Anda di halaman 1dari 63

SUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN IKAN AIR TAWAR

LIAR DI KOTA MEDAN

LAPORAN AKHIR

Oleh :
Apryani Susanti
190302029
IV/A

LABORATORIUM SUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
SUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN IKAN AIR TAWAR
LIAR DI KOTA MEDAN

LAPORAN AKHIR

Oleh :
Apryani Susanti
190302029
IV/A

Laporan ini sebagai Salah Satu Syarat Masuk untuk Mengikuti Praktikal Test Praktikum
Sumberdaya Hayati Perairan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Diketahui oleh, Diperiksa oleh,


Asisten Koordinator Asisten Korektor

Yubdina Yuha Anggita Haikal Pasyah


NIM. 170302036 NIM. 180302018

LABORATORIUM SUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang

berjudul “Sumberdaya Hayati Perairan Ikan Air Tawar Liar di Kota

Medan” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Desrita, S.Pi, M.Si,

Ibu Vindy Rilani Manurung, S.Pi, MP dan

Bapak Rizky Febriansyah Siregar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pengampu pada mata

kuliah Sumberdaya Hayati Perairan. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada seluruh asisten Laboratorium Sumberdaya Hayati Perairan yang telah

membantu serta membimbing dengan memberi saran dan membagi sebagian

pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis menantikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi para

pembaca. Terima kasih.

Medan, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Praktikum 5
Manfaat Praktikum 5
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Ikan 6
Sumberdaya Hayati Ikan Air Tawar 12
Distribusi Ikan Air Tawar 15
Potensi dan Pemanfaatan Ikan 21
Status Kelestarian Ikan 25
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum 26
Alat dan Bahan Praktikum 26
Prosedur Praktikum 26

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil 27
Pembahasan 29
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 32
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
3

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

wilayahnya terdiri dari laut, memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan

beragam. Potensi perikanan yang dimiliki merupakan potensi ekonomi yang dapat

dimanfaatkan untuk masa depan bangsa, sebagai tulang punggung pembangunan

nasional. Pemanfaatan secara optimal diarahkan pada pendayagunaan sumber

daya ikan dengan memperhatikan daya dukung yang ada dan kelestariannya untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan

pembudi daya ikan kecil, meningkatkan penerimaan devisa negara, menyediakan

perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan

daya saing hasil perikanan serta menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan

pembudidayaan ikan serta tata ruang. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan sumber

daya perikanan harus seimbang dengan daya dukungnya, sehingga diharapkan

dapat memberikan manfaat secara terus menerus. Salah satunya dilakukan dengan

pengendalian usaha perikanan melalui pengaturan pengelolaan perikanan

(Tarigan, 2015).

Karakteristik wilayah perairan Indonesia sangat beragam. Secara garis

besar terdiri dari perairan tawar, payau dan laut. Perairan tawar terdiri dari sungai,

danau, rawa dan lain-lain. Perairan laut terdiri dari laut dangkal, laut dalam,

palung dan lain-lain. Masing-masing wilayah perairan memiliki karakteristik

masingmasing dan perairan tersebut mengandung berbagai jenis sumber daya ikan

(SDI). Keanekaragaman jenis sumberdaya ikan dan endemisitas merupakan dua

parameter penting dalam konteks biodiversitas (Iskandar et al., 2020).


4

Pelestarian keanekaragaman hayati menjadi perhatian utama pada akhir

abad ke-20, perhatian terhadap keanekaragaman biota laut masih relatif kurang

karena luas daerahnya, kesulitan dalam pengamatan dan penelitian, serta

kompleksnya lingkungan laut. Meningkatnya eksploitasi menyebabkan berkurang

atau menghilangnya beberapa jenis vertebrata dan jenis lainnya mempertahankan

kehidupan (Hidayat dan Nurulludin, 2017).

Keanekaragaman spesies ikan menggambarkan seluruh cakupan adaptasi

ekologi, serta menggambarkan evolusi spesies terhadap lingkungan tertentu. Maka

dapat dipahami bila keanekaragaman ikan dapat berbeda dari satu lokasi ke lokasi

lain. Persebaran ikan yang didasarkan atau dipandang dari sudut lokasi (letak

geografis) disebut persebaran geografis atau sering diistilahkan sebagai

iktiogeografi. Kian besar jumlah spesies kian besar pula keanekaragaman hayati.

Melalui proses evolusi yang terus menerus terbentuklah spesies baru (spesiasi).

Sebaliknya, dengan terus menerus terjadi pula kepunahan spesies. Apabila laju

terjadinya spesies baru lebih besar daripada laju kepunahan, maka jumlah spesies

bertambah banyak (Syafei, 2017).

Perairan tawar di Indonesia ditaksir seluas 13,85 juta ha yang terdiri atas

12,0 juta ha sungai dan paparan banjiran, 1,8 juta ha danau, dan 0,05 juta ha

waduk. Perairan umum daratan berperanan penting dalam hal sebagai berikut

yaitu sumber protein dan ketahanan pangan; sumber ekonomi masyarakat;

sumber lapangan kerja; sumber plasma nutfah dan genetik, sumber devisa dan

pendapatan asli daerah, dan obyek wisata alam. Diperkirakan, total potensi

produksi ikan di perairan umum daratan Indonesia sekitar 3 juta ton/th. Angka ini
5

menunjukkan bahwa ikan merupakan sumber daya penting di Indonesia

(Raharjo, 2015).

Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, perairan tawar Indonesia

dihuni oleh lebih dari 1000 spesies, baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Jumlah

spesies akan bertambah karena masih banyak yang belum teridentifikasi, terutama

spesies ikan asli (indigeneus species). Kekhawatiran akan keberadaan ikan asli

selain oleh perusakan habitat, juga kalah bersaing dengan spesies yang

diintroduksi secara kurang hati-hati karena tidak disertai pertimbangan IPTEK

yang cukup. Banyak perairan umum yang telah mencapai eksploitasi berlebihan

dan lingkungannya rusak, sehingga menurunnya keanekaragaman; beberapa

spesies ikan tawar yang langka menjadi bertambah langka, bahkan cenderung ke

kepunahan. Acapkali lingkungan perairan tawar yang terdiri dari perairan

menggenang (lentik) dan yang mengalir (lotik) tidak benar-benar tawar. Daerah

rawa pasang surut dan mangrove misalnya secara berkala mendapatkan masukan

air laut. Oleh sebab itu istilah “perairan umum” sering pula digunakan, terutama

di kalangan perikanan untuk menyatakan seluruh tipe perairan tersebut di atas.

Suatu kenyataan bahwa pemanfaatan perairan umum untuk kepentingan perikanan

masih rendah. Hanya sekitar 3% luas perairan umum yang dikelola secara baik

untuk kepentingan perikanan (Suwelo, 2015).

Ekosistem perairan tawar diakui Bank Dunia kaya akan biodiversitas

tetapi selama ini kurang mendapat perhatian dalam proses pembangunan.

Akibatnya berbagai aktivitas pembangunan mengancam kelestarian kekayaan

biota perairan tawar. Salah satunya ikan air tawar yang mudah terkena dampak

berbagai kegiatan manusia di daratan sekitarnya, seperti konversi hutan menjadi


6

pemukiman transmigran dan limbah industri. Penurunan kekayaan jenis ikan air

tawar dipercepat pula oleh kerusakan atau lenyapnya habitat. Berbagai macam

informasi diperlukan dalam upaya konservasi biodiversitas, termasuk manfaat

bagi manusia, distribusi, status, kecenderungan ancaman gangguan, dan hubungan

ekologis (Wargasasmita, 2012).

Secara ekologis daerah aliran sungai tidak dapat berdiri sendiri karena

bergantung pada keseimbangan antara berbagai elemen alam yang berinteraksi

membentuk ekosistem sungai yang unik, seperti hutan dan daratan sekitarnya,

sehingga keadaan sumberdaya perairannya juga sangat dipengaruhi oleh

perubahan-peruahan ekosistem sekitarnya. Hal ini penting dalam mempersiapkan

pengembanan daerah ini dalam konsep pengeloaan berkelanjutan untuk

melindungi lingkungan perairan terhadap ancaman perusakan sumberdaya

perairan dan habitatnya (Rarung dan Prastasik, 2011).

Sungai merupakan ekosistem air tawar yang mengalir, yang mempunyai

ciri khas yaitu adanya arus yang merupakan faktor yang mengendalikan dan

merupakan faktor pembatas di sungai. Ekosistem sungai merupakan kumpulan

dari komponen abiotik (fisika dan kimia) dan biotik (organisme hidup) yang

berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu struktur

fungsional. Sejalan dengan perkembangan jaman diduga di sekitar perairan

Sungai Seketak terjadi perubahan penduduk dan bentang alam Sungai

(Suryanti et al., 2013).

Sumberdaya perikanan termasuk sumberdaya alam yang dapat

diperbaharui (renewable resources) akan tetapi upaya pemanfaatan tanpa

mempertimbangkan kemampuan untuk pulih kembali telah menyebabkan


7

sumberdaya perikanan di beberapa wilayah perairan menjadi hancur, dan

mengalami kepunahan. Sumber daya perikanan yang tersedia melimpah dan

mempunyai kemampuan pulih kembali namun tanpa adanya usaha pengawasan

terhadap penangkapan yang berlangsung terus-menerus dapat memperbesar

kemungkinan terjadinya over fishing di beberapa perairan maupun daerah

penangkapan (Noija et al., 2014).

Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi

jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan

pengetahuan tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Secara umum

bentuk tubuh ikan adalah simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah

pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua

bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, terdapat beberapa jenis

ikan berbentuk non-simetris bilateral, yaitu jika tubuh ikan tersebut dibelah secara

melintang (crosssection) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri

tubuh (Bhagawati et al., 2012).

Pemanfaatan sumberdaya (produksi) ikan terkait dengan kelestarian

sumberdaya perikanan, maka semua kebijakan yang diterapkan

mempertimbangkan keberadaan sumberdaya dalam jangka waktu yang relatif

lama (Hendrik, 2010).

Secara geografis distribusi ikan air tawar di Indonesia terdiri dari Paparan

Sunda, daerah Wallace dan Paparan Sahul. Setiap spesies yang berbeda mendiami

wilayah tersebut. Wilayah yang termasuk kawasan Paparan Sunda antara lain

Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Mindanau dan pulaupulau kecil di

sekitarnya. Pulau Bangka jika dilihat dari pembagian distribusi tersebut berapa
8

pada daerah Paparan Sunda. Paparan Sunda merupakan bagian dari benua Asia

yang kemudian terpisah pada zaman es sehingga terbentuk kondisi geografis

seperti sekarang, dengan demikian ikan-ikan yang mendiami pulau-pulau

Sumatera, Jawa, dan Kalimantan sangat mirip dengan ikan-ikan di daratan Asia

(Akhrianti dan Gustomi, 2021).

Tujuan Praktikum

Tujuan dari Praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui jenis ikan air tawar hasil tangkapan alam di kota Medan

2. Untuk mengetahui sumberdaya hayati ikan air tawar hasil tangkapan alam di

kota Medan

3. Untuk mengetahui distribusi ikan air tawar hasil tangkapan alam di kota

Medan

4. Untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan ikan air tawar hasil tangkapan

dari alam di kota Medan

5. Untuk mengetahui status kelestarian ikan air tawar hasil tangkapan alam di

kota Medan

Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai sumber informasi kepada

praktikan tentang sumberdaya hayati ikan air tawar liar yang ditemukan di dan

sebagai syarat untuk mengikuti praktikal laboratorium sumberdaya hayati

perairan.
9

TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Ikan Air Tawar

Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang

tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan ikan harus

menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya, misalnya sebagai hewan yang

hidup di air, baik itu di perairan tawar maupun perairan laut. Secara umum tubuh

ikan dibagi atas 3 bagian yang utama, yaitu: bagian kepala (caput), bagian badan

(truchus) dan bagian ekor (caudal). Dimana Batas kepala adalah mulai dari bagian

moncong sampai ke bagian belakang tutup insang (operkulum). Batas badan

adalah mulai dari bagian tutup insang hingga bagian dubur, sedangkan batas

bagian ekor adalah mulai dari pangkal bagiansirip ekor di belakang dubur sampai

pada bagian ujung sirip ekor (Sanjaya et al., 2015).

Pengenalan ikan merupakan proses identifikasi ikan berdasarkan

gambaran bentuk, pola tubuh ikan beserta ciri-cirinya. Jenis sumber daya

perikanan yang ada di perairan terdiri atas beberapa kelompok ikan yaitu

kelompok ikan pelagis, kelompok ikan demersal, dan kelompok ikan lainnya;

serta kelompok pelagis non ikan dan kelompok udang. Dalam rangka

mengoptimalkan produksi perikanan laut, salah satu upaya yang dapat dilakukan

adalah hanya menangkap jenis-jenis ikan ekonomis tinggi dan dalam ukuran

tertentu saja (Suman et al., 2016).

Ikan sapu-sapu (Pterygoplichtys pardalis) atau ikan bandaraya adalah

sekelompok ikan air tawar yang berasal dari Amerika tropis yang termasuk dalam

famili Loricariidae, namun tidak semua anggota Loricariidae adalah sapu-sapu.

Dalam perdagangan ikan internasional ia dikenal sebagai plecostomus atau


10

singkatannya plecos dan plecs. Di Malaysia orang menyebutnya “ikan bandaraya”

karena fungsinya seperti petugas pembersih kota (“bandar”). Di Indonesia,

analogi yang sama juga dipakai sebagai nama (sapu). Ikan ini nyaris hidup

bersama dengan ikan akuarium apa saja yang diperdagangkan dalam ukuran kecil

dan sedang. Meskipun demikian, ia bisa tumbuh sepanjang 60 cm dan menjadi

kurang aktif dan kurang bersahabat. Ikan sapu-sapu bukan ikan asli Indonesia

melainkan merupakan jenis ikan hasil introduksi dari Brazil. Ikan sapu-sapu

merupakan jenis ikan yang sering ditemukan di sungai, danau atau rawa. Ikan ini

paling bisa beradaptasi dengan perairan yang kandungan oksigen terlarutnya

rendah dimana pertumbuhannya relatif cepat tanpa membutuhkan pemeliharaan

yang intensif seperti jenis ikan lainnya. Selain itu ikan sapu-sapu merupakan

hewan pemakan alga atau sisa-sisa pakan sehingga selama ini sebagian besar

masyarakat memanfaatkan ikan tersebut hanya sebagai pembersih akuarium. Ikan

ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber pangan

(Pinem et al., 2016).

Pterygoplichthys pardalis dikenal dengan nama ikan sapu-sapu,

merupakan salah satu spesies Loricariidae berasal dari Amerika Selatan dan

Amerika Tengah. Ikan ini memiliki karakteristik bentuk tubuh pipih dorsoventral

tertutup oleh kulit keras. Spesies dewasa mempunyai bintik-bintik hitam

berukuran besar di bagian ventral tubuh (Aksari et al., 2015).

Morfologi ikan sapu-sapu dari 2 ekor ikan yaitu bentuk kepala picak, tidak

bersisik, permukaan kasar sisi ventral tubuh halus/tidak bersisik badan

memanjang, berbukubuku, berkelopak keras dan tajam. Bentuk suckermouth

seperti gigi sejajar, memiliki sepasang sungut di sudut mulut, alat penempel
11

terletak di bibir atas dan bibir bawah. Mata di bagian dorsal sisi atas, memiliki

sepasang mata, 2 pasang lubang hidung di depan mata. Jumlah sisik di depan sirip

dorsal sebanyak 2. Belakang kepala di bagian dorsal berbentuk segitiga tumpul.

Panjang kepala 5,5 cm sedangkan panjang badan 22 cm jadi panjang badan 4 x

panjang kepala, sirip dorsal terletak di depan sirip anal. Sirip pectoral terletak di

belakang operculum, sirip ventral di belakang punggung. Bagian permukaan

bawah dekat sirip ventral, pectoral dan anal memiliki pola berbentuk bulat seperti

bola dan ada yang berbentuk seperti spot dan bagian atas bawah sirip dorsal,

pectoral. Ventral, caudal dan anal memiliki pola bulat dan loreng loreng Jumlah

sirip dorsal D,I;12 (jari jari keras 1 jari jari lemah 12). Jumlah sirip pectoral P,I; 5,

sirip ventral VI 5, sirip caudal C,II;14, sirip anal A,I;4. Memiliki kelopak seperti

huruf M berjumlah 28 di bagian dorsal (Pinem et al., 2015).

Ikan Lele Lembat (C. leiacanthus) merupakan jenis lele liar yang hidup

pada habitat sungai dengan aliran air yang mengalir pelan, telaga, rawa, dan areal

sawah. Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak

bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang kadang-kadang

menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya seperti sidat yang pendek. Kepalanya

keras menulang dibagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang

terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasng sungut peraba yang

amat beruna bagi lele untuk bergerak di tempat yang gelap. Lele juga memiliki

alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat

sepasang pastil, yaitu duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Habitat

ikan lele disungai dengana rus yang tenang atau mengalir perlahan, rawa, telaga,

waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele tidak pernah ditemkan di air asin atau
12

air payau. Ikan lele bersifat mencari makanan pada malam hari. Di alam lele

memijah pada musim penghujan. Alat pernafasan tambahan lele disebut

Aborescen organ yang merupakakan membrane yang berlipat-lipat penuh dengan

kapiler darah. Terletak di dalam ruangan sebelah atas insang. Ada sekitar 55-60

spesies anggota marga Clarias yang tersebar diseluruh dunia. Dari jumlah itu,

Asia Tenggara kini diketahui memiliki sekitar 20 spesies lele (Warseno, 2018).

Ikan famili Hemiramphidae sering disebut masyarakat lokal dengan nama

ikan julung-julung. Ikan tersebut memiliki ciri khas yaitu rahang bagian bawah

lebih panjang dari pada rahang atas. Rahang bawah tersebut memiliki ukuran yang

panjang dan ramping. Keberadaan organisme ikan ini berkaitan erat dengan

peranan ekologi di dalam perairan. Ikan julung-julung memiliki potensi dalam

pengurangan penyebaran populasi larva nyamuk dan diduga dapat dijadikan

bioindikator kualitas perairan. Karakter morfologi ikan julungjulung memiliki

bentuk tubuh memanjang atau disebut fusiform dengan warna tubuh putih

keabuabuan. Tipe mulut memiliki rahang bawah berukuran lebih panjang dari

rahang atas. Pada rahang atas terdapat lubang hidung dan memiliki lekukan yang

menonjol. Ikan julung-julung memiliki sirip perut yang kecil, sirip punggung

terletak lebih kebelakang, sirip perut pada jari ke 4 memanjang dan meruncing

kebelakang, serta sirip ekor yang memiliki bentuk bulat. Tubuh ikan ditutupi oleh

sisik (Supiana, 2018).

Habitat perairan tawar dan payau yang ditempati berbagai spesies ikan

julung-julung Zenarchopteridae bervariasi mulai dari sungai (dasar lumpur, pasir,

hingga batuan), anak sungai beraliran deras, rawa, danau, aliran irigasi, kolam,

hingga kawasan estuari dan sungai dengan dasar lumpur dengan kedalam berkisar
13

5 cm hingga 1 m. Area yang menjadi lokasi pemijahan berupa bagian tepi kolam

dan sungai beraliran tenang yang ditumbuhi berbagai vegetasi berupa tumbuhan

air hingga rerumputan. Pada spesies H. sesamum, jenis perairan yang menjadi

habitatnya adalah perairan mengalir jernih dari anak sungai kecil, kedalaman 2 m

dan lebar antara 2-5 m, dasar berupa pasir maupun batu, lebih menyukai kolam

tenang dekat atau di bawah vegetasi (Kusumah et al., 2014).

Belut sawah (Monopterus albus) memiliki tubuh silindris memanjang

seperti ular, tidak bersisik, mengeluarkan lendir dari seluruh bagian tubuh, tanpa

sirip ekor dan sirip dada, sirip punggung dan sirip anal tereduksi menjadi lipatan

kulit yang menyatu menjadi ekor, bukaan insang bersatu membentuk seperti huruf

“V” dibawah kepala, rahang terbagi menjadi dua atas dan bawah dan mata yang

kecil ditutupi oleh lapisan kulit . Belut sawah merupakan hermaprodit protogini

yang mengubah jenis kelamin betina menjadi jantan yang ditentukan oleh umur

(Nova et al., 2020).

Belut pada umumnya termasuk hewan hemaprodit protogini, yaitu ikan

yang mengalami masa hidup sebagai betina pada awalnya dan kemudian berubah

menjadi jantan. Belut sawah mengalami perubahan atau diferensiasi gonad

(kelenjar kelamin) dari peralihan fase betina ke fase jantan yang terjadi pada umur

sembilan bulan dimana pada saat itu belut telah mencapai fase dewasa. Belut yang

masih muda memiliki jaringan primordial untuk testis dan ovarium, namun

jaringan ovarium berkembang dan berfungsi terlebih dahulu untuk memproduksi

telur, kemudian terjadi masa transisi (interseks) dengan membesarnya jaringan

testis, sedangkan ovarium akan mengecil. Belut yang telah tua, jaringan
14

ovariumnya mengecil, sedangkan jaringan testisnya membesar dan memproduksi

sperma dan berfungsi sebagai pejantan (Sekarmini et al., 2016).

Ikan belut termasuk ke dalam famili Synbranchidae dengan nama spesies

Monopterus albus. Nama internasional ikan ini adalah Eels yang juga merupakan

nama internasional dari ikan sidat. Pembeda antara keduajenis ikan ini adlaah

nama lokal dan nama ilmiahnya. Ikan belut memiliki berbagai macam sebutan

nama lokal, antara lain belut, lindung, welut (Pulau Jawa), beludi (Madura) dan

belan di Sumatera. Ikan ini tergolong ke dalam genus Monopterus yang memiliki

kebiasaan bernafasnya obligate air-breather (Scabra dan Azhar, 2019).

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang panjang totalnya dapat

mencapai 30 cm. Ciri khas pada ikan nila dalah adanya garis vertikal berwarna

gelap pada sirip ekor sebanyak enam buah. Garis seperti itu juga terdapat pada

sirip punggung dan sirip dubur. Ikan nila mempunyai rumus D XV, 10; C II, 15;

V I, 16 artinya sirip dorsal terdiri dari 15 tulang keras dan 10 tulang lunak sirip

ekor terdiri dari 2 tulang keras dan 15 tulang lunak, sirip ventral terdiri dari

1tulang keras dan 16 tulang lunak. Ikan nila juga mempunyai 2 lubang hidung dan

mulut mengarah ke atas. Ikan nila mampu hidup di perairan yang dalam dan luas

maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Dapat hidup di danau waduk, rawa,

sawah, tambak air payau dan keramba umum. Ikan nila termasuk ikan pemakan

segala (omnivora) (Ningrum, 2015).

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies ikan yang

sangat berpeluang terkontaminasi merkuri. Beberapa karakteristik ekobiologi

yang dimiliki ikan ini seperti distribusinya yang luas di lingkungan perairan,

tersedia pada berbagai stadia sepanjang musim, mudah diaklimatisasikan pada


15

kondisi laboratorium dan memiliki nilai komersial yang tinggi menyebabkan ikan

nila sangat cocok untuk dijadikan hewan uji pada studi toksisitas

(Zulfahmi et al., 2014)

Ciri morfologis ikan nila adalah sebagai berikut bentuk tubuh agak

memanjang dan pipih ke samping, warna putih kehitaman dan warnanya semakin

terang ke arah bagian ventral atau perut. Pada tubuh terdapat garis- garis vertikal

berwarna hijau kebiruan, sedangkan pada sirip ekor terdapat delapan buah garis-

garis melintang yang ujungnya berwarna merah- kemerahan. Mata tampak

menonojol agak besar dan tepinya berwarna hijau. Letak mulut terminal atau

diujung tubuh. Posisi tubuh sirip perut terhadap sirip dada adalah thoracic. Garis

rusuk (Linea lateralis) terputus menjadi dua bagian, letaknya memanjang di atas

sirip dada. Jumlah sisik pada garis rusuk adalah 34 buah. Tipe sisik adalah ctenoid

atau sisik sisir. Bentuk sirip ekor berpinggiran tegak (Said, 2017).

Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-

rawa tetapi karena toleransi ikan nila tersebut sangat luas terhadap salinitas

(euryhaline) sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan air laut.

Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0-35 ppt (part per thousand), pertumbuhan

ikan nila secara optimal pada saat salinitas 0-30 ppt. Nila dapat hidup pada

salinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. Setiap oragnisme pada saat

beraktivitas masing-masing melakukan adaptasi untuk dapat tetap bertahan hidup

dalam lingkungannya. Bentuk adaptasi yang dilakukan organisme pun berbeda.

Adaptasi ikan air tawar dapat dilihat secara morfologi dan secara fisiologi

(Mujalifah et al., 2018).


16

Ikan betok (Anabas testudineus) yang merupakan Salah satu Spesies dari

Famili Anabantidae yang dikenal dengan nama ikan papuyu di daerah Banjar,

Kalimantan Selatan merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis

cukup tinggi. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan

yang tergolong ekstrim dan dapat bertahan pada kondisi air yang bersifat asam

maupun basa. Ikan betok merupakan jenis spesies blackfish, yaitu ikan yang

memiliki ketahanan terhadap tekanan lingkungan. Ikan betok (Anabas

testudineus) adalah spesies ikan asli Indonesia yang hidup di perairan rawa,

sungai, danau dan genangan air lainnya. Ikan betok dapat memijah sekali dalam

setahun pada saat musim penghujan. . Habitatnya mulai dari sungai, danau,

saluran air, parit, rawa, sawah, waduk, dan kolam-kolam yang berhubungan

dengan saluran air terbuka perairan yang kotor, serta genangan air tawar maupun

air payau dan biasanya melimpah diperairan yang terdapat banyak tumbuhan air

karena merupakan ikan yang suka bergerombol dan hidup dalam naungan pohon

tumbang serta akar tumbuhan air (Syulfia et al., 2015).

Berdasarkan karakter morfometrik-meristik dan tinjauan taksonomis,

klasifikasi ikan betok menurut Bloch, 1792 dalam www.fishbase.com dan

termasuk dalam kelompok teleostei, ordo: perciformes, serta merupakan bagian

dari famili anabantidae. Nama lokal ikan ini yaitu betok (Jawa), betik (Sumatera),

papuyu (Kalimantan) (Akbar, 2008).

Ikan sepat siam merupakan ikan omnivora yang memakan tumbuhan air

serta lumut disamping memangsa hewan-hewan kecil. Ikan sepat siam juga

merupakan ikan penggerogot (grazer) yang memunguti jasad-jasad penempel di


17

sela-sela tanaman air sehingga diharapkan ikan ini mampu merusak bagian akar

maupun daun gulma air (Nursyamsiah et al., 2016).

Daerah penyebaran ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis) terdapat

dibeberapa daerah di Sumatera Selatan Salah satu di Kecamatan Sirah Pulau

Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir. Ikan sepat siam merupakan salah satu

ikan endemik yang tersebar di daerah Sumatera Selatan. Ikan ini termasuk jenis

ikan tangkapan yang digemari masyarakat (Elfachmi dan Muliati, 2019).

Ikan sepat rawa Trichopodus trichopterus merupakan salah satu ikan lokal

yang potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan. Ikan sepat rawa banyak

hidup di rawa-rawa, danau, aliran air yang tenang, dan umumnya lahan basah di

dataran rendah termasuk sawahsawah serta saluran irigasi serta di saat musim

banjir, penyebarannya meluas mengikuti aliran banjir. Lebih lanjut dinyatakan

bahwa ikan sepat mengkonsumsi zooplankton, krustasea kecil dan aneka larva

serangga (Wiryawan et al., 2019).

Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan anggota

famili Channidae, yang memiliki beberapa nama lokal, yaitu kutuk (Jawa Timur),

haruan (Kalimantan Selatan), behau (Kalimantan Tengah), dan nama umumnya

(common name) adalah snakehead. Selain ikan gabus, ada beberapa jenis dari

genus Channa, yaitu ikan jalai (Channa maruliodes), sirandang (Channa

pleurophthalma), bujuk (Channa lucius), toman (Channa micropeltes), dan runtuk

(Channa bankanensis). Ikan ini mendiami habitat terutama di danau, rawa, dan

selain itu dapat hidup di saluran irigasi dan lahan pertanian padi yang tergenang

air. Ikan gabus merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki
18

kandungan nutrien yang tinggi dan merupakan ikan ekonomis yang penting

(Selviana et al., 2019).

Ikan gabus dapat hidup di sungai, danau, kolam, bendungan, waduk, rawa,

lebak, banjiran, sawah bahkan di parit-parit air payau. Ikan gabus banyak

ditemukan di rawa-rawa banjiran dan sungai atau dikenal dengan sebutan

masyarakat Sumtaera Selatan dengan istilah Lebak lebung. Ikan gabus merupakan

jenis ikan air tawar yang dapat hidup di sungai, danau, kolam, bendungan, rawa

banjiran, sawah bahkan parit dan pada masa larva ikan gabus memakan

zooplankton dan pada ukuran fingerling, makanannya berupa serangga, udang dan

ikan kecil. Pada fase pascalarva ikan gabus memakan makanan yang mempunyai

kuantitas yang lebih besar seperti Daphnia dan Cyclops, sedangkan ikan dewasa

akan memakan udang, serangga, katak, cacing dan ikan (Muslim, 2017).

Sumberdaya Hayati Ikan Air Tawar

Indonesia memiliki lahan perikanan air tawar yang cukup besar. Sumber

daya perikanan di Indonesia meliputi perairan umum (sungai, waduk, dan rawa)

seluas 141.690 Ha, sawah seluas 88.500 Ha, dan kolam seluas 375.800 Ha dengan

total luas lahan 605.990 Ha. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam

pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pembangunan

perekonomian nasional. Beberapa wilayah di Pulau Jawa memiliki pengairan yang

baik dengan sumber air yang banyak, hal demikian dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat dalam bidang pertanian seperti pertanian padi, perkebunan, dan

perikanan, agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari (Noija et al., 2014).

Indonesia memiliki beragam jenis ikan, dimana beberapa jenis ikan

tersebut bersifat native dan endemik. Endemik artinya hanya ditemukan di habitat
19

tertentu dengan daerah penyebarannya yang sangat terbatas. Ikan endemik adalah

jenis ikan yang terdapat di suatu areal tertentu (sungai, danau, situs, pulau, negara,

benua). Pada umumnya, wilayah yang memiliki keanekaan jenis yang relatif

rendah, masih mempunyai kontribusi yang penting pada keanekaan jenis di suatu

kawasan yang lebih luas bila di areal tersebut terdapat sejumlah jenis yang

endemik. Pulau-pulau kecil dan pegunungan biasanya mempunyai keanekaan

jenis yang rendah, tetapi mempunyai endemisitas yang tinggi. Kerusakan habitat

ikan dan aktifitas manusia dapat menyebabkan populasi ikan tertentu jumlahnya

menurun di alam. Penurunan populasi ikan secara terus menerus dapat

menyebabkan status ikan tersebut rentan, terancam, kritis, dan punah di alam.

Berikut beberapa spesies ikan Indonesia dengan status rentan

(Iskandar et al., 2020).

Keanekaragaman ikan air tawar sangat ditentukan oleh karakteristik

habitat suatu perairan. Karakteristik habitat di danau sangat di pengaruhi oleh

masuk dan keluarnya air dari aliran sungai, keberadaan hutan atau tumbuhan di

sepanjang daerah danau akan mempengaruhi keberadaan hewan/biota yang

berasosiasi dengan habitat danau tersebut. Beberapa studi keanekaragaman jenis

ikan telah dilakukan di beberapa daerah seperti di danau Teluk Jambi dan danau

Toba (Astuti et al., 2020).

Dari catatan yang dikumpulkan oleh Fishbase, spesies ikan yang ada di

Indonesia berjumlah 1193 spesies. Hal ini mendekati perkiraan Kottelat &

Whitten (1996) bahwa jumlah spesies ikan air tawar di Indonesia lebih kurang

sebesar 1300 spesies. Keanekaragaman spesiesikan air tawar Indonesia nomor tiga

terkaya di dunia. Para ahli memperkirakan masih ada sekitar ratusan spesies ikan
20

di wilayah Indonesia yang belum ditemukan dan dideskripsikan. The fishes of the

Indo-Australian Archipelago tersebut mendeskripsikan ikan-ikan baik yang laut

maupun air tawar dari morfologis luar. Sampai kini belum muncul satu buku pun

yang memaparkan secara komprehensif seluruh kekayaan species ikan di

Indonesia, khsususnya ikan perairan tawar. Meskipun secara nasional belum ada,

namun ada beberapa buku tentang pemerian ikan pada satu kawasan tertentu di

Indonesia; seperti Robert (1989) yang menulis tentang ikan-ikan di Kalimantan

Barat atau Kottelat et al. (1993) yang mengemukakan tentang ikan-ikan di

Indonesia bagian Barat dan Sulawesi. Haryono & Tjakrawidjaja (2004)

menguraikan tentang ikan air tawar di Sulawesi Utara, sedangkan Rachmatika

(2003) menjabarkan ikanikan yang menghuni Taman Nasional Gunung Halimun,

Jawa Barat. Sementara itu Simanjuntak et al. (2006) hanya membuat senarai ikan-

ikan yang ditemukan di Sungai Kampar Kiri tanpa menguraikan secara rinci

masing-masing spesies. Ikan endemik adalah ikan yang keberadaannya hanya ada

pada satu tempat tertentu, dan tidak ada di tempat lain. Ikan endemik di Indonesia

berjumlah sekitar 120 spesies (Syafei, 2017).

Para ahli memperkirakan masih ada sekitar ratusan spesies ikan di wilayah

Indonesia yang belum ditemukan dan dideskripsikan. Pulau Kalimantan memiliki

lebih dari 394 jenis ikan dan sebanyak 149 jenis merupakan ikan endemik (38%),

Pulau Sumatera memiliki 272 jenis dengan 30 jenis yang endemik (11%) dan

Pulau Jawa berjumlah 132 jenis dengan 12 jenis yang endemik (9%). Ikan

endemik adalah jenis ikan tertentu yang hanya memiliki sebaran geografis alami

terbatas dan/ atau karakteristik ekosistem tertentu sedangkan ikan asli adalah ikan

dan/atau sumber daya ikan lainnya yang berasal dari alam Indonesia yang dikenali
21

dan/ atau diketahui berasal dari alam darat Indonesia dan berasal atau hidup di

daerah tertentu dan/atau berbeda ekosistemnya di wilayah perairan Indonesia

(Direktorat Kawasan Konservasi Jenis Ikan, 2015).

Ikan air tawar dapat dibagi kedalam tiga golongan yaitu jenis black fish,

ikan ini memiliki kemampuan adaptasi tinggi di seluruh habitat air tawar, karena

tahan terhadap perubahan lingkungan dan umumnya memiliki alat pernafasan

tambahan (labyrin). Contohnya Claria (Clariidae), Channa (Channidae),

Notopterus (Notopteridae), dan Anabas (Anabantidae). Ikan tersebut termasuk

jenis ikan residen pada daerah tertentu, jenis white fish (ikan putihan), termasuk

jenis ikan yang aktif bermigrasi selama hidupnya dan sangat sensitif terhadap

perubahan lingkungan. Ikan tersebut tidak mampu berdaptasi dengan lingkungan

yang terus menerus berubah dan ikan ini hidup dibagian permukaan air.

Contohnya Rasbora, Osteochilus, Thynnichthyes (Cyprinidae), dan Pangasius

(Pangasiidae) dan ikan moderat, ikan ini memiliki kemampuan beradaptasi lebih

dari ikan jenis white fish dan dapat ditemukan diberbagai tipe habitat. Jenis ikan

ini kebanyakan hidup di aliran sungai. Contohnya Crossocheilus (Cyprinidae)

(Purwanto et al., 2014).

Para ahli ekologi satwa membagi spesies ikan air tawar berdasarkan

perbedaan daya toleransinya terhadap salinitas. Pembagian yang sederhana telah

mengenal adanya Kelompok ikan air tawar primer (air tawar sejati), kelompok

ikan air tawar sekunder (sedikit tahan air tawar), kelompok ikan air tawar perifer

(tahan terhadap air asin). Pembagian kelompok ini mempunyai kaitan yang erat

dengan kedudukan sistematikanya. Habitat alami spesies ikan tawar adalah sungai

tempat ikan bereproduksi, kecuali bagi ikan budidaya. Oleh karena itu jalan
22

terbaik yang perlu dilakukan adalah mengkonservasi terhadap spesies ikan di

habitat alaminya dengan cara-cara berikut melindungi dan menyatakan daerah

tertentu habitat ikan yang langka dan yang terancam punah untuk diadakan

larangan terhadap penangkapan ikan secara bebas, pencegahan pencemaran

terhadap zona yang dilindungi, pencegahan pembangunan saluran pada zona yang

dilindungi untuk pembangunan bendungan, kanal atau saluran, perlu diperhatikan

masalah keberadaan ikan langka dan terancam punah dalam studi Amdalnya,

perlindungan perairan yang menjadi tempat berbiak (spawning ground),

pembatasan terhadap eksploitasi benih ikan dari sumbernya di sungai-sungai, dan

konservasi exsitu dengan teknologi penyimpanan sumber genetis (Suwelo, 2015).

Distribusi Ikan Air Tawar

Ditinjau dari sudut iktiogeografis, ikan air tawar di Indonesia mendiami

tiga daerah sebaran geografis (Paparan Sunda, Daerah Wallace, dan Paparan

Sahul) yang dibatasi oleh dua garis maya. Masing-masing daerah sebaran tersebut

dihuni oleh berbagai spesies yang berbeda satu dari yang lain. Paparan Sunda

mencakup pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, dan pulau-pulau kecil di

sekitarnya. Pada Kalimantan merupakan anak sungai dari suatu sungai raksasa

yang pernah mengalir di antara Kalimantan dan India menuju ke Laut Cina

Selatan. Oleh karena itu ikan-ikan yang terdapat di pulau-pulau Sumatera, Jawa,

dan Kalimantan sangat mirip dengan ikan-ikan di daratan Asia. Daerah Wallacea

meliputi daerah Nusatenggara dan Sulawesi. Di daerah ini tidak begitu banyak

terdapat spesies ikan air tawar.Ikan famili Cyprinidae dan Siluridae tidak

menyebar di daerah ini. Paparan Sahul yang bagian terluasnya adalah Papua. Di

Paparan Sahul tidak ditemukan ikan-ikan dari Ordo Cypriniformes. Ikan-ikan di


23

Daerah Wallacea, ikan-ikan di sini mempunyai potensi dikembangkan sebagai

ikan hias (Syaferi, 2017).

Ikan-ikan endemik di Pulau Sumatera tersebar di beberapa wilayah dan

mendiami tipe habitat yang berbeda-beda. Namun, keberadaannya saat ini telah

mengalami penurunan akibat degradasi lingkungan, hilang atau berubahnya

habitat, introduksi ikan asing dan eksploitasi yang berlebihan. Degradasi

lingkungan yang mengancam kelestarian sumberdaya ikan disebabkan oleh alih

fungsi lahan, eksploitasi berlebihan, persaingan penggunaan air, pembuangan

limbah dari aktivitas perindustrian, pemukiman, pertanian dan perkebunan;

hilangnya habitat ikan karena pembendungan dan pelurusan sungai serta

perubahan iklim. Selain itu, eksploitasi sumberdaya ikan dengan menggunakan

alat tangkap yang merusak dan berlebihan tanpa memperhatikan kelestarian

sumberdaya ikan telah menyebabkan penurunan sumberdaya bahkan beberapa

tempat terjadi kelangkaan sumberdaya ikan. Berbagai informasi diperlukan dalam

upaya konservasi biodiversitas, termasuk manfaat bagi manusia, distribusi, status,

kecenderungan ancaman gangguan, dan hubungan ekologis (Prianto et al., 2016).

Potensi dan Pemanfaatan Ikan Air Tawar

Salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh

masyarakat addalah ikan. Ikan bersifat peribsable food atau mudah busuk,

sehingga memerlukan proses penangan atau pengolahan lebih lanjut. Pengolahan

yang telah dilakukan secara turun menurun yaitu dengan mengurangi kadar air

ikan tersebut. Pengurangan nilai kadar air dalam ikan bertujuan untuk menekan

pertumbuhan bakteri pembusuk Produk yang bermutu tinggi dihasilkan

penanganan dan pengolahan secara tepat. Pengawetan ikan dapat dilakukan


24

dengan beberapa metode antara lain penggaraman, pengeringan, pemindangan,

pengasapan, pendinginan, dan pembekuan. Pengawetan dengan garam harus

memperhatikan kebersihan alat, bahan baku segar, garam bersih dan murni

(Chairil et al., 2020).

Pengelolaan perairan Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya,

baik perairan darat atau tawar, maupun perairan laut dan pesisir mengalami

kendala-kendala dan sangat erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan

masyarakat sekitar, sehingga dengan alasan kebutuhan ekonomi dan kemiskinan

serta sangat sedikitnya lapangan pekerjaan, menyebabkan masyarakat sekitar

pantai mencari penghasilan dari alam sekitar dan merupakan tempat pemenuhan

kebutuhan ekonomi yang sangat mudah; ditambah kurangnya pengawasan dan

pembinaan, laju kerusakan alam semakin besar dan semakin meningkat

(Widarmanto, 2018).

Pola penyebaran mengelompok menandakan bahwa hewan tersebut hanya

dapat hidup pada habitat tertentu saja dengan kondisi lingkungan yang cocok.

Penyebaran secara acak jarang terjadi di alam dan dapat terjadi apabila lingkungan

sangat seragam dan tidak ada kecenderungan untuk mengelompok. Penyebaran

yang mengelompok besar kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan

faktor lingkungan yang mendukung kehidupan organisme Bivalvia sehingga

membatasi spesies tertentu untuk menyebar secara seragam atau acak di semua

tingkatan. Pola sebaran yang seragam dikarenakan ketika pengambilan sampel

kondisi danau dalam keadaan surut, sehingga luas permukaan air lebih kecil.

Adanya perubahan kondisi lingkungan baik sifat fisik dan kimia perairan maupun
25

ketersediaan pakan akan menyebabkan pola sebaran dari populasi cenderung

seragam (Yanuardi dan Suprapto, 2015).

Sumber daya alam hayati yang lainnya, keanekaragaman jenis ikan yang

termasuk keanekaragaman genetik didalamnya harus di pelihara karena

merupakan proses evolusi dan pemuliaan dimasa mendatang. Spesies air tawar

sebanyak 13.000 yang hidup di danau maupun di sungai yang memiliki cakupanya

hanya 1% di permukaan bumi ini, sedangkan yang hidup di air laut memiliki

16.000 spesies yang merupakan 70% bagian dari permukaan bumi. Sampai saat

ini jumlah ikan di dunia berdasarkan identifikasi sebanyak 24.618 jenis, dan 40%

diantaranya ikan air tawar (Saputra et al., 2018).

Perairan umum daratan Indonesia mempunyai luas 13,85 juta ha yang

terdiri atas 12,0 juta ha sungai dan paparan banjiran (flood plains), 1,8 juta ha

danau alam (natural lakes) dan 0,05 juta ha danau buatan (man made lakes) atau

waduk (reservoirs). Potensi perikanan tangkap di perairan umum daratan ditaksir

mencapai 3.034.934 ton per tahun. Perairan umum daratan berperan penting

sebagai sumber protein dan ketahanan pangan, sumber ekonomi masyarakat,

sumber lapangan kerja, sumber plasma nutfah dan genetik, sumber devisa dan

pendapatan asli daerah, serta obyek wisata alam (ecoturism)

(Kartamihardja et al., 2018).

Dalam menunjang pemanfaatan sumberdaya perikanan yang lestari,

tindakan perlindungan harus dilakukan dalam kaitan dengan penggunaan jenis alat

penangkapan, perlindungan habitat ikan dan daerah pemijahannya. Oleh karena

itu daerah aliran sungai perlu di data kemabti sesuai dengan peruntukkannya

seperti daerah penangkapan, budidaya dan daerah perlindungan, agar siklus


26

biologi sumberdaya perikanan daerah aliran sungai tidak terganggu

(Rarung dan Prastatik, 2010).

Usaha perikanan akuakultur di Indonesia saat ini dihadapkan pada

tantangan sekaligus peluang bisnis berupa meningkatnya populasi manusia dan

kecenderungan peningkatan konsumsi ikan perkapita. Dengan peningkatan

populasi manusia ini maka permintaan produk perikanan sebagai sumber protein

juga ikut meningkat. Meningkatnya konsumsi ikan terjadi karena meningkatnya

kesadaran akan konsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Usaha dalam bidang

perikanan akuakultur merupakan bisnis yang menjanjikan dan mendatangkan

banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain seperti

kenyataan bahwa ikan adalah sebagai bahan makanan yang sehat. Adanya

pernyataan tersebut maka menyebabkan animo masyarakat terhadap ikan semakin

meningkat. Selain itu pasar potensial bagi agribisnis perikanan Indonesia

sangatlah besar bila dilihat dari jumlah penduduknya (Hidayati, 2020).

Potensi perikanan budidaya air tawar semakin meningkat, hal tersebut

disebabkan produksi ikan sektor penangkapan mendekati “overfishing”. Budidaya

perikanan air tawar memiliki beberapa alternatif ikan yang memiliki nilai

ekonomis tinggi yaitu ikan Mas, ikan Mujair, ikan Nila, ikan Gurame, ikan Lele

dan ikan Patin. Potensi usaha perikanan pun semakin menggiurkan karena

budidaya ikan air tawar memiliki kenaikan permintaan dari kebutuhan rata-rata

yang ada pada saat ini oleh sebab itu peningkatan produksi ikan air tawar perlu

digalakkan. Produksi perikanan air tawar didominasi oleh ikan Mas, Mujair, Nila,

Lele, Patin dan Gurame. Jenis-jenis tersebut menyumbang lebih dari 80% dari
27

total produksi sisanya adalah budidaya tambak air payau, budidaya di laut,

karamba dan jaring apung (Lumentut dan Hartati, 2015).

Status Kelestarian Ikan

Informasi tentang jenis-jenis ikan asli dan endemik Indonesia yang perlu

mendapat perhatian karena statusnya keberadaannya di alam, rentan (vulnerable),

terancam punah (endangered) dan kritis (critically endangered). Spesies-spesies

ikan tersebut terutama spesies yang sudah berstatus kritis terancam punah, tidak

menutup kemungkinan berubah menjadi punah di alam liar (extinct in the wild).

Terjadinya penurunan status diatas dari rentan (vulnerable) ke terancam punah

(endangered) dan kritis (critically endangered) atau bahkan menjadi punah di

alam liar (extinct in the wild) disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya

adanya kegiatan perikanan yang cenderung mengeksploitasi sumber daya alam

tanpa diimbangi dengan kegiatan konservasi serta meningkatnya pencemaran

terhadap kondisi perairan. Oleh karena itu, sebelum spesies tersebut berstatus

punah di alam liar (extinct in the wild), perlu dilakukan upaya pencegahan

kepunahan. Beberapa spesies ikan yang terancam punah dilindungi Pemerintah

Republik Indonesia, dengan menetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

dan Kehutanan, dengan nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018

(Iskandar et al., 2020).

Beberapa faktor yang dapat menjadi ancaman terhadap keanekaragaman

hayati ikan dan menimbulkan kepunahan telah banyak dibahas oleh para pakar

Secara umum dapat disarikan bahwa faktor ancaman tersebut ialah: tangkap lebih

ikan, introduksi spesies baru, pencemaran, habitat yang hilang dan berubah, dan

perubahan iklim global. Dalam kaitannya dengan penangkapan ikan, sering terjadi
28

orang melakukan penangkapan dengan alat yang membahayakan keberlanjutan

populasi ikan. Alat tersebut adalah racun, bom dan setrum. Racun dan setrum

efektif dalam menangkap ikan (Lenny, 2020)

Pemanfaatan sumberdaya secara intensif akan menimbulkan terjadinya

penurunan stok ikan secara terus menerus. Oleh sebab itu maka sangat penting

untuk mengetahui mortalitas alami dan mortalitas tangkapan ikan dalam suatu

daerah penangkapan ikan. Mortalitas alami dan mortalitas tangkapan ikan

memberikan informasi jumlah kematian yang disebabkan faktor lingkungan

maupun akibat aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh manusia. Sehingga

sangat diperlukan penelitian tentang pertumbuhan dan status eksploitasi ikan

sembilang di Perairan Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau

(Rouli dan Susiana, 2019).

Peran suatu spesies dalam upaya konservasi ditinjau dari sudut pandang

biologis, sosio ekonomi, dan politik adalah beragam. Hal ini tergantung dari sudut

pandang dan kepentingan yang melatar belakanginya. Menggolongkan suatu

spesies ke dalam enam katagori, yaitu spesies pokok (keystone species), spesies

indikator (indicator species), spesies payung (umbrella species), spesies bendera

(flagship species), spesies rawan punah (vulnerable species), dan spesies

ekonomis penting (economically important species). Spesies yang mampu

menghubungkan masyarakat pada hal positif (mampu menimbulkan rasa

kebanggaan) secara emosional yang akan menimbulkan suatu reaksi perlindungan

yang kuat terhadap spesies tersebut (Dharmadi et al., 2017).

Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi,

dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan


29

dan lingkungannya secara berkelanjutan. Penetapan kawasan konservasi dapat

efektif sebagai salah satu alat pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut, kawasan

ini merupakan tempat perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk

memijah dan berkembang biak dengan baik. Kawasan perairan yang dilindungi,

dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan

dan lingkungannya secara berkelanjutan (Febriani dan Hafsar, 2021).

Konservasi in situ adalah perlindungan populasi dan komunitas di habitat

alaminya. Perlindungan spesies bukan sekedar melindungi spesies itu sendiri,

tetapi juga lingkungannya. Ini adalah bentuk konservasi yang terbaik mengingat

satu populasi tidak dapat hidup sendiri. Dia memerlukan interaksi dengan spesies

lain dan lingkungannya. Langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan

konservasi in situ ialah pembatasan eksploitasi (alat, waktu, dan area),

pencegahan kerusakan lingkungan perairan, dan penetapan daerah lindungan

(reservat). Sedangkan Konservasi ex Situ Konservasi ex situ adalah perlindungan

populasi di luar habitat alaminya. Konservasi ex situ tidaklah mudah. Banyak

spesies yang bila dibawa keluar dari habitat aslinya tidak mudah beradaptasi

dengan lingkungan barunya. Konservasi ex situ tidaklah mudah. Banyak spesies

yang bila dibawa keluar dari habitat aslinya tidak mudah beradaptasi dengan

lingkungan barunya (Syafei, 2017).


30

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari Senin tanggal 01 November 2021 pukul

10.00 sampai dengan selesai di Sungai Deli, Labuhan Batu, Sumatera Utara dan

beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan, Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah millimeter blok yang

digunakan untuk mengidentifikasi ikan tangkapan alam yang tertangkap di Sungai

Deli, Labuhan Batu, Sumatera Utara

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan air tawar liat yang

digunakan sebagai bahan analisis dan buku identifikasi untuk mengidentifikasi

jenis ikan air tawar.

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur mengidentifikasi ikan air tawar liar yaitu sebagai berikut:

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Diletakkan ikan air tawar di atas millimeter blok

3. Didokumentasikan ikan dengan kamera handphone

4. Dilakukan identifikasi menggunakan buku identifikasi ikan.


31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari Praktikum ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Ikan Air Tawar Liar yang ditemukan di Kota Medan

No Gambar Klasifikasi Ciri –ciri


1 Kerajaan : Animalia memiliki kulit
Filum : Chordata keras seperti duri
Kelas : Pisces berwarna hitam
Ordo : Siluridea dengan pola
Famili : Loricarinae bintik, panjang
Genus : Preryfoplichtys maksimal 70 cm
Spesies : P. pardalis dan pemakan
Gambar 1. Sapu-sapu
(Pterygoplichtys pardalis) detritus di
perairan, hidup di
air tatawar seperti
sungai
2 Kerajaan : Animalia Lele mudah
Filum : Chordata dikenali
Kelas : Actinopetri karenatubuhnya
Ordo : Siluiformes yang licin, agak
Famili : Clariidae pipih memanjang,
Genus : Clarias serta memiliki
Spesies : C. batrachus "kumis" yang
Gambar 2. Ikan Lele panjang, yang
(Clarias batrachus) mencuat dari
sekitar bagian
mulutnya. Dapat
hidup
dilingkungan
yang rendah O2
32

3 Kerajaan :Animalia Memiliki ciri


Filum : Chordata rahang bawah
Kelas : Actinopterygii meruncing. Dapat
Ordo : Beloniformes menjadi
Famili : bioindikator
Hemiramphidae perairan
Genus : Hemiramphus berwarna abu
Gambar 3. Ikan Julung
(Hemiramphus far) Spesies : H. far kecoklatan hidup
di sungai yang
berarus tenang.

4 Kerajaan : Animalia Memiliki duri


Filum : Chordata sepanjang
Kelas : Osteichytes tubuhnya, warna
Ordo : Perciformes tubuh kehitaman,
Famili : Cichlidae pemakan segala
Genus : Orechromis (omnivora),

Gambar 4. Ikan Nila Spesies : O. niloticu jumlah sirip ekor


(Oreochromis niloticus ) 7-12 buah.

5 Kingdom : Animalia Bulat panjang


Filum : Chordata seperti ulat dan
Kelas : Actiinopterygii tidak bersisik,
Ordo :Synbranhiformes kulitnya licin
Famili : Synbranchidae mengeluarkan
Genus : Monopterus lender. Matanya
Spesies : M. albus kecil hamper
Gambar 5. Belut
tertutup kulit.
(Monopterus albus)
Berwarna coklat
gelap.
33

6 Kerajaan : Animalia Kepalanya


Filum : Chordata berukuran lebih
Kelas : Acninopetri besar disbanding
Ordo : tubuhnya, sisik
Anabantiformes keras, tubuh
Famili : Anabantidae mencapai
Genus : Anabas panjang
Spesies : A. testudineus maksimal 25
Gambar 6. Ikan Betok
cm, sisi samping
(Anabas testudineus).
tubuh berwarna
kekuningan.

7 Kerajaan : Animalia Kepala bersisi


Filum : Chordata pipih, dan lebar,
Kelas : Acninopetri mata terdapat
Ordo : Perciformes pada anterior
Famili : Channidae kepala. Sirip
Genus : Channa punggung lebih
Spesies : C. striata panjang dari
Gambar 7. Ikan Gabus sirip ekor.
(Channa striata).

8 Kerajaan : Animalia Tubuh pipih


Filum : Chordata jorong,
Kelas : Acninopetri moncong
Ordo : Perciformes runcing, mulut
Famili : kecil. Sisik
Osphronemidae kecil, bersusun
Genus : Trichogaster miring. Dan
Gambar 8. Ikan Sepat
Spesies : T.pectoralis gurat sisi
(Trichogaster pectoralis).
sempurna.
34

Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan salah satu jenis ikan liar

air tawar yang didapatkan di Kota Medan, khususnya sungai Deli yaitu Ikan Lele

(Clarias batrachus). Ikan lele yang ditemukan di sungai Deli memiliki perbedaan

warna yang lebih pucat dibandingkan ikan lele yang dibudidayakan. Hal ini sesuai

dengan Warseno (2018) yang menyatakan bahwa Ikan Lele Lembat

(C. leiacanthus) merupakan jenis lele liar yang hidup pada habitat sungai dengan

aliran air yang mengalir pelan, telaga, rawa, dan areal sawah. Ikan-ikan marga

Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip

punggung dan sirip anus yang juga panjang kadang-kadang menyatu dengan sirip

ekor, menjadikannya seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang

dibagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung

moncong, dilengkapi dengan empat pasng sungut peraba yang amat beruna bagi

lele untuk bergerak di tempat yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan

tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang pastil, yaitu

duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Habitat ikan lele disungai

dengana rus yang tenang atau mengalir perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang

tergenang air. Ikan lele tidak pernah ditemkan di air asin atau air payau. Ikan lele

bersifat mencari makanan pada malam hari.

Berdasarkan praktik lapangan yang telah dilakukan menurut informasi

warga sekitar sungai Deli, Ikan sapu-sapu melimpah di perairan sungai tersebut.

Hal ini dikarenakan ikan sapu-sapu mudah berkembangbiak dan toleran terhadap

pencemaran perairan. Ikan sapu-sapu yang kami temukan berukuran 30 cm

dengan warna abu kehitam-hitaman. Seperti yang kita ketahui banyak pabrik
35

disekitar aliran sungai Deli. Hal ini sesuai dengan Pinem et al., ( 2018) yang

menyatakan bahwa Ikan ini nyaris hidup bersama dengan ikan akuarium apa saja

yang diperdagangkan dalam ukuran kecil dan sedang. Meskipun demikian, ia bisa

tumbuh sepanjang 60 cm dan menjadi kurang aktif dan kurang bersahabat. Ikan

sapu-sapu bukan ikan asli Indonesia melainkan merupakan jenis ikan hasil

introduksi dari Brazil. Ikan sapu-sapu merupakan jenis ikan yang sering

ditemukan di sungai, danau atau rawa. Ikan ini paling bisa beradaptasi dengan

perairan yang kandungan oksigen terlarutnya rendah dimana pertumbuhannya

relatif cepat tanpa membutuhkan pemeliharaan yang intensif seperti jenis ikan

lainnya. Selain itu ikan sapu-sapu merupakan hewan pemakan alga atau sisa-sisa

pakan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapati benih ikan julung

dengan ciri mulut runcing dengan warna abu kecoklatam. Menurut informasi

masyarakat sekitar ikan julung sering ditemukan pada saat air naik/ musim

penghujan, namun kelimpahan ikan julung tidak terlalu banyak karena jarang

didapatkan oleh masyarakat pada saat mincing di sungai tersebut. Hal ini sesuai

dengan Supiana (2018) yang menyatakan bahwa. Tipe mulut memiliki rahang

bawah berukuran lebih panjang dari rahang atas. Pada rahang atas terdapat lubang

hidung dan memiliki lekukan yang menonjol. Ikan julung-julung memiliki sirip

perut yang kecil, sirip punggung terletak lebih kebelakang, sirip perut pada jari ke

4 memanjang dan meruncing kebelakang, serta sirip ekor yang memiliki bentuk

bulat. Tubuh ikan ditutupi oleh sisik dan Kusumah et al.,( 2014) yang menyatakan

bahwa Habitat perairan tawar dan payau yang ditempati berbagai spesies ikan

julung-julung Zenarchopteridae bervariasi mulai dari sungai (dasar lumpur, pasir,


36

hingga batuan), anak sungai beraliran deras, rawa, danau, aliran irigasi, kolam,

hingga kawasan estuari dan sungai dengan dasar lumpur dengan kedalam berkisar

5 cm hingga 1 m. Area yang menjadi lokasi pemijahan berupa bagian tepi kolam

dan sungai beraliran tenang yang ditumbuhi berbagai vegetasi berupa tumbuhan

air hingga rerumputan. Pada spesies H. sesamum, jenis perairan yang menjadi

habitatnya adalah perairan mengalir jernih dari anak sungai kecil, kedalaman 2 m

dan lebar antara 2-5 m, dasar berupa pasir maupun batu, lebih menyukai kolam

tenang dekat atau di bawah vegetasi.

Berdasarkan hasil praktikum dilapangan di dapatkan sumberdaya hayati

ikan air tawar liar yang masih banyak dijual di beberapa pasar tradisional di

daerah Medan Marelan yaitu Belut. Hal ini sesuai dengan Scabra dan Azhat

(2019) yang menyatakan bahwa Ikan belut termasuk ke dalam famili

Synbranchidae dengan nama spesies Monopterus albus. Nama internasional ikan

ini adalah Eels yang juga merupakan nama internasional dari ikan sidat. Pembeda

antara keduajenis ikan ini adlaah nama lokal dan nama ilmiahnya. Ikan belut

memiliki berbagai macam sebutan nama lokal, antara lain belut, lindung, welut

(Pulau Jawa), beludi (Madura) dan belan di Sumatera. Ikan ini tergolong ke dalam

genus Monopterus yang memiliki kebiasaan bernafasnya obligate air-breather.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan hasil dari kegiatan

memancing ikan di daerah dekat dengan sungai dan rawa didapato beberapa ikan

yaitu ikan nila, betok dan ikan gabus. Hal ini sesusai dengan Mujalifah et al.,

(2018) yang menyatakan bahwa Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai,

danau, waduk dan rawa-rawa tetapi karena toleransi ikan nila tersebut sangat luas

terhadap salinitas (euryhaline) sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau
37

dan air laut. Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0-35 ppt (part per thousand),

pertumbuhan ikan nila secara optimal pada saat salinitas 0-30 ppt. Nila dapat

hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. Setiap oragnisme

pada saat beraktivitas masing-masing melakukan adaptasi untuk dapat tetap

bertahan hidup dalam lingkungannya. Bentuk adaptasi yang dilakukan organisme

pun berbeda. Adaptasi ikan air tawar dapat dilihat secara morfologi dan secara

fisiologi

Berdasarkan hasil praktikum didapati ikan betok berukuran 10-15 cm yang

didapatkan dari proses memancing. Hal ini sesuai dengan Syulfa et al., (2015)

yang menyatakan bahwa Ikan betok (Anabas testudineus) adalah spesies ikan asli

Indonesia yang hidup di perairan rawa, sungai, danau dan genangan air lainnya.

Ikan betok dapat memijah sekali dalam setahun pada saat musim penghujan. .

Habitatnya mulai dari sungai, danau, saluran air, parit, rawa, sawah, waduk, dan

kolam-kolam yang berhubungan dengan saluran air terbuka perairan yang kotor,

serta genangan air tawar maupun air payau dan biasanya melimpah diperairan

yang terdapat banyak tumbuhan air karena merupakan ikan yang suka

bergerombol dan hidup dalam naungan pohon tumbang serta akar tumbuhan air.

Klasifikasi ikan betok menurut Bloch, 1792 dalam www.fishbase.com dan

termasuk dalam kelompok teleostei, ordo: perciformes, serta merupakan bagian

dari famili anabantidae. Nama lokal ikan ini yaitu betok (Jawa), betik (Sumatera),

papuyu (Kalimantan).

Berdasarkan hasil praktikum dilapangan menurut informasi masyarakat

sekitar sungai deli, biasanya masyarakat yang memancing mendapatkan ikan

gabus ketika air sedang naik atau selesai hujan. Hal ini membuktikan adanya
38

beberapa spesies ikan gabus yang hidup di sungai Deli. Hal ini sesuai dengan

Muslim (2017) yang menyatakan bahwa Ikan gabus dapat hidup di sungai, danau,

kolam, bendungan, waduk, rawa, lebak, banjiran, sawah bahkan di parit-parit air

payau. Ikan gabus banyak ditemukan di rawa-rawa banjiran dan sungai atau

dikenal dengan sebutan masyarakat Sumtaera Selatan dengan istilah Lebak

lebung. Ikan gabus merupakan jenis ikan air tawar yang dapat hidup di sungai,

danau, kolam, bendungan, rawa banjiran, sawah bahkan parit dan pada masa larva

ikan gabus memakan zooplankton dan pada ukuran fingerling, makanannya

berupa serangga, udang dan ikan kecil. Pada fase pascalarva ikan gabus memakan

makanan yang mempunyai kuantitas yang lebih besar seperti Daphnia dan

Cyclops, sedangkan ikan dewasa akan memakan udang, serangga, katak, cacing

dan ikan.

Berdasarkan hasil praktikum didapati 8 jenis ikan air tawar yaitu Ikan

sapu-sapu (Pterygoplichtys pardalis), Ikan Lele Lembat (C. leiacanthus), ikan

julung-julung (Zenarchopteridae sp.), Belut sawah (Monopterus albus), Ikan nila

(Oreochromis niloticus), Ikan betok (Anabas testudineus), ikan sepat siam

(Trichogaster pectoralis), dan Ikan gabus (Channa striata). Hal ini membuktikan

masih beragamnya sumberdaya hayati ikan air tawar di alam, dan beberapa yang

didapatkan merupakan ikan endemik asli dari Indinesia yaitu ikan betok. Hal ini

sesuai dengan Iskandar et al., (2020) yang menyatakan bahwa Indonesia memiliki

beragam jenis ikan, dimana beberapa jenis ikan tersebut bersifat native dan

endemik. Endemik artinya hanya ditemukan di habitat tertentu dengan daerah

penyebarannya yang sangat terbatas. Ikan endemik adalah jenis ikan yang terdapat

di suatu areal tertentu (sungai, danau, situs, pulau, negara, benua). Pada
39

umumnya, wilayah yang memiliki keanekaan jenis yang relatif rendah, masih

mempunyai kontribusi yang penting pada keanekaan jenis di suatu kawasan yang

lebih luas bila di areal tersebut terdapat sejumlah jenis yang endemik.

Berdasarkan hasil praktikum melimpahnya sumberdaya hayati ikan gabus

di kota Medan biasanya masyarat memanfaatkannya sebagai lauk pauk sehari-hari

atau dijadikan olahan lainnya. Hal ini sesuai dengan Utomo et al., (2015) yang

menyatakan bahwa pengolahan ikan gabus perlu dilakukan untuk lebih

meningkatkan nilai komersial ikan gabus dan memperpanjang umur simpan.

Berbagai teknologi pengolahan produk ikan telah banyak dilakukan, antara lain

pembuatan nuggets, berbagai jenis sosis, abon maupun bakso; namun pengolahan

ikan yang relatif paling sederhana, murah, tidak membutuhkan bahan-bahan kimia

tambahan dan mudah dilakukan oleh rumah tangga adalah bakso. Bakso juga

merupakan jenis makanan yang sudah umum dikenal baik dikota bahkan di

pelosok- pelosok pedesaan, terjangkau oleh berbagai kalangan ekonomi dan

digemari oleh berbagai lapisan usia; berbeda dengan nuggets dan sosis yang

selama ini lebih dikenal sebagai produk pangan untuk kalangan menengah keatas.

Berdasarkan hasil praktikum populasi ikan sapu-sapu di sungai Deli sangat

melimpah hal ini dikarenakan Ikan sapu-sapu toleran terhadap pencemaran air dan

mampu bertahan hidup di lingkungan yang minim oksigen. Saat ini sudah banyak

penelitian tentang pengolahan ikan sapu-sapu untuk dijadikan olahan makanan.

Hal ini sesuai dengan Hasanah (2019) yang menyatakan bahwa Ikan sapu-sapu

memiliki kandungan asam lemak omega-3 (EPA dan DHA) tertinggi yaitu 1,11%

dan 2,00%.
40

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis ikan air tawar hasil tangkapan alam di kota Medan ada 8 yaitu Ikan

sapu-sapu (Pterygoplichtys pardalis), Ikan Lele Lembat (C. leiacanthus),

ikan julung-julung (Zenarchopteridae sp.), Belut sawah (Monopterus albus),

Ikan nila (Oreochromis niloticus), Ikan betok (Anabas testudineus), ikan

sepat siam (Trichogaster pectoralis), dan Ikan gabus (Channa striata).

2. Ikan air tawar yang ditemukan di Kota medan dibagi kedalam tiga golongan

yaitu jenis black fish contohnya Ikan Lele, Ikan gabus, Ikan sapu-sapu, Ikan

Betok (Anabantidae), Belut, Ikan Sepat, Ikan Julung, dan Ikan

3. Ditinjau dari sudut iktiogeografis, ikan air tawar di Indonesia mendiami tiga

daerah sebaran geografis (Paparan Sunda, Daerah Wallace, dan Paparan

Sahul).

4. Ikan adalah sebagai bahan makanan yang sehat. Adanya pernyataan tersebut

maka menyebabkan animo masyarakat terhadap ikan semakin meningkat.

5. Ikan sapu-sapu, Ikan Lele Lembat, Ikan julung-julung, Belut sawah Ikan

nila, Ikan betok (Anabas), ikan sepat siam dan Ikan gabus termasuk dalam

golongan least concern (resiko rendah) artinya masih stabil di perairan.

Saran

Saran dari praktikum ini adalah agar praktikan memahami materi

mengenaisumberdaya hayati ikan air tawar hasil tangkapan liar di kota Medan.

Dan sebagai syarat mengikuti praktikal labobartorium dinamika populasi ikan.


41

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H. 2008. Ekobiologi, Habitat dan Potensi Budidaya Ikan Betok (Anabas
testudineus BLOCH) di Indonesia: Mini Review.

Akhrianti, I., dan A. Gustom. 2021. Identifikasi Keanekaragaman dan Potensi


Jenis-jenis Ikan Air Tawar Pulau Bangka. Jurnal Sumberdaya Perairan.
ISSN 1978-1652.

Aksari, D. Y., D. Perwitasari., dan N. A. Butet. 2015. Kandungan logam berat


(Cd, Hg, dan Pb) pada Ikan Sapu-sapu, Pterygoplichthys pardalis
(Castelnau, 1855) di Sungai Ciliwung. Jurnal Iktiologi Indonesia 15(3).

Astuti, R., H. Nufus., dan Alaudin. 2020. Distribusi Spasial dan Temporal Jenis
Ikan Air Tawar yang Tertangkap di Danau Ie Sayang, Woyla Barat, Aceh
Barat. Journal of Aceh Aquatic Science 4(1).

Bhagawati, D., Rachmawati, F. N., & Rukayah, S. (2017). Karakteristik


Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin.

Elfachmi dan Muliati. 2019. Inventarisasi Ektoparasit pada Ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis) di Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten
Ogan Komering Ilir. FISERIES VII-1: 1-7

Febriani, Z dan Hafsar, K. 2021. Dampak Pengelolaan Kawasan Konservasi


Perairan Terhadap Hasil Tangkapan Nelayan Pulau Mapur Kabupaten
Bintan. Jurnal Manajemen Riset dan TeknologI 1(2).

Hasanah, M. 2019. Potensi Ikan Sapu sapu Berbagai Ukuran dari Sungai Ciliwung
sebagai Sumber Asam Lemak Esensial. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Hendrik. 2010. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Tingkat Eksploitasi (Kajian


terhadap Danau Pulau Besar dan Danau Bawah Zamrud Kabupaten Siak
Provinsi Riau). Jurnal Perikanan dan Kelautan 15(2) : 121-131.

Hidayat, T dan Nurulludin. 2017. Indeks Keanekaragaman Hayati Sumberdaya


Ikan Demersal di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) 23(2):123-130.

Hidayati, I. 2020. Potensi Agribisnis Perikanan Darat di Daerah Karst Jawa


Bagian Selatan. MKG 21(2): 170 – 182.

Iskandar, A. M. Muslim., A. Hendriana., dan W. Wiyoto1. 2020. Jenis-Jenis Ikan


Indonesia yang Kritis dan Terancam Punah. Jurnal Sains Terapan 10 (1) :
53 – 59.
42

Kartamihardja, E. S., K. Purnomo., dan C. Umar. 2018. Sumber Daya Ikan


Perairan Umum Daratan di Indonesia-Terabaikan. J. Kebijak.
Perikan. Ind. 1(1): 1- 15.

Kusumah, R. V., E. Kusrini., dan M. R. Fahmi. 2016. Biologi, Potensi, dan Upaya
Budi Daya Julung-julung Zenarchopteridae sebagai Ikan Hias Asli
Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8.

Mujalifah., H. Santoso., Dan S. Laili. 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila


(Oreochromis niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau Jurnal
Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic) 3(3): 10 – 17.
Muslim, 2017. Budidaya. Ikan gabus (Channa striata). [Sripsi]. Universitas
Sriwijaya.

Ningrum, H. H. 2015. Keragaan Pertumbuhan Ikan Nila Hasil Seleksi F3, F4, dan
Lokal [SKRIPSI].
Noija, D., S. Martasuganda., B. Murdiyanto., dan A. A. Taurusman. 2014. Potensi
dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Pulau
Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 5(1):
55-64.

Nova, T. S. D., I. G. Yudha., dan Y. T. Adiputra. 2020. Identifikasi Calon Induk


Belut Sawah Monopterus albus (Zuiew, 1793) Jantan dan Betina Untuk
Pembenihan dengan Morfometrik Truss. Jurnal Perikanan 10(2) : 167-174.

Nursyamsiah., D. Efizon., dan Windarti. 2016. Kemampuan Ikan Sepat Siam


(Trichogaster pectoralis) dalam Mengendalikan Populasi Kiapu (Pistia
stratiotes).

Pinem, F. M., C. P. Pulungan., dan D. Efizon. 2015. Reproductive Biology of


Pterygoplichthys pardalis in the Air Hitam River Payung Sekaki District,
Riau Province. Faculty of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau
University.

Purwanto, H., T. A. Pribadi., dan N. K. T. Martuti. 2014. Struktur Komunitas dan


Distribusi Ikan di Perairan Sungai Juwana Pati. Unnes Journal of Life
Science 3(1).

Prianto, E., R. Puspasari., D. Oktaviani dan Aisyah. 2020. Status Pemanfaatan dan
Upaya Pelestarian Ikan Endemik Air Tawar di Pulau Sumatera. Jurnal
Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI) 8(2): 111-122.

Rahardjo, M. F. 2015. Dampak Perubahan Iklim terhadap Sumber Daya Ikan


Perairan Tawar. Prosiding Seminar Nasional Ikan VI: 11-15.
Rarung, L. k., dan Prastasik, B. 2011. Potensi Jenis-jenis Ikan Air Tawar
Konsumsi Masyarakat Aliran Sungai, Digeol Kabupaten Boven
Papua, dan Beberapa Langkah Pengelolan. Jurnal Perikanann 2(1).

Samitra, D. dan Rozi, Z. F. 2019. Potensi dan Status Konservasi Ikan di


Bendungan Lakitan Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera
Selatan. Jurnal Pro-Life 6(1).
Sanjaya., D. Samitra., dan Sepriyaningsih. 2015. Inventarisasi Jenis Ikan Air
Tawar di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Barat II Kota
Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Saputra, O., M.S. Anwari., dan Herawatiningsih. 2018. Keanekaragaman Jenis


Ikan Air Tawar di Sungai Dong Sandar dan Sungai Rempangi di
Kecamatan Sungai Laur Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari 7
(1) : 21 – 31.

Scabra, A. R. dan F. Azhar. 2019. Penyuluhan Budidaya Ikan Belut Berbasis Riset
di Desa Jago Kabupaten Lombok Tengah. Seminar Nasional Pengabdian
kepada Masyarakat Prosiding PEPADU Vol. 1.

Sekarmini, N. M., N. L. Watiniasih., dan W. Kasa. 2016. Morfometri dan


Kematangan Gonad Belut Laut (Macrotema caligans) di Pantai Sanur.
Jurnal Metamorfosa 3 (2): 86-95.

Selviana. E., Ridwan Affandi, Mohammad Mukhlis Kamal., 2019. Aspek


Reproduksi Ikan Gabus (Channa sriata) di Rawa Banjiran Aliran Sungai
Sebangau, Palangkaraya. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 25 (1): 1018

Suman. A., Hari Eko Irianto, Fayakun Satriaa, Khairul Amri., 2016. Potensi dan
Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (Wpp Nri) Tahun 2015 Serta Opsi
Pengelolaannya. Jurnal kebijakan perikanan indonesia.8(2): 97-110.

Supiana. 2018. Analisis Isi Saluran Pencernaan Ikan Julung-Julung


(Hemiramphodon pogonognathus) dari Perairan Umum Universitas
Riau. [Skripsi].

Syafei, L. S. 2017. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ikan Air Tawar.


Jurnal Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Indonesia, 11 (1): 48-62.

Suryanti, Siti Rudiyanti, Susi Sumartini. 2013. Kualitas Perairan Sungai Seketak
Semarang Berdasarkan Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton.
Journal Of Management Of Aquatic Resources 2(2) : 38-45

Suwelo, I. S. 2015. Spesies Ikan Langka dan Terancam Punah Perlu Dilindungi
Undang-Undang. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
Syulfia., R., I. Putra., dan Rusliadi. 2015. Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan
Betok dengan Padat Tebar yang Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau

Tarigan, M. I. 2015. Upaya Konservasi Indonesia Atas Sumber Daya Ikan di Laut
Lepas. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum 9(4).

Utomo, D., R. Wahyuni.,dan R. Wiyono. 2015. Pemanfaatan Ikan Gabus


(Ophiocephalus striatus) menjadi Bakso dalam Rangka Perbaikan Gizi
Masyarakat dan Upaya Meningkatkan Nilai Ekonomisnya. Fakultas
Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Wargasasmita, S. 2012. Ikan Air Tawar Endemik Sumatra uang Terancam Punah.
Jumal Iktiologi Indonesia 2(2): 41-49.

Warseno. 2018. Budidaya Lele Super Intensif di Lahan Sempit. Jurnal Riset
Daerah 8(2).

Widarmanto, N. 2018. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.


Jurnal Sabda 13 (1).

Wiryawan., Syamsuhaidi., dan Pardi. 2019. Kajian Potensi Ikan Sepat Rawa
(Trichopus trichopterus) Lebo Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat
Sebagai Pakan Unggas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia
5: (1) 35 – 45.

Zulfahmi. I., Ridwan Affandi, Djamar T.F. Lumban Batu., 2014. Kondisi
Biometrik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Linnaeus 1758) yang
Terpapar Merkuri. Jurnal Iktiologi Indonesia, 14(1): 37-48
45

LAMPIRAN

Alat

Gambar 1. Milimeter blok Gambar 2. Alat tulis

Gambar 3. Sapu-sapu Gambar 4. Ikan Lele


(Pterygoplichtys pardalis) (Clarias batrachus)

Gambar 5. Ikan Julung Gambar 6. Ikan Nila


(Hemiramphus far) (Oreochromis niloticus )
46

Gambar 7. Belut Gambar 8. Ikan Betok


(Monopterus albus) (Anabas testudineus).

Gambar 9. Ikan Gabus Gambar 10. Ikan Sepat


(Channa striata) (Trichogaster pectoralis).
47

Dokumentasi Praktikum

Gambar 11. Pasar Ikan Pajak Marelan Gambar 12. Kondisi Pajak Marelan

Gambar 13. Sungai Andan Sari, Medan Gambar 14. Sungai Andan Sari, Medan

Gambar 14. Sungai Deli, Medan Gambar 14. Sungai Deli, Medan

Anda mungkin juga menyukai