Anda di halaman 1dari 55

DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


DI KABUPATEN KETAPANG
(STUDI KASUS DI KECAMATAN NANGA TAYAP )

TESIS

ARBIANDI
NIM.B2052211029

PROGRAM STUDI MEGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Luas Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 14 Kabupaten/Kota di Kalbar


Tahun 2018-2021.....................................................................................................1
Tabel 1.2. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 20 Kecamatan di
Kabupaten Ketapang Tahun 2021............................................................................3

Tabel 1.3. Perusahaan Kelapa Sawit di Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten


Ketapang Tahun 2021..............................................................................................6

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual........................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kalimantan Barat (Kalbar) merupakan provinsi terluas ketiga di
Indonesia setelah Papua dan Kalimantan Tengah. Kalbar memiliki luas wilayah
147.307 km² dan jumlah penduduk tahun 2021 sebanyak 5.470.797 jiwa (Badan
Pusat Statistik (BPS) Kalbar, 2021). Dengan wilayah yang luas, maka Kalbar
dikaruniai potensi sumber daya alam yang melimpah terutama disektor
perkebunan, pertanian, perikanan, sehingga dapat berdampak pada peningkatan
perekonomian daerah ini.
Salah satu pontensi yang ada tersebut adalah perkebunan kelapa sawit.
Kelapa sawit memegang peranan penting sebagai sumber perolehan devisa
negara. Perusahaan kelapa sawit juga mempunyai dampak positif bagi masyarakat
setempat dengan menciptakan lapangan pekerjaan dengan menyerap tenaga kerja
yang berasal dari masyarakat tempat berdirinya perusahaan tersebut. Secara
teoritis dampak adanya perkebunan kelapa sawit dapat dilihat dari peningkatan
pendapatan masyarakat setempat setelah berdirinya perusahaan kelapa sawit
tersebut. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Afifuddin (2007), bahwa
pembangunan sub sektor kelapa sawit merupakan penyedia lapangan kerja yang
cukup besar dan sebagai sumber pendapatan petani. Sedangkan Syahza (2007)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit
dapat mengurangi ketimpangan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan mayarakat
di pedesaan, serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Namun
yang terjadi di beberapa kecamatan kabupaten Ketapang keberadaan perusahaan
kelapa sawit belum menjamin masyarakat setempat menjadi lebih sejahtera.
Provinsi Kalimantan Barat memiliki perkebunan kelapa sawit yang cukup luas
dan hampir tersebar merata di 14 kabupaten/kota, hal ini dapat dilihat pada Tabel
berikut:
2

Tabel 1.1
Luas Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat dan Perusahaan Swasta 14
Kabupaten/Kota di Kalbar Tahun 2019-2021

Perkebunan perusahaan
Perkebunan rakyat (Ribu Ha)
No Kab/Kota swasta (Ribu Ha)
2019 2020 2021 2019 2020 2021
1 Sambas 23.573 27.116 27.279 67.391 68.999 68.676
2 Bengkayang 98.417 98.417 49.433 68.925 75.058 79.065
3 Landak 35.587 35.587 31.301 94.055 97.367 104.407
4 Mempawah 4.267 4.525 5.041 16.365 16.356 16.072
5 Sanggau 149.597 149.864 139.859 118.310 114.404 140.821
6 Ketapang 103.640 278.889 263.242 366.835 374.460 386.001
7 Sintang 47.543 47.543 62.480 131.449 128.150 137.653
8 Kapuas Hulu 11.821 12.242 20.803 76.364 72.885 67.182
9 Sekadau 37.072 37.072 33.782 65.825 71.781 71.985
10 Melawi 10.095 14.815 21.677 40.760 27.656 29.370
11 Kayong Utara 8.206 8.206 8.236 35.115 37.054 28.660
12 Kubu Raya 27.756 27.577 29.040 87.270 82.103 83.219
13 Kota Pontianak - - - - - -
Kota - - -
14 6.764 4.749 5.009
Singkawang

Sumber: BPS Kalbar, Diolah (2022)


Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Ketapang
memiliki luas areal perekebunan kelapa sawit rakyat maupun perusahaan besar
terbesar yaitu 263.242 ha (perkebunan rakyat) dan 386.001 ha (perkebunan
perusahaan besar) pada tahun 2021, kemudian diikuti oleh kabupaten Sanggau
sebesar dan Bengkayang di urutan kedua dan ketiga secara berturut-turut. Luas
perkebunan kelapa sawit rakyat dan perusahaan besar Kabupaten Ketapang setiap
tahunnya juga cenderung bertambah, sehingga diyakini dapat memberikan
dampak yang positif terhadap kondisi ekonomi masyarakat di daerah ini. Akan
tetapi kenyataannya dengan bertambahnya luas perkebunan kelapa sawit rakyat di
3

Kabupaten Ketapang ternyata tidak diiringi dengan meningkatnya kesejahteraan


masyarakat atau dengan kata lain tingkat kemiskinan di Kabupaten Ketapang
masih cukup tinggi. Persentase penduduk miskin Kabupaten Ketapang pada tahun
2021 sebesar 10,13% atau menempati urutan ke-3 terbesar setelah Melawi, yaitu
12,01% dan Landak sebesar 10,99% (BPS Kalbar, 2022).
Secara lebih spesisfik, perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ketapang
tersebar cukup merata di setiap kecamatan didalamnya. Terdapat beberapa
Kecamatan di Kabupaten Ketapang yang tidak memiliki perkebunan kelapa sawit
sama sekalai, diantaranya ada Kecamatan Benua Kayong, Kecamatan Delta
Pawan, dan Kecamatan Hulu Sungai. Persebaran keberadaan perkebunan kelapa
sawit di Kabupaten Ketapang secara lebih jelas dapat dilihat pada tebel yang
disajikan di bawah ini :

Tabel 1.2
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat dan Perusahaan Swasta 20
Kecamatan di Kabupaten Ketapang Tahun 2021

No Kecamatan Rakyat (Ha) Perusahaan Swasta (Ha)

1 Kendawangan 20.674 70.075


2 Manis Mata 27.189 33.348
3 Marau 37.870 59.958
4 Singkup 10.066 2.216
5 Air Upas 10.425 5.041
6 Jelai Hulu 14.598 20.263
7 Tumbang Titi 37.316 18.273
8 Pemahan 4.102 -
9 Sungai Melayu Rayak 6.215 -
10 Matan Hilir Selatan 8.387 23.442
11 Benua Kayong - -
12 Matan Hilir Utara 5.149 10.795
13 Delta Pawan - -
4

14 Muara Pawan 1.179 6.480


15 Nanga Tayap 90.179 59.116
16 Sandai 10.331 26.881
17 Hulu Sungai - -
18 Sungai Laur 11.183 14.058
19 Simpang Hulu 2.628 16.288
20 Simpang Dua 1.416 8.008

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kab. Ketapang (2022)

Berdasarkan data pada Tabel 1.2 terlihat bahwa kecamatan yang


memiliki perkebunan kelapa sawit rakyat terluas di Kabupaten Ketapang adalah
Kecamatan Nanga Tayap dengan luas 90.179 ha, kemudian diikuti Kecamatan
Marau selaus 37.870 ha dan Kecamatan Tumbang Titi seluas 37.316 ha. Sedang
untuk perkebunan perusahaan besar, yang menjadi kecamatan dengan luas areal
perkebuna terluas adalah Kendawangan dengan 70.075 ha. Berdasarkan data yang
telah dipaparkan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian terkait dampak
perkebunan kelapa sawit terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan
Nanga Tayap dengan pertimbangan bahwa selain perkebunan kelapa sawit rakyat
di kecamatan ini merupakan yang paling luas di Kabupaten Ketapang, lokasinya
yang strategis atau mudah dijangkau, juga di kecamatan ini keberadaan petani
mandiri sudah terbilang banyak. Kemudian di beberapa perusahaan sudah
memiliki pabrik crude palm oil (CPO) sendiri seperti PT. Ladang Sawit Mas
(BGA Group).
Kemudian untuk melihat lebih jauh keadaan industri perkebunan kelapa
sawit di Kabupaten Ketapang, tentu jumlah produksi juga menjadi indikator yang
perlu untuk diperhatikan, sebab ini ,erupakan indikator yang bisa menjelaskan
keberhasilan adanya perkebunan kelapa sawit suatu daerah, sebab tanaman kelapa
sawit yang baik adalah yang mampu memproduksi buah sawit yang lebih banyak.
Untuk itu, berikut ini disajikan data produksi kelapa sawi perkebunan rakyat dan
perusahaan besar berdasarkan kecamatan di Kabupaten Ketapang :
5

Tabel 1.3
Jumlah Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat dan Perusahaan Swasta
20 Kecamatan di Kabupaten Ketapang Tahun 2021

No Kecamatan Rakyat (Ton) Perusahaan Besar (Ton)

1 Kendawangan 74.556 168.530

2 Manis Mata 60.809 102.363

3 Marau 88.422 119.126

4 Singkup 2.415 -

5 Air Upas 20.826 34.123

6 Jelai Hulu 20.801 38.823

7 Tumbang Titi 52.892 44.910

8 Pemahan 10.950 -

9 Sungai Melayu Rayak 16.908 -

10 Matan Hilir Selatan 1.684 26.236

11 Benua Kayong - -

12 Matan Hilir Utara 6.492 19.712

13 Delta Pawan - -

14 Muara Pawan 223 6.110

15 Nanga Tayap 61.023 153.356

16 Sandai 26.605 31.160

17 Hulu Sungai - -

18 Sungai Laur 19.893 22.233

19 Simpang Hulu 7.992 52.821

20 Simpang Dua 257 1.696

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kab. Ketapang (2022)

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa Kendawangan merupakan


6

kecamatan dengan areal perkebunan kelapa sawit perusahaan swasta paling luas
pata tahun 2021 yaitu sebesar 70.075 ribu ha. Adapun terdapat lima kecamatan
yang tidak memiliki kepemilikian perkebunan kelapa sawit perusahaan swasta
sama sekali. Kecamatan tersebut diantaranya ada Pemahan, Sungai Melayu
Rayak, Benua Kayong, Delta Pawan, dan Hulu Sungai.
Berdasarkan pemaparan yang telah penulis sampaikan di latar belakang,
maka menarik untuk diteliti lebih lanjut terkait dampak perkebunan kelapa sawit
terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupaten ketapang (studi kasus di
kecamatan Nanga Tayap).

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Pernyataan Masalah
Luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Ketapang
merupakan yang terluas di Provinsi Kalimatan Barat dan setiap tahunnya terus
bertambah, akan tetapi kenyataannya dengan bertambahnya luas perkebunan
kelapa sawit belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana
persentase penduduk miskin Kabupaten Ketapang masih tinggi dan menempati
urutan ketiga di Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu juga terdapat gap antara
penelitian terdalu terkait dengan pengaruh keberadaan perkebunan kelapa sawit
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah yang ditempati
perkebunan sawit tersebut.
1.2.2. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah yaitu:
1. Apakah luas lahan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat ?
2. Apakah produksi TBS berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat ?
3. Apakah harga TBS berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat ?
4. Apakah biaya operasional berpengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat ?
7

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Menguji dan menganalisis pengaruh luas lahan terhadap kesejahteraan
masyarakat.
2. Menguji dan menganalisis pengaruh produksi TBS terhadap
kesejahteraan masyarakat.
3. Menguji dan menganalisis pengaruh harga TBS terhadap kesejahteraan
masyarakat.
4. Menguji dan menganalisis pengaruh biaya operasional terhadap
kesejahteraan masyarakat.

1.4. Konstribusi Penelitian


1.4.1. Konstribusi Teoritis
Penelitian ini dapat berguna sebagai acuan bagi para peneliti tentang luas
lahan, produksi TBD, harga TBS dan biaya operasional dalam dampaknya
terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Ketapang, khususnya di
Kecamatan Nanga Tayap.
1.4.2. Konstribusi Praktis
Penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengambil keputusan
dalam hal ini adalah pihak perusahaan kelapa sawit dan pemerintah serta peneliti
sendiri tentang bagaimana pengaruh dari keberadaan perkebunan kelapa sawit
rakyat terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Ketapang.

1.5. Gambaran Kontekstual Penelitian


Dalam penelitian ini objek yang akan menjadi pengamatan peneliti,
meliputi: (1) Petani sawit (2) Perusahaan kelapa sawit, dan (3) Toko Pertanian.
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Ketapang, tepatnya di Kecamatan
Nanga Tayap. Peneliti menganalisis data minimal 5 tahun terkait luas lahan,
Jumlah produksi, harga TBS, dan biaya operasional.
Berikut ini disajikan pula data perusahaan pabrik pengolahan kelapa
sawit di Kecamatan Nanga Tayap :
8

Tabel 1.3
Perusahaan Kelapa Sawit di Kecamatan Nanga Tayap
Kabupaten Ketapang Tahun 2021
No Nama Perusahaan

1 PT. Sejahtera Sawit Lestari


2 PT. Agro Manunggal Sawitindo
3 PT. Lestari Gemilang Intisawit
4 PT. Nabati Agro Subur
5 PT. Damai Agro Sejahtera
6 PT. Wahana Hijau Indah
7 PT. Sepanjang Inti Surya Mulia
8 PT. Sawit Mitra Abadi
9 PT. Permata Sawit Mandiri
10 PT. Lestari Abadi Perkasa
11 PT. Agrolestari Mandiri
12 PT. Mantap Andalan Unggul
13 PT. Sandai Makmur Sawit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


1. Ekonomi Pembangunan
Ekonomi Pembangunan merupakan salah satu bagian dari ilmu Ekonomi
yang secara spesifik mempelajari persoalan pembangunan yang sudah, sedang,
dan akan terjadi di negara berkembang. Pembangunan tersebut mencakup industri,
perbankan, keuangan, dan bisnis. Contoh ekonomi pembangunan yaitu perumusan
pada kebijakan yang dapat diterapkan pada pasar domestik maupun internasional
contohnya penggunaan ilmu matematika ekonomi dalam analisis sebuah proyek
pembangunan.
Tujuan pembangunan ekonomi yaitu, peningkatan ketersediaan serta
perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup pokok, peningkatan
standar hidup, dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi semua
lapisan masyarakat. Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan
perekonomian akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses
pertumbuhan ekonomi serta terciptanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Secara umum dapat dikatakan, bahwa teori ekonomi pembangunan
merupakan acuan ilmiah yang digunakan untuk menjelaskan fenomena kegagalan
dan keberhasilan pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang
membangun.
Teori Ekonomi Pembangunan Menurut Arsyad (1987) mendefinisikan
ekonomi pembangunan sebagai suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisa
masalah-masalah yang dihadapi oleh Negara sedang berkembang dan mencari
cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah itu agar negara- negara tersebut dapat
membangun ekonominya lebih cepat lagi.
Mahyudi (2004) melaporkan ekonomi pembangunan adalah suatu cabang
ilmu dari ilmu ekonomi yang bertujuan menganalisis masalah-masalah yang
dihadapi dan memperoleh cara/metode penyelesaian dalam pembangunan
ekonomi, terutama di Negara-negara berkembang, agar pembangunan ekonomi
10

menjadi lebih cepat dan harmonis. Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan


ekonomi yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan, terutama terjadi
perubahan menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk dan perubahan dari
struktur ekonomi, baik peranannya terhadap pembentukan pendapatan nasional,
maupun peranannya dalam penyedian lapangan kerja.
2. Kelapa Sawit
Pada tahun-tahun pertama kehadiran kelapa sawit di Indonesia yakni
1848, komoditas ini hanya berperan sebagai tanaman penghias di Kebun Raya
Bogor, hingga awal tahun 1911 kelapa sawit mulai dibudidayakan secara
komersil. Sebelumnya pengusahaan percobaan penanaman kelapa sawit yang
disertai penyuluhan dilakukan di Muara Enim pada tahun 1869, Musi Ulu pada
tahun 1870 dan Belitung pada tahun 1890. Kelapa sawit (elaies guinensis jacq)
saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan
Malaysia, dan justru bukan Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai
daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit di Indonesia pada tahun 1948 hanya
sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon (Mauritas) dan Amsterdam ke
empat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor dan
selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatra Utara.
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
yang menduduki posisi penting dalam sektor pertanian umumnya, dan sektor
perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tananam
yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai
ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Khaswarina, 2001). Peran komoditi
kelapa sawit terhadap perekonomian nasional juga dapat dilihat dimana produk
dan olahan minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal.
a. Luas Lahan
Luas lahan sangat penting dalam proses produksi maupun dalam
usaha pertanian. Apabila dalam usaha tani kelapa sawit memiliki lahan
yang sempit tentu kurang efisien dibandingkan dengan lahan yang lebih
luas. Sempitnya ruang lingkup operasi maka semakin tidak efisien usaha
kelapa sawit tersebut (Kosmayanti & Ermiati, 2017). Menurut Suratiyah
11

(2008) luas lahan menjadi tolak ukur untuk melihat besar kecilnya usaha
pertanian. Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang
digunakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diperoleh.
b. Produksi
Produksi merupakan suatu siklus kegiatan ekonomi untuk
menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-
faktor produksi. Setiap kegiatan produksi sangat bergantung pada faktor-
faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan.
Faktor produksi dalam usaha tani kelapa sawit terdiri dari alam atau
lahan, sarana produksi, dan tenaga kerja (Heriyanto, 2015). Dengan
meningkatnya output yang dihasilkan dapat mendorong peningkatan
kesempatan kerja. Produksi dalam penelitian ini adalah suatu proses yang
dihasilkan oleh petani sawit dalam menghasilkan TBS yang memiliki
nilai jual.
Menurut Yana (2008) biaya produksi merupakan biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi atau semua beban yang ditanggung
oleh produsen untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Sehingga
biaya produksi dapat diartikan sebagai semua biaya yang disebabkan
karena adanya proses produksi.
c. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu indikator dalam mengukur
tingkat kesejahteraan individu maupun masyarakat. Menurut Budiono
dalam Dimas (2020), bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan
faktor-faktor produksi yang dimiliki kepada sektor produksi. Menurut
Winardi dalam Budiono (2004,182) pendapatan adalah hasil berupa uang
atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-
faktor produksi.
Kesejahteraan petani yang diukur menggunakan tingkat
pendapatan tentu saja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti luas
panen perkebunan dan jumlah produksi perkebunan yang merupakan
faktor internal dari mempengruhi hasil usaha para petani. Sementara itu
12

dari segi eksternal, pendapatan petani yang menjadi tolak ukur tingkat
kesejahteraan ini ditentukan oleh harga jual output pertanian dan harga
untuk biaya yang dikeluarkan selama masa merawat hingga panen hasil
pertanian.
d. Harga
Harga suatu barang yang diperdagangkan ditentukan dari
keseimbangan pasar. Keseimbangan pasar terjadi saat jumlah penawaran
barang sama dengan jumlah permintaan barang (Boediono, 1990). Kotler
(2001), mengungkapkan bahwa harga adalah sejumlah uang yang
dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang
ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau
menggunakn produk atau jasa tersebut
3. Konsep Kesejahteraan
Kesejahteraan sosial adalah sebuah sistem yang meliputi program dan
pelayanan yang membantu orang agar dapat memenuhi kebutuhan sosial,
ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang sangat mendasar untuk memelihara
masyarakat ( Zastrow,2000 ). Todaro (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan
masyarakat menengah kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup
masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari
kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, dan tingkat produktivitas masyarakat.
Memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada dasarnya terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan
antara lain: (1) sosial ekonomi rumah tangga atau masyarakat, (2) struktur
kegiatan ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga
masyarakat, (3) potensi regional (sumberdaya alam, lingkungan, infrastruktur)
yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi, dan (4) kondisi
kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala
lokal, regional dan global (Taslim, 2004).
13

Robin dalam Narwoko (2006:114) mengemukakan bahwa tingkat kesejahteraan


mencakup pangan, pendidikan, kesehatan dan sering kali diperluas kepada
perlindungan lainnya seperti kesempatan kerja, perlindungan hari tua,
keterbebasan dari kemiskinan dan sebagainya. Dengan kata lain lingkup substansi
kesejahteraan sering dihubungkan dengan lingkup sosial. Selanjutnya ia
mengemukakan bahwa penentu batasan substansi kesejahteraan dan representasi
kesejahteraan menjadi perdebatan yang luas. Perumusan tentang batasan tersebut
sering ditentukan oleh perkembangan praktik kebijakan yang dipengaruhi oleh
ideologi dan kinerja negara yang tidak lepas dari pengaruh dinamika pada tingkat
global. Menurut Undang-Undang No 11 tahun 2009 pasal 1 kesejahteraan sosial
adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.

2.2 Kajian Empiris


2.2.1. Pengaruh Luas Lahan Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat.
Kosmayanti dan Cut Ermiati (2017) Dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh modal dan luas lahan terhadap pendapatan petani sawit di Desa
Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu Utara” hasil
penelitian menunjukan bahwa modal dan luas lahan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan petani di Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan,
Kabupaten Labuhan Batu Utara.
Munardi dan Diana Sitomurang pada tahun 2018 melakukan penelitian
dengan judul “Fakor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani
sawit di Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil” dari penelitian
yang telah dilakukan didapat hasil bahwa variabel modal dan luas lahan bersama
sama berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan para petani di
Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil.
14

2.2.2. Pengaruh Produksi TBS Terhadap Kesejahteraan Masyarakat


Mohammad Wahed (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh luas lahan,
produksi, ketahanan pangan dan harga gabah terhadap kesejahteraan petani padi di
Kabupaten Pasuruan”. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
variabel produksi berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani di (NTP).
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati dkk (2017) yang berjudul
“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan petani di Kota
Denpasar” menujukkan hasil bahwa jumlah produksi yang dijadikan sebagai
variabel intervening dapat menjelaskan pengaruh tidak langsung variabel lainnya
terhadap kesejaheraan petani. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode path analysis.
2.2.3. Pengaruh Harga TBS Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Surya, Dalilul Falihin, dan Syarifah Balkis dengan judul penelitian
“Pengaruh harga kelapa sawit terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit Desa
Sinabatta, Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukan terdapat pengaruh yang kuat antara harga kelapa sawit
terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit Desa Sinabatta, Kecamatan Topoyo,
Kabupaten Mamuju Tengah. Hal ini memunjukan harga kelapa sawit
berkontribusi terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit.
Erlinda Sari Ritonga, Yudi Triyanto dan Kamsia Dorliana Sitanggang
(2021) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh harga dan produktivitas
kelapa sawit terhadap kesejahteraan petani di Desa Janji, Kecamatan Bilah Barat,
Kabupaten Labuhanbatu” hasil penelitian menunjukan harga kelapa sawit
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani kelapa sawit di
Desa Janji, Kecamatan Bilah Barat, Kabupaten Labuhanbatu.
2.2.4. Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Hamdi Sari Maryoni pada tahun 2016 dengan judul penelitian “Pengaruh
luas lahan pertanian dan biaya pemeliharaan terhadap pendapatan petani (studi
kasus Desa Kepenuhan Raya). Hasil dari penelitian tersebut didapat bahwa
semakin tinggi luas lahan dan biaya perawatan makan semakin tinggi juga
pendapatan yang diperoleh petani. Variabel luas lahan dan biaya pemeliharaan
15

berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani.


Penelitian yang dilakukan oleh Krim dkk pada 2022 yang berjudul
“Pengaruh biaya produksi, luas lahan, dan hasil produksi terhadap pendapatan
petanai padi” menunjukkan hasil bahwa biaya produksi yang dikeluarkan oleh
petani berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan petani. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.3.1. Kerangka Konseptual
Dibentuknya kerangka konseptual agar mempermudah peneliti dalam
melakukan penelitiannya. Dengan adanya kerangkan konseptual diharapkan dapat
memahami gambaran-gambaran terhadap variabel-variabel yang akan diteliti.
Peneliti menggunakan kerangka konseptual dalam menentukan pertanyaan yang
akan di ajukan kepada responden serta mengetahui tata cara empiris yang akan
digunakan sebagai alat dalam mendapat jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
Pada penelitian kali ini, kerangka konseptual digambarkan sebagai berikut:

Luas Lahan
(X1)
H
1
Produksi TBS H
(X2) 2
Kesejahteraan
H Masyarakat (Y)
Harga TBS 3
(X3)

Biaya Operasional H
(X4) 4

Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual

2.3.2. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual penelitian yang
16

telah dipaparkan. Maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:


H1 : Apakah luas lahan berpengaruh positif terhadap Kesejahteraan
Masyarakat.
H2 : Apakah produksi TBS berpengaruh positif terhadap Kesejahteraan
Masyarakat.
H3 : Apakah harga TBS berpengaruh Positif terhadap Kesejahteraan
Masyarakat.
H4 : Apakah biaya operasional berpengaruh Positif terhadap Kesejahteraan
Masyarakat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian Diskritif Kuantitatif,
merupakan penelitian dengan jenis penelitian non eksperimen yang tergolong
mudah. Penelitian ini mendeskripsikan data kuantitatif yang didapatkan berkaitan
dengan keadaan subjek dari suatu populasi.
3.1.2 Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang.
Dipilihnya kecamatan ini sebagai lokasi penelitian karena dari seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Ketapang, Kecamatan Nanga Tayap Merupakan
kecamatan dengan luas kebun rakyat terbanyak. Penelitian akan dilakukan selama
3 Bulan mulai dari Bulan Juni sampai dengan Agustus 2022.
3.1.3 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang di
peroleh dari masyarakat yang berpropesi sebagai petani kelapa sawit di
Kecamatan Nanga Tayap.
3.1.4 Populasi dan Sampel
Populasi sebanyak 637 pekerja di Kecammatan Nanga Tayap (BPS
Ketapang, 2022), kemudian sampel sebanyak 86 pekerja diambil dengan teknik simple
random sampling. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus
Slovin, berikut notasi rumusnya :

N = Populasi
n = Sampel

e = Margin error (10%)


18

637
n= 2
1+ 637 x 0,1

637
n=
1+ 6,37

637
n=
7,37

n = 86,43 = 86

3.1.5 Varibel Penelitian


Guna mempermudah dalam pengumpulan data dan pengolahannya, serta
untuk menyamakan pengertian terhadap istilah-istilah yang ada, maka beberapa
variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Luas lahan (X1)
Merupakan besarnya kebun kelapa sawit yang diusahakan
oleh petani, yang dinyatakan dalam satuan hektar (ha).
2. Produksi TBS (X2)
Merupakan TBS yang dihasilkan oleh tanaman sawit dalam satu bulan
yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
3. Harga TBS (X3)
Merupakan nilai jual TBS perkilogram yang dinyatakan dalam satuan
rupiah (Rp).
4. Biaya Operasional (X4)
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melakukan
perawatan terhadap tanaman/kebun sawitnya dalam satu bulan, yang
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
5. Kesejahteraan Masyarakat (Y)
Merupakan kondisi dimana seseorang telah terpenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari, baik secara materi maupun fisik. Dalam mengukur
kesejahteraan indikator yang akan digunakan dalam penelitian kali ini
19

adalah total pendapatan petani yang dinyatakan dalam satuan


rupiah/bulan.
3.2. Metode Analisis
3.2.1 Analisis Deskriptif Data
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan dalam
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul. Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau
mendeskripsikan data dalam variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
minimum, maksimum dan standar deviasi (Ghozali, 2009).
4.2.2. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji normalitas data terlebih
dahulu, apakah datanya berdistribusi normal atau tidak normal. Untuk pengujian
normalitas data menggunakan SPSS dengan teknik Komogrove Smirno. Dengan
menggunakan tingkat signifikan 0,05. Jika signifikan, data dinyatakan
berdistribusi normal lebih besar dari 5% atau 0,05.
2. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk menentukan apakah ada hubungan antar variabel
bebas. Multikolinearitas menyatakan hubungan antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antara variabel independen.
Deteksi atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat di tinjau dari
besaran VIF (Variance Infaltion Factor) dan tolerance, adapun regresi bebas dari
multikolinearitas adalah jika besar nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah dalam model regresi,
terdapat persamaan atau perbedaan varians residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap sama, disebut homokeastisitas. Ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat di deteksi dengan ada tidaknya pola tertentu pada
scaterplot. Jika terdapat grafik tertentu menunjukan telah terjadi
herteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, dan titik-titik
menyebar di atas dan dibawah agka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi
20

heteroskedastisitas.

4.2.3 Pengujian Hipotesis


1. Regresi Linier Berganda
Metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linear berganda. Regresi linier berganda merupakan suatu teknik analisis asosiasi
yang dilakukan dengan cara bersama-sama untuk melihat pengaruh antara dua
variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat dalam satuan interval
(Gujarati, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara luas
lahan, produksi TBS, harga TBS, dan biaya operasional terhadap kesejahteraan
masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap, Ketapang.

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Y : Kesejahteraan masyarakat
a : Konstanta
b1,... b4 : Koefisien regresi variabel bebas 1 sampai 4
X1 : Luas Lahan
X2 : Produksi TBS
X3 : Harga TBS
X4 : Biaya Operasional
e : Error term (residual)

2. Uji t-statistik
Uji t-statistik digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel
independent secara parsial (terpisah) terhadap variabel dependentnya. Dalam
penelitian ini penulis ingin melihat pengaruh luas lahan, produksi TBS, harga
TBS, dan biaya operasional terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan
Nanga Tayap, Ketapang. Uji t-statistik dilakukan dengan melihat perbandingan
antara t-hitung dengan t-tabel pada level signifikan 5%.
21

3. Uji F-statistik
Uji F-statistik digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independent secara bersama-sama terhadap variabel dependentnya. Dalam
penelitian ini akan dilihat pengaruh luas lahan, produksi TBS, harga TBS, dan
biaya operasional terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap,
Ketapang. Uji F-statistik dilakukan dengan melihat antar F-hitung dengan F-tabel
pada level signifikan 5%.
22

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakter ristik Responden


4.1.1. Umur
Berdasarkan hasil wawancaradengan menggunakan quesioner terhadap Petani
kelapa sawit mandiridi kecatan Nanga Tayap maka diperoleh data umur petani
seperti Tabel berikut
Tabel 4.1
Umur Petani Kelapa Sawit Mandiri Kecamatan Nanga Tayap
Umur Petani (Tahun) Frekuensi (Responden) Persentase (%)
21 - 31 50 58,14
32 - 42 23 26,74
43 - 53 13 15,12
86 100%

Sumber: hasil wawancara petani mandiri sawit, diolah (2022)


Tabel 4.1 menggambarkan tingkat umur petani petani kelapa sawit mandiri
dikecamatan Nanga Tayap dengan jumlah responden sebanyak 86 responden yang
terdiri dari beberepa kategori tingkatan umur. Jumlah responden terbanyak dengan
kategori tertinggi yaitu pada rentang umur responden 21 - 31 tahun sebanyak
50 responden atau sebesar 58,14 persen, diikuti tingkat umur petani mandiri
kategori sedang 32 - 42 sebayak 23 Orang atau 26,74 persen dan Petani kelapa
sawit mandirikategori rendah umur 43 - 53 yaitu 13 orang atau 15,12 persen
Untuk mengetahui rata - rata umur petani kelapa sawit di Kecamatan Nanga
Tayap dilakukan dengan membandingkan jumlah total umur petani kelapa sawit
di masing - masing kategori dengan jumlah responden disetiap kategori. Rata -
rata umur petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan Nanga Tayap kelompok
kategori tinggi 21 - 31 tahun berjumlah 1.309 dengan responden sebanyak 50
responden diperoleh rata - rata umur petani kelapa sawit mandiri di kelompok
kategori tinggi yaitu pada umur 26 tahun atau 58, 14 persen.
23

Selanjutnya untuk rata - rata umur petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan
Nanga Tayap kelompok kategori sedang 32 - 42 tahun berjumlah 871 dengan
responden sebanyak 23 responden diperoleh rata - rata umur petani kelapa sawit
mandiri di kelompok kategori sedang yaitu pada umur 38 tahun atau 26, 74
persen, dan untuk rata - rata umur petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan
Nanga Tayap kelompok kategori rendah 43-53 tahun berjumlah 614 dengan
responden sebanyak 13 responden diperoleh rata - rata umur petani kelapa sawit
mandiri di kelompok kategori rendah yaitu pada umur 47 tahun atau 15, 12
persen.
4.1.2. Asal
Asal dalam penelitian ini adalah domisli petani kelapa sawit mandiri di
Kecamatan Nanga Tayap yang dijadikan responden. Tabel 4.2. menggambarkan
asal petani kelapa sawit mandir di Kecamatan Nanga Tayap yang dilakukan
wawancara dengan menggunakan quesioner adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Asal petani kelapa sawit mandiri Kecamatan Nanga Tayap

Frekuensi (Orang) Persentase (%)


Nanga Tayap 86 100,00
86 100,00

Sumber: hasil wawancara petani mandiri sawit, diolah (2022)

Tabel. 4.2. menggambarkan asal petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan


Nanga Tayap yang bertempat tinggal di Kecamatan Nanga Tayap yaitu sebanyak
86 Orang atau 100 persen. Wawancara dilakukan dengan menyebarkan quesioner
untuk memperoleh data domisili setiap responden yang lokasi kebun kelapa sawit
mandirinya ada di Kecamatan Nanga Tayap.
4.1.3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah jumlah usia lama sekolah
yang diikuti oleh petani kelapa sawit mandiri ditunjukan dengan jenjang/tingkat
sekolah. Tabel. 4.3. menggambarkan tingkat pendidikan petani kelapa sawit
24

mandiri di Kecamatan Nanga Tayap berdasarkan jenjang/tingkat pendidikan SD,


SLTP, SLTA dan Sarjana yang dilakukan wawancara dengan menggunakan
quesioner yang hasilnya sebagai berikut:
Tabel. 4.3.
Tingkat Pendidikan Petani Kelapa Sawit Mandiri di Kecamatan Nanga Tayap
Tabel Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
SD 5 5,81
SLTP 4 4,65
SLTA 74 86,05
SARJANA 3 3,49
86 100,00
Sumber: hasil wawancara petani mandiri sawit, diolah (2022)
Tabel. 4.3, menggambarkan Tingkat Pendidikan petani kelapa sawit Mandiri
tingkat SD, SLTP, SLTA dan Sarjana di Kecamatan Nanga Tayap dengan jumlah
responden sebanyak 86 responden. Tingkat pendidikan dengan kategori tertinggi
yaitu tamatan SLTA sebanyak 74 orang atau 86, 05 persen, diikuti tingkat
pendidikan dengan kategori sedang yaitu tamatan SD sebanyak 5 orang atau 5.81
dan SLTP 4 orang atau 4,65 persen serta dan tingkat pendidikan petani dengan
kategori terendah tamatan perguruan tinggi/ sarjana yaitu 3 orang atau 3, 49
persen.
4.1.4. Tanggungan
Tanggungan dalam penelitian ini adalah jumlah banyaknya jiwa yang
menjadi tanggungan petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan Nanga Tayap
yang ditunjukan dengan jumlah jiwa yang diberada dalam satu keluarga yang
dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan quesioner yang hasilya
ditampilkan oleh . Tabel 4.4. berikut
Tabel. 4.4.
Jumlah tanggungan Petani Kelapa Sawit Mandiri di Kecamatan Nanga Tayap
25

Jumlah Tanggungan Petani Kelapa Sawit Mandiri


Tanggungan Frekuensi Persentase (%)
1 -2 64 74,42
3-4 22 25,58
86 100,00

Sumber: hasil wawancara petani mandiri sawit, diolah (2022)


Tabel. 4.4, menggambarkan jumlah tanggungan petani kelapa sawit
mandiri di Kecamatan Nanga Tayap dengan jumlah responden sebanyak 86
responden. Jumlah tanggungan dengan kategori Tertinggi yaitu 1-2 jiwa
sebanyak 64 orang atau 74,42 persen dan jumlah tanggungan petani kelapa sawit
mandiri dengan kategori terendah yaitu 3 - 4 jiwa atau 25,58 persen.
4.1.5. Luas Lahan
Luas lahan dalam penelitian ini adalah jumlah luas tanah yang ditanami
pohon kelapa sawit yang dimilliki oleh petani kelapa sawit mandiri di di
Kecamatan Nanga Tayap yang ditunjukan dengan jumlah hektar lahan petani.
Hasil wawancara dengan menggunakan Quesioner terhadap petani kelapa sawit
mandiri di Kecamatan Nanga Tayap terkait dengan luas lahan perkebunan
ditampilkan dengan Tabel 4.5. berikut
Tabel. 4.5.
Luas Lahan Perkebunan Petani Kelapa Sawit Mandiri
di Kecamatan Nanga Tayap
Luas Lahan
Luas Lahan/ Haktare Frekuensi Persentase (%)
Rendah 2-4 69 80,23
Sedang 5-7 8 9,30
Tinggi 8 - 10 9 10,47
86 100,00
Sumber: hasil wawancara petani mandiri sawit, diolah (2022)
Berdasarkan Tabel 4.5, menggambarkan jumlah luas lahan petani sawit
mandiri di Kecamatan Nanga Tayap dengan Jumlah Responden sebanyak 86
26

responden yang terdiri atas tiga kategori luas lahan perkebunan kelapa sawit
mandiri tertinggi yaitu 8-10 Hektar sebanyak 9 orang atau 10,47 persen diikuti
luas lahan petani kelapa sawit mandiri kategori sedang 5 - 7 Hektar sebayak 8
orang atau 9,3 persen dan Petani kelapa sawit mandiri kategori rendah 2 - 4
Hektar yaitu 2 - 4 Hektar sebanyak 69 orang atau 80,23 persen.
Untuk mengetahui rata - rata Luas Lahan petani kelapa sawit mandiri di
Kecamatan Nanga Tayap dilakukan dengan cara membandingkan luas total lahan
di masing - masing kategori dengan jumlah responden disetiap kategori. Rata -
rata luas lahan petani Kelapa sawit mandiri di Kecamatan Nanga Tayap pada
kategori tinggi dengan luas 8 - 10 hektar berjumlah 87 hektar dengan responden
sebanyak 9 responden di peroleh rata- rata luas lahan sebesar 8,7 hektar atau 10,47
persen.
Selanjutnya untuk rata-rata umur petani kelapa sawit mandiri di kecamatan
Nanga Tayap dengan kategori sedang 5-7 hektar berjumlah 8 orang atau 9,30
persen dan untuk rata- rata luas lahan petani kelapa sawit mandiri di kecamatan
Nanga Tayap dengan kategori rendah 2- 4 hektare berjumlah 69 respoden atau
80,23 persen.
4.1.6. Produksi.
Produksi dalam penelitian ini adalah hasil yang dipanen dari usaha
perkebunan kelapa sawit mandiri oleh petani kelapa sawit mandiri di di
Kecamatan Nanga Tayap yang ditunjukan dengan jumlah tonase. Hasil
wawancara dengan menggunakan Quesioner terhadap petani kelapa sawit
mandiri di Kecamatan Nanga Tayap terkait dengan produksi perkebunan
ditampilkan dengan Tabel 4.6. berikut
Tabel. 4.6.
Jumlah produksi Petani Kelapa Sawit Mandiri di Kecamatan Nanga Tayap
27

Jumlah Produksi Petani Sawit Mandiri


Produksi (Ton) Frekuensi Persentase (%)
Rendah 5 - 16 68 79,07
Sedang 17 - 28 13 15,12
Tinggi 29 - 40 5 5,81
86 100,00

Sumber: hasil wawancara petani mandiri sawit, diolah (2022)


Berdasarkan Tabel 4.6, menggambarkan Jumlah produksi petani kelapa
sawit di Kecamatan Nanga Tayap dengan Jumlah responden 86 responden yang
terdiri dar tiga kategori dengan kategori rendah sebanyak 5 ton sedangakan jumlah
produksi kelapa sawit dengan kategori tertinggi sebanyak 40 ton
Untuk mengtahui rata - rata hasil Produksi Petani kelapa sawit mandiri di
Kecamatan Nanga Tayap adalah dengan membandingkan jumlah total produksi
kelapa sawit dimasing-masing kategori dengan jumlah responden di setiap
kategori. Rata-rata hasil produksi petani kelapa sawit mandiri kategori rendah 5 -
16 ton berjumlah 561 ton dengan jumlah responden sebanyak 69 responden
diperoleh rata-rata produksi sebesar 8 ton.
Selanjutnya untuk rata - rata produksi kelapa sawit mandiri di Kecamatan
Nanga Tayap kelompok kategori sedang 17-28 ton berjumlah 232 dengan
responden sebanyak 13 responden diperoleh rata - rata produksi kelapa sawit
mandiri di kelompok kategori sedang yaitu sebesar 18 ton dan untuk rata - rata
produksi kelapa sawit mandiri di Kecamatan Nanga Tayap kelompok kategori
tinggi 29 - 40 ton berjumlah 140 dengan responden sebanyak 4 responden
diperoleh rata - rata produksi i kelapa sawit mandiri di kelompok kategori tinggi
sebesar 35 ton.
4.1.7. Harga
Harga dalam penelitian ini adalah harga jual tandan buah segar (TBS)
kepala sawit yang diakui oleh Pemerintah dan Perusahaan di Kecamatan Nanga
Tayap. Tabel 4.7. berikut menggambarkan hasil wawancara dengan
menggunakan quesioner terhadap petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan
28

Nanga Tayap terkait dengan harga tandan buah segar (TBS) di Kecamatan
Nanga Tayap sebagai berikut.
Tabel. 4.7.
Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Di Kecamatan Nanga Tayap
Tabel Harga
Harga Frekuensi Persentase (%)
2000 50 58,14
2100 27 31,40
2200 9 10,47
86 100,00

Sumber: Hasil Wawancara Petani Mandiri Sawit, Diolah (2022)


Berdasarkan Tabel 4.7, menggambarkan jumlah harga TBS kelapa sawit di
Kecamatan Nanga Tayap yang terdiri dari Rp. 2.000/kg pada kategori rendah
dengan jumlah responden sebanyak 50 responden atau 58,14 persen, Rp. 2.100/kg
kategori sedang dengan jumlah responden sebanyak 27 responden atau 31,40
persen dan Rp. 2.200/kg pada kategori tinggi sebanyak 9 responden atau 10,47
persen.
4.1.8. Biaya
Biaya pada penelitian ini adalah pengeluaran yang diperlukan oleh petani
sawit mandiri untuk menunjang operasional dan produksi kelapa sawit, yang
dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan quesioner terhadap petani
kelapa sawit mandiri di Kecamatan Nanga Tayap ditampilkan pada Tabel 4.8.
berikut.
Tabel. 4.8.
Jumlah Biaya Operasional Petani Kelapa Sawit Mandiri
di Kecamatan Nanga Tayap
Sumber: Hasil Wawancara Petani Mandiri Sawit, Diolah (2022)

Biaya (Juta) Frekuensi Persentase (%)


Rendah 3 s.d 6,9 67 77,91
Sedang 7 s.d 10,9 14 16,28
Tinggi 11 s.d 14,9 5 5,81
86 100,00
29

Berdasarkan Tabel 4.8, menggambarkan biaya produksi kelapa sawit di


Kecamatan Nanga Tayap dengan jumlah responden 86 responden yang terdiri dari
tiga kategori dengan kategori rendah sebesar 3 - 9 juta dengan jumlah responden
sebanyak 67 responden atau 77,91 persen, kategori sedang sebesar 7 - 10,9 juta
dengan jumlah responden 14 responden atau 16,28 persen dan kategori tinggi
pada pengeluaran sebesar 11 - 14,9 juta dengan jumlah responden sebanyak 5
responden atau 5,81 persen.
Untuk mengtahui rata - rata biaya produksi petani kelapa sawit mandiri di
Kecamatan Nanga Tayap adalah dengan membandingkan jumlah total biaya
produksi kelapa sawit dimasing-masing kategori dengan jumlah responden di
setiap kategori. Rata-rata hasil produksi petani kelapa sawit mandiri kategori
rendah 3 - 9 juta sebesar Rp. 324.408.333 dengan jumlah responden sebanyak 67
responden diperoleh rata-rata biaya produksi sebesar Rp. 4.841.915.
Selanjutnya untuk rata - rata hasil produksi petani kelapa sawit mandiri kategori
sedang 7 - 10,9 juta sebesar Rp. 116.120.834 dengan jumlah responden sebanyak
14 responden diperoleh rata-rata biaya produksi sebesar Rp. 8.294.345, dan rata-
rata hasil produksi petani kelapa sawit mandiri kategori tinggi 11 - 14,9 juta
sebesar Rp. 51.650.000 dengan jumlah responden sebanyak 5 responden diperoleh
rata-rata biaya produksi sebesar Rp. 10.330.000.
4.1.9. Pendapatan
Pendapatan dalam penelitian ini adalah penghasilan dari petani sawit
mandiri yang diperoleh dari hasil penjualan TBS di Kecamatan Nangan Tayap
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan quesioner terhadap
petani kelapa sawit mandiri dengan hasil yang digambarkan pada Tabel 4.9.
berikut.
Tabel. 4.9.
Jumlah Pendapatan Petani Kelapa Sawit Mandiri
di Kecamatan Nanga Tayap

Pendapatan (Juta) Frekuensi Persentase (%)


Rendah 10 s.d 35 69 80,23
Sedang 36 s.d 62 13 15,12
Tinggi 63 s.d 88 4 4,65
86 100,00
30

Sumber: hasil wawancara petani mandiri sawit, diolah (2022)


31

Berdasarkan Tabel 4.9, menggambarkan pendapatan petani kelapa sawit


di Kecamatan Nanga Tayap dengan jumlah responden 86 responden yang terdiri
dari tiga kategori pendapatan, antara lain kategori rendah sebesar 10 - 35 juta
dengan jumlah responden sebanyak 69 responden atau 80,23 persen, kategori
sedang sebesar 36 - 62 juta dengan jumlah responden 13 responden atau 15,12
persen dan kategori tinggi pada pendapatan sebesar 63 - 88 juta dengan jumlah
responden sebanyak 4 responden atau 4,65 persen.
Untuk mengtahui rata - rata pendapatan petani petani kelapa sawit
mandiri di Kecamatan Nanga Tayap adalah dengan membandingkan jumlah total
pendapatan petani kelapa sawit dimasing-masing kategori dengan jumlah
responden di setiap kategori. Rata-rata pendapatan petani kelapa sawit mandiri
kategori rendah 10 - 35 juta sebesar Rp. 1.228.540.000 dengan jumlah responden
sebanyak 69 responden diperoleh rata-rata pendapatan petani sebesar Rp.
17.804.928.
Selanjutnya rata-rata pendapatan petani kelapa sawit mandiri kategori
sedang 36 - 62 juta sebesar Rp. 641.720.000 dengan jumlah responden sebanyak
13 responden diperoleh rata-rata pendapatan petani sebesar Rp. 64.172.000 dan
rata-rata pendapatan petani kelapa sawit mandiri kategori tinggi 63 - 88 juta
sebesar Rp. 308.000.000 dengan jumlah responden sebanyak 4 responden
diperoleh rata-rata pendapatan petani sebesar Rp. 77.000.000
4.2. Hasil Statistik
4.2.1.Diskripsi Statistik
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan dalam
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul. Menurut Ghozali (2009) analisis ini bertujuan untuk memberikan
gambaran atau mendeskripsikan data dalam variabel yang dilihat dari nilai rata-
rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi. Statistik deskriptif adalah
statistika yang digunakan dalam mendiskripsikan data menjadi informasi yang
lebih jelas serta mudah dipahami yang memberikan gambaran mengenai
penelitian berupa hubungan dari variabel-variabel independen yang diproksikan
dengan dewwan direksi dan ukuran perusahaan Hasil penelitian analisis statistik
32

deskriptif dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini:


Tabel 4.1.
Deskriptif Statistik
Variabel Mean Std. Deviation N
Y 25328604,65 17534378,08 86
X1 3,56 2,221 86
X2 12,1023 7,85514 86
X3 2053,49 68,079 86
X4 5878972,87 2428919,138 86
Sumber : Data diolah SPSS 25
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa N atau jumlah data
setiap variabel yang valid berjumlah 86, dari 86 data sampel kesejahteraan
masyarakat (Y), nilai mean sebesar 25328604,65 dan nilai standar deviasi
sebesar 17534378,08. Nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasi sehingga
penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata. Luas l
ahan (X1) dari 86 buah sampel diketahui bahwa nilai mean sebesar 3,56 dan
standar deviasi sebesar 2,221. Nilai mean lebih besar dari nilai standar sehingga
penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata. Produ
ksi (X2) dari 86 buah sampel diketahui bahwa nilai mean sebesar 12,10 dan
standar deviasi sebesar 7,86. Nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasi
sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya
merata. Harga (X3) dari 86 buah sampel diketahui bahwa nilai mean sebesar
2053,49 dan standar deviasi sebesar 68,079. Nilai mean lebih besar dari nilai
standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran
nilainya merata. Biaya (X4) dari 86 buah sampel diketahui bahwa nilai mean
sebesar 5878972,87 dan standar deviasi sebesar 2428919,138. Nilai mean lebih
besar dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka
penyebaran nilainya merata.
4.2.2.1. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah menguji ada tidaknya dalam model regresi,
33

variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
grafik, dengan secara Normal Probability Plot. Normalitas data dapat dilihat dari
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik normal P-Plot.

Sumber : Data diolah SPSS 25


Gambar 4.1 Uji Normalitas
Berdasarkan gambar 4.1 Normal Probability Plot, menunjukan bahwa
terdapat data yang menyebar diluar garis diagonal dan menunjukan pada distribusi
tidak normal, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa asumsi normalitas tidak
memenuhi syarat untuk memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahter
aan masyarakat dari adanya perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Nanga Tayap
Kabupaten Ketapang.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan antara variabel independen dalam suatu
model regresi. Jika terdapat korelasi diantaranya maka dinyatakan bahwa model
regresi mengalami masalah multikolinearitas.
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas
Coefficients

Model Collinearity Statistics


34

Tolerance VIF

Luas Lahan 0,009 110,158

Produksi 0,002 449,993

Harga 0,083 12,048

Biaya 0,006 170,185

Sumber : Data diolah SPSS 25


Menurut Imam Ghozali (2011) data terbebas dari asumsi multikolinearitas
apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 (tolerance > 0,100) dan nilai VIPnya
lebih kecil dari 10 (VIP < 10). Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan pada
uji multikolinearitas dan hasil uji pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari keempat
variabel memiliki nilai tolerance lebih kecil dari 0,01 kecuali variabel harga. Seda
ngkan nilai VIF hanya dari semua variabel diatas 10. Sehingga, dari keempat varia
bel yang digunakan masih terdapat gejala multikolinearitas.
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu variabel ke variabel lainnya.

Sumber : Data diolah SPSS 25


Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan hasil output SPSS dengan menggunakan gambar
scatterplot maka dapat dilihat bahwa terdapat titik-titik data penyebaran diatas dan
35

dibawah atau disekitar angka 0 (nol), kemudian untuk penyebaran titik-titik data
tidak membentuk pola tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas dalam model regresi berganda penelitian ini.
4.2.3. Pengujian Hipotesis
Dalam menguji hipotesis digunakan analisis regresi berganda untuk
mengetahui pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat.
Dimana dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah harga, kualitas
produk, kualitas pelayanan, dan lokasi. Keputusan pembelian menjadi variabel
terikat dalam penelitian ini. Persamaan regresi berganda dalam penelitian ini
dibentuk berdasarkan hasil olahan SPSS 25 berikut ini.
Tabel 4.3.
Hasil Regresi Linier Berganda
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficien
Model ts t Sig.

B Std. Error Beta


7---
(Constant) 8731622,72 4496526,211 -1,942 0,056
0
Luas Lahan -372816,719 214100,340 -0,047 -1,741 0,085
2551798,73
Produksi 122338,848 1,143 20,858 0,000
9
Harga 4573,418 2309,710 0,018 1,980 0,051
Biaya -0,831 0,243 -0,115 -3,417 0,001
Sumber : Data diolah SPSS (2022)
Berdasarkan Tabel 4.3 bahwa besar nilai konstanta persamaan linear
berganda sebesar -8731622,720 dan adapun koefisien variabel luas lahan sebesar -
372816,719, produksi sebesar 2551798,739, harga sebesar 4573,418, dan biaya
sebesar -0,831. Berdasarkan nilai konstanta dan koefisien variabel tersebut maka
persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y = -8731622,720 - 372816,719X1 + 2551798,739X2 + 4573,418X3 - 0,831X4 + e
Dari perumusan fungsi regresi linear diatas, maka setiap variabel bebas dapat
36

diinterpretasikan pengaruhnya terhadap produktivitas pekerja adalah sebagai


berikut :
a. Konstanta sebesar -8731622,720 bermakna bahwa Kesejahteraan masyarakat
(Y) yang tidak dipengaruhi oleh Luas Lahan (X1), Produksi (X2), Harga
(X3), dan Biaya (X4) adalah sebesar 10.063
b. Koefisien Luas Lahan (X1) sebesar -372816,719 bermakna setiap luas lahan
meningkat sebesar 1 hektar, maka kesejahteraan masyarakat (Y) akan
meningkat sebesar 372816,719 persen.
c. Koefisien regresi produksi (X2) sebesar 2551798,739 bermakna setiap produk
si sawit meningkat 1 kilogram, maka kesejahteraan masyarakat (Y) akan
meningkat sebesar 2551798,739 kilogram.
d. Koefisien regresi harga (X3) sebesar 4573,418 bermakna setiap harga
meningkat sebesar 1 rupiah, maka kesejahteraan masyarakat (Y) akan
meningkat sebesar 4573,418 rupiah.
e. Koefisien biaya (X4) sebesar -0,831 bermakna setiap biaya sawit meningkat
sebesar 1 rupiah, maka kesejahteraan masyarakat (Y) akan meningkat sebesar
-0,831 rupiah.
1. Uji F
Uji F statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat secara simultan, Pengaruh kesempatan kerja, jarak,
tingkat pendidikan, tingkat upah di luar negeri dan jumlah tanggungan terhadap
lama bekerja pekerja migran diluar negeri yang di uji secara bersamaan.
Tabel 4.4.
Hasil Uji F
ANOVA
F-statistic 37432,953
Sig. 0,000
Sumber : Data diolah SPSS 25
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai probabilitas uji F statistik
sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan alpha 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel luas lahan, produksi, harga, dan biaya secara simultan (bersama-
37

sama) berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.


2. Uji t
Dalam pengujian ini akan dilihat pengaruh variabel bebas yang meliputi lua
s lahan, produksi, harga, dan biaya terhadap kesejahteraan masyarakat sebagai
variabel terikatnya secara terpisah (parsial). Berikut ini adalah hasil estimasi uji t-
statistik menggunakan SPSS 25.
Tabel 4.5.
Hasil Uji t-statistik
Variabel t-statistic Sig.
Luas Lahan (X1) -1,741 0,009
Produksi (X2) 20,858 0,002
Harga (X3) 1,980 0,083
Biaya (X4) -3,417 0,006
Sumber : Data diolah SPSS 25
Berdasarkan hasil uji-t pada Tabel 4.5 dapat dilihat hasil probabilitas t-
statistik untuk variabel Luas Lahan (X1) = 0,009 lebih kecil dari 0,05 (α = 5%)
yang berarti bahwa variabel Luas Lahan X1) memiliki pengaruh yang negatif dan
sigifikan terhadap kesejahteraan masyarakat (Y). Probabilitas t-statistik untuk
variabel produksi = 0,002 lebih kecil dari 0,05 (α = 5%) yang berarti bahwa
variabel produksi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masya
rakat (Y). Sedangkan untuk variabel harga lebih besar probabilitasnya sebesar
0,083 sehingga tidak signifikan. Probabilitas t-statistik untuk variabel biaya =
0,006 lebih kecil dari 0,05 (α = 5%) yang berarti bahwa variabel biaya (X4)
berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat (Y)
3. Uji Koefisien Determinasi R2
Tabel 4.6.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
R R Square Adjusted R Square
1,000 0,999 0,999
Sumber : Data diolah SPSS 25
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa nilai koefisien terminasi (R2)
38

sebesar 0,999 hal ini menunjukan bahwa kemampuan variabel bebas yaitu luas lah
an, produksi, harga, dan biaya mempengaruhi kesejahteraan masyarakat sebesar
sebesar 99 persen sedangkan sisanya 1 persen dijelaskan oleh faktor-faktor yang
tidak digunakan dalam penelitian ini.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS
25 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t-statistik dari variabel Luas Lahan (X1)
adalah sebesar 0,009. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan standar error
yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 5 % (0,05). Sesuai dasar pengambilan
keputusan yang telah ditetapkan, maka variabel Luas Lahan dalam penelitian ini
memiliki pengaruh yang signifikan pada Kesejahteraan masyarakat Kecamatan
Nanga Tayap Kabupaten Ketapang.
Penelitian ini sejalan dengan Kosmayanti dan Cut Ermiati (2017) yang m
eneliti petani sawit di Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten
Labuhan Batu Utara bahwa luas lahan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan petani di Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan,
Kabupaten Labuhan Batu Utara. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan Munardi
& Diana Sitomurang (2018) bahwa luas lahan berpengaruh signifikan terhadap p
endapatan petani di Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil.
Dalam penelitian ini luas lahan memiliki pengaruh yang signifikan terhad
ap kesejahteraan masyarakat. Pada dasarnya semakin luas lahan yang digarap ole
h para petani maka akan semakin banyak hasil panen yang diperoleh. Hal terseb
ut menyebabkan meningkatnya penghasilan yang diperoleh oleh para petani yan
g berdampak terhadap kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidu
pnya dan menjadikan masyarakat mampu mencapai kesejahteraannya. Disampin
g dengan memiliki luas lahan yang besar dan dari segi pengolahan lahan dilakuk
an secara maksimal maka menyebabkan hasil panen yang bertambah yang berpe
ngaruh terhadap penghasilan petani sawit yang semakin meningkat.
4.3.2 Pengaruh Produksi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS
39

25 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t-statistik dari variabel produksi (X2)
adalah sebesar 0,002. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan standar error
yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 5 % (0,05). Sesuai dasar pengambilan
keputusan yang telah ditetapkan, maka variabel produksi dalam penelitian ini
memiliki pengaruh yang signifikan pada Kesejahteraan masyarakat Kecamatan
Nanga Tayap Kabupaten Ketapang.
Temuan dalam penelitian ini sejalan dengan Mohammad Wahed (2015)
bahwa variabel produksi berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani di
(NTP). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Hartati dkk (2017) jumlah
produksi yang dijadikan sebagai variabel intervening dapat menjelaskan
pengaruh tidak langsung variabel lainnya terhadap kesejaheraan petani di Kota
Denpasar.
Semakin banyaknya hasil produksi kelapa sawit yang dihasilkan selama s
ebulan atau dalam masa panen maka semakin meningkat pula penghasilan yang
dapat diperoleh para petani sawit. Dikarenakan para petani sawit dapat menjual
dalam jumlah yang lebih banyak maka akan berpengaruh terhadap pendapatan m
asyarakat sehingga meningkatkan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutu
hannya.
4.3.3 Pengaruh Harga Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS
25 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t-statistik dari variabel Luas Lahan (X1)
adalah sebesar 0,083. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan standar error yang
telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 5 % (0,05). Sesuai dasar pengambilan
keputusan yang telah ditetapkan, maka variabel harga dalam penelitian ini
memiliki pengaruh yang tidak signifikan pada Kesejahteraan masyarakat Kecamat
an Nanga Tayap Kabupaten Ketapang.
Penelitian ini sejalan dengan Surya, Dalilul Falihin, dan Syarifah Balkis
yang meneliti di Desa Sinabatta, Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.
Terdapat pengaruh yang kuat antara harga kelapa sawit terhadap tingkat kesejahte
raan masyarakat. Penelitian ini juga sejalan dengan temuan Erlinda dkk (2021) di
Desa Janji, Kecamatan Bilah Barat, Kabupaten Labuhanbatu bahwa harga berpeng
40

aruh positif dan signifikan. Pada dasarnya ketika harga naik maka pendapatan yan
g diperoleh masyarakat juga semakin meningkat. Namun, pada penelitian ini dida
patkan bahwa harga tidak berpengaruh signifikn terhadap kesejahteraan masyarak
at diduga oleh harga jual sawit yang cenderung tidak stabil. Sehingga harga tidak
berpengaruh siginifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.
4.3.4. Pengaruh Biaya Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS
25 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t-statistik dari variabel biaya (X4)
adalah sebesar 0,006. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan standar error
yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 5 % (0,05). Sesuai dasar pengambilan
keputusan yang telah ditetapkan, maka variabel biaya dalam penelitian ini
memiliki pengaruh yang signifikan pada Kesejahteraan masyarakat Kecamatan
Nanga Tayap Kabupaten Ketapang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamdi Sari Maryoni (2016) bahw
a produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani sawit Desa
Kepenuhan Raya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Krim dkk
(2022) biaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani. Ke
tika biaya yang dikeluarkan oleh para petani sawit semakin banyak dengan mem
berikan biaya pemeliharaan seperti pemupukan dan penyemprotan hama sawit y
ang sebaik mungkin maka akan berimplikasi terhadap tanaman sawit yang memi
liki kualitas yang baik dan hasil panen yang didapat lebih banyak maka berpenga
ruh terhadap pendapatan para petani.

BAB V
PENUTUP
41

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Luas Lahan secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan bagi
kesejahteraan petani kelapa sawit mandiri artinya dengan semakin luasnya luas
lahan perkebunan yang dimiliki petani kelapa sawit mandiri maka akan
berdampak pula pada peningkatan kesejahteraan petani kelapa sawit mandiri di
Kecamatan Nanga Tayap
2. Produksi petani kelapa sawit mandiri secara parsial dan simultan berpengaruh
signifikan pada petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan Nanga Tayap
artinya semakin banyak petani kelapa sawit mandiri menghasilkan produksi
tandan buah segar yang di hasilkan maka kesejahteraan petani kelapa sawit di
Kecamatan Nanga Tayap semakin sejahtera.
3. Harga secara parsial dan simultan tidak berpenggaruh signifikan pada
kesejahteraan petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan Nanga Tayap artinya
harga kelapa sawit tidak terlalu berpengaruh dikarenakan sering terjadi harga
yang tidak stabil hal ini yang membuat harga kurang berpengaruh secara
signifikan terhadap petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan Nanga Tayap.
4. Biaya berpengaruh secara signifikan terhadap proses produksi kelapa sawit
artinya biaya yang di alokasikan untuk proses pemeliharaan kebun petani
sawit mandiri sengat menetukan kesejahteraan karena semakin banyak dana
yang di alokasikan untuk biaya pemeliharaan maka hasil petani sawit mandiri
yang akan di dapatkan dari biaya yang dikeluarkan tersebut akan semakin
meningkat.
5.2. Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat disampaikan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Berbagai kebijakan yang dipandang perlu terkait dengan luas lahan petani kelapa
sawit mandiri antara lain pengelolaan perkebunan kelapa sawit mandiri melalui
penyempuranaan alokasi dasar alokasi dasar guna mendorong upaya peningkatan
kualitas petani sawit kelapa mandiri dan penguatan kualitas SDM seluruh petani
kelapa sawit yang ada di Kecamatan Nanga Tayap. Kemudian petani kelapa sawit
42

harus mampu meningkatkan kinerja guna mendukung optimalisasi perkebunan kelapa


sawit mandiri untuk mencapai hasil yang sesuai dengan harapan petani sawit mandiri
di Kecamatan Nanga Tayap.
2. Berbagai kebijakan dipandang perlu dalam pengelolaan produksi, antara lain
penetapan produksi dan kegiatan yang menjadi prioritas nasional dan dimuat dalam
rencana kerja pemerintah daerah, pemerintah pusat agar tepat dalam menghitung serta
mengalokasiakan bantuan yang mendorong proses produksi kelapa sawit masyarakat
melalui harus tepat dalam menghitung dan mengalokasikan ke daerah penerima
dengan mempertanggungjawabkan penggunaan dana dengan pelaporan sesuai
peraturan yang telah ditetapkan.
3. Kebijakan harga perlu dikordinasikan dengan semua stekholder baik pemerintah
maupun penguasaha karena petani kelapa sawit mandiri sering mengalami goncangan
harga yang kadang - kadang tidak stabil untuk pembuat kebijakan harus menghitung
data real dengan membandingkan kebutuhan sawit dalam negeri dan ekspor.
4. Kebijakan biaya pemeliharaan yang dipandang sangat penting dalam upaya
meningkatkan hasil produksi tandan buah segar bagi petani kelapa sawit karena
apabila tampa biya yang maksimal maka hasil dari petani sawit mandiri tidak
maksimal pula.

5.3. Implikasi Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan implikasinya, baik secara
teoritis maupun praktis seperti berikut.
1. Implikasi Teoritis
Adapun dampak temuan penelitian ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
antara lain:
a. Luas lahan yang penggunaanya dan pengalokasianya dikelola dengan tepat dan cepat
serta sesuai prioritas dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
masyarakat khusunya petani mandiri di Kecamatan Nanga Tayap
b. Produksi petani kelapa sawit dengan mempertimbangkan kreteria sesuai prioritas,
dapat di implementasikan dengan baik serta melalui kerjasama dengan pihak
43

perusahaan swasta berpengaruh terhadap perbaikan perekonomian masyarakat petani


kelapa sawit mandiri
c. Harga yang yang berlaku dimasyarakat merupakan sutu hal yang sangat krusial karena
harga kelapa sawit di tingkat petani kelapa sawit mandiri mudah berubah -rubah tidak
stabil sehingga hal ini dapat memebrikan pengaruh terhadap petani kelapa sawit di
Kecamatan Nanga Tayap DBH
d. Biaya yang dikeluarkan selama proese pengolahan kelapa sawit berpengaruh terhadap
hasil perkebunan kelapa sawit mandiri melalui biaya ini dapat dilihat maksimal atau
tidak maksimal perkebunan kelapa sawit mandiri sehingga bertpengaruh terhadap
perekonomia petani kelapa sawit di Kecamatan Nang Tayap.
2. Implikasi Praktis
Dampak temuan penelitian terhadap petani kelapa sawit mandiri di Kecamatan Nanga
Tayap adalah sebagai berikut:
a. Bagi pemerintah daerah
Penelitian ini menjadi gambaran agar daerah dapat mengprioritaskan perkebunan
kelapa sawit mandiri dengan baik untuk kesjahteraan masyarakat serta pemerintah daerah
dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk membantu memberikan bantuan
kepada petani kelapa sawit mandiri yang nantinya derdampak bagi kesejahteraan
masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap.
b. Bagi masyarakat (pekerja)
Penelitian ini menjadi gambaran bagi masyarakat agar dapat meningkatkan
keterampilan dan tanggung jawab dalam bekerja sehingga dengan bekerja yang
bekualitas dapat memfaatkan segala potensi yang dimiliki di Kecamatan Nanga
Tayap sehingga akhirnya berdampak pada perbaikan perekonomian.
5.4. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh dari 2020, dimana
pertumbuhan ekonomi kabupaten Ketapang mengalami kontraksi, sehingga hasil
penelitian menjadi kurang baik. Kemudian keterbatasan lainnya adalah jarak dalam
penelitian yang diambil jauh dari domisli, sehingga penelitian kurang masksimal
44

DAFTAR PUSTAKA

Agus Widanarko buku makalah-kelapa-sawitdiakses pada tanggal 8 agustus 2018


Zastrow, Charles H,2013. The Practice Of Social Work.

Boediono 1990, Ekonomi Mikro BPFE. Yogyakarta.

Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Refika Aditama. Bandung


Harahap, O.H. 2011. Efektifitas Pemberian Kompos Tandan Kosong
Kelapa Sawit. danCendawan Mikoriza Arbuskula Pada Tanaman Gaharu.
Diaksesdarihttp://repository.usu.ac.id./bistream/.../ chapterII.pdf. Pada 10 Mei
2012

Heriyanto, H., Asrol, A., Karya, D., & Ningsih, V. Y. (2018). Analisis Faktor
Produksi Kalapa Sawit Rakyat Menurut Tipologi Lahan di Kabupaten
Indragiri Hilir Provinsi Riau. Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of
Suboptimal Lands, 7(1), 14-25.

Khaswarina, S. 2001. Jurnal Natur Indonesia Keragaman Bibit Kelapa Sawit


Terhadap Pemberian Berbagai Kombinasi Pupuk di Pembibitan Utam.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Kosmayanti, K., & Ermiati, C. (2017). Pengaruh Modal dan Luas Lahan terhadap
Pendapatan Petani Sawit di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan
Kabupaten Labuhan Batu Utara. Jurnal PLANS: Penelitian Ilmu
Manajemen dan Bisnis, 12(1), 7-12.

Kotler, Philip. 2001. Konsep dan Sistem Pemasaran

Maryoni, H. S. (2016). Pengaruh Luas Lahan Pertanian dan Biaya Pemeliharaan


Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Kepenuhan Raya). Jurnal
Ilmiah Cano Ekonomos, 5(1), 41-48.

Ritonga, E. S., Triyanto, Y., & Sitanggang, K. D. (2021). Pengaruh Harga Dan
Produktivitas Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Petani Di Desa Janji
Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu. JURNAL
MAHASISWA AGROTEKNOLOGI (JMATEK), 2(1), 1-11.

Santoso S, 2010, Statistik Nonparamentrik Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS,


PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Singarimbun. Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitihan survery.LP3ES.


Jakarta
45

Situmorang, D., & Munardi, M. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit Di Kecamatan Gunung Meriah
Kabupaten Aceh Singkil. Jurnal Ekonomi Pertanian Unimal, 1(1), 23-30.

Sugiyono. 2004. Statistik Nonparametrik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Surya, S., Falihin, D., & Balkis, S. Pengaruh Harga Kelapa Sawit Terhadap
Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit Desa Sinabatta Kecamatan Topoyo
Kabupaten Mamuju Tengah. Social Landscape Journal, 2(1), 14-21.

Taslim, Arifin. 2004.. Metode kesejahteraan masyarakat. IPB. , Bogor Todaro,


Michael. 2003. Economic Development. Erlangga Jakarta.

Winarno S. 1994. Pengantar Penelitihan Ilmiah (dalam metode teknik).


Kanisius.Bandung
Lampiran 1 Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Kesejahteraan 25328604,65 17534378,076 86

Luas Lahan 3,56 2,221 86

Produksi 12,1023 7,85514 86

Harga 2053,49 68,079 86

Biaya 5878972,87 2428919,138 86

Lampiran 2 Uji Regresi Linier Berganda, Uji t-statistik, dan Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) -8731622,720 4496526,211 -1,942 ,056

Luas Lahan -372816,719 214100,340 -,047 -1,741 ,085 ,009 110,158

Produksi 2551798,739 122338,848 1,143 20,858 ,000 ,002 449,993

Harga 4573,418 2309,710 ,018 1,980 ,051 ,083 12,048

Biaya -,831 ,243 -,115 -3,417 ,001 ,006 170,185

a. Dependent Variable: Kesejahteraan

46
Lampiran 3 Uji F-statistik
ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2611949544221249 4 6529873860553124, 37432,953 ,000b


6,000 000

Residual 14129790345642,82 81 174441856119,047


6

Total 2613362523255814 85
0,000

a. Dependent Variable: Kesejahteraan

b. Predictors: (Constant), Biaya, Harga, Luas Lahan, Produksi

Lampiran 4 Uji R2

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 1,000a ,999 ,999 417662,371 1,674

a. Predictors: (Constant), Biaya, Harga, Luas Lahan, Produksi

b. Dependent Variable: Kesejahteraan

47
Luas
Nama Pendapatan Lahan
No (Y) (X1) Produksi (X2) Harga (X3) Biaya (X4)

1 Usman 12.000.000 2 6 2.000 4.000.000

2 Mamai 25.200.000 4 12 2.100 5.500.000

3 Deni 23.100.000 4 11 2.100 5.000.000

4 Johan 42.000.000 6 20 2.100 8.100.000

5 Burhan 25.200.000 4 12 2.100 5.500.000

6 Asep 27.300.000 4 13 2.100 6.000.000

7 Doni 46.200.000 6 22 2.100 9.000.000

8 Saipul 66.000.000 8 30 2.200 11.500.000

9 Jojon 18.900.000 4 9 2.100 4.100.000

10 Supri 25.200.000 4 12 2.100 5.500.000

11 Yanto 44.940.000 6 21.4 2.100 8.500.000

12 Hendri 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

13 Ujang 37.380.000 6 17.8 2.100 7.500.000

14 Sukiman 14.000.000 2 7 2.000 4.500.000

15 Sari 20.000.000 2 10 2.000 6.500.000

16 Suhan 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

17 Munandar 23.940.000 4 11.4 2.100 5.500.000

18 Tomi 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

19 Apoi 14.000.000 2 7 2.000 4.400.000

20 Selimin 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

21 Sukirman 13.200.000 2 6.6 2.000 4.200.000

22 Ojan 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

23 Ahmad Chen 29.400.000 4 14 2.100 6.500.000

24 Supriyadi 50.400.000 6 24 2.100 10.000.000

25 Habib 23.100.000 4 11 2.100 5.100.000

26 Abdul Gofur 29.400.000 4 14 2.100 6.500.000

48
27 Karim 13.200.000 2 6.6 2.000 4.200.000

28 Suparjo 12.000.000 2 6 2.000 4.000.000

29 Nurdin 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

30 Burhan 18.000.000 2 9 2.000 5.600.000

31 Bakrie 42.000.000 6 20 2.100 8.200.000

32 Kurniawan 57.200.000 8 26 2.200 10.000.000

33 Aspan 12.000.000 2 6 2.000 4.000.000

34 Ridwan 27.300.000 4 13 2.100 6.000.000

35 Yadi Haryadi 27.300.000 4 13 2.100 6.100.000

36 Masnia 61.600.000 8 28 2.200 10.500.000

37 Idol 18.000.000 2 9 2.000 5.600.000

38 Murjani 20.000.000 2 10 2.000 6.300.000

39 Rasyid 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

40 Zaki 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

41 Daniel Surya 29.400.000 4 14 2.100 6.475.000

42 Dara Radiah 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

43 Rasim 10.000.000 2 5 2.000 3.125.000

44 Badok 14.000.000 2 7 2.000 4.375.000

45 Sumardi 57.200.000 8 26 2.200 9.912.500

46 Heri Mukmin 74.800.000 10 34 2.200 12.410.000

47 Jamal Tungau 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

48 Ahmad Banbang 18.000.000 2 9 2.000 5.625.000

49 Syarif Sukijan 18.000.000 2 9 2.000 5.625.000

50 Ibnu Sulai 18.000.000 2 9 2.000 5.625.000

51 Nina Ayu Ningrum 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

52 Ema 33.600.000 6 16 2.100 6.533.333

53 Harno 25.200.000 4 12 2.100 5.550.000

54 Jono Ambara 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

49
55 Mustapa Sika 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

56 Hudaya 31.500.000 4 15 2.100 6.937.500

Hendra
57 Pamungkas 14.000.000 2 7 2.000 4.375.000

58 Agus Pratama 88.000.000 10 40 2.200 14.600.000

59 Syahbandi 14.700.000 4 7 2.100 3.237.500

60 Putra Junaidi 14.000.000 2 7 2.000 4.375.000

61 Jaman Isdiq 57.200.000 8 26 2.200 9.912.500

62 Riyan Aidil 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

63 Abdul Majid 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

64 Herman 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

65 Neneng Hatijah 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

66 Susilo Aban 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

67 Rio Nainggolan 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

68 Isan 29.400.000 4 14 2.100 6.475.000

69 Akmal Rafa 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

70 Sudarmoyo 10.000.000 2 5 2.000 3.125.000

71 Udin 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

72 Aldi Nurkarim 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

73 Qorin Mahmud 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

74 Awaludin 79.200.000 10 36 2.200 13.140.000

75 Bujan Senadi 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

76 Fadil 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

77 Iyan 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

78 Budi 29.400.000 4 14 2.100 6.475.000

79 Gunarsih 42.000.000 6 20 2.100 8.166.667

80 Yoga Pratama 42.000.000 6 20 2.100 8.166.667

81 Arif Rizki 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

82 Darul Amdan 12.000.000 2 6 2.000 3.750.000

50
83 Ijal 33.600.000 4 16 2.100 7.400.000

84 Alam Chyadi 10.000.000 2 5 2.000 3.125.000

85 Tono 61.600.000 8 28 2.200 10.675.000

86 Basuki Setyawan 16.000.000 2 8 2.000 5.000.000

51

Anda mungkin juga menyukai