Anda di halaman 1dari 5

SIMBIOSIS MUTUALISME ATAU

PARASITISME
(HUBUNGAN ANTARA DUGONG, LAMUN, DAN MANUSIA)

Michael Kelvin M

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Manusia termasuk dalam tatanan ekosistem lingkungan hidup merupakan
makhluk biologis berakal yang tumbuh dan berkembang serta selalu berusaha
memenuhi kebutuhan hidup, guna mempertahankan kelangsungan hidupnya serta
pemegang gelar tertinggi dalam rantai kehidupan. Untuk memenuhinya, manusia
selalu melakukan usaha eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam salah
satunya termasuk sumber daya laut. Eksploitasi sumber daya laut yang terlalu
berlebihan memiliki dampak negatif baik itu berdampak pada lingkungan hidup
maupun manusia itu sendiri.
Terkhusus pengeksploitasian dugong dan lamun secara berlebihan, yang
sebenarnya mereka sangat berpengaruhi penting terhadap sirkulasi kehidupan
ekosistem di laut. Berdasarkan data dari LIPI (2017), Indonesia memiliki padang
lamun terluas kedua di dunia. Dengan luas 1.507 km2, dan hanya sekitar 5% yang
sehat. Diperkirakan 80% padang lamun rusak karena reklamasi dan alih fungsi
hanitat. Sementara itu hingga kini mengenai persebaran dan populasi dugong
belum diketahui, karena minimnya data dan informasi otoritas pengelola sulit
untuk menentukan prioritas rencana aksi konservasi. Serta minimnya pengetahuan
masyarakat tentang dugong sebagai mamalia laut yang dilindungi berdasarkan PP
No. 7 tahun 1999. Terbukti masih ada saja orang yang memelihara dan
mengonsumsi dugong. Sehingga aktivitas perburuan pun masih sering dilakukan,
apalagi dengan nilai jualnya yang cukup tinggi.
Untuk itu maka dibentuk suatu lembaga ‘Dugong Seagrass Conservation
Project (DSCP) Indonesia’, adalah sebuah proyek yang peduli dengan konservasi
dugong dan lamun. DSCP sudah berdiri sejak tahun 2016, yang bekerjasama
dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Institut Pertania Bogor (IPB), dan WWF Indonesia. Serta
didukung oleh United Nation Envirotment Programme Coservation Migratory
Species (UNEP-CMS) yang bekerjasama dengan Mohamed bin Zayed Species
Conservation Fund (MbZ). DSCP Indonesia juga memiliki cabang dibeberapa
lokasi, antara lain : Bintan, Kepulauan Riau; Tolitoli, Sulawesi Tengah;
kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah; dan Alor, Nusa Tenggara Timur. Dalam
kesempatan ini penulis akan mencoba menguraikan apa itu dugong dan lamun,
apa kaitan hubungannya dengan manusia, serta upaya pelestarian dari dugong dan
lamun.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa sebenarnya itu dugong dan lamun sehingga perlu untuk dilestarikan
dan dilindungi ?
b. Apakah dengan melestarikan dugong dan lamun dapat memberikan
hubungan mutualisme (sama – sama menguntungkan) atau parasitisme
(salah satu pihak dirugikan) terhadap kehidupan manusia ?
c. Serta upaya apa yang dapat dilakukan masyarakat guna melestarikan
dugong dan lamun ?

1.3 Tujuan
a. Untuk memaparkan kepada masyarakat awam mengenai apa itu dugong
dan lamun, serta manfaatnya bagi ekosistem laut.
b. Untuk memberikan masukan dan solusi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah atau masyarakat supaya dapat lebih melestarikan dugong dan
lamun.

1.4 Metode Penulisan


Karya tulis ilmiah ini ditulis menggunakan metode studi literatur dengan
mengambil informasi dari sebagian bahan bacaan di situs internet. Bahan tersebut
diolah untuk memperoleh informasi yang dapat menganalisis masalah dan
memperoleh penyesaiannya serta mendapatkan solusi pelestarian terhadap dugong
dan lamun.

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pengertian
a. Lamun
Lamun (seagrass) merupakan tumbuhan sejati yang tumbuh di dasar
laut, yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut yang berada
pada perairan hangat dengan dasar pasir. Lamun dapat melakukan
destritusi atau pelapukan daun yang dapat menjadi makanan utama bagi
fauna laut.
Ekosistem lamun dikenal dengan padang lamun yang merupakan
tempat mencari makan bagi ribuan biota laut, termasuk dugong. Manfaat
dan fungsi padang lamun :
 Lamun bisa mengolah karbon dioksoda (CO2) dan mengubahnya
menjadi energi dalam betuk biomassa yang dimanfaatkan oleh biota –
biota laut.
 Padang lamun adalah tempat biota – biota laut berlindung.
 Daun lamun yang lebat dapat memperlambat arus dan ombak yang
dapat menyebabkan erosi pantai.
 Daun dan sistem akar lamun dapat memerangkap sedimen dan
mengendapkannya di dasar, sehingga air lebih jernih.

Gambar 1 : Manfaat Lamun

b. Dugong
Dugong atau dikenal juga dengan sebutan ikan duyung merupakan
salah satu dari 15 jenis mamalia laut di Indonesia. Hewan laut ini bisa
berusia hingga 70 tahun dan mencapai panjang 3 m, serta berat 450 kg.
Gambar 2 : Apa Itu Dugong
2.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan info yang saya kumpulkan bahwa pada dasarnya dugong dan
lamun memiliki suatu hubungan simbiosis mutualisme dimana setiap pihak saling
menguntungkan. Dugong membutuhkan lamun sebagai makanan, demikian juga
lamun membutuhkan dugong untuk pengontrol sebaran lamun. Titik
permasalahanya terletak pada manusia itu sendiri. Jika manusia secara tidak
terkontrol terus – menerus mengeksploitasi lamun yang merupakan makanan dan
tempat tinggal biota – biota laut, niscaya beberapa tahun kedepan biota – biota
laut tersebut akan punah termasuk dugong di mana anak cucu kita tidak dapat
melihatnya secara langsung hanya sekedar cerita belaka. Serta dengan hilangnya
padang lamun, maka ekosistem laut akan rusak. Secara kontinu permasalah
tersebut akan berdampak negatif terhadap manusia itu sendiri, contoh dampak
negatif yang akan terjadi :
 Dengan hilangnya biota – biota laut, maka hilang juga mata pencaharian
para nelayan.
 Erosi air laut atau abrasi.

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Dari seluruh paparan yang ada dapat disimpulkan bahwa. Lamun adalah
tumbuhan yang tumbuh di dasar laut, yang hidup dan tumbuh terbenam di
lingkungan laut yang berada pada perairan hangat dengan dasar pasir. Sedangkan
dugong merupakan salah satu dari 15 jenis mamalia laut di Indonesia, hewan laut
ini bisa berusia hingga 70 tahun dan mencapai panjang 3 m, serta berat 450 kg.
Mereka memiliki keterkaitan satu sama lain, sebagai makanan dan sebagai
pengontrol sebaran lamun (simbiosis mutualisme).

3.2 Saran
Dari pemerintah sudah mengeluarkan peraturan PP no.7 tahun 1999 mengenai
perlidungan terhadap dugong, tapi karena kurang pahamnya masyarakat terhadap
peraturan tersebut masih saja yang banyak melakukan pemburuan terhadap hewan
yang dilindungi. Saran saya selaku penulis suatu lembaga seperti DSCP Indonesia
lebih sering mengadakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat akan
pentingnya pelestarian terhadap dugong dan lamun guna sirkulasi ekosistem laut,
sehingga baik buruknya akan berdampak pula ke manusia. Serta pemerintah juga
tidak hanya sekedar membuat peraturan saja, akan tetapi juga bertindak tegas
terhadap para pelaku yang melakukan pelanggaran tersebut. Sehingga hubungan
saling menutungkan (simbiosis mutualisme) tidak hanya terjadi pada lamun dan
dugong saja, melainkan manusia juga turut serta.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/thurneysen/5ae808b6f1334406f86a3873/dungong-
dan-lamun-untuk-kehidupan-kita (diakses pada 22 Agustus 2018)
https://www.kompasiana.com/andrianarumintang/5af10752f1334472a80ae6e2/hu
bungan-lamun-dugong-dan-kita (diakses pada 21 Agustus 2018)
https://www.wwf.or.id/?15721/Saatnya-Peduli-padang (diakses pada 23 Agustus
2018)
http://lipi.go.id/berita/lamun-pelindung-biota-laut-yang-terlupakan/103 (diakses
pada 23 Agustus 2018)
Gambar 1, Sumber : Instagram DSCP Indonesia
Gambar 2, Sumber : Instagram DSCP Indonesia

Anda mungkin juga menyukai