ABSTRACT
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PERENCANAAN LANSKAP WADUK KOTO PANJANG
SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA
DI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
!124$4#7 .( 7
7
7 7 &'67 7 7
)#)#+7
347
/02*+7 01!2&2407 +1&/7
PRAKATA
Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini. Penelitian yang berjudul “Perencanaan Lanskap Kawasan Waduk Koto Panjang
sebagai Kawasan Ekowisata di Kabupaten Kampar Provinsi Riau” ini disusun sebagai
salah satu prasyarat kelulusan bagi mahasiswa di Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan penelitian ini, yaitu kepada kedua orang tua
yang telah mendukung penulis selama ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr. Ir. Afra DN. Makalew, M. Sc. sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah mengarahkan dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini
serta kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan hingga penelitian ini
dapat diselesaikan.
Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif
pengembangan yang dapat diaplikasikan oleh pemegang kepentingan daerah
setempat. Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan peneitian ini di masa yang akan datang.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pikir
Kawasan Waduk Koto Panjang awalnya merupakan kawasan yang terdiri dari
beberapa desa. Desa-desa tersebut kemudian ditenggelamkan sebagai dampak dari
pembangunan waduk dan direlokasi ke tempat yang baru di sekitar area genangan.
Di samping berfungsi sebagai sumber daya pembangkit listrik tenaga air bagi
wilayah Kota Pekanbaru dan sekitarnya, Waduk Koto Panjang juga memiliki
potensi fisik dan biofisik yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk
atraksi dan objek potensial. Potensi ini dapat diarahkan ke arah pariwisata agar
dapat memberi nilai tambah kawasan Waduk Koto Panjang.
Pengembangan kawasan yang diarahkan sebagai kawasan wisata harus
memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya. Hal ini bertujuan agar dapat
meminimalisir dampak negatif dari pengembangan kawasan yang dilakukan.
Preferensi masyarakat sebagai wisatawan mengenai kebutuhan akan tempat wisata
menjadi pertimbangan dalam menentukan program wisata yang akan ditawarkan
oleh kawasan wisata. Untuk itu perlu dilakukan perpaduan antar aspek utama dalam
ekowisata, yaitu aspek ekologi, aspek wisata, dan aspek sosial budaya dalam
melakukan perencanaan Waduk Koto Panjang sebagai Kawasan Ekowisata.
Perpaduan aspek-aspek diperlukan untuk memperoleh peta kesesuaian dari
kawasan waduk untuk menentukan area yang dapat dikembangkan untuk wisata
dan area yang seharusnya dilindungi untuk menjaga ekosistem. Selanjutnya, konsep
pengembangan yang telah ditetapkan dikembangkan lebih lanjut hingga terbentuk
peta rencana lanskap Waduk Koto Panjang sebagai kawasan ekowisata. Kerangka
pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Lanskap
Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap adalah suatu bentang alam yang
terdiri atas karakteristik tertentu dan terbagi atas dua unsur pembentuk, yaitu unsur
utama dan unsur penunjang. Unsur utama dalam lanskap adalah unsur yang relatif
sulit untuk dilakukan modifikasi. Unsur penunjang dalam lanskap adalah unsur
yang relatif mudah untuk dilakukan modifikasi. Setiap lanskap memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lain karena dibentuk oleh elemen-elemen
yang memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik unik masing-masing
lanskap disebut amenity. Hal ini dapat dijadikan pendukung dalam pengembangan
sebuah kawasan.
Perencanaan lanskap adalah suatu seni menata lingkungan fisik guna
mendukung kehidupan manusia (Lynch, 1971). Menurut Laurie (1986),
persyaratan program harus dilengkapi dan dihubungkan satu dengan yang lain,
disertai dengan imajinasi serta kepekaan terhadap replikasi analisis tapak.
Penyesuaian ini diperlukan dalam perencanaan tapak.
Perencanaan lanskap adalah suatu upaya penataan lanskap berdasarkan
potensi, amenity, kendala dan danger signal lanskap tersebut guna menciptakan
bentukan lanskap yang fungsional, memenuhi aspek estetik, mencapai
keberlanjutan, dan memenuhi kepuasan pengguna. Proses perencanaan meliputi
proses mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikan ke masa
depan, mengidentifikasi masalah dan melakukan pendekatan-pendekatan yang
beralasan untuk memecahkan suatu masalah dalam sebuah tapak.
Menurut Gold (1980), perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui beberapa
pendekatan, antara lain, adalah:
1) pendekatan sumber daya, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas
berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumber daya,
2) pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan
seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberi kemungkinan apa
yang dapat disediakan pada masa yang akan datang,
3) pendekatan ekonomi, yaitu pendekatan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan
aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi, dan
4) pendekatan perilaku, yaitu penentuan aktivitas berdasarkan pertimbangan
perilaku manusia.
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), terdapat faktor yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan suatu kawasan, antara lain, adalah :
1) mempelajari hubungan antara kawasan tersebut dengan lingkungan sekitar,
2) memperhatikan keharmonisan antara daerah sekitarnya dengan kawasan yang
akan direncakan,
3) menjadikan kawasan yang direncanakan sebagai objek yang menarik, dan
4) merencanakan kawasan tersebut sehingga menghasilkan suatu kawasan yang
dapat menampilkan kesan masa lalu.
5
kesejahteraan masyarakat, dan memberikan lokasi baru yang layak bagi masyarakat
yang direlokasi.
Waduk Koto Panjang terletak pada dua wilayah administrasi yaitu Kecamatan
XII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, dan Kecamatan 50 Koto,
Provinsi Sumatera Barat. Waduk Koto Panjang ini terletak pada koordinat
0°18'50.78” LU dan 100°46'38.28” BT di Desa Batu Bersurat. Luas area genangan
waduk adalah 12.400 ha. Waduk Koto Panjang terletak di Desa Batu Bersurat
sekitar 20 km dari ibu kota Kabupaten Kampar dan berjarak 87 km dari ibu kota
Provinsi Riau. Aksesibilitas menuju Waduk Koto Panjang berupa jalan lintas
provinsi (Rosalina et al, 2014).
Sumber air pada waduk berasal dari Sungai Kampar Kanan (Riau), Sungai
Kapau (Sumatera Barat), Sungai Tiwi (Sumatera Barat), Sungai Takus (Sumatera
Barat), Sungai Gulamo (Sumatera Barat), Sungai Mahat (Sumatera Barat), Sungai
Osang (Sumatera Barat), Sungai Arau Kecil dan Arau Besar (Sumatera Barat), dan
sungai Cunding (Sumatera Barat) (Adriani et al., 2006). Di antara sungai-sungai
tersebut, Sungai Kampar dan Sungai Mahat merupakan dua sumber air utama pada
kawasan Waduk Koto Panjang.
Waduk Koto Panjang berperan dalam memasuk energi listrik bagi wilayah
ibu kota provinsi dan sekitarnya. Selain itu, waduk juga dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk kegiatan perikanan, pertanian, dan keperluan rumah
tangga. Jenis vegetasi di sekitar kawasan Waduk Koto Panjang merupakan jenis
vegetasi hutan tropis, seperti kempas, keruing, meranti, resak, jelutung dan rengas.
Selain itu, jenis vegetasi pionir seperti mahang, senduk-senduk, medang dan terap
masih dapat ditemui di kawasan ini. Jenis fauna yang ada di kawasan waduk, antara
lain, adalah bajing, landak, kukang, harimau dan berbagai macam burung. Selain
itu, terdapat berbagai jenis ikan di dalam perairan waduk.
memberikan pengalaman terhadap alam melalui daya tarik visual berupa keindahan
panorama alam.
Ekowisata
METODOLOGI
Penelitian ini berlokasi di kawasan Waduk Koto Panjang Desa Batu Bersurat,
Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Waktu
pelaksanaan penelitian berlangsung selama 5 bulan dengan pembagian 3 bulan
kegiatan berlangsung di tapak dan 2 bulan kegiatan pengolahan data. Lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber: kamparkab.go.id
Gambar 2 Lokasi penelitian
Batasan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan data yang dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapang,
wawancara masyarakat yang hidup di sekitar sungai dan pemerintah daerah terkait,
serta penyeberan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur,
pengumpulan data dan informasi dari instansi pemerintahan seperti BAPPEDA,
Dinas Pekerjaan Umum dan BPS, serta sumber internet. Alat yang digunakan
berupa GPS (global positioning system), program komputer (Microsoft Excell,
MapSource, ArcGIS, Sketch Up, Photoshop), dan kuesioner.
10
Metode Penelitian
Persiapan
Tahap ini meliputi kegiatan penetapan tujuan perencanaan lanskap Waduk
Koto Panjang dan rencana anggaran biaya penelitian dalam usulan penelitian.
Selain itu, pada tahap ini dilakukan orientasi tapak penelitian secara umum melalui
studi pustaka dari berbagai sumber.
Inventarisasi
Tahap ini meliputi kegiatan pengumpulan data yang berhubungan dengan
kondisi tapak terkait dengan aspek ekologi, aspek wisata, dan aspek sosial ekonomi
budaya. Kegiatan ini bertujuan mengidentifikasi sumber daya lanskap pada tapak
sehingga dapat diketahui kondisi umum dan pandangan masyarakat terhadap
keberadaan Waduk Koto Panjang.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder yang diperoleh
melalui survei lapang, wawancara, penyebaran kuesioner, dan studi pustaka.
Kuesioner dibagikan secara acak kepada 60 orang respoden yang terbagi menjadi
30 orang responden yang berada di sekitar Waduk Koto Panjang dan 30 responden
warga Kota Pekanbaru yang dianggap mengetahui tentang keberadaan Waduk Koto
Panjang. Penyebaran kuesioner kepada warga di sekitar waduk dilakukan dengan
metode accidental sampling. Kuesioner dibagikan kepada warga dan pengunjung
yang ditemui di sekitar area penerimaan dan kantin di kawasan Waduk Koto
Panjang. Penyebaran kuesioner kepada warga Kota Pekanbaru menggunakan
metode purposive sampling yang ditujukan bagi warga Kota Pekanbaru yang
mengetahui keberadaan Waduk Koto Panjang. Kuesioner dibagikan melalui sarana
media sosial dan secara manual. Penyebaran kuesioner kepada responden
dilakukan untuk mengetahui persepsi warga sebagai pasar wisata potensial terkait
keberadaan Waduk Koto Panjang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
preferensi pihak pemerintah daerah, pihak pengelola dan orang-oang yang terkait
dengan penelitian ini dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan waduk.
11
Analisis
Tahap ini meliputi kegiatan analisis terhadap tapak berdasarkan aspek dan
data yang telah diperoleh dalam aspek ekologi, aspek wisata, aspek sosial dan
budaya, serta aspek legal sehingga diketahui potensi dan kendala serta alternatif
pengembangan yang dapat diterapkan pada tapak. Analisis data dilakukan dengan
metode analisis spasial melalui parameter pembobotan. Tahapan analisis yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Aspek Ekologi
Analisis dilakukan untuk menentukan area yang sesuai dan tidak sesuai
dikembangkan untuk pengembangan wisata. Sitorus (1985) mengemukakan
12
2. Aspek Wisata
Analisis aspek wisata menggunakan metode deskriptif dan spasial.
Komponen yang dianalisis mengacu pada Gunn (1979) yang diacu pada Smith
(1989), yaitu komponen keindahan visual, potensi objek dan atraksi,
aksesibilitas dan fasilitas penunjang.
Komponen keindahan visual dianalisis untuk mendukung program
wisata yang akan dikembangkan. Area dengan kualitas visual baik dapat
dijadikan sebagai potensi pada kawasan wisata, sedangkan area dengan
kualitas visual buruk menjadi kendala yang harus diatasi. Objek dan atraksi
dianalisis dengan menentukan titik-titik yang berpotensi untuk dikembangkan
lebih lanjut. Penilaian dilakukan menggunakan kriteria dan indikator yang
dikemukanan oleh Avenzora (2008). Kriteria tersebut terdiri dari tujuh aspek
penilaian meliputi aspek keunikan, aspek kelangkaan, aspek keindahaan, aspek
seasonality, aspek sensivitas, aspek aksesibilitas, dan aspek fungsi sosial.
Masing-masing aspek memiliki indikator penilaian. Tiap objek/atraksi
mendapat nilai 1 jika sesuai dengan indikator penilaian. Kemudian nilai
tersebut dijumlah dan diklasifikasikan dengan rentang nilai rendah dengan skor
7 sampai 18, kategori sedang dengan skor 19 sampai 30 dan kategori tinggi
dengan skor 31 sampai 42. Penilaian dilakukan oeleh peneliti secara langsung.
Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata dapat dilihat pada Tabel 3.
14
Sintesis
Tahap sintesis merupakan tahap lanjutan analisis data yang dijadikan sebagai
bahan acuan dalam penentuan ruang yang akan dikembangkan untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi pada tapak melalui pendekatan ekologis yang
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan. Dalam tahap ini dilakukan penyesuaian
data terhadap standar yang ada dan direncanakan program kebutuhan ruang, fungsi
dan hubungan ruang. Hasil sintesis berupa alternatif perencanaan lanskap Waduk
Koto Panjang sebagai kawasan ekowisata.
Pembagian kawasan kedalam zona pengembangan didasarkan kepada hasil
komposit analisis yang terlebih dulu dilakukan. Peta komposit berupa peta hasil
overlay peta kesesuain fisik dan peta kesesuaian wisata. Peta kesesuaian fisik
diperoleh dari overlay peta kemiringan lahan dan peta kerawanan longsor,
sedangkan peta kesesuaian wisata mengacu pada komponen utama pengembangan
wisata menurut Gunn (1979) didalam Smith (1989). Komponen utama
pengembangan wisata meliputi kualitas visual, potensi objek dan atraksi yang
sudah ada, fasilitas pendukung dan aksesibilitas pada tapak. Produk sintesis berupa
pengembangan ruang wisata dalam bentuk rencana blok.
17
Perencanaan
Tahap ini adalah hasil akhir dari proses yang telah dilakukan sebelumnya.
Hasil perencanaan disajikan dalam bentuk lanscape plan kawasan Waduk Koto
Panjang meliputi rencana ruang, rencana aktivitas dan fasilitas wisata, rencana
sirkulasi dan rencana vegetasi. Hasil perencanaan disertai dengan gambar ilustrasi,
referensi yang akan dikembangkan dan tabel rencana daya dukung.
18
Kabupaten Kampar dilalui oleh dua sungai utama. Sungai Kampar dengan
panjang kurang lebih 413,5 kilometer. Kedalaman rata-rata sungai ini adalah 7,7
meter dengan lebar muka air rata-rata 143 meter. Sungai ini secara keseluruhan
berada pada wilayah administrasi Kabupaten Kampar. Sungai Siak bagian hulu
dengan panjang 90 km dengan kedalaman rata-rata 8 sampai 12 meter. Salah satu
fungsi aliran sungai ini sebagai sumber energi listrik yang dihasilkan melalui
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang.
Pola penggunaan lahan Kabupaten Kampar didominasi oleh perkebunan
dengan luas 401.246 ha (35,54%). Kemudian luas lahan terbangun, pekarangan dan
lahan sekitarnya adalah 354.549 ha (30,61%), ladang huma dengan luas 92.251,5
19
ha (8,17%), kawasan tegal kebun dengan luas 91.044 ha (8,06%), kolam dengan
luas 7.135 ha (0,63%), area hutan dengan luas 65.927 ha (5,84%), lahan tidak
diusahakan dengan luas 37.722 ha (3,34%), lahan persawahan dengan luas 10.679
ha (0,95%), area padang rumput dengan luas 6.717 ha (0,59%), lain-lain dengan
luas 171.909 ha (15,23%) (BPS Kab. Kampar, 2014).
Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kampar tahun 2013, jumlah
penduduk Kabupaten Kampar berjumlah 753.376 jiwa. Jumlah ini terdiri dari
395.970 jiwa laki-laki (52,56%) dan perempuan 370.381 jiwa perempuan (47,44%).
Jumlah ini terdistribusi ke 21 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar berada
di Kecamatan Siak Hulu sebesar 94.069 jiwa. Distribusi penduduk di Kabupaten
Kampar dapat dilihat pada Tabel 4.
450000
400000
350000
Jumlah Penduduk
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
Laki-laki Perempuan
Tabel 7 Persentase penduduk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten
Kampar 2013
Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
(%) (%) (%)
Angkatan Kerja 83,74 36,14 60,61
Bekerja 80,29 32,92 57,27
Pengangguran 4,12 8,90 5,51
Bukan Angkatan Kerja 16,26 63,86 39,39
Sekolah 11,41 12,26 11,83
Mengurus Rumah 1,70 49,90 25,12
Lainnya 3,15 1,70 2,44
Sumber: Riau Dalam Angka, 2013
2 nagari (desa) di Provinsi Sumatera Barat dengan luas genangan 12.400 ha. Dua
nagari yang ditenggelamkan adalah Tanjuang Balik dan Tanjuang Pauah,
sedangkan delapan desa yang ditenggelamkan adalah Desa Muara Mahat, Desa
Tanjung Alai, Desa Batu Bersurat, Desa Pulau Gadang, Desa Pongkai, Desa Muara
Takus, Desa Gunung Bungsu, dan Desa Koto Tuo. Desa-desa tersebut kemudian
direlokasi ke daerah baru di sekitar kawasan waduk.
maksimal seluas 12.400 ha. Kapasitas genangan air pada waduk ini mampu
mencapai 1.545 juta m3. Keberadaan air di Waduk Koto Panjang sangat penting
bagi masyarakat sekitar waduk untuk kegiatan sehari-hari. Untuk kegiatan
pertanian sendiri, keberadaan waduk kurang dimanfaatkan oleh masyarakat karena
lahan di sekitar waduk banyak dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan karet,
kelapa sawit dan gambir yang tidak terlalu memerlukan irigasi.
Menurut data pada tahun 2012 yang dikeluarkan oleh PLN sektor
pembangkitan Kota Pekanbaru menunjukan bahwa waduk Koto Panjang memiliki
daerah tangkapan air (water catchment area) seluas 896,98 km2 yang terdiri atas
hutan lindung (64%), hutan produksi (34%) dan lainnya (2%). Luasan ini
mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan data lima tahun
sebelumnya. Pada Mei 2008, luas daerah tangkapan air seluas 1.053 km2, pada Juli
2009 menurun menjadi 1.041 km2, pada Juni 2010 menurun menjadi 904,33 km2,
dan pada Mei 2011 menurun menjadi 898,09 km2. Dilihat dalam rentang tahun 2008
hingga 2011 terjadi penurunan luas daerah tangkapan air sebesar 156,02 km2.
Penelitian ini meliputi kawasan sembilan desa di Kecamatan XIII Koto
Kampar yaitu Desa Tanjung Alai, Pongkai Istiqomah, Binamang, Ranah Sungkai,
Batu Bersurat, Koto Tuo Barat, Muara Takus, Koto Tuo, dan Gunung Bungsu.
Desa-desa ini adalah desa yang berada di tepi Waduk Koto Panjang. Luas total
wilayah perencanaan pada penelitian ini adalah sebesar 368,92 km2. Wilayah
perencanaan dapat dilihat pada Gambar 11.
Aksesibilitas
Tikungan tajam
Gambar 10 Kondisi jalan menuju lokasi
27
Selain itu, masyarakat sekitar waduk juga ada yang bekerja di sektor
perikanan dengan menggunakan keramba jaring apung. Keramba ini banyak
dijumpai di sekitar pintu bendungan waduk yang menurut pihak PLN sebagai
pengelola, daerah di sekitar waduk merupakan daerah steril dari bentuk
pemanfaatan oleh warga.
Di samping sektor pertanian, masyarakat juga ada yang bekerja di sektor non-
pertanian, yaitu sektor perdagangan dan jasa. Jenis kegiatan non-pertanian yang
terlihat di sekitar kawasan waduk antara lain berupa kios dan kantin makanan, kios
pengisian bahan bakar eceran, jasa tempat penitipan kendaraan bagi pengunjung,
jasa sewa perahu, dan jasa wisata pancing. Kegiatan ini dikelola secara swadaya di
bawah naungan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Waduk Koto Panjang.
30
Berdasarkan potensi yang ada di Waduk Koto Panjang, kawasan ini dapat
dikembangkan kearah kegiatan wisata air dan wisata darat. Menurut hasil
wawancara ketua pokdarwis, kegiatan yang paling diminati pengunjung yang
datang ke kawasan waduk adalah memancing. Namun, ketersediaan fasilitas
penunjang yang terbatas menjadi kendala tersendiri. Pokdarwis tercatat hanya
memiliki tiga unit mesin kapal. Maka dari itu, warga yang memiliki perahu motor
turut diberdayakan untuk memenuhi permintaan pengunjung terutama ketika hari
libur dan akhir pekan. Selain itu, potensi wisata air juga didukung dengan adanya
pulau-pulau yang berada di tengah waduk yang biasa disebut pulau tonga oleh
warga sekitar.
wisata darat yang dapat dikembangkan adalah camping ground. Kegiatan ini
banyak dilakukan pengunjung terutama mahasiswa. Sejalan dengan kegiatan
berkemah, biasanya pengunjung juga berwisata mengelilingi waduk serta melihat
beberapa air terjun yang tersebar di kawasan waduk. Air terjun yang sering
dikunjungi oleh pengunjung adalah air terjun Arao Besar. Dalam perjalanan menuju
lokasi air terjun akan banyak ditemui batang pohon mati bermunculan dari dalam
air. Batang pohon ini merupakan sisa-sisa dari area yang ditenggelamkan akibat
pembangunan bendungan PLTA Koto Panjang. Hal ini menambah keunikan dari
Waduk Koto Panjang.
Perdagangan dan jasa merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari area
wisata. Oleh karena itu, pengembangan kawasan waduk sebagai kawasan ekowisata
akan memiliki kontribusi kepada peningkatan kegiatan perdagangan dan jasa untuk
menambah pemasukan bagi desa dan warganya.
Aspek Ekologi
Fisik
1. Kesesuaian untuk Kawasan Pelestarian Waduk
Penetapan kawasan pelestarian waduk dikaitkan dengan kesesuaian kawasan
untuk dikembangkan menjadi kawasan hutan. Menurut Sitorus (1985), perencanaan
penggunaan lahan hutan menggunakan tiga faktor evaluasi yaitu lereng, erodibilitas
tanah, dan curah hujan.
Kawasan waduk didominasi oleh lahan dengan kemiringan curam dan sangat
curam seluas 162,04 km2. Peta dan tabel klasifikasi kelas kemiringan lahan kawasan
waduk dapat dilihat pada Gambar 15 dan Tabel 11.
Tabel 11 Klasifikasi untuk kawasan pelestarian
Terdapat dua jenis tanah di kawasan waduk, yaitu tanah organosol glei humus
dan tanah podsolik merah kekuningan. Jenis tanah podsolik merah kuning tergolong
ke dalam kelas 4 (peka) terhadap erosi sedangkan jenis tanah organosol glei humus
tergolong ke dalam kelas 5 (sangat peka) terhadap erosi. Curah hujan harian
kawasan waduk berada pada rentang 20,1 sampai 23,5 mm/hari. Oleh karena itu,
curah hujan kawasan waduk tergolong ke dalam kelas 3.
Kesesuaian kawasan pelestarian diperoleh dari hasil nilai overlay peta
kesesuaian lereng, peta erodibilitas tanah, dan peta curah hujan kawasan.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh area dengan nilai kurang dari 175 dan
lebih dari 175. Area dengan nilai lebih dari 175 ditetapkan sebagai kawasan
pelestarian waduk. Peta kesesuaian untuk kawasan pelestarian waduk dapat dilihat
pada Gambar 16.
curam umumnya berada di bagian timur tapak penelitian seperti terlihat pada
Gambar 20.
Area dengan kemiringan curam dan sangat curam akan dikembangkan
menjadi kawasan konservasi dan kawasan hutan lindung daerah setempat.
Pengembangan kawasan konservasi dan hutan lindung disesuaikan dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kampar tahun 2013-2033. Area hutan
lindung yang terdapat pada RTRW Kabupaten Kampar akan tetap dipertahankan.
Klasifikasi kemiringan lahan dan data topografi pada waduk dianalisis untuk
melihat kesesuaian kemiringan lahan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata.
Analisis data topografi dan kemiringan lahan di sekitar waduk disajikan dalam
bentuk peta pada Gambar 19 dan Gambar 20.
Kriteria pengembangan area luar (outdoor space) yang dikemukakan oleh
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) mengklasifikasikan tingkat kesesuaian
lahan berdasarkan perbedaan kemiringan suatu tapak. Area yang memiliki
kemiringan 0-8% diklasifikasikan sebagai lahan datar sehingga sesuai untuk
pengembangan area luar. Area yang memenuhi kriteria tersebut dikategorikan
“sesuai” dengan nilai skor tiga. Area yang memiliki kemiringan 8-15%
diklasifikasikan sebagai lahan landai hingga berbukit sehingga cukup sesuai untuk
pengembangan area luar. Area yang memenuhi kriteria tersebut dikategorikan
“agak sesuai” dengan nilai skor dua. Area yang memiliki kemiringan >15%
diklasifikasikan sebagai lahan curam, berbahaya dan memerlukan rekayasa
mekanik berat sehingga kurang sesuai untuk pengembangan area luar. Area yang
memenuhi kriteria tersebut dikategorikan “kurang sesuai” dengan nilai skor satu.
Peta analisis kesesuaian kemiringan lahan untuk kegiatan wisata dapat dilihat pada
Gambar 21.
b. Kerawanan Longsor
Dilihat dari peta kontur yang telah dibuat, kawasan di sekitar Waduk Koto
Panjang merupakan kawasan yang berbukit dengan kemiringan yang bervariasi dari
kemiringan datar (0-8%) hingga kemiringan sangat curam (>40%). Hal ini
menyebabkan di beberapa area memiliki potensi untuk terjadi longsor terutama
ketika musim penghujan. Selain itu, pembukaan lahan untuk dikonversi menjadi
perkebunan di lereng oleh warga menambah pengaruh terhadap terjadinya longsor.
Seperti yang dikemukanan oleh Bishop dan Stevens (1964) dalam Hardiyatmo
(2006) yang menyatakan bahwa penebangan atau pembongkaran pohon-pohon di
area lereng menambah frekuensi dan luas daerah longsor terutama longsor dengan
kedalaman dangkal (1.5-5 m). Selain itu, Amarantus et al. (1985) dalam buku yang
sama juga menyimpulkan bahwa longsoran di area yang telah mengalami
penebangan pohon rata-rata 109 kali lebih lebih besar dari pada di area dengan
lereng alami.
Tanah organosol adalah tanah yang tersusun dari bahan organik atau
campuran bahan mineral dengan ketebalan bahan organik minimal 50 cm. Kondisi
tanah di sekitar kawasan waduk bertekstur pasir. Jika tanah bertekstur pasir maka
tanah organosol mengandung minimal 20 persen bahan organik (Rachim dan Arifin,
2011). Jenis tanah organosol peka erosi dan mudah terbakar. Tanah organosol biasa
ditanami dengan karet, kelapa, nenas dan palawija.
Jenis tanah podsolik kaya akan Al dan Fe akibat pencucian tanah yan terus
menerus sehingga berwarna cokelat hingga merah kekuningan. Oleh karena itu
tanah podsolik peka terhadap erosi dan rentan terjadi longsor. Tingkat kesuburan
tanah ini rendah sehingga produktifitas pertanian diatasnya berada pada rentang
rendah hingga sedang. Jenis tanah ini biasa dimanfaatkan sebagai perkebunan karet ,
perkebunan kelapa sawit, perkebunan kelapa dan jambu. Di kawasan Waduk Koto
Panjang sendiri didominasi oleh perkebunan karet dan kelapa sawit. Peta jenis tanah
Waduk Koto Panjang dapat dilihat pada Gambar 23.
42
4. Hidrologi
Waduk Koto Panjang berada dalam kawasan sub DAS Kampar Kanan yang
merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar . Selain berasal dari
air hujan, air pada Waduk Koto Panjang berasal dari aliran beberapa sungai yang
mengalir ke waduk. Sungai utama yang menjadi sumber air pada waduk adalah
Sungai Kampar Kanan. Volume air pada waduk sangat terpengaruh oleh musim
yang sedang berlangsung. Ketinggian muka air maksimum yang tercatat selama
musim hujan berlangung adalah 85 meter, sedangkan ketinggian muka air minimum
ketika musim kemarau adalah 73.5 meter. Selain Sungai Kampar Kanan, aliran inlet
pada waduk juga berasal dari beberapa sungai kecil seperti Sungai Kapau, Sungai
Tiwi, Sungai Takus, Sungai Gulamo, Sungai Mahat, Sungai Osang, Sungai Arau
Kecil dan Arau Besar, dan sungai Cunding (Adriani et al., 2006).
Melihat kondisi Waduk Koto Panjang, masalah utama terkait kondisi
hidrologi adalah sedimentasi pada dasar waduk yang menyebabkan pendangkalan.
Hal ini disebabkan oleh pembukaan lahan alami di area perbukitan untuk dijadikan
perkebunan. Pembukaan lahan tentu sangat berbahaya mengingat kondisi lereng
yang curam sehingga rentan terhadap erosi dan longsor.
Hal ini terkait juga dengan curah hujan di bagian hulu dimana ketika curah
hujan di daerah hulu cukup tinggi maka aliran sungai akan membawa patikel keras
hingga ke waduk dan meningkatkan laju erosi dan sedimentasi di kawasan waduk.
Jika hal ini terus terjadi, volume air pada waduk akan mengalami penurunan yang
akan berdampak pada berkurangnya daya listrik yang dihasilkan oleh PLTA Koto
Panjang.
Menurut data PLN sektor pembangkitan Pekanbaru, potensi erosi di sekitar
area genangan waduk Koto Panjang sebesar 390,726 ton/ha/tahun. Jumlah beban
sedimen yang masuk ke waduk melalui aliran inlet sebesar 218,505 ton/hari.
Diperoleh dari sumber yang sama, rata-rata laju sedimentasi di sekitar waduk
sebesar 180,311 ton/ha/tahun.
Pihak PLN telah melakukan beberapa upaya untuk mengurangi dampak yang
terjadi. Gerakan penghijauan dilakukan di kawasan waduk terutama yang terletak
di area hulu sungai untuk meningkatkan penyerapan air tanah. Di samping itu,
sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian kawasan
waduk terus dilakukan secara berkala untuk memberi pemahaman-pemahaman dari
aspek lingkungan dan aspek legal. Selain itu, pihak PLN juga bekerja sama dengan
instansi terkait seperti Balai Konservasi Sumberdaya Alam Riau dan Dinas
Kehutanan Provinsi Riau dan Kabupaten Kampar untuk melakukan pengawasan
terhadap kawasan lindung yang berada di sekitar waduk sebagai area tangkapan air.
5. Iklim
a. Curah Hujan
Data intensitas curah hujan kawasan Waduk Koto Panjang diperoleh dari
pantauan stasiun meteorologi Kota Pekanbaru dalam periode 2009 sampai 2013.
Kawasan Waduk Koto Panjang memiliki rata-rata curah hujan tahunan 2976
mm/tahun. Rata-rata curah hujan bulanan adalah sebesar 248 mm/bulan.
Berdasarkan pada klasifikasi iklim Oldeman, kawasan Waduk Koto Panjang
tergolong pada tipe iklim C1. Tipe iklim ini menunjukan bahwa kawasan Waduk
Koto Panjang memiliki panjang bulan basah secara berturut-turut 5 sampai 6 bulan
setiap tahunnya dan tidak memiliki bulan kering. Curah hujan terendah terjadi pada
bulan Juni, yaitu 121 mm dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November,
yaitu 378 mm. Curah hujan pada akhir tahun cenderung tinggi karena telah
memasuki musim penghujan.
400
Curah hujan (mm)
350
300
250
200
150
100
50
0
Bulan
Gambar 25 Grafik curah hujan Waduk Koto Panjang tahun 2009 sampai 2013
47
b. Suhu
Rata-rata suhu bulanan kawasan Waduk Koto Panjang adalah 26,97 ˚C. Suhu
tertinggi tercatat pada bulan Juni, yaitu 28 ˚C. Bulan Juni merupakan pertengahan
musim kemarau secara yang berlangsung dari bulan April hingga September. Suhu
terendah tercatat pada bulan Januari dan Oktober, yaitu 25,4 ˚C. Grafik suhu
kawasan Waduk Koto Panjang dapat dilihat pada Gambar 27.
28.5
28
27.5
Suhu (˚C)
27
26.5
26
25.5
25
24.5
24
Bulan
80
78
76
74
72
Bulan
Gambar 28 Grafik fluktuasi kelembaban relatif Waduk Koto Panjang tahun 2014
dibandingkan dengan ambang batas kenyamanan untuk daerah tropis yang bernilai
kurang dari 27 ˚C, maka tingkat kenyamanan di kawasan Waduk Koto Panjang
dapat dikategorikan nyaman untuk melakukan aktivitas luar ruangan.
Menurut Brooks (1988), vegetasi berkanopi memiliki fungsi untuk
memodifikasi kondisi iklik mikro sebuah kawasan melalui penyerapan radiasi
matahari. Vegetasi dengan kanopi padat berfungsi sebagai penghalang radiasi
matahari, sedangkan vegetasi dengan kanopi terbuka berfungsi sebagai penyaring
radiasi matahari. Selain itu, rumput dan penutup tanah berfungsi untuk mengurangi
radiasi matahari pada permukaan tanah.
Seperti yang terlihat pada Gambar 27, penyerapan radiasi matahari tinggi
terjadi pada penggunaan vegetasi dengan karakteristik kerapatan daun tinggi
dengan bentuk tajuk bulat dan percabangan pendek. Sebaliknya, vegetasi dengan
karakteristik kerapatan daun jarang akan lebih banyak meloloskan radiasi matahari.
Teknik analisis aspek fisik dilakukan menggunakan metode overlay. Hasil
analisis keseluruhan pada aspek fisik akan disajikan dalam bentuk peta spasial
seperti pada Gambar 31.
Biofisik
1. Vegetasi
Kawasan Waduk Koto Panjang didominasi oleh tanaman perkebunan. Hal ini
tidak terlepas dari warga di sekitar waduk yang mayoritas bermata pencaharian
sebagai petani. Selain itu, tanaman hutan tropis basah juga terdapat di sekitar
kawasan waduk berupa lahan yang memang diperuntukan sebagai lahan konservasi
dan lahan milik warga yang belum diolah. Beberapa jenis tanaman yang terdapat di
kawasan waduk dapat dilihat pada Tabel 17.
Fungsi vegetasi dalam mencegah erosi akan berlangsung efektif jika perakaran
vegetasi menembus hingga batuan dasar (semakin dalam, semakin kuat).
Di samping memiliki dampak positif dalam mencegah erosi, vegetasi juga
memiliki dampak negatif seperti menambah beban berat di permukaan tanah dan
menambah beban dinamis ketika tertiup angin (Hardiyamo, 2006). Hal ini dapat
dihindari melalui pemilihan jenis tanaman, penempatan dan prosedur penanaman
yang akan digunakan. Vegetasi yang baik adalah vegetasi yang tidak terlalu besar
agar tidak goyang ketika tertiup angin dan memiliki akar dalam.
Vegetasi mempengaruhi kondisi tanah dalam dua proses, yaitu secara
hidrologis dan mekanik. Secara hidrologis, vegetasi berpengaruh sebagai berikut:
a. sebagai interseptor, daun tanaman memotong jatuh air hujan sehingga
mengurangi jumlah air langsung jatuh ke tanah,
b. akar tanaman menyerap air dalam tanah sehingga tekanan dalam tanah
berkurang dan menurunkan potensi terjadinya longsor,
c. vegetasi turut berperan dalam memelihara porositas dan permeabilitas tanah
sehingga menurunkan dampak negatif dari aliran permukaan.
Secara mekanik, vegetasi berpengaruh sebagai berikut:
a. akar tanaman berfungsi sebagai pengikat partikel tanah,
b. akar tanaman berfungsi sebagai penyangga tanah terutama jika perakaran
menembus lapisan dalam batuan.
Kombinasi antara semak dan pohon adalah kombinasi paling baik dalam
mengendalikan longsor untuk kawasan berlereng. Beberapa jenis vegetasi yang
dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk mengurangi resiko terjadinya longsor
di Waduk Koto Panjang dapat dilihat pada Tabel 18.
2. Satwa
Kawasan Koto Panjang dan sekitarnya memiliki beberapa jenis satwa liar dan
dilindungi seperti bajing (Callosciurus notatus), landak (Hystrix sumatrae), dan
kukang (Nycticebus coucang). Selain satwa mamalia, Waduk Koto Panjang kaya
akan spesies ikan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemancing. Beberapa
jenis ikan di waduk adalah ikan tapah (Wallago micropogon), ikan toman (Channa
micropeltes), ikan belida (Chitala lopis), ikan baung (Hemibagrus hoevenii), ikan
gabus (Channa striata), ikan kapiek (Barbonymus schwanenfeldii), ikan lele
(Clarias olivaceus), ikan katung (Peristolepis grooti), ikan motan (Thynnichthys
polylepis), ikan paweh (Osteochilus hasselti), dan ikan tilan (Mastacembelus
erythrotaenia).
Aspek Sosial
Kebersihan Keamanan
Sangat baik Sangat baik
Baik Baik
Cukup baik Cukup baik
Kurang baik Kurang baik
Tidak baik Tidak baik
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Fasilitas Kepuasan
Sangat baik Sangat puas1
Baik Puas
Cukup baik Cukup puas
Kurang baik Kurang Puas
Tidak baik Tidak puas
0 2 4 6 8 10 12 14 0 5 10 15 20
Kenyamanan Keindahan
Sangat nyaman Sangat indah
Nyaman Indah
Cukup nyaman Cukup indah
Kurang nyaman Kurang indah
Tidak nyaman Tidak indah
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Aspek Wisata
Panjang memiliki keunikan yang berbeda dengan waduk lainnya. Adanya pulau-
pulau di tengah area genangan yang oleh masyarakat sekitar disebut dengan Pulau
Tonga menjadi potensi tersendiri dalam pengembangan kawasan wisata. Topografi
pulau yang datar hingga landai dapat dikembangkan menjadi titik pemberhentian
untuk menikmati panorama waduk dari dataran rendah. Selain itu, pulau-pulau ini
dapat dikembangkan menjadi area berkemah dan tempat peristirahatan sementara
sebelumnya melanjutkan berkeliling kawasan waduk kembali. Menjelang matahari
terbenam, beberapa titik pengamatan dapat terlihat indahnya pemandangan
matahari terbenam.
Selain visual dengan kualitas yang baik, beberapa titik di kawasan waduk
menampilkan kualitas visual yang buruk. Pada umumnya, kondisi ini akibat dari
kegiatan masyarakat di sekitar waduk. Kondisi warung yang dikelola oleh warga
masih bersifat semi permanen dan berada tepat di pinggir tebing jalan. Selain rawan
roboh, penumpukan sampah di bawah warung menjadi pemandangan yang buruk
jika dilihat dari area genangan waduk. Kondisi visual juga diperburuk oleh
kurangnya perawatan terhadap struktur bangunan dan vegetasi yang ada.
Kurangnya penaung di area penerimaan menimbulkan kesan pertama yang gersang
ketika datang ke kawasan waduk. Kondisi ini dapat diatasi melalui relokasi ke satu
kawasan yang dikhususkan untuk kegiatan usaha masyarakat seperti warung
63
jajanan, restoran dan fasilitas umum lainnya. Penanaman vegetasi penaung perlu
dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung. Selain itu, perlunya
pengarahan dari pihak pengelola agar dapat melakukan pengawasan yang lebih
ketat sehingga segala bentuk pemanfaatan yang dilakukan di sekitar waduk tidak
menurunkan kualitas ekologi waduk. Peta analisis visual kawasan dapat dilihat pada
Gambar 36.
hutan dan kebun dapat dikembangkan menjadi jalur hiking untuk kegiatan
eksplorasi hutan dengan menyusuri sungai-sungai dangkal yang dapat disusuri
dengan berjalan kaki. Jalur sungai ini dapat juga dilalui untuk mencapat objek air
terjun selain melalui jalur jalan utama. Area genangan air dapat dikembangkan
menjadi sarana wisata edukasi yang berkaitan dengan budi daya perikanan
khususnya ikan air tawar. Pengembangan wisata edukasi budi daya perikanan ini
dilakukan di zona budi daya perikanan yang telah ditetapkan oleh pihak PLN sektor
pembangkitan Kota Pekanbaru.
3. Potensi Edukasi
Terdapat beberapa potensi edukasi yang dapat dikembangkan di kawasan ini,
antara lain: 1) edukasi mengenai kegiatan operasional waduk baik kegiatan
pengelolaan di lapang maupun kegiatan operasional di dalam ruangan kantor yang
berada di area bendungan; 2) edukasi program konservasi alam melalui kegiatan
touring/hiking menjelajahi area hutan dan menyusuri aliran sungai; 3) pengenalan
kegiatan perkebunan karet; 4) dan pengenalan kegiatan budi daya ikan
menggunakan metode keramba jaring apung.
Potensi-potensi yang ada tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara
optimal sehingga ketertarikan masyarakat untuk khusus berwisata di kawasan
waduk tergolong rendah. Pengunjung yang datang sebagian besar hanya untuk
beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Belum optimalnya pengelolaan dan
pemanfaatan kawasan waduk untuk kegiatan wisata disebabkan oleh adanya
kendala di lapangan. Kendala ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat
66
Tabel 22 Potensi objek dan atraksi di kawasan Waduk Koto Panjang (lanjutan)
No. Objek/Atraksi Lokasi Keterangan
7. Desa Merangin, Kec. Lubang Kolam
Bangkinang Barat
Objek dan atraksi yang ada di kawasan waduk memiliki daya tarik masing-
masing yang menjadi nilai tambah Waduk Koto Panjang. Potensi objek dan atraksi
ini ada yang sudah dikelola oleh warga sekitar seperti aktivitas berperahu dan
memancing. Selain objek dan atraksi tersebut, potensi objek dan atraksi yang ada
di kawasan Waduk Koto Panjang dapat dilihat pada Tabel 23.
Penilaian terhadap potensi objek dan atraksi yang terdapat di kawasan Waduk
Koto Panjang dilakukan melalui pengamatan langsung di tapak menggunakan
kriteria oleh Avenzora (2008). Objek atraksi yang memiliki skor sedang dan tinggi
ditetapkan sebagai objek wisata utama, sedangkan objek atraksi yang memperoleh
nilai rendah dijadikan sebagai objek wisata pendukung .
Tabel 24 Analisis penilaian potensi objek/atraksi di kawasan Waduk Koto
Panjang
Indikator
No. Objek/atraksi Aspek Nilai
a b c d e f
1 Perkebunan rakyat I v v v 3
II v 1
III v v v 3
IV v 1
V v v v v v 5
VI v v v v 4
VII v v 2
2 Area perkemahan I v v 2
II v 1
III v v v v v 5
IV v 1
V v v v 3
VI v v v 3
VII v 1
3 Berperahu I v v v 3
II v 1
III v v v 3
IV 0
V v v v v v v 6
VI v v v 3
VII v v 2
4 Pulau Tonga I v v v v v 5
II v v v 3
III v v v v v 5
IV v 1
V v v v v v 5
VI v v v 3
VII v v v 3
III v v v v v 5
IV 0
V v v v v v 5
VI v v v v v 5
VII v v v v 4
71
III v v v v v 5
IV v v 2
V v v v 3
VI v v 2
VII v v 2
7 Lubang kalam I v v 2
II v v 2
III v 1
IV 0
V v v v v v v 6
VI v v v v v 5
VII v v 2
8 Kampung patin I v v 2
II v v 2
III v 1
IV v v v 3
V v v v v v 5
VI v v v v v 5
VII v v 2
9 Air terjun I v v v v v v 6
II v 1
III v v v v v v 6
IV v 1
V v v v v v 5
VI v v v 3
VII v v 2
10 Konstruksi bendungan I v v v v v 5
II v v 2
III v v v v 4
IV 0
V v v v v v 5
VI v v v 3
VII v v 2
II v 1
III v v 2
IV 0
V v v v v v v 6
72
II v v 2
III v v v v v 5
IV v 1
V v v v v v v 6
VI v v v 3
VII 0
13 Upacara Balimau Kasai I v v v v v v 6
II v v v v 4
III v v v 3
IV v v 2
V v v v v v v 6
VI v v v v 4
VII v v v v v v 6
Aksesibilitas
Kawasan Waduk Koto Panjang dapat dicapai melalui dua rute perjalanan.
Rute pertama adalah dari Kota Payakumbuh melalui Kecamatan Pangkalan Koto
Baru kearah utara. Rute ini menempuh jarak 87 km dari Kota Payakumbuh dan 35
km dari Kecamatan Pangkalan Koto Baru. Rute kedua adalah dari Kota Pekanbaru
kearah barat melalui Kecamatan Bangkinang. Jarak yang ditempuh adalah 87 km
dari Kota Pekanbaru dan 20 km dari Kecamatan Bangkinang.
Prasarana menuju kawasan waduk berupa jalan yang terdiri dari dua lajur
dengan lebar masing-masing lajur tiga meter. Kondisi ini belum memenuhi syarat
jalan antar provinsi pada PP nomor 34 tahun 2006 yang menyatakan bahwa jalan
lintas provinsi yang tergolong pada kolektor primer yang menghubungkan ibukota
antarprovinsi memiliki lebar badan jalan paling sedikit sembilan meter. Pelebaran
jalan perlu dilakukan untuk menanggulangi hal ini. Kondisi jalan berkelok
memerlukan fasilitas penunjang keamanan jalan seperti guard rail dan safety
mirror.
Fasilitas Pendukung
Kawasan Waduk Koto Panjang hanya ditunjang oleh fasilitas pendukung
kegiatan wisata seadanya. Fasilitas wisata disediakan secara perseorangan oleh
warga yang menyediakan jasa wisata dan penjual makanan. Kondisi fasilitas yang
tersedia sebagian besar berada dalam kondsi tidak terawat karena tidak adanya
standar fasilitas yang disediakan. Fasilitas yang ada di kawasan waduk antar lain
loket penerimaan, jalan konektor, jalan lokal, toilet umum, sarana parkir, kantin,
dermaga perahu dan sebagainya.
Potensi Pengunjung
Wisatawan yang datang ke Kabupaten Kampar didominasi oleh wisatawan
domestik terutama yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau,
khususnya Kota Pekanbaru dan Kota Bangkinang. Menurut hasil wawancara
pengunjung Waduk Koto Panjang, kawasan waduk menjadi tujuan wisata alternatif
akhir pekan karena lokasi yang tidak begitu jauh dari tempat mereka tinggal.
Umumnya mereka menghabiskan waktu untuk melihat pemandangan waduk. Pada
akhir pekan dan hari libur nasional, tingkat keramaian di kawasan waduk cukup
tinggi karena selain pengunjung yang datang untuk menikmati pemandangan
waduk, banyak juga wisatawan yang datang untuk melakukan kegiatan memancing.
Kawasan Waduk Koto Panjang belum memiliki data jumlah pengunjung
tahunan yang didata oleh pengelola dan Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar. Data
jumlah wisatawan yang dimiliki oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar hanya
pada objek wisata Candi Muara Takus.
75
Aspek Legal
Kawasan Waduk Koto Panjang merupakan salah satu tujuan wisata yang
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata utama di Kabupaten
Kampar. Dalam Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kampar
tahun 2011-2016, kawasan Waduk Koto Panjang termasuk dalam objek wisata
buatan di Kabupaten Kampar. Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal
tahun 2014, kawasan Waduk Koto Panjang menjadi salah satu potensi wisata alam
yang perlu dikembangkan di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar.
Kawasan Waduk Koto Panjang yang meliputi Kelurahan Batu Bersurat, Binamang,
Koto Tuo, Koto Tuo Barat, Muara Takus, Ranah Sungai, Tanjung Alai, Pongkai
Istiqamah dan Gunung Bungsu dalam RTRW Kabupaten Kampar 2013-2033
diproyeksikan menjadi kawasan dengan potensi utama pertanian dan perkebunan.
Selain itu, potensi yang dapat dikembangkan adalah perikanan darat dan kawasan
konservasi air.
Arahan wisata yang sesuai untuk dikembangkan pada kawasan Waduk Koto
Panjang adalah wisata yang memadukan sektor perairan dan kegiatan pertanian
melalui keterlibatan masyarakat sekitar. Hal ini didasari oleh ketersediaan sumber-
Tidak sesuai
77
daya air dan lahan pertanian yang dimiliki oleh warga yang melimpah. Sesuai
dengan Keputusan Presiden nomor 33 tahun 2011 yang menyatakan bahwa pilar
penting dalam pengelolaan sumber daya meliputi peningkatan konservasi sumber
daya air secara berkelanjutan, mendayagunakan sumber daya air untuk
kesejahteraan rakyat, dan meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha
dalam pengelolaan sumber daya air.
daya buatan. Kawasan budi daya di kawasan Waduk Koto Panjang meliputi hutan
produksi, perkebunan rakyat, permukiman dan perkebunan swasta besar.
Beberapa kriteria kawasan lindung yang sesuai dengan kawasan Waduk Koto
Panjang adalah: a) kawasan yang memberikan dampak dan perlindungan ada
kawasan di sekitarnya serta terletak pada kelerengan lebih dari 40%. Area dengan
kriteria tersebut terletak di kelurahan Tanjung Alai, Koto Tuo Barat dan Muara
Takus; b) kawasan rawan bencana terutama longsor, terletak di kelurahan Tanjung
Alai; c) perlindungan terhadap kawasan resapan air untuk memberikan ruang yang
Cukup bagi peresapan air hujan untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah
baik untuk kawasan di bawahnya maupun kawasan yang bersangkutan. Kriteria
kawasan resapan air adalah struktur tanah dan bentuk geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara baik; d) kawasan perlindungan setempat, dalam hal ini
merupakan kawasan yang melindungi danau/waduk. sempadan waduk ditetapkan
100 meter ke darat dari titik muka air tertinggi (Keppres Nomor 32 Tahun 1990).
80
Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisis terhadap aspek ekologi, wisata, sosial dan budaya,
serta aspek legal diperoleh hasil analisis berupa tabel analisis berisi potensi, kendala,
pengembangan, dan pemecahan dari tiap-tiap aspek tersebut. Selain itu, diperoleh
juga hasil spasial berupa peta komposit yang diperoleh dari overlay peta analisis
kesesuaian ekologi untuk wisata dan peta analisis kesesuaian wisata. Untuk
menyesuaiakan dengan aspek legal kawasan, peta hasil overlay tersebut di-overlay
dengan pola ruang kawasan waduk yang diperoleh dari peta RTRW Kabupaten
Kampar 2011-2033. Skema proses analisis dapat dilihat pada Gambar 42.
2. Jenis dan karakteristik Jenis tanah podsolik sesuai Jenis tanah podsolik peka Pengembangan wisata dikaitkan Penerapan teknologi pertanian
tanah untuk perkebunan karet terhadap erosi dan longsor dengan kegiatan pertanian warga organik melalui pengaplikasian
akibat dari kadar Al dan Fe pupuk organik untuk mening-
yang tinggi katkan daya ikat tanah
Tingkat kesuburan tanah
organosol dan podsolik
tergolong rendah
3. Hidrologi Daerah tangkapan air dapat Alih fungsi hutan dibagian Pengembangan wisata keliling Pihak yang berkepentingan
dimanfaatkan untuk kegiatan hulu menyebabkan partikel danau menggunakan perahu seperti pemeritah, pihak PLN
wisata air tanah ikut terbawa air ke warga dan pengembangan bu- dan kelompok sadar wisata Koto
Area genangan dapat waduk sehingga berdampak didaya ikan air tawar dengan Panjang saling bekerja sama
dimanfaatkan oleh warga pada pendangkalan waduk metode keramba jaring apung untuk memeberikan pengeta-
sebagai wadah kegiatan usaha Kurangnya penegakan aturan disesuaikan dengan area yang huan kepada masyarakat sekitar
Daerah resapan air berfungsi terkait kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh pihak waduk akan pentingnya
untuk menjamin ketersedian dialihfungsikan PLN melestarikan area sempa-dan
air waduk dan masyarakat di Melakukan pembatasan waduk sebagai kawasan resapan
sekitar waduk aktivitas pada kawasan resapan air
air terutama di area dengan
kemiringan >15%
84
5. Vegetasi Tanaman dari perkebunan Pertanian masih berupa Tanaman perkebunan diarahkan Pengenalan tekonologi
warga dapat diintegrasikan pertanian tradisional tanpa pada kegiatan wisata edukasi pertanian organik
dengan program wisata yang memperhatikan aspek pertanian Penanaman tanaman kon-
akan dikembangkan keberlanjutan servasi di area curam
Terdapat tanaman konservasi
namun dalam jumlah sedikit
sehingga belum memberikan
dampak yang optimal
6. Satwa Kawasan waduk memiliki Satwa lokal belum mendapat Pengadaan program wisata Menjadikan satwa lokal
beragam spesies ikan air tawar perhatian pihak yang memancing di lokasi yang sebagai salah satu objek
yang dapat menjadi daya tarik berkepentingan telah ditentukan pengamatan wisata
untuk menambah atraksi Sistem budi daya KJA belum Komplek KJA dijadikan salah Penyuluhan dan penga-wasan
wisata sepenuhnya memperhatikan satu atraksi wisata yang dapat oleh pemerintah terkait dalam
Ikan air tawar dapat dijadikan dampak lingkungan yang diselaraskan dengan restoran pengaplikasian teknik KJA
komoditas budi daya oleh ditimbulkan terapung Menegakan aturan melalui
warga Banyak terjadi pelanggaran Penambahan vegetasi yang pemberian sanksi terhadap
Kawasan waduk memiliki terkait lokasi KJA disukai oleh satwa lokal untuk pihak yang membuat KJA di
satwa darat yang dapat berdasarkan zona yang menjaga keberadaanya luar zona yang telah
dijadikan sebagai objek diperbolehkan untuk budi- ditetapkan
pengamatan wisata daya perikanan
85
2. Preferensi pemegang Terdapat zonasi pengem- kurangnya perhatian pe- Perencanaan kawasan wisata Pengembangan kawasan wisata
kepentingan bangan area genangan yang merintah daerah terkait diintegrasikan dengan zonasi yang integratif dan kooperatif
telah dibuat oleh pihak PLN pengembangan kawasan Waduk yang telah ditetapkan oleh antara pemerintah dan
sektor pembangkitan Kota Pe- Koto Panjang pihak PLN sektor pembang- pelaksana wisata secara
kanbaru kitan Kota Pekanbaru langsung
Terdapat kelompok sadar Pemberdayaan kelompok sadar
wisata yang berperan dalam wisata sebagai induk
pengembangan kawasan pembinaan warga terkait
waduk melalui pembinaan kegiatan pendukung wisata
kepada masyarakat yang
menyewakan dan memberi-
kan fasilitas wisata
C. Aspek Wisata
1. Kualitas visual Kombinasi hamparan air Bad view dibeberapa spot akibat Memasukan objek terse-but Melakukan penyuluhan penge-
waduk dengan beberapa pulau dari sampah di bagian bawah kedalam pengembangan lolaan sampah terpadu dan
Tonga dan latar berbukit kantin dan kumpulan KJA yang kawasan dan meningkatkan merelokasi kantin warga ke area
menciptakan lanskap yang terpencar fasilitas yang disediakan untuk makanan dan minuman serta
menarik bagi wisatawan mendukung kegiatan wisata meningkatkan kualitas visual
86
3. Aksesibilitas dan fasilitas Kawasan Waduk Koto Panjang Fasilitas keamanan dan Lokasi yang strategis menjadi Penyediaan fasilitas pene-
pendukung dilalui jalan nasional yang penerangan jalan masih salah satu alasan pengembangan rangan dan keamanan seperti
menghubungkan Provinsi Riau kurang waduk sebagai kawasan lampu jalan, guard rail dan
dan Sumatera Barat Belum ada moda transportasi ekowisata, dengan potensi safety mirror di tikungan jalan
umum yang khusus menuju ke wisatawan berasal dari Bekerjasama dengan penyedia
kawasan waduk Pekanbaru dan Padang jasa transpor-tasi di Pekanbaru
Fasilitas pendukung wisata dan Padang sebagai salah satu
sebagian besar dalam kondisi pasar wisatawan untuk
tidak terawat dan terbatas menyediakan moda trans-
portasi khusus menuju
kawasan waduk
Meningkatkan kualitas
fasilitas melalui penggunaan
material yang tahan terhadap
kondisi kawasan yang lembab
dan menambahkan jumlah
fasilitas agar mampu
mengakomodasi pengunjung
87
Sintesis
3. Konsep Sirkulasi
a. Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi kawasan Waduk Koto Panjang dibuat untuk
menghubungkan tiap-tiap ruang yang ada dalam kawasan waduk dan juga
menghubungkan tiap-tiap ruang dengan sub ruang di dalamnya. Konsep sirkulasi
juga menyajikan ruang yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk diakses
oleh pengunjung. Secara garis besar jalur sirkulasi dibagi menjadi sirkulasi wisata
dan sirkulasi non wisata.
Sirkulasi wisata dibagi menjadi sirkulasi wisata darat dan sirkulasi wisata air.
Sirkulasi wisata darat dilengkapi dengan sarana jalur pedestrian dan jalan mobil
wisata menuju objek wisata penunjang. Sirkulasi wisata air dilengkapi dengan
sarana perahu dan dermaga. Pola sirkulasi di kawasan waduk bersifat linier dan
tertutup. Sirkulasi berpola linier difungsikan untuk menghubungkan tiap-tiap ruang
pada kawasan, sedangkan pola tertutup difungsikan sebagai pola sirkulasi di dalam
sub ruang. Di beberapa spot sirkulasi terdapat tempat perberhentian sementara
95
4. Konsep Vegetasi
Konsep penataan vegetasi di kawasan Waduk Koto Panjang dibedakan
berdasarkan fungsi penanamanya di tapak. Fungsi penanaman vegetasi tersebut
adalah fungsi konservasi, fungsi peneduh, fungsi, pengarah, fungsi ekstetika, dan
fungsi budi daya.
a. Fungsi Konservasi
Fungsi konservasi diperoleh melalui penanaman jenis vegetasi yang mampu
mengkonservasi tanah dan air terutama di area sempadan waduk sejauh 100 meter
dan kawasan dengan kemiringan lebih dari 40%. Pemilihan vegetasi konservasi
diutamakan yang berasal dari daerah sekitar waduk karena telah terbukti sesuai
dengan habitatnya dan dapat dijadikan sebagai habitat satwa lokal yang ada di
kawasan.
b. Fungsi Peneduh
Vegetasi peneduh berfungsi sebagai penaung dan mengendalikan iklim mikro.
Karakteristik vegetasi peneduh adalah berdaun lebat dengan tajuk lebar. Vegetasi
peneduh diutamakan di area bermain, camping ground, meeting point dan area
terbuka yang berpontensi untuk tempat orang berkumpul.
c. Fungsi Pengarah
Vegetasi pengarah ditujukan untuk mengarahkan sirkulasi kendaraan dan
pejalan kaki. Fungsi pengarah akan lebih terasa jika tanaman ditanam dengan pola
linier mengikuti jalur sirkulasi. Karakteristik vegetasi disesuaikan dengan suasana
yang ingin ditekankan pada suatu area.
d. Fungsi Estetika
Vegetasi untuk fungsi estetika bertujuan untuk meningkatkan kualitas visual
suatu area. Fungsi estetika diutamakan pada area penerimaan dan pelayanan sebagai
kesan pertama kawasan bagi pengunjung. Kombinasi warna, bentuk, tekstur
tanaman dan jenis tanaman yang kaya mampu menambah nilai visual sebuah area.
e. Fungsi Budidaya
Vegetasi berfungsi sebagai komoditas pertanian masyarakat setempat dan
sebagai objek edukasi pertanian bagi pengunjung. Vegetasi utama yang digunakan
adalah karet, vegetasi yang memang telah banyak ditanam oleh masyarakat
setempat.
f. Fungsi Pembatas dan Screen
Vegetasi berfungsi sebagai pembatas area yang tidak boleh dilalui oleh
pengunjung. Vegetasi juga difungsikan untuk menutupi bagian yang tidak
diharapkan dilihat pengunjung seperti ruang perkakas, tempat pengumpulan
sampah dan lain-lain.
97
Perencanaan Lanskap
Rencana Ruang
Kawasan Waduk Koto Panjang akan dibagi menjadi tiga ruang sesuai dengan
konsep ruang yang telah direncanakan, yaitu ruang konservasi, ruang penyangga
dan ruang pemanfaatan. Masing-masing ruang memiliki pembagian sub ruang
untuk mengakomodasi kebutuhan ruang aktivitas yang berbeda-beda. Luas masing-
masing ruang di kawasan waduk dapat dilihat pada Tabel 32.
Luas
Ruang Sub Ruang 2
(km ) (%)
Konservasi - 267,38 82,55
Penyangga Area penyangga 4,66 1,44
Wisata pendukung 1,75 0,54
Pemanfaatan Wisata darat 3,47 1,07
Wisata air 45,61 0,19
Wisata edukasi 1,28 0,39
Wisata budi daya 42,04 12,98
Area pendukung wisata 2,73 0,84
Total 368,92 100,00
Ruang konservasi dialokasikan lahan seluas 267,38 km2. Besar luas area
tersebut meliputi 82,55% dari luas kawasan perencanaan. Perencanaan ruang
penyangga dibagi menjadi sub ruang penyangga dan sub ruang wisata pendukung.
Sub ruang penyanga dialokasikan seluas 4,66 km2 atau 1,44% dari luas kawasan
perencanaan dan sub ruang wisata pendukung dialokasikan seluas 1,75 km2 atau
98
0,54% dari luas kawasan perencanaan. Ruang pemanfaatan terbagi menjadi sub
ruang wisata utama meliputi wisata darat, wisata air, wisata edukasi, wisata budi
daya dan sub ruang pendukung wisata. Sub ruang wisata utama dialokasikan seluas
47,4 km2 atau 14,63% dari luas kawasan perencanaan. Sub ruang pendukung wisata
dialokasikan seluas 2,73 km2 atau 0,84% dari luas kawasan perencanaan.
Ruang konservasi berfungsi untuk menjaga kelestarian lingkungan kawasan
waduk melalui pencegahan terhadap bahaya erosi dan longsor yang berdampak
kepada sumber daya waduk. Penanaman vegetasi konservasi dilakukan pada lahan
yang curam untuk meningkatkan kestabilan tanah. Ruang konservasi diciptakan
juga untuk meningkatkan kemampuan tanah untuk menimpan air sehingga
ketersediaan air di sekitar waduk dapat terjaga.
Ruang penyangga terbagi kedalam dua sub ruang yaitu sub ruang peyangga
dan sub ruang wisata pendukung. Ruang penyangga ini memiliki karakter untuk
menunjang ruang wisata utama melalui aktivitas wisata yang bersifat pasif seperti
sight seeing dan pengamatan satwa dan vegetasi lokal. Kegiatan pada ruang ini
dilakukan sejalan dengan upaya konservasi. Fasilitas yang diperlukan pada ruang
ini berupa jalur interpretasi dan media interpretasi.
Beberapa bentuk aktivitas intensif akan dilakukan pada sub ruang wisata
utama. Bentuk wisata yang akan diakomodasi oleh sub ruang ini adalah wisata darat
dan rekreasi air, wisata edukasi dan wisata budi daya ikan dan karet. Sub ruang
pendukung wisata akan dijadikan sebagai area penerimaan dan pelayanan bagi
pengunjung meliputi welcome area, lahan parkir, penginapan, pusat kuliner, pusat
souvenir, dan pusat informasi.
Ruang wisata rekreasi pada kawasan waduk akan direncanakan menjadi dua,
yaitu wisata darat dan rekreasi air. Kegiatan wisata darat meliputi berkemah,
bersepeda, piknik, fotografi, sightseeing, jalan-jalan, bersantai, berkunjung ke candi
Muara Takus, dan outbound. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut,
disediakan beberapa fasilitas seperti infrastruktur jalan dan jalur pedestrian,
penerangan, bangku, gazebo, lapangan, playground, mobil wisata, panggung wisata
dan jlaur sepeda. Bentuk kegiatan rekreasi air meliputi berperahu keliling danau,
memancing, sightseeing, dan kuliner di tengah waduk. Fasilitas pendukung rekreasi
air antara lain dermaga, perahu, dek pemancingan, shelter peristirahatan, dan
restoran di tengah waduk. Ruang wisata darat dan rekreasi air direncanakan seluas
4.908,98 ha dengan rincian ruang wisata darat seluas 347,98 ha dan ruang rekreasi
air seluas 4.561,00 ha.
Ruang wisata edukasi bertujuan untuk menarik minat calon pengunjung
melalui pemberian wawasan mengenai keunikan alam dan kebudayaan daerah di
sekitar waduk. Ruang ini mengakomodasi bentuk kegiatan wisata berupa kegiatan
penelitian dan pengamatan vegetasi satwa lokal, pameran budaya setempat,
fotografi, sightseeing, dan jalan-jalan. Fasilitas yang disediakan antara lain media
interpretasi, struktur jalur pedestrian, gazebo/shelter, dan menara pandang. Ruang
wisata edukasi direncanakan di area kantor operasional waduk dan di area seluas
127,61 ha.
Ruang wisata budi daya direncanakan seluas 4.204,00 ha secara keseluruhan.
Ruang ini dibagi menjadi ruang budi daya karet seluas 3868,67 ha, ruang
pengolahan hasil karet seluas 195,95 ha dan ruang budi daya perikanan seluas
139,65 ha. Ruang ini dimanfaatkan sebagai lahan budi daya oleh masyakat yang
diintegrasikan kedalam program wisata waduk. Sistem perkebunan yang diterapkan
99
Rencana Sirkulasi
Kawasan Waduk Koto Panjang direncanakan akan memiliki 2 jenis sirkulasi
wisata, yaitu sirkulasi wisata darat dan sirkulasi wisata air. Sirkulasi wisata darat
dibagi menjadi jalur wisata dan jalur jalan provinsi yang melewati kawasan waduk.
Pola jalur sirkulasi di kawasan waduk direncanakan memiliki pola linier tertutup.
Jalur wisata merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan antar ruang dan
antar sub ruang pada kawasan perencanaan waduk. Jalur ini menjadi sirkulasi untuk
kendaraan mobil wisata, pejalan kaki, sepeda dan kendaraan bermotor. Pola yang
digunakan adalah pola tertutup untuk menghindari pemandangan yang sama oleh
pengunjung. Jalur pedestrian menggunakan material paving dengan lebar 3,2 meter
sampai 5 meter. Jalur sepeda dibuat menyatu dengan jalur pedestrian namun diberi
separator dan marka untuk membedakan kedua jalur tersebut. Jalur ini akan
dilengkapi dengan beberapa spot pemberhentian untuk memberi kesempatan
pengunjung melihat potensi dan atraksi yang ada di dalam kawasan waduk.
Mengacu pada peraturan menteri nomor 3 tahun 2014 tentang pedoman
perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan
kaki, dengan cuaca yang panas orang hanya ingin menempuh 400 meter, sedangkan
untuk aktivitas berbelanja membawa barang, keinginan berjalan tidak lebih dari 300
105
meter. Maka dari itu tempat peristirahatan akan disediakan pada interval jarak 300
sampai 400 meter. Tempat peristirahatan akan dilengkapi fasilitas shelter dan
gazebo. Jalur mobil wisata menggunakan material aspal dengan lebar 4 meter
dengan terminal pemberhentian di setiap objek wisata. Jalur kendaraan bermotor
mengakomodasi kendaraan milik pengunjung untuk diarahkan ke fasilitas parkir.
Jalur jalan provinsi merupakan jalur akses yang melewati kawasan
perencanaan dan menghubungkan kawasan luar tapak dengan kawasan
perencanaan. Jalur ini berupa jalan aspal dengan lebar 9 meter untuk dua lajur jalan
mengacu pada peraturan pemerintah nomor 34 tahun 2006. Jalur akan
memanfaatkan jalan raya yang sudah ada. Jalur jalan ini dapat dimanfaatkan juga
oleh masyaratak setempat untuk mendistribusi hasil panen ke tempat pengolahan
dan ke pusat perekonomian.
Sirkulasi wisata air direncanakan untuk mengakomodasi kegiatan rekreasi
pada area genangan wduk. Sirkulasi ini berpola tertutup. Fasilitas yang mendukung
untuk kegiatan rekreasi air meliputi perahu yang digunakan untuk berkeliling area
genangan dan dermaga serta dek. Sirkulasi wisata air juga digunakan untuk
mengakses restoran terapung yang berlokasi di tengah waduk serta melakukan
pengamatan pada keramba budi daya ikan air tawar. Tabel rencana sirkulasi dapat
dilihat pada Tabel 34. Rencana sirkulasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 50.
Rencana Vegetasi
Rencana penanaman vegetasi pada kawasan diarahkan untuk memenuhi
fungsi utama sebagai vegetasi konservasi, khususnya konservasi tanah dan air.
Tujuan ini didasarkan kepada keberadaan dan keberlanjutan kawasan waduk sangat
penting bagi masyarakat. Karakteristik topografi yang berbukit memerlukan
tindakan konservasi agar mengurangi kemungkinan terjadinya erosi dan longsor.
Jenis vegetasi yang digunakan dibedakan menurut fungsi penanamanya. Fungsi
penanaman vegetasi dalam kawasan perencanaan adalah fungsi konservasi, fungsi
peneduh, fungsi pengarah, fungsi estetika, fungsi budi daya dan fungsi screen serta
pembatas.
1. Vegetasi Konservasi
Vegetasi konservasi ditanam di ruang konservasi dan ruang penyangga.
Tujuan penanaman vegetasi ini adalah untuk mengkonservasi tanah dan air. Maka
dari itu dibutuhkan vegetasi yang memiliki karakter perakaran dalam dan
berserabut banyak agar mampu mengikat dan menjaga kestabilan tanah lebih baik.
Selain itu, kerapatan tajuk juga diperhatikan dalam pemilihan vegetasi yag
digunakan. Semakin rapat tajuk vegetasi yang digunakan maka semakin besar daya
intersepsi tanaman terhadap bulir air hujan sebelum jatuh ke tanah.
Beberapa vegetasi yang akan ditanam pada tapak antara lain kecrutan
(Spathodea campanulata), terompet emas (Alamanda cathartica), bungur
(Lagerstomia speciousa), kemiri (Aleurites moluccana), johar (Cassia seamea),
laban (Vitex pubescens), Dlingsen (Homalium tomentosum), mahang (Macaranga
sp.).
2. Vegetasi Peneduh
Vegetasi peneduh bertujuan untuk memodifikasi iklim mikro di kawasan
waduk sehingga meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung untuk beraktivitas.
Vegetasi akan ditanam pada ruang yang menjadi pusat kegiatan seperti area
outbound, area berkemah, area bermain dan area pelayanan. Vegetasi yang dipilih
adalah vegetasi lokal yang minim perawatan.
Beberapa vegetasi yang dapat ditanam di tapak antara lain tanjung (Mimusops
elengi), beringin (Ficus benjamina), asam (Tamarindus indica), ketapang
(Terminalia cattapa), glodogan bulat (Polyalthia fragrans) dan mahoni (Swietenia
mahogani)
107
3. Vegetasi Pengarah
Vegetasi pengarah digunakan sebagai pergerakan pergerakan kendaraan dan
pejalan kaki. Vegetasi ini ditanam sepanjang jalur sirkulasi. Selain untuk
mengarahkan pergerakan pengunjung, vegetasi ini juga dapat digunakan sebagai
peneduh di jalur sirkulasi. Karakteristik vegetasi yang digunakan adalah tidak
memiliki perakaran besar yang menembus permukaan tanah dan percabangan tidak
menjuntai kebawah.
Beberapa vegetasi yang dapat digunakan pada tapak antara lain ketapang
(Terminalia cattapa), Pinang (Areca catechu), asoka (Ixora japonica), hanjuang
(cordyline sp.), pucuk merah (Syzygium oleina) dan bunga merak (Caesalpinia
pulcherrima).
4. Vegetasi Estetika
Vegetasi ini ditujukan untuk meningkatkan nilai visual tapak. Kombinasi
antara bentuk, warna, tekstur tanaman akan menambah keindahan sebuah ruang.
Vegetasi estetika akan ditanam pada ruang penerimaan dan ruang pelayanan.
Penanaman vegetasi estetika menggunakan pola informal sehingga menimbulkan
kesan menyambut pengunjung. Perpaduan ragam bentuk dan warna vegetasi dapat
menarik perhatian pengunjung untuk berkunjung.
Beberapa vegetasi yang dapat digunakan pada tapak antara lain kamboja
(Plumeria rubra), bunga kertas (Bougenvillea sp.), bunga pagoda (Clerodendrum
sp.), soka (Ixora salicifolia), palem ekor tupai (Caryota mitis), sawo kecik
(Manilkara kauki), dan akasia (Acacia auriculiforms).
5. Vegetasi Budidaya
Penanaman vegetasi budi daya merupakan salah satu bentuk akomodasi
kebutuhan mata pencaharian masyarakat setempat. Hal ini diintegrasikan kedalam
program wisata waduk untuk menjadi objek wisata edukasi budi daya. Jenis
vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi perkebunan dan kehutanan yang
memang sudah ada di kawasan Waduk Koto Panjang.
Beberapa contoh vegetasi yang digunakan antara lain karet (Havea
brasilliensis), mangga (Mangifera indica), jahe merah (Zingiber officinale),
jengkol (Pithecellebium jiringa), petai hutan (Parkia speciosa), durian (Durio
zibethinus), rambutan (Nephelium lappaceum), nangka (Artocarpus heterophyllus),
kelapa (Cocos nucifera), kayu ubi (Ptenandra galeata), kedondong hutan
(Canarium sp.), cabe (Capsium sp.), ubi jalar (Ipomea sp.), ubi kayu (Manihot
esculenta), kacang tanah (Arachis hypogaea), pepaya (Carica papaya), dan pisang
(Musa sp.).
6. Vegetasi Screen dan Pembatas
Vegetasi screen dan pembatas ditanam pada ruang pelayanan, ruang
penerimaan, dan ruang pemanfaatan. Vegetasi yang dipilih merupakan vegetasi
merambat dan semak agar dapat menutupi dan membatasi area yang boleh dan tidak
boleh dikunjungi oleh pengunjung.
Beberapa vegetasi yang dapat digunakan pada tapak antara lain palem wregu
(Rhapis excelsa), kumis kucing (Orthosiphon aristatus), fatsia (Fatsia japonica),
dan bunga pagoda (Clerodendrum sp.).
109
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Identitas Responden
1.1. Jenis kelamin :
□ Laki-laki □ Perempuan
1.2. Umur :
□ <17 tahun □ 26-55 tahun
□ 17-25 tahun □ >55 tahun
1.3. Pendidikan terakhir :
□ SD □ SMA □ S2
□ SMP □ S1 □ S3
1.4. Pekerjaan :
□ Siswa □ Pegawai swasta
□ Mahasiswa □ Wirausaha
□ PNS □ Ibu rumah tangga
□ TNI/Polisi □ Lainnya: ...............................................
1.5. Daerah asal :
..........................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.2. Moda transportasi yang digunakan untuk menuju ke Waduk Koto Panjang:
□ Kendaraan pribadi □ Kendaraan sewaan
□ Kendaraan umum
3.3. Berapa frekuensi Anda berkunjung ke Waduk Koto Panjang?
119
3.6. Apakah selain Waduk Koto Panjang, Anda juga mengunjungi lokasi lain di
sekitar kawasan waduk?
□ Ya □ Tidak
Jika ya, lokasi apa? ....................................................................................
...................................................................................................................
3.7. Berapa lama Anda menghabiskan waktu di kawasan Waduk Koto Panjang?
□ >2 jam □ 1 hari
□ 2 sampai 5 jam □ >1 hari
Jika lebih dari 1 hari, dimana Anda menginap?
□ Rumah saudara □ Penginapan sekitar waduk
□ Rumah penduduk □ Lainnya, ...............................................
4.6. Bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat sekitar Waduk Koto Panjang yang
diharapkan dalam kegiatan wisata?
□ Terlibat aktif dalam pengelolaan kawasan Waduk Koto Panjang
□ Penyedia jasa wisata
□ Menjadi penjual produk (makanan, minuman, souvenir dsb)
□ Menjadi atraksi/objek wisata bagi para pengunjung
□ Lainnya,............................................................................................
............................................................................................................
5. Identitas Responden
5.1. Jenis kelamin :
□ Laki-laki □ Perempuan
5.2. Umur :
□ <17 tahun □ 26-55 tahun
□ 17-25 tahun □ >55 tahun
5.3. Pendidikan terakhir :
□ SD □ SMA □ S2
□ SMP □ S1 □ S3
5.4. Pekerjaan :
□ Siswa □ Pegawai swasta
□ Mahasiswa □ Wirausaha
□ PNS □ Ibu rumah tangga
□ TNI/Polisi □ Lainnya: ...............................................
5.5. Daerah asal :
..........................................................................................................................
....................................................................................................................................
122
6.4. Moda transportasi yang biasa digunakan untuk menuju tempat wisata di Riau:
□ Kendaraan pribadi □ Kendaraan sewaan
□ Kendaraan umum
6.5. Berapa frekuensi Anda melakukan kegiatan wisata di Riau?
□ setiap minggu □ 2 sampai 6 kali setahun
□ 1 kali sebulan □ 1 kali setahun
6.6. Kapan Anda biasanya melakukan kegiatan wisata di Riau?
□ Hari libur □ Hari biasa
6.7. Tujuan wisata yang Anda kunjungi (boleh lebih dari 1):
□ Candi muara takus □ Wisata Bono
□ Istana Siak Sri Indrapura □ Waduk PLTA Koto Panjang
□ Riau Fantasi □ Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
□ Taman Nasional Tesso
Nilo □ Lainnya, .................................................................
6.8. Berapa lama Anda menghabiskan waktu di kawasan wisata?
□ >2 jam □ 1 hari
□ 2 sampai 5 jam □ >1 hari
Jika lebih dari 1 hari, dimana Anda menginap?
□ Rumah saudara □ Penginapan sekitar
□ Rumah penduduk □ Lainnya, ...............................................
6.9. Apakah Anda mengetahui kawasan wisata Waduk PLTA Koto Panjang?
□ Ya □ Tidak
Jika ya, dari mana Anda mengetahuinya?
□ Cerita kerabat □ Koran, majalah, leaflet
□ Internet □ Lainnya, ...............................................
7.2. Apa yang biasa Anda lakukan saat berkunjung ke sebuah kawasan wisata?
□ Melihat pemandangan □ Jalan-jalan
□ Duduk-duduk □ Wisata kuliner
□ Piknik □ Lainnya, ...............................................
7.3. Menurut Anda, apa yang perlu ditingkatkan atau diperhatikan pada sebuah
kawasan wisata? (boleh lebih dari 1)
□ Aksesibilitas jalan □ Sarana parkir
□ Alternatif transportasi □ Tempat sampah
□ Penginapan □ Tempat duduk
□ Pusat informasi □ Gazebo (Penaung)
□ Tempat ibadah □ Rumah makan
□ Toilet □ Kios souvenir
□ Menara pandang □ Fasilitas pengaman (pagar dsb)
□ Lainnya, ............................................................................................
..........................................................................................................
7.4. Jenis kegiatan apa yang Anda inginkan ketika melakukan kegiatan wisata?
□ Aktivitas air,
□ Memancing,
□ Berkemah, area bermain anak, sarana outbound
□ Eksplorasi goa
□ Lainnya, ...........................................................................................
..........................................................................................................
Gerbang masuk
Fishing deck
RIWAYAT HIDUP
Dwiko Adam Elwalid merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Muhammad Ramli Walid dan Yuniarti. Penulis lahir pada 17 April 1993
di Pekanbaru. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Bhayangkari 2
Pekanbaru. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SDN 004
Pekanbaru. Tahun 2000 penulis pindah ke SDN 047 Tembilahan dan tahun 2004
pindah kembali ke SDN 004 Pekanbaru. Tahun 2005 penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 4 Pekanbaru dan pada tahun 2008 melanjutkan di SMA
Negeri 1 hingga lulus pada tahun 2011. Di tahun yang sama, penulis meneruskan
pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program mayor
Arsitektur Lanskap di Departemen Arsitektur Lanskap melalui jalur SNMPTN
tertulis. Selama masa pendidikan di IPB, penulis mengambil program minor
Manajemen Fungsional di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama menjalani pendidikan, penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan
kepanitian mahasiswa dengan menjadi Ketua Pelaksana kegiatan Masa Pengenalan
Departemen Arsitektur Lanskap tahun 2013 dan Ketua Divisi Logistik dan
Transportasi kegiatan International Landscape Architect Student Workshop tahun
2014. Penulis juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap
IPB 2012-2013 dan Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau. Selain itu penulis
pernah menjadi asisten Mata Kuliah Analisis Tapak tahun ajaran 2015-2016.