Anda di halaman 1dari 15

ANTIBIOTIK DAN RESISTENSI

OLEH :

YUNI MAYA MUTIA,Amd.F


NIP : 19800614 200902 2006

INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA AGUNG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmatNya

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ANTIBIOTIK DAN RESISTENSI.

Makalah ini berisikan tentang pengertian antibiotik ,Klasifikasi antibiotik, cara kerja

antibiotik, efek samping antibiotik, resistensi antibiotik, dan Penyebab terjadinya resistensi

antibiotik.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu, kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata kami berharap

semoga makalah ini berguna bagi semua pihak. Sekian dan terima kasih.

Kota Agung, 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Antibiotik

B. Klasifikasi Antibiotik

C. Cara Kerja Antibiotik

D. Efek samping Antibiotik

E. Resistensi Antibiotik

F. Penyebab terjadinya resistensi Antibiotik

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi atau

jamur, yang dapat menghambat dan dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak

antibiotik saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam

prakteknya antibiotik sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya

kuinolon). Antibiotik yang akan digunakan untuk membasmi mikroba penyebab

infeksi pada manusia harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.

Artinya, antibiotika tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi

relatif tidak toksik untuk manusia.

Antibiotik adalah obat yang sangat ampuh dan sangat bermanfaat jika

digunakan secara benar. Namun, jika digunakan tidak semestinya antibiotika justru

akan mendatangkan berbagai mudharat. Yang harus selalu diingat, antibiotika hanya

ampuh dan efektif membunuh bakteri tetapi tidak dapat membunuh virus. Karena itu,

penyakit yang dapat diobati dengan antibiotika adalah penyakit-penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri.

B. TUJUAN PENULISAN

1) Untuk mendapatkan nilai Penetapan Angka Kredit (PAK) sebagai syarat


kenaikan pangkat/ golongan Pegawai Negeri Sipil fungsional Asisten
Apoteker
2) Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang penggunaan antibiotik
dan cara pengunaannya secara rasional
3) Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang resistensi antibiotik

C. RUMUSAN MASALAH

1) Maraknya pembelian antibiotik tanpa resep dokter sehingga sering terjadi


penggunaan antibiotik yang tidak rasional
2) Kurangnya informasi tentang dampak dari resistensi terhadap antibiotik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Antibotik

Antibiotik merupakan salah satu obat ampuh bagi masyarakat untuk

mengatasi berbagai penyakit. Antibiotik merupakan obat yang paling sering

digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai macam

studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat,

contohnya untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.

(Hadi, 2009).

Antibiotik merupakan sebuah substansi kimia yang bisa kita dapatkan dari

macam-macam spesies mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotik terdapat banyak di

alam yang memiliki peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam air,

tanah, kompos, dan limbah.

Antibiotik memiliki susunan kimia dengan cara kerja yang berbeda, maka

darI itu antibiotik mempunyai kuman standar tertentu. Dari berbagai jenis antibiotik

yang telah ditemukan, hanya beberapa saja yang tidak toksik untuk dipakai dalam

pengobatan.

B. Klasifikasi Antibiotik

Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:


1. Merusak bagian dinding sel bakteri, antara lain beta-laktam (penisilin,

sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin,

dan vankomisin.

2. Menghambat sintesis protein antara lain, aminoglikosid, kloramfenikol,

tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin,

mupirosin, dan spektinomisin.

3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat antara lain,

trimetoprim dan sulfonamid.

4. Mempengaruhi metabolisme asam nukleat antara lain, kuinolon, nitrofurantoin

Sedangkan penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya, yaitu:

1. Bakterisid

Antibiotika yang bekerja secara aktif untuk membasmi kuman, seperti

sefalosporin, penisilin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol ,

rifampisin, polipeptida, isoniazid dan masih banyak lagi.

2. Bakteriostatik

Merupakan antibiotik yang tidak bisa memusnahkan kuman, antibiotika

bakteriostika ini hanya dapat menghambat atau mencegah pertumbuhan

kuman, sehingga pembasmian kuman hanya tergantung pada daya tahan tubuh.

Sulfonamida, linkomisin, tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol, trimetropim,

makrolida, asam paraaminosalisilat, dan klindamisin termasuk ke dalam

golongan ini (Kemenkes, 2011).

Pertumbuhan bakteri biasanya dipengaruhi oleh berbagai jenis zat kimia dalam

lingkungan, karena pengaruh zat kimia, maka biasanya bakteri akan seperti
bergerak menuju atau bahkan menjauhi zat kimia tersebut. Hal tersebut terjadi

apabila bakteri-bakteri tersebut tertarik dan bergerak mengarah pada zat kimia

atau biasa disebut chemotaxis positif. Dan apabila sebaliknya, maka biasanya

disebut dengan chemotaxis negatif. Apabila terdapat bakteri yang tidak

bergerak biasanya disebut chemotropis (Zang, 2007).

C. Cara kerja antibiotik

Cara kerja antibiotik dikategorikan ke dalam 4 cara, yaitu:

1. Hambatan sintesis dinding sel

Obat antibiotik dapat menghambat sintesis dinding sel dari mikroba, terutama

bagi bakteri sefalosporin, basitrasin, penisilin, ristoferin, dan vankomisin.

2. Hambatan fungsi selaput sel

Salah satu contohnya yaitu amfoterisin B, kolistin, nistatin, polimiskin.

3. Hambatan sintesis protein

Hambatan sintesis protein diantaranya yaitu, Erytromisin, Cloramphenicol,

Lincomisin,Tetrasiklin, Neomisin, Streptomisin, Clindamisin,

4. Hambatan sintesis asam nukleat

Antibiotik yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah asam nalidiksat,

rifampin, trimetoprin, sulfonamid, primetamin, dan novobiosin (Murray,

1995).

5. Hambatan enzim esensial dalam metabolisme folat

D. Efek Samping Antibiotik


Seperti obat umumnya, antibiotik juga punya efek samping masing-masing.

Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula yang mengganggu

keseimbangan tubuh. Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh diberikan

antibiotik yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuh membasmi kuman

yang ada di tubuh pasien.

Dokter perlu memilihkan antibiotik lain, mungkin kurang ampuh, namun tidak

berefek pada hati. Namun, jika suatu antibiotika tidak ada penggantinya, antibiotik

tetap dipakai, dengan catatan, bahaya efek samping pada seorang pasien memerlukan

monitoring oleh dokter, jika dipakai untuk jangka waktu yang lama. Antibiotika untuk

TBC, misalnya, yang diminum sedikitnya 6 bulan, perlu pemeriksaan fungsi hati

secara berkala, agar jika sudah merusak hati, obat dipertimbangkan untuk diganti.

Pemakaian antibiotik yang terlalu sering tidak dianjurkan. Di negara kita, orang bebas

membeli antibiotik dan memakainya kapan dianggap perlu.

Minum antibiotik kelewat sering juga mengganggu keseimbangan flora usus. Kita

tahu, dalam usus normal tumbuh kuman yang membantu pencernaan dan

pembentukan vitamin K. Selain itu, di bagian-bagian tertentu tubuh kita juga hidup

kuman-kuman jinak yang hidup berdampingan dengan damai dengan tubuh kita. Di

kemaluan wanita, di kulit, di mulut, dan di mana-mana bagian tubuh ada kuman yang

tidak mengganggu namun bermanfaat (simbiosis).

Untuk lamanya pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis infeksi dan

kuman penyebabnya. Paling sedikit 4 -5 hari. Namun, jika infeksinya masih belum

tuntas, antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya hilang. Pada tipus,

perlu beberapa minggu. Demikian pula pada difteria, tetanus. Paling lama pada TBC

yang memakan waktu berbulan-bulan.


Beberapa efek samping umum yang dapat mempengaruhi pria, wanita, dan anak-

anak antara lain:

1. Sakit Perut : Overdosis antibiotik apapun diketahui dapat menyebabkan sakit

perut

atau kram perut ringan.

2. Diare : Diare adalah efek samping antibiotik pada anak-anak yang paling

umum terjadi. Dalam beberapa kasus, diare juga dibarengi masalah tinja

lunak.

3. Muntah-Muntah : Muntah-muntah juga merupakan efek samping umum yang

dialami oleh banyak orang.

4. Lidah / Bibir Bengkak : Dalam beberapa kasus dimana terjadi efek samping

yang parah, terutama di mana tampak efek samping eksternal, penderita efek

samping dapat mengalami masalah bengkaknya lidah dan/atau bibir.

5. Pingsan : Efek samping ini biasanya mempengaruhi orang-orang yang

memiliki tubuh lemah.

6. Lidah Memutih : Efek samping yang satu ini biasanya tidak disadari oleh

kebanyakan orang karena dipercaya merupakan tanda yang normal ketika

seseorang sakit dan mengkonsumsi obat-obatan.

7. Vagina Gatal : Efek samping vagina gatal atau keputihan dapat dialami oleh

wanita.

8. Demam dan Mual : Terdapat beberapa orang menderita demam dan mual-

mual sebagai akibat dari konsumsi antibiotik secara berlebihan.

9. Kerusakan Tendon : Kerusakan pada tendon juga termasuk efek samping

antibiotik, dimana jaringan ikat di antara otot dan tulang mengalami

kerusakan.
10. Sesak Napas : Terdapat kemungkinan mengalami masalah sesak napas jika

antibiotik dikonsumsi secara berlebihan atau tidak sesuai dengan cara yang

ditentukan oleh dokter.

E. Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika bakteri dalam tubuh manusia

menjadi resisten (kebal) terhadap antibiotik.Resistensi antibiotik merupakan masalah

kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia. Ketika pasien terinfeksi bakteri yang

resisten antibiotik, maka pengobatannya menjadi lebih sulit dan harus menggunakan

obat yang lebih kuat dengan lebih banyak efek samping. Contoh bakteri yang telah

menjadi resisten terhadap antibiotik termasuk spesies yang menyebabkan infeksi

kulit,meningitis, penyakit menular seksual, tuberkulosis, dan infeksi saluran

pernapasan seperti pneumonia.

Antibiotik dapat menjadi resisten dengan ciri antibiotik tersebut tidak

terhambat pertumbuhannya ketika diberikan antibiotik secara sistemik dalam dosisi

normal yang semestinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri itu. Sedangkan, ada

suatu fenomena yang disebut dengan multiple drugs resistance yang merupakan

kondisi ketika seseorang resisten terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi

obat. Lalu ada pula cross resistance yang merupakan resistensi suatu obat yang diikuti

dengan obat lain meskipun tidak berhubungan (Tripathi, 2003).

F. Penyebab terjadinya Resistensi Antibiotik

Penggunaan yang tidak tepat dan penyalahgunaan antibiotik adalah penyebab

umum resistensi antibiotik,di antaranya :

- Penggunaan antibiotik untuk infeksi virus.


Banyak pasien berharap atau meminta dokter untukmeresepkan antibiotik ketika
terkena flu dan pilek. Padahal, antibiotik hanya untuk mengobati infeksibakteri,
bukan infeksi virus. Antiobiotik hanya diperlukan bila flu dan pilek sudah
ditumpangi infeksisekunder oleh bakteri. Sebagian besar flu dan pilek tidak
memerlukan antiobiotik.

- Putus obat.

Dosis antibiotik harus dihabiskan secara penuh, bila berhenti meminum


antibiotik di

tengah jalan maka beberapa bakteri yang masih hidup akan menjadi resisten

terhadap pengobatan antibiotik di masa depan.

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik

adalah dengan mengurangi pemakaian antibiotik secara bijaksana. Baik dokter

maupun pasien dapat turut berperan untuk mengurangi penyalahgunaan antibiotik.

Antibiotik hanya boleh diresepkan ketika infeksi bakteri telah terjadi. Mengambil

antibiotik untuk infeksi virus bukan hanya membuang-buang waktu dan biaya, tetapi

juga membantu meningkatkan resistensi antibiotik. Selain itu, setiap pasien harus

menyadari bahwa antiobiotik harus tetap diambil sampai dosisnya habis meskipun

gejala-gejala penyakit sudah hilang. (http://majalahkesehatan.com/resistensi-antibiotik)


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

o Antibiotik dapat bekerja secara efektif apabila di minum dengan tepat sesuai aturan

o Kita dapat menghindari infeksi bakteri resistensi antibiotik dengan mengikuti

langkah-langkah berikut:

 Gunakan antibiotik hanya bila benar-benar diperlukan.

 Tanyakan petugas kesehatan apakah antibiotik akan bermanfaat bagi

penyakit yang sedang dialami.

 Hindari mengonsumsi antibiotik untuk infeksi virus seperti pilek atau flu.

 Hindari menyimpan antibiotik untuk digunakan lagi saat Anda kembali

sakit.

 Singkirkan semua sisa obat dan antibiotik setelah menyelesaikan

program pengobatan yang harus anda jalani.

 Minum antibiotik sesuai resep yang diberikan. Jangan sampai melewatkan

waktu pemberian antibiotik. Tetap selesaikan program pengobatan yang

telah ditentukan meskipun pasien merasa sudah lebih baik. Jika pasien

menghentikan pengobatan terlalu cepat, beberapa bakteri dapat bertahan

hidup dan bisa menginfeksi kembali

 Hindari minum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain karena bisa

jadi antibiotik tersebut tidak sesuai untuk penyakit anda.


 Jika petugas kesehatan yakin bahwa anda tidak mengalami infeksi bakteri,

minta saran tentang carameringankan gejala yang sedang dialami. Jangan

memaksa petugas kesehatan untuk meresepkan antibiotik

(http://www.amazine.co/22987/penyebab-bakteri-resisten-antibiotik-7-tips-pencegahannya/ )

DAFTAR PUSTAKA

- (http://majalahkesehatan.com/resistensi-antibiotik)

- (http://www.amazine.co/22987/penyebab-bakteri-resisten-antibiotik-7-tips-

pencegahannya/

- Hadi , U. 2009, Resistensi Antibiotik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Edisi V, Jilid III,

Interna Publishing, Jakarta.

- Kemenkes RII. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2406/ Menkes/ Per/ XII/

2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta : Kemenkes RI

- Zang , Y. 2007. Mechanisms of antibiotic resistance in the microbial world. USA :


Baltimore

- Murray , R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W.2009. Biokimia harper (27

ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC

- Tripathi, K.D. 2003. Essentials of Medical Pharmacology. New Delhi : Jaypee

Brothers Medical Publisher

Anda mungkin juga menyukai