Anda di halaman 1dari 41

LEMBAR PENGESAHAN

MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM UPAYA PENGEMBANGAN


KONSERVASI NIPAH DI DESA TANJUNG PUTRI
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Disusun Oleh :

Michael Kelvin M Krisanta Ariesta S


NIM : 17602010117 NIM : 17602010113

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Kaprodi Ekonomi Pembagunan

Hasarudin, SE., MM Brian L Djumaty, S.Si., M.Si


NIDN : 1119116802 NIDN : 1107109001

ii
RIWAYAT HIDUP

Michael Kelvin Mangandilen, Pangkalan Bun 28 Desember 1998 anak ke-4 dari Bapak Linus

Laba dan Ibu Winartutik, SD sampai SMA di Pangkalan Bun 2017, studi di Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Antakusuma Pangkalan Bun.

Krisanta Ariesta Saputri, Jakarta 30 Maret 1999 anak ke-2 dari Bapak Budianto (alm) dan Ibu

Okky Kurniasari, menempuh pendidikan SD di Jakarta, sejak SMP sampai SMA berdomisili

di Pangkalan Bun. Studi di Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Antakusuma Pangkalan Bun.

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya dipukul ombak. Ia tidak

saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu.”

(Marcus Aurelinus)

“Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia

yang berguna.”

(Einstein)

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.”

(Lessing)

“If you can’t, just do it.”

(Michael Kelvin M)

iv
ABSTRAK

MICHAEL KELVIN M 17602010117. KRISANTA ARIESTA S 17602010113. Model

Pengelolaan Lingkungan Dalam Upaya Pengembangan Konservasi Nipah Di Desa Tanjung

Putri Kabupaten Kotawaringin Barat, di bawah bimbingan Hasarudin, SE., MM.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji model pengelolaan lingkungan dalam upaya

pengembangan konservasi nipah di desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat.

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik analisa data yang digunakan

adalah wawancara mendalam (indeepth interview), observasi, dan penggunaan skala. Lokasi

penelitian dilakukan pada lingkungan desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat.

Subjek penelitian ditentukan secara purvosive, yaitu: (1) para pemimpin dan tokoh

masyarakat setempat; (2) warga masyarakat; dan (3) pengunjung.

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, maka selanjutnya dapat disimpulkan hal –

hal sebagai berikut :

Kata Kunci : Pengelolaan Lingkungan, Desa Tanjung Putri

v
ABSTRACT

MICHAEL KELVIN M 17602010117. KRISANTA ARIESTA S 17602010113.

Environmental Management Model in Nipah Conservation Development Efforts in Tanjung

Putri Village, Kotawaringin Barat Regency, under the guidance of Hasarudin, SE., MM.

This research was conducted to study environmental management models in the

development of nipah conservation in Tanjung Putri village, Kotawaringin Barat district. The

research used a qualitative approach, with data analysis techniques used were in-depth

interviews, observation, and use of scales. The research location was conducted in the village

of Tanjung Putri, West Kotawaringin Regency. The research subjects were determined

purvosively, namely: (1) local community leaders and figures; (2) community members; and

(3) visitors.

Based on the description of the research data, the following can be concluded :

Keywords: Environmental Management, Tanjung Putri Village

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Penelitian

dengan judul “MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM UPAYA

PENGEMBANGAN KONSERVASI NIPAH DI DESA TANJUNG PUTRI KABUPATEN

KOTAWARINGIN BARAT”.

Penulisan proposal penelitian ini adalah berupa konsep dan informasi dasar

pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan untuk mengetahui rumusan

konsep pengelolaan lingkungan di desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat.

Penulisan proposal penelitian ini juga untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Seminar

Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan .

Persiapan, perencanaan dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan proposal

penelitian merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak kesulitan dan hambatan yang

harus dilalui. Tetapi berkat arahan, dan bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak maka

akhirnya proposal penelitian ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya kepada :

1. Bapak Brian L. Djumaty, S.Si., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Antakusuma.

2. Bapak Hasarudin, SE., MM selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar

membimbing kami, meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, saran dan

motivasi selama proses penyelasian penyusunan proposal penelitian ini.

3. Para pemimpin dan tokoh masyarakat setempat, serta seluruh responden di Desa

Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat yang telah bersedia memberi izin dan

memberikan informasi untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data.

vii
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula penulisan

proposal penelitian ini memerlukan masukan berupa saran dan kritik. Semoga tulisan ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pangkalan Bun, 19 Oktober 2020


Ketua Tim

Michael Kelvin M

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK BAHASA INDONESIA .................................................. v
HALAMAN ABSTRAK BAHASA INGGRIS ........................................................ vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Terdahulu................................................................................. 9
2.2 Hubungan Antara Manusia Dan Lingkungan........................................... 10
2.3 Konsep Tentang Pengelolaan Lingkungan............................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 18
3.1.1 Prinsip – Prinsip PAR ................................................................... 19
3.2 Lokasi Penelitian...................................................................................... 21
3.3 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 22
3.4 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 22
3.5 Sumber Datan dan Jenis Data .................................................................. 22
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 23
3.6.1 Observasi ...................................................................................... 24
3.6.2 Wawancara ................................................................................... 24

ix
3.6.3 Dokumentasi ................................................................................. 25
3.7 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data .................................................... 26
3.7.1 Pengelolaan Data .......................................................................... 27
3.8 Prosedur Penelitian .................................................................................. 28
3.8.1 Tahap Pendahuluan ....................................................................... 28
3.8.2 Tahap Pengmpulan Data ............................................................... 28
3.8.3 Tahap Pengelolaan dan Analisis Data .......................................... 29
3.8.4 Tahap Penulisan Laporan ............................................................. 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ....................................................................

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...............................................................................................
5.2 Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel Uraian Halaman


1.1 Luas Wilayah Dan Persentase Luas Terhadap Kabupaten Kotawaringin
Barat .................................................................................................................. 5
2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 9

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Uraian Halaman


1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis............................................................................. 8

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk hidup yang tidak bisa berdiri

sendiri, dimana memerlukan oksigen (O2) yang dihasilkan oleh alam. Alam memiliki

banyak manfaat dalam kehidupan. Sebagai makhluk hidup menjadi suatu priorotas

utama dalam melindungi dan menjaga lingkungan sekitar, untuk kelangsungan hidup.

Dengan melakukan perawatan dan perlindungan terhadap lingkungan, manusia akan

menaui hasil yang baik. Karena manusia, tumbuhan, dan hewan merupakan kesatuan

yang saling membutuhkan. Semua melangsungkan kehidupannya dengan saling

membantu satu sama lain. Membantu menjaga lingkungan adalah salah satu yang bisa

dilakukan manusia, salah satunya adalah dengan konservasi alam. Konservasi alam

merupakan kegiatan menjaga dan melestarikan alam sebagai tempat tinggal manusia.

Kawasan konservasi dibentuk untuk mencapai berbagai tujuan, di antaranya

adalah untuk melindungi spesies dan habitat yang ada, melestarikan keanekaragaman

hayati, mengelola kegiatan pariwisata dan meminimalkan konflik di antara pengguna

sumberdaya yang beragam (Pomeroy et al., 2004). Kawasan konservasi adalah area

dimana aktivitas manusia dibatasi untuk mengelola dan melindungi sumber daya yang

tersedia terhadap ancaman seperti eksploitasi berlebihan dan kerusakan ekologis

(Cleguer et al., 2015). Kinerja suatu kawasan konservasi sangat bergantung kepada

banyak elemen seperti desain, implementasi pengelolaan dan karakteristik daerah

(Barnes et al., 2016). Suatu daerah dijadikan kawasan konservasi memiliki efek ekologi

yang positif (Edgar et al., 2014) seperti meningkatnya ke limpahan spesies dan

peningkatan kualitas habitat serta efek sosial ekonomi yang signifikan untuk

masyarakat sekitar (Rodríguez-Rodríguez et al., 2015; Santo, 2013). Pengelolaan

kawasan konservasi dinyatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang ditetapkan

1
(Agardy et al., 2011; Fox et al., 2012). Hal yang sama juga terdapat pada kawasan

konservasi Nipah di Desa Tanjung Putri Kabupaten Kotawaringin Barat.

Nipah yang memiliki nama latin nypa fruticans wurmb bisa diberi pengertian

sebagai sejenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut

dekat tepi laut. Tanaman ini dapat melindungi daratan atau pantai dari abrasi air laut.

Beragam manfaat pohon nipah dapat kita peroleh, beberapa diantaranya untuk makanan

dan minuman serta kebutuhan bahan bakar sehari-hari sebagai berikut:

a. Manfaat makanan dan minuman

Getah pohon nipah banyak digunakan untuk makanan dan minuman di

berbebrapa negara. Di Filipina dan Malaysia, kumpulan bunga nipah akan

diekstrak dan menghasilkan getah manis yang bisa diolah menjadi minuman

beralkohol. Minuman ini disebut dengan tuba, bahal atau tuak. Tuba umumnya

disimpan di tempat bernama tapayan selama beberapa minggu hingga

menghasilkan cuka. Cuka ini disebut sukang paombong di Filipina dan cuka

nipah di Malaysia. Selain cuka, tuba juga dapat diolah kembali menjadi arak. Di

Filipina di sebut dengan lambanog dan di Indonesia disebut dengan arak nipah.

Tidak hanya getah, bagian lain dari pohon nipah juga bisa dimanfaatkan.

Tunas muda dan kelopak bunganya dapat dibuat menjadi teh herbal yang

aromatik.

Sedangkan Attap chee adalah buah pohon nipah yang bisa dimakan. Buah yang

rasanya manis, warnanya terang dan lunak ini biasa digunakan sebagai dessert di

negara seperti Thailand, Malaysia, Filipina dan Singapura. Di Indonesia,

khususnya Jawa dan Bali, getahnya bisa diolah dan menjadi gula yang kita kenal

sebagai gula merah.

2
b. Manfaat energi alternatif

Selain dikonsumsi, getah pohon nipah juga bisa diolah menjadi bahan bakar

alternatif. Getahnya memiliki kandungan gula yang sangat tinggi sehingga dapat

difermentasi menjadi etanol atau butanol. Apabila kita membicarakan produksi

biogas, pohon nipah memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman yang

lain. Pertama, pemanfaatan pohon nipah untuk biogas ini tidak perlu

menggunakan air murni pada proses produksinya, karena cukup menggunakan air

payau.

Kedua, pohon nipah dapat menghasilkan makanan dan bahan bakar secara

simultan. Hali ini karena hampir semua bagian dari pohon nipah memiliki fungsi

masing-masing. Getah nipah akan menjadi produk utama yang diolah menjadi

biogas. Sedangkan buah nipah dapat diolah menjadi makanan. Berbeda dengan

tanaman biogas yang lain, misalnya tebu dan jagung. Menurut statistik, satu

hektar perkebunan nipah dapat menghasilkan produksi etanol atau butanol

sebanyak 6.500 hingga 20.000 liter tiap tahunnya. Tentu ini jauh lebih besar jika

dibandingkan dengan tebu yang per hektarnya hanya bisa menghasilkan 5.200

liter etanol tiap tahunnya. Bahkan jagung jauh lebih sedikit yaitu hanya 4.000 liter

per tahunnya.

Hubungan timbal balik manusia dengan alam sangat ditentukan oleh kemampuan

manusia dan alam sesuai karakternya masing-masing. Keduanya memerlukan hubungan

timbal balik secara berkelanjutan. Melalui pengelolaan lingkungan hidup secara

bijaksana selain dapat menyelamatkan dan melestarikan lingkungan hidup, juga dapat

menjamin kebutuhan dan kemakmuran umat manusia itu sendiri. Oleh karenanya

3
disadari atau tidak, keseimbangan dalam lingkungan kehidupan manusia dan

lingkungan alam dapat terganggu karena ulah manusia itu sendiri.

Secara internasional di bawah Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB)

mendeklarasikan suatu rencana pembangunan global dengan tujuan pembangunan

berkelanjutan atau Sustainable Developmnet Goals (SDGs). Salah satu tujuan SDGs

adalah pelestarian dan pemanfaatan lingkungan, yang dimana Indonesia terus berupaya

untuk menjaga kelestarian ekosistem alam dengan dikeluarkannya Undang – Undang

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Berdsasarkan kebijakan tersebut, sehingga daerah – daerah di

Indonesia salah satunya di Kabupaten Kotawaringin Barat telah berupaya menjaga

lingkungan alam. Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan salah satu Kabupaten

yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah, berada pada posisi 1˚26’ ‐ 3˚33’ Lintang

Selatan, dan 111˚20’‐112˚6’ Bujur Timur. Secara administratif, luas Kabupaten

Kotawaringin Barat adalah 10.759 dengan jumlah penduduk 257.141 jiwa (2015) .

Adapun batas‐batas wilayah secara administratrif, yaitu sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukamara dan Lamandau.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Seruyan

4
Tabel 1.1
Luas Wilayah dan Persentase Luas
Terhadap Kabupaten Kotawaringin Barat
Luas Wilayah Persentase Luas
No. Kecamatan
(Km2) Terhadap Kab. Barsel
1 Arut Selatan 2.400 22,31
2 Kumai 2.921 28,13
3 Kotawaringin Lama 1.218 11,32
4 Arut Utara 2.685 24,96
5 Pangkalan Lada 229 3,08
6 Pangkalan Baneng 1.306 10,21
Jumlah Total 10.759 100,00
Sumber: BKPRD Kabupaten Kotawaringin Barat (2015)

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang bagaimana model dan konsep

pengelolaan lingkungan dalam pengembangan Konservasi Nipah di desa Tanjung

Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat. Dari hasil penelitian ini akan diperoleh

informasi dasar tentang konsep pengelolaan lingkungan yang baik, serta dapat

dikembangkan untuk kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka Penulis

terlebih dahulu mengemukakan permasalah yang menjadi objek analisis penelitian.

Sehubungan dengan hal tersebut, Penulis mengindetifikasikan permasalahannya

sebagai berikut :

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan

kawasan Konservasi Nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin

Barat ?

5
2. Bagaimana konsep kebijakan pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan

kawasan Konservasi Nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin

Barat ?

3. Bagaimana rumusan model konsep pengembangan dan pengelolaan kawasan

Konservasi Nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat ?

4. Manfaat dari hubungan antara manusia dan lingkungan dalam pengelolaan

kawasan Konservasi Nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin

Barat ?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus maka permasalahan penelitian dibatasi pada

permasalah yang berkaitan dengan model pengelolaan lingkungan dalam upaya

pengembangan konservasi nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin

Barat.

1.4 Tujuan Penelitian

Target hasil (luaran) penelitian ini adalah berupa konsep dan informasi dasar

pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan konservasi nipah di Desa

Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara terinci target luaran penelitian

ini adalah untuk memperoleh konsep dan informasi dasar tentang :

1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan

konservasi nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat.

2. Konsep kebijakan pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan

konservasi nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat.

6
3. Rumusan model konsep pengembangan dan pengelolaan lingkungan pada

kawasan konservasi nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat.

4. Konsep hubungan antara manusia dan lingkungan pada lingkungan konservasi

nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

secara empiris. Adapun beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan konsep dan informasi dasar pengetahuan yang berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan konservasi nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten

Kotawaringin Barat.

2. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan dalam merumuskan

langkah – langkah dan strategi – strategi untuk pengembangan lebih lanjut

khususnya dalam pengelolaan lingkungan konservasi nipah di Desa Tanjung

Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat.

3. Untuk menambah wawasan penulis dalam mengetahui konsep pengembangan dan

pengelolaan lingkungan konservasi nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten

Kotawaringin Barat.

4. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang sedang meneliti topik yang berkaitan

dengan penelitian ini.

1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis hubungan antara

variabel yang akan diteliti. Menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2017:60),

mengemukakan bahwa kerangaka berfikir merupakan model konseptual tentang

7
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai

masalah yang penting. Sedangkan menurut Suriasumantri (dalam Sugiyono, 2017:60),

kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang

menjadi objek permasalahan. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan

bahwa kerangka berpikir adalah penjelasan sementara secara konseptual tentang

keterkaitan hubungan pada setiap objek pemasalahan berdasarkan teori.

Persepsi masyarakat mengenai pengelolaan lingkungan hidup dirasa cukup

penting untuk mengetahui kondisi pengeloaan lingkungan hidup dan eksplorasi prospek

keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan situasi saat ini

sebagai acuan untuk memperhatikan potensi yang berkembang. Dalam hal ini

stakeholders yang meliputi pengelola, masyarakat, pengunjung, dan pemerintah harus

diperhatikan peranannya dalam rangka meminimalkan dampak negatifnya untuk

meningkatkan mutu dan kualitas pengelolaan lingkungan hidup. Hasil yang dicapai

diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan bagi pengelolaan lingkungan

hidup yang berkelanjutan. Kerangka penelitian diuraikan dalam skema berikut :

Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Teoritis

Mengindentifikasi kondisi lingkungan


hidup

Menganalisis tingkat persepsi masyarakat dan


pemerintah terhadap pengelolaan lingkungan

8
Memberikan rekomendasi konsep model
Pengelolaan lingkungan Konservasi Nipah

Sumber: Diolah Peneliti

BAB II
TINJAU PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian model

pengelolaan lingkungan dalam upaya pengembangan Konservasi Nipah, antara lain :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul/Penulis/Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian
Judul : Model Data : Sebesar 86,67% masyarakat
Pengelolaan Data primer dan sekunder desa Sidomulyo memiliki
Lingkungan Binaan Metode : sikap setuju dan mendukung
Desa Wisata Bunga Penelitian deskriptif, dengan terhadap pengembangan
Pada Kawasan metode penelitian kualitatif. kawasan desa Sidomulyo
Ekowisata (Studi di Dilengkapi analisis data sebagai kawasan desa wisaata
Desa Sidomulyo, Kota kualitatif, maka akan bunga, namun demikian
Batu-Malang) ditampilkan dan diperkuat masih ada khehawatiran dari
Penulis atau peneliti : pula dengan data-data yang masyarakat terutama
Oman Sukmana bersifat kuantitatif. Analisa berkaitan dengan takutnya
Tahun : 2014 kualitatif yang digunakan kaum pemodal masuk ke
adalah deskriptif-induktif, dalam menguasai program
sedangkan data kuantitatif ini dan menguasai pemasaran
yang digunakan adalah bunga.
prosentase dalam bentuk
tabulasi.
Judul : Model Data : Model pengelolaan
Pengelolaan Data primer dan sekunder lingkungan di Kawasan
Lingkungan di Metode : Pariwisata Nusa Penida
Kawasan Pariwisata Menggunakan pendekatan dibentuk berdasarkan inisiatif
Nusa Peninda, Bali sistem dengan metode pemerintah dengan
Penulis atau peneliti : Interpretatif Structural melibatkan seluruh pemangku
Nyoman Sudipa, dkk Modelling (ISM) untuk kepentingan sebagai
Tahun : 2020 merumuskan model representasi masyarakat Nusa
pengelolaan lingkungan di Penida dengan membentuk

9
Kawasan Pariwisata Nusa kelembagaan yang khusus
Penida. Metode ini dapat menangani lingkungan dan
membantu untuk pariwisata Nusa Penida
menyederhanakan suatu dengan pemerintah sebagai
masalah dan dapat digunakan inisiator dan dibentuk secara
untuk mengidentifikasi partisipatif dalam
hubungan kontekstual antar pengelolaan lingkungan di
sub elemen. Kawasan Pariwisata Nusa
Penida.
Judul : Pengelolaan Data : persoalan lingkungan yang
Lingkungan Untuk Data primer dan sekunder berkembang di Sukaregang
Keberlanjutan Metode : dalam kasus ini disebabkan
Pengembangan Menggunakan metode oleh perilaku pengelolaan
Ekonomi Lokal Di penelitian kuantitatif. Pola ini lingkungan yang buruk dari
Sentra Industri dianalisis dengan metode pelaku ekonomi penyamakan
Penyamakan Kulit statistik korelasi dengan teknik kulit. Para pelaku ekonomi
Garut analisis gamma. metode yang berlokasi dekat
Penulis atau peneliti : analisis yang digunakan dalam permukiman dan cenderung
Sarah Rainy A. H analisis ini pada dasarnya mengabaikan pengolahan
Tahun : 2010 sama-sama bertujuan untuk limbah menyebankan
melihat hubungan atau pencemaran lingkungan.
keterkaitan antara sebuah
faktor terhadap keefektifan
penerapan pengetahuan
lingkungan. Teknik yang
digunakan antara lain teknik
Chi-Square dan Teknik PRE
Judul : Peningkatan Data : Masyarakat Desa Mekar
Ekonomi Desa Melalui Data primer dan sekunder Rahayu Kecamatan
Pengelolaan Metode : Margaasih Kabupaten
Bandung optimisme
Lingkungan Dan Metode kegiatan ini sosialisasi
dalam menata masa depan
Potensi Desa Di Desa kepada Masyarakat di desa melalui pengembangan
Mekar Rahayu Margaasih, Bandung, Jawa kualitas sumber daya manusia
Kecamatan Barat. Setelah diberi yang berlandaskan Gotong
Margaasih Kabupaten pembinaan selanjutnya mereka Royong, Persatuan dan
Bandung dibimbing untuk menerapkan Kesatuan dalam Wadah
Penulis atau peneliti : dalam rangka meningkatkan Negara Kesatuan Republik
Indosnesia.
Dadang Sudirno, dkk ekonomi desa.
Serta berpartisipasi aktif
Tahun : 2020 dalam pembangunan,
kepekaaan sosial dan
penanganan persoalan-
persoalan di Daerah Aliran
Sungai Citarum

10
2.2 Hubungan Antara Manusia Dan Lingkungan

Manusia, seperti halnya semua makhluk hidup, berinteraksi dengan lingkungan

hidupnya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, dan sebaliknya manusia

dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya (Sukmana, 2003). Menurut Soemarwoto (1997),

manusia tidak dapat berdiri sendiri di luar lingkungan hidupnya. Oleh karena itu

membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa

lingkungan hidup adalah abstraksi belaka.

Berdasarkan pada pandangan Woodworth (dalam Gerungan, 1987; Sardjoe,

1994), maka hubungan antara individu dan lingkungan dapat dikategorikan ke dalam 4

jenis, yaitu:

a. Individu dapat bertentangan dengan lingkungannya.

b. Individu dapat menggunakan lingkungannya.

c. Individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya.

d. Individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut Walgito (1994), hubungan antara individu dengan lingkungannya,

terutama lingkungan sosial tidak hanya berlangsung searah dalam arti bahwa hanya

lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu, tetapi antara individu

dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan

berpengaruh pada individu, dan sebaliknya individu juga mempunyai pengaruh pada

lingkungan. Selanjutnya Walgito menjelaskan bahwa pola hubungan atau sikap

individu terhadap lingkungannya dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu:

a. Individu menolak lingkungannya

Yaitu bila individu tidak sesuai dengan keadaan lingkungannya. Dalam keadaan

demikian, individu dapat memberikan bentuk (perubahan) pada lingkungan sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh individu yang bersangkutan.

11
b. Individu menerima lingkunganya

Yaitu apabila keadaan lingkungan sesuai atau cocok dengan keadaan individu.

Dengan demikian individu akan menerima keadaan lingkungan tersebut.

c. Individu bersikap netral atau status quo

Yaitu apabila individu tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi individu

tidak mengambil langkah-langkah untuk merubah lingkungan. Dalam keadaan

demikian, maka individu bersifat pasif terhadap lingkungan.

Selanjutnya, Soekanto (1986) menyatakan bahwa model-model hubungan

organisme dalam suatu lingkungan hidup, baik disadari maupun tidak, dapat

digolongkan menjadi:

a. Hubungan simbiosis, yakni hubungan timbal-balik antara organisme-organisme

hidup yang berbeda spesiesnya. Bentuk-bentuk hubungan simbiosis adalah: (a)

Parasistisme, dimana satu fihak beruntung sedangkan fihak lain dirugikan; (b)

Komensalisme, dimana satu fihak mendapat keuntungan sedangkan figak lain

tidak dirugikan; dan (c) Mutualisme, di mana terjadi hubungan saling

menguntungkan.

b. Hubungan sosial yang merupakan hubungan timbal-balik antara organisme-

organisme hidup yang sama spesiesnya. Bentuk-bentuknya adalah antara lain: (a)

Kompetesi; dan (b) Kooperasi.

Dalam melihat bagaimana hubungan antara manusia dan lingkungan,

nampaknya perlu dikembangkan suatu konsep rekayasa lingkungan yang basisnya

adalah kesadaran manusia akan lingkungan dam pembentukan perilaku (modifikasi

perilaku) manusia yang ramah lingkungan.Manusia sebagaimana makhluk lainnya

memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap lingkungannya. Manusia tidak akan

pernah bisa hidup tanpa adanya dukungan dari lingkungannya. Relasi  manusia dan

12
lingkungan merupakan  hubungan yang  saling  timbal balik  karena manusia hidup di

alam lingkungan hidup dan alam sebagai lingkungan hidup juga membutuhkan manusia

untuk pelestariannya. Jadi, manusia butuh alam untuk kehidupannya dan alam juga

membutuhkan manusia untuk pelestariannya.

2.3 Konsep Tentang Pengelolaan Lingkungan

Menurut undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah

upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan

penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan

pengendalian lingkungan hidup. Selanjutnya, yang dimaksud dengan pelestarian fungsi

lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Daya dukung lingkungan hidup, yaitu

kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk

hidup lainnya (dalam Sukmana, 2003).

Secara umum lingkungan dapat dibedakan ke dalam dua jenis lingkungan

(Sukmana, 2003), yaitu: (1) lingkungan fisik; dan (2) lingkungan non-fisik (sosial).

Lingkungan fisik adalah lingkungan yang berupa alam, dimana lingkungan alam yang

berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu manusia.

Lingkungan fisik dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik alami dan buatan.

Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat dalam suatu komunitas

tertentu dimana diantara individu dalam masyarakat tersebut terjadi interaksi.

13
Lingkungan sosial akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku

manusia.

Menurut Walgito (1994), lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi: (a)

lingkungan sosial primer, dan (b) lingkungan sosial sekunder. Lingkungan sosial

primer, yaitu lingkungan sosial dimana terdapat hubungan yang erat antara individu

satu dengan yang lain, individu satu saling kenal dengan individu lain. Pengaruh

lingkungan sosial primer ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh

lingkungan sosial sekunder. Sedangkan lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan

sosial di mana hubungan individu satu dengan yang lain agak longgar, individu satu

kurang mengenal dengan individu yang lain. Namun demikian pengaruh lingkungan

sosial, baik lingkungan sosial primer maupun lingkungan sosial sekunder sangat besar

terhadap keadaan individu sebagai anggota masyarakat.

Sejalan dengan konsep diatas, Soekanto (1986) menyatakan apabila seseorang

membicarakan lingkungan hidup, maka biasanya yang dipikirkan adalah hal-hal atau

apa-apa yang berada di sekitar manusia, baik sebagai individu maupun dalam pergaulan

hidup. Lingkungan hidup tersebut biasanya dibedakan dalam kategori-kategori, sebagai

berikut:

a. Lingkungan fisik, yakni semua benda mati yang ada di sekeliling manusia.

b. Lingkungan biologis, yaitu segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa

organisme yang hidup, di samping manusi itu sendiri.

c. Lingkungan sosial, yang terdiri dari orang-orang secara individual maupun

kelompok yang berada di sekitar manusia.

Berkaitan dengan konsepsi tentang lingkungan sosial, Purba (2002)

menyatakan bahwa manusia memerlukan lingkungan sosial yang serasi demi

kelangsungan hidupnya. Lingkungan sosial yang serasi itu bukan hanya dibutuhkan

14
oleh seorang saja, tetapi juga oleh seluruh orang di dalam kelompoknya. Untuk

mewujudkan lingkungan sosial yang serasi itu diperlukan lagi kerjasama kolektif di

antara sesama anggota. Kerjasama itu dimaksudkan untuk membuat dan melaksanakan

aturan-aturan yang disepakati bersama oleh warga sebagai mekanisme pengendalian

perilaku sosial. Aturan-aturan itu, seringkali terwujud dalam bentuk pranata atau

norma-norma sosial yang harus dipatuhi oleh setiap anggota kelompok (norma hukum).

Selanjutnya Purba (2002) merumuskan tentang konsep pengelolaan

lingkungan sosial sebagai suatu upaya atau serangkaian tindakan untuk perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian atau pengawasan, dan evaluasi yang bersifat komunikatif

dengan mempertimbangkan:

a. Ketahanan sosial (daya dukung dan daya tampung sosial setempat).

b. Keadaan ekosistemnya.

c. Tata ruang

d. Kualitas sosial setempat (kualitas objektif dan subjektif)

e. Sumber daya sosial (potensi) dan keterbatasan (pantangan) yang bersifat

kemasyarakatan (yang tampak dalam wujud pranata, pengetahuan lingkungan dan

etika lingkungannya).

f. Kesesuaian dengan azas, tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup.

Menurut Soetaryono (dalam Purba, 2002), secara skematis komponen-

komponen interaktif lingkungan hidup dapat digambarkan ke dalam tiga aspek, yaitu:

a. Aspek alam (natural aspect).

b. Aspek sosial (social aspect)

c. Aspek binaan (man-made/build aspect).

15
Walaupun ada tiga aspek, namun dalam prakteknya masing-masing kategori

tidak dapat begitu saja dikaji secara parsial, karena ketiganya merupakan satu kesatuan

integral yang disebut ekosistem.

Sedangkan Sarwono (1995), menyebutkan ada dua jenis lingkungan dalam

hubungan antara manusi dengan kondisi fisik lingkungannya. Jenis pertama adalah

lingkungan yang sudah akrab dengan manusia yang bersangkutan. Bagi manusia,

lingkungan yang akrab memberi peluang yang lebih besar untuk tercapainya keadaan

homeostatis (keseimbangan). Dengan demikian lingkungan seperti ini cenderung

dipertahankan. Jenis kedua adalah lingkungan yang masih asing, dimana manusia

terpaksa melakukan proses penyesuaian diri. Menurut Gerungan (1996), bentuk

penyesuaian diri bisa bersifat alloplastis dimana individu mengubah dirinya agar sesuan

dengan lingkungan, dan penyesuaian diri yang bersifat autaplastis dimana individu

mengubah lingkungan agar sesuai dengan keadaan (keinginan) dirinya.

Berkenaan dengan sasaran pengelolaan lingkungan hidup, dalam undang-

undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dijelaskan bahwa

sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah meliputi :

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan

lingkungan hidup.

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki

sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

c. Terjaminnya kepentingan generasi kini dan generasi masa depan.

d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana.

16
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha

dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk

berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Dalam pengelolaan dan perencanaan sistem lingkungan, salah satu kebutuhan

yang utama adalah untuk memperkirakan (memprediksi) kondisi-kondisi yang mungkin

terjadi di masa mendatang. Namun demikian, dengan adanya interaksi yang kompleks

antara variabel-variabel yang ada pada lingkungan, maka prakiraan merupakan suatu

prosedur yang sulit (Beer dalam Paryono, 2003:21). Model dapat diterapkan dalam

beberapa bidang sekaligus. Model dapat juga digambarkan sebagai bagian dari

kehidupan modern. Model dalam beberapa variasi sederhana digunakan untuk

memprediksi dan mengatur segala sesuatu, misalnya cuaca. Sebenarnya, model dapat

didefinisikan sebagai suatu perwujudan yang telah disederhanakan atau suatu abstraksi

dari suatu kenyataan (Demeritt dalam Jatmiko, 2007:97), sehingga model digunakan

sebagai salah satu cara untuk membantu dalam memprakirakan (memprediksi) suatu

kondisi. Ada banyak jenis model yang bisa dikembangkan, mulai dari model fisik,

model konseptual, ataupun model matematika. Ada beberapa tahap yang dapat

digunakan sebagai pedoman dalam membuat model (Beer dalam Paryono, 2003:21),

yaitu :

1. Perumusan dan identifikasi model yang sesuai.

2. Pemilihan atau identifikasi parameterparameter model yang sesuai dan

menghubungkan (mengaitkan) menjadi satu kedalam struktur model.

3. Estimasi parameter-parameter yang memiliki peran utama dalam struktur model

4. Validasi model.

17
Biasanya, dalam permodelan ada kecenderungan untuk membuat model menjadi

sedemikian kompleks, karena para pembuat model menganggap model yang baik

adalah model yang rumit. Anggapan tersebut kurang benar, karena seharusnya model

yang baik adalah model yang paling sederhana dan konsisten dengan tujuan studi. Ada

banyak model sistem lingkungan yang dapat dibuat, tetapi tidak ada definsi atau istilah

yang benar-benar tepat untuk menjelaskan jenis modelnya (Beer dalam Paryono,

2003:22).

BAB II
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai adalah riset aksi. Di antara nama-

namanya, riset aksi sering dikenal dengan PAR atau Participatory Action

Research. Adapun pengertian riset aksi menurut Corey (1953) adalah proses di

mana kelompok sosial berusaha melakukan studi masalah mereka secara ilmiah

dalam rangka mengarahkan, memperbaiki, dan mengevaluasi keputusan dan

tindakan mereka.

Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif

semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang

sedang berlangsung (di mana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan)

dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.

18
Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah,

politik, budaya, ekonomi, geografis, dan konteks lain-lain yang terkait. Yang

mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan

perubahan yang diinginkan.

PAR terdiri dari tiga kata yang selalu berhubungan seperti daur (siklus),

yaitu partisipasi, riset, dan aksi. Artinya hasil riset yang telah dilakukan secara

partisipatif kemudian diimplementasikan ke dalam aksi. Aksi yang didasarkan

pada riset partisipatif yang benar akan menjadi tepat sasaran. Sebaliknya, aksi

yang tidak memiliki dasar permasalahan dan kondisi subyek penelitian yang

sebenarnya akan menjadi kontraproduktif. Namun, setelah aksi bukan berarti

lepas tangan begitu saja, melainkan dilanjutkan dengan evaluasi dan refleksi

yang kemudian menjadi bahan untuk riset kondisi subyek penelitian setelah

aksi. Oleh Stephen Kemmis proses riset aksi digambarkan dalam model

cyclical seperti spiral. Setiap cycle memiliki empat tahap, yaitu rencana,

tindakan, observasi, dan refleksi.

3.1.1 Prinsip-prinsip PAR

Menurut Winter (1989) dalam riset aksi terdapat enam prinsip yang

dijadikan petunjuk melakukan riset. Enam prinsip tersebut adalah :

a. Refleksi kritis

Kebenaran dalam lingkungan sosial sangat relatif dan tergantung

pada subyek penelitian. Pertimbangan situasi yang tercantum dalam

catatan-catatan lapangan, dokumen resmi harus telah mendapat

pengakuan secara implisit dari subyek. Maka, barulah bisa

dikatakan bahwa fakta tersebut benar apa adanya.

Prinsip refleksi kritis menjamin orang-orang untuk

19
mempertimbangkan isu-isu, proses-proses, dan membuat

interpretasi, asumsi, dan penilaian secara eksplisit. Dengan cara ini

pertimbangan praktis bisa menyempurnakan pandangan-pandangan

teoritis.

b. Dialektika kritis

Realitas sosial yang partikular bisa menjadi valid secara konsensual,

yang mana bahasa menjadi sarana penyampaiannya. Fenomena pada

umumnya dikonseptualisasikan melalui dialog. Maka dari itu,

prinsip dialektika kritis menghendaki pemahaman pengaturan

hubungan antara fenomena dan konteksnya, dan antara elemen-

elemen yang menyusun fenomena. Elemen kunci adalah mereka

yang bertentangan dengan yang lainnya, dan itu merupakan salah

satu yang hampir suka menciptakan perubahan.

c. Kolaborasi sumber daya

Partisipan dalam proyek riset aksi adalah peneliti juga. Prinsip

kolaborasi sumber daya ini berpraduga bahwa ide tiap orang sama

signifikannya sebagai potensi sumber daya untuk membuat

interpretasi, kategori analisis yang dinegosiasikan di antara

partisipan. Hal ini ditujukan untuk menghindari kemiringan

kredibilitas dari pemegang ide terdahulu. Selain itu, secara khusus

hal tersebut dapat menimbulkan kesadaran dan toleransi dari adanya

kontradiksi antara banyak sudut pandang dan di dalam satu sudut

pandang pun.

d. Kesadaran resiko

Proses perubahan berpotensi mengancam semua cara yang telah

20
berlaku sebelumnya, dan itu menciptakan ketakutan secara psikis di

antara para praktisinya. Salah satu ketakutan yang utama adalah

datang dari ego yang menahan diri dari diskusi terbuka terhadap

interpretasi, ide, dan penilaian orang lain. Seorang inisiator riset

aksi akan menggunakan prinsip ini untuk menenangkan ketakutan-

ketakutan lain dan mengundang partisipasi dengan menegaskan

bahwa masyarakat juga akan menjadi subyek dari proses yang sama,

dan bagaimana pun juga hasil akhirnya adalah belajar bersama.

e. Struktur plural

Alam penelitian pada umumnya terdiri dari berbagai macam

pandangan, komentar, dan kritik, dalam rangka menuju berbagai

kemungkinan aksi dan interpretasi. Pendalaman struktur yang plural

ini menghendaki banyak teks untuk pelaporannya. Hal ini berarti

akan banyak pertimbangan secara eksplisit dengan komentar yang

kontradiktif dan berbagai macam panduan untuk aksi. Laporan pada

dasarnya adalah sebuah tindakan sebagai dukungan untuk

meneruskan diskusi di antara kolaborator daripada memutuskan

sebuah konklusi akhir dari sebuah fakta.

f. Teori, praktek, dan transformasi

Bagi para praktisi riset aksi, teori menginformasikan praktek, dan

praktek menyempurnakan teori menuju upaya transformasi yang

terus- menerus. Dalam lingkungan apa pun, aksi tiap orang

didasarkan pada asumsi, teori, dan hipotesis yang secara implisit

dipegang teguh, dan dengan tiap hasil observasi pengetahuan

teoritik akan bertambah.

21
Selain prinsip-prinsip di atas, PAR mengharuskan adanya

pemihakan baik bersifat epistemologis, ideologis, maupun teologis

dalam rangka melakukan perubahan yang signifikan. Pemihakan

epistemologis mendorong peneliti untuk menyadari bahwa banyak

cara untuk melihat masyarakat.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian pengelolaan lingkungan disesuaikan dengan

judul dan permasalahan. Dalam penelitian ini lokasi yang penulis ambil adalah di

Konservasi Nipah di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat yang mana

sebagai tempat konservasi untuk mengadakan penelitian sesuai dengan permasalahan

yang akan diteliti. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau dipilih secara

sengaja.

3.3 Jadwal Penelitian

Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan selama 1 semester (6 bulan) dalam

masa perkuliahan, terhitung mulai bulan Agustus sampai bulan Desember Tahun 2020.

3.4 Pendekatan Penelitian

Penelitian Participatory Action Research merupakan salah satu model penelitian

yang mencari sesuatu untuk menghubungkan proses penelitian ke dalam proses

perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah bagaimana dalam rangka mengarahkan

serta memperbaiki dan mengevaluasi keputusan dan tindakan mereka.

Penelitian ini membawa proses penelitian dalam lingkaran dan menemukan

solusi praktis bagi masalah bersama dan isu-isu yang memerlukan aksi dan refleksi

22
bersama.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, karena dalam pendekatan kualitatif langsung dijelaskan dan diterangkan

tentang semua permasalahan yang belum diketahui secara rinci sehingga akan

memberikan kemudahan bagi orang yang ingin mengetahui tentang semua pembahasan

dalam penelitian tersebut.

3.5 Sumber Data Dan Jenis Data

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan meliputi data lapangan yakni

informan sebagai sumber data primer dan dokumen kepustakaan sebagai data sekunder.

Data lapangan yaitu data yang diperoleh penulis dari lapangan dengan cara partisipasi

langsung dengan para informan yang terkait dengan masalah yang diangkat oleh

penulis. Sedangkan data dokumen kepustakaan yaitu data yang diperoleh dari peraturan

perundang- undangan, buku-buku dan bahan hukum lain yang mempunyai relavansi

dengan masalah yang diangkat oleh penulis.

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder, yang meliputi:

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dari informan yang berkaitan dengan masalah

penelitian ini. Informan adalah orang atau individu yang memberikan

informasi data yang dibutuhkan oleh penulis sebatas yang diketahuinya dan

penulis tidak dapat mengarahkan jawaban sesuai dengan yang

diinginkannya. Seorang informan adalah sumber data yang merupakan

bagian dari unit analisis. Kebenaran informasi yang diberikan oleh informan

adalah kebenaran menurut informan tersebut, bukan dari penulis. Jumlah

23
informan ditentukan secara purposive sampling, yaitu memilih orang-orang

tertentu oleh penulis berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel

tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah pengelola dan

masyarakat di Desa Tanjung Putri.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari dokumen kepustakaan (library research).

Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari serta menelaah berbagai bahan

kepustakaan yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat

dalam penelitian, baik berupa peraturan perundang-undangan, buku

literatur, makalah ilmiah, pendapat para sarjana maupun artikel atau jurnal.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang menjadi subjek atau informan di lokasi penelitian,

maka penulis menggunakan beberapa teknik dan instrumen pengumpulan data di

antara lain:

3.6.1 Observasi

Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari

fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan

data dan informasi dari gejala atau kejadian secara sistematis dan didasarkan

pada tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

Menurut Sugiono dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data

observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu observasi partispatif dan

observasi tidak tersetruktur. Metode observasi menurut sanapiah Faisal adalah

suatu tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati

fenomena sosial yang diteliti. Maksudnya, peneliti melihat dan mendengar

24
tentang apa yang dilakukan, dikatakan, ataupun diperbincangkan para

informan, responden dan aktifitas kehidupan sehari- hari, baik sebelum,

menjelang, ketika, dan sesudah menjalankan kegiatannya.

Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dengan

jalan menjadi partisipan secara langsung dan sistematis terhadap objek yang

diteliti dengan cara mendatangi secara langsung lokasi objek penelitian yaitu di

Desa Tanjung Putri untuk mengamati pengelolaan lingkungan pada Konservasi

Nipah, proses ini mengarahkan dalam memperbaiki dan mengevaluasi serta

memberi point rekomendasi model konsep pengembangan Konservasi Nipah

yang berkelanjutan. Metode ini digunakan untuk memperkuat data- data yang

diperoleh agar dapat dideskripsikan dengan mudah.

3.6.2 Wawancara

Wawancara merupakan percakapan-percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan dilaksanakan oleh kedua pihak yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancarai memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Wawancara dilakukan dalam rangka pengimpulan data

dilapangan sesuai dengan tujuan penelitian.

Wawancara itu dipahami sebagai percakapan dan Tanya jawab yang

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Ada dua model wawancara yang

biasa digunakan. Wawancara berstruktur dimaksudkan untuk mendapat

informasi tentang sistem pengelolaan lingkungan pada Konservasi Nipah.

Wawancara mendalam digunakan untuk hal-hal yang mengarah pada

fokus masalah penelitian. Pertanyaan yang digunakan sifatnya bebas terarah

dan spontan pada saat wawancara sedang berlangsung. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan dan memperjelas hal-hal yang di anggap masih perlu dipertegas

25
dan diperjelas dari hasil wawancara berstruktur.

3.6.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

biasa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan

pada subjek penelitian tetapi melalui dokumen. Dalam hal ini dapat berupa

benda-benda tertulis seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan,

laporan kegiatan, dan lain sebagainya.

Metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengetahui profil dari

masyarakat di desa Tanjung Putri. Dokumentasi disini proses pengambilan

data terkait, dan penelitian ini penulis juga menggunakan teknik pengumpulan

data dengan partisipasi langsung kepada para informan. Partisipasi

dimaksudkan bertindak sebagai mediator untuk dapat memberikan model yang

efektif dalam pengelolaan lingkungan pada Konservasi Nipah.

Teknik partisipasi ini dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam

pengumpulan data lapangan, dianggap efektif karena partisipatif dapat bertatap

muka langsung dengan informan untuk menanyakan perihal pengelolaan

lingkungan pada Konservasi Nipah, fakta-fakta yang ada dan pendapat maupun

persepsi dari informan dan bahkan saran-saran informan.

3.7 Teknik Pengelolaan Dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan

data, yaitu mengelola data sedemikian rupa sehingga data tersebut tersusun

secara runtut, sistematis, sehingga akan memudahkan penulis melakukan

26
analisis. Untuk mengolah data yang telah diperoleh dari wawancara, dan studi

literatur kemudian diolah menggunakan teknik:

a. Editing, yaitu penuis menyeleksi dan mempelajari kembali semua data

yang telah diperoleh untuk melengkapi data yang belum lengkap sehingga

kelengkapan validasi data dan informasi terjamin.

b. Klasifikasi sistematis, yaitu semua data harus ditempatkan dalam kategori-

kategori dan data dikelompokkan menurut permasalahan yang akan diteliti

sehingga mudah dipahami.

c. Interpretasi, yaitu adanya upaya memahami dan menafsirkan kembali

terhadap data yang di kumpulkan dalam rangka memperoleh kandungan

makna data yang telah disajikan.

3.7.2 Analisis Data

Dalam rangka memberi makna terhadap data dan informasi yang

dikumpulkan dilapangan, maka dilaksanakan analisis dan kegiatan ini

dilaksanakan dengan berkesinambungan, mulai dari awal penelitian sampai

penelitian selesai dilaksanakan. Analisis data merupakan usaha (proses)

memilih, membuang, menggolongkan data untuk menjawab empat rumusan

permasalahan.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah – milah data menjadi

satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajar, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain. Adapun langkah-langkah analisis data adalah

sebagai berikut:

a. Reduksi data

27
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian,

penyederhanaan dan transformasi data mentah yang muncul dari catatan

lapangan. Data yang tekumpul kemudian direduksi dengan cara bertahap.

Hal ini dilakukan setelah data pertama terkumpul atau data observasi.

pertama selesai kemudian dilanjutkan dengan mereduksi data berikutnya

sampai semua data pada observasi terakhir serta data wawancara.

Kemudian memilih data yang sudah disusun dalam laporan lapangan,

dengan menyusun kembali dalam bentuk uraian. Selanjutnya laporan yang

direduksi dirangkum dan dipilih berdasarkan hal-hal pokok, kemudian

difokuskan kepada hal-hal penting dean relevan. Dengan langkah ini

peneliti berharap akan memperoleh gambaran yang lebih tajam tentang

hasil pengumpulan data. Adapun data yang di anggap peneliti tidak

mendukung penelitian ini dipisahkan. Hal ini dilakukan untuk memberikan

kemudahan bagi peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh

apabila diperlukan.

b. Display Data

Display data atau penyajian data, yaitu penyusunan data yang kompleks

kedalam bentuk sistematis sehingga menjadi lebih sederhana dan selektif

serta mudah dipahami. Penyajian data dilakukan dalam bentuk naratif dan

diselingi dengan kutipan hasil wawancara, observasi dsan dokumenter.

c. Penarikan kesimpulan

Pada kesimpulan mediasi yang efektif, kemudian meningkat menjadi lebih

mengarah. Pada kesimpulan akhir diambil berdasarkan hasil analisis

terhadap data yang diperoleh dari observasi, wawancara serta documenter.

Moleong menyatakan bahwa pendekatan kualitatif adalah “suatu proses

28
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis

atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati.

3.8 Prosedur Penelitian

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam penulisan ini maka penulis

melakukan tahapan prosedur penelitian sebagai berikut:

3.8.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahapan ini penulis mempelajari, menelaah, dan mengkaji dengan

seksama permasalahan yang akan diteliti kemudian dalam bentuk proposal

penelitian dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dilingkungan

Universitas Antakusuma Pangkalan Bun untuk meminta pendapat apakah

penelitian ini layak untuk diangkat dan akan diajukan ke Prodi untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam dan

Lingkungan oleh dosen pembimbing Bapak Hasarudin, SE., MM, setelah

disetujui selanjutnya melakukan proses penyusunan secara bertahap dan di

sidangkan.

3.8.2 Tahap Pengumpulan Data

Pada tahapan ini penulis terlebih dahulu mengurus surat izin penelitian,

kemudian melakukan penelitian lapangan, sehingga diperoleh data mengenai,

Model Pengelolaan Lingkungan Dalam Upaya Pengembangan Pada

Konservasi Nipah Di Desa Tanjung Putri, Kabupaten Kotawaringin Barat.

3.8.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian data diolah dan di analisis, kemudian

data tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dalam rangka

penyempurnaan dan perbaikan tahapan masalah yang diteliti.

29
3.8.4 Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap ini penulis melaporkan hasil penelitian yang telah diolah secara

sistematis dan dianalisis dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari

dosen pembimbing, selanjutnya disusun dalam bentuk proposal.

30

Anda mungkin juga menyukai