Anda di halaman 1dari 45

Pengembangan Kawasan Agrowisata Rekadena

Berbasis Wisata Atraksi di Kec. Sungai Kakap, Kab.


Kubu Raya.

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma IV
Politeknik Negeri Pontianak
Oleh:
MUHAMMAD RIDHO DAFFA ALFACHRY
NIM : 4201928028

PROGRAM STUDI
DIPLOMA IV DESAIN KAWASAN BINAAN
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2023
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA
REKADENA BERBABIS WISATA ATRAKSI DI KEC.
SUNGAI KAKAP, KAB. KUBU RAYA.

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma IV
Politeknik Negeri Pontianak

Oleh:

MUHAMMAD RIDHO DAFFA ALFACHRY


NIM : 4201928028

PROGRAM STUDI
DIPLOMA IV DESAIN KAWASAN BINAAN
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2023
PRAKATA
Segala puji kita panjatkan atas kehadiran Allah S.W.T atas berkat dan
rahmatnya kita diberikan kekuatan dan kemudahan sehingga bisa menyelesaikan
kegiatan Tugas
Akhir yang berjudul “Perencanaan Objek Wisata Alam Riam Rayo Berbasis Sport
Tourism Di Desa Beringin Rayo Kabupaten Ketapang Kecamatan Tumbang Titi”.

Dengan selesainya penyusunan laporan tersebut, maka penulis menyadari


bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan laporan ini, sehingga
penulis berharap adanya timbal balik dari para pembaca, yaitu diberikan saran
dan kritikan yang membangun juga tidak menjatuhkan, agar mendapatkan
wawasan, juga menambah ilmu pengetahuan dalam menyusun laporan tugas
dikemudian hari.

Dalam Penyusunan laporan, penulis mendapatkan dukungan dari orang


sekitarnya, dan penulis mengucapkan terima kasih dengan sangat tulus kepada:

1. Kepada Allah S.W.T yang telah memberikan kemudahan agar dapat


selesai dalam penyusun laporan.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan selalu mendukung
hinga dapat menyelesaikan penyusunan laporan tersebut.
3. Direktur Politeknik Negeri Pontianak yaitu Bapak H. Widodo PS, S.T., M.T
4. Ketua Jurusan Teknik Arsitektur yaitu Bapak Chandra Bayu, S.T., M.T
5. Koordinator Program Studi D-IV Desain Kawasan Binaan yaitu Bapak Dr.
Ir. Muhammad Hidayat, S.T., M.T
6. Koordinator Tugas Akhir yaitu Bapak Muhammad Subhansyah Ikram,
S.T., M.Sc.
7. Dosen Pembimbing I Tugas Akhir yaitu Ibu Dr. Weni Dewi Utami, S.T.,
M.T.
8. Dosen Pembimbing II Tugas Akhir yaitu Ibu Putu Ayu Vindytha Amanda
Putri, S.T., M. Ars.
9. Bapak dan Ibu Dosen, Staf serta Admin Jurusan Teknik Arsitektur
Politeknik Negeri Pontianak.
10. Teman teman yang selalu mendukung dan turut membantu selama
pembuatan laporan dari awal hingga selesai.
Pontianak, … 2023.

Muhammad Ridho Daffa Alfachry.


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan


untuk rekreasi atau liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini,
Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling
tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi lalu Kembali lagi ke
tempat semula. Tujuan untuk melakukan pariwisata juga memiliki banyak pilihan yang
dapat dilakukan atau dikunjungi, bisa seperti wisata air, wisata budaya, wisata
industry, wisata religi dan masih banyak lagi, tetapi yang akan kita bahas adalah
wisata pertanian/perkebunan atau lebih dikenal dengan Agrowisata.

Definisi dari Agrowisata sendiri adalah rangkaian kegiatan wisata yang


memanfaatkan sektor pertanian atau perkebunan sebagai objek utamanya, sehingga
tentu saja pemandangan alam yang khas dengan kawasan pertanian serta beragam
aktivitas terkait akan menjadi objek utama yang ditonjolkan. Adanya kegiatan
agrowisata juga diharapkan akan dapat memperluas wawasan serta pengalaman
wisata yang berbeda bagi para pengunjungnya.

Di negara lain, agrowisata bahkan dapat menjadi salah satu faktor dalam
mempromosikan negaranya, seperti salah satunya adalah New Zealand yang dikenal
memiliki hasil pertanian seperti buah apel, kiwi, pear, dan lainnya. Lalu contoh lainnya
adalah Thailand yang cukup terkenal dengan buah durian, jeruk, apel, dan lainnya. Di
Indonesia sendiri telah berkembang banyak sekali kawasan agrowisata yang tersebar
di berbagai provinsi dengan berbagai keunikannya yang menjadi ciri khas bagi setiap
destinasi wisata. Salah satu contohnya, Indonesia kini tengah menggarap konsep
agrowisata yang dapat berpotensi memiliki daya saing tinggi, seperti pengembangan
agrowisata kopi. Dilansir dari Kumparan, Kemenparekraf saat ini tengah
menyusun travel pattern untuk pengembangan coffee yard di Indonesia. Hal ini
diupayakan untuk dapat mendukung Indonesia sebagai negara penghasil kopi
terbesar kedua di dunia dan diharapkan akan dapat menjadi ikon utama yang menjadi
ciri khas Indonesia.
Kalimantan Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak
wisata untuk dikunjungi seperti air terjun, gunung/bukit, pantai, pulau dan masih
banyak yang lainnya. Dan dari banyak wisata yang ada di Kalimantan Barat, terdapat
Kecamatan Sungai Kakap yang memiliki salah satu desa yang dicap sebagai Desa
Wisata oleh pemerintah dikarenakan banyaknya proyek pengembangan pariwisata
yang akan dibangun disana yaitu desa jeruju besar. Dan salah satunya proyeknya
adalah Pengembangan Kawasan Agrowisata Rekadena yang Berbasis Wisata Atraksi
di Kec. Sungai Kakap, Kab. Kubu Raya. Dari potensi yang terdapat dalam kawasan
objek wisata Agro Rekadena, masih banyak ruang yang bisa digunakan untuk
menunjang dan meningkatkan Kawasan wisata agro ini menjadi lebih baik dan
menarik pengunjung. Potensi wisata Agro Rekadena yang ada dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik.
Pengelolaan harus dilakukan agar menciptakan keseimbangan dalam
pengembangan objek-objek wisata di Kecamatan Sungai Kakap, dengan demikian
minat masyarakat untuk mengunjungi objek wisata yang berlokasi di Kecamatan
Sungai Kakap menjadi lebih tinggi.

Berdasarkan permasalahan yang ada di Wisata Agro Rekadena yaitu perlunya


dilakukan pengembangan menyeluruh pada Kawasan wisata dengan memperluas
kawasan dan memanfaatkan seluruh ruang dengan maksimal. Maka dari itu di
angkatlah judul Pengembangan Kawasan Agrowisata Rekadena yang Berbasis
Wisata Atraksi di Kec. Sungai Kakap, Kab. Kubu Raya sebagai Tugas Akhir.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Penguraian yang ada di latar belakang sehingga dapat dirumuskan


permasalahannya yaitu :

Bagaimana upaya Pengembangan Kawasan Agrowisata Rekadena yang


Berbasis Wisata Atraksi di Kec. Sungai Kakap, Kab. Kubu Raya.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan tugas akhir ini merupakan Pengembangan Kawasan Agrowisata


Rekadena yang Berbasis Wisata Atraksi di Kec. Sungai Kakap, Kab. Kubu Raya.

Beberapa sasaran yang akan dilakukan yaitu :

1. Melakukan observasi identifikasi kondisi fisik/non-fisik dan eksisting kawasan


yang dijadikan sebagai acuan untuk penetapan konsep yang akan
direncanakan.
2. Melakukan pengambilan dokumentasi sebagai data eksisting yang akan
dilanjutkan pada tahap analisis.
3. Menganalisis potensi dan masalah yang ada pada kawasan wisata.
4. Menyusun konsep pengembangan Kawasan Agrowisata Rekadena dengan
menerapkan prinsip-prinsip
5. Membuat panduan rancangan desain yang mengikuti konsep perencanaan
perancangan/rencana umum.

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, Batasan masalah yaitu terdiri dari
kondisi, potensi dan permasalahan pada eksisting di lapangan tentang
Pengembangan Kawasan Agrowisata Rekadena yang Berbasis Wisata Atraksi.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
Batasan masalah, dan sistematika laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini membahas mengenai tinjauan lokasi, tinjauan teori, tinjauan
kebijakan dan tinjauan studi kasus.

BAB III DATA dan ANALISIS

Pada bab ini membahas mengenai pengumpulan data fisik dan non fisik, serta
analisis.

BAB IV HASIL PERANCANGAN

Pada bab ini membahas mengenai visi pengembangan, konsep struktur tata
bangunan dan lingkungan, pembagian blok pengembangan dan konsep komponen
perancangan/rencana umum.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diberikan mahasiswa dari
keseluruhan Tugas Akhir sebagai penutup tugas akhir ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Lokasi

2.1.1 Wilayah Kabupaten Kubu Raya

Kabupaten Kubu Raya adalah salah satu kabupaten yang berada di


provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah kecamatan Sungai
Raya. Kabupaten Kubu Raya memiliki luas wilayah 6.985,24 km2 dan
berpenduduk sebanyak jiwa 609.392 jiwa (2020). Kabupaten ini merupakan
pemekaran dari Kabupaten Mempawah. Secara geografis Kabupaten Kubu
Raya terletak pada 108° 35’ – 109° 58’ Bujur Timur dan 0° 44’ Lintang Utara –
1° 01’ Lintang Selatan. Kabupaten ini berada di bagian barat Provinsi
Kalimantan Barat. Luas wilayahnya yaitu 6.985,20 km² terdiri dari daratan
seluas 4.785 km² dan lautan seluas 2.197 km² dengan 39 pulau-pulau kecil.
Kabupaten Kubu Raya secara umum merupakan daerah dataran yang relatif
datar dengan garis pantai sepanjang 149 Km.

Gambar 2. 1 Kabupaten Kubu Raya

Sumber : Penulis, 2023


Kabupaten Kubu Raya mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Mempawah, Kota Pontianak dan Kabupaten Landak

Timur : Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Ketapang

Selatan : Kabupaten Kayong Utara

Barat : Selat Karimata (Laut Natuna)

Kabupaten Kubu Raya terdiri dari 9 kecamatan dan 117 desa. Pada
tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 601.356 jiwa dengan luas wilayah
6.958,22 km² dan sebaran penduduk 86 jiwa/km². Daftar kecamatan dan
kelurahan di Kabupaten Kubu Raya, adalah sebagai berikut: Batu Ampar,
Kuala Mandor B, Kubu, Rasau Jaya, Sungai Ambawang, Sungai Raya, Teluk
Pakedai, Terentang dan Sungai Kakap.

2.1.2 Wilayah Kecamatan Sungai Kakap


Sungai Kakap adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kubu
Raya, Kalimantan Barat, Indonesia. Kecamatan Sungai Kakap merupakan
kecamatan di Kabupaten Kubu Raya yang, terdiri dari 14 desa, dengan luas
wilayah 453,13 km². Luas wilayah kecamatan ini mencapai 7 persen dari luas
wilayah kabupaten Kubu Raya.

Gambar 2. 2 Kecamatan Sungai Kakap


Sumber : Penulis, 2023

Batas wilayah administratif Kecamatan Sungai Kakap adalah sebagai


berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah

Sebelah Selatan : Kecamatan Teluk Pakedai

Sebelah Barat : Laut Natuna

Sebelah Timur : Kecamatan Sungai Raya, Kecamatan Rasau Jaya dan


Kota Pontianak

Kecamatan Sungai Kakap terdiri dari 13 desa, yaitu : Tanjung Saleh,


Sepuk Laut, Sungai Rengas, Sungai Kupah, Sungai Kakap, Sungai Itik, Sungai
Belidak, Punggur Kecil, Punggur Kapuas, Punggur Besar, Pal Sembilan,
Kalimas dan Jeruju Besar.

2.1.3 Wilayah Desa Jeruju Besar


Desa Jeruju Besar merupakan satu diantara desa yang berada di
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Luas Wilayah daratan
Desa Jeruju Besar kurang lebih 21,00 km².

Gambar 2. 3 Desa Jeruju Besar

Sumber : Penulis, 2023


Desa Jeruju Besar terdiri dari 5 dusun, 10 RW dan 41 RT, adapun
dusun-dusun yang terdapat di Desa Jeruju Besar antara lain Dusun Karya
Utama, Karya Bersama, Karya Bhakti, Karya Mulya dan Karya Tani. Jumlah
penduduk di desa Jeruju Besar hingga semester I 2018 sebanyak 6,872
dengan perbandingan 3,491 laki dan 3,381 perempuan.

2.1.4 Kawasan Lokasi Studi Pengembangan

Gambar 2. 4 Desa Jeruju Besar

Lokasi yang akan menjadi Kawasan studi pengembangan adalah Wisata


Agro Rekadena yang terletak di Desa Jeruju Besar, salah satu desa yang
sudah diresmikan oleh pemerintah sebagai Desa Wisata di Kalimantan Barat.
Dengan luas delineasi yang diambil 30,8 hektar.
2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Teori Pariwisata

Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan


melakukan perjalanan itu sendiri atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian
yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno,
1998). Pariwisata dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang
berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo, 2000).

Sedangkan, menurut Meyers (2009), pariwisata adalah aktivitas


perjalanan yang dilakukan oleh seseorang sementara waktu dari tempat
tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau
mencari nafkah, melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu,
menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya. Dengan
kata lain, perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan
seseorang atau lebih dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan
memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu (Suwantoro, 2004). Menurut
Wahid (2015), pariwisata adalah perjajanan dari satu tempat ke tempat lain,
bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha
mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan
hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

• Jenis Pariwisata
Menurut Ismayanti (2010), berdasarkan jenis-jenis objek wisatanya,
pariwisata dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Wisata Pantai, wisata ini merupakan kegiatan wisata yang ditunjang
oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan
olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan
minum.
2. Wisata Etnik, wisata ini merupakan perjalanan untuk mengamati
perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik.
3. Wisata Cagar Alam, wisata ini merupakan wisata yang banyak
dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, Kesegaran hawa di
pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang langka, serta
tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.
4. Wisata Buru, wisata ini merupakan wisata yang dilakukan di negeri-
negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang
dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro
perjalanan.
5. Wisata Olahraga, wisata ini memadukan kegiatan olahraga dengan
kegiatan wisata. Kegiatan dalam wisata ini dapat berupa kegiatan olahraga
aktif yang mengharuskan wisatawan melakukan gerak olah tubuh secara
langsung. Kegiatan lainnya dapat berupa kegiatan olahraga pasif. Dimana
wisatawan tidak melakukan gerak olah tubuh, melainkan hanya menjadi
penikmat dan pecinta olahraga saja.
6. Wisata Kuliner, wisata ini Motivasi dalam jenis wisata ini tidak semata-
mata hanya untuk mengenyangkan dan memanjakan perut dengan aneka
ragam masakan khas dari daerah tujuan wisata, melainkan pengalaman yang
menarik juga menjadi motivasinya. Pengalaman makan dan memasak dari
aneka ragam makanan khas tiap daerah membuat pengalaman yang didapat
menjadi lebih istimewa.
7. Wisata Religius, wisata ini dilakukan untuk kegiatan yang bersifat religi,
keagamaan, dan ketuhanan.
8. Wisata Agro, wisata ini memanfaatkan usaha agro sebagai objek
wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, dan
rekreasi. Dimana usaha agro yang biasa dimanfaatkan bisa berupa usaha di
bidang pertanian, peternakan, perkebunan, perhutanan, maupun perikanan.
9. Wisata Gua, wisata ini merupakan kegiatan melakukan eksplorasi ke
dalam gua dan menikmati pemandangan yang ada di dalam gua.
10. Wisata Belanja, wisata ini menjadikan belanja sebagai daya tarik
utamanya.
11. Wisata Ekologi, wisata ini merupakan bentuk wisata yang menarik
wisatawan untuk peduli kepada ekologi alam dan sosial.
12. Wisata Budaya, wisata ini menjelaskan peninggalan sejarah
kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk golongan budaya,
monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan
keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya.
a. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata mencakup beberapa komponen-komponen
utama (Dimitrios Buhalis 2000 : 98) sebagai berikut:
Buhalis mengemukakan teori yang berbeda bahwa komponen pariwisata
terdiri dari 6A yaitu Attraction, Amenities, Ancillary, Activity, accessibility dan
Available Package. Pada penelitian ini penulis melakukan sintesis teori
sehingga didapatkan 6 Komponen Pariwisata yaitu Attraction, Accomodation,
Amenities, Ancillary Services, Activity dan Accessibility.
1) Attraction (Atraksi)
Atraksi adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan untuk
berkunjung ke kawasan wisata. Atraksi terdiri dari apa yang pertama kali
membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung ke sebuah kawasan. Atraksi
dapat didasarkan pada sumber daya alam yang memiliki bentuk ciri-ciri fisik
alam, dan keindahan kawasan itu sendiri. Selain itu, budaya juga dapat
menjadi atraksi untuk menarik minat wisatawan datang, seperti hal-hal yang
besejarah, agama, cara hidup masyarakat, tata cara pemerintahan, dan
tradisi-tradisi masyarakat baik dimasa lampau maupun di masa sekarang (Mill,
2000). Hampir setiap destinasi memiliki atraksi khusus yang tidak dapat dimiliki
oleh destinasi lainnya.
2) Accessibilities (Akses)
Akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
wisatawan untuk menuju destinasi wisata, sehingga harus tersedia jasa seperti
penyewaan kendaraan dan transportasi lokal, rute atau pola perjalanan
(Cooper dkk, 2000). Menurut Sugiama (2011) aksesibilitas adalah tingkat
intensitas suatu daerah tujuan wisata atau destinasi dapat dijangkau oleh
wisatawan. Fasilitas dalam aksesibilats seperti jalan raya, rel kereta api, jalan
tol, terminal, stasiun kereta api, dan kendaraan roda empat. Menurut Brown
dan Stange (TT) Akses adalah bagaimana seseorang untuk mencapai tujuan
dari tempat asalnya. Apakah aksesnya mudah atau sulit.
3) Amenities (fasilitas pendukung)
Amenities adalah berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh
wisatawan di destinasi wisata. Amenities meliputi beragam fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan akomodasi, penyediaan makanan dan minuman (food
and Beverage), tempat hiburan, tempat perbelanjaan (retailing), dan layanan
lainnya seperti bank, rumah sakit, keamanan dan asuransi (Cooper dkk, 2000).
Menurut Inskeep (1991) fasilitas (facilities) dan pelayanan lainnya (other
services) di destinasi bisa terdiri dari biro perjalanan wisata, restaurant, retail
outlet kerajinan tangan, souvenir, keunikan, keamanan yang baik, bank,
penukaran uang (money changer), (tourist infomation office), rumah sakit, bar,
tempat kecantikan. Setiap destinasi memiliki fasilitas yang berbeda, namun
untuk melayani kebutuhan dasar wisatawan yang berkunjung, destinasi
melengkapinya sesuai dengan karakteristik destinasi tersebut.
4) Accommodation (Penginapan)
Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan yang tentunya di satu
destinasi dengan destinasi lainnya akan berbeda. Akomodasi yang umum
dikenal adalah hotel dengan beragam fasilitas didalamnya. Akomodasi di desa
wisata berbeda dengan akomodasi di destinasi lain. Akomodasi di desa wisata
biasaya terdiri dari sebagian tempat tinggal para penduduk setempat atau unit-
unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk atau biasa
dikenal dengan homestay. Akomodasi untuk mendukung terselenggaranya
kegiatan wisata di destinasi dapat terletak di lokasi desa wisata tersebut atau
berada di dekat desa wisata. Jenis akomodasi di desa wisata dapat berupa
bumi perkemahan, villa atau sebuah pondok wisata (Hadiwijoyo, 2012).
5) Activities (aktivitas)
Aktifitas berhubungan dengan kegiatan di destinasi yang akan
memberikan pengalaman (experience) bagi wisatawan. Setiap destinasi
memiliki aktivitas yang berbeda sesuai dengan karakteristik destinasi wisata
tersebut (Brown and Stange, TT). Aktivitas wisata di destinasi merupakan
kegiatan yang salah satunya menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke
destinasi. Begitu juga dengan desa wisata, jenis aktivitas yang dilakukan
berhubungan dengan karakteristik desa tersebut. Aktivitas yang umumnya
dilakukan di desa wisata adalah mengikuti kegiatan kehidupan sehari-hari
desa wisata.
6) Ancillary Services
Ancillary adalah dukungan yang disediakan oleh organisasi, pemerintah
daerah, kelompok atau pengelola destinasi wisata untuk menyelenggarakan
kegiatan wisata (Cooper dkk, 2000). Hal yang sama juga disampaikan oleh
Wargenau dan Deborah dalam Sugiama (2011) bahwa ancillary adalah
organisasi pengelola destinasi wisata. Organisasi pemerintah, asosiasi
kepariwisataan, tour operator dan lain-lain. Dalam hal ini organisasi dapat
berupa kebijakan dan dukungan yang diberikan pemerintah atau organisasi
untuk terselenggaranya kegiatan wisata. Sama hal nya dengan desa wisata,
tentunya penyelenggaraan desa wisata didukung oleh kebijakan pemerintah
baik daerah maupun pusat untuk terselenggaranya kegiatan wisata.

2.2.2 Teori Agrowisata

Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan


potensi pertanian sebagai obyek wisata, baik potensial berupa pemandangan
alam kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas
produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya.
Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan,
pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan. Di
samping itu yang termasuk dalam agro wisata adalah perhutanan dan sumber
daya pertanian. Perpaduan antara keindahan alam, kehidupan masyarakat
pedesaan dan potensi pertanian apabila dikelola dengan baik dapat
mengembangkan daya tarik wisata. Dengan berkembangnya agrowisata di
satu daerah tujuan wisata akan memberikan manfaat untuk peningkatan
pendapatan masyarakat dan pemerintahan dengan kata lain bahwa fungsi
pariwisata dapat dilakukan dengan fungsi budidaya pertanian dan pemukiman
pedesaan dan sekaligus fungsi konservasi (Gumelar S. Sastrayuda, 2010).

Menurut Pusat Data dan Informasi (2005), agrowisata dapat


dikelompokan ke dalam wisata ekologi (ecoutourism), yaitu kegiatan
perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan
untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar
di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Rima Windasari,
2006).

• Prinsip-Prinsip Agrowisata

Ekowisata dan agrowisata pada dasarnya memiliki prinsip yang sama.


Menurut Wood (2000) dalam Pitana (2002), ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan untuk mengembangkan agrowisata, diantaranya sebagai berikut:

a. Menekan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan


kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.

b. Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya


suatu pelestarian.

c. Menekan pentingnya bisnis yang bertanggungjawab yang bekerjasama


dengan unsur pemerintahan dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.

d. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan


pelestarian, manajemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi.

e. Memberikan penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan


penataan serta pengelolaan tanaman-tanaman untuk tujuan wisata di
kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.

f. Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan


lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk
mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata
terhadap lingkungan.

g. Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk Negara,


pebisnis dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah
kawasan yang dilindungi.
h. Berusaha untuk menyakini bahwa perkembangan tidak melampaui
batas-batas sosial dan lingkungan yang diterima seperti yang ditetapkan para
peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal.

i. Mempercayakan pemanfataan sumber energi, melindungi tumbuh-


tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikan dengan lingkungan alam dan
budaya.

2.2.3 Teori Urban Design

Perancangan kota (urban design) telah berkembang terlebih dahulu di


negara - negara Eropa Barat dan Amerika. Perkembangan tersebut ditandai
dengan beragamnya defnisi dan substansi mengenai urban design yang
berkembang hingga saat ini. Urban design dalam prosesnya dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu “sadar diri” dan “tidak sadar diri”. Urban design
yang “sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang menganggap
diri mereka sebagai desainer dan menggunakan keahlian desain mereka
untuk menciptakan suatu lingkungan yang nyaman. Sedangkan urban design
yang “tidak sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak
menganggap dirinya sebagai seorang desainer, tetapi mereka mempunyai
peranan dalam mempengaruhi bentuk lingkungan perkotaan (catanese,
1986:42).

Pengertian urban design dapat ditinjau dari segi profesi maupun dari segi
disiplin keilmuan. Dari segi profesi, Beckley menjelaskan bahwa urban design
merupakan suatu jembatan antara profesi perencana kota dengan arsitektur
dengan perhatian utama pada bentuk fisik kota (catanese, 1986:45).
Berdasarkan disiplin keilmuan, urban design merupakan bagian dari proses
perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan fisik kota
(shirvani,1985:6). Panduan Rancang Kota adalah suatu set perangkat
panduan dan peraturan yang digunakan untuk mengatur dan membatasi
penggunaan dan pengembangan ruang kota dan arsitektur kota
(yusuf,2001:50). Lebih jauh lagi hamid shirvani mengatakan bahwa urban
design (perancangan kota) merupakan kelanjutan dari urban planning
(perencanaan kota) sebab bagaimana pun hasilnya perencanaan kota belum
“selesai” atau belum dapat dilaksanakan tanpa rancangan desain dari rencana
yang telah disusun.

1. Elemen – Elemen Perancangan Kota (Urban Design)


Menurut Shirvani (1985) terdapat beberapa elemen fisik Urban
Design, yaitu:
a) Tata Guna Lahan (Land Use)
Prinsip Land Use adalah pengaturan penggunaan lahan
untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam
mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga kawasan tersebut
berfungsi dengan seharusnya.
b) Bentuk dan Massa Bangunan (Building Formand Massing)
Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh tinggi dan
besarnya bangunan, massa bangunan, KDB, KLB,
sempadan, skala, material, warna, dan sebagainya.
Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan
dengan bentuk dan massabangunan meliputi:
- Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia,
sirkulasi dan dimensi bangunan sekitar.
- Urban Space, sirkulasi ruang yangdisebabkan bentuk
kota, batas, dan tipe-ripe ruang.
- Urban Mass, meliputi bangunan,permukaan tanah dan
obyek dalam ruang yang dapat tersusun untuk
membentuk urban space dan pola aktifitas dalam skala
besar dan kecil.
c) Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)
Sirkulasi kota meliputi prasarana jalan yang tersedia, bentuk
struktur kota, fasilitas pelayanan umum, dan jumlah
kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Semakin
meningkatnya transportasi maka area parkir sangat
dibutuhkan terutama di pusat-pusat kegiatan kota (CBD).
d) Ruang Terbuka (Open Space)
Open Space selalu berhubungan dengan lansekap.
Lansekap terdiri dari elemen keras dan elemen lunak. Open
space biasanya berupa lapangan, jalan, sempadan sungai,
taman, makam.
e) Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)
Sistem pejalan kaki yang baik adalah:
- Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor
dalam area kota
- Meningkatkan kualitas lingkungan dengan
memprioritaskan skala manusia
- Lebih mengekspresikan aktifitas PKL dan mampu
menyajikan kualitas udara
f) Simbol dan Tanda (Signages)
Simbol dan tanda digunakan untuk petunjuk jalan, arah ke
suatu kawasan tertentu pada jalan tol atau di jalan kawasan
kota. Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan
karakter pada fasade bangunan dan menghidupkan street
space dan memberikan informasi bisnis
g) Pendukung Kegiatan (Activity Support)
Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan
kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu
kawasan kota. Bentuk activity support antara lain taman
kota, taman rekreasi, pusat perbelanjaan, taman budaya,
perpustakaan, pusat perkantoran, kawasan PKL dan
pedestrian, dan sebagainya.
h) Preservasi (Preservation)
Preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman
yang ada dan urban place, hal ini untuk mempertahankan
kegiatan yang berlangsung di tempat itu.
2.2.4 Teori Pendekatan Urban Design

Menurut Tracik (1986) dalam suatu lingkungan permukiman ada


rangkaian antara figure ground, linkage dan place.

a. Figure Ground
Teori Figure Ground adalah teori yang mengambarkan total suatu
kawasan. Sedangkan fungsi teori ini adalah untuk menunjukan tekstur
kota melalui bentuk massa bangunan (building massa) sebagai solid dan
ruang terbuka (open space) sebagai void.
b. Linkage
Teori Linkage adalah teori yang mengambarkan bentuk suatu kota
yang tidak dapat lepas dari jaring-jaring sirkulasi kota (network
circulation). Jaring - jaring tersebut dapat berupa jalan, jalur pedestrian,
ruang terbuka yang berbentuk linier dan bentuk-bentuk yang secara fisik
menjadi penghubung antar bagian kota atau suatu kawasan.
c. Place
Proses rancang kota harus dapat merespon dan mewadahi nilai-nilai
konstekstual yang ada dengan memperhatikan nilai budaya, sejarah,
dan halhal yang lain secara arsitektural. Dalam teori ini membahas
mengenai makna sebuah kawasan di perkotaan secara arsitektural.
Manusia memerlukan suatu tempat untuk mengembangkan kehidupan
dan budayanya, tidak hanya sekedar space tetapi lebih dirasakan
sebagai place. Kebutuhan itu timbul karena adanya kesadaran orang
terhadap suatu tempat yang lebih luas daripada hanya sekedar masalah
fisik saja.
2.3 Tinjauan Kebijakan

Undang-undang RI No 10 Tahun 2009 pengertian pariwisata adalah


sebagai aktivitas melakukan perjalanan, baik yang dilakukan oleh individu
ataupun kelompok.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 pasal 3


diantaranya yaitu kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata, adanya
usaha konservasi, ekonois, bersifat edukasi, memberikan kepuasan dan
pengalaman kepada pegujung.

Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya Nomor 17 Tahun 2017


Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten
Kubu Raya.

Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2007, pembangunan destinasi


wisata terdiri dari 4 (empat) kegiatan yang meliputi: daya tarik wisata, fasilitas
wisata, pemberdayaan masyarakat wisata, serta peningkatan investasi wisata.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725)
Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016 – 2036. Kabupaten Kubu Raya, 2016.

2.4 Tinjauan Studi Kasus


BAB III

DATA DAN ANALISIS


3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Data Primer


Data Primer adalah data yang diambil langsung dengan cara turun
langsung kelapangan, ada pun metodenya adalah :

1. Survey Lapangan
Melakukan pengambilan data secara langsung ke lapangan dengan
melihat kondisi eksisting data yang ada, dengan menggunakan 8 elemen
Hamid Shirvani yaitu, tata guna lahan, bentuk dan masa bangunan,
sirkulasi dan parkir, jalur pejalan kaki, ruang terbuka, penanda, aktivitas
pendukung, dan preservasi dan konservasi.
2. Wawancara
Wawancara langsung secara bertatap muka (face to face) kepada
masyarakat setempat atau ke aparat desa tentang data yang dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Cara untuk mengambil data berupa foto maupun video tentang kawasan
yang sedang diamati.

3.1.2 Data Sekunder


Data Sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, data
yang sudah ada atau data yang diambil dari orang yang sudah melakukan
penelitian atau dari internet, atau dari pemerintah desa agar mendapatkan
data yang diperlukan.

3.1.3 Data Fisik Shirvani


Untuk data fisik lapangan menggunakan 8 elemen Hamid Shirvani,
Adapun data 8 elemen shirvani sebagai berikut:
1. Tata Guna Lahan

Rata-rata tata guna lahan yang ada di kawasan lokasi studi ini di
dominasi oleh permukiman dan komersil, dan ada beberapa pendidikan dan
kantor.

2. Bentuk Massa Bangunan

Pada kawasan jeruju besar, bangunan yang ada rata-rata memiliki


ketinggian lantai 1-2 lantai. Untuk area Agro Rekadena terdapat bangunan
yang memiliki 1 dan 2 lantai, dengan menggunakan material beton dan kayu.
3. Sirkulasi dan Parkir

Pada are Agro rekadena terdapat sirkulasi dan parkir yang baik dan
cukup untuk menampung para pengunjung yang lumayan banyak.

4. Ruang Terbuka

Pada area Agro rekadena terdapat ruang terbuka yang sangat luas
dengan kegunakan yang beragam seperti lahan parkir, taman bermain anak
dan sebagainya.
5. Jalur Pejalan Kaki

Untuk jalur pejalan kaki yang ada di wisata agro rekadena ini sangat baik
dikarenakan menggunakan bentuk yang beragam dan masih bagus.

6. Signage

Untuk signage pada area wisata agro sangat baik, terdapat signage
identitas berupa papan nama kawasan. Juga terdapat signage nama pohon,
signage lokasi dan lainnya.
7. Aktivitas Pendukung

Terdapat banyak aktivitas pengunjung pada wisata agro rekadena,


seperti wahana flying fox, taman bermain anak, foodcourt, wahana perahu
dan masih banyak lagi.

3.1.4 Data Fisik 6 A


1. Attraction (Atraksi)

Terdapat banyak atraksi yang ada di Kawasan Agro Rekadena, seperti


berinteraksi dengan binatang yang ada di dalam kandang dan memberikan
mereka makan. Terdapat juga flying fox, taman bermain anak dan juga
permainan perahu.
2. Accessibilities (Akses)

Untuk akses menuju wisata Agro Rekadena sangat baik, jalan yang
ada sudah menggunakan aspal dengan lebar sekitar 7 meter. Untuk akses
didalam wisata agro juga baik dengan jalan yang menggunakan paving block
dan semen.

3. Amenities (Fasilitas Pendukung)

Terdapat fasilitas pendukung yang cukup lengkap dan layak pada


wisata agro ini, seperti mushola, toilet, aula berkumpul, tempat sampah, food
court dan ruang terbuka hijau.

4. Accommodation (Penginapan)

Pada kawasan wisata agro rekadena tidak terdapat penginapan untuk


para pengunjung yang datang dan ingin menginap disana.
5. Activities (Aktivitas)

Aktivitas yang dapat dilakukan pada wisata agro ini adalah mempelajari
tentang apa itu agropolitan, memberi makan pada hewan yang ada disana,
bermain flying fox dan wahana yang ada, serta bersantai dan makan di
gazebo.

6. Ancillary Services (Layanan Pendukung)

Masyarakat desa Jeruju Besar membentuk lembaga atau organisasi


lokal masyarakat yang memberikan perhatian dalam melestarikan lingkungan
wisata yang bernama POKDARWIS Jeruju Jaya, dimana Lembaga ini
bergerak dibidang pariwisata. Dan juga desa jeruju besar termasuk dalam 75
besar ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023.
3.1.5 Data Non-Fisik

1. Data Penduduk Desa


Desa Jeruju Besar merupakan satu diantara desa yang berada di
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Luas Wilayah
daratan Desa Jeruju Besar kurang lebih 21,00 km².
Desa Jeruju Besar terdiri dari 5 dusun, 10 RW dan 41 RT, adapun dusun-
dusun yang terdapat di Desa Jeruju Besar antara lain Dusun Karya
Utama, Karya Bersama, Karya Bhakti, Karya Mulya dan Karya Tani.
Jumlah penduduk di desa Jeruju Besar hingga semester I 2018
sebanyak 6,872 dengan perbandingan 3,491 laki dan 3,381 perempuan.
Untuk fasilitas kesehatan di desa Jeruju Besar terdapat satu Puskesmas
Pembantu dan satu Poskesdes.
2. Data Ekonomi Desa
Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE): IKE merupakan hasil komposit dari
komponen indikator yang terdapat pada Dimensi Ekonomi di desa yang
telah diatur dalam SOP Pemutakhiran Status Perkembangan IDM tahun
2018 oleh Direktorat Jendral Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Kementrian Desa PDTT Republik Indonesia. Jumlah
skor dimensi Ekonomi di Desa Jeruju Besar ialah 46, sehingga formulasi
rumusnya sebagai berikut : IKE=Jumlah skor indikator60 = 4660= 0,7667
Indeks Ketahanan Ekonomi di Desa Jeruju Besar yakni 0,7667, ini
mempresentasikan bahwa Desa Jeruju Besar memiliki daya tahan lokal
terhadap perekonomian, yang meruapakan salah satu landasan dalam
upaya pembangunan desa.

3. Data Pariwisata
Kabupaten Kubu Raya memiliki banyak potensi wisata sumber daya
alam yang dapat dikembangkan. Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Kubu Raya Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016–2036 yakni
Kecamatan Sungai Kakap termasuk ke dalam Kawasan pengembangan
pariwisata kawasan pengembangan wisata inti difokuskan sebagai
wisata bahari, wisata alam, wisata budaya, wisata minat khusus, wisata
religi dan wisata sejarah; dan kawasan penyangga wisata difokuskan
sebagai wisata agro, ekowisata, wisata pesisir, dan wisata buatan.
Pengembangan wisata yang telah dilakukan di Sungai Kakap antara lain
wisata alam hutan mangrove dan menara suar yang ada di Desa Sungai
Kupah, Jeruju Equator Park dan Taman Rekreasi Rekadena di Desa
Jeruju Besar.
Desa Jeruju Besar memiliki kelompok sadar wisata dan karang taruna
dalam mengembangkan ekowisata. Adanya partisipasi masyarakat
dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki ditandai dengan
banyaknya kegiatan yang dilaksanakan secara berkala setiap tahunnya
yang diinisasi oleh masyarakat dan pemerintah namun potensi-potensi
yang dimiliki Desa Jeruju Besar belum diketahui oleh masyarakat luas,
khususnya masyarakat Kubu Raya. Oleh karena itu, untuk dapat
mengoptimalkan sumber daya alam dan lingkungan pesisir perlu
dilakukan pengkajian untuk mengetahui potensi, permasalahan, strategi
pengelolaan berkelanjutan. Adapula tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi potensi ekowisata di Desa Jeruju Besar,
mengidentifikasi partisipasi masyarakat dalam pengembangan
ekowisata di Desa Jeruju Besar, dan merumuskan strategi
pengembangan ekowisata berbasis partisipasi masyarakat di Desa
Jeruju Besar.
3.2 Analisis

3.2.1 Analisis Pariwisata 6A


1. Attraction
Potensi & Masalah
Banyak potensi yang masih bisa di gali dari kawasan wisata Agro
Rekadena, dikarenakan masih banyaknya lahan kosong yang tidak
digunakan.
Permasalahan yang ada adalah kawasan wisata yang mulai kurang
terawat dari segi tanaman dan pohon yang ada.
Respon: Memanfaatkan lahan yang kosong dengan menambahkan
wahana bermain yang bergandengan dengan alam, dan membuat
taman pohon untuk dipetik dan dipelajari, sekaligus melakukan
perawatan yang rutin terhadap tanaman/pohon yang ada.

2. Accessibilities
Potensi & Masalah
Akses menuju ke wisata agro sudah sangat baik dengan jalan aspalnya
hanya saja jalur yang dilalui memiliki jalan yang berbelok-belok, hal ini
membuat pengunjung kesulitan menemukan lokasi wisata yang ada di
desa Jeruju Besar.
Untuk permasalahan yang ada yaitu tidak adanya penunjuk arah lokasi
wisata di sepanjang jalan menuju area wisata.
Respon: Memberikan signage arah lokasi disetiap persimpangan jalan
menuju lokasi Agrowisata, dan juga memberikan peta lokasi kawasan
pada sudut tertentu di Kawasan agar mempermudah pengunjung
mencari lokasi yang diinginkan.
3. Amenities
Potensi & Masalah
Fasilitas Pendukung yang terdapat pada wisata agro sudah ada
beberapa seperti mushola, toilet, aula, foodcourt dan tempat belajar
tentang agro.
Permasalahannya adalah masih ada beberapa fasilitas pendukung yang
masih kurang seperti toko cinderamata/oleh-oleh, ruang kesehatan,
tempat sampah yang kurang dan pos security.
Respon: Membangun dan mengembangkan fasilitas yang kurang pada
kawasan agro mengikuti standar peraturan pariwisata.

4. Accommodation
Potensi & Masalah
Banyaknya lahan yang kosong dan tidak digunakan bisa berpotensi
sebagai tempat penginapan bagi para pengunjung yang ingin menginap.
Permasalahan yang ada ialah tidak terdapatnya penginapan ataupun
homestay pada kawasan area wisata Agro Rekadena.
Respon: Menyediakan tempat penginapan berupa Homestay dan
Camping Ground pada kawasan untuk para pengunjung yang ingin
bermalam disana.

5. Activities
Potensi & Malasah
Aktivitas yang ada di wisata agro sudah baik dengan adanya Flying fox,
taman bermain anak, foodcourt, wahana perahu dan juga ruang belajar
tentang agrowisata.
Permasalahannya adalah tidak adanya edukasi tentang apa itu
Agrowisata secara langsung ke taman dan mempelajari tentang
tanaman yang ada. Dan juga menambah beberapa sarana yang mampu
menampung aktivitas para pengunjung.
Respon: Menerapkan edukasi yang mempelajari tentang agrowisata
untuk para pengunjung yang mau belajar, dan juga membangun sarana
wahana yang dapat menampung aktivitas pengunjung.
6. Ancilliary Services
Kurangnya layanan pendukung yang ada di wisata terutama di bagian
atraksi maupun bagian pengenalan wilayah wisata.
Respon: Menyediakan Tour Guide kawasan untuk para pengunjung
dengan memperkerjakan masyarakat sekitar.
BAB IV
HASIL PERANCANGAN
4.1 Visi Misi Pembangunan
4.1.1 Visi Misi Kabupaten Kubu Raya
A. Visi Kabupaten Kubu Raya
• Bahagia: Optimis harapan masa depan masyarakat akan ada
peningkatan derajat kesehatan, pendidikan, ketersediaan lapangan
pekerjaan yang memadai, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu
luang, rumah dan aset yang layak, lingkungan berkualitas serta
keamanaan yang kondusif.
• Bermartabat: Harga diri masyarakat Kubu Raya yang ditandai dengan
peningkatan kesejahteraan, peningkatan kehidupan sosial kebudayaan
dngan berlandaskan pada kearifan lokal, kemandirian sumber daya
manusia,serta jaminan keadilan akan hak dan kewajiban, politik dan
pebangunan.
• Terdepan: Kabupaten Kubu Raya yang menjadi terdepan di Kalimantan
Barat dalam hal tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa
serta peningkatan inovasi, kreativitas, dan kualitas masyarakat.
• Berkualitas: Kabupaten Kubu Raya untuk terus meningkatkan prestasi
baik di Pemerintah, swasta maupun masyarakat dengan wujud lahirnya
SDM yang unggul dan kompetitif.
• Religius: Mengembangkan karakter sumber daya manusia dengan
senantisa menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan di masyarakat.

B. Misi Kabupaten Kubu Raya


• Meningkatkan kultur dan tata kelola pemerintahan yang bersih dan
berwibawa.
• Meningkatkan pelayanan publik di sektor mendasar dan perbaikan
kualitas hidup masyarakat.
• Meningkatkan penguatan otonomi desa untuk pembangunan yang lebih
berkeadilan dan bersandarkan pada nilai-nilai kearifan lokal.
• Meningkatkan penguatan aktivitas dan kelembagaan bernuansa religius
di seluruh lapisan masyarakat.
• Meningkatkan penguatan peran perempuan untuk peningkatan kualitas
dan kemandirian ekonomi.

4.1.2 Visi Misi Perancangan


Berdasarkan kebijakan, hasil analisis dan perumusan potensi & masalah
pada Kawasan wisata Agro Rekadena menghasilkan visi misi sebagai berikut:

A. Visi Perancangan Kawasan


Terwujudnya Kawasan Wisata Agro Rekadena yang memajukan
perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya
alam menjadi sebuah wisata yang berbasis atraksi.
B. Misi Perancangan Kawasan
1) Membangun wisata Agro yang memanfaatkan potensi
sumber daya alam yang ada.
2) Memberdayakan masyarakat untuk sadar menjaga dan
merawat sumber daya alam.
3) Mengembangkan wisata agro dengan cara membangun
homestay, fasilitas umum dan fasilitas pendukung
mengikuti standar peraturan yang ada.
4) Mengelola sumber daya manusia sekitar sebagai upaya
pelestarian dan perlindungan alam.
5) Menjadikan wisata Agro Rekadena wisata petik buah
sebagai souvenir/cinderamata.
C. Tagline Kawasan Wisata
“Ayo ke Agrowisata Rekadena, bermain dan belajar langsung
dari alam”
4.2 Konsep Struktur Tata Bangunan Lingkungan
4.3 Pembagian Blok Pengembangan

Secara keseluruhan Kawasan pengembangan wisata dibagi menjadi 2


blok zona, dimana masing-masing blok memiliki kebijakan dan peruntukan
yang berbeda.

Pada Blok 1 Pengembangan merupakan kawasan prioritas wisata


dimana pengunjung belajar dan mengenal apa itu agrowisata, sekaligus
mempelajari tanaman dan binatang yang ada disana. Dan juga membangun
fasilitas Homestay dan Camping Ground untuk para pengunjung.

Untuk Blok 2 lebih fokus sebagai penunjang wisata Agro berbasis atraksi
dengan menyediakan fasilitas wahana yang berinteraksi langsung dengan
alam.
4.4 Konsep Komponen Perancangan / Rencana Umum
4.4.1 Struktur Peruntukan Lahan

Secara peruntukan lahan kawasan ini termasuk dalam kawasan


peruntukan wisata dimana merujuk kepada peraturan RTRW Kab. Kubu Raya
sebagai pengembangan kawasan pengembangan pariwisata II dan
pengembangan kawasan wisata strategis, Desa Jeruju Besar juga dicap
sebagai Desa Wisata oleh pemerintah dan masuk dalam 75 Anugerah Desa
Wisata Indonesia (ADWI) 2023.

Struktur peruntukan lahan kawasan akan dirancang mengikuti kondisi


eksisting sesuai dengan konsep pengembangan zona.
Blok 1 sebagai zona edukasi dan fasilitas pendukung pariwisata.
Blok 2 sebagai sarana penunjang berupa homestay, camping ground,
warung kecil, tempat bersantai berupa café and resto.
Blok 3 sebagai kawasan fokus wahana atraksi yang memanfaatkan alam
sebagai lahan bermain seperti Flying fox, trek motor atv, Paint Ball, dan juga
menyediakan kegiatan outbound dengan wahana yang beragam.
4.4.2 Intensitas Pemanfaatan Lahan

Intensitas pemanfaatan lahan keseluruhan kawasan akan menggunakan


KDH 70%, KDB 30% dengan ketinggian maksimal bangunan 2 lantai.

Pada blok 1 akan menerapkan untuk KDH sebesar 60% dan KDB
sebesar 40%.
Pada blok 2 akan menerapkan KDH 70% dan KDB 30%.
Pada blok 3 akan menerapkan KDH 80% dan KDB 20%.
4.4.3 Tata Bangunan

Pengaturan Bangunan.
Untuk pengelompokan bangunan didasarkan fungsi lahan, pada blok 1
adalah pengelompokan bangunan Mix Use yang dipenuhi fasilitas umum
dan bangunan edukasi agrowisata.

Blok 2 adalah pengelompokan bangunan bersifat komersil seperti


homestay, café and resto, warung kecil dan tempat istirahat.

Pada blok 3 akan menjadi pengelompokan bangunan pendukung sarana


wahana atraksi seperti gudang penyimpanan, pendopo, bangunan
perlengkapan, flying fox.
Letak dan Orientasi Bangunan.
Orientasi bangunan pada kawasan agrowisata akan berorientasi
menghadap ke jalan dengan menggunakan jaringan jalan Spinal.

4.4.4 Sirkulasi dan Parkir

Anda mungkin juga menyukai