Pengertian Kebijakan Kependudukan, Tujuan, Jenis, dan
Kebijakan Kependudukan di Indonesia
A. Pengertian Kebijakan Kependudukan
Kebijakan kependudukan adalah kebijakan yang ditujukan untuk mempengaruhi besar, komposisi,
distribusi dan tingkat perkembangan penduduk. Kebijakan Kependudukan sebagai salah satu upaya
pemerintah dalam menanggulangi berbagai permasalahan yang terjadi dalam ruang lingkup masyarakat
yang berkaitan dengan bidang kesehatan, pendidikan, budaya, sosial, dan ilmu pengetahuan.
Suatu kebijaksanaan yang mempengaruhi variabel kependudukan dapat bersifat langsung dan tidak
langsung. Kebijaksanaan langsung antara lain ialah program pelayanan kontrasepsi yang langsung
mempengaruhi besarnya penduduk akibat penurunan banyaknya kelahiran. Kebijaksanaan yang bersifat
tidak langsung misalnya melalui ketentuan peraturan pencabutan subsidi pada keluarga yang
mempunyai anak lebih dari jumlah tertentu.
Kebijakan dalam kependudukan menjadi sangat penting dilakukan oleh setiap negara‐negara
berkembang dunia, termasuk Indonesia. Hal ini dilakukan dengan alasan mengatasi sejumlah dinamika
penduduk yang kerap kali memberi ruang atas kegagalan perencanaan pembangunan berkelanjutan
dalam ranah skala, regional dan nasional.
Kebijakan Kependudukan Menurut Para Ahli
Sosiologi79
1. DR. Elibu Bergman (Harvard university), kebijakan penduduk sebagai tindakan‐tindakan
pemerintah untuk mencapai suatu tujuan di mana di dalamnya termasuk pengaruh dan
karakteristik penduduk.
2. H.T. Eldrige dalam Agus Dwiyanto (1995), kebijakan kependudukan sebagai keputusan legislatif,
program administrasi dan berbagai usaha pemerintah lainnya yang dimaksudkan untuk
mengubah kecenderungan penduduk yang ada demi kepentingan kehidupan dan kesejahteraan
nasional.
3. Perserikatan Bangsa‐Bangsa (PBB), kebijakan kependudukan yaitu sebagai langkah‐langkah dan
program‐program yang membantu tercapainya tujuan‐tujuan ekonomi, sosial, demografis, dan
tujuan‐tujuan umum yang lain dengan jalan mempengaruhi variabel‐variabel demografi yang
utama, yaitu besar dan pertumbuhan penduduk serta perubahan dan ciri‐ciri demografinya.
B. Tujuan Kebijakan Kependudukan
Secara umum kebijakan penduduk harus ditujukan di antaranya,
1. Untuk melindungi kepentingan dan mengembangkan kesejahteraan penduduk itu sendiri
terutama generasi yang akan datang.
2. Untuk memberikan kemungkinan bagi tiap‐tiap orang untuk memperoleh kebebasan yang lebih
besar, guna menentukan apa yang terbaik bagi kesejahteraan diri, keluarga dan anaknya.
3. Kebijakan harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk itu sendiri. Pemecahan
masalah kependudukan dengan pengendalian kelahiran saja tidak menjamin bahwa hasilnya
secara otomatis akan meningkatkan kualitas hidup penduduk yang bersangkutan atau generasi
yang akan datang.
C. Jenis Kebijakan Kependudukan
1. Kebijaksanaan Fertilitas dan Mortalitas
a. Kebijaksanaan untuk mempengaruhi Tingkat Fertilitas
a) Kebijaksanaan Pronatalis. Kebanyakan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan tren
fertilitas dan pertumbuhan penduduk. Bentuk‐bentuk umum yang terkenal di antaranya,
Propaganda pronatalis
Sosiologi79
Program‐program yang mendorong keluarga, sistim perpajakan, dan insentif untuk seorang ibu,
dan
Pembatasan terhadap distribusi dan penggunaan kontrasepsi dan aborsi.
Kebijaksanaan yang demikian masih di lakukan di beberapa negara. Mereka yakin bahwa penduduk yang
besar merupakan prasyarat untuk pertumbuhan ekonomi atau dapat menempatkan daerah‐daerah yang
masih kosong. Brazil, Argentina dan beberapa Negara di Afrika memiliki kebijaksanaan yang demikian.
b) Kebijaksanaan Antinatalis
Program Keluarga Berencana Nasional. Program keluarga berencana nasional ditujukan untuk
mengurangi fertilitas dengan memberikan peralatan, pelayanan, dan informasi tentang
kontrasepsi. Dasar pemikirannya adalah bahwa pasangan usia subur yang ingin membatasi
besarnya keluarga mereka akan cukup untuk menurunkan rata‐rata kelahiran untuk kurun
waktu tertentu. Diskusi tentang program keluarga berencana biasanya berkisar pada hak orang
tua untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran.
Pendekatan Non Keluarga Berencana. Pendekatan non keluarga berencana yang diarahkan
untuk menurunkan fertilitas menyadari bahwa besarnya keluarga hanyalah merupakan respons
terhadap cara seorang melihat dunia sosialnya. Pendekatan ini menekankan pentingnya
perubahan kelembagaan dan dukungan lingkungan sosial budaya.
b. Kebijaksanaan untuk mempengaruhi Tingkat Mortalitas
Pemerintah tidak secara eksplisit memiliki kebijaksanaan mempengaruhi mortalitas seperti yang
dilakukan untuk menurunkan angka fertilitas. Penurunan mortalitas merupakan tujuan semua
pemerintah termasuk mereka yang menginginkan untuk mengurangi rata‐rata pertumbuhan penduduk.
a) Kebijaksanaan yang Menurunkan Mortalitas. Semua kebijaksanaan pemerintah yang secara
langsung berkaitan dengan penurunan mortalitas adalah semua yang mensupport
pengembangan pengetahuan medis yang berpotensi meningkatkan umur manusia (life
expectacy), usaha pemerintah yang diarahkan untuk mengurangi menjalarnya atau datangnya
penyakit tertentu, usaha untuk menjaga keselamatan dalam perjalanan, menyediakan
Sosiologi79
pelayanan kesehatan bagi para wanita hamil, serta pemerintah juga telah menurunkan angka
kematian dengan pengaturan rokok.
b) Kebijaksanaan yang Meningkatkan Angka Mortalitas. Rasanya janggal bahwa kebijaksanaan yang
meningkatkan angka mortalitas ini ada, karena pemerintah justru menghendaki sebaliknya.
Tetapi, berbagai kebijakan pemerintah yang mencelakakan kesehatan, meskipun secara tidak
sengaja, akhirnya juga meningkatkan kematian.
2. Kebijaksanaan Migrasi
a. Kebijaksanaan Migrasi Internasional
a) Kebijaksanaan Emigrasi
Sejumlah negara mencoba menghambat emigrasi melalui restriksi atau hambatan hukum, sosial, dan
ekonomi. Pada konferensi PBB di Bucharest 1974 ternyata 72 negara berusaha menghambat emigrasi
permanen. Negara‐negara yang menghambat permanen emigrasi adalah RRC dan Uni Soviet. Maroko,
Tunisia, dan Algeria telah berani mendorong emigrasi sebagai bagian dari usaha untuk memecahkan
masalah pengangguran dalam negeri. Emigrasi juga disetujui pemerintah, bila terjadi perbedaan agama
dan budaya.
Di Indonesia, berdasarkan pasal 23 Undang‐Undang Republik Indonesia nomor 12 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, seseorang kehilangan kewarganegaraannya, jika yang
bersangkutan di antaranya,
Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauan sendiri;
Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu;
Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonan sendiri, sudah berusia
18 tahun, bertempat tinggal di luar negeri;
Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing;
Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing;
Sosiologi79
Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk
suatu negara asing;
Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 tahun terus menerus
bukan dalam rangka dinas negara.
b) Kebijaksanaan Immigrasi
Kebijakan immigrasi biasanya berubah sebagai respons terhadap faktor‐faktor demografis, ekonomi, dan
politik nasional. Negara‐negara yang menginginkan jumlah immigrasi yang besar pada suatu waktu
apabila mereka memiliki tanah kosong yang tersedia untuk dihuni, tetapi mereka tidak menginginkan
immigrasi apabila tenaga kerja mereka sudah kurang mampu mengabsorpsi immigran baru.
Di Indonesia warganegara asing dapat menjadi warganegara Indonesia melalui proses pewarganegaraan
yang di atur dalam Undang‐Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2006, bab III pasal 9 yang
menyatakan permohonan kewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan
di antaranya,
Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin;
Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling singkat 5 tahun berturut‐turut atau 10 tahun tidak berturut‐turut;
Sehat jasmani dan rohani;
Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang‐Undang dasar
negara Republik Indonesia tahun 1945;
Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 1 tahun atau lebih;
Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.
Kebijaksanaan Migrasi Internal
Sosiologi79
Program‐program dan kebijaksanaan‐kebijaksanaan mengenai migrasi internal memiliki tujuan umum
tertentu yaitu berkaitan dengan redistribusi penduduk. Dalam proses tersebut pertumbuhan beberapa
daerah didorong, sedangkan beberapa daerah lain dihambat. Di banyak negara perubahan reproduksi
telah menjadi faktor penting yang mendorong pertumbuhan penduduk.
Migrasi tampaknya menjadi faktor penting dalam distribusi penduduk. Kebijaksanaan yang bersifat
implisit dan eksplisit mendorong atau menghambat mobilitas penduduk dalam suatu negara telah
menjadi faktor penting yang mempengaruhi jumlah penduduk, rata‐rata pertumbuhan lokal dan
regional, serta distribusi penduduk.
b. Migrasi dan Kebijaksanaan Migrasi di Indonesia
Di Indonesia, studi migrasi telah dilakukan oleh beberapa ahli baik dari dalam maupun luar negeri dan
mencakup daerah‐daerah di Jawa maupun luar Jawa. Hampir semua memusatkan perhatian pada
determinan, pola dan kecenderungan migrasi yang diikuti oleh usaha penyusunan kebijaksanaan.
Kebijakan migrasi di Indonesia dapat di lihat dari beberapa aspek di antaranya,
a) Kebijakan yang bersifat eksplisit, menyangkut pengaturan ijin tempat tinggal dan transmigrasi.
b) Kebijakan yang bersifat implisit, pengaturan pembangunan regional yang intergrated,
pengembangan pusat‐pusat pengembangan skala kecil, serta distribusi wilayah industri kecil.
c) Kebijakan yang bersifat restrictive, usaha untuk melarang atau membatasi migran masuk ke kota
tertentu yang sudah padat.
d) Kebijakan yang restraining, usaha untuk menahan agar penduduk pedesaan tidak pindah ke
kota, melalui penciptaan lapangan kerja di daerah asal.
e) Kebijakan yang bersifat divisionary, usaha untuk membuat daerah alternatif menjadi menarik
(membuka kesempatan kerja) sehingga mempengaruhi arus dan arah migran.
D. Kebijakan Kependudukan di Indonesia
Jenis Kebijakan Kependudukan Indonesia
Sosiologi79
Sebagai salah satu ciri negara berkembang, Indonesia memberlakukan penuntasan dalam beragam
masalah kependudukan. Bentuk penanganan tersebut antara lain,
1. Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Indonesia ini bisa dikatakan masih tinggi dibandingkan dengan
ciri negara maju atau berkembang lainnya. Dalam sejumlah data pertumbuhan arti penduduk Indonesia
yaitu sekitar 1,6% per tahun. Hal ini tentu saja mengakibatkan jumlah penduduk Indonesia terus
mengalami pertambahan yang cukup besar setiap tahunnya. Untuk menekan proses laju pertumbuhan
penduduk pemerintah menggalakkan program keluarga berencana (KB) yang berkaitan dengan
penanganan jumlah anak, peningkatan kesehatan, serta pendidikannya.
2. Peningkatan Kualitas Penduduk
Berbicara tentang kebijakan kependudukan di Indonesia yang dilakukan selanjutnya ialah berhubungan
kualitas dalam SDM (Sumber Daya Manusia) yang sampai saat ini dianggap kunci untuk mewujudkan
suatu negara yang maju. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mengolah sumber daya
alam yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraannya. Beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas
penduduk Indonesia di antaranya,
a. Peningkatan kualitas pendidikan dengan meningkatkan kualitas guru, seperti memberikan
perlengkapan berbagai sarana pendidikan, pemberian program beasiswa, dan menambah
gedung sekolah. Kebijakan ini bisa pula dikatakan sebagai salah satu pemerataan dalam
persebaran penduduk.
b. Penyediaan lapangan pekerjaan padat karya sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan di
Indonesia seta mampu meningkatkan taraf hidup penduduk.
c. Peningkatan fasilitas kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, sehingga secara langsung
tingkat kesehatan penduduk meningkat.
3. Pemerataan Persebaran Penduduk
Kebijakan yang diambil pemerintah untuk menanggulangi masalah pemerataan penduduk adalah
dengan pelaksanaan program transmigrasi. Pengertian transmigrasi adalah prosedur yang dilakukan
Sosiologi79
masyarakat Indonesia untuk melaksanakan perpindahan dari daerah asli untuk kemudian menetap ke
daerah lain yang ditetapkan dalam wilayah Republik Indonesia. Tujuan dilakukannya kebijakan dalam
transmigrasi ini adalah mengatasi persebaran penduduk tidak merata yang terjadi di Indonesia,
khususnya di beberapa pulau‐pulau besar selain Pulau Jawa, bahkan secara khusus kebijakan ini
pertama kali dalam sejarah dilakukan pada masa orde baru.
4. Membangun Ekowisata
Ekowisata adalah upaya untuk memberi manfaat secara ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan bagi
pemerintah, sektor swasta dan masyarakat lokal ini menjadi program pemerintah yang diterapkan
dengan baik. Pendapatan dari kunjungan wisatawan membantu menciptakan peluang kerja bagi
penduduk setempat, yang pada gilirannya, mengarah pada ekonomi yang lebih beragam bagi mereka.
Lebih penting lagi, ekowisata dapat mendukung konservasi dan pengelolaan lingkungan jika dilakukan
dengan benar. Misalnya, biaya masuk yang dikenakan pada pengunjung dapat disalurkan ke
pemeliharaan dan pengelolaan area. Ekowisata juga bisa menjadi alat untuk meningkatkan kesadaran
tentang lingkungan dan untuk mendidik masyarakat tentang arti konservasi.