Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang
sangat jauh di sepanjang kawasan samudera hindia, Samudera Pasifik dan Asia Tenggara.
Kondisi populasi penyu saat ini semakin berkurang dan keberadaannya telah lama terancam,
baik oleh faktor alam maupun faktor kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang
membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan habitat
pantai dan kematian akibat interaksi dengan aktivitas manusia, penyebaran penyakit serta
pengambilan penyu dan telur yang tak terkendali dan cenderung liar merupakan faktor –
faktor penyebab penurunan populasi penyu. Dengan alasan masyarakat demi menggunakan
penyu dan telurnya untuk obat – obatan, bahan konsumsi, serta hanya sekedar mengkoleksi
kerangka penyu.
Sehingga segala bentuk pemanfaat dan peredarannya harus mendapat perhatian secara
serius dari pemerintah maupun masyarakatnya sendiri. Ironisnya, Meskipun pemerintah telah
menyatakan bahwa penyu adalah hewan yang dilindungi, dan juga telah mengeluarkan
banyak peraturan mengenai perlindungan spesies, namun perburuan penyu termasuk telurnya
masih marak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia.

B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Habitat Peneluran penyu hijau (Chelonian mydas) dan cara penetasan semi
alami telur penyu hijau.
2. Mengetahui teknik pelestarian penyu hijau (Chelonian mydas) .

C. Manfaat penelitian
1. Mahasiswa mampu menambah pengetahuan tentang bagaimana cara sistem penetasan telur semi
alami dan teknik pelestarian penyu hijau (Chelonia mydas) di UPT Pariaman.

2. Bagi instansi yaitu dapat Menjalin kerja sama dan saling mengenal antara Departemen kerja dan
pendidikan, sehingga bisa dijadikan referensi untuk menyiapkan tenaga kerja yang lebih maju dan
kompetetif.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. PENYU

Penyu adalah kura-kura laut yang ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data


para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau
seusia dengan dhinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter,
dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.

Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya


ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali
hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk
mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya
bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak
3.000 kilometer dapat ditempuh 58 - 73 hari. Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam,
dari 2 - 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina
sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir yang sepi dari
manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu,
dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk
bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya
dan kembali ke laut, juga penyu menggunakan magnetism bumi sebagai bantuan untuk kembali
ke kampung halamannya ketika saat masih menjadi tukik, dan kembali saat sudah dewasa untuk
bertelur. Penyu yang menetas di perairan pantai Indonesia ada yang ditemukan di sekitar
kepulauan Hawaii. Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.Tidak
banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh
seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai ke
laut kembali dan tumbuh dewasa.

2
B. KONDISI PENYU DI PARIAMAN
Kota Pariaman merupakan Kota otonom yang merupakan salah satu dari 7 (tujuh) Kabupaten
dan Kota di Sumatera Barat yang berada di pantai barat. Wilayah pesisir dan laut Kota Pariaman memiliki
keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi seperti sumberdaya. ikan. manggrove, terumbu karang
dan lain-lain. Selain itu wilayah pesisir juga memilki jasa kelautan berupa alam bawah laut untuk wisata
bahari. Tak terpaku pada wilayah pesisir saja. Kota Pariaman yang memiliki sumberdaya ikan air tawar
yang cukup menjanjikan.

Ilustrasi akan kayanya keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Kota Pariaman tersebut juga
diikuti dengan ancaman kepunahan keanekaragaman hayati itu sendiri. ancaman kepunahan memang
disadari sebagai suatu hal yang wajar karena faktor perubahan alam dan juga tekanan akibat
perkembangan manusia namun derajat kepunahan yang melesat cepat ini yang tidak bisa dikatakan wajar.
Pengelolaan keanekaragaman hayati yang lestari dan berkelanjutan sudah merupakan suatu keharusan
yang mutlak adanya dengan memperhatikan kaedah-kaedah konservasi. Ketiga hal ini dianggap sebagai
prinsip dan acuan dalam pengelolaan konservasi di Indonesia.

Hal ini merupakan solusi yang tepat alam mengurangi tingkat degradasi sumberdaya kelautan
dan perikanan itu sendiri dimana Kota Pariaman melalui Dinas Kelautan Dan Perikanan sejak tahun 2007
terus berbenah dalam memperkuat Kawasan Konservasi Perairan dan termasuk didalamnya penyelamatan

3
dan upaya pelestarian spesies langka (Penyu) melalui penangkaran telur penyu di UPT. Konservasi Penyu
Namun hal ini tidak luput dari berbagai keterbatasan yang dimiliki Pemerintah Kota Pariaman dalam
upaya tersebut dan tentu saja usaha ini tidak cukup hanya sampai disana masih banyak pekerjaan dalam
upaya. membangun, memanfaatkan dan melestarikan sumberdaya perikanan dan kelautan. Melihat sifat
ekologi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Pariaman ini merupakan kawasan pesisir yang sangat
potensi sebagai daerah peneluran Penyu lekang (Lepidochelys olivasen), penyu hijau (Chelonia mydas),
penyu sisik (Eretmochelys inmricata), penyu belimbing (Demochelys carinces), dan penyu tempayan
(Carrthcaretta). Dan masih banyak spesies yang harus dipertahankan keberadaanya di perairan untuk
menunjang pembangunan yang berkelanjutan, dengan tujuan jangka panjang yang lestari dan
mensejahterakan masyarakat Kota Pariaman khususnya dan dunia umumnya.

4
C. TEKNIK PELESTARIAN PENYU DI KOTA PARIAMAN

1. Menjaga habitatnya
2. Tidak memburunya
3. Tidak mengambil telurnya
4. Tidak memperjualbelikan
5. Jika menemukannya segera dibawa ke kebun binatang/penangkaran hewan

D. SARANA DAN PRASARANA

Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh UPT Konservasi meliputi Penyu kegiatan baik rutin
ataupun operasional guna menunjang Konservasi berazazkan terlaksananya Penyu yang
Lingkungan serta multi effect kepada masyarakat, diantara adanya ruang inkubasi peneluran
penyu, Hacthery, ruang karantina, pos jaga, kantor, ruang informasi, serta fasilitas Pendukung
lainnya diantaranya kesediaan fasilitas menyelam untuk pelaksanaan monitoring Terumbu
karang yang notabanenya merupakan satu kesatuan dalam sebuah siklus kehidupan penyu.
Fasilitas ini merupakan hasil dari pembangunan APBN dan APBD tahun 2009 dan terus
mengalami perkembangan dengan penambahan fasilitas demi tercapainya Kawasan. Konservasi
penyu yang berbasis ekowisata dan kawasan konservasi pendidikan.

5
BAB III PENUTUP

6
A. KESIMPULAN
1. Konsep pengembangan dan pengelolaan kawasaan konservasi penyu sebagai kawasan
ekowisata di Kota Pariaman lebih mengutamakan kepentingan ekonomi dan ekologi dan
mengabaikan peran serta masyarakat.
2. Dalam dokumen perencanaan penyusunan zonasi terkait peruntukan kawasan, tidak
dilengkapi dengan program mitigasi kebencanaan, perhitungan valuasi ekonomi maupun
tidak memperkirakan dampak yang terjadi baik secara ekologi, ekonomi maupun sosial
budaya terhadap pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi penyu sebagai
kawasan ekowisata.
3. Pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi penyu mempunyai dampak positif
terhadap penyelamatan populasi penyu sebagai satwa yang dilindungi dengan indikator
meningkatnya jumlah butir penyu yang berhasil diselamatkan dan tingginya penetasan telur
penyu, keinginan untuk berpartisipasi tinggi kecuali partisipasi dalam mengikuti sosialisasi
sangat rendah, dan secara ekonomi belum memberi keuntungan yang signifikan untuk
Pemerintah Kota Pariaman, begitu juga dengan masyarakat yang tinggal disekitar kawasan
belum merasakan manfaat keberadaan kawasan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat.

B. SARAN

1. Diharapkan kepada pemerintah Kota Pariaman, untuk meningkatkan sumber daya Pengelola
Kawasan Konservasi Penyu

2. Perlu dilakukan penyempurnaan dokumen penyusunan zonasi kawasan dan rencana


penyusunan pengelolaan kawasan supaya terjadi sinkronisasi data kedua dokumen tersebut

3. Mengajak pihak swasta dan peran serta masyarakat untuk turut serta mengelola kawasan
konservasi penyu secara profesional dengan konsep wisata berkelanjutandengan manajemen
kolaborasi dengan mengedepankan transparansi, kebersamaan, dan partisipasi.

Anda mungkin juga menyukai