PMO TIM KOORDINASI PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN JABODETABEKPUNJUR Jl. Raden Patah I Nomor 1 Jakarta Selatan 12110 Surel: sekretariat@pmojabodetabekpunjur.id
Nomor : 026/KSD.01/SD/PMO-TKPR/T/02/2022P Jakarta, 23 Februari 2022
Sifat : Segera Lampiran : - Hal : Tanggapan dan Tindak Lanjut Fasilitasi dan Koordinasi Pengelolaan Infrastruktur Pengendali Banjir dan Drainase
Yth. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi D. K. I. Jakarta
Menanggapi Surat Dinas Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
D. K. I. Jakarta No. 2127/-1793.4 tanggal 13 Desember 2021 tentang Permohonan Fasilitasi dan Koordinasi Pengelolaan Infrastruktur Pengendali Banjir dan Drainase, kami telah melaksanakan tindak lanjut berupa koordinasi intensif dengan berbagai stakeholder terkait guna merumuskan rekomendasi tata kelola infrastruktur pengendali banjir dan drainase di Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur, khususnya di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berikut ini dengan hormat kami sampaikan tanggapan dan/atau rekomendasi atas hal-hal yang menjadi perhatian/concern sebagaimana disampaikan dalam surat dinas Saudara: I. Tata Kelola Sumber Daya Air antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 1. Bahwa terkait Kesepakatan Bersama antara Direktorat Jenderal Pengairan dan Pemerintah D. K. I. Jakarta tentang Pengendalian Banjir dan Drainase di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang ditandatangani pada tanggal 1 September 1994, sejatinya dipandang perlu untuk ditinjau ulang dan diperbaharui. Peninjauan ulang dan pembaharuan ini karena dasar peraturan perundangan yang berlaku untuk pengelolaan sumber daya air saat ini adalah UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air yang di dalamnya mengatur tugas dan kewenangan baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam mengelola wilayah sungai (WS) yang menjadi kewenangannya masing-masing. 2. Bahwa WS Ciliwung-Cisadane yang melintasi sebagian besar wilayah Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur merupakan WS lintas provinsi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. Sesuai ketentuan dalam UU No. 17 Tahun 2019, WS lintas provinsi dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat c.q. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 3. Bahwa berdasarkan hal-hal yang disampaikan pada butir (1) dan butir (2) di atas, serta informasi hasil observasi lapangan dan diskusi bersama stakeholders Pemerintah Daerah di Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur, Ketua TKPR Jabodetabekpunjur memberikan arahan bahwa PMO TKPR Jabodetabekpunjur perlu menyusun suatu konsep inovasi pengelolaan sumber daya air yang dapat menjembatani bottleneck lintas kewenangan sebagaimana terjadi di WS Ciliwung-Cisadane. Konsep inovasi pengelolaan sumber daya air tersebut disusun dengan prinsip-prinsip berikut: • sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (UU No. 17 Tahun 2019); • memperhatikan asas kemanfaatan umum, keseimbangan, kemandirian, keberlanjutan, keterpaduan dan keserasian, serta transparansi dan akuntabilitas;
Melayani, Profesional, Terpercaya
• memperhatikan beban dan kapasitas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota, demi mewujudkan pengelolaan sumber daya air yang holistik dan efektif dalam suatu wilayah sungai, khususnya WS Ciliwung-Cisadane di Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur; dan • responsif, adaptif, handal, dan tangguh terhadap ancaman daya rusak air. 4. Bahwa konsep inovasi sebagaimana dimaksud pada butir (3) di atas akan disampaikan dalam waktu dekat kepada Menteri PUPR selaku menteri yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan sumber daya air berdasarkan UU No. 17 Tahun 2019. Konsep inovasi pengelolaan sebagaimana dimaksud memiliki pokok-pokok sebagai berikut: a. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengelolaan Sumber Daya Air yang menjabarkan amanat-amanat pengelolaan sumber daya air dalam UU No. 17 Tahun 2019, perlu ditambahkan klausul yang mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan bersama/collaborative management sumber daya air. Collaborative management tersebut dapat dilakukan bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam suatu WS, baik pada WS yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. b. Ketentuan-ketentuan umum terkait norma, standar, prosedur, dan/atau kriteria (NSPK) dalam penyelenggaraan collaborative manangement sebagaimana dimaksud pada butir (4) huruf a, diatur dalam bentuk Peraturan Menteri PUPR. c. Ketentuan-ketentuan yang lebih detail dalam rangka teknis dan operasional penyelenggaraan collaborative management sebagaimana dimaksud pada butir (4) huruf a, diatur dalam bentuk Keputusan Menteri PUPR. d. Selain inovasi telah disebutkan dalam butir (4) huruf a, huruf b, dan huruf c, terdapat yang inovasi alternatif dalam tata kelola sumber daya air yang dapat dipertimbangkan oleh Menteri PUPR. Inovasi alternatif tersebut adalah tinjauan terhadap Peraturan Menteri PUPR No. 01/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air. Peninjauan tersebut perlu dilakukan dalam rangka pembaharuan peraturan guna mengakomodasi itikad kolaborasi dan partisipasi aktif Pemerintah Daerah dalam upaya pengelolaan sumber daya air. Pembaharuan sebagaimana dimaksud adalah dengan menambahkan rezim izin pengelolaan baru, yaitu Izin Operasi dan/atau Izin Pemeliharaan Sumber Daya Air kepada entitas Pemerintah Daerah. e. Usulan peninjauan dan pembaharuan terhadap Peraturan Menteri PUPR No. 01/PRT/M/2016 sebagaimana dimaksud dalam butir (4) huruf d didasarkan kepada fakta hukum bahwa objek pengaturan dalam regulasi tersebut sejatinya hanya ditujukan kepada entitas individu dan/atau badan usaha yang bermaksud mengusahakan dan menggunakan sumber daya air. Objek pengaturan dalam regulasi tersebut tidak termasuk ditujukan kepada entitas Pemerintah Daerah yang acapkali menyelenggarakan aktivitas pemeliharaan sumber daya air (a.l. pengerukan sedimen di sungai, situ, danau, dan badan air lainnya) dengan tujuan melindungi masyarakat setempat dari ancaman risiko/kerugian akibat daya rusak air. Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 17 Tahun 2019, aktivitas pemeliharaan sumber daya air bukanlah termasuk aktivitas pengusahaan sumber daya air maupun aktivitas penggunaan sumber daya air. 5. Bahwa dalam tataran implementatif di Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur, inovasi pengelolaan sumber daya air secara collaborative management sebagaimana dimaksud dalam butir (4) huruf a, huruf b, dan huruf c dapat menjadi solusi strategis akan kebutuhan pembaharuan atas Kesepakatan Bersama sebagaimana dimaksud dalam butir (1) di atas. Gambaran implementasi inovasi tersebut adalah sebagai berikut:
Melayani, Profesional, Terpercaya
• Menteri PUPR menetapkan Keputusan Menteri PUPR yang mengatur secara rinci tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam menyelenggarakan pengelolaan bersama (collaborative management) sumber daya air di WS Ciliwung- Cisadane. • Keputusan Menteri PUPR tersebut antara lain dapat mengatur detail pembagian tugas dan kewenangan pengelolaan terhadap ruas sungai, ruas drainase, situ, danau, embung, waduk, dan unit bangunan air dan bangunan pengendali banjir. • Keputusan Menteri PUPR tersebut harus didahului dengan penetapan Peraturan Menteri PUPR yang mengatur NSPK penyelenggaraan collaborative management sebagaimana telah dijelaskan dalam butir (4) huruf b. 6. Bahwa dalam perspektif hukum ketatanegaraan, serta ditinjau dalam perspektif ketentuan dalam Pasal 9 s/d Pasal 20 UU No. 17 Tahun 2019, collaborative management sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam butir (4) huruf a tidak akan bertentangan peraturan perundangan yang berlaku. Dengan catatan bahwa seluruh ketentuan, baik yang bersifat umum seperti NSPK maupun yang bersifat detail, teknis, dan/atau operasional, terkait penyelenggaraan collaborative management tersebut harus ditetapkan oleh Pemerintah Pusat d.h.i. Menteri PUPR. 7. Terkait dengan usulan percepatan penetapan sempadan sungai-sungai di Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur, utamanya untuk penetapan sempadan sungai-sungai lintas provinsi, telah dikoordinasikan secara intensif dengan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR, dan diupayakan dapat direalisasikan secepat-cepatnya dalam Tahun Anggaran 2022 dan selambat- lambatnya dalam Tahun Anggaran 2023. II. Penertiban Penguasaan dan Pemilikan Tanah pada Jaringan Sistem Drainase Perkotaan D. K. I. Jakarta 8. Bahwa terkait permasalahan penguasaan dan/atau kepemilikan tanah di atas jaringan sistem drainase perkotaan di D.K.I. Jakarta, akan ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang, Kementerian ATR/BPN dengan dikoordinasikan pelaksanaannya oleh PMO TKPR Jabodetabekpunjur. Guna mendukung proses tindak lanjut tersebut, kami mohon bantuan Saudara agar dapat menyampaikan data spasial tematik detail terkait sistem drainase perkotaan di D. K. I. Jakarta. III. Restorasi dan Pengamanan Situ dan Sempadannya 9. Bahwa upaya restorasi situ dan sempadannya untuk menjadi ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka biru (RTB) yang terintegrasi merupakan upaya yang sangat baik dalam rangka implementasi konsep sponge city. Dalam upaya restorasi tersebut, sangat diperlukan tindakan segera (quick action) berupa: a. Pengamanan yuridis berupa pendaftaran tanah terhadap bidang situ dan sempadannya dan penetapan hak atas tanah (HAT) pada bidang situ dan sempadannya berupa hak pakai; dan b. Pengamanan fisik berupa pembangunan infrastruktur penunjang yang dapat menegaskan delineasi badan air situ, antara lain berupa pagar, jalan inspeksi dan/atau jogging track di sekeliling situ. 10. Usulan pengamanan yuridis sebagaimana dimaksud pada butir (9) huruf a di atas telah dikoordinasikan dan didukung oleh Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, didasarkan fakta bahwa situ-situ yang berada di sekitar kawasan permukiman perkotaan sangat rentan untuk menyusut, mengering, dan bahkan ‘hilang’. Pengamanan yuridis atas bidang situ dan sempadannya tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan- ketentuan berikut: • Status inventarisasi situ sebagai Barang Milik Daerah (BMD) provinsi sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Melayani, Profesional, Terpercaya
• Sesuai ketentuan-ketentuan terkait teknis pendaftaran tanah yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional, pengajuan permohonan pendaftaran tanah atas bidang situ dan sempadannya dilakukan oleh ‘pemilik’ situ, yaitu oleh Pemerintah Daerah provinsi. • Pemberian dan penetapan HAT pada bidang situ dan sempadannya adalah berupa Hak Pakai yang akan diberikan kepada ‘pemilik’ situ, yaitu Pemerintah Daerah provinsi. • Dalam hal situ-situ yang terletak pada WS kewenangan Pemerintah Pusat, seperti halnya situ-situ yang terletak di D. K. I. Jakarta yang termasuk dalam WS Ciliwung-Cisadane, maka Pemerintah Provinsi D. K. I. Jakarta c.q. Badan Pengelola Aset Daerah dan Dinas Sumber Daya Air wajib melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian PUPR c.q. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air selama pelaksanaan seluruh tahapan pendaftaran tanah atas bidang situ dan sempadannya. Koordinasi dan konsultasi tersebut sesuai ketentuan dalam UU No. 17 Tahun 2019, serta terkait ketentuan dalam hal penetapan garis sempadan situ yang diatur melalui Peraturan Menteri PUPR No. 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau. 11. Bahwa dalam rangka implementasi segera (quick implementation) terhadap usulan pengamanan yuridis terhadap situ sebagaimana disebutkan pada butir (9) huruf a dan butir (10) di atas, PMO TKPR Jabodetabekpunjur merekomendasikan 7 (tujuh) situ di bawah ini untuk dapat segera didaftarkan status pertanahannya agar dapat diperoleh kepastian yuridis terhadap situ-situ tersebut. Situ-situ yang direkomendasikan di bawah ini merupakan situ-situ di D. K. I. Jakarta yang memiliki status pertanahan dan tata ruang relatif clean and clear. Situ-situ tersebut adalah sebagai berikut: 1) Situ Babakan di Kecamatan Jagakarsa, Kota Administratif Jakarta Selatan; 2) Situ Manggabolong di Kecamatan Jagakarsa, Kota Administratif Jakarta Selatan; 3) Situ Badung di Kecamatan Cakung, Kota Administratif Jakarta Timur; 4) Situ Gelam di Kecamatan Cakung, Kota Administratif Jakarta Timur; 5) Situ Penggilingan di Kecamatan Cakung, Kota Administratif Jakarta Timur; 6) Situ Rorotan di Kecamatan Cakung, Kota Administratif Jakarta Timur; dan 7) Situ Bambon di Kecamatan Ciracas, Kota Administratif Jakarta Timur. IV. Restorasi dan Pengamanan Sempadan Sungai & Floodplain 12. Sejalan dengan upaya restorasi dan pengamanan situ, upaya restorasi dan pengamanan sempadan sungai & floodplain untuk menjadi ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka biru (RTB) yang terintegrasi juga merupakan upaya yang sangat baik dalam mengurangi risiko banjir. Pengurangan risiko banjir dalam strategi ini dilaksanakan dengan cara mengurangi exposure masyarakat terhadap ancaman banjir fluvial. Secara umum, dalam upaya restorasi dan pengamanan sempadan sungai & floodplain, dibutuhkan tindakan-tindakan sebagai berikut: a. Penetapan Garis Sempadan Sungai oleh Menteri PUPR sesuai ketentuan Peraturan Menteri PUPR No. 28/PRT/M/2015 dan berdasarkan analisis geografik atas kondisi topografi zona riparian sungai; b. Pembebasan lahan sempadan sungai dan pengamanan yuridis sempadan sungai & floodplain dengan cara pendaftaran tanah dan penetapan HAT atas bidang sempadan sungai & floodplain; dan c. Pengamanan fisik berupa pembangunan infrastruktur penunjang yang dapat menegaskan delineasi floodplain, sempadan sungai, dan/atau badan sungai itu sendiri, antara lain berupa jalan inspeksi, tanggul, turap, dan sebagainya. Namun demikian, khususnya di wilayah D. K. I. Jakarta, sempadan sungai & floodplain umumnya telah diokupasi oleh masyarakat sedemikian rupa sehingga relatif sulit untuk dilakukan restorasi dan pengamanan. Terang bahwa kondisi tersebut telah menjadi bottleneck dalam upaya restorasi dan pengamanan sempadan sungai & floodplain di D. K. I. Jakarta.
Melayani, Profesional, Terpercaya
13. Guna mendukung upaya percepatan penyelesaian bottleneck dalam upaya restorasi dan pengamanan atas sempadan sungai & floodplain sebagaimana dimaksud pada butir (12) di atas, PMO TKPR Jabodetabekpunjur tengah menyusun Protokol Penatagunaan Tanah di Kawasan Sempadan Sungai yang diharapkan dapat menjadi solusi integratif dan holistik atas permasalahan permukiman kumuh di sempadan sungai, permasalahan banjir yang melanda masyarakat di sekitar sungai, dan permasalahan penyediaan RTH dan RTB yang terintegrasi untuk memenuhi ketentuan penyediaan RTH publik sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Protokol sebagaimana dimaksud diharapkan dapat diselesaikan pada akhir Tahun Anggaran 2022. V. Koordinasi dan Komunikasi Lebih Lanjut 14. Untuk koordinasi dan komunikasi lebih lanjut, diharapkan Saudara dapat menugaskan pejabat/staf yang berwenang untuk menjadi penanggung jawab (PJ) koordinasi antara PMO TKPR Jabodetabekpunjur dengan instansi Saudara. Dalam hal ini, kami menugaskan Sdr. Galih (kontak ponsel: 0858-1755-6173) sebagai PJ koordinasi dari pihak PMO TKPR Jabodetabekpunjur. 15. Penyampaian data dan informasi dapat dilakukan baik secara langsung (luring) maupun daring. Penyampaian secara daring dilakukan melalui media surel (e- mail) dengan alamat surel: sekretariat@pmojabodetabekpunjur.id. Demikian kami sampaikan hal-hal terkait tanggapan dan tindak lanjut fasilitasi dan koordinasi pengelolaan infrastruktur pengendali banjir dan drainase di D. K. I. Jakarta. Kami mohon dengan hormat agar Saudara dapat memberikan tanggapan dan tindak lanjut atas usulan-usulan yang telah kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama yang baik, kami ucapkan terima kasih.
Direktur PMO TKPR Jabodetabekpunjur,
Ir. Wisnubroto Sarosa, C.E.S., M.Dev.Plg.
Tembusan surat dinas ini disampaikan kepada Yth.
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional selaku Ketua TKPR Jabodetabekpunjur (sebagai laporan) 2. Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional selaku Ketua Tim Pelaksana dalam TKPR Jabodetabekpunjur (sebagai laporan) 3. Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional selaku Ketua Pokja Pengendalian Tata Ruang dan Pertanahan dalam TKPR Jabodetabekpunjur 4. Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 5. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional D. K. I. Jakarta 6. Kepala Dinas Sumber Daya Air, Pemerintah Provinsi D. K. I. Jakarta 7. Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan, Pemerintah Provinsi D. K. I. Jakarta 8. Kepala Badan Pengelola Aset Daerah, Pemerintah Provinsi D. K. I. Jakarta 9. Ketua Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan, Pemerintah Provinsi D. K. I. Jakarta