Anda di halaman 1dari 24

ANTISIPASI CUACA EKSTRIM DALAM MENGHADAPI

BENCANA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI


PROPINSI KEPULAUAN RIAU

B R I GA D E P E N G E N DA L I A N K E B A K A R A N H U TA N D A N L A H A N - M A N G GA L A A G N I D A O P S B ATA M
B A L A I P E N G E N DA L I A N P E R U B A H A N I K L I M D A N K E B A K A R A N H U TA N D A N L A H A N W I L . S U M AT E R A
K E M E N T E R I A N L I N G K U N GA N H I D U P D A N K E H U TA N A N
MEI 2017
Kebakaran Hutan di Indonesia
Kebakaran hutan suatu keadaan dimana
hutan dan atau lahan dilanda api sehingga
menimbulkan kerugian baik sosial, ekonomis
dan atau nilai lingkungan.
Penyebab terjadinya kebakaran : ALAM dan
MANUSIA (kelalaian dan disengaja).
Komponen Api Segitiga Api
Panas + Oksigen + Bahan
Bakaran = Api
◦ Jika salah satu komponen tidak ada,
Oksigen dari
penyalaan atau pembakaran tidak
Penyalaan Alami
udara
akan terjadi.
atau disebabkan
oleh manusia 21 % ◦ Variasi keseimbangan antara panas,
oksigen dan bahan bakar,
menentukan besarnya api dan akan
menjadi indikasi untuk pasukan
pemadam kebakaran hutan apakah
api akan menjadi bara, menyebar
secara lambat atau membesar dengan
kecepatan penyebaran yang cepat.
Padat, Cair, Gas
(Pyrolisis)

Oksigen dan Bahan Bakaran sangat dipengaruhi oleh factor cuaca, semakin ekstrim cuaca akan menyediakan bahan
bakaran yang mudah terbakar dan sulit dikendalikan apabila terbakar.
PROFIL MANGGALA AGNI DAOPS BATAM
BALAI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
WILAYAH SUMATERA
Wilayah Kerja:
Seluruh Prop. Kepulauan Riau:
1. Kota Batam/Barelang
2. Kota Tanjung Pinang
3. Kab.Bintan
4. Kab.Karimun
5. Kab.Natuna
6. Kab.Lingga
7. Kab.Anambas

Kawasan Konservasi:
1. TWA. Muka Kuning (Kota Batam)
252.601 km2 2. TB. P. Rempang (Kota Batam)
Kabupaten Bintan ( 1.318,21 km2 )

Kota Batam ( 960,25 km2 )

Kabupaten Karimun ( 912,75 km2 )

KARIMUN – BATAM - BINTAN


LINGGA

( 2.266,77 km2 )
Kabupaten Natuna ( 2.009,04 km2 )

Kabupaten Kepulauan Anambas ( 590,14 km2 )

ANAMBAS - NATUNA
No. Wilayah 2014 2015 2016

1 Kota Batam 7 5 1
2 Kab Karimun 12 4 1
3 Kab Lingga 16 13 2
4 Kab Bintan 24 17 5
5 Kab Natuna 3 1 1
6 Kab Anambas 1 0 1
7 Kota Tanjungpinang 0 0 0
Jumlah 63 40 11

DATA SEBARAN HOTSPOT PROPINSI KEPRI


Jumlah Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Terpantau /
Ditangani oleh Manggala Agni Daops Batam.

LUAS YANG TERBAKAR


Lokasi ( HEKTAR )
2014 2015 2016
Taman Buru Pulau Rempang ± 108 ± 2.5 ±3
Taman Wisata Alam Muka Kuning ± 12 ±3 ±2
Hutan Lindung ± 113 ±4 ±5
Lahan ± 15 ± 4.5 ± 2.5
JUMLAH ± 248 ± 14 ± 17,5

( Data Yang Tidak Terpantau Oleh Manggala Agni dan / atau yang ditangani
oleh PBK BP Batam / Damkar Pemko Batam memungkinkan luas kebakaran
hutan dan lahan di Batam jauh lebih luas dari data di atas )
Sumber Daya Manusia
No Jabatan Jumlah
1. Kepala Daops (PNS) 1
2. Anggota Manggala Agni (2 regu @ 14 orang) 28

SMART 12
Non SMART 16

Laki-Laki 27
Perempuan 1
UPAYA PENGENDALIAN KEBAKARAN
HUTAN DAN LAHAN
DI WILAYAH KOTA BATAM
UPAYA PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN

“Pengendalian kebakaran hutan adalah semua usaha


pencegahan, pemadaman, penanganan pasca kebakaran
hutan serta penyelamatan”

“Pencegahan kebakaran hutan adalah semua usaha,


tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
atau mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran
hutan”
“Kebakaran hutan dan lahan tidak dapat di urus secara sendiri-
sendiri tetapi merupakan urusan bersama yang di urus
Pemerintah pada tingkat nasional, tingkat provinsi dan tingkat
kabupaten / kota melalui mekanisme pencegahan dan
penanggulangan kebakaran”
Permenhut 12 Tahun 2009 Tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan Pasal 4.
Pencegahan kebakaran hutan dilakukan pada:
a. Tingkat nasional;
b. Tingkat provinsi;
c. Tingkat kabupaten/kota;
d. Tingkat unit pengelolaan hutan konservasi, tingkat kesatuan
pengelolaan hutan produksi, tingkat kesatuan pengelolaan hutan
lindung; dan
e. Tingkat pemegang izin pemanfaatan hutan, tingkat pemegang
izin penggunaan kawasan hutan, tingkat pemegang izin hutan
hak dan hutan konservasi.
DASAR HUKUM YANG MENGATUR
TENTANG LARANGAN MEMBAKAR
HUTAN DAN LAHAN
UU No.41 tahun 1999 tentang KEHUTANAN
Pasal 50 ayat (3) huruf d:
Setiap orang dilarang membakar hutan

Pasal 78 ayat (3) :


Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)

Pasal 78 ayat (4) :


Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus
juta rupiah)
UU No. 32 tahun 2009 tentang PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 69 ayat (1) huruf h:
Setiap orang dilarang :
MELAKUKAN PEMBUKAAN LAHAN DENGAN CARA MEMBAKAR

Pasal 108 :
Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ ATAU
KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN
DAN/ATAU LAHAN

 Pasal 3 : Setiap kegiatan yang memanfaatkan hutan dan lahan


wajib melakukan PEMBUKAAN LAHAN TANPA BAKAR;
 Pasal 4 Ayat 1 : Masyarakat hukum adat yang melakukan
pembakaran lahan dengan luas lahan maksimum 2 (dua) hektar
per kepala keluarga untuk ditanami jenis varietas lokal wajib
memberitahukan kepada kepala desa;
 Pasal 4 Ayat 3 : Pembakaran lahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku pada kondisi curah hujan di bawah normal,
kemarau panjang, dan/atau iklim kering
KEWAJIBAN DAN KEWENANGAN
PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
DALAM UPAYA PENGENDALIAN DAN
PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN
DAN LAHAN
Menteri, menteri teknis terkait, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
masyarakat dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melaksanakan
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan
PERMENHUT NOMOR 12 TAHUN 2009

Pasal 17

(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, Kepala Unit Pengelolaan dan pemegang izin,
bertanggung jawab atas pemadaman kebakaran hutan sesuai dengan kewenangannya.

(2) Menteri bertanggung jawab mengkoordinasikan pemadaman kebakaran yang terjadi di dua
wilayah provinsi atau lebih.

(3) Gubernur bertanggung jawab dan mengkoordinasikan pemadaman kebakaran yang terjadi di
dua wilayah atau lebih kabupaten/kota.

(4) Bupati/Walikota bertanggung jawab dan mengkoordinasikan pemadaman kebakaran yang


terjadi di wilayahnya.

(5) Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung bertanggung jawab terhadap
pemadaman kebakaran hutan di kawasan yang menjadi tanggung jawabnya.

(
MENCEGAH TERJADINYA
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB


KITA SEMUA
Jika sebatang pohon
memberi manfaat, tentu
hutan dengan ratusan -
ribuan pohon akan
memberi ratusan - ribuan
manfaat.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai