Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antimikorba adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, zat
tersebut memiliki khasiat atau kemampuan untuk mematikan/menghambat pertumbuhan
kuman sedangkan toksisitas terhadap manusia relative kecil. Pernyataan tentang definisi
antimikroba menurut Waluyo (2004), antimikroba merupakan suatu zat-zat kimia yang
diperoleh/dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme, zat tersebut mempunyai daya
penghambat aktifitas mikororganisme lain meskipun dalam jumlah sedikit.

Pengertian antimikroba menurut Entjang (2003) dalam Rostinawati (2009),


antimikroba adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang mempunyai
khasiat antimikroba.Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit, adalah obat
yang digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh karena terjadi
infeksi mikroba atau invasi parasit. (ISO Indonesia, 2013).

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang


merugikan manusia. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama fungi, yang dapat menghambat mikroba jenis lain. (Anonim, 2012).Banyak
orang mengira antibiotika diberikan untuk mengobati masuk angin atau flu.
Memang antibiotika dapat diberikan bersama-sama dengan obat flu, tetapi
tujuannya hanayalah untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder seperti
sakit tenggorokan, bukan untuk mengobati masuk angin atau flu, yang disebabkan
oleh virus, bukan bakteri. (Harkness, 2005).

Salah satu dari masalah-masalah utama yang berkaitan dengan pemakaian


zat-zat kemoterapeutik (antimikroba) secara luas ialah terbentuknya resistensi pada
mikroorganisme terhadap obat-obatan ini. Dengan berkembangnya populasi
mikroba yang resisten, maka antibiotik yang pernah efektif untuk mengobati
penyakit-penyakit tertentu kehilangan nilai kemoterapeutiknya. Terbentuknya
resistensi, yang merupakan fenomena biologis yang mendasar, menunjukkan
bahwa di dalam pemakaian zat-zat kemoterapeutik diperlukan kehati-hatian yang
tinggi. Zat-zat tersebut tidak boleh digunakan sembarangan atau tanpa pembedaan.
Sejalan dengan hal tersebut, jelas bahwa ada kebutuhan yang terus-menerus untuk
mengembangkan obat-obat baru dan berbeda untuk menggantikan obat-obat yang
telah menjadi efektif. (Pelczar, 2007).

1
B.Rumusan Masalah

1. Apa itu antimikroba?


2. Bagaimana mekanisme kerja antimikroba?
3. Apa efek samping penggunaan antimikroba?

C.Tujuan

1. Mengetahui pengertian antimikroba


2. Memahami mekanisme kerja antimikroba
3. Mengetahui efek samping penggunaan antimikroba

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Antimikroba

Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit, adalah obat yang


digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh infeksi mikroba
atau invasi parasite (ISO Indonesia, 2013).Antimikroba adalah obat pembasmi
mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat mikroba
jenis lain. (Anonim, 2012).

Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan suatu


organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau
menghambat mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibiotik merupakan zat
kimia yang dihasilka oleh suatu mikroorganisme yang menghambat
mikroorganisme. (Pelczar, 2007).

Pencarian antibiotik dimulai pada akhir tahun 1800-an ketika teori


tentang asal-usul penyakit yang menyebutkan bahwa bakteri dan mikroorganisme
lain sebagai penyebab penyakit diterima oleh masyarakat luas. Pada tahun 1877,
Louis Pasteur menemukan kenyataan bahwa bakteris antraks yang dapat
menyebabkan penyakit antraks dan berakibat pada kegagalan pernapasan, dapat
dikurangi patogenitasnya pada hewan uji setelah hewan ui tersebut diinjeksi
dengan bakteri yang diisolasi dari tanah. Pada awal tahun 1920, ilmuwan Inggris,
Alexander Flemming menemukan enzim lisosim pada air mata manusia.

Enzim tersebut dapat melilis sel bakteri. Enzim pada air mata manusia
ini merupakan contoh agen antimikroba yang pertama kali di temukan sel
bakteri. Penemuan Flemming yang kedua terjadi secara tidak sengaja pada tahun
1928, saat ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus yang ia tumbuhkan
dengan metode streak pada media Agar di cawan petri mengalami lisis di sekitar
pertumbuhan koloni kapang kontaminan. Ia menemukan bahwa koloni kapang
tersebut merupakan Pennicillium sp. (Pratiwi, 2008).

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat


menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan
ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriosida.
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau
membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan
kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat
dari bakteriostatik menjadi bakteriosida bila kadar antimikrobanya ditingkatkan
melebihi KHM. (Priyanto, 2008).

3
Walaupun suatu antimikroba berspektrum luas, efektivitas kliniknya belum
tentu seluas spektrumnya sebab efektivitasnya maksimal diperoleh dengan
menggunakan obat terpilih oleh untuk infeksi yang sedang dihadapi terlepas dari
efeknya terhadap mikroba lain. Di samping itu antimikroba berspektrum luas
cenderung menimbulkan superinfeksi oleh kuman atau jamur yang resisten. Di
lain pihak pada septikemia yang penyebabnya belum diketahui diperlukan
antimikroba yang berspektrum luas sementara menunggu hasil pemeriksaan
mikrobiologik. (Priyanto, 2008).

Beberapa sifat yang perlu dimiliki oleh zat antimikroba menurut Waluyo
(2004) adalah sebagai berikut.

1. Menghambat atau membunuh mikroba patogen tanpa merusak


hospes/inang, yaitu antimikroba dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
mikroba bahkan menghentikan pertumbuhan bakteri/membunuh namun tidak
berpengaruh/merusak pada hospes.

2. Bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik, yaitu antimikroba baiknya


bersifat bakterisida atau bersifat menghentikan laju pertumbuhan/membunuh mikroba
bukan bakteriostatik yang hanya menghambat laju pertumbuhan mikroba.

3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman atau mikorba, yaitu antimikroba


tidak akan menimbulkan kekebalan kepada mikroba sehingga antimikorba tidak dapat
digunakan untuk menghentikan pertumbuhan mikroba patogen lagi.

4. Berspektrum luas, yaitu antimikroba efektif digunakan untuk berbagai


spesies bakteri, baik bakteri kokus, basil, dan spiral.

5. Tidak menimbulkan alergenik atau menimbulkan efek samping bila


digunakan dalam jangka waktu lama, yaitu antimikroba yang digunakan sebagai obat
tidak menimbulkan efek samping kepada pemakai jika digunakan dalam jangka waktu
lama.

6. Zat antimikroba tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh atau eskudat,
antimikroba yang berada dalam plasma atau cairan tubuh tetap bersifat aktif dan tidak
dalam keadaan berhenti tumbuh atau dormansi.

7. Zat antimikroba dapat larut dalam air dan stabil, antimikroba dapat larut dan
menyatu dalam air.

4
2. Mekanisme Kerja Zat Antimikroba

Berdasarkan beberapa ahli menyebutkan bahwa mekanisme kerja zat antimikroba


mengganggu bagian-bagian yang peka di dalam sel, yaitu:

1) Antimikroba menghambat metabolisme sel Untuk bertahan hidup dan melangsungkan


kehidupan, mikroba membutuhkan asam folat. Mikroba patogen tidak mendapatkan
asam folat dari luar tubuh, sehingga mikroba perlu mensintesis asam folat sendiri. Zat
antimikroba akan mengganggu proses pembentukkan asam folat, sehingga
menghasilkan asam folat yang nonfungsional dan metabolisme dalam sel mikroba
akan terganggu (Setiabudy, 2007).

2) Antimikroba menghambat sintesis protein Suatu sel dapat hidup apabila molekul-
molekul protein dan asam nukleat dalam sel dalam keadaan alamiahnya. Terjadinya
denaturasi protein dan asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki
kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat dari beberapa zat kimia dapat
mengakibatkan koagulasi ireversibel komponen sel yg mendukung kehidupan suatu
sel (Pelczar, 1988 dalam Rahmadani, 2015).

3) Antimikroba menghambat sintesis dinding sel Bakteri dikelilingi oleh struktur kaku
seperti dinding sel yang berfungsi untuk melindungi membrane protoplasma yang ada
dalam sel. Senyawa antimikroba mampu merusak dan mnecegah proses sintesis
dinding sel, sehingga akan menyebabkan terbentuknya sel yang peka terhadap
tekanan osmotik (Waluyo, 2004).

4) Antimirkoba menghambat permeabilitas membrane sel Membrane sel berfungsi


untuk penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan pengangkutan aktif dan
mengendalikan susunan dalam sel. Membran sel mempengaruhi konsentrasi metabolit
dan bahan gizi di dalam sel dan tempat berlangsungnya pernafasan sel serta aktivitas
sel biosintesis tertentu. Beberapa antimikorba dapat merusak salah satu fungsi dari
membrane sel sehingga dapat menyebabkan gangguan pada kehidupan sel (Waluyo,
2004).

5) Antimikroba merusak asam nukleat dan protein DNA, RNA dan protein memegang
pernana penting di dalam proses kehidupan sel. Sehingga gangguan apapun yang
terjadi dalam pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dalam mengakibatkan
kerusakan secara menyeluruh pada sel (Pleczar, 1988 dalam Rahmadani, 2015).

5
Cara kerja antimikroba mengobati infeksi bakteri bervariasi sesuai dengan
jenis dari antimikroba (antibiotik) itu sendiri. Berdasarkan formulasi obat dan
cara memerangi bakteri, ada dua cara kerja dari antimikroa dalam menghambat
bakteri :

1. Bakteriostatik
Antimikroba yang tergolong bakteriostatik menghambat pertumbuhan
bakteri, alih-alih membunuhnya secara langsung. Karena bakteri patogen
terhambat pertumbuhannya, sistem kekebalan tubuh dapat dengan mudah
memerangi infeksi. Mekanisme kerja antimikroba bakteriostatik adalah
dengan mengganggu sintesis protein pada bakteri penyebab penyakit.
Contoh antimikroba bakteriostatik adalah Spectinomycin (Obat Gonore),
Tetracycline (Obat infeksi), Kloramfenikol (Untuk infeksi bakteri), dan
Makrolida (efektif untuk bakteri gram positif).

2. Bakteriasida
Antibiotik bakteriasida mengandung senyawa aktif yang secara langsung
membunuh bakteri. Untuk membunuh bakteri, antibiotik jenis ini
menargetkan dinding sel luar, membran sel bagian dalam, serta susunan
kimia bakteri.
Contoh antimikroba bakteriasida adalah Penisilin (menyerang dinding sel
luar), Polymyxin (menargetkan membran sel), dan Kuinolon (mengganggu
jalur enzim). Beberapa zat bakteriosida digunakan sebagai desinfektan,
sterilisasi, dan antiseptik.

3. Antimikroba dengan Sasaran Spesifik


Satu jenis antimikroba tidak adakan mampu membunuh semua bakteri.
Dengan demikian, selain klasifikasi menurut modus tindakan, antimikroba
juga diklasifikasikan berdasarkan kekhususan target.
Itu sebabnya, antimikroba juga bisa diklasifikasikan menjadi antimikroba
spektrum luas dan antimikroba spektrum sempit.
a. Antimikroba Spektrum Luas efektif membunuh jenis bakteri patogen
(misalnya tetrasiklin, tigesiklin, dan kloramfenikol).
b. Antimikroba Spektrum Sempit direkomendasikan untuk mengobati
jenis tertentu dari bakteri penyebab penyakit (misalnya
oxazolidinone dan glisilsiklin).

Antibiotika adalah salah satu jenis contoh dari antimikroba. Antibiotika


adalah zat yang dihasilkan mikroba, terutama fungi, dan berkhasiat dapat
menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga terbagi dalam
beberapa kelompok, yaitu :

6
1. AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida digunakan untuk beberapa jenis diare dan kondisi lain
yang khas. Contoh obat dari golongan Aminoglikosida adalah Kantrex,
Mycifradin, Kanamisin, Neomisin. Terdapat beberapa interaksi antara
antibiotik golongan ini dengan antibiotik golongan lain, seperti :
a. Aminoglikosida – Aminoglikosida (yang lain)
Efek merugikan masing-masing antibiotikda dapat meningkat.
Akibatnya : mungkin fungsi pendengaran dan ginjal rusak permanen.

b. Aminoglikosida – Pil KB
Efek pil KB dapat berkurang. Akibatnya : resiko hamil meningkat,
kecuali jika digunakan untuk kontrasepsi lain.

c. Aminoglikosida – Sefalosporin
Efek samping merugikan dari masing-masing obat dapat meningkat.
Akibatnya : ginjal mungkin rusak. Gejala yang dilaporkan : pengeluaran
air kemih berkurang, ada darah dalam air kemih, rasa haus yang
berlebihan, hilang nafsu makan, lemah, pusing, mengantuk, dan mual.

d. Aminoglikosida – Digoksin
Efek digoksin dapat berkurang. Digoksin digunakan untuk mengobati
layu jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak
teratur. Akibatnya : kelainan jantung mungkin tidak terkendali dengan
baik.

e. Aminoglikosida – Estrogen
Efek estrogen dapat berkurang. Estrogen diberikan pada wanita yang
kekurangan estrogen selama mati haid dan sesudah histerektomi, untuk
mencegah rasa nyeri karena pembengkakan payudara sesudah
melahirkan karena ibu tidak menyusui bayinya, dan untuk mengobati
amenore.

f. Aminoglikosida – Vankomisin
Efek samping merugikan dari masing-masing obat dapat meningkat.
Akibatnya : pendengaran dan ginjal dapat rusak secara permanen.
Vankomisin adalah antibiotika yang digunakan untuk enterokolitis.

7
2. SEFALOSPORIN
Sefalosporin bertalian dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati
infeksi saluran pencernaan bagian atas seperti sakit tenggorokan, pneumonia,
infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih. Contoh
obat dari golongan Sefalosporin adalah Sefradin, Sefadroksil, dan Duficef.
Interaksi obat dengan golongan ini, diantaranya :

a. Sefalosporin – Kloramfenikol
Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang secara
berlebihan. Gejala yang dilaporkan : sakit tenggorokan, demam,
kedinginan, tukak mulut, pendarahan atau memar di seluruh tubuh,
tinja hitam pekat, dan kehilangan tenaga yang tak lazim.

b. Sefalosporin – Probenesid
Efek antibiotika sefalosporin dapat meningkat. Akibatnya : resiko
kerusakan ginjal meningkat. Gejala yang dilaporkan : pengeluaran air
kemih berkurang, nafsu makan hilang, lemah, pusing, mengantuk, dan
mual.

3. KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol diberikan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang
tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Contoh obat
dari golongan Kloramfenikol adalah Chloromycetin dan Mychel. Contoh
interaksi Kloramfenikol dengan obat lain adalah:

a. Kloramfenikol – Antikoagulan
Efek antikoagulan dapat meningkat. Antikoagulan digunakan untuk
mengencerkan darah dan mencegah pembekuan. Akibatnya: resiko
pendarahan meningkat. Gejala yang dilaporkan: memar dan pendarahan
di seluruh tubuh.

b. Kloramfenikol – Pil KB
Efek Pil KB dapat berkurang. Akibatnya : resiko hamil meningkat,
kecuali jika digunakan bentuk kontrasepsi lain.

c. Kloramfenikol – Obat Kanker


Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang ssecara
berlebihan. Gejala yang dilaporkan : sakit tenggorokan, demam,
kedinginan, tukak mulut, pendarahan atau memar di seluruh tubuh,
tinja hitam pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.

8
d. Kloramfenikol – Klindamisin atau Linkomisin
Efek kedua antibiotika dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang
diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan.

e. Kloramfenikol – Obat Diabetes


Efek obat diabetes dapat meningkat. Obat diabetes digunakan untuk
menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes. Akibatnya :
kadar gula darah dapat turun terlalu rendah. Gejala hipoglikemia yang
dilaporkan : berkeringan, lemah, pingsan, jantung berdebar, takhikardia,
sakit kepalah dan gangguan penglihatan.

f. Kloramfenikol – Estrogen
Efek estrogen dapat berkurang. Estrogen diberikan pada wanita yang
kekurangan estrogen selama mati haid dan sesudah histerektomi, untuk
mencegah rasa nyeri karena pembengkakan payudara sesudah
melahirkan karena ibu tidak menyusui bayinya, dan untuk mengobati
amenore. Akibatnya : gangguan yang diobati mungkin tidak terkendali
dengan baik.

g. Kloramfenikol – Griseofulvin
Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang ssecara
berlebihan. Gejala yang dilaporkan : sakit tenggorokan, demam,
kedinginan, tukak mulut, pendarahan atau memar di seluruh tubuh,
tinja hitam pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.

h. Kloramfenikol – Penisilin
Efek penisilin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati
mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan.

i. Kloramfenikol – Fenitoin
Efek fenitoin dapat meningkat. Fenitoin adalah antikonvulsan yang
digunakan untuk kejang dalam gangguan seperti ayan. Akibatnya :
dapat timbul efek samping yang merugikan karena terlalu banyak
fenitoin. Gejala yang dilaporkan : nanar dan gangguan penglihatan.

4. KLINDAMISIN atau LINKOMISIN


9
Klindimasin atau Linkomisin dicadangkan untuk mengobati infeksi
berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang
tidak sesuai diobati dengan penisilin. Contoh obat pada golongan ini adalah
Cleocin dan Lincocin. Interaksi yang terjadi antara Klindamisin dengan obat
lain diantaranya :

a. Klindamisin/Linkomisin – Adsorben
Efek klindamisin dan linkomisin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi
yang diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan. Adsorben
digunakan dalam obat diare.

b. Klindamisin/Linkomisin – Eritroimisin
Efek klindamisin/linkomisin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang
diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan.

5. ERITROMISIN
Eritromisin digunakan untuk mengobati infeksi saluran napas bagian
atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas
bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak,
untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit Legionnaire (penyakit yang
ditularkan oleh serdadu sewaan). Eritromisin sering digunakan untuk pasien
yang alergi terhadap penisilin. Contoh obat golongan Eritromisin adalah
Bristamycin, Pedamycin, dan Robimycin. Interaksi yang terjadi antara
Eritromisin dengan obat lain antara lain :

a. Eritromisin – Obat Asma


Efek obat asma dapat meningkat. Obat asma digunakan untuk
membuka jalan udara paru-paru dan untuk mempermudah pernapasan
penderita asma. Akibatnya : terjadi efek samping merugikan karena
terlalu banyak obat asma. Gejala yang dilaporkan : mual, sakit kepala,
pusing, mudah terangsang, tremor, insomnia, aritmia jantung, dan
kemungkinan kejang.

b. Eritromisin – Karbamazepin
Efek karbamazapin dapat meningkat. Karbamazepin adalah
antikonvulsan yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
gangguan seperti ayan. Akibatnya : terjadi efek samping merugikan
yang disebabkan karena terlalu banyak karbamazepin.

c. Eritromisin – Digoksin

10
Efek digoksin dapat berkurang. Digoksin digunakan untuk mengobati
layu jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak
teratur. Akibatnya : terjadi efek saming merugikan yang disebabkan
karena terlalu banyak digoksin.

d. Eritromisin – Penisilin
Efek masing-masing antibiotik dapat meningkat atau berkurang. Karena
akibatnya sulit diramalkan, sebaiknya kombinasi ini dihindari.

6. GRISEOFULVIN
Griseofulvin diberikan secara oral untuk mengobati infeksi fungi pada
kuli, rambut, kuku jari tangan, dan kuku jari kaki. Contoh obat pada
golongan ini adalah : Fulvicin, Grifulvin, dan Grisactin. Interaksi yang
terjadi antara Griseofulvin dengan jenis obat lain, antara lain :

a. Griseofulvin – Antikoagulan
Efek antikoagulan dapat berkurang. Antikoagulan digunakan untuk
mengencerkan darah dan mencegah pembekuan. Akibatnya : darah
dapat tetap membeku meski pun pasien diberi antikoagulan.

b. Griseofulvin – Barbiturat
Efek griseofulvin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi fungi yang
diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan. Barbiturat
digunakan sebagai sedativa atau sebagai pil tidur.

c. Griseofulvin – Primidon
Efek griseofulvin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi fungi yang
diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan. Primidon
adalah antikonvulsan yang digunakan untuk mengobati gangguan
kejang seperti pada ayan.

7. METRODINAZOL
Metrodinazol dierikan secara oral untuk mengobati infeksi
trikhomoniasis, suatu jenis vaginitis. Pengobatan dilakukan pada kedua pihak
pasangan sanggama. Contoh obat dari golongan Metrodinazol adalah Flagyl
dan Metryl. Interaksi antara Metrodinazol dengan obat lain diantaranya :

a. Metrodinazol – Alkohol

11
Kombinasi ini dapat menyebabkan reaksi yang sama seperti yang
disebabkan oleh disulfiram. Disulfiram menekan keinginan pecandu
alkohol untuk minum alkohol karena terjadi reaksi dengan alkohol
yang menyebabkan efek samping yang merugikan. Metrodinazol
menunjukkan interaksi yang sama, hanya tidak sekuat disulfiram.

b. Metrodinazol – Antikoagulan
Efek koagulan dapat meningkat. Antikoagulan digunakan untuk
mengencerkan darah dan mencegah pembekuan. Akibatnya : resiko
pendarahan meningkat. Gejala yang dilaporkan : memar dan
pendarahan di seluruh tubuh, dan tinja hitam pekat.

c. Metrodinazol – Kloramfenikol
Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang secara
berlebihan. Gejala yang dilaporkan: sakit tenggorokan, demam,
kedinginan, tukak mulut, pendarahan atau memar di seluruh tubuh,
tinja hitam pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.
Kloramfenikol digunakan untuk mengobati infeksi berbahaya yang
tidak sembuh bila diobati dengan antibiotik lain yang kurang efektif.

d. Metrodinazol – Disulfiram
Kombinasi ini dapat menimbulkan rasa bingung dan perilaku psikotik
atau perilaku yang menyimpang. Disulfiram digunakan untuk
menanggulangi kecanduan alkohol.

8. KETOKONAZOL
Ketokonazol diberikan secara oral untuk mengobati infesi fungi pada
kulit, rambut, kuku jari tangan, dan kuku jari kaki. Contoh obat pada
golongan ini adalah Nizoral. Interaksi yang terjadi antara Ketokonazol
dengan obat lain diantaranya :

a. Ketokonazol – Antasida
Efek ketakonazol dapat berkurang. Akibatnya : infeksi fungi yang
diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan. Interaksi ini
dicegah dengan menggunakan obat ketokonaol sekurang-kurangnya dua
jam seelum menggunakan antasida.

b. Ketokonazol – Simetidin

12
Efek ketokonazol dapat berkurang. Akibatnya: infeksi fungi yang
diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan. Simetidin
digunakan untuk mengobati tukak lambung. Interaksi ini dicegah
dengan cara menggunakan obat ketokonazol sekurang-kurannya dua
jam sebelum menggunakan simetidin.

9. PENISILIN
Penisilin digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian
atas seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronkhitis kronis,
pneumonia, saluran kemih. Contoh obat dalam golongan penisilin adahah
Amoksisilin, Amoxsan, Ampisilin, dan Amoxil. Interaksi antara Penisilin
dengan obat lain, diantaranya :

a. Penisilin – Alopurinol
Resiko bengkak-bengkak pada kulit akiat penggunaan antibiotik
meningkat. Alopurinol digunakan untuk mengobati pirai.

b. Penisilin – Pil KB
Efek pil KB dapat berkurang. Akibatnya : resiko hamil meningkat,
kecuali jika digunakan bentuk kontrasepsi lain.

c. Penisilin – Tetrasiklin
Efek penisilin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati
mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan.

10. TETRASIKLIN
Tetrasiklin digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti
yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam
berbintik Rocky Mountain, Syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis
intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobatik
beberapa jenis jerawat. Contoh obat dari golongan Tetrasiklin adalah
Terramycin, Tetrasiklin, dan Tetracyn. Interaksi tetrasiklin dengan obat lain,
diantaranya:

a. Tetrasiklin – Antasida
Efek tetrasiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi mungkin tidak
dapat disembuhka dengan pengobatan tetrasiklin. Untuk mencegah
interaksi ini, penggunaan masing-masing obat supaya diselang waktu
dua jam.

b. Tetrasiklin – Pencahar
13
Efek tetrasiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi mungkin tidak
dapat disembuhkan dengan pengobatan tetrasiklin.

c. Tetrasiklin – Vitamin A
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan di dalam tengkorak dengan
gejala seperti sakit kepala berat, mual, dan ganggugan penglihatan.

Beberapa senyawa antimikroba antara lain yaitu, saponin, tannin, flavonoid, xantol,
terpenoid, alkaloid dan sebagainya (Suerni, dkk, 2013). Selain senyawa antimikorba yang
diperoleh dari tumbuhan ada pula senyawa antimikroba buatan, contohnya amoxilin. Pada
dasarnya setiap senyawa antimikroba memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri dengan cara melisiskan dinding sel bakteri.

Berikut adalah beberapa senyawa antimikroba yang ada dalam tumbuhan.

1. Saponin Merupakan salah satu senyawa yang mempunyai kemampuan untuk melisiskan
dinding sel bakteri apabila berinteraksi dengan dinding bakteri (Pratiwi dalam Karlina, 2013).
Saponin yang diujikan langsung pada bakteri dapat meningkatkan permeabilitas membrane sel
bakteri, sehingga struktur dan fungsi membran sel berubah. Hal tersebut akan menganggu
kestabilan permukaan dinding sel, memudahkan zat antibakteri masuk ke dalam sel dan
mengganggu metabolisme sel yang mengakibatkan terjadinya denaturasi protein bakteri.

2. Flavonoid Merupakan senyawa fenol yang mempunyai sifat sebagai desinfektan. Karena
flavonoid yang bersifat polar membuat flavonoid dapat dengan mudah menembus lapisan
peptidoglikan yang juga bersifat polar, sehingga flavonoid sangat efektif untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif. Flavonoid mempunyai cara kerja yang sama seperti saponin
dalam hal menghambat pertumbuhan bakteri, yaitu dengan mendenarurasi protein bakteri yang
menyebabkan terhentinya aktivitas metabolisme sel bakteri. Terhentinya aktivitas metabolisme
mengakibatkan kematian pada sel.

3. Tannin Tannin merupakan senyawa yang dapat merusak membran sel bakteri. Pernyataan
yang diungkapkan oleh Pratiwi dan Karlina (2013), senyawa tanin mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mengkoagulasi protoplasma bakteri.

4. Terpenoid Senyawa antibakteri jenis terpenoid efektif dalam menghambat pertumbuhan


bakteri, fungi, virus dan protozoa. Seperti pada umumnya mekanisme kerja terpenoid dalam
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengiritasi dinding sel dan mengumpalkan
protein bakteri. Sehingga menyebabkan terjadi hidrolisi dan difusi cairan sel karena adanya
perbedaan tekanan osmosis (Pratiwi dalam Karlina, 2013).

5. Xanthone Senyawa xanthone memiliki fungsi antioksidan tinggi sehingga dapat menetralkan
dan menghancurkan radikal bebas yang memicu munculnya penyakit degeneratif.

14
6. Alkaloid Alkaloid mencakup senyawa bersifat bassa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, umumnya berupa asam amino. Alkaloid mempunyai aktivitas antimikroba yang
diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesis dinding sel,
mengubah permeabilitas membran melalui transport aktif dan menghambat sintesis protein
(Mangunwardoyo, 2009).

7. Minyak Atsiri Minyak atsiri tersusun dari beberapa senyawa utama, yaitu citral, sitronelol dan
geraniol yang bersifat antibakteri dan memiliki kemamuan untuk membunuh 18 bakteri
(Rahman, dkk, 2013). Selain itu, minyak atsiri mengandung senyawa- senyawa volatile seperti
golongan monoterpen dan sesquiterpen yang termasuk golongan senyawa bersifat antimikroba
(Emamgoreishi, 2005 dalam Dewi, dkk, 2013).

3. Efek Samping Penggunaan Antimikroba 


Efek Samping Penggunaan Antimikroba :
1. Reaksi Alergi: reaksi ini dapat ditimbukan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem
imun tubuh hospes.
2. Reaksi idiosinkrasi: gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetic
terhadap pemberian antimikroba tertentu.
3. Reaksi toksik: AM pada umumnya bersifat toksik – selektif, tetapi sifat ini relative. Selain itu
yang turut menentukan terjadinya reaksi toksik yaitu fungsi organ/system tertentu
sehubungan dengan biotransformasi dan eksresi obat. 
4. Perubahan biologik dan metabolik ; penggunaan AM, terutama yang bersepektrum luas dapat
mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mikroba yang meningkat
jumlah populasinya dapat menjadi patogen. Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora
normal tubuh dapat terjadi di saluran cerna, nafas kulit dan kelamin.

BAB III

PENUTUP

15
A.Kesimpulan
Antimikorba adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, zat tersebut
memiliki khasiat atau kemampuan untuk mematikan/menghambat pertumbuhan kuman
sedangkan toksisitas terhadap manusia relative kecil. Pernyataan tentang definisi antimikroba
menurut Waluyo (2004), antimikroba merupakan suatu zat-zat kimia yang diperoleh/dibentuk
dan dihasilkan oleh mikroorganisme, zat tersebut mempunyai daya penghambat aktifitas
mikororganisme lain meskipun dalam jumlah sedikit.Antimikroba atau antiinfeksi adalah obat
pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusiaAntibiotik adalah zat
yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat mikroba
jenis lain.Antimikroba bekerja terhadap bakteri dengan cara bakteriostatik dan
bakteriosida.Bakteriostatik adalah cara antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
bakteri dengan mengganggu sintesis protein pada bakteri patogen.Bakteriosida adalah cara
antimikroba dalam membunuh bakteri dengan menargetkan dinding sel luar, membran sel
bagian dalam serta susunan kimianya.

B.Saran

Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi materi
maupun penulisannya .Oleh karena itu,kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.Dan penulis berharap setelah membaca makalah ini,pembaca dapat
memahami isi dari materi makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8741499/Antimikroba

16
https://eprints.umm.ac.id/36811/3/jiptummpp-gdl-annisaayuw-50039-3-babii.pdf

https://dinkes.kalbarprov.go.id/kenali-resistensi-antibiotik-amr-dampak-dan-bahayanya-bagi-
tubuh/

https://chbp.fk.ugm.ac.id/2020/11/19/5-cara-mencegah-resistensi-antimikroba/

https://www.academia.edu/12802855/Program_Pengendalian_Resistensi_Antimikroba

17

Anda mungkin juga menyukai