Anda di halaman 1dari 62

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

PROGRAM:
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

KEGIATAN:
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LAHAN GAMBUT

PEKERJAAN:
KONSTRUKSI PEMBUATAN SEKAT KANAL PERMANEN
KHG SUNGAI PAWAN – SUNGAI TOLAK

LOKASI:
KABUPATEN KETAPANG

SUMBER DANA :
TUGAS PEMBANTUAN (TP) RESTORASI GAMBUT

TAHUN ANGGARAN :
2019

SATUAN KERJA :
DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN BARAT
KERANGKA ACUAN KERJA
KONSTRUKSI PEMBUATAN SEKAT KANAL PERMANEN
KHG SUNGAI PAWAN – SUNGAI TOLAK
KABUPATEN KETAPANG

1. Latar Belakang Lahan dan hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang
unik, namun sangat rentan terhadap adanya gangguan
eksternal. Ekosistem gambut terbentuk dari interaksi dan
kesatuan antara substrat (tanah organik), air (hidrologi) dan
vegetasi secara utuh dan solid. Ekosistem gambut memiliki nilai
dan jasa lingkungan penting seperti pengendali danpengatur
hidrologi, pemendam (sink) dan penambat (sequester) karbon,
sumber plasma nuftah dan keragaman hayati serta manfaat
sosial-ekonomi lainnya.

Sistem saluran drainase atau kanal pada lahan gambut


cenderung untuk mengeluarkan atau melepaskan air, sehingga
lahan gambut menjadi kering, mudah teroksidasi dan
melepaskan carbon dalam jumlah yang besar, akan mengalami
penurunan (subsidence) dan sangat rentan untuk terbakar.
Untuk mengurangi kehilangan air dari lahan gambut dan untuk
menaikan kondisi muka air tanah serta mempertahankan
kondisi lembab gambut, maka kanal kanal yang ada perlu di
sekat dengan menggunakan sekat kanal (sekat kanal), sehingga
pelepasan carbon, subsidence dan kebakaran lahan dapat
diminimalisir.

Pembuatan kanal drainase secara masif pada ekosistem lahan


gambut secara berlebihan (overdrainage), yang disebabkan oleh
peningkatan laju aliran air keluar (surface run off) dan
penurunan daya simpan air (water retention) pada kawasan
gambut. Akibat selanjutnya adalah terjadi penurunan muka air
gambut (ground water table) yang berimplikasi pada
peningkatan oksidasi, pengamblesan dan kerentanan bahaya
kebakaran. Pemulihan gambut terdegradasi dan terdrainase
dapat dilakukan dengan membangun infrastruktur pembasahan
gambut (peat rewetting infrastructure) yang bertujuan untuk
mereduksi laju aliran keluar dan menaikkan simpanan air di
badan kanal dan wilayah sekitarnya.
Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi degradasi
ekosistem gambut beserta dampat yang ditimbulkan adalah
melakukan kegiatan restorasi (pemulihan) secara sistematis,
terencana dan terukur. Untuk itu telah dibentuk BAdan Restorasi
Gambut (BRG) melaui Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016.
BRG diberikan tugas pokok dan fungsi untuk
mengkoordinasikan dan memfasilitasi pelkasanaan kegiatan
restorasi gambut di 7 (tujuh) provinsi salah satunya adalah
provinsi Kalimantan Barat.

Didalam mengimplementasikan kegiatan restorasi gambut, BRG


menggunakan 3 (tiga) pendekatan pokok yaitu Pembasahan
Gambut (Peat Rewatting), Revegetasi (Revegetation) dan
Revitaslisasi Sumber Mata Pencaharian (Revitalization of Local
Livelihoods) dimana ketiga pendekatan ini lebih dikenal sebagai
pendekatan 3R. Kegiatan pembasahan gambut (Peat Rewetting)
dilaksanakan melalui pembangunan infrastruktur pembasahan
gambut seperti sekat kanal (Canal Blocking), penimbunan Kanal
(canal backfilling) dan sumur bor (deep wells).

Pada Tahun Anggaran 2019 Satuan Kerja Dinas Perumahan


Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi
Kalimantan Barat akan melaksanakan pekerjaan konstruksi
Pembuatan Sekat Kanal Permanen di KHG Sungai Pawan –
Sungai Tolak Kabupaten Ketapang yang dananya bersumber
dari Dana Tugas Pembantuan Restorasi Gambut Provinsi
Kalimantan Barat TAhun 2019

2. Maksud dan Tujuan Maksudnya adalah :


Maksud dari pekerjaan ini adalah pekerjaan fisik/konstruksi
Pembuatan Sekat Kanal Permanen.
Tujuannya adalah :
Terbangunnya konstruksi Pembuatan Sekat Kanal Permanen
secara tepat waktu, tepat mutu, tepat biaya dan transparan, serta
akurat sehingga hasilnya dapat dipertanggung Jawabkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dengan mutu yang baik
dengan mengacu pada gambar desain serta spesifikasi teknis
pekerjaan.

3. Sasaran Restorasi gambut melalui pendekatan Pembasahan Gambut (Peat


Rewetting) dengan pembangunan Sekat Kanal Permanen.

4. Lokasi Pekerjaan KHG Sungai Pawan – Sungai Tolak Kab. Ketapang

5. Sumber Pendanaan Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN (Tugas
Pembantuan) Tahun Anggaran 2019 Dengan Biaya Sebesar
Rp. 908.926.000,- (Sembilan Ratus Delapan Juta Sembilan Ratus
Dua Puluh Enam Ribu Rupiah)
6. Organisasi Pengguna Satuan Kerja Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Jasa Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat

7. Data Dasar Data dasar yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini
adalah Hasil SID dan DED serta Rapid Assesmen (RA) yang
dilakukan oleh BAdan Restotrasi Gambut dan Dinas Perumahan
Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi
Kalimantan Barat.

8. Standar Teknis Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan


Kerusakan Lingkungan Nomor : P.4/PPKL/PKG/PKL.0/6/2019
tentang Standar Biaya Pembangunan Infrastruktur Pembasahan
Untuk Pemulihan Infrastruktur Gambut.

9. Referensi Hukum 1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.


2. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
3. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi;
4. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara;
5. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara.
6. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang;
7. Undang-Undang No. 32 Tahun 2010, tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
8. Undang-Undang No. 23 Tahun 2015 tentang Pemerintahan
Daerah;
9. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan;
10. Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2014 tentang
perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut;
11. Peraturan Pemerintah No.57 tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Ekosistem Gambut;
12. Peraturan Presiden No.38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur;
13. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya serta
turunannya;
14. Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Pertama Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
15. Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air;
16. Peraturan Presiden No. 1 Tahun 2016 tentang Badan
Restorasi Gambut (BRG);
17. Peraturan Menteri PU Nomor 10/PRT/M/2008 tentang
Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum Yang Wajib Dilengkapi denganUKL/UPL;
18. Peraturan Menteri PU Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
Dan Jasa Konsultansi;
19. Peraturan Menteri PU Nomor 14 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Peraturan Menteri PU Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Dan Jasa Konsultansi;
20. Peraturan Menteri PU Nomor 31 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Peraturan Menteri PU Nomor 14 Tahun 2013
Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Dan Jasa Konsultansi;
21. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun
2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup;
22. Peraturan Menteri PUPR Nomor 28 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum beserta lampiran-lampirannya;
23. Peraturan Menteri PUPR Nomor 10/PRT/M/2015 tentang
Rencana dan Rencana Teknis;
24. Peraturan Menteri PUPR No.29/PRT/M/2015 tentang
Rawa;
25. Peraturan Menteri PUPR No 30/PRT/M/2016 tentang
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi;
26. Peraturan Menteri PUPR No.11/PRT/M/2015 tentang
eksploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa
pasang surut;
27. PeraturanMenteriKLHK
28. No.32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang
pengendalian kebakaran hutan dan lahan; dan
29. Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No.P.4/SETJEN/ROKEU/KEU.1/8/2018 tentang
Pedoman Standar Biaya Kegiatan Tahun Anggaran 2019.

11. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan Persiapan


b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan Konstruksi
d. Pekerjaan Lain-lain
12. Keluaran Keluaran yang dihasilkan oleh Kontraktor Pelaksana dari
Pekerjaan ini adalah Sekat Kanal Permanen yang memenuhi
standar yang telah ditetapkan didalam gambar
perencanaan/design serta spesifikasi teknis yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari Kontrak kerja dengan rincian
sebagai berikut :
a. Sekat Kanal Permanen Type KSE-PK-P-2 (3,50 M < LK
s/d 5,00 M) sebanyak 6 Unit.
b. Sekat Kanal Permanen Type KSE-PK-P-3 (5,00 M < LK
s/d 7,00 M) sebanyak 2 Unit.
serta dilengkapi oleh :
 Rencana Mutu Kontrak (RMK) sebanyak 3 (tiga)
eksamplar
 Shop Drawing/Gambar MC 0 sebanyak 3 (tiga)
eksamplar
 As Buil Drawing (ABD)/Gambar MC 100 sebanyak 3
(tiga) eksemplar
 Laporan harian, mingguan dan bulanan sebanyak 3
(tiga) eksamplar
 Dokumentasi pekerjaan untuk semua item pekerjaan
kondisi 0%, 50% dan 100% sebanyak 3 (tiga) eksamplar

13. Peralatan dan Material Tidak ada


dari Pengguna jasa

14. Peralatan dan Material Selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa
dari Penyedia Jasa berkewajiban menyediakan seluruh sarana dan prasarana yang
memadai demi terlaksananya pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

15. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa berhak mengajukan pembayaran didasarkan pada
Penyedia Jasa kemajuan pekerjaan atau prestasi kerja yang dibuktikan dengan
Berita Acara sesuai dengan kegiatan dilapangan, dan dilakukan
secara bertahap.

16. Jangka Waktu Kegiatan ini dilaksanakan dalam jangka waktu 80 ( Delapan
Penyelesaian Pekerjaan Puluh ) hari kalender terhitung sejak Surat Perjanjian Kerja
sudah ditandatangani atau terhitung sejak dikeluarkan Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK).

17. Personil Untuk melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor Pelaksana harus


menyediakan tenaga yang memenuhi ketentuan, baik ditinjau
dari segi lingkup pekerjaan maupun tingkat kompleksitas
pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi Teknis pekerjaan yang
terdiri dari :.
Kualifikasi
Posisi
Pendidikan Keahlian Pengalaman
Site Manager S1 Teknik Sipil/D3 Ijazah + SKTK 3/5
(1 Orang) Teknik Sipil (TS 033) Tahun
Quality & S1 Teknik Sipil/D3 Ijazah + Sertifikat 3/5/7
Quantity Teknik Sipil/SMK Pelatihan Tahun
Engineer Bangunan Manajemen Mutu
(1 Orang) (Quality
Insurance) yang
dikeluarkan Oleh
Kementerian PUPR
Surveyor S1 Teknik Sipil/D3 Ijazah + Sertfikat 3/5/7
(1 Orang) Teknik Sipil/SMK Pelatihan Teknisi Tahun
Bangunan Survey Teknik Sipil
yang dikeluarkan
oleh Kementerian
PUPR
Pelaksana STM/SMK Ijazah + SKTK 7 Tahun
Lapangan Bangunan (TS 033)
(1 Orang)
Tenaga K3 S1 Teknik Sipil/D3 Ijazah + Sertifikat 3/5/7
1 Orang) Teknik Sipil/SMK Pelatihan K3 Tahun
Bangunan Konstruksi yang
dikeluarkan oleh
Kementerian PUPR
Administrasi SMA/SMK Ijazah 3 Tahun
(1 Orang) Sederajat

18. Peralatan No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah


1. Dump Truck 4 M3 1 Unit
2. Pick Up - 2 Unit
3. Gerobak Dorong - 10 Unit
4. Pompa Air 4 Inch 4 Unit
5. GPS ‘- 1 Unit

Catatan :
a. Peralatan/fasilitas sebagaimana tercantum pada Tabel
Peralatan dia atas adalah peralatan/fasilitas minimal yang
wajib ditawarkan/diajukan/disediakan oleh peserta lelang
dalam melakukan penawaran untuk pekerjaan ini.
b. Melampirkan bukti kepemilikan alat, apabila milik sendiri
dan perjanjian sewa apabila bukan milik sendiri.
c. Khusus untuk peralatan No.1 dan 2 berupa rekaman STNK
(Lunas Pajak) dan KIR yang sah dan berlaku.

19. Persyaratan Kualifikasi Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan Kualifikasi Bidang Usaha
Bangunan Sipil/Kecil.

20. Produksi dalam Negeri Semua kegiatan jasa Pelaksana Konstruksi (Kontraktor)
berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah Negara
Republik Indonesia.
21. Persyaratan Kerjasama Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan
untuk pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini maka
persyaratan berikut harus dipatuhi:
memiliki perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi yang
memuat persentase Kemitraan/KSO dan perusahaan yang
mewakili Kemitraan/KSO tersebut.

Pontianak, 26 Agustus 2019

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan
Permukiman dan Lingkungan Hidup
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Yosafat Triadhi Andjioe, ST, MM, MT


NIP. 19691024 199803 1 007
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN PEMBANGUNAN SEKAT KANAL PERMANEN
KHG SUNGAI PAWAN-SUNGAI TOLAK
KABUPATEN KETAPANG

BAGIAN SATU
URAIAN SPESIFIKASI TEKNIS

A. UMUM
Sekat Kanal Permanen yang akan dilaksanakan di kawasan
konservasi/hutan lindung/budidaya Non Konsesi dikategorikan sebagai
pekerjaan konstruksi. Pekerjaan Sekat Kanal Permanen akan
dilaksanakan sesuai dengan gambar dan biaya yang telah ditetapkan.
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) wajib mempelajari
gambar asli untuk dikonsultasikan dengan Direksi Teknis dan
memastikan serta melakukan perbaikan setiap kesalahan atau
perbedaan yang terjadi. Penyedia Jasa Pemborongan
(Kontraktor) dan Direksi Teknis harus mencapai kesepakatan
dalam menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat
dalam gambar. Kuantitas dalam daftar dan harga dapat diubah
oleh Direksi Teknis setelah pemeriksaan terhadap pekerjaan lapangan
telah selesai. Perubahan yang terjadi dilaksanakan berdasarkan data
survey lapangan yang dikumpulkan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan (Kontraktor) dan Direksi Teknis sebagai bagian dari
cakupan pekerjaan dalam Kontrak.

B. SURVEY LAPANGAN OLEH PENYEDIA JASA PEMBORONGAN


(KONTRAKTOR)
Selama periode mobilisasi pada saat dimulai kontrak, Penyedia
Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus melaksanakan survey
lapangan yang lengkap terhadap kondisi topografi, geoteknik dan lain
sebagainya. Ketentuan survey lapangan yang lengkap dan detil dalam
Rekayasa Lapangan adalah suatu kegiatan untuk mencari kesesuaian
antar rancangan asli yang ditunjukkan dalam gambar dengan
kebutuhan aktual di lapangan. Kegiatan ini terdiri dari survei lapangan
dan analisis data lapangan.
Tujuan tinjau Rekayasa Lapangan yaitu:
1. Mendetailkan rancangan asli yang dilakukan pada periode mobilisasi
dan hanya diterapkan pada rancangan bertahap (phasing design).
2. Menerapkan rancangan detil di lapangan yang umumnya dilakukan
selama masa pelaksanaan pekerjaan dan dapat diterapkan baik
pada rancangan bertahap (phasing design) maupun pada
rancangan lengkap (full engineering design).

Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus menyediakan


personil tenaga tukang ahli untuk memperlancar pelaksanaan
pekerjaan sehingga diperoleh mutu, kinerja dan dimensi sesuai dengan
yang disyaratkan dalam ketentuan.
Pada awal pelaksanaan pekerjaan, tenaga tukang ahli tersebut harus
disertakan dalam pelaksanaan suatu survey lapangan yang lengkap
dan menyiapkan laporan hasil survey lapangan untuk menentukan
kondisi fisik yang bersangkutan. Direksi Teknis dapat melaksanakan
peninjauan kembali rancangan atau revisi desain dan menyelesaikan
serta menerbitkan detil pelaksanaan sebelum kegiatan pelaksanaan
dimulai. Selanjutnya personil tersebut harus disertakan dalam
pematokan (staking out) dan survey seluruh proyek, investigasi dan
pengujian bahan tanah, dan rekayasa serta penggambaran untuk
menyimpan dokumen rekaman proyek. Penyedia Jasa
Pemborongan (Kontraktor) harus mengerahkan personil tekniknya
untuk melakukan survei lapangan dan membuat laporan tentang
kondisi fisik dan struktur bangunan lengkap dan struktur lainnya, dan
perlengkapan jalan lainnya seperti rambu jalan, patok kilometer, pagar
pengaman. Pekerjaan survei lapangan ini harus dilaksanakan pada
seluruh panjang jalan dalam lingkup Kontrak, mencakup pada:
a. Gambar Kerja Awal dan Gambar Kerja Terbangun
Penyedia Jasa harus mempelajari gambar asli yang terdapat
dalam Dokumen Kontrak dan melakukan pengukuran (uitzeting)
untuk membuat gambar kerja (shop drawing) sambil berkonsultasi
dengan Direksi Teknis
Setelah pekerjaan itu selesai, Penyedia Jasa Pemborongan
(Kontraktor) mengukur dan membuat gambar As Built
Drawing), gambar ini harus diantisipasi terhadap perubahan
kecil pada alinyemen, ruas dan detail yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan.
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud dari gambar dan
spesifikasi serta tidak boleh mengambil keuntungan atas setiap
kesalahan atau kekurangan dalam gambar atau perbedaan antar
gambar dan spesifikasi.
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus menandai
dan memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan. Direksi Teknis
akan melakukan perbaikan dan interpretasi untuk melengkapi
spesifikasi dan gambar ini apabila terjadi perubahan. Dimensi yang
diberikan dalam gambar atau hasil perhitungan dan pengukuran
berdasarkan skala tidak boleh digunakan kecuali bila disetujui oleh
Direksi Teknis.
Setiap penyimpangan dari gambar sehubungan dengan kondisi
lapangan tidak terantisipasi akan ditentukan dan diperintahkan
secara tertulis Direksi Teknis. Penyedia Jasa Pemborongan
(Kontraktor) dan Direksi Teknis harus mencapai kesepakatan
terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang diambil terhadap
gambar dalam kontrak ini.

b. Survei Struktur dan Pekerjaan Lainnya


Survei Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) pada
pekerjaan Sekat Kanal Permanen (canal blocking) harus
dilaksanakan di bawah pengawasan Direksi Teknis yang harus
menjamin bahwa semua kondisi yang ada telah dicatat dengan baik
dan teliti. Formulir pelaporan kondisi tersebut harus dalam formulir
yang dapat diterima Direksi Teknis.
Kegagalan dalam melaksanakan pekerjaan survei lapangan,
Penyelesaian pekerjaan survei lapangan yang tepat waktu yang
tercakup dalam pasal ini akan sangat menentukan bagi kewajiban
Direksi Teknis dalam melaksanakan peninjauan kembali rancangan
atau revisi desain dan menyediakan gambar pelaksanaan bagi
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) sebelum dimulainya
kegiatan pelaksanan yang ditentukan. Direksi Teknis akan
memantau kemajuan kegiatan survei lapangan yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) untuk menjamin
bahwa pekerjaan ini akan selesai dalam batas waktu yang
ditentukan.
Jika menurut pendapat Direksi Teknis, kemajuan kegiatan survei
lapangan oleh Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) tidak
dapat memenuhi waktu yang telah dijadwalkan atau bilamana
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) tidak memulai
pekerjaan tersebut, atau tidak melaksanakan pekerjaan tersebut
menurut standar yang diminta Direksi Teknis, maka dapat
memilih untuk menyelesaikan survei lapangan itu dengan sumber
dayanya sendiri atau sumber daya lainnya sebagaimana dipandang
perlu.
C. PEKERJAAN SURVEY PELAKSANAAN
1. Setelah Direksi Teknis menyelesaikan peninjauan kembali
rancangan (design review) atau revisi desain dan menerbitkan
gambar kerja, Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor)
harus yakin bahwa surveyor yang telah dilengkapi dengan semua
gambar yang berisi informasi paling akurat tentang potongan
melintang standar. Semua pengukuran Survei lapangan harus
dicatat dalam buku catatan standar untuk survei lapangan;
2. Periksalah gambar rencana Sekat Kanal Permanen, dan siapkan
sebuah denah/layout yang menunjukkan dengan pasti posisi setiap
lokasi rencana Sekat Kanal Permanen yang berhubungan dengan
rencana keseluruhan proyek.

D. PENETAPAN TITIK PENGUKURAN


1. Penentuan titik lokasi rencana Sekat Kanal Permanen, ditentukan
berdasarkan area (zonasi) pemetaan kawasan konservasi/hutan
lindung atau area produksi lain (APL/Budidaya). Bila titik lokasi
rencana terletak pada area lindung/konservasi maka digunakan
Sekat Kanal Permanen tanpa peluap, dan pada area budidaya maka
digunakan Sekat Kanal Permanen dengan peluap, kecuali bila
diperlukan perubahan pada pekerjaan ini, titik rencana akan
diterbitkan oleh Direksi Teknis dan data-data detilnya akan
diserahkan kepada Penyedia Jasa bersama dengan semua
data yang bersangkutan untuk menentukan titik lokasi Sekat
Kanal Permanen yang akan diubah;
2. Jika dipandang perlu menurut pendapat Direksi Teknis, Penyedia
Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus melakukan survei
dengan akurat pada lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk
memungkinkan peninjauan kembali rancangan atau revisi desain,
3. Bilamana diperlukan untuk tujuan pengukuran kuantitas, maka
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus melakukan
pengukuran penampang melintang pada permukaan tanah asli,
atau jika diperintahkan lain oleh Direksi Teknis. Profil yang
diterbitkan harus digambar di atas kertas A3 dengan skala, ukuran
dan tata letak (lay out) sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi
Teknis. Gambar penampang melintang harus menunjukkan elevasi
permukaan akhir yang diusulkan, yang diperoleh dari gambar detil
rancangan. Gambar profil asli bersama dengan tiga salinannya
harus diserahkan kepada Direksi Teknis. Direksi Teknis akan
menandatangani satu salinan untuk disetujui atau untuk direvisi,
dan selanjutnya dikembalikan kepada Penyedia Jasa
Pemborongan (Kontraktor);
BAGIAN DUA
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

A. UMUM
1. Uraian
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini
akan tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus
dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan dibagian-bagian lain dari
dokumen kontrak dan secara umum harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Mobilisasi untuk semua kontrak
1) Mobilisasi semua Tenaga Tukang dan pekerja yang
diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan
dalam Dokumen Kontrak;
2) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar
peralatan yang tercantum dalam penawaran, dan suatu
lokasi asal ke tempat pekerjaan di mana peralatan
tersebut akan digunakan menurut Kontrak ini;
3) Perkuatan aksesibilitas jalan untuk memudahkan mobilisasi
alat dan bahan.
b. Ketentuan mobilisasi dan fasilitasnya untuk Direksi Teknis,
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus
membuat/menyiapkan papan nama proyek;
c. Ketentuan mobilisasi fasilitas pengendalian mutu dan bahan
mendatangkan bahan-bahan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas dengan spesifikasi teknis
yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bahan-
bahan bangunan, dan diutamakan menggunakan bahan-bahan
produksi dalam Negeri;
d. Kegiatan demobilisasi untuk semua kontrak
Pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa
Pemborongan (Kontraktor) pada akhir periode pelaksanaan,
termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan
perlengkapan dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian
kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum
pekerjaan dimulai. Dalam hal ini pemindahan peralatan dari
tanah milik Pemerintah tidak akan mengurangi kewajiban
Penyedia Jasa untuk menyediakan semua sumber daya
yang diperlukan selama periode pemeliharaan seperti
keuangan, manajemen, peralatan, pekerja dan bahan.

B. PROGRAM MOBILISASI
1. Setelah penandatanganan Dokumen Kontrak, Penyedia Jasa
Pemborongan (Kontraktor) harus melaksanakan rapat pra
pelaksanaan yang dihadiri PPK, Direksi Teknis, dan Penyedia
Jasa Pemborongan (Kontraktor) untuk membahas semua hal,
baik yang teknis maupun yang non teknis dalam proyek ini;
2. Dalam waktu sehari setelah rapat pra pelaksanaan, serta jadwal
kemajuan pelaksanaan kepada Direksi Teknis untuk dimintakan
persetujuannya;
3. Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan
mobilisasi dan harus mencakup informasi tambahan berikut:
a) Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari
semua peralatan yang tercantum dalam daftar peralatan
yang diusulkan dalam penawaran bersama dengan
usulan cara pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan di
lapangan;
b) Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam bagan balok
(bar chart) yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama
dalam suatu kondisi kemajuan untuk menyatakan presentase
kemajuan mobilisasi.

C. PROGRAM DEMOBILISASI
1. Setelah pekerjaan selesai dan atau pada akhir periode pelaksanaan,
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) wajib melakukan
kegiatan demobilisasi semua instalasi, peralatan, perlengkapan dan
pengembalian kondisi lokasi kembali seperti semula sebelum
pekerjaan dimulai (contoh; pembongkaran direksi keet, mobilisasi
peralatan, dll);
2. Demobilisasi dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari
Direksi Teknis, yang tertuang berupa bukti Berita Acara Serah
Terima Pertama Pekerjaan (provisional hand over) dan atau sesuai
arahan Direksi Teknis.
BAGIAN TIGA
JADWAL PELAKSANAAN

A. UMUM
1. Uraian;
a. Jadwal pelaksanaan mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja
Konstruksi.
b. Jadwal pelaksanaan dari Penyedia Jasa Pemborongan
(Kontraktor) diperlukan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan yang sebagaimana mestinya atas pekerjaan. Jadwal
tersebut diperlukan untuk menjelaskan kegiatan-kegiatan
pekerjaan setelah kegiatan dalam program mobilisasi telah
selesai.
2. Pengajuan;
a. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus
menyiapkan jadwal pelaksanaan setelah Penandatanganan
Kontrak. Jadwal pelaksanaan itu harus diserahkan dan mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan ditandatangani oleh PPK,
dengan detil yang harus menunjukkan urutan kegiatan yang
diusulkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor)
dalam melaksanakan Pekerjaan;
b. Setiap akhir setiap bulan Penyedia Jasa harus melengkapi Jadwal
pelaksanaan untuk menggambarkan secara akurat kemajuan
pekerjaan (progress) aktual pada akhir bulan tersebut;
BAGIAN EMPAT
PEKERJAAN PERSIAPAN

A. MOBILISASI
1. Selama periode pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa
Pemborongan (Kontraktor) harus menyiapkan peralatan
mobilisasi untuk mengangkut peralatan (ex: Truck, Pick Up,
Perahu, Gerobak, dll);
2. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus
membersihkan lapangan untuk rencana jalur mobilisasi alat dan
bahan menuju lokasi Sekat Kanal Permanen kecuali rumah dan
bangunan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknis, serta
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus
mengupayakan solusi apabila menemui hambatan lainnya dalam
menuju lokasi;
3. Pembersihan lapangan, jalur saluran dan jalur tanggul termasuk
diantaranya: Pembersihan jalur saluran untuk memudahkan akses
ke lokasi dan tidak menimbulkan resiko/kerugian bagi pekerjaan
yang lain.

B. PEMBERSIHAN SAAT PELAKSANAAN


1. Penyedia Jasa harus melakukan pembersihan secara teratur
untuk menjamin bahwa tempat kerja, struktur. kantor
sementara, tempat hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa
bahan bangunan, sampah dan kotoran lainnya yang diakibatkan
oleh operasi-operasi peralatan ditempat kerja, dan pada saat
selesainya Pekerjaan, semua sisa bahan bangunan dan bahan-
bahan tak terpakai, sampah, perlengkapan, peralatan, dan mesin-
mesin harus disingkirkan seluruh permukaan terekspos yang
nampak harus dibersihkan dan proyek ditinggal dalam kondisi siap
pakai dan diterima oleh Direksi Teknis;
2. Bilamana dianggap perlu, Penyedia Jasa Pemborongan
(Kontraktor) harus menyemprot bahan dan sampah yang kering
dengan air untuk mencegah debu atau pasir yang berterbangan;
3. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus menyediakan
drum di lapangan untuk menampung sisa bahan bangunan, kotoran
dan sampah sebelum dibuang;
4. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus membuang
sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah di tempat yang telah
ditentukan sesuai dengan Peraturan Pusat maupun Daerah dan
Undang-Undang Pencemaran Lingkungan yang berlaku;
5. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) tidak
diperkenankan mengubur sampah atau sisa bahan bangunan
proyek tanpa persetujuan dari Direksi Teknis;
6. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) tidak
diperkenankan membuang limbah berbahaya, seperti cairan kimia,
minyak, atau thinner cat ke dalam saluran atau sanitasi yang ada;
7. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) tidak
diperkenankan mempergunakan api dan zat-zat berbahaya yang
dapat memicu kebakaran disekitar lokasi pekerjaan.

C. PEMASANGAN BOWPLANK
1. Sebelum pemasangan bowplank, dilakukan pembersihan lapangan
dan pengupasan tanah, untuk mendapatkan tanah permukaan asli
sebagai patokan permukaan atas badan dinding tanah, hal ini
termasuk tebas tebang area lokasi dari tanaman dan tumbuhan;
2. Kemudian dilakukan pengukuran dan Pemasangan Bowplank sesuai
dengan rencana perletakan dan pemancangan pondasi Sekat Kanal
Permanen sesuai dengan Gambar Desain;
3. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus membuat
peil pokok/patok utama untuk setiap unit pekerjaan yang
memerlukan bouwplank.
4. Peil pokok tersebut harus diikat ketinggiannya dengan peil yang
sudah ada atau terhadap tinggi peil setempat yang disetujui oleh
Direksi Teknis, dan hasil pengikatan peil tersebut harus ditandai
dengan cat merah.
5. Semua patok-patok/bouwplank harus terbuat dari bahan yang kuat
dan awet, dipasang kokoh tidak diperbolehkan untuk bisa berubah
tempat ataupun tertimbun tanah dan permukaan atasnya rata dan
sipat datar (waterpas).
6. Bouwplank harus diikat ketinggiannya dengan peil pokok, dan
ditandai ketinggiannya dengan cat merah.
7. Setelah pekerjaan pemasangan bouwplank selesai, Kontraktor
harus menyediakan alat ukur lengkap dengan perlengkapannya,
seperti juru ukur, pekerja-pekerja dan sebagainya yang diperlukan
oleh Direksi Teknis untuk pemeriksaan.
8. Jika pemasangan peil/bouwplank salah, maka Penyedia Jasa
Pemborongan (Kontraktor) harus membetulkan sampai
disetujui oleh Direksi Teknis.
BAGIAN LIMA
PEKERJAAN TANAH

A. PEKERJAAN PEMANGKASAN
Semua pekerjaan tanah dari tiap pekerjaan harus dilaksanakan
menurut ukuran dan ketinggian yang ditunjukan dalam gambar,
atau menurut ukuran dan kegiatan lain, yang mungkin akan
diperintahkan oleh Direksi Teknis. Ukuran-ukuran yang menyangkut
dengan ketinggian tanah, atau panjang pengukuran harus ditunjukkan
pada Direksi Teknis lebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan tanah
pada lokasi manapun.
Sebelum Kontraktor mulai dengan pekerjaan penggalian, penempatan
bahan urugan atau penimbunan bahan, semua bagian lapangan yang
akan dikerjakan atau ditempati, harus dibersihkan dari semua tumbuh-
tumbuhan dan sampah yang kemudian dibuang ke tempat yang
disetujui Direksi Teknis.

B. PEKERJAAN GALIAN
1. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus menyediakan
tenaga kerja, bahan perlengkapan, alat pengangkutan dan piranti
lain yang diperlukan untuk pekerjaan tanah;
2. Semua penggalian, pengurugan dan cara pengurugan harus
disetujui Direksi Teknis;
3. Karena sifat galian berbeda, ada kemungkinan terjadi perubahan
perancangan pada pelaksanaan pekerjaan untuk tanah. Perubahan
tersebut harus dilakukan kontraktor dengan persetujuan Direksi
Teknis;
4. Penggalian dilakukan pada bagian-bagian yang lebih tinggi dari
elevasi tanah yang direncanakan untuk pondasi. Hasil-hasil galian
diangkut ke tempat-tempat dimana diperlukan pengurugan atau ke
tempat lain yang disetujui Direksi Teknis;
5. Pekerjaan penggalian tanah temasuk juga pembuangan segala
benda yang ditemukan dalam bentuk apapun yang dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan pembangunan;
6. Galian tanah baru dimulai setelah pemasangan patok/bouwplank
disetujui Direksi Teknis;
7. Penggalian harus sesuai dengan garis dan elevasi yang tertera pada
gambar;
8. Kemiringan pada galian harus pada sudut kemiringan (talud) yang
aman;
9. Kontraktor harus menjaga pengaruh-pengaruh luar kedalam lubang
galian seperti air tanah, kelongsoran, hujan, air permukaan, lumpur
yang masuk, dan benda-benda lain yang tidak diinginkan;
10. Jika ada kerusakan-kerusakan akibat hal-hal tersebut diatas, maka
Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan
tersebut dan memperbaikinya kembali sampai seperti keadaan
semula;
11. Kontraktor hendaknya menyiapkan satu tempat yang disetujui
Direksi Teknis untuk menampung tanah hasil galian oleh
Kontraktor;
12. Semua tanah yang berasal dari pekerjaan galian dan telah
mencapai jumlah tertentu, harus segera disingkirkan ke tempat lain
yang disetujui Direksi Teknis;
13. Arah pembuangan untuk bahan buangan harus diatur sedemikian
rupa untuk membagi rata efek pemadatan sebaik-baiknya;
14. Penyimpangan/pembuangan tanah galian tidak boleh mengganggu
kedudukan patok-patok/bouwplank, atau bagian-bagian yang tidak
diperbolehkan tergantung kedudukannya;
15. Bila diperlukan, lubang galian harus digali lebih dalam atas perintah
Direksi Teknis sampai kedalaman yang ditentukan. Setelah galian
selesai, permukaan tanah harus diratakan, dibasahi seperlunya dan
dipadatkan dengan baik;
16. Penggalian tanah untuk pondasi harus dilakukan sesuai dengan
lebar lantai kerja pondasi, dan penampang lereng disebelah kiri-
kanan galian dimiringkan keluar arah pondasi dengan sudut
kemiringan yang aman sehingga tidak menimbulkan keruntuhan
dan bilamana menurut Direksi perlu disiapkan proteksi dinding
galian, maka kontraktor harus dapat menyediakannya;
17. Air yang tergenang di lapangan atau pada galian antara lain dari
mata air, hujan atau kebocoran selama pelaksanaan pekerjaan
harus dipompa keluar. Penggalian tanah harus dikerjakan dalam
keadaan kering. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor)
bertanggung jawab untuk merencanakan sistem pemompaan air,
yang dikerjakan dengan tidak boleh mengakibatkan
penaikan/penurunan tanah (heaving) dasar galian secara
berlebihan, dan air yang dipompa harus dibuang jauh dari lokasi,
sehingga tidak mengganggu galian atau sekitarnya.

C. PEKERJAAN URUGAN
1. Urugan pasir dilakukan dibawah semua lantai dengan tebal
sesuai dengan gambar, termasuk lantai rabat;
2. Pada bekas galian pondasi sebelah dalam bangunan diurug dengan
pasir;
3. Urugan pasir harus disiram air kemudian ditumbuk hingga padat;
4. Bahan urugan pasir harus bersih;
5. Bahan urugan kembali dapat berupa bahan terpilih dari bekas
galian semula atau yang didatangkan dari tempat lain yang bebas
dari bahan organis dan benda padat yang diameternya lebih besar
dari 5 cm.

D. PEKERJAAN TIMBUNAN KARUNG


Pembungkusan material ke karung plastik ukuran 43cm x 65cm
merupakan pekerjaan memasukkan material (tanah/lempung/gambut
matang/dsb) kedalam karung plastik yang kemudian dijahit atau diikat,
pengisian dilakukan sekitar ¾ karung.

E. PEKERJAAN PENGISIAN SEKAT


Karung plastik yang telah berisi material (tanah/lempung/gambut
matang/dsb) dimasukkan kedalam ruang-ruang sekat, baik pada badan
sekat, sayap.

Karung yang disusun sedemikian rupa kemudian dipadatkan/ditekan


sehingga ruang sela antar karung tertutup rapat.
BAGIAN ENAM
PEKERJAAN KONSTRUKSI

A. PEKERJAAN MELANCIP CRUCUK


Pekerjaan melancip cerucuk adalah pekerjaan melancip/meruncingkan
cerucuk untuk memudahkan penetrasi/pemancangan dolken kayu
crucuk tersebut kedalam tanah gambut hingga tembus ke tanah
mineral, bagian yang dilancipkan merupakan bagian dolken kayu yang
ujungnya lebih kecil dari ujung satunya.

B. PEKERJAAN MEMANCANG
Kegiatan memancang dilakukan setelah dolken kayu tersebut
dilancipkan, teknik pemancangan bisa ditekan, ditumbuk dengan
Palu/balok keras lainnya, atau memakai alat pembantu penumbuk
berupa tripod dan rel untuk memudahkan mengayun penumbukan.
Pemancangan dolken kayu cerucuk secara sejajar dan tersusun rapat
pada titik terluar rencana Sekat Kanal Permanen. Besaran cerucuk
yang gunakan berukuran 10-12cm dengan panjang dolken cerucuk 8
m.

C. PEKERJAAN BETON
1. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus
melaksanakan pekerjaan beton sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan dalam AHSP 2016, gambar kerja dan instruksi-
instruksi oleh Direksi Teknis;
2. Direksi Teknis berhak untuk memeriksa pekerjaan Penyedia Jasa
Pemborongan (Kontraktor), hal ini dikerjakan sewaktu-waktu
yang dianggap tepat. untuk mengetahui kesalahan-kesalahan tidak
membebaskan Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) dari
tanggung jawabnya;
3. Semua pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan
teknis dan gambar-gambar rencana harus dibongkar dan diganti
atas biaya dari Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor);
4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik dari yang
ditentukan (contoh) dan harus disetujui oleh Direksi sebelum
dipakai. Direksi Teknis akan menyimpan contoh-contoh yang telah
disetujui sebagai standard untuk memeriksa pengiriman-pengiriman
selanjutnya;
5. Semua material yang tidak disetujui Direksi Teknis harus
dikeluarkan dari proyek atas biaya Penyedia Jasa Pemborongan
(Kontraktor);
6. Campuran Beton berupa adukan beton terdiri dari bahan semen,
bahan pembantu (admixture), pasir, koral dan air. Kwalitas bahan
tersebut harus memenuhi syarat yang ditentukan. Perbandingan
campuran beton rencana untuk berbagai jenis pekerjaan beton
harus ditentukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan
(Kontraktor) berdasarkan hasil percobaan kubus beton,
diperlihatkan kepada Direksi Teknis untuk diminta persetujuannya
dan bila disetujui Direksi Teknis dapat dipakai untuk pekerjaan yang
dimaksud;
7. Bila campuran beton rencana yang telah disetujui Direksi Teknis
diganti kualitas dari sumber ataupun agregatnya, maka harus dicari
lagi campuran yang baru sehingga tetap memenuhi syarat. Untuk
campuran beton yang baru tersebut prosedur membuat campuran
testing kubus beton harus mendapat izin dari Direksi Teknis;
8. Di dalam membuat campuran beton, jumlah semen dan agregat
akan diukur menurut berat, kecuali dalam beberapa hal khusus
dengan persetujuan Direksi Teknis, pengukuran material dengan
volume, akan dipakai untuk bangunan-bangunan struktur yang
kecil;
9. Semua volume dan berat agregat, semen, dan air harus ditakar
dengan seksama. Bilamana proporsi-proporsi yang disyaratkan
tidak dilaksanakan Direksi Teknis, maka konstruksi beton yang
sudah dicor akan diperintahkan untuk segera disingkirkan;
10. Jumlah semen yang dipakai minimum sebesar 340 Kg/m3 untuk
struktur bangunan biasa;
11. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus menyediakan
tenaga kerja, material, tempat dan semua peralatan (misal:
cetakan-cetakan baja, hammer test dan lain-lain) untuk melakukan
semua test-test beton sebagai bukti kualitas beton yang
diimplementasikan;
12. Tata cata dan aturan pelaksanaan test akan ditetapkan/diatur
kemudian oleh Direksi Teknis;
13. Sebelum pekerjaan beton dimulai, maka 24 jam sebelumnya
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus membuat
laporan tertulis kepada Direksi Teknis yang menyebutkan:
a) Jumlah volume beton yang dicor;
b) Jumlah alat-alat pengecoran antara lain: mixer, fibrator, yang
tersedia di lapangan;
c) Jumlah portland cement yang tersedia dilapangan;
d) Jumlah pasir, koral/kerikil yang tersedia dilapangan;
e) Jumlah air yang tersedia untuk pembetonan;
f) Jumlah cetakan-cetakan kubus beton yang tersedia di lapangan;
g) Jumlah alat-alat test slump yang tersedia dilapangan;
h) Jumlah tenaga kerja yang ada dilapangan;
i) Perbandingan campuran beton yang akan dilaksanakan;
j) Time schedule pelaksanaan pengecoran
k) Skema jalannya pengecoran sampai selesai;
l) Pengawas ahli dari kontraktor yang ditugaskan di lapangan;
m) Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum persayaratan tersebut
diatas terpenuhi, dan disetujui Direksi Teknis.
14. Pipa, besi beton, angker dan bahan lain yang terbuat dari besi yang
ditanam dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum
pelaksanaan pengecoran beton, kecuali jika ada perintah lain dari
Direksi Teknis. Jarak antara bahan tersebut dengan setiap bagian
pembesian sekurang-kurangnya harus 5 cm. Cara yang dibenarkan
untuk mengikat bahan itu pada kedudukan yang benar adalah
dengan kawat atau mengelas ke besi beton;
15. Sebelum adukan beton dicor, semua ruang-ruang yang akan diisi
dengan beton harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian
cetakan-cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan
berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sampai
jenuh. Permukaan tanah atau lantai kerja harus dibasahi dengan
siraman air sebelum pengecoran, permukaan tanah atau lantai
kerja harus dibasahi dengan siraman air sebelum pengecoran,
permukaan tersebut harus tetap basah dengan penyiraman air
terus menerus sampai tiba saat pengecoran. Bagaimanapun juga
permukaan tersebut harus bebas dari air yang tergenang dan juga
bebas dari lumpur serta kotoran-kotoran pada saat pengecoran
beton;
16. Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan erat dengan
beton baru, dan bila perlu juga bidang-bidang akhir dari beton pada
siar pelaksanaan, harus dikasarkan dulu, kemudian bidang-bidang
tersebut harus dibersihkan sampai jenuh. Setelah permukaan
disiapkan dengan persetujuan Direksi Teknis, sesaat sebelum beton
yang baru akan dicor semua permukaan sambungan beton yang
horizontal harus dilapisi atau disapu dengan spesi mortar dengan
susunan yang sama seperti yang terdapat dalam betonnya. Lapisan
spesi mortar tersebut harus disebar merata dan harus dikerjakan
benar sampai mengisi ke dalam seluruh liku-liku permukaan beton
lama yang tidak rata, sedapat mungkin harus dipergunakan sapu
kawat untuk menyisipkan lapisan aduk tersebut ke dalam celah
permukaan beton lama;
17. Beton tidak boleh dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting pekerjaan
tulangan dan pekerjaan instalasi yang tertanam selesai dipasang
dan persiapan seluruh permukaan tempat pengecoran belum
disetujui Direksi Teknis;
18. Seluruh permukaan bekisting dan bagian instalasi yang akan
ditanam di dalam beton yang tertutup dengan kerak beton bekas
pengecoran yang lalu, harus dibersihkan terhadap seluruh kerak
beton tersebut, sebelum beton disekelilingnya atau beton yang
berdekatan di cor;
19. Beton tidak boleh dicor sebelum semua genangan air yang
memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-
baiknya. Beton tidak boleh dicor di dalam air tanpa persetujuan dari
Direksi Teknis. Kontraktor juga tidak dibenarkan membiarkan air
mengalir di atas beton sebelum beton cukup umurnya dan
mencapai pengerasan awal;
20. Sebelum pembuatan adukan beton dimulai, semua alat-alat
pengaduk dan pengangkut beton harus sudah bersih. Pengadukan
beton pada semua mutu beton, harus dilaksanakan dengan mesin
pengaduk. Mesin pengaduk untuk membuat beton-beton yang
tegangan karekteristiknya lebih besar dari 225 kg/cm2, harus
dilengkapi dengan alat-alat yang dapat mengukur dengan tepat
jumlah air pencampur yang dimasukkan dalam drum pengaduk.
Jenis mesin pengaduk dan jenis timbangan-timbangan atau
takaran-takaran semen, agregat dan air harus disetujui Direksi
Teknis sebelum dapat dipergunakan. Selama pengadukan
berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi terus
menerus oleh tenaga-tenaga pengawas yang ahli dengan jalan
pemeriksa slump pada setiap campuran beton yang baru;
21. Pengadukan di tiap mesin pengaduk harus terus menerus dan
waktu pengadukan tergantung dari kapasitas drum pengadukan,
banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari
agregat yang dipakai, akan tetapi tidak kurang dari 1,5 menit
sesudah bahan termasuk air berada didalam molen, selama itu
molen harus terus berputar pada kecepatan yang akan
menghasilkan kekentalan adukan yang merata pada akhir waktu
pengadukan;
22. Setelah selesai pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan
susunan dan warna yang merata. Apabila karena sesuatu hal
adukan beton tidak memenuhi syarat minimum, misalnya terlalu
encer karena kesalahan dalam pemberian jumlah air pencampur
atau sudah mengeras sebagian atau yang tercampur dengan
bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus
di singkirkan dari tempat pelaksanaan;
23. Dilarang mencampur kembali dengan menambah air kedalam
adukan beton yang sebagian telah mengeras didalam molen;
24. Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima
material-material dari adukan berikutnya. Mesin pengaduk harus
dibersihkan dan dicuci, juga pada setiap akhir pekerjaan dan bila
beton yang akan dibuat berbeda mutunya;
25. Direksi Teknis berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi
syarat. Kontraktor harus mengganti/membongkar dan memperbaiki
beton-beton yang tidak memenuhi syarat atas biaya sendiri sesuai
dengan instruksi yang diberikan oleh Direksi Teknis. Syarat
kekuatan beton harus sesuai dengan persayaratan dalam PBI-1987
Bab 4.5, 4.6, 4.7 dan 4.8. Toleransi kesalahan pada beton
pelaksanaannya mempunyai ukuran-ukuran dimensi lokasi dan
bentuk yang tidak boleh melampaui toleransi dari posisis garis as
dari penyelesaian bagian struktur pada semua titik ± 0,5 cm posisi
yang seharusnya;
26. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton, Kontraktor
harus memberitahu Direksi Teknis dan mendapatkan
persetujuannya. Jika tidak ada persetujuan Direksi Teknis, maka
Kontraktor akan diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang
dicor atas biaya sendiri. Kontraktor harus mendapatkan izin dari
Direksi Proyek berpendapat bahwa Kontraktor tidak memiliki
fasilitas yang baik untuk melayani pengecoran, proses pengerasan
dan penyelesaian beton;
27. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa
berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan
menurut gambar atau dengan persetujuan Direksi Teknis. Apabila
pengecoran beton akan dilakukan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui
menurut ketentuan yang telah dijelaskan pada gambar atau atas
persetujuan Direksi Teknis;
28. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1
(satu) jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu
tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton
digerakkan terus menerus secara mekanis. Apabila diperlukan
jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-
bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
disetujui Direksi Pengawas. Beton harus dicor sedekat-dekatnya
ketujuannya yang terakhir untuk mencegah pemisahan bahan-
bahan akibat pemndahan adukan didalam cetakan;
29. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana tidak
tejadi pemisahan dan kehilangan bahan-bahan. Cara pengukuran
adukan beton harus lancar dan kontinyu sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang
sudah dicor dan yang belum dicor. Metode dan cara pengangkutan
beton yang akan dilakukan oleh Kontraktor harus mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis;
30. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau
kedalam papan bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan
terlepasnya koral dari adukan beton karena berulang kali mengenai
batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan beton itu
dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting
sehingga mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan
bekisting diatas beton yang dicor. Hal ini, harus disiapkan corong
atau saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton dapat
mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain. Bagaimanapun
juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui 1,5
meter dibawah ujung corong;
31. Adukan beton harus dicor merata selama proses pengecoran,
setelah dicor pada tempatnya adukan tidak boleh didorong atau
dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter arah mendatar. Adukan beton
didalam bekisting harus dicor berupa lapisan horizontal yang
merata tidak boleh lebih dari 60-70 cm dalamnya dan harus
diperhatikan agar terhindar terjadinya lapisan adukan yang miring
atau sambungan beton yang miring, kecuali bila diperlukan untuk
bagian konstruksi miring;
32. Pada waktu adukan beton cor kedalam bekisting atau lubang
galian, tempat tersebut harus telah padat betul dan tetap, tidak ada
penurunan lagi. Adukan beton tersebut harus memasuki semua
sudut, melalui celah pembesian, tidak terjadi sarang koral;
33. Kontraktor harus menyediakan vibrator dengan cadangan yang
cukup. Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak
praktis, Direksi Pengawas dapat menganjurkan dan menyetujui
pengecoran tanpa vibrator (triller);
34. Pekerjaan pengecoran harus dipadatkan sebaik-baiknya sehingga
tidak terjadi cacat beton seperti kropos, adanya kantong udara dan
sarang koral yang akan memperlemah kekuatan beton;
35. Bagian dalam dinding beton harus digetarkan dengan vibrator
(triller) dan pada waktu yang sama bekistingnya diketuk sampai
adukan beton betul-betul mengisi penuh bekisting tersebut atau
lubang galian dan menutupi seluruh permukaan bekisting;
36. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya
tidak dikerjakan secara seksama;
37. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan vibrator,
jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan secara vertikal
dan dengan persetujuan Direksi Teknis, dalam keadaan-keadaan
khusus boleh miring sampai 45 derajat. Selama penggetaran, jarum
tidak boleh digerakkan kearah horizontal karena hal ini akan
memindahkan bahan-bahan. Harus dijaga agar jarum tidak
mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras.
Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih 5 cm dari cetakan atau
dari beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar
tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari
betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-bagian
lain dimana betonnya sudah mengeras;
38. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30-50 cm. Berhubung
dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang
sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap
lapis dapat dipadatkan dengan baik;
39. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai
nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memishakan diri
dari agregat), yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30
detik. Penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar
rongga bekas jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan;
40. Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa
sehingga daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi;
41. Adukan beton yang baru dicor diberi pelindung terhadap panas
matahari secepat mungkin setelah pengecoran dan segera
setelah permukaan beton yang baru sudah cukup mengeras;
42. Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan dan beton yang
dicor harus dilindungi dari curahan hujan. Penghentian beton yang
baru harus dilindungi terhadap pengikisan aliran air hujan;
43. Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan, maka seluruh beton
yang kena hujan atau aliran air hujan harus diperiksa untuk
diperbaiki dan dibersihkan dulu terhadap beton-beton yang
tercampur/terkikis air hujan. Pengecoran selanjutnya harus
mendapatkan izin Direksi Teknis terlebih dahulu;
44. Perlindungan beban selama dalam proses pengerasan lantai dan
bagian konstruksi yang lain, tidak diperkenankan
mempergunakan lantai tersebut sebagai jalan untuk mengangkut
bahan-bahan atau sebagai tempat penimbunan bahan;
45. Tidak diperbolehkan merusak/melubangi beton yang sudah jadi
untuk keperluan-keperluan apapun juga. Jika hal itu terpaksa harus
dilakukan, harus mendapat persetujuan oleh Direksi Teknis;
46. Selama perawatan, bekisting kayu dibiarkan tetap tinggal agar
beton tetap basah untuk mencegah retak pada sambungan beton
lama dan baru karena pengeringan beton yang terlalu cepat;
47. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan basah selama paling
sedikit 7 hari dengan cara membasahi dengan air;
48. Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus dikerjakan
secara cermat sesuai dengan bentuk, garis, kemiringan dan
potongan sebagai mana tercantum dalam gambar atau ditentukan
oleh Direksi Teknis. Permukaan pelat beton merupakan suatu
permukaan yang rapih, licin, merata dan keras. Jangan
menaburkan semen kering dan pasir diatas permukaan beton untuk
menghisap air yang berlebihan. Pelat lantai dan bagian atas dinding
ìexposedî harus dirapihkan dengan sendok baja;
49. Perbaikan cacat permukaan harus dilakukan segera setelah cetakan
dilepaskan, semua permukaan yang terbuka harus diperiksa
secara teliti, bagian yang tidak rata harus segera digosok atau diisi
secara baik agar dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari
Direksi Teknis, pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul
mengikuti petunjuk Direksi Teknis, pekerjaan perbaikan dan
penggantian sebagaimana diuraikan disisni harus dilaksanakan oleh
Kontraktor atas biaya sendiri. Beton yang menunjukkan adanya
rongga-rongga, lubang, keropos atau cacat sejenis lainnya harus
dibongkar dan diganti. Semua perbaikan harus dilaksanakan dan
dibentuk sedemikian rupa dengan cara yang dibenarkan dan tidak
memperlemah kekuatan beton. Semua perbaikan tersebut harus
dirawat sebagaimana diperlukan untuk beton yang diperbaiki.
Untuk struktur sekat kanal dan yang berhubungan dengan air,
sebelum struktur diisi dengan karung timbunan, tiap retakan yang
kiranya timbul harus diberi tanda dan diperbaiki agar menjadi
kedap dengan adukan water proofing, bagian yang diwater proofing
antara lain pelat lantai sekat kanal bagian luar dan bagian dalam,
dinding sekat kanal bagian luar dan bagian dalam dan pelat atap

D. PEKERJAAN PEMBESIAN
1. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus menyiapkan,
membengkokkan dan memasang pembesian sesuai dengan apa
yang tercantum di dalam gambar dan apa yang dijelaskan
didalam spesifikasi. Dalam pekerjaan pembesian termasuk
semua pemasangan kawat beton, kaki ayam untuk
penyanggah, beton dekking dan segala hal yang perlu serta juga
menghasilkan pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan;
2. Sebelum pekerjaan pembengkokan besi beton, Kontraktor harus
terlebih dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar
pembengkokkan besi dan menyerahkannya pada Direksi Teknis
untuk disetujui. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor)
bertanggung jawab sepenuhnya akan ketelitian ukuran, dan akan
diperiksa dilapangan oleh Direksi Teknis pada waktu pemasangan
pembesian;
3. Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraturan
atau standard PBI 1971 atau yang disetujui oleh Direksi Teknis;
4. Mutu Baja Tulangan Besi beton yang dipakai adalah besi beton
polos atau besi beton ulir. Besi beton polos yang dipakai adalah
besi beton dengan tegangan leleh 8.400 kg/cm2 dan tertera
didalam gambar dengan kode (U.24). Besi beton ulir (High Strength
Steel) yang dipakai adalah besi beton dengan tegangan leleh 3.900
kg/cm2 dan tertera didalam gambar dengan kode (U.39). Besi
beton yang tersebut diatas haruslah memenuhi syarat PBI-1971-
NI2;
5. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus bisa
membuktikan dan melaporkan kepada Direksi Teknis bahwa besi
beton yang dipakai termasuk jenis mutu baja yang direncanakan.
Jika nanti terdapat kesalahan/kekeliruan mengenai jenis besi beton
yang dipergunakan, maka Kontraktor harus bertanggung jawab
atas segalanya dan mengganti semua tulangan baik yang sudah
terpasang maupun yang belum;
6. Laporan mengenai jenis besi beton harus dibuat secara tertulis dan
dilampirkan juga keterangan dari pabrik besi beton dimana
tulangan tersebut diproduksi, yang menyebutkan bahan besi beton
tersebut termasuk tulangan yang bermutu sesuai dengan yang
direncanakan;
7. Pekerjaan pembengkokkan besi harus dilaksanakan dengan teliti
sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar’
8. Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan sedemikian
rupa, sehingga rusak atau cacat, dan tidak diperbolehkan
membengkokkan besi beton dengan cara pemanasan.
Pembengkokkan dilakukan dengan cara melingkari sebuah pasak
dengan diameter tidak kurang dari 5 kali diameter besi beton,
kecuali untuk besi beton yang lebih besar dari 25 mm, pasak yang
digunakan harus tidak kurang dari 8 x diameter besi beton, kecuali
bila ditentukan lain. Semua pembesian harus mempunyai hak pada
kedua ujungnya bilamana tidak ditentukan lain;
9. Sebelum baja tulangan dipasang, besi beton harus bebas dari sisa
logam, karatan, lemak dan lapisan yang dapat merusak atau
mengurangi daya lekat besi dan beton;
10. Pemasangan pembesian harus distel dengan cermat sesuai dengan
gambar dan diikat dengan kawat beton. Semua tulangan harus
dipasang dengan posisi yang tepat;
11. Sebelum pengecoran, pemasangan tulangan harus diperiksa oleh
Direksi Teknis. Tulangan-tulangan harus dipasang sedemikian rupa
sehingga selama pengecoran tidak berubah tempatnya seperti yang
tercantum dalam PBI 1971 Bab 3.

E. PEKERJAAN BEKISTING
1. Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) harus menyiapkan,
membengkokkan dan memasang pembesian sesuai dengan apa
yang tercantum di dalam gambar dan apa yang dijelaskan
didalam spesifikasi. Dalam pekerjaan pembesian termasuk
semua pemasangan kawat beton, kaki Bekisting harus
menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran,
batas-batas seperti yang ditunjukkan dalam gambar konstruksi;
2. Semua bahan-bahan yang akan dipakai untuk bekisting baru bisa
dipergunakan jika sudah mendapat persetujuan dari Direksi Teknis.
Semua bahan untuk bekisting harus bahan baru, dikeringkan secara
baik dan bebas dari mata kayu yang lepas, celah kotoran yang
melekat dan sejenis lainnya, bila untuk mempermudah
pembongkaran bekisting, dapat digunakan pelapis bekisting
dengan persetujuan Direksi Teknis;
3. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk
pengecoran beton, akan diperiksa oleh Direksi Teknis, beton tidak
boleh dicor sebelum bekisting disetujui oleh Direksi Proyek. Untuk
menghindari kelambatan dalam mendapatkan persetujuan,
sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya, Kontraktor harus
memberitahukan Direksi Teknis bahwa bekisting sudah siap untuk
diperiksa;
4. Pembongkaran bekisting harus dibongkar tanpa goncangan,
getaran atau kerusakan pada beton. Pembongkaran harus
dilakukan dengan hati-hati. Bekisting tidak boleh dibongkar
sebelum beton mencapai suatu kekuatan kubus sekurang-
kurangnya cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Kontraktor
harus memberitahu Direksi Teknis bilamana bermaksud akan
membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama
dan persetujuan Direksi itu tidak berarti Rekanan lepas tanggung
jawabnya. Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian-
bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari
pada beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama
keadaan kelebihan beban tersebut berlangsung. Perlu ditekankan
bahwa tanggung jawab atau keamanan konstruksi beton
seluruhnya terletak pada Kontraktor.
BAGIAN TUJUH
PEKERJAAN LAIN-LAIN

A. PEMASANGAN IDENTITAS SEKAT KANAL PERMANEN


Tiang dan Penanda Sekat Kanal Permanen berupa, Tiang dari pipa
galvanis sepanjang 1,5 meter dan Penanda dari Plat dilapisi triplek,
yang bertuliskan notasi dari Sekat Kanal Permanen yang terbangun,
dan tiang tersebut diberi dudukan cor beton untuk memperkuat
perletakan tiang dan penanda tersebut.
B. PEMBERSIHAN SELESAI PEKERJAAN
Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam
keadaan bersih dan pekerjaan Sekat Kanal Permanen telah selesai.
Penyedia Jasa Pemborongan (Kontraktor) juga harus
mengembalikan bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak
diperuntukkan dalam dokumen kontrak ke kondisi semula.
C. DEMOBILISASI
Sebelum demobilisasi (pengembalian alat, pekerja) semua lokasi Sekat
Kanal Permanen harus diperiksa ulang untuk mengetahui kerusakan
fisik yang mungkin ditemukan. Bila terdapat kerusakan fisik Penyedia
Jasa Pemborongan (Kontraktor) wajib memperbaiki Sekat Kanal
Permanen tersebut.

Pontianak, 26 Agustus 2019


Pejabat Pembuat Komitmen
Tugas Pembantuan Restorasi Gambut
Satuan Kerja DPRKPLH
Prov. Kalimantan Barat Tahun 2019

Y. TRIADHI ANDJIOE, ST.,MM.,MT


Nip. 19691024 199803 1 007
GAMBAR DESIGN
SEKAT KANAL PERMANEN KECIL PERMANEN
DENGAN PELIMPASAN (KODE : KSE-PK-P-1)
Keterangan :
Lebar Sekat Kanal (LSK) : 6 Meter
Panjang Sekat Kanal (PSK) : 3 Meter
Dalam Air (DA) : 2 Meter
Aplikasi : Untuk lebar kanal 2,50< Lebar Kanal
≤3,50 (Meter)
DENAH SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

TAMPAK ATAS SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
TAMPAK SAMPING SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

TAMPAK DEPAN SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
DENAH DINDING SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

DENAH CERUCUK SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
DENAH BALOK UK. 20/30 SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

POT MELINTANG A-A SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
POT MEMANJANG B-B SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

POT PENULANGAN A-A SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
POT PENULANGAN B-B SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

POT MEMANJANG B-B SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
GAMBAR DESIGN
SEKAT KANAL PERMANEN KECIL PERMANEN
DENGAN PELIMPASAN (KODE : KSE-PK-P-2)
Keterangan :
Lebar Sekat Kanal (LSK) : 7 Meter
Panjang Sekat Kanal (PSK) : 4 Meter
Dalam Air (DA) : 2 Meter
Aplikasi : Untuk lebar kanal 3,50< Lebar Kanal ≤
5,00 (Meter)
DENAH SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

TAMPAK ATAS SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
TAMPAK SAMPING SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

TAMPAK DEPAN SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
DENAH DINDING SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

DENAH CERUCUK SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
DENAH BALOK UK. 20/30 SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

POT MELINTANG A-A SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
POT MEMANJANG B-B SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

POT PENULANGAN A-A SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
POT PENULANGAN B-B SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

DETAIL PENULANGAN BALOK UK. 20/30


SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
GAMBAR DESIGN
SEKAT KANAL PERMANEN KECIL PERMANEN
DENGAN PELIMPASAN (KODE : KSE-PK-P-3)
Keterangan :
Lebar Sekat Kanal (LSK) : 9 Meter
Panjang Sekat Kanal (PSK) : 6 Meter
Dalam Air (DA) : 2 Meter
Aplikasi : Untuk lebar kanal 5,00< Lebar Kanal ≤
7,00 (Meter)
DENAH SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

TAMPAK ATAS SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
TAMPAK SAMPING SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

TAMPAK DEPAN SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
DENAH DINDING SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

DENAH CERUCUK SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
DENAH BALOK UK. 20/30 SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

POT MELINTANG A-A SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
POT MEMANJANG B-B SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

POT PENULANGAN A-A SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS


DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)
POT PENULANGAN B-B SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

DETAIL PENULANGAN BALOK UK. 20/30


SEKAT KANAL BETON 2 LAPIS
DENGAN PELIMPASAN (SPILLWAY)

Anda mungkin juga menyukai