Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KERJA PRAKTEK

IDENTIFIKASI POTENSI AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE


GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD ABU TAHSYA


G1E020022

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : IDENTIFIKASI POTENSI AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE


GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER

Penyusun : MUHAMMAD ABU TAHSYA

NIM : G1E020022

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat lulus mata kuliah Kerja Praktek yang
dilaksanakan di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Disetujui Oleh,

Dosen Pembimbing Penyelia

Prof. Dr. Drs. H. Dwi Hardoyo, ST., M.Si.


NIP. 19660817 199203 1 001 NIP. 19790516 200501 1 010

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu


Lingkungan FMIPA Universitas
Mataram

Dr. Immy Suci Rohyani, S.P., M.Si.


NIP. 19760919 200312 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
rahmat-Nya sehingga laporan kerja Praktek yang berjudul “Identifikasi Potensi Air Tanah
Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Schlumberger” dari tanggal 19 Juni
sampai dengan 28 Juli 2023 ini bisa diselesaikan. Laporan ini disusun dalam rangka
menyelesaikan tugas mata kuliah Kerja Praktek sebagai salah satu syarat untuk melengkapi
kurikulum dalam menempuh pendidikan Strata 1 Program Ilmu Lingkungan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
Penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan
do’a kepada penulis dalam menghadapi setiap tantangan, sehingga sepatutnya pada kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk dan jalan atas segala kesulitan yang dialami
selama pelaksanaan Kerja Praktek.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan do’a serta dukungan materi sehingga
penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek sebagaimana mestinya.
3. Ibu Dr. Immy Suci Rohyani, S.P., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram yang telah
memberikan arahan dalam persiapan hingga pelaksanaan Kerja Praktek ini.
4. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Ahmad Jupri, M.Eng. selaku dosen pembimbing Kerja Praktek yang
telah memberikan bimbingan serta arahan dalam pelaksanaan hingga penyusunan laporan
Kerja Praktek.
5. Bapak Dwi Hardoyo, ST., M.Si. selaku penyelia yang telah membimbing, mengarahkan, dan
membina dalam pelaksanaan Kerja Praktek.
6. Bapak Lalu Juhamdi, Pak Beni, Pak Yoyok, Pak Ruli, Pak Heri, Bu Esti, dan seluruh
pegawai bidang Geologi dan Air Tanah yang telah membantu dan bekerjasama dengan baik
serta bersedia membimbing dalam pelaksanaan Kerja Praktek.
7. Seluruh pegawai Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah bekerjasama dengan
baik dalam pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek sehingga dapat terlaksana dengan
sebagaimana mestinya.

iii
8. Seluruh kerabat seperjuangan Kerja Praktek, Zilalul Maulana A. Dan Hendri Oky Safata
yang telah membantu dan bekerjasama dalam persiapan hingga pelaksanaan Kerja Praktek.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, baik dari
teknis maupun dari penyajian bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan saran dari
pembaca agar dapat menjadi pelajaran dan perbaikan untuk kedepannya. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat kedepannya. Lebih dan kurangnya, penulis mengucapkan terima kasih dan
mohon maaf.

Mataram, 7 Agustus 2023

Muhamad Abu Tahsya


G1E020022

iv
Identifikasi Potensi Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivtas Konfigurasi
Schlumberger

Muhammad Abu Tahsya (G1E020022)

ABSTRAK

Air merupakan sumber daya yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup di bumi.
Kelangkaan air tanah ini telah menjadi isu strategis yang mencuat akhir-akhir ini.
Pemanfaatan airtanah di dunia terus meningkat setiap tahunnya, hal tersebut beriringan
dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kecamatan Pujut secara umum dan Desa Mertak
secara khusus merupakan daearah yang sering ditimpa kekeringan, terlebih pada saat musim
kemarau. Oleh sebab itu kebutuhan airtanah atau air bersih akan semakin meningkat dan
menjadi kebutuhan primer yang sangat penting bagi masyarakat. Secara geografis lokasi
penelitian terletak di kordinat 8°53’07.3”𝑆 116°20′52.8"𝐸 (line 1) dan 8°53′3"S
116°20'54.4"𝐸 (line 2), line 3 berada pada koordinat 8°53′04.3"𝑆 116°20′47.9"𝐸 , line 4
8°53′03.7"𝑆 116°20′47.2"𝐸 , line 5 8°53′05.1"𝑆 116°20′45.1"𝐸, dan line 6 8°53′05.6"𝑆
116°20′47.0"𝐸.
Batuan yang berpotensi sebagai akuifer salah satunya dapat ditemukan dengan melakukan
survei menggunakan metode geolistrik. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu
metode Geolistrik konfigurasi Schlumberger. Metode Geolistrik memanfaatkan sifat rambatan
arus listrik yang dialirkan ke dalam tanah melalui dua buah elektroda arus (C1 dan C2).
Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah elektroda potensial (P1 dan
P2) yang ditancapkan pada permukaan tanah. Berdasarkan ke 6 titik pengambilan data, dapat
disimpulkan bahwa batuan atau tanah penyusun daerah tersebut terdiri dari breksi (35-40
Ωm), lempung (4-15 Ωm), gamping (50-60 Ωm), Aluvial (15-20 Ωm), dan batu pasir (> 100
Ωm). Hasil pengolahan dan interpretasi data yang telah dilakukan, diketahui bahwa pada titik
4, 5, dan 6 terdapat lapisan akuifer pada kedalaman rata-rata 30 m. Lapisan ini didominasi
oleh lapisan keras (batu pasir) dan lapisan lunak diatasnya (seperti gamping).
Kata kunci : Air Tanah, Geolistrik, Akuifer

v
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................v
ABSTRAK.....................................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................3
1.5 Batasan Masalah...............................................................................................................3
BAB II PROFIL INSTANSI.........................................................................................................4
2.1 Gambaran Umum Instansi................................................................................................4
2.2 Sejarah Instansi.................................................................................................................4
2.3 Visi dan Misi.....................................................................................................................5
2.4 Tugas pokok dan fungsi....................................................................................................6
2.5 Struktur Organisasi...........................................................................................................7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................8
BAB IV LANDASAN TEORI.....................................................................................................10
4.1 Air Tanah........................................................................................................................10
4.2 Metode Geolistrik...........................................................................................................11
4.3 Konfigurasi Schlumberger..............................................................................................13
4.4 Konfigurasi Wenner........................................................................................................14
4.5 Konfigurasi Pole-Dipole.................................................................................................14
4.6 Sifat Kelistrikan batuan..................................................................................................15
4.7 IPI2WIN.........................................................................................................................15

vi
4.8 Rockworks......................................................................................................................15
BAB V METODE KERJA..........................................................................................................17
5.1 jenis Kegiatan.................................................................................................................17
5.2 Waktu dan Tempat Kegiatan..........................................................................................17
5.3 Alat dan Bahan...............................................................................................................18
5.4 Teknik Pengambilan data...............................................................................................18
5.5 Pengolahan Data.............................................................................................................19
5.6 Alir penelitian.................................................................................................................20
5.7 Interpretasi Data..........................................................................................................20
BAB VI HASIL DAN PEBAHASAN.........................................................................................21
6.1 Nilai resistivitas batuan hasil inversi...........................................................................21
6.2 Kurva hasil inversi.......................................................................................................23
6.3 Pseude Cross-Section..................................................................................................25
6.4 Membuat data 3D........................................................................................................26
BAB VII PENUTUP....................................................................................................................28
7.1 Kesimpulan.....................................................................................................................28
7.2 Saran...............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................29
LAMPIRAN.................................................................................................................................30

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur Oranisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral NTB.............................7
Gambar 4. 1 Penampang skematis yang menggambarkan akuifer bebas dan akuier tertekan......11
Gambar 4. 2 Skema Elektroda Arus dan Elektroda Potensial.......................................................12
Gambar 4. 3 Konfigurasi Schlumberger........................................................................................13
Gambar 4. 4 Konfigurasi Wenner..................................................................................................14
Gambar 4. 5 Konfigurasi Pole - Dipole.........................................................................................15
Gambar 5. 1 Peta Lokasi Penelitian...............................................................................................17
Gambar 5. 2 Diagram Alir Penelitian............................................................................................20
Gambar 6. 1 Kurva hasil inversi line 1 menggunakan IPI2WIN...................................................23
Gambar 6. 2 Kurva hasil inversi line 2 menggunakan IPI2WIN...................................................23
Gambar 6. 3 Kurva hasil inversi line 3 menggunakan IPI2WIN...................................................24
Gambar 6. 4 Kurva hasil inversi line 4 menggunakan IPI2WIN...................................................24
Gambar 6. 5 Kurva hasil inversi line 5 menggunakan IPI2WIN...................................................24
Gambar 6. 6 Kurva hasil inversi line 6 menggunakan IPI2WIN...................................................25
Gambar 6. 7 Pseude Cross-Section................................................................................................25
Gambar 6. 8 hasil inversi multiple strip-log dalam bentuk 3D......................................................26
Gambar 6. 9 hasil inversi litologi model dalam bentuk 3D...........................................................27

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Nilai resistivitas Spesifik Batuan (Suyono,1978).........................................................15


Tabel 4. 2 Nilai resistivitas (Roy, 1984)........................................................................................16
Tabel 6. 1 Nilai resistivitas dan jenis litologi................................................................................21

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap mahasiswa harus memiliki kesiapan dalam menghadapi keprofesianalan


pekerjaannya yang sesuai dengan bidang yang digelutinya terjun ke dunia kerja setelah lulus
kuliah. Banyak sekali hal yang menjadi hambatan bagi seseorang yang belum mengalami
pengalaman kerja untuk terjun ke dunia pekerjaan, seperti halnya ilmu prngetahuan yang diperoleh
di kampus bersifat statis (pada kenyataannya masih kurang adaptif atau kaku terhadap kegiatan
kegiatan dalam dunia kerja yang nyata), teori yang diperoleh belum tentu sama dengan praktik
kerja di lapangan, dan keterbatasan waktu dan ruang yang mengakibatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh masih terbatas. Dikarenakan hal di atas, maka universitas menetapkan mata kuliah kerja
praktek agar para mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan yang tidak diberikan oleh kampus.
Kegiatan Kerja Praktik (KP) ini akan di lakukan di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM). Dinas ESDM sebagai salah satu unit kerja lingkup Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
Barat yang secara teknis fungsional mengelola urusan ESDM dalam hal pengembangan dan
pemanfaatan sektor energi dan sumberdaya mineral, yang dihajatkan untuk kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat Nusa Tenggara Barat. Bidang Geologi dan Air Tanah merupakan salah
satu bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan, dan administrasi di bidang geologi dan air tanah. Dalam bidang
Geologi dan Air Tanah terdapat seksi pemetan geologi dan air tanah. Seksi pemetaan geologi dan
air tanah mempunyai tugas pokok menyiapkan data dan informasi potensi geologi air tanah,
penyusunan regulasi, pemetaan hidrogeologi, pemetaan geologi lingkungan, serta inventarisasi dan
pemetaan sumber daya mineral, mitigasi dan kebencanaan geologi (www.esdm.go.id).
Air Tanah adalah air yang terdapat didalam rongga-rongga pada lapisan geologi dalam
keadaan jenuh dan dengan jumlah yang cukup. Air merupakan sumber daya yang sangat
bermanfaat bagi makhluk hidup di bumi. Khususnya manusia melakukan berbagai cara untuk
memenuhhi kebutuhan air. Usaha memanfaatkan dan mengembangkan air telah dilakukan sejak
zaman terdahulu. Dimulai dengan menggunakan timba yang ujungnya diikat pada bambu
kemudian dilengkapi dengan pemberat, kemudian berkembang dengan menggunakan teknologi
canggih dengan cara mengebor sumur-sumur dalam (sampai 200 m) ( Bisri, 2012). Kelangkaan
1
air tanah ini telah menjadi isu strategis yang mencuat akhir-akhir ini. Pemanfaatan airtanah di
dunia terus meningkat setiap tahunnya, hal tersebut beriringan dengan meningkatnya jumlah
penduduk.
Akuifer merupakan lapisan yang mengandung air dan dapat mengalirkannya yang
terdapat di dalam lapisan bawah permukaan bumi. Air pada akuifer biasanya mengalir melalui
rongga-rongga batuan. Airtanah adalah air yang meresap ke dalam bumi dari atas permukaan,
dan tertampung pada lapisan akuifer. Agar dapat mendeteksi keberadaan akuifer dapat dilihat
dari litologi batuan yang terdapat pada lapisan bawah permukaan. Beberapa batuan yang dapat
menjadi akuifer air tanah diantaranya adalah, batu pasir, dan batu lempung (Asmaranto, 2012).
Desa Mertak Kecamatan Pujut merupakan daerah yang terletak di Kabupaten Lombok
Tengah. Kecamatan Pujut secara umum termasuk dalam salah satu dari beberapa kecamatan
yang berpotensi rawan bencana kekeringan. Menurut BPBD Kabupaten Lombok Tengah,
kekeringan yang terjadi sudah menjadi siklus tahunan daerah – daerah yang terdampak
kekeringan karena adanya pemanasan global. Sumber terpenting bagi kehidupan manusia dan
segala makhluk hidup yang terdapat di bumi adalah air. Air yang terdapat di bumi sudah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Untuk mengurangi dampak terjadinya
kekurangan pasokan air bersih maka perlu melakukan analisis potensi air tanah di Kecamatan
Pujut.
Kecamatan Pujut secara umum dan Desa Mertak secara khusus merupakan daearah yang
sering ditimpa kekeringan, terlebih pada saat musim kemarau. Oleh sebab itu kebutuhan airtanah
atau air bersih akan semakin meningkat dan menjadi kebutuhan primer yang sangat penting bagi
masyarakat (Ekaningtyas dkk., 2016). Batuan yang berpotensi sebagai akuifer dapat di emukan
dengan melakukan survei menggunakan metode geolistrik.Metode yang digunakan dalam
kegiatan ini yaitu metode Geolistrik konfigurasi Schlumberger. Metode Geolistrik memanfaatkan
sifat rambatan arus listrik yang dialirkan ke dalam tanah melalui dua buah elektroda arus (C1 dan
C2). Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah elektroda potensial (P1 dan
P2) yang ditancapkan pada permukaan tanah. Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dlakukan
penelitian tentang identfikasi potensi air tanah untuk memenuhi kebutuhan pasokan air bersih di
desa Mertak, Lombok Tengah.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur lapisan bawah permukaan di Desa Mertak Kecamatan Pujut Kabupaten
Lombok Tengah?
2. Berapa kedalaman akuifer air tanah di Desa Mertak Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok
Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui struktur lapisan bawah permukaan di Desa Mertak Kecamatan Pujut Kabupaten
Lombok Tengah.
2. Mengetahui kedalaman akuifer air tanah di Desa Mertak Kecamatan Pujut Kabupaten
Lombok Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian

Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kedalaman air tanah dan menjadi
rekomendasi dalam pembuatan sumur bor, dalam rangka menghadapi bencana kekeringan di
Desa Mertak Kecamatan Pujut.

1.5 Batasan Masalah

Laporan ini membahas struktur lapisan bawah permukaan dan analisis potensial air tanah yang
berada di Dusun Serenang Desa Mertak Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

3
BAB II
PROFIL INSTANSI

2.1 Gambaran Umum Instansi

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan instansi
pemerintah perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintah bidang Energi dan
Sumber Daya Mineral. Dalam pelaksanaan tugas nya Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
dibawahnya memiliki beberapa bidang yaitu Bidang Ketenagalistrikan, Bidang Mineral dan
Batubara, Bidang Geologi dan Air Tanah, dan Bidang Energi (Website Dinas ESDM Provinsi
NTB). Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral merupakan kantor pelayanan energy dan sumber
daya mineral secara fungsional mengelola urusan ESDM dalam hal pengembangan dan
pemanfaatan sektor energi dan sumber daya mineral, untuk mewujudkan kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat Nusa Tenggara Barat.

2.2 Sejarah Instansi

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Nusa Tenggara Barat terbentuk pada tahun
2016 berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi NTB Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi NTB. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
NTB jika dilihat dari sejarah terbentuknya telah melalui sejarah yang cukup panjang. Cikal bakal
terbentuknya berawal dari didirikannya Bagian Proyek Pengembangan Pertambangan dan Energi
NTB pada era 1980-an, yang merupakan bagian dari wilayah kerja Kantor Wilayah Departemen
Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Selatan di Ujung Pandang.
Proyek Pengembangan Pertambangan dan Energi NTB yang terbentuk sejak tahun 1980
pada awalnya adalah untuk mempersiapkan pembentukan Kantor Wilayah DPE Provinsi NTB
(Kanwil ke II bersamaan dengan pembentukan Kanwil DPE Provinsi di Aceh dan Kanwil DPE
Provinsi Kalimantan Barat) yang terbentuk pada tahun 1985. Sampai dengan tahun 1986 Proyek
PPE NTB lebih menitik beratkan kepada penyempurnaan pengadaan sarana dan prasarana, dan
pada TA. 1987/1988 Proyek PPE Bali, NTB, NTT dan Timor-timor kegiatannya ditujukan
kepada berbagai kegiatan pembangunan sector pertambangan dan energy di daerah sebagai
kegiatan pokoknya sedangkan di provinsi luar NTB (Bali, Tim-Tim dan NTT) lebih terfokus
kepada pengembangan sarana dan prasarana kantor.
4
Sejak era otonomi daerah,pembentukan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB
merupakan penjabaran dan implementasi dari Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom. Dinas Pertambangan dan Energi merupakan peleburan dari
Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi Provinsi NTB yang merupakan unsur
pelaksana Pemerintah Daerah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah. Tugas pokok dinas yaitu membantu Gubernur dalam
menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang
pertambangan, energi termasuk air bawah tanah serta tugas pembantuan dan dekonsentrasi. Hal
tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun 2000,
yang selanjutnya dijabarkan melalui Keputusan Gubernur NTB Nomor 41 Tahun 2001.
Pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah,dimana klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari 3 urusan yakni (1) Urusan
pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat; (2) Urusan pemerintahan konkuren merupakan urusan pemerintahan antara
Pemerintah Pusat, Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota yang dibagi menjadi a) urusan
wajib, dan b) urusan pilihan; dan (3) Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan sehingga nomenklatur Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi NTB diubah menjadi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi NTB. Adapun kewenangan terkait urusan energi dan sumber daya mineral yang
sebelumnya berada di Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dialihkan
sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah Provinsi.

2.3 Visi dan Misi

Visi dan misi pembangunan yang diusung oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Terpilih Provinsi NTB Tahun 2018-2023 adalah:

2.3.1 Visi

“Membangun Nusa Tenggara Barat Yang Gemilang”

5
2.3.2 Misi

Dalam rangka mewujudkan visi untuk membangun Nusa Tenggara Barat yang gemilang,
ditetapkan 6 (enam) misi pembangunan Provinsi NTB Tahun 2019 -2023 sebagai berikut:
1). NTB tangguh dan Mantap
Melalui penguatan mitigasi bencana dan pengembangan infrastruktur serta konektivitas Wilayah.
2). NTB Bersih dan Melayani
Melalui informasi birokrasi yang berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dari KKN dan
berdedikasi.
3). NTB Sehat dan Cerdas
Melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pondasi daya saing daerah.
4). NTB Asri dan Lestari
Melalui pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.
5). NTB Sejahtera dan Mandiri
Melalui penanggulangan kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan pertumbuhan ekonomi
inklusif bertumpu pada pertanian, pariwisata dan industrialisasi.
6). NTB Aman dan Berkah
Melalui perwujudan masyarakat madani yang beriman, berkarakter dan penegakan hukum yang
berkeadilan.

2.4 Tugas pokok dan fungsi

2.4.1 Tugas Pokok

Dalam Peraturan Gubernur Nomor 50 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas–dinas Daerah Provinsi NTB menyebutkan bahwa Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas membantu Gubernur dalam
penyelenggaraan kegiatan di bidang energi dan sumber daya mineral.

2.4.2 Fungsi

Dalam pelaksanaan tugas pokok sebagaimana dimaksud tersebut di atas, Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral menyelenggarakan fungsi:
1). Perumusan kebijakan teknis urusan pemerintahan bidang energy dan sumber daya mineral;

6
2). Pembinaan dan pelaksanaan tugas urusan pemerintahan bidang energy dan sumber daya
mineral;
3). Pengendalian pelaksanaan tugas urusan pemerintahan bidang energy dan sumber daya
mineral;
4). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral.

2.5 Struktur Organisasi

Gambar 2. 1 Struktur Oranisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral NTB

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Air tanah merupakan sumber utama cadangan air tawar bagi masyarakat. Air tanah
terdapat dalam batuan yang ada didalam permukaan tanah yang memiliki keterdapatan
penyebaran dan pergerakan air tanah yang berkaitan dengan geologi suatu batuan. Formasi
batuan yang mengandung bertindak sebagai penyalur atau reservoir. Pada umumnya, air sumur
banyak digunakan oleh masyarakat terutama pada musim kemarau (Panji, 2019). Sedangkan
Gijoh dkk., (2017) telah melakukan penelitian tentang akuifer airtanah berdasarkan nilai
resistivitas batuan bawah permukaan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi
dipol-dipol dengan 5 lintasan pengukuran. Teridentifikasi akuifer air tanah dengan resistivitas
7,16 Ωm. Akuifer potensial terdapat pada kedalaman 0 m-15 m.

Pemanfaatan air tanah merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan air bagi
masyarakat, terutama pada musim kemarau. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian potensi air
tanah di daerah yang mengalami kekeringan Widada, dkk., (2017). Kajian atau peenlitian yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi air tanah pada akuifer dalam (tertekan) pada
wilayah yang terdampak kekeringan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptis analisis untuk menggambarkan kondisi akuifer, namun demikian beberapa hal
disampaikan secara kuantitatif. Kondisi akuifer diperoleh dari hasil interpretasi data geolistrik
resistiviti dengan didukung data hasil pengamatan geologi dan hidrogeologi serta data sekunder
berupa hasil pumping test. Analisa kualitas air tanah dan analisis hidrokimia secara sederhana
dengan metode Chlorida-Bicarbonat Ratio (CBR) dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya intrusi air laut. Hasil penelitian menujukan bahwa akuifer di daerah daerah terdampak
mempunyai potensi debit air tanah 29,13 lt/det yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih 18.800 orang. Meskipun daerah kajian yang diduga memiliki potensi air
tanah berbatasan langsung dengan laut, namun air tanah di daerah kajian tidak terintrusi air laut.
Kualitas air tanah di lokasi kajian memenuhi syarat sebagai bahan baku air minum sesuai Surat
Keputusan Mentri Kesehatan No, 492/Menkes/Per/IV2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.

8
Air tanah adalah air yang terbentuk secara alami dibawah permukaan, dan terkandung
dalam akuifer. Air tanah merupakan sumber air yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
untuk kebutuhan air bersih. Untuk mengetahui kondisi konfigurasi akuifer, salah satu metode
yang dapat digunakan adalah geolistrik 2D. Pengeboran eksplorasi merupakan salah satu cara
yang efektif untuk menentukan secara langsung keberadaan air tanah, tetapi untuk menentukan
lokasi pengeboran perlu dilakukan pendekatan geofisika untuk menggambarkan kondisi bawah
permukaan sebelum dilakukan pengeboran. Metode geolistrik 2D adalah metode geofisika yang
memanfaatkan sifat listrik dinamis dari media yang dilaluinya. Pengukuran geolistrik 2D telah
dilakukan di Kapuas, Kalimantan Tengah dilakukan oleh Naryanto dan Nurhidayat, (2015)
dengan menggunakan konfigurasi Wenner, jarak antara elektroda 10 meter, kedalaman penetrasi
mencapai 80 meter, dan mengukur sebanyak 21 lintasan. Zona potensi air tanah di identifikasi
memiliki rentang resistivitas 15-25 ohm.m, yang terkandung dalam lapisan batu pasir, yang
tertutup lapisan kedap berupa lapisan batu lempung. Lokasi yang memiliki potensi tinggi air
tanah untuk dilakukan pengeboran dianjurkan dilakukan pada lintasan P-07 dan P-13, dengan
kedalaman di perkirakan akuifer antara 25 meter dan 30 meter. Potensi air tanah tertinggi terletak
di antara data pengeboran PH-23 dan PH-24, dengan resistivitas pada lintasan tersebut mencapai
300 ohm.m.

9
BAB IV
LANDASAN TEORI

4.1 Air Tanah

Air tanah merupakan air dibawah muka air tanah dan berada pada zona jenuh dan
didefinisikan sebagai air yang masuk secara bebas ke dalam sumur, baik dalam keadaan bebas
(unconfined) maupun tertekan (confined). Bagian bawah dari zona air tanah hamper todak
mungkin digambarkan. Air pada bukaan ini tidak bisa mengalir kesumur karena masing-masing
pori tidak saling berhubungan (Driscoll, 1987). Berdasarkan litologinya akuifer dapat dibedakan
menjadi 4 macam yaitu :
a. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup lapisan
impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. Akuifer bebas ini
merupakan akuifer jenuh air (saturated). Lapisan pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya
pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard di lapisan atasnya karena batas di lapisan
atas berupa muka air tanah. Jadi permukaan air tanah bebas adalah batas antara zone yang jenuh
dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone yang jenuh. Akuifer jenuh disebut
juga sebagai phriatic aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer.
b. Akuifer bocor (Leakage Aquifer)
Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah terkekang di bawah lapisan
yang setengah kedap air sehingga akuifer disini terletak antara akuifer bebas dan akuifer
terkekang.
c. Akuifer melayang (Perched Aquifer)
Akuifer disebut akuifer melayang jika di dalam zone aerosi terbentuk sebuah akuifer di atas
lapisan impermeable. Akuifer melayang ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu usaha
pengembangan air tanah, karena mempunyai variasi permukaan air dan volumenya yang kecil.
d. Akuifer tertekan (Confined Aquifer)
Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak dibawah lapisan kedap air
(impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Air yang
mengalir (no flux) pada lapisan pembatasnya, karena confined aquifer merupakan akuifer yang
jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya.
10
Gambar 4. 1 Penampang skematis yang menggambarkan akuifer bebas dan akuier tertekan (Todd, 2005).

4.2 Metode Geolistrik

Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari tentang sifat
aliran listrik di dalam bumi berdasarkan hukum-hukum henkelistrikan. Metode geolistrik ini juga
merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui sifat aliran listrik di dalam bumi dengan
cara mendeteksinya di permukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuran potensial, arus
dan medan elektromagnetik yang terjadi baik itu oleh injeksi arus maupun secara alamiah.
Prinsip kerja metode geolistrik dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik ke permukaan
tanah melalui sepasang elektroda dan mengukur beda potensial dengan sepasang elektroda yang
lain. Bila arus listrik diinjeksikan ke dalam suatumedium dan diukur beda potensialnya
(tegangan), maka nilai hambatan dari medium tersebut dapat diperkirakan. Metode geolistrik ini
merupakan metode yang banyak sekali digunakan dan hasilnya cukup baik untuk memperoleh
gambaran mengenai lapisan tanah dibawah permukaan. Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada
kenyataan bahwa material yang berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila
dialiri arus listrik. Salah satu metode geolistrik yang sering digunakan dalam pengukuran aliran
listrik dan untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan adalah metode geolistrik
resistivitas (Hendrajaya, 1990).
Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode geolistrik yang bertujuan untuk
mempelajari sifat resistivitas dari suatu lapisan batuan yang berada di bawah permukaan bumi.
Metode golistrik resistivitas ini merupakan dasar dari semua metode geolistrik karena dari
metode ini akan di kembangkan menjadi beberapa metode aktif yang akan digunakan
11
berdasarkan keperluan. Metode geolistrik resistivity akan mendapatkan variasi resistivitas suatu
lapisan batuan di bawah permukaan bumi yang menjadi bahan penyelidikan di bawah titik ukur.
Metode geolistrik resistivitas mengasumsikan bahwa bumi sebagai sebuah resistor yang besar
(Kearey, 2002). Harga resistivitas listrik suatu formasi bawah permukaan dapat ditentukan
menurut persamaan (Mudiarto, dkk., 2013):

𝐼𝜌
𝑉(𝑟) = (4𝜋 𝑟) (4.1)

Karena permukaan yang dialiri arus adalah permukaan setengah bola yang mempunyai luas 2π r2,
maka
𝐼𝜌 1 2𝜋𝑟𝑉
𝑉 = ( ) atau 𝜌 = (4.2)
2𝜋 𝑟 𝐼
Apabila dipasang empat buah elektroda seperti gambar 4.2, dan jarak antara dua elektroda arus
tidak terlalu besar, potensial disetiap titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua
elektroda arus tersebut, sehingga equipotensial yang dihasilkan dari kedua titik sumber ini
bersifat lebih kompleks dibandingkan sumber arus tunggal.

Gambar 4. 2 Skema Elektroda Arus dan Elektroda Potensial (Telford,dkk., 1990, Reynolds, 1997).

Metode resistivitas ini memiliki beragam konfigurasi diantaranya adalah konfigurasi


schlumberger sehingga pada pengunaan metode geolistrik resistivitas ini memerlukan suatu
konfigurasi elektroda agar mendapatkan nilai resistivitas batuan yang sesuai dengan tujuan

12
penyelidikan. Metode resistivitas terbagi menjadi dua macam metode pengukuran yaitu mapping
dan sounding.

4.3 Konfigurasi Schlumberger

Konfigurasi schlumberger adalah konfigurasi yang unik karena konfigurasi ini


menggunakan sumbu vertical dari titik ukurannya sebagai pengaturan jarak antar elektrodanya.
Konfigurasi schlumberger inimenggunakan 4 elektroda dengan susunan elektroda yang sama
dengan konfigurasi wenner alpha. Namun tahap pengukurannya, konfigurasi schlumberger ini
berbeda dengan konfigurasi wenner alpha. Konfigurasi schlumberger dapat digambarkan oleh
Gambar 4.2

Gambar 4. 3 Konfigurasi Schlumberger (Loke,1999)

Keterangan gambar di atas :


L = Jarak antara elektroda arus dan sumbu vertical titik ukur (m)
X = Jarak antara elektroda potensial dan sumbu vertical titik ukur (m)
I = Jarak elektroda potensial dan titik tengah antara kedua elektroda potensial (m)
Konfigurasi schlumberger memiliki kemampuan dalam pembacaan adanya lapisan batuan
yang memiliki sifat tidak homogen pada permukaan. Pembacaan ini dilakukan dengan
membandingkan nilai resistivitas semu pada saat jarak elektroda potensial diubah. Konfigurasi
schlumberger merupakan salah satu konfigurasi yang baik untuk mendeteksi adanya terobosan.
Persamaan faktor geometri yaitu (Loke,1999).
𝐾 = 𝜋𝑥 (4.3)

13
Keterangan:
K = Faktor geometri (m)
AB/2 = Jarak elektroda arus dari titik tengah pengukuran (m)
MN/2 = Jarak elektroda potensial dari titik tengah pengukuran (m)

Untuk mencari nilai resistivitas dapat menggunakan persamaan berikut :


𝑉
𝜌 =
𝐼 (4.4)

Keterangan rumus diatas :


ρ = Nilai resistivitas (Ωm)
I = Arus listrik (ampere)
V = Beda potensial (volt)

4.4 Konfigurasi Wenner

Konfigurasi Wenner digunakan untuk mendapat profil dari permukaan lapangan, yang biasa
disebut dengan teknik mapping. Jarak antar arus dan elektrode sama. Sehingga ketika ingin
dipindahkan, semua dipindahkan. konfigurasi ini paling sering digunakan untuk mencari bahan
tambang.

Gambar 4. 4 Konfigurasi Wenner

4.5 Konfigurasi Pole-Dipole

Pole-dipole merupakan salah satu konfigurasi yang dapat gunakan jika ingin melakukan
pendugaan atau investigasi geologi bawah permukaan yang kurang dari500m dibawah
permukaan tanah. Konfigurasi pole-dipole memiliki penetrasi yang lebih dalam ±
65%dibandingkankonfigurasi dipole-dipole, kelemahan dari konfigurasi pole-dipole adalah
tingkatakurasi dari posisi benda atau obyek yang kurang akurat dibandingkan konfigurasi dipole-
dipole, hal ini disebabkan oleh konfigurasi elektrode yang tidak simetris.

14
Gambar 4. 5 Konfigurasi Pole - Dipole

4.6 Sifat Kelistrikan batuan

Setiap batuan memiliki karakteristik tersendiri tak terkecuali dalam hal sifat
kelistrikannya. Salah satu sifat batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang
menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai
resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu
pula sebaliknya.
Tabel 4. 1 Nilai resistivitas Spesifik Batuan (Suyono,1978)

Material Resistivitas (Ωm)


Air Pemasukan 80 – 200
Air Tanah 30 – 100
Silt-Lempung 10 – 200
Pasir 100 – 600
Pasir dan kerikil 100 – 1000
Batu Lumpur 20 – 200
Batu Pasir 50 – 500
Konglomerat 100 – 500
Tufa 20 – 200
Kelompok Andesit 100 – 2000
Kelompok Granit 1000 – 10000
Kelompok Chert, Slate 200 – 2000

15
Tabel 4. 2 Nilai resistivitas (Roy, 1984)

Jenis Tanah/Batuan Resistivity(Ωm)


Tanah lempung, basah lembek 1,5 – 3,0
Tanah lanau dan Tanah lanau basah lembek 3 – 15
Tanah lanau, pasiran 15 – 150
Batuan dasar berkekarterisi tanah lembab 150 – 300
Pasir kerikil terdapat lapisan lanau ± 300
Batuan dasar terisi tanah kering 300 – 2400
Batuan dasar tak lapuk > 2400

4.7 IPI2WIN

Software IP2Win adalah program untuk mengolah dan menginterprestasi data geolistrik 1
dimensi (1D). Pengunaan IP2Win mencakup beberapa tahap. Tahapan dalam pengunaan
software IP2Win adalah imput data, koreksi eror data, penambahan data dan pembuata cross
section. Input data dapat dilakukan dari data langsung lapangan (missal berupa data AB/2, V, I,
dan K) atau data tak langsung (berupa data AB/2 dan Rho apparent resistivity yang dihitung dari
Microsoft excel).

4.8 Rockworks

Rockworks adalah paket perangkat lunak yang terintegrasi untuk pengelolaan data geologi,
analisis, dan visualisasi. Rockworks memiliki keungggulan dalam visualisasi data bawah
permukaan sebagai log, penampang, diagram pagar, model padat, struktur dan peta isopach
dalam 2D dan 3D yang dinamis. Rockworks dapat menampilkan hasil seperti stratigrafi,
litologi,data kuantitatif, interval warna, hidrologi, dan akuifer. Biasanya digunakan untuk
menentukkan tingkat air, rekahan, survei sumur lubang bor, dan lainnya.

16
BAB V
METODE KERJA

5.1 jenis Kegiatan

Kegiatan dengan judul “Identifikasi Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik
Resistivitas Konfigurasi Schlumberger” yang dilakukan di desa Mertak, Lombok Tengah ini
bersifat deskriptif dengan tujuan hanya sebatas melihat gambaran hasil akuisisi data geolistrik
serta menyimpulkan apakah Desa Mertak memiliki potensi air tanah yang banyak atau tidak.

5.2 Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan kerja Praktek (KP) di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral dilakukan selama
kurun waktu 30 hari kerja, dimana dimulai dari tanggal 19 Juni sampai dengan 28 Juli 2023.
Kegiatan Kerja Praktek dilakukan dari hari senin hingga jum’at dari pukul 08:00 – 17:00
WITA. Secara adminstratif lokasi penelitian didapat dari data sekunder yang diperoleh di
Dusun Serenang, Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat (NTB). Secara geografis lokasi penelitian terletak di kordinat
8°53’07.3”𝑆 116°20′52.8"𝐸 (line 1) dan 8°53′3"S 116°20'54.4"𝐸 (line 2), line 3 berada pada
koordinat 8°53′04.3"𝑆 116°20′47.9"𝐸 , line 4 8°53′03.7"𝑆 116°20′47.2"𝐸 , line 5 8°53′05.1"𝑆
116°20′45.1"𝐸, dan line 6 8°53′05.6"𝑆 116°20′47.0"𝐸.

Gambar 5. 1 Peta Lokasi Penelitian

17
5.3 Alat dan Bahan

a). Alat - alat


1. Accu 12 Volt (2 Buah)
Sebagai sumber arus untuk injeksi.
2. Batang Elektroda (4 Buah)
Sebagai medium penghantar arus listrik ke bawah permukaan.
3. Handy Talk (HT) (5 Buah)
Handy Talk (HT) sebagai alat komunikasi.
4. Kabel Penghubung (4 Gulung)
Untuk menghubungkan elektroda dengan resistivity meter.
5. Konektor Elektroda (1 Buah)
Untuk menghubungkan kabel arus dengan elektroda.
6. Laptop (1 buah)
Sebagai alat pengolahan data.
7. Roll Meter (2 Buah)
Untuk mengukur panjang lintasan dan jarak antara titik terdekat (spasi).
8. Palu ( 4 Buah)
Sebagai alat bantu untuk menancapkan elektroda ke dalam tanah.
9. Resistivity Meter (1 Set)
Alat untuk menginjeksikan arus serta sebagai pengukur nilai arus (I) dan beda potensial
(V).
b). Bahan - bahan
1. Buku kerja dan alat tulis (1 Set)
Untuk mencatat nilai pengukuran yang diperoleh.
2. Global Positioning System (GPS) (1 Buah)
Untuk menentukan koordinat dan elevasi lokasi penelitian.

5.4 Teknik Pengambilan data

Data yang diperoleh merupakan data sekunder hasil penelitian lapangan yang telah
dilakukan oleh Dinas Energi Sumber Daya dan Mineral yaitu seksi pengusahaan air tanah.

18
Metode yang digunakan metode geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger satu dimensi,
dengan panjang 200 meter.

5.5 Pengolahan Data

Dari data hasil pengukuran didapatkan nilai beda potensial (∆𝑉) dan arus listrik (𝐼) yang
kemudian akan dihitung nilai resistivitas semuanya menggunkan Microsoft Excel. Data – data
yang telah diperoleh dari Microsoft Excelselanjutnya akan diolah menggunakan software
IPI2WIN (1D). Adapun langkah – langkah pengolahan data menggunakan IP2WINsebagai
berikut:
1). Buka software IP2WIN, klik file > New VES Point. Akan muncul jendela New VES
Point yang berupa tabel nilai AB/2, MN, dan nilai resistivitas hasil pengukuraan.
2). Sebelum data dimasukkan pada tabel, terlebih dahulu dipilih konfiguras elektroda yang
digunakan (konfigurasi Schlumberger).
3). Data dimasukkan dengan mengklik langsung pada kolom-kolom tabel pada jendela New
VES Point. Setelah data dimasukkan akan tampak titik-titik pada sebelah kanan tabel.
Klik OK kemudian pilih Save TXT untuk menyimpan data.
4). Setelah data disimpan akan muncul grafik hubungan antara variasi nilai resistivitas
dengan kedalaman (AB/2) dan tabel yang memberikan informasi tentang nilai resistivitas,
ketebalan, kedalaman, dan elevasi di setiap lapisan. Tulisan error pada tepi atas tabel
menunjukkan tingkat kesalahan data dan perlu dikoreksi.
5). Jika error masih besar, dilakukan pengeditan kurva hasil pengukuran lapangan dan kurva
baku ( perhitungan software) agar posisinya sama dengan cara klik menu Edit, kemudian
pilih Edit curve. Untuk memperkecil errornya lagi, klik Point kemudian pilih Inversion.

19
5.6 Alir penelitian

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Microsoft Excel

IP2WIN

Hasil

Interpretasi

Selesai

Gambar 5. 2 Diagram Alir Penelitian

5.7 Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan untuk mengetahui lapisan bawah permukaan dan keberadaan
akuifer berdasarkan nilai resistivitas. Interpretasi data geolistrik pada peneltian ini berupa data
geolistrik 1 dimensi (1D). Interpretasi data geolistrik satu dimensi akan memberikan gambaran
pada setiap lapisan berdasarkan nilai resistivitas dan informasi yang diperoleh pada daerah
penelitian. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data di enam titik berbeda. Data
resistivitas yang didapat pada setiap titik memiliki nilai sebagaimana termuat pada tabel 6.1.
Proses interpretasi data dilakukan menggunakan beberapa software seperti Microsoft Excel
(untuk pengolahan data lapangan), kemudian IPI2WIN (untuk proses pengolahan data resistivitas
1D), dan Rockworks (untuk proses pengolahan data 1D menjadi 3D).

20
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data skunder dengan menggunakan
metode geolistrik konfigurasi wenner. Data lintasan pengukuran dapat dilihat pada lampiran.
Penelitian ini dilakukan di Dusun Serenang Desa Mertak Kec. Pujut-Lombok Tengah. Lokasi ini
tergolong sebagai kawasan yang rawan kekeringan. Berdasarkan hasil pengolahan data geolistrik
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa di lokasi penelitian menunjukkan bahwa adanya
indikasi lapisan akuifer (air tanah) dipermukaan tanah. Untuk mengidentifikasi potensi air tanah
di desa tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode geolistrik.

6.1 Nilai resistivitas batuan hasil inversi

Tabel 6. 1 Nilai resistivitas dan jenis litologi

Kedalaman (m) Resistivitas


Data Litologi
dari ke (Ωm)
0 2,5 20,5 Penutup
2,5 3,2 35,3 Breksi
1
3,2 6,4 4,7 Lempung
6,4 78,9 40,6 Breksi
0 0,7 60,6 Penutup
0,7 1,4 7,8 Lempung
2 1,4 9,6 52,7 Gamping
9,6 14,9 16,5 Aluvial
14,9 194 82,7 Gamping
0 0,8 27,3 Penutup
0,8 2,6 50,7 Gamping
3
2,6 5,5 17,8 Lempung
5,5 134 55,1 Gamping
0 0,7 42,8 Penutup
0,7 1,5 5,8 Lempung
1,5 3,5 142 Batu pasir
4
3,5 12,2 17,1 Aluvial
12,2 25,6 243 Batu Pasir
25,6 59,5 12 Lempung Pasiran
5 0 0,3 85,7 Penutup

21
0,3 7,1 20,5 Lempung pasiran
7,1 33 43,4 Gamping
33 61,4 156 Batu Pasir
61,4 117 19,8 Pasir Lempungan
0 0,7 74,5 Penutup
0,7 1,45 7,9 Lempung
6 1,45 14,8 38,1 Breksi
14,8 35,8 107 Batu Pasir
35,8 63,7 14,7 Lempung pasiran

Dari pengolahan data lapangan menggunakan IPI2WIN seperti pada Gambar 6.1, didapat
tabel yang memuat nilai resistivitas dan kedalaman. Pengolahan data tersebut memiliki RMS
error sebesar 1.87%, diketahui rentang resistivitas semu yang didapat pada lokasi pertama yaitu
4-40.6 Ωm. Berdasarkan rentang nilai resistivitas tersebut, secara umum dibagi menjadi 3 jenis
lapisan batuan yaitu lapisan tanah lempung dan batuan breksi. Lapisan tanah lempung pada data
pertama memiliki nilai resistivitas berkisar 4 Ωm pada kedalaman 3-6.4 m. Lapisan batuan
Breksi dengan nilai resistivitas 30-40.6 Ωm pada kedalaman daintara 2-3m kemudian 6-79 m.
Dari pengolahan data lapangan menggunakan IPI2WIN seperti pada Gambar 6.1, didapat
tabel yang memuat nilai resistivitas dan kedalaman. Pengolahan data tersebut memiliki RMS
error sebesar 1.87%, diketahui rentang resistivitas semu yang didapat pada lokasi pertama yaitu
4-40.6 Ωm. Berdasarkan rentang nilai resistivitas tersebut, secara umum dibagi menjadi 3 jenis
lapisan batuan yaitu lapisan tanah lempung dan batuan breksi. Lapisan tanah lempung pada data
pertama memiliki nilai resistivitas berkisar 4 Ωm pada kedalaman 3-6.4 m. Lapisan batuan
Breksi dengan nilai resistivitas 30-40.6 Ωm pada kedalaman daintara 2-3m kemudian 6-79 m.
Titik ketiga memiliki rentang nilai resistivitas dari 17-55.1 Ωm dan secara umum dapat
digolongkan menjadi 3 lapisan. Lapisan penutup pada bagian atas kemudian pada lapisan kedua
terdapat lapian batuan gamping. Lapisan lain berupa tanah lempung yang berada pada dua
lapisan batuan gamping (pada kedalaman2.6-5.5 m). Pada titik pengambilan data yang keempat,
didapat rentang nilai resistivitas dari 5-243 Ωm. Secara umum terbagi kedalam beberapa lapisan
seperti lempung, batu pasir, dan aluvial. Lapisan lempung terdapat pada kedalaman 0.7-1.5 m.
Kemudian terdapat lapisan batu pasir pada sampai kedalaman 3.5 mdan memiliki nilai

22
resistivitas 142 Ωm. Pada kedalaman 3.5-12 m, terdapat lapisan yang memiliki nilai resistivitas
17.1 Ωm. Sedangkan dibagian bawah terdapat lapisan batu pasir yang mencapai kedalaman 25 m.
Pengambilan data di titik kelima memiliki rentang nilai resistivitas dari 19 sampai dengan
156 Ωm. Lapisan pada titik ini bisa dikategorikan sebagai lempung pasiran pada kedalaman 0.3-
7.1 m. Kemudian gamping pada kedalman berkisar 7-33 m. Lapisan di bawahnya berupa batu
pasir yang mencapai kedalaman 61.4 m. Lapisan batu pasir ini bisa dianggap sebagai lapisan
akuifer. Lapisan terakhir pada titik ini berupa pasir lempungan yang memiliki nilai resistivitas
sekitar 19 Ωm dan terdapat pada kedalaman > 60 m. Kemudian pada tiitk keenam pengambilan
data didapat rentang nilai resistivitas berkisar antara 7-107 Ωm. Terdapat lapisan akuifer pada
titik ini yaitu pada kedalaman 14-36 m. Lapisan akuifer ini berupa batu pasir dengan nilai
resistivitas 107 Ωm. Jadi berdasarkan data hasil pengolahan di atas, terdapat lapisan akuifer pada
titik pengambilan data keempat, kelima, dan keenam.

6.2 Kurva hasil inversi

a. Kurva hasil inversi pada line 1

Gambar 6. 1 Kurva hasil inversi line 1 menggunakan IPI2WIN

b. Kurva hasil inversi pada line 2

Gambar 6. 2 Kurva hasil inversi line 2 menggunakan IPI2WIN

23
c. Kurva hasil inversi pada line 2

Gambar 6. 3 Kurva hasil inversi line 3 menggunakan IPI2WIN

d. Kurva hasil inversi pada line 2

Gambar 6. 4 Kurva hasil inversi line 4 menggunakan IPI2WIN

e. Kurva hasil inversi pada line 2

Gambar 6. 5 Kurva hasil inversi line 5 menggunakan IPI2WIN

24
f. Kurva hasil inversi pada line 2

Gambar 6. 6 Kurva hasil inversi line 6 menggunakan IPI2WIN

6.3 Pseude Cross-Section

Gambar 6. 7 Pseude Cross-Section

Cross-section dilakukan dengan menggabungkan 6 data file hasil inversi menggunakan


IPI2WIN. Hasil dari cross-section memuat nilai resistivitas setiap lapisan beserta kedalaman atau
ketebalannya. Proses cross-section merupkan proses menggabubangkan data-data 1D untuk
diolah menjadi 2D. Data nilai resistivitas dan kedalaman pada hasil cross-section sama dengan
data pada tabel hasil inversi (tabel 6.1). Nilai resistivitas pada hasil cross-section memiliki kode
warna masing-masing, hal tersebut mewakili tinggi rendahnya nilai resistivitas.

25
6.4 Membuat data 3D

Data 3D dibuat menggunakan software Rockworks dalam hal ini menggunakan Rockworks
versi 16. Data 3D yang dibuat berupa data strip-log yang memuat data litologi, stratigrafi,
kedalaman, serta koordinat lokasi/titik pengambilan data. Berikut hasil pengolahan data 3D
menggunakan software Rockworks:

Gambar 6. 8 hasil inversi multiple strip-log dalam bentuk 3D

Gambar 3D di atas merupakan hasil pengolahan data geolistrik sebelumnya. Hasil dari
pengolahan ini pada dasarnya sama saja dengan hasil pengolahan 2D pada Pseude Cross-Section.
Hal ini karena pada data 3D juga menampilkan nilai resistivita beserta kedalaman dari hasil
26
pengolahan data. Kemudian data 3D lainnya berupa model litologi yang mencakup semua titik
koordinat pengambilan data. Berikut gambar hasil pengolahan menggunakan software Rockwork:

Gambar 6. 9 hasil inversi litologi model dalam bentuk 3D

Untuk gambar 6.8 merupakan bentuk 3D dari litologi batuan pada data geolisrik yang dipakai.
Tujuan dari penggunaan data 3D ini adalah untuk mempermudah pembacaan lebih mudah
mengetahui persebaran batuan yang ada.

27
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan ke 6 titik pengambilan data, dapat disimpulkan bahwa batuan atau tanah
penyusun daerah tersebut terdiri dari breksi (35-40 Ωm), lempung (4-15 Ωm), gamping
(50-60 Ωm), Aluvial (15-20 Ωm), dan batu pasir (> 100 Ωm).
2. Berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi data yang telah dilakukan, diketahui
bahwa pada titik 4, 5, dan 6 terdapat lapisan akuifer pada kedalaman rata-rata 30 m.
Lapisan ini didominasi oleh lapisan keras (batu pasir) dan lapisan lunak diatasnya (seperti
gamping).

7.2 Saran

Berdasarkan dari pengalaman KP (Kerja Praktek) yang telah dilakukan, disarankan untuk
lebih memahami bagaimana cara kerja dan melakukan pengolahan data dengan baik, sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan data.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bisri, M., 1991. Aliran Air Tanah. Malang : Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Usman, B., Rahma, H. M., Aryadi, N., Emi, R., 2017. Identifikasi Akuifer Air Tanah Kota
Palopo Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan jenis Konfigurasi Schlumberger.
Jurnal Fisika FLUX, 14(2).
Hanifa, D., Sota, I., dan Siregar, S. S., 2016. Penentuan Lapisan Akuifer Air Tanah Dengan
Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Desa Sungai Jati Kecamatan Mataram
Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Fisika FLUX, 13(1).
Hendrajaya, L., dan Arif, I., 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Bandung : Laboratorium Fisika
Bumi Jurusan Fisika FMIPA ITB.
Kearey, P., Brooks, M., dan Hill, I., 2002. An Introduction to Geophysical and Exploration.
London: Blackwell Science Ltd.
Loke, M. H., 1990. Electrical Imaging Surveys for Environmental and Engineering Studies.
Penang: Geotomo Software.
Prasetiawati, L., 2004. Aplikasi Metode Resistivitas dalam Eksplorasi Endapan Laterit Nikel
Serta Studi Perbedaan Ketebalan Endapannya Berdasarkan Morfologi Lapangan.
Jakarta : Program Sarjana Sains FMIPA, Universitas Indonesia.
Panji, A.,P. Analisis Kedalaman dan Kualitas Air Tanah di Kecamatan Hulonthalangi Kota
Gorontalo. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.17 No. 1, 2019.
Roy, E., 1984. Geotechnical Engineering Investigation Manual. Mc Graw Hill : New York.
Todd, D. K. dan Mays, L. W., 2005. Groundwater Hydrology Third Edition. Singapore: John
Wiley & Sons.

Wijaya, A., dan Kusmiran, A., 2021. Identifikasi Jenis Akuifer Air Tanah Menggunakan Vertical
Ekectrical Sounding Konfigurasi Schlimberger. Jurnal Fisika dan Terapannya, 8(1) 10-
18.

29
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Hasil Data Geolistrik

30
31
32
Kegiatan pengambilan data geolistrik

33
34
35
36
Lampiran 2.
Catatan Harian Kegiatan Kerja Praktek

Nama : Muhammad Abu Tahsya


NIM : G1E020022
Instansi : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Pembimbing : Prof. Dr. Drs.H. Ahmad Jupri, M. Eng.
Penyelia : Dwi Hardoyo, ST., M.Si.

Tanggal Kegiatan Penangggung Jawab


Hari pertama berkegiatan
 Perkenalan diri
19/06/2023 kepala bidang dan staf ESDM
 Perkenalan bidang minat
 Penempatan posisi
20/06/2023 Pengenalan lingkungan Kerja Praktek staf ESDM
21/06/2023 Diskusi terkait kebutuhan Kerja Praktek peneyelia
22/06/2023 Pengenalan alat geolistrik 1D penyelia dan staf ESDM
23/06/2023 Pengenalan Software IPI2WIN & ARCGIS staf ESDM
24/06/2023 - Libur
25/06/2023 - Libur

26/06/2023 Membantu kegiatan kantor ESDM staf ESDM dan kepala bidang

27/06/2023 Membantu kegiatan lapangan staf ESDM dan kepala bidang

28/06/2023 Mencari referensi untuk laporan


29/06/2023 - Libur
Latihan pemakaian software IPI2WIN &
30/06/2023 penyelia dan staf ESDM
ARCGIS
01/07/2023 - LIbur
02/07/2023 - Libur
03/07/2023 Konsultasi terkait rencana laporan Penyelia
Persiapan pembuatan laporan
04/07/2023
 Membuat draft
05/07/2023 Konsultasi format laporan penyelia
06/07/2023 Diskusi perencanaan kegiatan lapangan penyelia dan staf ESDM
Pembutan laporan
07/07/2023
 Mencocokkan referensi yang ada
Pembuatan lapororan
10/07/2023 staf ESDM
 Penulisan profil instansi
11/0/2023 Praktek lapangan penggunaan alat penyelia dan staf ESDM
37
geolistrik 1D
Mengolah data lapangan
12/07/2023
 Input data ke dalam ke excel
13/07/2023 Pembuatan Laporan
14/07/2023 Pembuatan Laporan
15/07/2023 - Libur
16/07/2023 - Libur
Pembuatan laporan
17/07/2023 penyelia dan staf ESDM
 Konsultasi pengolahan data
18/07/2023 Pembuatan laporan
19/07/2023 Libur
20/07/2023 Pembuatan Laporan
21/07/2023 Pembuatan Lapoan
22/07/2023 Libur
23/07/2023 Libur
24/07/2023 Pembuatan laporan

25/07/2023 Membantu kegiatan kantor ESDM staf ESDM dan kepala bidang

26/07/2023 Pembuatan laporan


27/07/2023 Pembuatan Laporan
Hari terakhir kerja praktek
28/07/2023 staf ESDM dan kepala bidang
 pamitan

Mataram, 7 Agustus 2023


Penyelia,

Dwi Hardoyo, ST., M.Si.


NIP. 19790516 200501 1 010

38
FORMAT PENILAIAN SEMINAR HASIL
KERJA PRAKTIK

Nama : Muhammad Abu Tahsya


NIM : G1E020022
Judul : IDENTIFIKASI POTENSI AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER
Tanggal : ……/……/……

No Kriteria Penilaian Bobot Skor Nilai


1 Sistem Penulisan Laporan :
 Konsistensi dan Justufikasi
0,30
antara Log Harian dan Laporan
 Alur Penulisan Log Harian
2 Persentasi :
 Sistematika penyajian dan isi
 Konsistensi prensentasi dan
0,30
laporan
 Penggunaan bahasa yang baku
 Cara/ sikap presentasi
3 PenguasaanMateri :
 Kebenaran dan Ketepatan
0,40
Jawaban
 Cara Menjawab
Skor terbobot total
1,00
Nilai (= Bobot x Skor) Maksimal 100

Mataram,…….....…………
Pembimbing,

Prof. Dr. Drs. H. Ahmad Jupri, M.Eng.


NIP. 19660817 199203 1 001

39

Anda mungkin juga menyukai