DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
: 10
PRODI
ASISTEN
: Ahmad Didin K
LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
MATERI
Spesies Terancam (Vulnerable) dari Penangkapan Berlebih
DISUSUN OLEH :
Kelompok 10
Dian Budi Arryanto
145080201111009
Fajar Rani
145080201111011
145080201111015
Wulan Suciani
145080201111045
Taslima Nashrin
14508020111007
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
hidayah-Nya, Laporan Praktikum Mata Kuliah Konservasi Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan materi Spesies Terancam (Vulnerable) dari Penangkapan Berlebih ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik moril maupun materiil. Semoga laporan ini bisa menjadi salah satu
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya di bidang perikanan dan
kelautan.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna maka kami
sangat berharap kritik dan sarannya. Akhir kata, kami berharap semoga laporan praktikum
ini dapat berguna bagi mahasiswa lainnya.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
Halaman Cover...i
Kata Pengantar.iii
Daftar Isiiv
Daftar Tabel..v
Daftar Gambar.vi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang1
1.2 Maksud dan Tujuan2
1.3 Waktu dan Tempat..2
BAB II METODOLOGI....3
2.1 Alat dan Bahan....3
2.2 Metodologi...3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...4
3.1 Data Hasil Pengamatan...4
3.2 Analisa Prosedur..5
3.3 Analisa Hasil5
BAB IV PENUTUP....9
4.1 Kesimpulan.9
4.2 Saran...9
DAFTAR PUSTAKA...10
DAFTAR TABEL
Table 1 : Alat Praktikum..3
Table 2: Bahan Praktikum..3
Table 3: Spesies Terancam Mengalami Kepunahan Karena Ancaman Dari Penangkapan
Berlebih.4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Selig and Bruno (2010) bahwa segala kegiatan manusia akhirnya akan
mempengaruhi struktur bangunan terumbu karang. Secara ekologis, sosial dan nilai
ekonomi terumbu karang mendasari betapa pentingnya konservasi terumbu karang secara
internasional. Keberhasilan kawasan konservasi laut dalam mengembalikan populasi ikan
juga merupakan dampak secara tidak langsung keberadaan terumbu karang dalam upaya
mengurangi ancaman overfishing, yang selama ini disebabkan oleh rusaknya terumbu
karang. Meskipun demikian, secara umum tingkat efektivitas keberadaan kawasan
konservasi laut dalam meningkatkan penutupan terumbu karang juga harus masih dikaji
lebih lanjut pada tiap daerah.
Pola pemanfaatan potensi alam yang kurang bijaksana dan lemahnya daya
dukung kebijakan pemerintah serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian
ekosistem pesisir menyebabkan kerusakan lingkungan di kawasan pesisir. Permasalahan
dan ancaman dalam pengelolaan kawasan konservasi laut yang terjadi akan berdampak
secara signifikan dan mampu menyebabkan degradasi sumberdaya alam, yang harus
ditangani dengan baik secara lintas sektor melalui kebijakan pengelolaan yang mampu
memberikan dampak keberlanjutan pembangunan kelautan dan perikanan. Peran
pemerintah daerah pada era otonomi daerah ini sangat strategis dalam pengelolaan
kawasan konservasi laut daerah yang mampu menjadikan perairan laut sebagai sumber
penghidupan bagi masyarakat yang berkelanjutan.
dari
ancaman
(vulnerability)
penangkapan
berlebih
berdasarkan
pengembangan atribut.
Tujuan dari Praktikum Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan ini adalah :
Mahasiswa mampu mengembangkan atribut dan menentukan urutan spesies secara
sekuensial dari ancaman (vulnerability) penangkapan berlebih karena penggunaan jenisjenis alat tangkap yang menimbulkan kerusakan (terumbu karang) dan juga mampu
menganalisis prakiraan dampak atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat dari
operasi alat tangkap.
Mahasiswa
dapat
mengetahui
prinsip
dasar
dan
teknik
tumpang
susun
(overlaytechnique) dalam proses rancangan zonasi Kawasan Konservasi Laut. Serta dapat
mengetahui pelibatan para pihak pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pengelolaan
bersama suatu Kawasan Konservasi Laut.
1.3
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Table 1Alat Praktikum
No
Nama Alat
Fungsi
.
1
2
3
Nama Bahan
Fungsi
.
1
Form Atribut
Hasil
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Pengamatan
Table 3 Spesies Terancam Mengalami Kepunahan Karena Ancaman dari Penangkapan
Berlebih
ATRIBUT
Ikan
Hiu
Penyu
Ikan
Kerapu
Pa
Tuna
Ikan
Kak
Parim
SPESIES
atua
anta
Jumlah
Lobster
Ikan
Total
Kakap
Macan
us
Sirip
Bara
Kuni
kuda
ng
0
Sidat
telur/anak
an sedikit
Komersil
dengan
harga
mahal
Reproduk
si Lama
Penyebara
nnya
terbatas
Mudah
ditangkap
Prestasi/
48
gengsi/
tradisi
Memerluk
an habitat
spesifik
Ditangkap
disemua
ukuran
Pertumbu
hannya
lambat
Sulit
dibudiday
akan
Kandunga
n nilai gizi
Total
3.2
Analisa Prosedur
Dalam pelaksanaan Praktikum Konservasi sumberdaya Perikanan dan Kelautan
dengan materi Vulnerable Species adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
dalam praktikum. Alat dan bahan yang diperlukan saat praktikum adalah LCD projector
dan screen bersama Laptop, Formulir isisan spesies dan atibut dan Alat tulis.
Setelah alat dan bahan siap langkah pertama yang dilakukan adalah menuliskan
10 atribut atau faktor yang dapat memicu status sumberdaya mengalami kepunahan
akibat penangkapan lalu menuliskan 11 contoh spesies yang berpotensi mengalami
kepunahan akibat penangkapan. Lalu memberi nilai pada setiap faktor yang dapat
memicu terjadinya kepunahan terhadap sumberdaya pada kolom spesies,beri nilai 1 untuk
atribut yang jika dirasa dapat mempengaruhi kepunahan terhadap spesies tertentu dan
beri nilai 0 untuk atribut yang jika di rasa tidak dapat mempenaruhi kepunahan terhadap
spesies tertentu.
3.3
Analisa Hasil
Dari hasil praktukum yang didapatkan, spesies yang memiliki tingkat kepunahan
paling tinggi adalah mulai dari Hiu Parimanta, Paus dan Lobster. Dan atribut tertinggi
yang mendukung akan cepatnya tingkat kepunahan suatu spesies adalah harga mudah
ditangkap, ditangkap pada semua ukuran, dan kandungan nilai gizi. Yang pertama adala
hiu parimanta. Hiu parimanta merupakan salah satu hewan yang mempunyai tingkat
kepunahan yang tertinggi saat ini karena ikan hiu mempunyai harga yang mahal. Harga
mahal yang dimiliki dari ikan hiu adalah bagian dari sirip ikan hiu tersebut. Dan karrna
harga dari ikan hiu sangat mahal, makan semua ukuran ikan hiu pun ditangkap oleh
nelayan. Pada sebagian masyarakat Indonesia, sirip ikan hiu dipercaya dapat
meningkatkan vitalitas bagi para pria dan didaerah bagian timur, sirip ikan hiu merupakan
makan prestise bagi daerah tersebut, sehingga banyak nelayan yang menangkap ikan hiu.
Selain ikan hiu memiliki harga yang mahal, ikan hiu pun sulit sekali untuk dibudidaya
dikarenakan selain ukuran tubuh yang besar, ikan hiu ini sangat sulit untuk dijinakkan dan
perkembangan atau reproduksi ikan hiu pun terhitung sangat lambat. Yang kedua adalah
paus. Menurut hasil pengamatan kami paus memiliki tingkat kepunahan tertinggi kedua
setelah ika hiu. Karena dimulai dengan adanya kesenjangan social, paus pun terhitung
mempunyai harga yang sangat tinggi sehingga banyak orang yang memburunya. Lalu
selain memiliki harga yang mahal, setiap orang yang pernah memakan paus biasanya
memiliki gengsi karena harganya mahal. Paus biasanya ditangkap untuk diambil bagian
minyaknya yang dipercaya masyarakat memiliki banyak kegunaan dan khasiat. Paus pun
tergoling sulit spesies yang sulit dibudidayakan, dikarenakan ukuran yang sangat besar
dan belum ada teknologi yang dapat membudidayakan paus. Dan urutan yang ketiga yang
memiliki tingkat kepunahan tertinggi menurut praktikum kami adalah Lobster. Lobster
sangat mahal dijual dipasaran, sehingga banyak nelayan yang mencari spesies tersebut
untuk diperjualbelikan. Lobster selain memiliki nilai gizi yang tinggi juga memiliki rasa
yang enak. Karena mulai menurunnya jumlah spesies lobster inipun pemerintah mulai
mengeluarkan undang-undang terbaru yang melarang penangkapan lobster dibawah
ukuran yang telah ditentukan.
Menurut KP3K (2013), ada beberapa biota laut yang hamper terancam punah
yaitu mulai dari ikan hiu. Upaya penangkapan ikan hiu sudah berlangsung sejak tahun
1980an. Spesies ikan ini merupakan salah satu hasil tangkapan sampingan (bycatch) dari
perikanan rawai tuna dan jaring insang tuna. Umumnya ukuran ikan yang tertangkap dan
didaratkan nelayan adalah ikan-ikan yang belum dewasa sehingga merupakan ancaman
terhadap populasi spesies ikan ini di masa mendatang karena peluang dalam proses
berkembangbiakannya menjadi lebih kecil. Di lain pihak, adanya kemungkinan praktek
finning, yaitu nelayan hanya diambil siripnya sedangkan bagian tubuh lainnya dibuang ke
laut. Yang kedua adalah kerang-kerangan yang sampai saat ini jarang kita temui dilautan,
ancamannya adalah banyak di buru dari alam oleh masyarakat lokal untuk dikonsumsi
dagingnya karena rasa yang lezat dan gizi yang tinggi. Dan yang ketiga adalah lobster,
dimana anaman yang akan didapatkan adalah Merupakan salah satu marga dari Crustacea
laut yang mempunyai potensi ekonomi penting, di Indonesia mulai berkembang dan
dibeberapa daerah juga sangat berpotensi untuk di eksport. Sangat diburu terutama
restoran-restoran sea food, perlu dilindungi keberadaan di alam yang semakin dicari baik
untuk eksport maupun untuk dikonsumsi oleh masyarakat setempat dan untuk pelestarian
spesiesnya.
Dari banyaknya spesies udang laut yang terdapat diperairan Indonesia, ada 11
spesies yang dapat dikategorikan mempunyai nilai niaga penting. Marga Penaeus
merupakan komoditi eksport terpenting, marga Metapeaeus merupakan spesies penting
yang kedua dan disusul oleh udang air tawar yaitu Macrobrachium dan Panulirus
(Lobster). Spesies ini diperkirakan populasinya kian menurun, karenanya perlu dilindungi
untuk kelestarian spesies dan pemanfaatan berkelanjutan. (Toro & Soegiarto, 1979).
Spesies yang menghadapi eksploitasi yang berlebihan adalah salah satu yang
dapat menjadi sangat terancam atau bahkan punah berdasarkan tingkat di mana spesies ini
sedang digunakan. Terikat perburuan paus selama abad 20 adalah contoh eksploitasi
berlebihan, dan industri penangkapan ikan paus membawa banyak spesies ikan paus
untuk ukuran populasi yang sangat rendah. Ketika beberapa spesies paus hampir punah,
sejumlah negara (termasuk Amerika Serikat) setuju untuk mematuhi moratorium
internasional tentang penangkapan ikan paus. Karena moratorium ini, spesies ikan paus
beberapa, seperti ikan paus abu-abu, telah membuat comeback yang luar biasa, sementara
yang lain tetap terancam atau hampir punah. (Bagus, 2003)
Menurut KSDA (2011), Kima juga termasuk spesies yang sangat tinggi tingkat
kepunahannya. Jenis Kima pada umumnya dipungut disepanjang rataan terumbu yakni
kima pasir atau fika-fika. Tidak heran, jika saat ini kima sangat digandrungi oleh orang
karena bernilai ekonomi penting karena dagingnya sangat enak dikonsumsi. Bahkan
penduduk di pesisir dan pulau-pulau telah mengkonsumsi kima sejakdulu. Ancaman
kepunahan dari kima sendiri juga adalah karena memiliki harga yang tinggi. Di Australia
memiliki harga sampai US$44/kg dan US$5.04/ekor. Nilai ekonomi yang tinggi
menyebabkan eksploitasi terus berlangsung, sekalipun kima merupakan fauna yang
dilindungi secara internasional dan nasional. Nilai ekonomi sebagai factor pendukung
utama eksploitasi kima di alam. Pengambilan kima secara besar-besaran terjadi pada
tahun 1980-an yang menyebabkan overfishing hinga saat ini.
Manta birostris sering tertangkap oleh jaring insang tuna sebagai tangkapan
sampingan ataupun sengaja ditangkap dengan cara ditombak. Tapis insangnya yang
bernilai ekonomi tinggi merupakan bagian tubuh yang paling dicari untuk dijadikan
bahan baku obat tradisional Cina. Memiliki pergerakan yang tidak cepat juga merupakan
faktor terjadinya penurunan jumlah spesies ini. Satwa yang bergerak lambat sangat
mudah ditemukan dan ditangkap pemburu, karenanya perlu dilindungi. Pari Manta
memiliki sifat biologi yang amat rentan terhadap kepunahan apabila populasinya di alam
terganggu, spesies ikan ini memiliki umur yang panjang, pertumbuhan yang lambat,
jumlah anak yang dihasilkan hanya satu ekor dalam satu siklus reproduksinya, serta
membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai dewasa (Dermawan, 2013).
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pertama Konservasi Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan dengan materi Species Vulnerability adalah sebagai berikut:
1
4.2
Saran
Dalam pelaksanaan praktikum mata kuliah Konservasi Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan sebaiknya diberi variasi lain, agar suasana di dalam kelas tidak seperti sedang
kuliah. Penyampaian materi oleh asisten diharapkan lebih jelas agar praktikan mudah
memahami. Waktu praktikum sebaiknya dipadatkan, agar tidak terlalu lama dan lebih
baik lagi apabila menggunakan hari yang tidak megambil waktu libur mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Ida Wyasa Putra. 2003. Hukum Lingkungan Internasional: Perspektif Bisnis
Internasional. Jakarta: PT. Refika Aditama.
Dermawan, Agus. 2013. Biota Perairan Terancam Punah di Indonesia. Direktorat
Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau Pulau
Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan : LIPI Jakarta.
KKP. 2015.
Informasi
Konservasi.
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/informasi-
2011.
Konservasi
Sumber
Daya
Alam
Sulawesi
Selatan.
10