BAB 2
Dasar Hukum dan Kebijakan
Pengelolaan Sampah
di Indonesia
2-1
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 12 (1) :
Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara
yang berwawasan lingkungan.
2-2
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 13 :
Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
fasilitas pemilahan sampah
Pasal 14 :
Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan
dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau
produknya.
Pasal 15 :
Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang
tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.
Pasal 19 :
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri atas:
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah
Pasal 20 :
(1)Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi
kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
Pasal 21 (1) :
Pemerintah memberikan:
a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; dan
b. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah.
2-3
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 22 (1) :
Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b
meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Pasal 26
(1) Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah
dalam melakukan pengelolaan sampah.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam
bentuk kerja sama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman kerja sama dan bentuk usaha
bersama antardaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri
Pasal 44 :
(1) Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat
pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka
paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini.
2-4
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
(2) Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun
terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini
Pasal 6 :
Kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) ditetapkan dengan peraturan presiden.
Pasal 7 :
2-5
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
2-6
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 22
(1) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e
dilakukan dengan menggunakan:
a. metode lahan urug terkendali;
b. metode lahan urug saniter; dan/atau
c. teknologi ramah lingkungan.
(2) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 23
(1) Dalam melakukan pemrosesan akhir sampah, pemerintah kabupaten/kota
wajib menyediakan dan mengoperasikan TPA.
(2) Dalam menyediakan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemerintah
kabupaten/kota:
a. melakukan pemilihan lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
provinsi dan/atau kabupaten/kota;
b. menyusun analisis biaya dan teknologi; dan
c. menyusun rancangan teknis.
(3) Lokasi TPA Sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, paling sedikit
memenuhi aspek:
a. geologi;
b. hidrogeologi;
c. kemiringan zona;
d. jarak dari lapangan terbang;
e. jarak dari permukiman;
f. tidak berada di kawasan lindung/cagar alam; dan/atau
g. bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 (dua puluh lima) tahun.
2-7
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi; dan
d. fasilitas penunjang.
Pasal 24
(1) Pengoperasian TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) harus
memenuhi persyaratan teknis pengoperasian TPA yang ditetapkan oleh
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan
umum.
(2) Dalam hal TPA tidak dioperasikan sesuai dengan persyaratan teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilakukan penutupan dan/atau
rehabilitasi.
Pasal 26
(1) Dalam melakukan kegiatan pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan
akhir sampah, pemerintah kabupaten/kota dapat:
a. membentuk kelembagaan pengelola sampah;
b. bermitra dengan badan usaha atau masyarakat; dan/atau
c. bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota lain.
(2) Kemitraan dan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
Pasal 27
Dalam hal terdapat kondisi khusus, pemerintah provinsi dapat melakukan
pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
2-8
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Peraturan Presiden Nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Pasal 2
(1) Jakstranas memuat :
a. Arah kebijakan pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga; dan
b. Strategi, program, dan target pengurangan dan penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
(2) Jakstranas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam periode
waktu tahun 2017 sampai dengan tahun 2025.
Pasal 3
(1) Arah kebijakan pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (11 huruf a meliputi peningkatan kinerja di bidang:
a. Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga; dan
b. Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.
(2) Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf a dilakukan melalui:
a. Pembatasan iimbulan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga;
b. Pendauran ulang Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga; dan/atau
c. Pemanfaatan kembali Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
2-9
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
(3) Penanganan Sampah Rumah Tansga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui:
a. Pemilahan;
b. Pengumpulan;
c. Pengangkutan;
d. Pengolahan; dan
e. Pemrosesan akhir
Pasal 4
(1) Strategi pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (l) huruf b meliputi:
a. Penyusunan nortna, standar, prosedur, dan kriteria dalam pengurangan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
b. Penguatan koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
c. Penguatan komitrnen lembaga eksekutif dan legislative di pusat dan
daerah dalam penyediaan anggaran pengurangan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
d. Peningkatan kapasitas kepemimpinan, kelembagaan, dan sumber daya
manusia dalam upaya pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
e. Pembentukan sistem informasi;
f. Penguatan keterlibatan masyarakat melalui komunikasi, informasi, dan
edukasi;
g. Penerapan dan pengembangan sistem insentif dan disinsentif dalam
pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga; dan
2-10
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
2-11
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 5
(1) Target pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf b metputi:
a. Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sebesar 30% (tiga puluh persen) dari angka timbulan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebelum
adanya kebijakan dan strategi nasional pengurangan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangsa di tahun 2O25; dan
b. Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari angka timbulan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebelum
adanya kebiiakan dan strategi nasional penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga di tahun 2025.
(2) Target pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Presiden ini.
Pasal 7
(1) Jakstranas sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang nasional
dan rencana pembangunan jangka menengah nasional.
(2) Jakstranas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi {2) pedoman bagi:
a. menteri dan/ atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian daiam
menetapkan kebiiakan sektoral yang terkait dengan pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
b. Gubernur dalam menyusun dan menetapkan Jakstrada provinsi ; dan
c. Bupati/Walikota dalam menyusun dan menetapkan Jakstrada Kabupaten/
Kota.
2-12
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
(3) Jakstrada provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan
dengan peraturan Gubemur.
(4) Penyusunan Jakstrada Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
dilakukan dengan pendampingan oleh Menteri dan/atau menteri/kepala
Lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya.
(5) Jakstrada kabupaten / kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
ditetapkan dengan peraturan bupati/wali kota.
(6) Penyusunan Jakstrada kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
selain berpedoman kepada Jakstranas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, juga berpedoman kepada Jakstrada provinsi.
(7) Penyusunan Jakstrada kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
harus dilakukan dengan pendampingan oleh Menteri, menteri/kepala
Lembaga pemerintah nonkementerian, dan/atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 11
(1) Dalam penyelenggaraan Jakstrada provinsi, Gubernur bertugas:
a. Menyusun, melaksanakan, dan mengoordinasikan penyelenggaraan
Jakstrada provinsi;
b. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan Jakstrada
Provinsi;
c. Mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi Jakstrada Provinsi;
d. menyusun dan melaporkan pelaksanaan Jakstrada provinsi kepada
Menteri paling sedikit I (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan ditembuskan
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri dan menteri yang menyelenggarakan urusar pemerintahan di
bidang perencanaan pembangunan nasional; dan
e. Memberikan pendampingan kepada bupati/wali kota dalam menyusun
Jakstrada kabupaten/kota.
2-13
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
(2) Gubernur bertanggung jawab dalam pengadaan tanah, sarana, dan prasarana
pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga di tingkat provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Tabel 2.1. Target Pengurangan dan Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Tahun 2017 - 2025
TAHUN
INDIKATOR
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Proyeksi timbulan Sampah 65,8 66,5 67,1 67,8 68,5 69,2 69,9 70,6 70,8
Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah
Tangga (juta ton)
Target Pengurangan Sampah 9,89 12 13,4 14 16,4 17,99 18,9 19,7 20,9
Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah (15%) (18%) (20%) (22%) (24%) (26%) (27%) (28%) (30%)
Tangga (juta ton)
Target Penanganan Sampah 47,3 48,5 53,7 50,8 50,7 50,52 50,3 50,1 49,9
Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah (72%) (73% (80%) (75%) (74%) (73%) (72%) (71%) (70%)
Tangga (juta ton)
Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Pasal 2
(1) Pengelolaan Sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan, dan untuk mengurangi volume Sampah secara
signifikan demi kebersihan dan keindahan kota serta menjadikan Sampah
sebagai sumber daya.
2-14
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
(2) Pengelolaan Sampah dilakukan secara terintegrasi dari hulu ke hilir melalui
pengurangan Sampah dan penanganan Sampah.
(3) Pengelolaan Sampah menjadi sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilaksanakan untuk mendapatkan nilai tambah Sampah menjadi energi
listrik.
Pasal 3
(1) Dalam Pengelolaan Sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, perlu
dilakukan percepatan pembangunan instalasi Pengolah Sampah menjadi
Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, yang disebut dengan
PLTSa, melalui Pengelolaan Sampah yang menjadi urusan pemerintah daerah:
a. Provinsi DKI Jakarta;
b. Kota Tangerang;
c. Kota Tangerang Selatan;
d. Kota Bekasi;
e. Kota Bandung;
f. Kota Semarang;
g. Kota Surakarta;
h. Kota Surabaya;
i. Kota Makassar;
j. Kota Denpasar;
k. Kota Palembang; dan
l. Kota Manado
(2) Pemerintah daerah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai
dengan huruf 1 dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah
kabupaten/kota sekitarnya dalam 1 (satu) daerah provinsi.
(3) Ketentuan mengenai pedoman kerja sama antar daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2-15
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 4
(1) Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dapat dilakukan
dengan pemerintah daerah provinsi sepanjang Pengelolaan Sampah
menggunakan aset provinsi.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui perjanjian
kerja sama.
Pasal 14
Pendanaan yang diperlukan untuk percepatan pembangunan PLTSa, bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan dapat didukung oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, dan/ atau sumber Jain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
(1) Pendanaan yang bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 digunakan untuk bantuan Biaya
Layanan Pengolahan Sampah kepada Pemerintah Daerah.
(2) Besarnya bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling tinggi Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per ton
Sampah.
(3) Alokasi anggaran untuk bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan kepada Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2-16
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 2
(1) Dalam rangka penanganan sampah laut perlu ditetapkan strategi, program,
dan kegiatan yang sinergis, terukur, dan terarah untuk mengurangi jumlah
sampah di laut, terutama sarmpah plastik, dalam bentuk Rencana Aksi
Nasional Penanganan Sampah Laut Tahun 2018-2025.
(2) Rencana Aksi merupakan dokumen perencanaan yang memberikan arahan
strategis bagi kementerian/ lembaga dan acuan bagi masyarakat dan pelaku
usaha dalam rangka percepatan penanganan sampah laut untuk periode 8
(delapan) tahun, terhitung sejak tahun 2018 sampai dengan tahun 2025.
(3) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
strategi yang meliputi:
a. gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan;
b. pengelolaan sampah yang bersumber dari darat;
c. penanggulangan sampah di pesisir dan laut;
d. mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan, dan
penegakan hukum; dan
e. penelitian dan pengembangan.
(4) Rencana Aksi sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
Pasal 3
(1) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berfungsi sebagai
pedoman bagi:
a. Menteri dan pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian untuk
menetapkan kebijakan sektoral penanganan sampah laut, yang dituangkan
dalam dokumen rencana strategis masing-masing kementerian / lembaga
pemerintah nonkementerian sebagai bagian dari dokumen perencanaan
pembangunan; dan
2-17
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 39
(1) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya meliputi :
a. Tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan
b. Rencana pembangunan Pusat Distribusi Provinsi/Regional
(2) Tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dikembangkan menjadi tempat
pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan, yang berada di:
a. Kabupaten Tangerang untuk melayani WKP I;
b. Kabupaten Serang untuk melayani WKP II; dan
c. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak untuk melayani WKP III.
(3) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menyediakan ruang untuk tempat
pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan
(4) Rencana pembangunan Pusat Distribusi Provinsi/Regional di Kecamatan
Jayanti Kabupaten Tangerang, Kecamatan Petir Kabupaten Serang dan
Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak.
Pasal 39 A
2-18
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan dimaksud adalah
TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) yaitu tempat dilaksanakannya
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendaur ulangan, dan pemrosesan
akhir sampah (menurut UU no 18 tahun 2008).
Huruf a yang dimaksud tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah
lingkungan atau TPST di WKP I adalah TPST Jatiwaringin, Kronjo dan Kresek di
Kabupaten Tangerang;
Huruf b yang dimaksud tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah
lingkungan atau TPST di WKP II adalah TPST Bojong Menteng dan Anyer di
Kabupaten Serang.
Huruf c yang dimaksud tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah
lingkungan atau TPST di WKP III adalah TPST Cigeulis Kabupaten Pandeglang dan
Maja Kabupaten Lebak.
2-19
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 5
Pemerintah Daerah mempunyai tugas menjamin terselenggaranya pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan.
Pasal 6
Tugas Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas:
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan
penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan, dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan
sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan
g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Pasal 7
Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah mempunyai
wewenang:
a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai
dengan kebijakan Pemerintah Daerah;
2-20
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 8
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah memiliki tanggungjawab, yaitu:
a. melakukan penataan disekitar tempat pengelolaan sampah yang dilaksanakan
secara lintas Kabupaten/Kota dengan memperhatikan;
1. kawasan penyangga; dan
2. kawasan budidaya.
b. melaksanakan pengelolaan sampah terpadu;
c. memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antar
Kabupaten/Kota;
d. mengembangkan kerjasama antar Kabupaten/Kota dalam pengelolaan
sampah;
2-21
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 12
Pemerintah Daerah dalam pengembangan pengelolaan persampahan lintas
Kabupaten/Kota memiliki kebijakan sebagai berikut:
a. pengembangan pengelolaan sampah dengan memperhatikan Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
2-22
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 13
(1) Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah lintas
Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Dinas.
(2) Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat membentuk Badan Layanan Umum Daerah
Persampahan.
Pasal 20
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. subjek kerja sama;
b. objek kerja sama;
c. ruang lingkup kerja sama;
d. hak dan kewajiban para pihak;
e. jangka waktu kerja sama;
2-23
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II
Pasal 21
(1) Kerjasama pengelolaan sampah antara Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
Daerah dan/atau dengan Pemerintah Kabupaten/Kota luar Daerah dapat
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
Kerjasama Pengelolaan sampah antar Provinsi dilaksanakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
2-24
Laporan Pendahuluan