Anda di halaman 1dari 13

KERAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN WADUK

MULUR KABUPATEN SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh :
Vidia Wulandari
A420130099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

1
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PERSETUJUAK

KEKRERAAGGAAM.,AIAN.xJEJEN:NIS1SZZOOOOPPLLAANl'K'KTTOON
NDDIIPPEERRA.IIRRAANN WwADUKK MLL LUR
KKAB.\BUlPJPAATTEENKSSUl.KJ-
XOOHHAARRJJOOPPRROOV,ITNISSIIJJAAWWAA
TTEKG
GAH

PPUUBBLLIKIKAASS
IIILILMMIIAAHH

oolele
hh

VVIDIDIAIAWWUUL
LAANNDDAARRII
AA442200113
300009999

T e l ah d ip e r ik sa d a n d is e t
T el a h di p er i k sa d a n d is e tu
u ju i u n t u k d i u j i o l e h :
ju i u n t u k d i u j i o l e h :
D o se n P e
D o se n P e m
m b im b in g
b im b in g

Efri Roziaty. S.Si. M.Si


E fr i R o z ia t y ,
N IP : 19 7 9 0 4 2
S .S i, M . S i
4 2 00 5 01 2 0 04
NIP : 197904242005012004

i
HALAMANPENGESAHAN

KERAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN WADUJ( MULUR


KABUPATEN SUKOHARJO PROVINS! JAWA TENGAH

OLEH
VIDIA WULANDARI
A420130099

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muharnmadiyah Surakarta Pada
hari selasa, 06 Juni 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

I. Efri Roziaty, M.Si

(Ketua Dewan Penguji)


2. Ora. Suparti, M.Si ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dra. Hariyatmi, M.Si b'\�·-···l
(Anggota II Dewan Penguji)

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk rnernperoleh gelar kesarjanaan disuatu
pcrguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain. kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas.
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 16 Mei 2017

Penulis

VIDIA WLLANDARI
A420130099

iii
KERAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN WADUK
MULUR KABUPATEN SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

Abstrak

Penelitian tentang keragaman jenis zooplankton di Perairan Waduk Mulur


Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah telah dilaksanakan pada bulan Februari-Juni
2017. Tujuan penelitian ini adalah untuki mengetahui Keragaman jenis zooplankton di
perairan Waduk Mulur Kabupaten Sukoharjo . Penelitian bersifat explorative. Metode
yang digunakan adalah metode sampling dan menetapkan 3 stasiun yaitu stasiun A
(karamba ikan), Stasiun B (tempat memancing), dan stasiun C (Irigasi sawah ). Hasil
Keanekaragaman zooplankton ditemukan 24 spesies dari 7 filum utama yaitu Protozoa (5
spesies), Chaetognatha (1 spesies), Sarcomatigophora (5 spesies), Rotifera (7 spesies),
Ciliophora (3 spesies), Athropoda (2 spesies), dan Apicomplexa (1 spesies). Indeks
keanekaragaman (H’) berkisar antara -2,81 sampai -2,94 berarti komunitas biota tidak
stabil. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dibutuhkan perhatian khusus agar komunitas
zooplankton di Perairan Waduk Mulur Kabupaten Sukoharjo dapat distabilkan dengan
mengurangi pencemaran lingkungan.

Kata kunci : Keanekaragaman, Protozoa, Waduk Mulur, Zooplankton.

Abstract

The Research is about diversity of zooplankton species in Mulur Storage


Reservoir Waters in Sukoharjo of Central Java. It has been implemented on March until
April 2017. The purpose of this study is to determine the diversity of zooplankton
species. This Research was using quantitative explorative research. The method is used a
purposive sampling and establish 3 stations, such as Station A (fishing cages), Station B
(fishing area), and Station C (field irrigation). The result of Zooplankton diversity found
24 species of 7 main phylum, it names Protozoa (5 species), Chaetognatha (1 species),
Sarcomatigophora (5 species), Rotifera (7 species), Ciliophora (3 species), Athropoda (2
species), and Apicomplexa (1 species). Index diversity (H’) ranges from -2.81 to -2.81, it
means an unstable biota community. The result indicates that Mulur Storage Reservoir
Waters in Sukoharjo of Central Java needs more attention in order to the zooplankton
community can be stable by reducing environment pollution.

Keywords : Diversity, Protozoa, Mulur Storage Reservior, Zooplankton.

1. PENDAHULUAN
Waduk Mulur yang terletak di Kabupaten Sukoharjo merupakan suatu
ekosistem yang tersusun oleh berbagai komponen biotik dan abiotik yang
saling berinteraksi kemudian membentuk jaringan fungsional yang saling
mempengaruhi. Waduk Mulur Kabupaten Sukoharjo ini merupakan salah satu
waduk yang fungsi utamanya untuk pengairan daerah pertanian. Dari

1
masyarakat sekitar juga memberdayakannya untuk kegiatan perikanan dalam
karamba, persawahan di tepi waduk dan wisata pemancingan. Kegiatan
tersebut menyebabkan timbulnya kondisi eutrofikasi. Kondisi ini ditandai
dengan melimpahnya konsentrasi unsur hara, menurunnya konsentrasi oksigen
terlarut, meningkatnya padatan tersuspensi, meningkatnya konsentrasi fosfat,
menurunnya penetrasi konsentrasi cahaya atau meningkatnya kekeruhan.
Kondisi eutrofikasi sangatlah tidak menguntungkan karena dapat
mempengaruhi kualitas perairan serta komponen biotik didalamnya seperti
bentos, plankton, tumbuhan air, serta ikan – ikan di dalamnya dapat mengalami
kematian. komponen biotik sangat bepengaruh terhadap kualitas perairan.
karena komponen ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik,
kimia, dan biologi suatu perairan. Salah satu biota yang digunakan sebagai
parameter biologi dalam menentukan suatu kondisi perairan adalah plankton.
Plankton merupakan organisme yang hidup melayang atau mengapung
di dalam air. Kemampuan geraknya kalaupun ada sangat terbatas hingga
organisme tersebut selalu terbawa arus. Berdasarkan daur hidupnya, plankton
terbagi dalam dua golongan yaitu holoplankton yang merupakan organisme
akuatik dimana seluruh hidupnya bersifat sebagai plankton, golongan ke dua
yaitu meroplankton yang hanya sebagian dari daur hidupnya bersifat sebagai
plankton (Agustini,dkk, 2014 : 39). Berdasarkan ukurannya, plankton dibagi
ke dalam beberapa kelompok, yaitu makroplankton (lebih besar dari 1 mm),
mikroplankton (0,06-1mm) dan nanoplankton (kurang dari 0,06mm) meliputi
beberapa jenis fitoplankton. Diperkirakan 70% dari semua fitoplankton di laut
terdiri dari nanoplankton dan inilah yang memungkinkan terdapatnya
zooplankton sebagai konsumen primer.
Zooplankton dalam ekosistem perairan memiliki peran yang penting
karena zooplankton merupakan konsumen pertama fitoplankton yang
mempunyai peran untuk memindahkan energi dari produsen primer yaitu
fitoplankton ke tingkat konsumen yang lebih tinggi lagi seperti larva ikan, dan
ikan-ikan kecil. Zooplankton merupakan salah satu organisme yang rentan
terhadap kondisi perubahan lingkungan. Ketika jumlah zooplankton minim,

2
kelimpahan konsumennya seperti larva ikan, dan ikan-ikan kecil akan
mengalami penurunan. Keanekaragaman jenis zooplankton akan berubah
sebagai respons terhadap perubahan kondisi lingkungan baik faktor fisika,
kimia, maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan dan perkembangan
bagi zooplankton dalam perairan sangat kompleks dan saling berinteraksi
antara faktor abiotik perairan yang satu dengan yang lainnya, seperti intensitas
cahaya, suhu, CO2 bebas, oksigen terlarut, pH dan zat terlarut dengan faktor
biotik perairan seperti adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas
alami, dan dekomposisi. Beberapa organisme mampu hidup di perairan dengan
kondisi tercemar. Pada beberapa spesies ikan, alga maupun fitoplankton dan
zooplankton mempunyai nilai toleransi terhadap pencemaran. Beberapa jenis
zooplankton yang tidak toleran terhadap pencemaran akan terdistribusi di zona
yang lebih mendukung.
Berdasarkan keadaan perairan di Waduk Mulur, perlu dilakukan
penelitian lanjut tentang kualitas perairan di Waduk Mulur ditinjau dari “
Keragaman Jenis Zooplankton Di Perairan Waduk Mulur Kabupaten Sukoharjo
Provinsi Jawa Tengah “.
2. METODE
Pengambilan sampel air dilaksanakan di Perairan Waduk Mulur yang
dibagi menjadi tiga stasiun yaitu Stasiun A (Karamba), Stasiun B (Tempat
Memancing), Stasiun C (Irigasi Sawah). Setiap stasiun dibagi menjadi tiga sub
stasiun untuk mewakili stasiun penelitian. Penentuan stasiun dilakukan dengan
cara Purposive Sampling Method (penentuan titik sampel dengan teknik
survei). Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2017. Jenis penelitian
ini adalah explorasi. Jenis data yang diambil adalah data zooplankton,berupa
Filum,Famili yang didapatkan di Waduk Mulur. Data habitat meliputi nama
lokasi, suhu air, pH air, kelembapan udara dan suhu udara. Analisis data
meliputi Indeks keanekaragaman zooplankton.

3
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran terhadap faktor-faktor abiotik perairan Waduk Mulur
Sukoharjo terlihat pada Tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Data Abiotik Waduk Mulur Sukoharjo


No Parameter Stasiun A Stasiun B Stasiun C Kisaran Keterangan
Karanba Tempat Irigasi
Ikan memancing Sawah

1. Suhu Air 30 29 28 20-30 Normal


o
( C)
2. Kelembaban 86 86,7 87 86-90 Normal
Udara (%)
3. Suhu Udara 27,3 27,0 26,5 21-35 Normal
o
( C)
4 pH Air 6 7 8 6-8 Normal

Tabel 1, terlihat bahwa suhu air yang diukur menggunakan termometer


o o o
Stasiun A yaitu 30 C, Stasiun B yaitu 29 C dan Stasiun C yaitu 28 C. Secara
umum, laju perkembangbiakan zooplankton meningkat dengan meningkatnya
suhu perairan, tetapi akan menurun secara derastis setelah mencapai suatu titik
suhu tertentu. Hal ini disebabkan karena setiap spesies zooplankton selalu
beradaptasi terhadap suatu kisaran suhu tertentu. Suhu di Stasiun A, Stasiun B
dan Stasiun C merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan zooplankton.
Menurut Pescod (1973) dan Ray (1964) menyatakan bahwa suhu air antara 20-
o
30 C merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan zooplankton.
Kelembaban dan suhu udara diukur menggunakan termohigrometer
didapatkan hasil kelembaban tertinggi berada di Stasiun C yaitu 87%, Stasiun
B 86,7% dan Stasiun A yang memiliki suhu lebih rendah yaitu 86%.
Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara, sehingga stasiun C
yang kelembabannya tinggi memiliki suhu udara yang lebih rendah yaitu
o o o
26,5 C dibanding dengan stasiun A yaitu 27,3 C dan stasiun B yaitu 27 C.
Suhu udara yang baik bagi perkembangan plankton diperairan umum pada
o
daerah tropis yaitu 21-35 C (Wardoyo, 1989). (E, 2001) Menyatakan bahwa
suhu udara yang dapat ditolerir oleh organisme pada suatu perairan berkisar

4
o
antara 20-30 C. Suhu yang sesuai dengan pertumbuhan zooplankton berkisar
o
15-35 C. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa suhu udara
di Waduk Mulur Kabupaten Sukoharjo masih termasuk normal.
Nilai pH air yang optimum bagi zooplankton berkisar antara 6-8
(Kristanto, 2004). pH di stasiun A, stasiun B dan stasiun C merupakan pH
optimum untuk kehidupan zooplankton. Menurut (Lind, 1979), bahwa pH
optimal untuk pertumbuhan zooplankton berkisar antara 6,0 – 8,0. pH
dipengaruhi oleh kandungan karbondioksida, karbonat, asam organik dan dan
hasil pembusukkan sisa tanaman diperairan. pH dapat mempengaruhi daya
adaptasi biota akuatik dan aktivitas kimiawi di lingkungan perairan. Sebagai
salah satu parameter lingkungan perairan, pH tidak selalu stabil, karena
dipengaruhi oleh keseimbangan antara CO2 dan HCO3. Konsentrasi ion H+,
maka cenderung asam (Kristanto, 2004) Berdasarkan nilai tersebut maka
perairan di waduk mulur memiliki pH yang normal dan mendukung untuk
pertumbuhan zooplankton.
Tabel 2. Hasil Keanekaragaman dan jumlah Zooplankton yang ditemukan
di Waduk Mulur Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah.
Zooplankton
No Filum Jumlah Spesies
St A St B St C
1. Protozoa 19 9 13
2. Chaetognatha 3 1 2
3. Sarcomatigophora 28 25 22
4. Rotifera* 47 38 30
5. Ciliophora 15 10 10
6. Athropoda 2 0 3
7. Apicomplexa** 0 1 0
Jumlah 114 84 80
Total 278

Pengambilan sampel dilakukan di tiga stasiun yaitu stasiun A


merupakan bagian Karamba ikan, stasiun B Pemancingan dan stasiun C
merupakan bagian Irigasi sawah. Total spesies yang ditemukan di ketiga
stasiun adalah 278 spesies. Spesies yang di temukan di stasiun A sebanyak 114
spesies, spesies yang ditemukan di stasiun B sebanyak 84 spesies dan spesies
5
yang ditemukan di stasiun C sebanyak 80 spesies. Menurut (Barus, 2004)
Kepadatan zooplankton diperairan yang mengalir (lotik) akan lebih sedikit jika
dibanding dengan kepadatan dengan zooplankton di perairan yang tenang
(lentik). Hal ini berhubungan dengan kecepatan arus perairan dimana
zooplankton akan lebih mudah ditemukan diperairan yang tenang dengan
tingkat kejernihn yang tinggi.

Jumlah Zooplankton Waduk Mulur Kab. Sukoharjo

stasiun A stasiun B stasiun C


47
38
28 30
25 22
17 15
13
9 10 10
3 1 2 2 0 3 0 1 0

Gambar 5. Diagram Keanekaragaman Zooplankton di Waduk Mulur


Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah

Pada diagram diatas diketahui bahwa filum Apicomplexa hanya


ditemukan pada stasiun B dengan jumlah yang rendah. Filum Rotifera
memiliki jumlah spesies terbanyak dalam penelitian baik di stasiun A, stasiun
B maupun stasiun C namun jumlah di stasiun A lebih banyak. Filum tersebut
memiliki jumlah spesies yang lebih banyak di stasiun A dibanding stasiun C
bagian karamba ikan. Hal ini dikarenakan banyaknya pestisidan dan bahan-
bahan kimia lainnya sehingga menambah populasi filum tersebut. Sedangkan
untuk filum Protozoa, Chaetognata, Sarcomatigophora, Ciliophora dan

6
Arthropoda lebih banyak ditemukan di stasiun A yakni bagian Karamba ikan
dan stasiun B bagian tempat Pemancingan.
Filum Rotifera menjadi filum yang memiliki jumlah spesies terbanyak
karena filum ini banyak ditemui di Waduk Mulur Sukoharjo . Hal tersebut
disebabkan di Waduk Mulur Sukoharjo memiliki kondisi yang lembab dan
banyak ditumbuhi lumut, sehingga sangat cocok untuk habitat/pertumbuhan
rotifera.
Tabel 3.Perhitungan Indeks Keanekaragaman Zooplankton di Waduk Mulur
Kaupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah.
Perhitungan Stasiun A Stasiun B Stasiun C
Indeks Keanekaragaman (H’) -2,94 -2,81 -2,82

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H’) di Waduk Mulur


Sukoharjo terlihat dari Tabel 3. Indeks keanekaragaman pada stasiun A yaitu
-2,94, stasiun B yaitu -2,81 dan stasiun C -2,82. Dari hasil perhitungan indeks
stasiun A, stasiun B dan stasiun C tersebut dapat diketahui keanekaragaman
zooplankton perairan menunjukkan H’<1. Menurut persamaan Shanon-Wiener
jika H’<1 berarti kualitas biota tidak stabil atau kualitas air tercemar berat.

4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari hasil penelitian tentang Keanekaragaman Zooplankton di
Perairan Waduk Mulur Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah, dapat
disimpulkan bahwa:
Terdapat keanekaragaman zooplankton di Waduk Mulur
Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 24 spesies dari 7
filum utama yaitu Protozoa (5 spesies), Chaetognatha (1 spesies),
Sarcomatigophora (5 spesies), Rotifera (7 spesies), Ciliophora (3 spesies),
Athropoda (2 spesies), dan Apicomplexa (1 spesies).

7
Indeks Keanekaragaman (H’) Waduk Mulur di Stasiun A (-2,94),
Stasiun B (-2,81) dan Stasiun C (-2,82). Ketiga stasiun menunjukkan hasil
H’<1 berarti kualitas biota tidak stabil atau kualitas air tercemar berat.
4.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan di musim yang
berbeda agar dapat membandingkan populasi zooplankton di musim hujan
dan musim kemarau. Dan penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan
alat pendukung yang sesuai standar agar memperoleh hasil yang
maksimal, dan menggunakan metode selanjtnya hendak di buat zona-zona
area pengambilan sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Basmi, H. (2000). Plankton Sebagai Indikator Kualitas Perairan. Bogor: Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

E, A. (2001). Pengaruh Aktivitas Pabrik Semen Andalas Terhadap Kelimpahan,


Diversitas Dan Produktivitas Plankton di Perairan Pantai Lhoknga
Kabupaten Aceh Besar. Aceh: Fakultas MIPA UNSYAH.

Lind, O. (1979). Handbook Of Common Methods in Limnology (2 edition).


Kendal: Hunt Publishing Company Dubuque, Lowa.

Wardoyo, S. T. (1989). Kriteria Kualitas Air untuk Pertanian dan Perikanan.


Makalah pada Seminar Pengendalian Pencemaran Air. . Dirjen Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum Bandung.

Yaswar. (2008). Tesis Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitanya dengan


kualitas Air di Parapat Danau Toba. Medan: Thesis Universitas Sumatra
Utara. Sekolah Pasca Sarjana.

Anda mungkin juga menyukai