Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSERVASI SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN


MATERI

Spesies Terancam (Vulnerable) dari Penangkapan Berlebih

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK

: 10

PRODI

: Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

ASISTEN

: Ahmad Didin K

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
MATERI
Spesies Terancam (Vulnerable) dari Penangkapan Berlebih

DISUSUN OLEH :
Kelompok 10
Dian Budi Arryanto

145080201111009

Fajar Rani

145080201111011

Febrina Asti Kiama

145080201111015

Wulan Suciani

145080201111045

Taslima Nashrin

14508020111007

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
hidayah-Nya, Laporan Praktikum Mata Kuliah Konservasi Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan materi Spesies Terancam (Vulnerable) dari Penangkapan Berlebih ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik moril maupun materiil. Semoga laporan ini bisa menjadi salah satu
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya di bidang perikanan dan
kelautan.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna maka kami
sangat berharap kritik dan sarannya. Akhir kata, kami berharap semoga laporan praktikum
ini dapat berguna bagi mahasiswa lainnya.

Malang, 23 Maret 2016

Kelompok 10

DAFTAR ISI
Halaman Cover...i
Kata Pengantar.iii
Daftar Isiiv
Daftar Tabel..v
Daftar Gambar.vi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang1
1.2 Maksud dan Tujuan2
1.3 Waktu dan Tempat..2
BAB II METODOLOGI....3
2.1 Alat dan Bahan....3
2.2 Metodologi...3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...4
3.1 Data Hasil Pengamatan...4
3.2 Analisa Prosedur..5
3.3 Analisa Hasil5
BAB IV PENUTUP....9
4.1 Kesimpulan.9
4.2 Saran...9
DAFTAR PUSTAKA...10

DAFTAR TABEL
Table 1 : Alat Praktikum..3
Table 2: Bahan Praktikum..3
Table 3: Spesies Terancam Mengalami Kepunahan Karena Ancaman Dari Penangkapan
Berlebih.4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

: Skema Kerja Praktikum......................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Sebagai Negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati laut (marine


biodiversity) yang tinggi, Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang berlimpah,
khususnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Indonesia memiliki ekosistem lengkap yang berperan sebagai habitat bagi ikan dan
organisme lainnya mencari makan (feeding ground), bertelur (nesting ground) dan
berpijah (Spawning ground). Lebih dari 2000 jenis ikan dan 500 jenis terumbu karang
menjadikan Negara Indonesia terkenal sebagai kawasan pusat segitiga terumbu karang
(The Coral Triangle Center ). Ekosistem terumbu karang selain memiliki fungsi bagi
biota laut, juga memiliki fungsi sebagai penyerap karbon, pemecah gelombang laut,
penghasil ikan yang sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulaupulau kecil secara khusus dan bagi seluruh rakyat Indonesia secara umum (KKP, 2015)

Menurut Selig and Bruno (2010) bahwa segala kegiatan manusia akhirnya akan
mempengaruhi struktur bangunan terumbu karang. Secara ekologis, sosial dan nilai
ekonomi terumbu karang mendasari betapa pentingnya konservasi terumbu karang secara
internasional. Keberhasilan kawasan konservasi laut dalam mengembalikan populasi ikan
juga merupakan dampak secara tidak langsung keberadaan terumbu karang dalam upaya
mengurangi ancaman overfishing, yang selama ini disebabkan oleh rusaknya terumbu
karang. Meskipun demikian, secara umum tingkat efektivitas keberadaan kawasan
konservasi laut dalam meningkatkan penutupan terumbu karang juga harus masih dikaji
lebih lanjut pada tiap daerah.
Pola pemanfaatan potensi alam yang kurang bijaksana dan lemahnya daya
dukung kebijakan pemerintah serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian
ekosistem pesisir menyebabkan kerusakan lingkungan di kawasan pesisir. Permasalahan
dan ancaman dalam pengelolaan kawasan konservasi laut yang terjadi akan berdampak
secara signifikan dan mampu menyebabkan degradasi sumberdaya alam, yang harus
ditangani dengan baik secara lintas sektor melalui kebijakan pengelolaan yang mampu
memberikan dampak keberlanjutan pembangunan kelautan dan perikanan. Peran
pemerintah daerah pada era otonomi daerah ini sangat strategis dalam pengelolaan

kawasan konservasi laut daerah yang mampu menjadikan perairan laut sebagai sumber
penghidupan bagi masyarakat yang berkelanjutan.

1.2 Maksud danTujuan


Maksud dari Praktikum Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan adalah
mahasiswa mengetahui sebab dan akibat dari overfishing, mengetahui spesies apa saja
yang terancam (speciesvulnerability), dan mampu memprioritaskan spesies secara
sekuensial

dari

ancaman

(vulnerability)

penangkapan

berlebih

berdasarkan

pengembangan atribut.
Tujuan dari Praktikum Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan ini adalah :
Mahasiswa mampu mengembangkan atribut dan menentukan urutan spesies secara
sekuensial dari ancaman (vulnerability) penangkapan berlebih karena penggunaan jenisjenis alat tangkap yang menimbulkan kerusakan (terumbu karang) dan juga mampu
menganalisis prakiraan dampak atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat dari
operasi alat tangkap.
Mahasiswa

dapat

mengetahui

prinsip

dasar

dan

teknik

tumpang

susun

(overlaytechnique) dalam proses rancangan zonasi Kawasan Konservasi Laut. Serta dapat
mengetahui pelibatan para pihak pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pengelolaan
bersama suatu Kawasan Konservasi Laut.
1.3

Waktu dan Tempat


Praktikum Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dengan materi

Spesies Terancam (Vulnerable) dari Penangkapan Berlebih dilaksanakan pada tanggal


19 Maret 2016, di Gedung D, lantai 3 ruang D.3.1, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Table 1Alat Praktikum
No

Nama Alat

Fungsi

.
1
2
3

LCD projector dan screen


Laptop
Alat Tulis

Untuk menampilkan materi praktikum


Perangkat Keras
Untuk menulis di form atribut

Table 2Bahan Praktikum


No

Nama Bahan

Fungsi

.
1

Form Atribut

Untuk lembar kerja praktikum

2.2 Skema Kerja Praktikum


Spesies Terancam (Vulnerable) dari Penangkapan Berlebih
-

Siapkan alat dan bahan (LCD projector, screen cinema, laptop,

formulir isian species atribut, dan alat tulis)


Tuliskan atribut atau faktor yang dapat memicu status

sumberdaya mengalami kepunahan akibat penangkapan


Tulislah 10 sepsies yang terancam atau berpotensi mengalami

kepunahan akibat penangkapan berlebih


Berilah nilai pada setiap faktor yang dapat memicu terjadinya
kepunahan terhadap sumberdaya pada kolom spesies sesuai
faktor atributnya. Berilah nilai 1 jika dapat mempengaruhi
kepunahan terhadap spesies tersebut. Dan berilah nilai 0 jika

tidak dapat mempengaruhi kepunahan spesies tersebut


Jumlahkan dan totalkan hasil penilaian tersebut pada kolom total
Pilihlah 3 spesies yang nilainya paling tinggi dan dirasa sangat

terancam atau berpotensi mengalami kepunahan


Catat hasilnya untuk bahan diskusi

Hasil

Gambar 1. Skema Kerja Praktikum

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Pengamatan
Table 3 Spesies Terancam Mengalami Kepunahan Karena Ancaman dari Penangkapan
Berlebih
ATRIBUT

Ikan

Hiu

Penyu

Ikan

Kerapu

Pa

Tuna

Ikan

Kak

Parim

SPESIES

atua

anta

Jumlah

Lobster

Ikan

Total

Kakap

Macan

us

Sirip

Bara

Kuni

kuda

ng
0

Sidat

telur/anak
an sedikit

Komersil
dengan
harga
mahal
Reproduk
si Lama

Penyebara
nnya
terbatas

Mudah
ditangkap

Prestasi/

48

gengsi/
tradisi

Memerluk
an habitat
spesifik

Ditangkap
disemua
ukuran

Pertumbu
hannya
lambat

Sulit
dibudiday
akan

Kandunga
n nilai gizi

Total

3.2

Analisa Prosedur
Dalam pelaksanaan Praktikum Konservasi sumberdaya Perikanan dan Kelautan

dengan materi Vulnerable Species adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
dalam praktikum. Alat dan bahan yang diperlukan saat praktikum adalah LCD projector
dan screen bersama Laptop, Formulir isisan spesies dan atibut dan Alat tulis.
Setelah alat dan bahan siap langkah pertama yang dilakukan adalah menuliskan
10 atribut atau faktor yang dapat memicu status sumberdaya mengalami kepunahan
akibat penangkapan lalu menuliskan 11 contoh spesies yang berpotensi mengalami
kepunahan akibat penangkapan. Lalu memberi nilai pada setiap faktor yang dapat
memicu terjadinya kepunahan terhadap sumberdaya pada kolom spesies,beri nilai 1 untuk
atribut yang jika dirasa dapat mempengaruhi kepunahan terhadap spesies tertentu dan
beri nilai 0 untuk atribut yang jika di rasa tidak dapat mempenaruhi kepunahan terhadap
spesies tertentu.
3.3

Analisa Hasil
Dari hasil praktukum yang didapatkan, spesies yang memiliki tingkat kepunahan

paling tinggi adalah mulai dari Hiu Parimanta, Paus dan Lobster. Dan atribut tertinggi
yang mendukung akan cepatnya tingkat kepunahan suatu spesies adalah harga mudah
ditangkap, ditangkap pada semua ukuran, dan kandungan nilai gizi. Yang pertama adala
hiu parimanta. Hiu parimanta merupakan salah satu hewan yang mempunyai tingkat
kepunahan yang tertinggi saat ini karena ikan hiu mempunyai harga yang mahal. Harga
mahal yang dimiliki dari ikan hiu adalah bagian dari sirip ikan hiu tersebut. Dan karrna
harga dari ikan hiu sangat mahal, makan semua ukuran ikan hiu pun ditangkap oleh
nelayan. Pada sebagian masyarakat Indonesia, sirip ikan hiu dipercaya dapat
meningkatkan vitalitas bagi para pria dan didaerah bagian timur, sirip ikan hiu merupakan
makan prestise bagi daerah tersebut, sehingga banyak nelayan yang menangkap ikan hiu.
Selain ikan hiu memiliki harga yang mahal, ikan hiu pun sulit sekali untuk dibudidaya
dikarenakan selain ukuran tubuh yang besar, ikan hiu ini sangat sulit untuk dijinakkan dan
perkembangan atau reproduksi ikan hiu pun terhitung sangat lambat. Yang kedua adalah
paus. Menurut hasil pengamatan kami paus memiliki tingkat kepunahan tertinggi kedua
setelah ika hiu. Karena dimulai dengan adanya kesenjangan social, paus pun terhitung
mempunyai harga yang sangat tinggi sehingga banyak orang yang memburunya. Lalu
selain memiliki harga yang mahal, setiap orang yang pernah memakan paus biasanya
memiliki gengsi karena harganya mahal. Paus biasanya ditangkap untuk diambil bagian

minyaknya yang dipercaya masyarakat memiliki banyak kegunaan dan khasiat. Paus pun
tergoling sulit spesies yang sulit dibudidayakan, dikarenakan ukuran yang sangat besar
dan belum ada teknologi yang dapat membudidayakan paus. Dan urutan yang ketiga yang
memiliki tingkat kepunahan tertinggi menurut praktikum kami adalah Lobster. Lobster
sangat mahal dijual dipasaran, sehingga banyak nelayan yang mencari spesies tersebut
untuk diperjualbelikan. Lobster selain memiliki nilai gizi yang tinggi juga memiliki rasa
yang enak. Karena mulai menurunnya jumlah spesies lobster inipun pemerintah mulai
mengeluarkan undang-undang terbaru yang melarang penangkapan lobster dibawah
ukuran yang telah ditentukan.
Menurut KP3K (2013), ada beberapa biota laut yang hamper terancam punah
yaitu mulai dari ikan hiu. Upaya penangkapan ikan hiu sudah berlangsung sejak tahun
1980an. Spesies ikan ini merupakan salah satu hasil tangkapan sampingan (bycatch) dari
perikanan rawai tuna dan jaring insang tuna. Umumnya ukuran ikan yang tertangkap dan
didaratkan nelayan adalah ikan-ikan yang belum dewasa sehingga merupakan ancaman
terhadap populasi spesies ikan ini di masa mendatang karena peluang dalam proses
berkembangbiakannya menjadi lebih kecil. Di lain pihak, adanya kemungkinan praktek
finning, yaitu nelayan hanya diambil siripnya sedangkan bagian tubuh lainnya dibuang ke
laut. Yang kedua adalah kerang-kerangan yang sampai saat ini jarang kita temui dilautan,
ancamannya adalah banyak di buru dari alam oleh masyarakat lokal untuk dikonsumsi
dagingnya karena rasa yang lezat dan gizi yang tinggi. Dan yang ketiga adalah lobster,
dimana anaman yang akan didapatkan adalah Merupakan salah satu marga dari Crustacea
laut yang mempunyai potensi ekonomi penting, di Indonesia mulai berkembang dan
dibeberapa daerah juga sangat berpotensi untuk di eksport. Sangat diburu terutama
restoran-restoran sea food, perlu dilindungi keberadaan di alam yang semakin dicari baik
untuk eksport maupun untuk dikonsumsi oleh masyarakat setempat dan untuk pelestarian
spesiesnya.
Dari banyaknya spesies udang laut yang terdapat diperairan Indonesia, ada 11
spesies yang dapat dikategorikan mempunyai nilai niaga penting. Marga Penaeus
merupakan komoditi eksport terpenting, marga Metapeaeus merupakan spesies penting
yang kedua dan disusul oleh udang air tawar yaitu Macrobrachium dan Panulirus
(Lobster). Spesies ini diperkirakan populasinya kian menurun, karenanya perlu dilindungi
untuk kelestarian spesies dan pemanfaatan berkelanjutan. (Toro & Soegiarto, 1979).

Spesies yang menghadapi eksploitasi yang berlebihan adalah salah satu yang
dapat menjadi sangat terancam atau bahkan punah berdasarkan tingkat di mana spesies ini
sedang digunakan. Terikat perburuan paus selama abad 20 adalah contoh eksploitasi
berlebihan, dan industri penangkapan ikan paus membawa banyak spesies ikan paus
untuk ukuran populasi yang sangat rendah. Ketika beberapa spesies paus hampir punah,
sejumlah negara (termasuk Amerika Serikat) setuju untuk mematuhi moratorium
internasional tentang penangkapan ikan paus. Karena moratorium ini, spesies ikan paus
beberapa, seperti ikan paus abu-abu, telah membuat comeback yang luar biasa, sementara
yang lain tetap terancam atau hampir punah. (Bagus, 2003)
Menurut KSDA (2011), Kima juga termasuk spesies yang sangat tinggi tingkat
kepunahannya. Jenis Kima pada umumnya dipungut disepanjang rataan terumbu yakni
kima pasir atau fika-fika. Tidak heran, jika saat ini kima sangat digandrungi oleh orang
karena bernilai ekonomi penting karena dagingnya sangat enak dikonsumsi. Bahkan
penduduk di pesisir dan pulau-pulau telah mengkonsumsi kima sejakdulu. Ancaman
kepunahan dari kima sendiri juga adalah karena memiliki harga yang tinggi. Di Australia
memiliki harga sampai US$44/kg dan US$5.04/ekor. Nilai ekonomi yang tinggi
menyebabkan eksploitasi terus berlangsung, sekalipun kima merupakan fauna yang
dilindungi secara internasional dan nasional. Nilai ekonomi sebagai factor pendukung
utama eksploitasi kima di alam. Pengambilan kima secara besar-besaran terjadi pada
tahun 1980-an yang menyebabkan overfishing hinga saat ini.
Manta birostris sering tertangkap oleh jaring insang tuna sebagai tangkapan
sampingan ataupun sengaja ditangkap dengan cara ditombak. Tapis insangnya yang
bernilai ekonomi tinggi merupakan bagian tubuh yang paling dicari untuk dijadikan
bahan baku obat tradisional Cina. Memiliki pergerakan yang tidak cepat juga merupakan
faktor terjadinya penurunan jumlah spesies ini. Satwa yang bergerak lambat sangat
mudah ditemukan dan ditangkap pemburu, karenanya perlu dilindungi. Pari Manta
memiliki sifat biologi yang amat rentan terhadap kepunahan apabila populasinya di alam
terganggu, spesies ikan ini memiliki umur yang panjang, pertumbuhan yang lambat,
jumlah anak yang dihasilkan hanya satu ekor dalam satu siklus reproduksinya, serta
membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai dewasa (Dermawan, 2013).

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pertama Konservasi Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan dengan materi Species Vulnerability adalah sebagai berikut:
1

Latar belakang punahnya spesies tertentu disebabkan oleh beberapa faktor


diantaranya yaitu: Overfishing, Meluasnya wilayah penangkapan di wilayah laut,

Penambahan alat tangkap dan juga Regulasi yang kurang tegas.


Terjadinya overfishing ini disebabkan karena adanya; Open acces fishing, Illegal
fishing, Kurangnya kawasan perlindungan, Poor Fisheries Mangement, dan
adanya subsidi. Subsidi yang dimaksud adalah keringanan yang diberikan oleh
mafia atau pihak-pihak lainya yang menyediakan semua keperluan yang

dibutuhkan nelayan dengan syarat nelayan harus memenuhi permintaan mereka.


Tiga atribut atau faktor utama penyebab punahnya spesies tertentu dibandingkan
dengan spesies lainya adalah kandungan nilai gizi, mudah ditangkap, dan

komersil dengan harga tinggi.


Spesies yang paling rawan mengalami kepunahan adalah hiu parimanta, paus,
dan lobster.

4.2

Saran
Dalam pelaksanaan praktikum mata kuliah Konservasi Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan sebaiknya diberi variasi lain, agar suasana di dalam kelas tidak seperti sedang
kuliah. Penyampaian materi oleh asisten diharapkan lebih jelas agar praktikan mudah
memahami. Waktu praktikum sebaiknya dipadatkan, agar tidak terlalu lama dan lebih
baik lagi apabila menggunakan hari yang tidak megambil waktu libur mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Ida Wyasa Putra. 2003. Hukum Lingkungan Internasional: Perspektif Bisnis
Internasional. Jakarta: PT. Refika Aditama.
Dermawan, Agus. 2013. Biota Perairan Terancam Punah di Indonesia. Direktorat
Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau Pulau
Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan : LIPI Jakarta.
KKP. 2015.

Informasi

Konservasi.

http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/informasi-

konservasi. Diakses pada 20 Marer 2016.


KP3K. 2013. Spesies Terancam Punah. http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/ver3/. Diakses
pada 20 maret 2016.
KSDA.

2011.

Konservasi

Sumber

Daya

Alam

Sulawesi

Selatan.

http://www.ksdasulsel.org. Diakses pada 20 Maret 2016.


Selig, E. R; Bruno, J. F. 2010. A Global Analysis of the Effectiveness of Marine Protected
Areas in Preventing Coral Loss. Jurnal Plos One: 5 (2). www.plosone.org. Diakses
20 Maret 2016.
Toro, V., dan K.A. Soegiarto. 1979. Udang, Biologi, potensi, budidaya, produksi dan
udang sebagai bahan makanan, di Indonesia. Proyek Penelitian Potensi Sumber
Daya Ekonomi, Lembaga Oseanologi Nasional-Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia: Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai