidayaan sebesar 0,578 (sig

0,028 < 0,05), harga udang vaname pada tahun sebelumnyasebesar 0,162 (sig

0,780 < 0,05) dan harga pupuk urea pada tahun pembudidayaan -0,040 (sig >

0,852).
Nurjannah (2009) dalam penelitian berjudul “Analisis Prospek Budidaya

Tambak di Kabupaten Brebes”.Penelitian ini bertujuan (1) Mengkaji profil

budidaya tambak di Kabupaten Brebes.(2) Menganalisis prospek budidaya tambak

di Kabupaten Brebes berdasarkan komoditas budidaya dan teknologi budidaya.(3)

Menentukan strategi pengembangan budidaya tambak yang sesuai dengan potensi

dan daya dukung lingkungan pertambakan di Kabupaten Brebes. Penilitian ini

menggunakan alat analisis deskriptif dan analisi SWOT. Hasil penelitian ini

menyatakan (1) Usaha budidaya tambak di Kabupaten Brebes berada pada kondisi

yang relatif stabil dengan jumlah volume dan nilai produksi yang semakin

meningkat dengan komoditas andalan ikan bandeng (Chanos-chanos Forskal). (2)

Pengelolaan budidaya tambak di Kabupaten Brebes secara teknis pelaksanaan

budidaya dikembangan dengan teknologi budidaya sistem resirkulasi.

Susilo (2016) dalam penelitian berjudul “Analisis Ekonomi Usaha

Budidaya Tambak dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi”. Penelitian

ini bertujuan (1) untuk mengetahui apakah usaha pertambakan yang terdapat di

Desa Sepatin Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara menguntungkan

atau tidak. (2) juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

produksi pada usaha pertambakan di desa tersebut. Penelitian ini menggunakan

alat analisa pendekatan fungsi produksi Cobb Douglas. Hasil penelitian ini

menyatakan (1) Usaha budidaya udang di Desa Sepatin Kabupaten Kutai

Kartanegara menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dengan analisis rasio

keuntungan usaha yaitu RCR > 1. (2) Luas tambak, padat penebaran, jumlah

tenaga kerja dan lama usaha secara simultan berpengaruh terhadap produksi. Luas
tambak secara parsial sangat berbeda nyata terhadap produksi.. Jumlah tenaga

kerja secara parsial berbeda nyata terhadap produksi.

Wahyuni (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efisiensi

Dan Faktor-Faktor Produksi Komoditas Sektor Basis Kabupaten Pati (Studi

Kasus Budidaya Ikan Bandeng Kabupaten Pati , Jawa Tengah)“. Penelitian ini

bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi teknik pada pembudidaya ikan

bandeng dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng sebagai

komoditas sektor basis di Kabupaten Pati. Metode penelitian yang digunakan

adalah dengan analisis DEA (Data Envelopment Analysis) dengan asumsi output

oriented dan pendekatan Variable Return to Scale (VRS) untuk mengukur tingkat

efisiensi teknik pembudidaya bandeng. Selanjutnya dengan analisis regresi linear

berganda, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bandeng

di Kabupaten Pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi teknis

pembudidaya bandeng di Kabupaten Pati masih sangat rendah, rata-rata efisiensi

teknis adalah 7,41. Adapun sebanyak 55% atau sebanyak 44 pembudidaya dari 80

sampel pembudidaya masih berada di bawah rata-rata. Hasil analisis regresi

diperoleh bahwa penggunaan benih, luas lahan, dan jarak lokasi tambak dengan

laut mempunyai pengaruh yang sangat signifikan; Sedangkan penggunaan tenaga

kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi bandeng.

Septiyansyah (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Usaha

Budidaya Ikan Bandeng (Chanos-chanos) Di Desa Tanjung Pasir Kecamatan

Teluk Naga Kabupaten Tanggerang”. Perikanan merupakan salah satu sektor

perikanan yang mempunyai potensi dan berperan penting bagi perekonomian

Indonesia. Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten yang memiliki


potensi perikanan budidaya cukup besar. Hasil produksi budidaya yang paling

menonjol di Kabupaten Tangerang yaitu ikan bandeng. Jumlah produksi ikan

bandeng terus menurun dari tahun 2014 sampai tahun 2017 yang tersebar di 29

Kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Teluknaga, tepatnya berada di Desa

Tanjung Pasir. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui karakteristik

tentang usaha budidaya ikan bandeng di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk

Naga Tangerang-Banten. 2) Mengetahui ada tidaknya hubungan pengunaan faktor

produksi dengan jumlah bibit, luas lahan, pakan, obat terhadap total produksi di

Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Tangerang-Banten. 3) Menganalisis

keuntungan petambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Tangerang-

Banten. Pengambilan data dilakukan di tambak milik warga Kecamatan Teluk

Naga dengan panduan pengambilan data berupa kuesioner. Dengan metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linear berganda. Proses

pengumpulan data dilakukan dengan metode cluster random sampling dengan

panduan kuesioner, wawancara atau observasi. Penelitian ini menggunakan 4

metode yaitu Analisis regresi linear, Analisis uji F, Analisis uji t, Analisis

keuntungan.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Fungsi penawaran secara umum menspesifikan bagaimana kuantitas

produk yang ditawarkan berhubungan secara bersama dengan variabel harga

produk dan variabel-variabel penentu penawaran seperti : harga input yang

digunakan dalam proses produksi, harga dari produk lain yang berkaitan

dalam produksi, tingkat teknologi yang tersedia, ekspetaksi produsen terhadap

terhadap harga produk itu dimasa mendatang, banyaknya perusahaan yang


memproduksi produk sejenis, dan faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan

dengan penawaran produk itu. Dengan mengasumsikan bahwa pengaruh berbagai

variabel penentu penawaran itu konstan dalam suatu fungsi penawaran,

selanjutnya kurva penawaran diturunkan dari fungsi penawaran itu. Hukum

penawaran menyatakan bahwa kuantitas produk yang ditawarkan berhubungan

secara positif (searah) dengan harga dari produk itu, dengan asumsi bahwa semua

pengaruh dari variabel penentu penawaran dianggap konstan. Variabel-variabel

penentu penawaran sering juga disebut variabel yang mengubah fungsi

penawaran atau menggeser kurva penawaran, karena perubahan dari nilai

variabel-variabel penentu penawaran itu akan menentukan lokasi dimana

kurva penawaran itu berada.Konsep dasar dari fungsi penawaran untuk suatu

produk, dapat dinyatakan dalam bentuk hubungan antara kuantitas yang

ditawarkan (kuantitas penawaran) dan sekumpulan variabel spesifik yang

mempengaruhi penawaran dari produk X itu. Dalam bentuk model matematik,

konsep penawaran suatu produk X, dinotasikan sebagai berikut:

Qx = f (Px, Pi, Pr, T, Pe, Nf,O)


dimana:

Qx : kuantitas penawaran produk X

Px : harga dari produk X yang ditawarkan

Pi : harga dari input yang digunakan untuk memproduksi produk

XPr : harga dari produk lain (bukan X) yang berkaitan dalam


produksi

T : tingkat teknologi yang tersedia

Pe : ekspektasi produsen berkaitan dengan harga produk X yang


ditawarkan itu di masa mendatang

Nf : banyaknya perusahaan yang memproduksi produk sejenis yang


ditawarkan

O : faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan penawaran terhadap


produk X tersebut (Gaspersz, 2000).

Ada dua pendekatan untuk mengetahui besarnya penawaran suatu barang,

yaitu pendekatan langsung (jumlah produksi) dan pendekatan tidak langsung

(luas areal pembudidayaan). Analisis penawaran ikan bandeng di Kabupaten Pati

menggunakan pendekatan secara langsung pada jumlah produksi. Jumlah

produksi ikan bandeng hasil budidaya tambak pada tahun pembudidayaan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu harga ikan bandeng pada tahun

sebelumnya, jumlah produksi ikan bandeng pada tahunsebelumnya, luas

areal pembudidayaan pada tahun pembudidayaan, rata-rata curah hujan pada

tahun pembudidayaan, harga udang windu pada tahun sebelumnya dan harga

pupuk urea pada tahun pembudidayaan.

Untuk mengestimasi penawaran ikan bandeng di Kabupaten Pati

dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Secara

matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Qt = bo + b1 Pt-1 + b2 Qt-1 + b3 Rt + b4 At + b5 Pst-1 + b6 Pt+ E

Dimana:
Qt : Penawaran ikan bandeng pada tahun pembudidayaan yang diukur
dengan jumlah produksi ikan bandeng hasil budidaya tambak di Provinsi
Sulawesi Tenggara pada tahun pembudidayaan (kg).

Bo : Konstata
b1-6 : Koefisien regresi

Pt-1 : Harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya di Provinsi Sulawesi


Tenggara (Rp/kg).
Qt-1 : Jumlah produksi ikan bandeng pada tahun sebelumnya di Provinsi
Sulawesi Tenggara (kg).
Rt : Rata-rata curah hujan pada tahun pembudidayaan ikan bandeng di
Provinsi Sulawesi Tenggara (mm/th).
At : Luas areal pembudidayaan pada tahun pembudidayaan di Provinsi
Sulawesi Tenggara (ha).
Pst-1 : Harga udang windu pada tahun sebelumnya di Provinsi Sulawesi
Tenggara (Rp/kg).
Pt : Harga pupuk urea pada tahun pembudidayaan di Kab Provinsi
Sulawesi Tenggara (Rp/kg).

E : Error

Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya

Apabila harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya naik, maka penawaran

ikan bandeng akan naik, dan sebaliknya .

2. Jumlah produksi ikan bandeng pada tahun sebelumnya

Apabila jumlah produksi ikan bandeng pada tahun sebelumnya naik,

maka penawaran ikan bandeng akan turun, dan sebaliknya.

3. Luas areal pembudidayaan pada tahun pembudidayaan

Apabila luas areal pembudidayaan ikan bandeng pada tahun

pembudidayaan naik, maka produksi ikan bandeng pada tahun pembudidayaan

akan naik dan penawaran ikan bandeng pada tahun pembudidayaan juga akan

naik, dan sebaliknya.

4. Rata-rata curah hujan pada tahun pembudidayaan

Faktor curah hujan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ikan bandeng di


tambak. Curah hujan akan berpengaruh terhadap salinitas air laut yang

merupakan habitat bagi ikan bandeng.Walaupun ikan bandeng sangat toleran

terhadap perubahan salinitas (kadar garam), tetapi pertumbuhan optimal terjadi

pada rentang 10-30 ppt. Ikan bandeng termasuk hewan rheotaksi positif

(mentang arus) maka faktor iklim, terutama curah hujan, perlu diperhatikan

dalam kaitannya dengan osilasi pasang. Pada musim kemarau, salinitas tinggi

tidak terlampau mempengaruhi kelangsungan hidup ikan bandeng bila air dalam

tambak sering diganti. Namun demikian, pada saat salinitas tinggi (30-50 ppt)

pertumbuhan bandeng lebih lambat dan sangat peka terhadap stres yang

diakibatkan oleh rendahnya oksigen terlarut serta gangguan fisik saat sampling

dan panen. Untuk itu, sebaliknya dipilih lokasi yang tidak mengalami kemarau

panjang supaya salinitas dalam petak tambak tidak melampaui 35 ppt (Ahmad

dkk, 2000).

5. Harga udang windu pada tahun sebelumnya

Penentuan udang windu sebagai komoditas lain dalam penelitian ini

didasarkan pada kondisi dimana ikan bandeng dan udang membutuhkan tempat

budidaya dan iklim yang sama. Selain itu, terkadang petani juga

membudidayakan ikan bandeng dan udang windu secara bersama-sama.

Apabila harga udang windu naik, maka penawaran ikan bandeng

akan menurun, dan sebaliknya.

6. Harga pupuk urea pada tahun pembudidayaan

Pemupukan pada budidaya ikan bandeng ditujukan untuk meningkatkan

produksi ikan bandeng. Pupuk yang ditambahkan akan digunakan sebagai pakan

dasar rantai makanan dalam tambak. Ikan bandeng memanfaatkan fitoplankton


atau tanaman air yang tumbuh akibat pemupukan.Jenis pupuk yang digunakan

untuk usaha budidaya ikan sama dengan yang digunakan untuk usaha pertanian

lainnya. Pupuk yang diberikan ditujukan untuk memasok hara yang sangat

diperlukan seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Secara garis besar pupuk yang

digunakan dalam usaha budidaya ikan terbagi atas pupuk organik seperti hijauan,

pupuk kandang dan sisa rumah tangga, serta pupuk anorganik seperti urea, TSP,

KCl, dan NPK (Ahmad dkk, 2000)

Untuk mengestimasi besarnya perubahan penawaran sebagai akibat dari faktor-

faktor yang mempengaruhinya digunakan nilai elastisitas dari penawaran.

Elasisitas penawaran adalah persentase perubahan penawaran dalam menanggapi

persentase perubahan faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini,

elastisitas dibedakan mejadi dua yaitu:

1). Elastisitas Penawaran Jangka Pendek

X
Eps = bi Y

Keterangan :

Eps : elastisitas penawaran jangka pendek

bi : koefisien regresi variabel bebas ke – i

X : rata-rata dari variabel bebas ke – i

Y : rata-rata variabel tak bebas

2). Elastisitas Penawaran Jangka Panjang

Elastisitas penawaran jangka panjang diperoleh dengan membagi elastisitas

jangka pendek (Eps) dengan koefisien penyesuaian (0<δ<1) yang dirumuskan

secara matematik:
𝑬𝒑𝒔
𝑬𝒑𝒍 =
𝜹
Keterangan :

Epl : Elastisitas jangka panjang

Eps : Elastisitas jangka pendek

𝛿 : 1-bi, dimana bi adalah koefisien regredsi Q1-1 dimana nilai 𝜹 dalam

harga mutlak

Dengan kriteria :
Ep > 1: elastis, yang berarti setiap perubahan variabel bebas X sebesar 1 satuan
akan mengakibatkan perubahan penawaran ikan bandeng lebih besar dari 1 satuan.
Ep < 1: inelastis, yang berarti setiap perubahan variabel bebas X sebesar 1 satuan
akan mengakibatkan perubahan penawaran ikan bandeng kurang dari 1 satuan.
Adapun alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah :

Jangka
Penawaran Ikan Bandeng Panjang
Elastisitas Penawaran

Jangka
Pendek
Produksi Ikan Bandeng Di
Sulawesi Tenggara

Jumlah produksi ikan bandeng tahun sebelumnya Analisis regresi linear berganda
Harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya
Luas area pembudidayaan tahun sebelumnya
Rata-rata curah hujan tahun sebelumnya
Harga udang windu pada tahun sebelumnya
Harga pupuk pada tahun sebelumnya

Gambar 3. Alur Kerangka Berfikir Penawaran Ikan Bandeng di Provinsi Sulawesi


Tenggara
D. Hipotesis

1. Diduga bahwa variabel harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya,

jumlah produksi ikan bandeng pada tahun sebelumnya, rata-rata curah

hujan pada tahun pembudidayaan, luas areal pembudidayaan pada tahun

pembudidayaan, harga udang windu pada tahun sebelumnya dan harga

pupuk urea pada tahun pembudidayaan berpengaruh nyata terhadap

penawaran ikan bandeng di Provinsi Sulawesi Tengara baik secara

individu maupun bersama-sama.

2. Diduga variabel harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya adalah faktor

yang paling mempengaruhi penawaran ikan bandeng di Provinsi Sulawesi

Tengara.

3. Diduga bahwa variabel harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya,

jumlah produksi ikan bandeng pada tahun sebelumnya, rata-rata curah

hujan pada tahun pembudidayaan, luas areal pembudidayaan pada tahun

pembudidayaan, harga udang windu pada tahun sebelumnya dan harga

pupuk urea pada tahun pembudidayaan mempunyai elastisitas penawaran

yang inelastis.
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2022 Penelitian ini

dikaji di seluruh perairan yang ada di Sulawesi Tenggara. Penentuan daerah

penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive. Sulawesi Tenggara dipilih

sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa Sulawesi Tenggara

merupakan salah satu Provinsi penghasil ikan bandeng.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

runtun waktu (time series) selama 10 dari tahun 2012-2022 yang bersumber dari

penelitian sebelumnya yang dapat mendukung kajian penelitian, Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dan BPS (Badan Pusat Statistik)

Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang ada

di instansi/lembaga yang terkait dengan obyek penelitian.

2. Observasi

Teknik ini digunakan untuk melihat langsung kelapangan untuk mendapatkan

gambaran yang lebih luas mengenai obyek penelitian.

Data yang dikumpulkan terdiri dari sekunder yang diperoleh dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dan BPS (Badan Pusat

28
Statistik) Provinsi Sulawesi Tenggara serta instansi dan lembaga-lembaga yang

berkaitan dengan penelitian ini. Data-data tersebut meliputi :

1. Data jumlah produksi ikan bandeng adalah jumlah ikan bandeng yang

dihasilkan pada tahun pembudidayaan di Provinsi Sulawesi Tenggara,

dinyatakan dalam kg selama 10 tahun dari tahun 2012-2022.

2. Data luas areal budidaya adalah luas areal budidaya ikan bandeng pada tahun

pembudidayaan hasil budidaya tambak di Kota Kendari, dinyatakan dalam

satuan ha selama 10 tahun dari tahun 2012-2022.

3. Data jumlah nener adalah jumlah benur yang dihasilkan pada tahun

pembudidayaan di Kota Kendari, dinyatakan dalam kg selama 10 tahun dari

tahun 2012-2022.

4. Data harga ikan bandeng adalah rata-rata harga jual ikan bandeng pada tahun

sebelumnya ditingkat produsen atau harga relatif per kg, diukur dalam Rp/kg

selama 15 tahun dari tahun 2005-2019.

5. Data rata-rata curah hujan adalah rata-rata curah hujan ikan bandeng pada

tahun pembudidayaan di Kota Kendari, dinyatakan dalam satuan mm/th

selama 10 tahun dari tahun 2012-2022.

6. Data harga udang vaname adalah rata-rata harga udang vaname pada tahun

sebelumnya di Kota Kendari ditingkat produsen atau harga relatif per kg,

dinyatakan dalam Rp/kg selama 10 tahun dari tahun 2012-2022.

7. Data harga pupuk urea adalah rata-rata harga beli pupuk urea ditingkat

konsumen/petambak pada tahun sebelumnya di Kota Kendari, dinyatakan

dalam satuan Rp/kg selama 10 tahun dari tahun 2012-2022.


D. Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

Analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini terdiri dari analisis deskptif kualitatif, analisis regresi linear

berganda dan uji koefisien parsial dalam penelitian secara berurutan dapat

dilihat pada uraian di bawah ini:

1. Analisis Deskptif Kulitatif

Untuk mengetahui penawaran ikan bandeng yang produksi di Provinsi

Sulawesi Tenggara dilakukan analisis deskptif kualitatif dengan membuat grafik

yang menunjukkan gambar trend penawaran ikan bandeng yang produksi.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk memganalisis fakor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan

bandeng yang produksi di Provinsi Sulawesi Tenggara digunakan analisis

regresi linear berganda yang diolah menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Rumus

yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini yaitu :

Y = β0 . X1tβ1 . X2t β2 . X3t-1 β3 . X4t β4 . X5t-1 β4 . X6t-1 β6 . e

Untuk memudahkan dalam perhitungan, maka fungsi tersebut

dilinearkan dengan rumus persamaan matematis sebagai berikut:

Dimana :

Y : Penawaran ikan bandeng yang produksi di Kota Kendari (kg) β0

: Konstata

ln : Logaritma natural
β1X1t : Luas areal budidaya pada tahun pembudidayaan (Rp/kg) β2X2t

: Jumlah nener pada tahun pembudidayaan (kg)

β3X3t-1 : Harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

β4X4t : Rata-rata curah hujan pada tahun pembudidayaan (ha)

β5X5t-1 : Harga udang vaneme pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

β6X6t : Harga pupuk urea pada tahun pembudidayaan (Rp/kg)

e : Standar Error

3. Uji Koefisien Parsial

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang paling

mempengaruhi penawaran ikan bandeng yang produksi di Sulawesi Tenggara

dilakukan uji koefisien parsial. Nilai koefisien parsial menunjukkan variabel yang

paling berpengaruh terhadap penawaran ikan bandeng yang di produksi di

Provinsi Sulawesi Tenggara. Semakin besar nilai koefisen regresi parsial maka

semakin besar pengaruh variabel bebas tersebut terhadap penawaran ikan bandeng

yang di produksi.

Kriteria pengambilan keputusan :

 Jika t hitung > t tabel maka H0 di tolak ; H1 diterima

 Jika t hitung < t tabel maka H0 di terima ; H1 ditolak


DAFTAR PUSTKA

A.Ismail, N., et all. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ikan


Bandeng (Chanos-chanos) Yang Di Produksi Di Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan FPIK UHO. Vol 5 (3)
: 181-189
Dafina, H. 2013. Strategi Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan Di
Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland. Vol 17 (3) : 75-81
Dinas Perikanan Surakarta, 2000. Laporan Pelaksanaan Pembangunan Sub Sektor
Perikanan Kota Surakarta Tahun 1999/2000. Surakarta.

Gaspersz, Vincent. 2011. Ekonomi Manajerial : Pembuatan Keputusan Bisnis.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ghatak dan Kent Ingersent. 1984. Agriculture and Economics Development.


Weatshet LTD. Harvester Press Great Britain

Hanafiah dan Saefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta.
McEachern, 2001. Ekonomimetrika Dasar (diterjemahkan oleh Sumarno
Zain). Erlangga. Jakarta.

Mudjiman, Ahmad. 1991. Budidaya Bandeng di Tambak. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Rismutia, H & Muhadjir. 2015. Dukungan Aspek Produksi Daalam Strategi


Logistik Ikan Nasional (SLIN) Di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Jurnal
Sosek KP. Vol 10 (2) : 199-202

Septiansyah, R & Urip Rahmani. 2019. Analisis Usaha Budidaya Ikan Bandeng
(Chanos-chanos) Di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tanggerang. Jurnal Satya Minabahari. Vol 4(2) : 122-132.

Sitti, H. et all. 2016. Analisis Preferensi Konsumsi Ikan Menghadapi Natal 2015
Dan Tahun Baru 2016. Jurnal Kebijakan Sosek KP. Vol 6 (11) : 15-24

Sudarjab. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar-dasar Metode Teknik.


Penerbit Tarsito. Bandung.

Wahyuni, T. D., et all. 2019. Analisis Efisiensi Dan Faktor-Faktor Produksi


Komoditas Sektor Basis Kabupaten Pati (Studi Kasus Budidaya Ikan
Bandeng Kabupaten Pati , Jawa Tengah).

Anda mungkin juga menyukai