Anda di halaman 1dari 24

KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

BAB 2
Dasar Hukum dan Kebijakan
Pengelolaan Sampah
di Indonesia

Pada Tahun 2008, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat telah


mengeluarkan Undang-Undang tentang pengelolaan Sampah, yaitu Undang-
Undang No 18 tahun 2008. Dengan berlakunya Undang-Undang tersebut
diharapkan akan terjadi upaya perbaikan pengelolaan sampah. Berikut beberapa
hal penting terkait dengan penyelenggaraan pengelolaan sampah yang ada dalam
undang-undang tersebut. Dalam Pasal 19 UU No 18 tahun 2008 disebutkan bahwa
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri atas:
a) pengurangan sampah dan
b) penanganan sampah.
Keterangan mengenai hal itu diterangkan dalam pasal 20 dan pasal 22 sebagai
berikut:
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi
kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.

2-1
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

(2) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf


b meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah; dan/atau
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
Sebagai operasionalisasi dari Undang Undang no 18 tahun 2008, telah dihasilkan
beberapa peturan terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah Beberapa butir penting dari peraturan peraturan di atas
diuraikan sebagai berikut:

2.1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008

Pasal 12 (1) :
Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara
yang berwawasan lingkungan.

2-2
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

Pasal 13 :
Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
fasilitas pemilahan sampah
Pasal 14 :
Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan
dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau
produknya.
Pasal 15 :
Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang
tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.
Pasal 19 :
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri atas:
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah
Pasal 20 :
(1)Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi
kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.

Pasal 21 (1) :
Pemerintah memberikan:
a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; dan
b. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah.

2-3
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

Pasal 22 (1) :
Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b
meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Pasal 26
(1) Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah
dalam melakukan pengelolaan sampah.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam
bentuk kerja sama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman kerja sama dan bentuk usaha
bersama antardaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri
Pasal 44 :
(1) Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat
pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka
paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini.

2-4
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

(2) Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun
terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini

2.2 Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012

Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 yaitu tentang Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dibawah ini :
Pasal 4 :
(4) Pemerintah menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan
sampah.
(5) Pemerintah provinsi menyusun dan menetapkan kebijakan dan strategi
provinsi dalam pengelolaan sampah.
(6) Pemerintah kabupaten/kota menyusun dan menetapkan kebijakan dan
strategi kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah.
Pasal 5 :
(1) Kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 paling sedikit memuat:
a. arah kebijakan pengurangan dan penanganan sampah; dan
b. program pengurangan dan penanganan sampah.
(2) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus memuat:
a. target pengurangan timbulan sampah dan prioritas jenis sampah secara
bertahap; dan
b. target penanganan sampah untuk setiap kurun waktu tertentu.

Pasal 6 :
Kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) ditetapkan dengan peraturan presiden.
Pasal 7 :

2-5
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

(1) Kebijakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan sampah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) ditetapkan dengan peraturan gubernur.
(2) Dalam menyusun kebijakan strategi provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dalam
pengelolaan sampah.
Pasal 8 :
(1) Kebijakan dan strategi kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) ditetapkan dengan peraturan
bupati/walikota.
(2) Dalam menyusun kebijakan strategi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional serta
kebijakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan sampah.
Pasal 9 :
(1) Pemerintah kabupaten/kota selain menetapkan kebijakan dan strategi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), juga menyusun dokumen
rencana induk dan studi kelayakan pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga.
(2) Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah;
c. pemanfaatan kembali sampah;
d. pemilahan sampah;
e. pengumpulan sampah;
f. pengangkutan sampah;
g. pengolahan sampah;
h. pemrosesan akhir sampah; dan
i. pendanaan.
(3) Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka
waktu paling sedikit 10 (sepuluh) tahun.

2-6
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

Pasal 22
(1) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e
dilakukan dengan menggunakan:
a. metode lahan urug terkendali;
b. metode lahan urug saniter; dan/atau
c. teknologi ramah lingkungan.
(2) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 23
(1) Dalam melakukan pemrosesan akhir sampah, pemerintah kabupaten/kota
wajib menyediakan dan mengoperasikan TPA.
(2) Dalam menyediakan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemerintah
kabupaten/kota:
a. melakukan pemilihan lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
provinsi dan/atau kabupaten/kota;
b. menyusun analisis biaya dan teknologi; dan
c. menyusun rancangan teknis.
(3) Lokasi TPA Sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, paling sedikit
memenuhi aspek:
a. geologi;
b. hidrogeologi;
c. kemiringan zona;
d. jarak dari lapangan terbang;
e. jarak dari permukiman;
f. tidak berada di kawasan lindung/cagar alam; dan/atau
g. bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 (dua puluh lima) tahun.

(4) TPA yang disediakan oleh pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) harus dilengkapi:

2-7
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi; dan
d. fasilitas penunjang.

Pasal 24
(1) Pengoperasian TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) harus
memenuhi persyaratan teknis pengoperasian TPA yang ditetapkan oleh
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan
umum.
(2) Dalam hal TPA tidak dioperasikan sesuai dengan persyaratan teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilakukan penutupan dan/atau
rehabilitasi.

Pasal 26
(1) Dalam melakukan kegiatan pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan
akhir sampah, pemerintah kabupaten/kota dapat:
a. membentuk kelembagaan pengelola sampah;
b. bermitra dengan badan usaha atau masyarakat; dan/atau
c. bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota lain.
(2) Kemitraan dan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

Pasal 27
Dalam hal terdapat kondisi khusus, pemerintah provinsi dapat melakukan
pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

2-8
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

2.3 Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017

Peraturan Presiden Nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Pasal 2
(1) Jakstranas memuat :
a. Arah kebijakan pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga; dan
b. Strategi, program, dan target pengurangan dan penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
(2) Jakstranas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam periode
waktu tahun 2017 sampai dengan tahun 2025.

Pasal 3
(1) Arah kebijakan pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (11 huruf a meliputi peningkatan kinerja di bidang:
a. Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga; dan
b. Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.
(2) Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf a dilakukan melalui:
a. Pembatasan iimbulan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga;
b. Pendauran ulang Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga; dan/atau
c. Pemanfaatan kembali Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.

2-9
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

(3) Penanganan Sampah Rumah Tansga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui:
a. Pemilahan;
b. Pengumpulan;
c. Pengangkutan;
d. Pengolahan; dan
e. Pemrosesan akhir

Pasal 4
(1) Strategi pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (l) huruf b meliputi:
a. Penyusunan nortna, standar, prosedur, dan kriteria dalam pengurangan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
b. Penguatan koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
c. Penguatan komitrnen lembaga eksekutif dan legislative di pusat dan
daerah dalam penyediaan anggaran pengurangan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
d. Peningkatan kapasitas kepemimpinan, kelembagaan, dan sumber daya
manusia dalam upaya pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
e. Pembentukan sistem informasi;
f. Penguatan keterlibatan masyarakat melalui komunikasi, informasi, dan
edukasi;
g. Penerapan dan pengembangan sistem insentif dan disinsentif dalam
pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga; dan

2-10
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

h. Penguatan komitmen dunia usaha melalui penerapan kewajiban produsen


dalam pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
(2) Strategi penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayatlll huruf b meliputi:
a. Penyusunan norna, standar, prosedur, dan kriteria;
b. Penguatan koordinasi dan kerja sama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
c. Penguatan komitmen lembaga eksekutif dan legislative di pusat dan
daerah dalam penyediaan anggaran penanganan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
d. Peningkatan kapasitas kepemimpinan, kelembagaan, dan sumber daya
manusia dalam penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
e. Pembentukan sistem informasi;
f. penguatan keterlibatan masyarakat melalui komunikasi, informasi, dan
edukasi;
g. Penerapan dan pengembangan skema investasi, operasional, dan
pemeliharaan;
h. Penguatan penegakan hukum;
i. Penguatan keterlibatan dunia usaha melalui kemitraan dengan Pemerintah
Pusat;
j. Penerapan teknologi penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga yang ramah lingkungan dan tepat guna; dan
k. Penerapan dan pengembangan sistem insentif dan disinsentif dalam
penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.

2-11
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

Pasal 5
(1) Target pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf b metputi:
a. Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sebesar 30% (tiga puluh persen) dari angka timbulan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebelum
adanya kebijakan dan strategi nasional pengurangan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangsa di tahun 2O25; dan
b. Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari angka timbulan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebelum
adanya kebiiakan dan strategi nasional penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga di tahun 2025.
(2) Target pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Presiden ini.

Pasal 7
(1) Jakstranas sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang nasional
dan rencana pembangunan jangka menengah nasional.
(2) Jakstranas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi {2) pedoman bagi:
a. menteri dan/ atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian daiam
menetapkan kebiiakan sektoral yang terkait dengan pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
b. Gubernur dalam menyusun dan menetapkan Jakstrada provinsi ; dan
c. Bupati/Walikota dalam menyusun dan menetapkan Jakstrada Kabupaten/
Kota.

2-12
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

(3) Jakstrada provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan
dengan peraturan Gubemur.
(4) Penyusunan Jakstrada Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
dilakukan dengan pendampingan oleh Menteri dan/atau menteri/kepala
Lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya.
(5) Jakstrada kabupaten / kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
ditetapkan dengan peraturan bupati/wali kota.
(6) Penyusunan Jakstrada kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
selain berpedoman kepada Jakstranas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, juga berpedoman kepada Jakstrada provinsi.
(7) Penyusunan Jakstrada kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
harus dilakukan dengan pendampingan oleh Menteri, menteri/kepala
Lembaga pemerintah nonkementerian, dan/atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya.

Pasal 11
(1) Dalam penyelenggaraan Jakstrada provinsi, Gubernur bertugas:
a. Menyusun, melaksanakan, dan mengoordinasikan penyelenggaraan
Jakstrada provinsi;
b. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan Jakstrada
Provinsi;
c. Mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi Jakstrada Provinsi;
d. menyusun dan melaporkan pelaksanaan Jakstrada provinsi kepada
Menteri paling sedikit I (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan ditembuskan
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri dan menteri yang menyelenggarakan urusar pemerintahan di
bidang perencanaan pembangunan nasional; dan
e. Memberikan pendampingan kepada bupati/wali kota dalam menyusun
Jakstrada kabupaten/kota.

2-13
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

(2) Gubernur bertanggung jawab dalam pengadaan tanah, sarana, dan prasarana
pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga di tingkat provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Tabel 2.1. Target Pengurangan dan Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Tahun 2017 - 2025
TAHUN
INDIKATOR
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Proyeksi timbulan Sampah 65,8 66,5 67,1 67,8 68,5 69,2 69,9 70,6 70,8
Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah
Tangga (juta ton)

Target Pengurangan Sampah 9,89 12 13,4 14 16,4 17,99 18,9 19,7 20,9
Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah (15%) (18%) (20%) (22%) (24%) (26%) (27%) (28%) (30%)
Tangga (juta ton)

Target Penanganan Sampah 47,3 48,5 53,7 50,8 50,7 50,52 50,3 50,1 49,9
Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah (72%) (73% (80%) (75%) (74%) (73%) (72%) (71%) (70%)
Tangga (juta ton)

Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

2.4 Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018

Peraturan Presiden nomor 35 tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan


Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah
Lingkungan.

Pasal 2
(1) Pengelolaan Sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan, dan untuk mengurangi volume Sampah secara
signifikan demi kebersihan dan keindahan kota serta menjadikan Sampah
sebagai sumber daya.

2-14
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

(2) Pengelolaan Sampah dilakukan secara terintegrasi dari hulu ke hilir melalui
pengurangan Sampah dan penanganan Sampah.
(3) Pengelolaan Sampah menjadi sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilaksanakan untuk mendapatkan nilai tambah Sampah menjadi energi
listrik.

Pasal 3
(1) Dalam Pengelolaan Sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, perlu
dilakukan percepatan pembangunan instalasi Pengolah Sampah menjadi
Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, yang disebut dengan
PLTSa, melalui Pengelolaan Sampah yang menjadi urusan pemerintah daerah:
a. Provinsi DKI Jakarta;
b. Kota Tangerang;
c. Kota Tangerang Selatan;
d. Kota Bekasi;
e. Kota Bandung;
f. Kota Semarang;
g. Kota Surakarta;
h. Kota Surabaya;
i. Kota Makassar;
j. Kota Denpasar;
k. Kota Palembang; dan
l. Kota Manado
(2) Pemerintah daerah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai
dengan huruf 1 dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah
kabupaten/kota sekitarnya dalam 1 (satu) daerah provinsi.
(3) Ketentuan mengenai pedoman kerja sama antar daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2-15
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

Pasal 4
(1) Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dapat dilakukan
dengan pemerintah daerah provinsi sepanjang Pengelolaan Sampah
menggunakan aset provinsi.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui perjanjian
kerja sama.

Pasal 14
Pendanaan yang diperlukan untuk percepatan pembangunan PLTSa, bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan dapat didukung oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, dan/ atau sumber Jain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15
(1) Pendanaan yang bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 digunakan untuk bantuan Biaya
Layanan Pengolahan Sampah kepada Pemerintah Daerah.
(2) Besarnya bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling tinggi Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per ton
Sampah.
(3) Alokasi anggaran untuk bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan kepada Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.5 Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2018

Peraturan Presiden nomor 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.

2-16
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

Pasal 2
(1) Dalam rangka penanganan sampah laut perlu ditetapkan strategi, program,
dan kegiatan yang sinergis, terukur, dan terarah untuk mengurangi jumlah
sampah di laut, terutama sarmpah plastik, dalam bentuk Rencana Aksi
Nasional Penanganan Sampah Laut Tahun 2018-2025.
(2) Rencana Aksi merupakan dokumen perencanaan yang memberikan arahan
strategis bagi kementerian/ lembaga dan acuan bagi masyarakat dan pelaku
usaha dalam rangka percepatan penanganan sampah laut untuk periode 8
(delapan) tahun, terhitung sejak tahun 2018 sampai dengan tahun 2025.
(3) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
strategi yang meliputi:
a. gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan;
b. pengelolaan sampah yang bersumber dari darat;
c. penanggulangan sampah di pesisir dan laut;
d. mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan, dan
penegakan hukum; dan
e. penelitian dan pengembangan.
(4) Rencana Aksi sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Pasal 3
(1) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berfungsi sebagai
pedoman bagi:
a. Menteri dan pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian untuk
menetapkan kebijakan sektoral penanganan sampah laut, yang dituangkan
dalam dokumen rencana strategis masing-masing kementerian / lembaga
pemerintah nonkementerian sebagai bagian dari dokumen perencanaan
pembangunan; dan

2-17
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

b. pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan percepatan penanganan


sampah laut.
(2) Dalam penyusunan dokumen rencana strategis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), menteri, pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur,
dan bupati/wali kota mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.

2.6 Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 5 Tahun 2017 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030

Pasal 39
(1) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya meliputi :
a. Tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan
b. Rencana pembangunan Pusat Distribusi Provinsi/Regional
(2) Tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dikembangkan menjadi tempat
pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan, yang berada di:
a. Kabupaten Tangerang untuk melayani WKP I;
b. Kabupaten Serang untuk melayani WKP II; dan
c. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak untuk melayani WKP III.
(3) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menyediakan ruang untuk tempat
pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan
(4) Rencana pembangunan Pusat Distribusi Provinsi/Regional di Kecamatan
Jayanti Kabupaten Tangerang, Kecamatan Petir Kabupaten Serang dan
Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak.
Pasal 39 A

2-18
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

(1) Pemerintah Daerah mendukung percepatan pelaksanaan proyek strategis


nasional di bidang pengolahan sampah; dan
(2) Percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional sebagaimana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa pembangunan infrastruktur energi asal
sampah di seluruh kabupaten/kota.

Penjelasan Pasal 39 ayat (2)


Mendukung Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional terkait Proyek Infrastruktur Energi Asal sampah.

Tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan dimaksud adalah
TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) yaitu tempat dilaksanakannya
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendaur ulangan, dan pemrosesan
akhir sampah (menurut UU no 18 tahun 2008).

Huruf a yang dimaksud tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah
lingkungan atau TPST di WKP I adalah TPST Jatiwaringin, Kronjo dan Kresek di
Kabupaten Tangerang;

Huruf b yang dimaksud tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah
lingkungan atau TPST di WKP II adalah TPST Bojong Menteng dan Anyer di
Kabupaten Serang.

Huruf c yang dimaksud tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah
lingkungan atau TPST di WKP III adalah TPST Cigeulis Kabupaten Pandeglang dan
Maja Kabupaten Lebak.

2.7 Peraturan Daerah Provinsi Banten No 8 Tahun 2011 Pengelolaan Sampah

2-19
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

Pasal 5
Pemerintah Daerah mempunyai tugas menjamin terselenggaranya pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan.

Pasal 6
Tugas Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas:
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan
penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan, dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan
sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan
g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Pasal 7
Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah mempunyai
wewenang:
a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai
dengan kebijakan Pemerintah Daerah;

2-20
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

b. memfasilitasi kerja sama antar daerah dalam satu Provinsi, kemitraan


dengan dunia usaha dan masyarakat serta jejaring dalam pengelolaan
sampah regional;
c. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja
kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah;
d. memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antara
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;
e. menetapkan lembaga penyelenggara pengelolaan sampah regional;
f. memberikan izin pengelolaan sampah regional;
g. menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan sampah,
mengacu kepada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh
Pemerintah
h. menyusun rencana induk pengembangan sarana dan prasarana
persampahan regional; dan
i. melaksanakan pengawasan dan pengendalian pengembangan sampah di
Pemerintah Kabupaten/ Kota.

Pasal 8
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah memiliki tanggungjawab, yaitu:
a. melakukan penataan disekitar tempat pengelolaan sampah yang dilaksanakan
secara lintas Kabupaten/Kota dengan memperhatikan;
1. kawasan penyangga; dan
2. kawasan budidaya.
b. melaksanakan pengelolaan sampah terpadu;
c. memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antar
Kabupaten/Kota;
d. mengembangkan kerjasama antar Kabupaten/Kota dalam pengelolaan
sampah;

2-21
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

e. memfasilitasi Kabupaten/Kota dalam melakukan kerjasama pengelolaan


sampah;
f. penentuan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu;
g. memberikan pembinaan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah lintas
Kabupaten/Kota;
h. memberikan advokasi, pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi pengelolaan
sampah terpadu;
i. melakukan pengawasan dan mengevaluasi efektivitas, efisiensi, dan mutu
pelaksanaan pengelolaan sampah lintas Kabupaten/Kota;
j. memfasilitasi Kabupaten/Kota dalam mengatasi permasalahan sampah di
wilayahnya;
k. mendorong pengelolaan sampah berwawasan lingkungan di Pemerintah
kabupaten/Kota;
l. mengadakan penyuluhan dalam rangka merubah cara pandang terhadap
sampah.

Pasal 12
Pemerintah Daerah dalam pengembangan pengelolaan persampahan lintas
Kabupaten/Kota memiliki kebijakan sebagai berikut:
a. pengembangan pengelolaan sampah dengan memperhatikan Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;

b. pemilihan lokasi pengolahan persampahan harus sesuai dengan daya


dukung lingkungan;
c. pengelolaan sampah secara terpadu;
d. pengolahan persampahan dilaksanakan dengan teknologi ramah
lingkungan sesuai dengan kaidah teknis;
e. pembuangan sampah di tempat pembuangan yang ditentukan;

2-22
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

f. atau mengurangi peredaran sampah dari tempat pembuangan sampah


sampai dengan tempat pembuangan akhir.

Pasal 13
(1) Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah lintas
Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Dinas.
(2) Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat membentuk Badan Layanan Umum Daerah
Persampahan.

Pasal 20

(1) Pengelolaan sampah di Daerah dapat dilakukan melalui kerjasama antar


Pemerintah Kabupaten/ Kota atau antara Pemerintah Kabupaten/ Kota
dengan pihak ketiga.
(2) Lingkup kerjasama antara Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penyediaan/pembangunan TPA;
b. sarana dan prasarana TPA;
c. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;
d. pengelolaan TPA; dan/atau
e. pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang ramah lingkungan.

(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. subjek kerja sama;
b. objek kerja sama;
c. ruang lingkup kerja sama;
d. hak dan kewajiban para pihak;
e. jangka waktu kerja sama;

2-23
Laporan Pendahuluan
KAJIAN TPA REGIONAL WKP II

f. pengakhiran kerja sama;


g. keadaan memaksa;
h. kompensasi; dan
i. penyelesaian perselisihan.

Pasal 21
(1) Kerjasama pengelolaan sampah antara Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
Daerah dan/atau dengan Pemerintah Kabupaten/Kota luar Daerah dapat
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud ayat (1) difasilitasi oleh Pemerintah


Provinsi.

Pasal 22
Kerjasama Pengelolaan sampah antar Provinsi dilaksanakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

2-24
Laporan Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai