Bab 1
PENDAHULUAN
Halaman
1
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka pengelolaan sumber daya air berkelanjutan di Kabupaten Purworejo dan
sekitarnya, khususnya yang mengalir melalui Sungai Bogowonto, maka saat ini Balai
Besar Wilayah Sungai Serayu Opak selaku pemrakarsa kegiatan dari Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah melaksanakan Pembangunan Bendungan
Bener mulai tahun 2018. Dengan adanya Bendungan Bener maka diharapkan masalah
banjir di wilayah Kabupaten Purworejo akan berkurang, sehingga secara tidak langsung
akan meningkatkan pula perekonomian masyarakat setempat. Serta mempertimbangkan
bahwa kawasan hulu dan hilir bendungan merupakan bagian dari aset yang perlu dikelola
dan dimanfaatkan secara optimal dan dihuni oleh masyarakat maka perlu dilakukan
bentuk pengembangan konservasi secara holistik dan terintegratif dengan masyarakat
sekitar. Sehingga dalam menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang memberikan
keseimbangan dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya serta menjamin
bangunan yang dibangun dapat dimanfaatkan dengan tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan.
DED Penataan Kawasan Genangan dan Ex Quarry Bendungan Bener Kabupaten
Purworejo ini merupakan usaha pengembangan konservasi sumber daya air hulu dan hilir
bendungan dalam bentuk Grand Desain Daerah Sabuk Hijau dan Ex Quarry yang
merupakan suatu upaya konservatif untuk menjaga daerah tangkapan waduk tetap dalam
kondisi optimal dan mencegah berkurangnya umur layanan bendungan karena faktor
sedimentasi. Upaya konservatif ini perlu dipadukan dengan potensi lain yang diharapkan
dari pembangunan waduk ini adalah ekowisata dimana dalam pengelolaan dan
pemanfaatan area tersebut memerlukan suatu wadah sosial kelembagaan terpadu dalam
mengakomodir pelaksanaan kegiatan yang ada.
Ekowisata merupakan suatu model pengembangan wisata alam yang bertanggung jawab
di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara alami dimana
tujuannya selain untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan usaha konservasi serta
peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Pada dasarnya ekowisata merupakan
perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan lingkungan, ekonomi, dan
sosial. Secara ekonomi pengembangan ekowisata harus dapat memberi keuntungan bagi
penyelenggaranya bagi setiap wilayah yang memiliki dan mengembangkan ekowisata.
Dalam pengelolaan yang terpadu, ekowisata berpotensi untuk menggerakkan ekonomi
wilayah dan mensejahterakan rakyat di sekitar kawasan yang dikembangkan sebagai
pariwisata alam, dengan mekanisme pembiayaan dana untuk kegiatan konservasi
Halaman
2
sumberdaya alam dan secara ekonomis akan memberdayakan masyarakat lokal.
Keterlibatan masyarakat dan seluruh stakeholder dalam menjamin keamanan dan
keberadayaan sumberdaya alam sangat membantu dalam memajukan potensi alam yang
dimiliki pada setiap wilayah.
1.3.1 Maksud
Maksud dari studi ini adalah adalah untuk menentukan Grand Desain Konservasi Sumber
Daya Air partisipatif untuk Daerah Sabuk Hijau dan Ex Quarry Bendungan Bener sehingga
diharapkan dapat terhindar dari adanya kerusakan lingkungan serta terjaganya
kelestarian area hulu dan hilir bendungan serta mengembalikan fungsi area ex quarry
untuk konservasi.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah untuk terwujudnya pengembangan rencana konsevasi sumber
daya air partisipatif melalui penatagunaan lahan di kawasan sabuk hijau dan Ex Quarry
Bendungan Bener sesuai dengan daya dukung lahan dan jenis peruntukan yang sesuai
dengan kemampuan lahan, sekaligus untuk memberikan kepastian pemanfaatan ruang
yang sesuai dengan peran dan fungsi waduk dengan memperhatikan karateristik
masyarakat dan lingkungan.
1.4 Sasaran
Halaman
3
Sasaran pekerjaan ini adalah teridentifikasinya desain konservasi sumber daya air melalui
pengembangan potensi dan pemanfaatan kawasan sabuk hijau dan eks quarry
bendungan bener dengan memadukan antara unsur teknis dan sosial pemberdayaan
masyarakat, serta tersusunnya arahan pengendalian dan pemanfaatan ruang kawasan
Bendungan Bener.
Halaman
4
11. ANSI/AISC 360-10 Specification for Structural Steel Buildings
12. ANSI/ASCE-7 Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, 2005
13. UBC 1997 Uniform Building Code, 1997 Edition
14. Standar teknis lain yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang yang berkaitan
dengan pekerjaan ini
Halaman
5
14. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21 Tahun
2021 tentang Tata Cara Pemenuhan Persyaratan Perizinan Berusaha, Pelaksanaan
Sertifikasi Kompetensi Kerja Konstruksi, Dan Pemberlakuan Sertifikasi Badan Usaha
Serta Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi;
15. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
524/KPTS/M/2022 tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi
Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan Jasa Konsultansi Konstruksi;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 10 Tahun 2021 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Purworejo Tahun 2021-2041;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 22 Tahun 2019 tentang Garis
Sempadan;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2031;
19. Peraturan lainnya yang terkait.
Halaman
6
i. Kondisi perekonomian masyarakat sekitar bendungan
j. Kondisi fisik dan lingkungan serta kepemilikan lahan di sekitar bendungan
k. Kondisi prasarana dan sarana di sekitar bendungan
l. Kondisi DAS Bogowonto
m. Kualitas dan kuantitas air sungai Bogowonto
n. Kondisi kelembagaan terkait dengan bentuk peran serta dan kerjasama
masyarakat dan pihak-pihak terkait dalam upaya konservasi di kawasan
bendungan dan sekitarnya.
2. Pengukuran Topografi
a. Pengukuran topografi dilakukan di sepanjang zona Greenbelt dengan batas
elevasi terendah pada muka air banjir dan elevasi tertinggi sesuai dengan batas
penetapan lahan, dan Ex Quarry.
b. Pengukuran topografi pada area batas Ex Quarry sesuai penetapan lokasi
pengadaan tanah Bendungan Bener
c. Pengukuran topografi meliputi pembuatan poligon dan penampang melintang
(cross section) dengan jarak antar cross 100 m dan pada daerah yang perlu
ketelitian (belokan dan bangunan eksiting) menggunakan jarak 25 m.
d. Penggambaran Layout (area greenbelt) dibuat dengan skala 1 : 1000.
e. Hasil pengukuran dibuat dalam bentuk laporan.
3. Pemeriksaan Kualitas Air
Pemeriksaan kualitas air dilakukan dengan cara pengambilan sampel dan
pemeriksaan laboratorium.
4. Pemeriksaan Sedimen
Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan cara pengambilan sampel pada sungai dan
anak sungai yang masuk ke waduk yang kemudian diuji di laboratorium.
5. Analisa kawasan dan wilayah pada lokasi studi (Bendungan Bener)
Analisa adalah penguraian atau pengkajian atas data yang telah dikumpulkan. Analisa
yang dilakukan pada kawasan Bendungan Bener antara lain :
a. Analisa sosial kependudukan
b. Prospek pertumbuhan ekonomi
c. Daya dukung fisik dan lingkungan
d. Aspek legal konsolidasi lahan
e. Daya dukung prasarana dan fasilitasf. Kajian aspek historis Dari hasil analisis
akan diperoleh arahan solusi atau konsep perencanaan atas permasalahan yang
telah diidentifikasi pada tahap pendataan.
Halaman
7
6. Penyusunan konsep program penataan dan pemanfaatan ruang untuk
konservasi pada kawasan Bendungan Bener
Hasil tahapan analisis program penataan dan pemanfaatan kawasan waduk akan
memuat gambaran dasar penataan pada kawasan Bendungan Bener yang akan
ditindaklanjuti dengan penyusunan konsep dasar perancangan tata wilayah yang
merupakan visi pengembangan kawasan. Penetapan konsep disesuikan dengan
karakter wilayah studi dan hasil analisis
7. Penyusunan Rencana Umum Dan Panduan Rancangan Konservasi Berbasis
Ekowisata
Rencana umum dan panduan rancangan merupakan ketentuan tata bangunan dan
lingkungan pada suatu kawasan yang bersifat lebih detail dan bersifat sebagai
panduan atau arahan pengembangan. Panduan rancangan bersifat melengkapi dan
menjelasakan secara lebih rinci rencana umum yang telah ditetapkan sebelumnya,
meliputi ketentuan dasar implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan
rancangan kawasan. Adapun komponen rancangan meliputi :
a. Struktur peruntukan lahan
b. Intensitas pemanfaatan lahan
c. Identifikasi metode konservasi melalui pendekatan vegetatif dan struktural
d. Tata bangunan dan desain bangunan pendukung
e. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung
f. Sistem ruang terbuka dan tata hijau
g. Tata kualitas lingkungan
h. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan Ketentuan dasar implementasi
rancangan dapat diatur melalui aturan wajib, aturan anjuran utama, dan aturan
anjuran pada kawasan perencanaan dimaksud.
8. Penyusunan Rencana Kerja Kegiatan Pertisipatif Masyarakat Untuk
Konservasi Sumber Daya Air Berbasis Ekowisata
Rencana kerja partisipatif masyarakat berdasarkan dokumen RTBL (Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan) yang memperhitungkan kebutuhan nyata para pemangku
kepentingan dalam proses pengendalian kegiatan dan pembiayaan dalam penataan
lingkungan/ kawasan. Rencana ini menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan
untuk menghitung kelayakan sosial, ekonomi dan investasi serta besaran biaya suatu
program penataan, ataupun sekaligus menjadi tolak ukur keberhasilan program.
Kajian ini memuat tentang konsep pengembangan kawasan waduk untuk wisata yang
disesuaikan dengan RTRW Kabupaten Bener atau dokumen terkait yang merupakan
Halaman
8
salah satu bagian dari upaya pemulihan pendapatan warga yang terkena dampak.
Secara umum rencana kerja mengatur tentang:
a. Analisa kelayakan
b. Besaran biaya yang dikeluarkan dalam satu program penataan kawasan
greenbelt, genangan dan Ex Quarry dalam suatu kurun waktu tertentu
c. Tahapan pengembangan kegiatan dan nilai investasi
d. Pola partisipatif masyarakat
e. Peran dari masing-masing pemangku kepentingan
9. Penyusunan Ketentuan Pengendalian Rencana
Ketentuan Pengendalian Rencana bertujuan untuk mengendalikan berbagai rencana
kerja, program kerja maupun kelembagaan kerja pada masa pemberlakukan aturan
dalam RTBL dan pelaksanaan penataan suatu kawasan, dan mengatur
pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam mewujudkan RTBL pada tahap
pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan. Ketentuan pengendalian rencana
disusun sebagai bagian proses penyusunan RTBL yang melibatkan masyarakat, baik
secara langsung (individu) maupun secara tidak langsung melalui pihak yang
dianggap dapat mewakili (misalnya Kelurahan, Badan Keswadayaan Masyarakat/ BKM
dan Forum Rembug Desa). Ketentuan Pengendalian Rencana menjadi alat mobilisasi
peran masing-masing pemangku kepentingan pada masa pelaksanaan atau masa
pemberlakuan RTBL sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakati
bersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk
mengukur tingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaan
pembangunan.
10. Penyusunan Rencana Usulan Kelembagaan
Kajian ini memuat tentang pembagian kewenangan antar instansi terkait dan
stakeholder (pemangku kebijakan) dalam upaya penataan kawasan greenbelt,
genangan dan Ex Quarry Bendungan Bener termasuk pengelolaannya.
11. Penyusunan Detail Desain Penataan Kawasan Greenbelt, Genangan, dan Ex
Quarry Bendungan Bener
Detail desain greenbelt dan genangan berisi tentang pembagian zonasi sebagai
berikut:
a. Arboretum: areal konservasi (in situ maupun ex situ) dan koleksi hidup jenis
tanaman untuk tujuan ilmu pengetahuan, pendidikan/laboratorium alam dan
estetika.
Halaman
9
b. Agroforestry (Tumpangsari): Pola dan sistem usaha tani yang memadukan jenis
tanaman tahunan (pohon) dengan tanaman musiman.
c. Ecotourism (Agrowisata): obyek wisata yang menitikberatkan pada keindahan
alam dan kegiatan pertanian.
d. Bufferzone (Daerah penyangga): areal yang berfungsi untuk menetralisir limbah
agar kualitas air dan lingkungan tetap terjaga dengan baik . Pada tiap-tiap zona
dilengkapi dengan struktur pendukung diantaranya meliputi: sumur, rumah
pompa, bak-bak penampungan, saluran drainase, jalan akses, sistem pengolahan
limbah dan sistem pengendalian sedimen yang masuk ke waduk disertai
spesifikasi teknis pelaksanaan. Sedangkan area Ex Quarry terbagi menjadi zona
konservasi dan ekowisata sesuai hasil survey dan studi yang disepakati.
12. Penyusunan Pedoman Pemeliharaan
Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam upaya pemeliharaan kawasan
konservasi di area Greenbelt, genangan, dan Ex Quarry di sekitar Bendungan Bener.
13. Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)
Pertemuan konsultasi masyarakat (PKM) merupakan kegiatan untuk menampung
aspirasi para pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya air
dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yang pertama setelah laporan pendahuluan selesai
dan yang kedua saat konsep laporan akhir selesai.
14. Penyusunan dokumen pengadaan penataan Greenbelt, genangan, dan Ex
Quarry Bendungan Bener
Dokumen pengadaan terdiri dari informasi-informasi pekerjaan, spesifikasi umum dan
teknis, gambar-gambar dan metode kerja.
15. Penyusunan Laporan Akhir memuat :
a. Data dan Informasi terkait lokasi studi disertai gambar dan foto lokasi studi.
b. Survei Pengukuran Topografi
c. Survei dan Investigasi meliputi : saluran air, vegetasi, dan area kosong atau tidak
termanfaatkan.
d. Detail Desain Kawasan Genangan dan Greenbelt serta Spesifikasi Teknisnya
e. Detail Desain Kawasan Ex Quarry dan Spesifikasi Teknisnya
f. Pengembangan Tata Kawasan Bendungan Bener
g. Bentuk Partisipasi Masyarakat
h. Rencana Pengembangan Ekonomi
i. Pedoman Pemeliharaan
j. Manajemen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Halaman
10
k. Dokumen Pengadaan
1.9 Keluaran
Halaman
11
Pada bab ini menjelaskan mengenai konsep pendekatan dan metodologi. Dalam
metodologi diuraikan mengenai tahapan persiapan, dan analisis yang akan
digunakan dalam pekerjaan DED Penataan Kawasan Genangan Dan Ex Quarry
Bendungan Bener, Kabupaten Purworejo.
BAB 5 Jadwal dan Rencana Kerja
Pada bab ini akan diuraikan mengenai waktu pelaksanaan pekerjaan, personel,
jadwal penugasan personel, dan pelaporan.
Halaman
12