Anda di halaman 1dari 95

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ANALISIS SEISMISITAS DAN POTENSI BAHAYA BENCANA SEISMIK DATA


PERIODE 1993-2023 MENGGUNAKAN B-VALUE DI WILAYAH KEPULAUAN
BATU DAN SIBERUT

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

Oleh:
Rafi Fadhlurrohman/20034111

Dosen Pembimbing:
Syafriani, M.Si., Ph.D

PROGRAM STUDI FISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
i
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI STASIUN GEOFISIKA KELAS I PADANG PANJANG

NAMA MAHASISWA : RAFI FADHLURROHMAN

NIM / TAHUN MASUK : 20034111 / 2020

KONSENTRASI KEILMUAN : GEOFISIKA

PROGRAM STUDI : FISIKA (NK)

DEPARTEMENEN : FISIKA

FAKULTAS : MIPA

NAMA SUPERVISOR : FAJAR DWI PRASETYO, S.T

Padang, 3 Agustus 2023

Disetujui oleh:

Ketua Jurusan Fisika Dosen Pembimbing


FMIPA UNP

Prof. Dr. Hj Ratnawulan, M.Si Syafriani, M.Si., Ph.D


NIP. 19690120 199303 2 002 NIP. 19740305 199802 2 001

ii
RINGKASAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus
diambil oleh mahasiswa di Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Padang. Pelaksanaan PKL difokuskan di BMKG Stasiun Geofisika Kelas I yang terletak di
Padang Panjang, Sumatera Barat yang berperan dalam melakukan observasi, analisa serta
pelayanan jasa informasi aktivitas kegempaan tektonik, potensi tsunami, pergerakan tanah
akibat gempabumi, dan aktivitas sembaran petir.

Indonesia merupakan daerah yang rawan terjadi gempabumi, hal ini disebabkan karena
Indonesia terletak diantara pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia
yang bergerak dari Selatan menuju utara, Lempeng Pasifik yang bergerak dari timur menuju
barat, dan Lempeng Eurasia yang bergerak dari utara menuju selatan tenggara. Pergerakan dan
pertemuan lempeng tersebut menghasilkan jajaran gunung api aktif di Indonesia. Kondisi
geologis ini menyebabkan wilayah Sumatera sering mengalami gempabumi baik di darat
maupun di laut. Mengingat tingginya aktivitas kegempaan di pulau Sumatra ini maka
diperlukan suatu upaya mitigasi untuk meminimalisasi dampak bencana gempabumi. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkaji seismoteknik berdasarkan sejarah kejadian
gempa. Parameter seismoteknik dapat berupa keaktifan seismic (a-value), kerapuhan batuan (b-
value), probabilitas dan periode ulang kejadian gempa. Salah satu daerah di Wilayah VI Pusat
Gempabumi Regional (PGR) yang akan di analisis yaitu wilayah Kepulauan Batu dan Pulau
Siberut periode 1993-2023. Secara umum parameter tektonik (nilai-b) berdasarkan distribusi
frekuensi dengan magnitudo gempabumi di Kepulauan Batu-Siberut diperoleh 0,785 kemudian
untuk parameter seismisitas (nilai-a) di Kepulauan Batu-Siberut sebesar 5,85. Variasi spasial
nilai-a sekitar 4,5 sampai 7,5 dan nilai-b sekitar 0,6 sampai 1,3. Berdasarkan analisis variasi
spasial parameter seismotektonik (nilai-a) dan (nilai-b) diperoleh pemetaan kondisi stress yang
tinggi terjadi dibagian Teluk Dalam, disebelah timur Pulau Siberut dan di selatan dari
Kepulauan Batu. Periode ulang gempabumi dengan magnitude Mw 4 memiliki periode ulang
yang bervariasi,yaitu sekitar 0,15 hingga sekitar 0,5 tahun dan periode ulang gempabumi
dengan magnitude Mw 5 memiliki periode ulang yang bervariasi,yaitu sekitar 5 hingga sekitar
30 tahun di sekitar Nias Selatan,Kepulauan Batu dan Pulau siberut.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan tentang
Analisis Seismisitas dan Potensi Bahaya Bencana Seismik Data Periode 1993-2023
menggunakan B-Value di Wilayah Kepulauan Batu dan Siberut. Laporan ini merupakan
salah satu syarat dalam mata kuliah Praktek Kerja Lapangan di Departemen Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.

Dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis banyak


mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan serta memberikan dukungan untuk
terlaksananya kerja Praktek ini.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Ratnawulan, M.Si selaku Ketua Departemen Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang.
3. Ibu Syafriani, M.Si., Ph.D selaku Ketua Prodi Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang
dan selaku pembimbing Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL).
4. Ibu Dr. Riri Jonuarti, S.Pd, M.Si. selaku Pembimbing Akademik (PA).
5. Bapak Dr. Suaidi Ahadi, S.T, M.T selaku Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I
Padang Panjang, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan.
6. Ibu Dian Purnama Sari, S.E., M.Si selaku Kepala Sub Bag Tata Usaha BMKG Padang
Panjang
7. Bapak Fajar Dwi Prasetyo, S.T selaku Koordinator Bidang Observasi BMKG Padang
Panjang
8. Bapak Hamdy Arifin, S.Si selaku Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG
Padang Panjang
9. Bapak Fajar Dwi Prasetyo, S.T selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya selama PKL di Stasiun Geofisika Kelas I
BMKG Padang Panjang.
10. Seluruh Staff Pegawai BMKG Padang Panjang.
11. Teman-teman seperjuangan dalam Praktek Kerja Lapangan di BMKG Padang Panjang
Segala upaya telah penulis lakuan untuk menyajikan laporan ini sebaik mungkin, namun
penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya. Oleh karena
iv
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan di
masa yang akan datang. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Padang Panjang, 30 Juli 2023

Rafi Fadhlurrohman

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................................... ii
RINGKASAN .............................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ...................................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................... xii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................2
A. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................................2
B. Manfaat Penulisan ........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................... 4
LAPORAN KEGIATAN PKL...................................................................................................... 4
A. Mekanisme Pelaksanaan PKL ......................................................................................................4
B. Deskripsi Instansi Tempat Pelaksanaan PKL...............................................................................4
1. Sejarah Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang..................................................................4
2. Visi dan Misi ............................................................................................................................6
3. Struktur Organisasi...................................................................................................................7
4. Aktivitas Instansi BMKG Padang Panjang ..............................................................................9
C. Aktivitas PKL ................................................................................................................................21
D. Pelaksanaan PKL dan Hambatan yang Ditemui Serta Penyelesaiannya .......................................22
BAB III ....................................................................................................................................... 24
ANALISIS SEISMISITAS DAN POTENSI BAHAYA BENCANA SEISMIK DATA PERIODE
1993-2023 MENGGUNAKAN B-VALUE DI WILAYAH KEPULAUAN BATU DAN
SIBERUT .................................................................................................................................... 24
A. Tinjauan Kondisi Riil .................................................................................................................24
B. Tinjauan Literatur (Aspek Teoritis) ...............................................................................................31
C. Metode .......................................................................................................................................42
D. Analisis dan Hasil Pembahasan..................................................................................................44
BAB IV ....................................................................................................................................... 53
PENUTUP .................................................................................................................................. 53
A. Kesimpulan ................................................................................................................................53
vi
B. Saran...........................................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 55
LAMPIRAN................................................................................................................................ 57

vii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 SEISCOMP4 ....................................................................................................... 10


GAMBAR 2 MAP VIEW .......................................................................................................... 10
GAMBAR 3 TRACE VIEW ...................................................................................................... 11
GAMBAR 4 ORIGIN LOCATOR ............................................................................................ 11
GAMBAR 5. EVENT SUMMARY ............................................................................................ 12
GAMBAR 6. MONITORING LIGHTING DETECTOR ......................................................... 12
GAMBAR 7. ACCELEROGRAPH .......................................................................................... 13
GAMBAR 8. PETA SEBARAN ACCELEROGRAPH............................................................ 13
GAMBAR 9. TEROPONG HILAL ......................................................................................... 14
GAMBAR 10 WARNING RECEIVER SYSTEM ...................................................................... 14
GAMBAR 11 SANGKAR METEOROLOGI ......................................................................... 15
GAMBAR 12 TERMOMETER DALAM SANGKAR METEOROLOGI ............................. 15
GAMBAR 13 PENAKAR HUJAN OBSERVASI .................................................................. 16
GAMBAR 14 PENAKAR HUJAN HELLMAN ...................................................................... 17
GAMBAR 15 CAMPBELL STOKES ....................................................................................... 17
GAMBAR 16 EVAPORIMETER ............................................................................................ 18
GAMBAR 17 ANEMOMETER CUP METER ......................................................................... 19
GAMBAR 18 WINE VANE ANEMOMETER (KIRI), ANEMOMETER (KANAN) ........... 19
GAMBAR 19 BAROMETER DIGITAL ................................................................................. 20
GAMBAR 20 PIAS BAROGRAPH ........................................................................................ 20
GAMBAR 21 SEISMOGRAPH PORTABLE ........................................................................... 21
GAMBAR 22 GROUNDING TESTER KYORITSU................................................................. 21
GAMBAR 23 PETA TEKTONIK WILAYAH INDONESIA (PUSGEN 2017) .................... 24
GAMBAR 24 GEMPABUMI DI INDONESIA HASIL RELOKASI SAMPAI 2016
(PUSGEN 2017) .................................................................................................. 25
GAMBAR 25 KONDISI TEKTONIK WILAYAH TERRITORIAL INDONESIA DARI
BARAT SAMPAI TIMUR DI MANA PULAU SUMATERA MERUPAKAN
PERPOTONGAN DARI LEMPENG INDO-AUSTRALIA DAN LEMPENG
EURASIA(NATAWIDJAJA, 2009) ................................................................... 26
GAMBAR 26. ZONA SUBDUKSI, MENTAWAI FAULT SYSTEM DAN SUMATRA FAULT
SYSTEM(NATAWIDJAJA, 2018) ...................................................................... 28
GAMBAR 27 PERGERAKAN LEMPENG (A) GERAK DIVERGEN, (B) GERAK
KONVERGEN, DAN (C) GERAK TRANSFORM (FIANDRALEKHA, 2010) 35
GAMBAR 28. TATANAN TEKTONIK LEMPENG ............................................................. 36
GAMBAR 29. TATANAN TEKTONIK LEMPENG (NATAWIDJAJA, 2002) ................... 37
GAMBAR 30. PEMETAAN SEISMISITAS WILAYAH PULAU PULAU BATU DAN
PULAU SIBERUT DARI KATALOG KEGEMPAAN USGS TAHUN 1993-
2023 DENGAN KEDALAMAN 5- 129,8 KM. ................................................. 44
GAMBAR 31. A) HISTOGRAM JUMLAH GEMPA VS TAHUN, B) HISTOGRAM
MAGNITUDE VS JUMLAH GEMPA, KATALOG USGS (1993 - 2023) ....... 45
GAMBAR 32. PEMETAAN SEISMISITAS WILAYAH PULAU PULAU BATU DAN
PULAU SIBERUT DARI KATALOG KEGEMPAAN USGS TAHUN 1993-
2023 DENGAN KEDALAMAN 5- 129,8 KM SETELAH DI DECLUSTER. . 45
viii
GAMBAR 33. DISTRIBUSI FREKUENSI-MAGNITUDO KEGEMPAAN DI WILAYAH
KEPULAUAN BATU DAN SIBERUT DENGAN MAXIMUM LIKELIHOOD.
............................................................................................................................. 46
GAMBAR 34. GRIDING WILAYAH KEPULAUAN BATU DAN SIBERUT. ................... 47
GAMBAR 35. PETA DISTRIBUSI SPATIAL NILAI-B KEPULAUAN BATU DAN
SIBERUT DARI KATALOG KEGEMPAAN USGS, DARI TAHUN 1993 -
2023. .................................................................................................................... 48
GAMBAR 36. PETA DISTRIBUSI SPATIAL NILAI-A KEPULAUAN BATU DAN
SIBERUT DARI KATALOG KEGEMPAAN USGS, DARI TAHUN 1993 -
2023. .................................................................................................................... 49
GAMBAR 37. PLOT JUMLAH KUMULATIF GEMPABUMI DARI KATALOG
KEGEMPAAN USGS,DARI TAHUN 1993-2023. ........................................... 50
GAMBAR 38. PLOT KUMULATIF MOMENT RELEASE GEMPABUMI DARI KATALOG
KEGEMPAAN USGS,DARI TAHUN 1993-2023. ........................................... 50
GAMBAR 39. PETA DENSITAS KEGEMPAAN DI WILAYAH KEPULAUAN BATU
DAN SIBERUT DENGAN KATALOG USGS,DARI TAHUN 1993-2023. .... 51
GAMBAR 40. PETA PERIODE ULANG GEMPABUMI DENGAN MAGNITUDE MW 4,0
DI KEPULAUAN BATU DAN SIBERUT, DENGAN TIME RECURRENCE
(TR) BERKISAR 0,15 HINGGA SEKITAR 0,5 TAHUN DARI KATALOG
KEGEMPAAN USGS,DARI TAHUN 1993-2023. ........................................... 51
GAMBAR 41. PETA PERIODE ULANG GEMPABUMI DENGAN MAGNITUDE MW 5,0
DI KEPULAUAN BATU DAN SIBERUT, DENGAN TIME RECURRENCE
(TR) BERKISAR 5 HINGGA SEKITAR 30 TAHUN DARI KATALOG
KEGEMPAAN USGS,DARI TAHUN 1993-2023. ........................................... 52

ix
DAFTAR TABEL
TABLE 1. JANGKAUAN NILAI-B (ROHADI DKK,2012) .................................................. 40

x
DAFTAR BAGAN
BAGAN 1 STRUKTUR ORGANISASI BMKG PADANG PANJANG .................................. 8
BAGAN 2. DIAGRAM PENGOLAHAN DATA ................................................................... 43

xi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I TABEL HISTORIS GEMPABUMI DI WILAYAH PULAU PULAU BATU


DAN SIBERUT ................................................................................................ 57
LAMPIRAN II KEGIATAN PENGAMATAN, ANALISA DAN PENGIRIMAN DATA
METEOROLOGI DAN GEOFISIKA .............................................................. 71
LAMPIRAN III LEMBAR JURNAL KEGIATAN HARIAN PKL ....................................... 74
LAMPIRAN IV SURAT .......................................................................................................... 76

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat
sehingga diperlukan upaya dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas agar selalu siap dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Sehingga diperlukan
keseimbangan ilmu secara teoritis serta mampu mengaplikasikannya dalam dunia kerja secara
nyata.
Seluruh perguruan tinggi di Indonesia termasuk Universitas Negeri Padang Program
Studi Fisika dengan konsentrasi Geofisika telah menyusun suatu kurikulum pendidikan yang
mencakup teori dan praktek, agar mahasiswa mempunyai bekal yang cukup untuk memasuki
dunia kerja setelah menyelesaikan program studinya. Mahasiswa tidak hanya sekedar belajar
teori namun juga praktek lapangan untuk menjadi sumber daya manusia yang terlatih dan
profesional. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan kerjasama antara perguruan tinggi dengan
instansi yang terkait sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu dan
memberikan gambaran mengenai realita yang akan dihadapi ketika menyelesaikan studi di
perguruan tinggi.
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah
atau prinsip-prinsip fisika. Kaidah-kaidah tersebut termasuk juga meteorologi, elektrisitas
atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika dilakukan untuk mengetahui kondisi di
bawah permukaan bumi dengan melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari
parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi.
Penelitian mengenai gempabumi tidak lepas dari peran seorang ahli geofisika. Indonesia
merupakan daerah yang rawan terjadi gempabumi, hal ini disebabkan karena Indonesia terletak
diantara pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia yang bergerak dari
Selatan menuju utara, Lempeng Pasifik yang bergerak dari timur menuju barat, dan Lempeng
Eurasia yang bergerak dari utara menuju selatan tenggara. Pergerakan dan pertemuan lempeng
tersebut menghasilkan jajaran gunung api aktif di Indonesia. Kondisi geologis ini menyebabkan
wilayah Pulau Sumatera sering mengalami gempabumi baik di darat maupun di laut.
Jalur subduksi Lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di Indonesia memanjang
dari pantai barat Sumatera sampai ke selatan Nusa Tenggara. Zona ini sering kali menyebabkan
terjadinya gempa dangkal. Pada sistem subduksi Sumatera dicirikan dengan menghasilkan

1
rangkaian busur pulau depan (Forearch Islands) yang non vulkanik (Pulau Simeulue, Nias,
Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano). Oleh karena itu Kepulauan Batu dan Siberut
seringkali terjadinya gempabumi.
Mengingat tingginya aktivitas kegempaan di Kepulauan Batu dan Siberut maka
diperlukan suatu upaya mitigasi untuk meminimalisasi dampak bencana gempabumi. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkaji seismoteknik berdasarkan sejarah kejadian
gempa. Parameter seismoteknik dapat berupa keaktifan seismic (a-value), kerapuhan batuan (b-
value), probabilitas dan periode ulang kejadian gempa.
Pada saat ini perlu dilakukan sebuah upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan
dari gempabumi. BMKG berperan penting dalam menyebarkan informasi seputar gempabumi
guna untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan sebagai upaya dalam melakukan
mitigasi bencana gempabumi.
Fokus dari BMKG Padang Panjang adalah pengamatan seismik atau aktivitas
kegempabumian khususnya di Wilayah Sumatera. Berdasarkan pengamatan seismik ini dapat
diketahui kekuatan dari sebuah gempabumi dan kemungkinan terjadinya gempabumi susulan
atau bencana sekunder akibat gempabumi seperti tsunami. Pentingnya pemahaman mengenai
gempabumi dan untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa telah melatarbelakangi
pelaksanaan kerja praktek di Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas I
Padang Panjang.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari kegiatan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana parameter tektonik (b-value) dan parameter seismisitas (a-value) pada
daerah Kepulauan Batu dan pulau Siberut?
2. Bagaimana potensi bencana gempa pada daerah Kepulauan Batu dan Pulau
Siberut?
A. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan laporan ini yaitu sebagai berikut:
1. Memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah kurikulum dan kelulusan di
Program Studi Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Padang.
2. Mengetahui kegiatan di Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang
3. Mengetahui nilai b dan tingkat seismisitas pada daerah Kepulauan Batu dan
Pulau Siberut

2
4. Mengetahui potensi bencana gempa pada daerah Kepulauan Batu dan Pulau
Siberut
B. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari kegiatan kerja Praktek ini yaitu:
1. Manfaat bagi Universitas
a. Membantu memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan kepada
setiap mahasiswa tentang kondisi yang terdapat di lapangan secara nyata.
b. Membuka wawasan bagi para mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan
melalui Praktek di lapangan.
c. Mewujudkan program keterkaitan dan kesepadanan antara dunia pendidikan
dengan dunia industri.
2. Manfaat Praktek Kerja Lapangan
a. Mendapatkan pengalaman kerja sehingga mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerja yang sebenarnya
b. Menambah wawasan dan keterampilan dalam menerapkan ilmu yang
didapat secara teoritis di lapangan.
c. Dapat memberikan gambaran tentang lingkungan kerja.
3. Manfaat Penulisan Laporan
a. Menambah pengetahuan tentang
b. Meningkatkan kemampuan pengamatan dan pengolahan serta analisa data
klimatologi dan geofisika

3
BAB II

LAPORAN KEGIATAN PKL

A. Mekanisme Pelaksanaan PKL


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang
Panjang yang berada di Jalan Meteorologi, Silaing Bawah, Padang Panjang. Praktek Kerja
Lapangan ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan yaitu pada tanggal 26 Juni 2023
sampai 28 Juli 2023 dilakukan secara offline.
Mahasiswa selaku peserta PKL belajar sambil kerja di lapangan. Mahasiswa dibimbing
oleh para staf yang ada di BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang agar dapat memahami dan
mengetahui aktivitas yang dilakukan di Stasiun Geofisika Padang Panjang. Pelaksanaan PKL
diawali dengan pengenalan alat-alat yang digunakan di BMKG Stasiun Geofisika Padang
Panjang baik dibidang Meteorologi maupun dibidang Geofisika. Bidang Meteorologi
memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk pengambilan data setiap tiga jam sekali,
namun data yang didapat hanya sebagai data penunjang untuk Stasiun Meteorologi.
Pada bidang Geofisika peserta PKL diperkenalkan dengan sejumlah alat dan
perangkat lunak yang digunakan untuk mendeteksi serta menganalisa gempabumi lokal dengan
menggunakan perangkat lunak SeiscomP3 dan perangkat lunak Mini Regional. Setelah
melakukan PKL mahasiswa membuat laporan PKL sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
selama PKL di BMKG Padang Panjang.

B. Deskripsi Instansi Tempat Pelaksanaan PKL


1. Sejarah Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang
Melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi
dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen. Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan
oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Stasiun geofisika Padang Panjang merupakan salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) BMKG yang berada di Provinsi Sumatera Barat yang bertugas
melakukan pengamatan dan analisis geofisika dan juga pengamatan unsur unsur
meteorologi. Stasiun Geofisika Padang Panjang juga dipercaya sebagai koordinator

4
dari UPT-UPT yang berada di wilayah Sumatera Barat yakni Stasiun Klimatologi
Sicincin dan juga Global Atmosfer Watch (GAW).
Stasiun Geofisika Padang Panjang dibangun tahun 1975 di Pemandian
Lubuk Mata Kucing Padang Panjang. Stasiun Geofisika Padang Panjang ada di
tengah-tengah masyarakat Sumatera Barat karena wilayah Padang Panjang terdapat
batuan bed rock yang tepat untuk menempatkan sensor seismograf. Selain itu, untuk
mengenang gempabumi tanggal 26 Juni 1926 yang terjadi di Padang Panjang
menimbulkan banyak korban, baik korban jiwa maupun harta.
Pada tanggal 17 Januari 1976 alat Seismograph Kinemetrik dipasang oleh
BMG Pusat dan dioperasikan. Alat Seismograph Kinemetrik SPS-1 adalah kerja
sama BMG dengan UNESCO. Pada tahun 1993 peralatan Seismograph mulai
diperbaharui dengan memasang Seismograph 3 (tiga) komponen SPS-3, sehingga
dengan peralatan ini Stasiun Geofisika Padang Panjang dapat menentukan
parameter gempabumi walaupun masih secara sederhana.
Tahun 1998 dipasang peralatan Seismograph broadband "JISNET" yang
dilengkapi dengan program analisis parameter gempabumi. Pasca kejadian
gempabumi dan tsunami Aceh tahun 2004 lalu secara cepat terjadi pembaharuan
besar di BMKG mulai dari pembangunan gedung dan penambahan peralatan
deteksi gempabumi serta pendukung lainnya. Tahun 2006 di bangun Pusat
Gempabumi Regional (PGR) di 10 wilayah di Indonesia dan salah satunya di
Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang sebagai PGR VI.
Seiring dengan itu banyak penambahan peralatan seismik yang diinstalasi
di Stasiun Geofisika diantaranya server LIBRA, WinSDR, ONYX, RANET. Upaya
peningkatan kegiatan operasional dan pengembangan kantor tidak mungkin
dilakukan di Lubuk Mata Kucing, karena luas tanah tidak memungkinkan, maka
Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang dipindahkan dari Lubuk Mata Kucing ke
Silaing Bawah tahun 2007, dengan koordinat 00° 27 24,5" LS - 100° 23' 49,2" BT
pada ketinggian 773 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Pada tahun 2008 penambahan peralatan seismik selalu dilakukan,
diantaranya SeiscomP3, Accelerograph, dan pendeteksi petir (Lightning Detector
2000). Upaya untuk mendukung operasional maka Stasiun Geofisika dilengkapi
dengan alat pendukung lainnya seperti sarana komunikasi dan informasi yaitu:
LAN Internet, Radio SSB, DVB, dan Video Teleconference.
Pada April 2009 Stasiun Mini Regional sudah dapat dioperasikan di
Stasiun Geofisika Kelas I Silaing Bawah Padang Panjang sebagai PGR VI. Pada
5
tahun 2010 ada pemasangan GPS Stationary kerjasama BMKG dengan Jerman.
Pada tahun 2011 dilakukan pemasangan server Earthquake Repository, Buletin,
Shakemap, dan Control Quality Seiscomp. Pada tahun 2012 dipasang juga
Intensitymeter yang berfungsi untuk mengetahui intensitas di wilayah Padang
Panjang ketika ada kejadian gempabumi. Tahun 2012-sekarang pemasangan PGR
VI yang dilengkapi dengan peralatan monitoring dan analisa gempabumi dan
peralatan pendukung lainnya diharapkan PGR VI ini dapat secara optimal melayani
masyarakat dalam memperoleh informasi gempabumi dan tsunami di wilayah
Sumatera Barat dan sekitarnya.

2. Visi dan Misi


b. Visi
Visi dari BMKG adalah BMKG yang berkelas dunia dengan spirit
socioentrepreneur untuk mewujudkan lndonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan Gotong-Royong.
Terminologi di dalam visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kelas Dunia, BMKG dalam hal ini menjadi rujukan tingkat
regional dan global. Dimana informasi BMKG menjadi rujukan
masyarakat internasional, SDM BMKG berperan aktif dalam
organisasi MKG Internasional dan menjadi Regional Modelling
Centre.
b. Socio-Entrepreneur dimaksudkan BMKG dalam menjalankan
bisnis pelayanan MKG tidak hanya sekedar melakukan
pelayanan informasi untuk publik dan berbagai sektor antara lain
sektor transportasi, pariwisata, pertahanan dan keamanan,
pertanian dan kehutanan,sumber daya air, energi dan
pertambangan, penanggulangan bencana, namun juga
memproduksi informasi premium untuk kesejateraan masyarakat
menuju penguatan kemandirian keuangan BMKG.
c. Misi
Misi BMKG adalah BMKG melaksanakan misi Presiden dan Wakil
Presiden nomor 1 (Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia), Nomor 4 (Mencapai
Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan), dan Nomor 7 (Perlindungan bagi Segenap
Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga), dengan uraian sebagai
berikut:
6
1. Menjadikan informasi BMKG sebagai rujukan masyarakat
internasional dan mewujudkan Regional Modelling Centre;
2. Mendorong SDM BMKG berperan aktif dalam organisasi MKG
Internasional;
3. Mewujudkan sebagian unit layanan jasa dan informasi BMKG
mejadi unit Badan Layanan Umum (BLU).
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Suatu
organisasi, badan usaha, maupun instansi membutuhkan adanya struktur organisasi
yang jelas untuk menunjang kegiatan operasional usahanya. BMKG Padang
Panjang memiliki struktur organisasi dalam upaya menunjang kegiatan operasional
agar dapat mencapai tujuan yang direncanakan. Struktur organisasi yang berlaku
pada BMKG Padang Panjang dapat dilihat pada Bagan 1.
STRUKTUR ORGANISASI STASIUN GEOFISIKA PADANG PANJANG

7
Bagan 1 Struktur Organisasi BMKG Padang Panjang

8
4. Aktivitas Instansi BMKG Padang Panjang
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)
BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Silaing Bawah Padang Panjang yang merupakan
salah satu UPT BMKG di daerah Sumatera Barat, sedangkan BMKG sendiri adalah
sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian yang mempunyai tugas dan
fungsi di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.
Pelaksanaan kerja Praktek mencakup kegiatan pengamatan, pengolahan data dan
diseminasi informasi di bidang geofisika.
Adapun fungsi dari BMKG adalah sebagai berikut:
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
b. Koordinasi kegiatan fungsional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika
c. Fasilitas dan pembinaan terhadap instansi pemerintah dan swasta di bidang
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika.
d. Penyelenggaraan pengamatan, pengumpulan, pengolahan dan analisis serta
layanan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.

Dalam melaksanakan fungsi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan


Geofisika memiliki kewenangan sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya.
b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
c. Penetapan sistem informasi di bidangnya
d. Penetapan standar teknis peralatan serta pelayanan meteorologi, klimatologi,
dan geofisika.
Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku yaitu:
a. Pengamatan dan pemberian jasa geofisika
b. Pengamatan dan pemberian jasa kualitas udara
c. Pengaturan sistem jaringan pengamatan geofisika
Peralatan yang ada di Stasiun BMKG Padang Panjang meliputi peralatan
geofisika untuk pengamatan dalam bidang geofisika, yaitu peralatan gempabumi,
dan kelistrikan udara (petir) serta peralatan meteorologi untuk pengamatan data
cuaca harian dan berbagai peralatan pendukung komunikasi dan informasi.

9
a. Peralatan Geofisika
Adapun peralatan geofisika di BMKG Padang Panjang meliputi:
1) SeiscomP4
SeiscomP4 merupakan sistem akuisisi dan analisa gempabumi
yang terdiri atas jaringan seismograf yang telah terpasang di seluruh
Indonesia maupun luar negeri seperti yang terlihat pada (Gambar 1),
seiscomP4 dapat menentukan parameter gempabumi secara otomatis
dan kemudian dilakukan analisa manual oleh operator yaitu pegawai
BMKG yang bertugas agar mendapatkan parameter yang lebih akurat.

Gambar 1 Seiscomp4
Seiscomp4 terdiri dari beberapa monitor yang saling terhubung
satu sama lain, monitor tersebut adalah sebagai berikut:

a) Map View
Map view dapat dilihat pada (Gambar 2) digunakan untuk
menampilkan daerah yang memiliki sensor di Pulau Sumatera Sensor
tersebut disimbolkan dengan segitiga.

Gambar 2 Map View


Berdasarkan Gambar 2 terdapat kurang lebih 30 sensor yang
dimonitoring oleh BMKG Padang Panjang, sensor ini berguna untuk
mencatat kejadian penjalaran gelombang seismik.
b) Trace View
10
Trace view terlihat pada (Gambar 3) berfungsi menampilkan
sinyal seismik yang terekam pada setiap sensor yang ada di Sumatera.

Gambar 3 Trace View


Apabila terjadi gempabumi maka akan ditandai dengan
perubahan sinyal seismik yang signifikan dan berderetnya huruf “P”
di setiap stasiun. Perubahan sinyal seismik dinyatakan sebagai gempa
bumi apabila ada minimal 3 sensor yang merekam, jika hanya satu
sensor yang merekam itu berarti dianggap sebagai noise di sekitar
daerah tersebut.
c) Origin Locator
Origin Locator terlihat pada (Gambar 4) digunakan sebagai
komputer untuk analisa gempabumi yaitu picking sinyal untuk
menentukan parameter gempabumi.

Gambar 4 Origin Locator


d) Event Summary
Terlihat pada (Gambar 5) Event Summary menampilkan
daerah yang terjadi gempabumi beserta parameter hasil dari analisa.
Selain itu, komputer ini juga menampilkan event yang menunjukkan
gempabumi di hari yang lain.

11
Gambar 5. Event Summary

2) Lighting Detector (LD)


Lightning Detector yang terlihat pada (Gambar 6) memiliki
fungsi sebagai alat pendeteksi listrik udara (petir) serta mengetahui
posisi dan waktu terjadinya.

Gambar 6. Monitoring Lighting Detector


Prinsip kerja peralatan Lightning Detector yaitu saat terjadi
petir, maka petir akan mengeluarkan gelombang elektromagnetik.
Gelombang elektromagnetik inilah yang kemudian ditangkap oleh
sensor LD berdasarkan frekuensinya, yang kemudian diterjemahkan
oleh PCI Card Strom Tracker. Dengan Program Display LD/2000,
maka hasilnya dapat terlihat berbagai macam parameter petir.

3) Accelerograph
Accelerograph merupakan instrumen untuk merekam
guncangan tanah yang sangat kuat. Accelerograph berfungsi untuk
menentukan nilai percepatan tanah apabila terjadi gempabumi yang
berdampak pada suatu bangunan atau tanah. Rekaman-rekaman
Accelerograph memberikan informasi untuk mempelajari karakteristik
getaran gempabumi serta dapat digunakan sebagai input dalam analisis
rambatan gelombang, analisis dinamis bangunan, desain bangunan dan
penentuan lokasi struktur tanah (geologi) yang aman (Sungkowo,
2018). Accelerograph dapat dilihat pada Gambar 7.

12
Gambar 7. Accelerograph
Accelerograph tersebar dibeberapa lokasi di Indonesia.
Persebaran lokasi accelerograph di Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8. Peta Sebaran Accelerograph


4) Teropong Hilal
Teropong Hilal merupakan alat untuk pengamatan posisi bulan
dan matahari sebagai tanda perubahan waktu pada penanggalan
Hijriyah. Pengamatan gerhana dan juga digunakan pada saat terjadi
kulminasi matahari. Teropong memiliki dua sensor yang mampu
merekam pergerakan objek astronomis secara otomatis, pengguna
hanya perlu mengarahkan teropong ke posisi turn on kemudian
teropong akan mengikuti gerak objek. Teropong Hilal dapat dilihat
pada Gambar 9.

13
Gambar 9. Teropong Hilal
5) WRS

Warning Receiver System (WRS) adalah salah satu alat


diseminasi informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami serta
informasi BMKG lain yang digunakan BMKG Pusat untuk
menyebarluaskan informasi kepada lembaga perantara (interface
institution), seperti yang terlihat pada (Gambar 10).

Sesuai amanat Perpres No.93 Tahun 2019 tentang penguatan


dan pengembangan sistem informasi gempabumi dan peringatan dini
tsunami. Bahwa Kementerian/Lembaga harus berkoordinasi dengan
sinergi dalam melaksanakan kegiatan penyediaan dan penyebaran
informasi terkait gempabumi dan peringakatan dini tsunami.

Gambar 10 Warning Receiver System


Peralatan Diseminasi Warning Receiver System New
Gen (WRS) merupakan peralatan yang digunakan sebagai penyebaran
informasi terkait kejadian gempabumi dan tsunami di seluruh Indonesia
kepada computer institusi interface (Local Government/Government
Institutions, Media TV, Radio dan lainnya). Nantinya setiap institusi
interface wajib mendaftarkan IP Adress kepada BMKG untuk

14
mendapatkan informasi. Saat event yang baru tersedia, WRS akan
mengirimkan pemberitahuan informasi gempabumi maupun tsunami
kepada WRS client. Client dapat mengambil informasi pada server
WRS yang sudah terpasang di lokasi, setelah WRS client mendapatkan
informasi dari server WRS.
b. Peralatan Meteorologi
1) Sangkar Meteorologi
Sangkar meteorologi merupakan bangunan kecil yang mirip
seperti sebuah sangkar yang didalamnya terdapat thermometer, seperti
terlihat pada (Gambar 11). Termometer digunakan untuk mengukur suhu
udara dengan satuan derajat celcius (°C).

Gambar 11 Sangkar Meteorologi

Termometer Bola Kering

Termometer Bola Basah


Termometer Maksimun

Termometer Minimun

Gambar 12 Termometer dalam Sangkar Meteorologi

Berdasarkan Gambar 12, sangkar meteorologi terdiri dari:


a) Termometer bola kering
Termometer bola kering digunakan untuk mengukur suhu udara biasa.
b) Termometer bola basah

15
Termometer bola basah digunakan untuk mengukur suhu titik embun.
c) Termometer maksimum
Termometer maksimum digunakan untuk mengukur suhu tertinggi
dalam satu hari pada pagi hari.
d) Termometer minimum
Termometer minimum digunakan untuk mengukur suhu terendah
dalam satu hari pada malam hari.

2) Penakar Hujan Observasi


Curah hujan adalah banyaknya hujan yang terukur saat
pengamatan. Penakar Hujan Observatorium merupakan alat ukur curah
hujan manual dengan menggunakan gelas penakar seperti yang terihat
pada (Gambar 13). Satuan curah hujan yaitu milimeter (mm). Curah
hujan 1 mm berarti bahwa pada luasan satu meter persegi pada tempat
yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau air sebanyak satu
liter.

Gambar 13 Penakar Hujan Observasi

3) Penakar Hujan Hellman


Penangkar hujan Hellman adalah alat ukur curah hujan secara
otomatis yang menghasilkan grafik curah hujan pada kertas pias. Prinsip
kerja penangkar hujan hellman yaitu saat hujan turun, air hujan akan
masuk melalui corong PH Hellman. Kemudian air hujan tersebut akan
turun dan masuk ke dalam tabung yang terdapat pelampungnya. Saat air
di dalam tabung sudah terisi penuh maka pelampung tersebut akan
terangkat naik ke atas.
Pada tangkai pelampung terdapat tangkai pena yang bergerak
mengikuti tangkai pelampung, gerakan pena akan menggores pias
16
(terlihat pada Gambar 14) yang diletakkan/digulung pada silinder jam
yang dapat berputar dengan sendirinya. Penunjukkan pena pada pias
sesuai dengan jumlah volume air yang masuk ke dalam tabung, apabila
pena telah menunjuk angka 10 mm. maka air dalam tabung akan keluar
melalui gelas siphon yang bentuknya melengkung. Seiring dengan
keluarnya air maka pelampung akan turun, dan dengan turunnya
pelampung tangkai penapun akan bergerak turun sambil menggores pias
berupa garis lurus vertikal. Pena akan berhenti dan akan menunjuk pada
angka 0, yang kemudian akan naik lagi apabila ada hujan turun setelah
airnya keluar semua.

Gambar 14 Penakar Hujan Hellman


4) Campbell Stokes
Campbell Stokes (Gambar 15) berfungsi untuk menghitung
lama penyinaran matahari selama satu hari. Campbell stokes terdiri dari
bola gelas pejal yang memiliki diameter 10 cm dan pias yang berisi skala
waktu jejak pembakaran.

Gambar 15 Campbell Stokes


Prinsip kerja campbell stokes adalah ketika sinar matahari
mengenai bola gelas pejal, maka sinar tersebut akan difokuskan hingga
mampu membakar pias yang ada di bawahnya. Panjang jejak yang
terbakar pada pias mengindikasikan lamanya penyinaran matahari yang

17
sampai ke permukaan bumi. Satuan yang digunakan untuk mengukur
lamanya penyinaran matahari yaitu dalam bentuk persen dan jam.

5) Panci Penguapan (Evaporimeter)

Evaporimeter (Panci Penguapan) merupakan alat ukur cuaca


iklim penguapan di area terbuka. Satuan penguapan adalah milimeter.
Penguapan yang diperoleh dari panci penguapan merupakan representasi
dari "tebalnya" lapisan air yang menguap di alam terbuka seperti dari
danau, laut, dan sungai (terlihat pada Gambar 16).

Gambar 16 Evaporimeter
Satu set alat ukur panci penguapan terdiri dari termometer air.
Hook Gauge untuk mengukur tinggi air. Still Well yang merupakan
tempat menempatkan Hook Gauge.

6) Anemometer Cup Counter (Windrun)


Windrun merupakan alat yang berfungsi untuk menentukan
kecepatan angin rata-rata selama periode tertentu. Terlihat pada (Gambar
17) alat ini memiliki 3 buah mangkok untuk menangkap angin dan
terletak di atas permukaan tanah setinggi 2 meter.
Untuk mengetahui kecepatan rata-rata angin pada periode waktu
tertentu dilakukan dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka
counter saat pengamatan dengan hasil pembacaan sebelumnya,
kemudian dibagi dengan periode waktu pengamatan.

18
Gambar 17 Anemometer Cup Meter

7) Anemometer Digital
Anemometer digital merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur arah dan kecepatan angin secara digital, pada (Gambar 18) alat
ini didukung oleh adanya wine vane anemometer yang di pasang pada
besi dengan ketinggian kurang lebih 10 meter, dimana alat ini terdiri dari
sensor dan alat penunjuk yang dihubungkan melalui kabel sehingga hasil
tercatat di anemometer digital.

Gambar 18 Wine vane anemometer (kiri), Anemometer (kanan)

8) Barometer Digital
Barometer merupakan alat ukur cuaca dan iklim tekanan udara.
Terlihat pada (Gambar 19) alat ini diletakkan dengan ketinggian 120 cm
pada suatu ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung. Satuan
tekanan udara dinyatakan dalam milibar.

19
Gambar 19 Barometer Digital
9) Pias Barograph
Pias barograph digunakan untuk mengukur tekanan udara pada
satu hari. Pengamatan tekanan udara menggunakan pias barograph
dilakukan dengan cara membaca grafik pada kertas pias barograph,
seperti yang terlihat pada (Gambar 20).

Gambar 20 Pias Barograph


Dasar kerja barograph adalah perubahan tekanan udara
permukaan logam tipis, dan perubahan ini diteruskan secara mekanik
dengan pena yang bergerak di atas kertas yang menempel pada sebuah
drum. Drum perekam digerakkan secara presisi baik menggunakan
mekanisme jarum jam manual maupun jarum jam baterai. Hasil
rekamannya disebut barogram.
10) Seismograph Portable
Seismograph portable merupakan peralatan portable yang
digunakan untuk memetakan kondisi geologis untuk penempatan sensor.
Seismograph portable dengan merk Nanometric memiliki desain ukuran
yang lebih kecil sehingga lebih praktis untuk digunakan survey di
lapangan. Peralatan baru ini berupa 1(satu) set yang terdiri dari sensor
Trillium Compact PH Model TC-120 PH2, Digitizer jenis Pegasus
Portable Digital Recorder beserta kabel dan set pendukungnya.
20
Gambar 21 Seismograph Portable
11) Grounding Tester Kyoritsu
Earth Tester adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
nilai resistansi atau hambatan tanah, dimana hambatan pada tanah perlu
diketahui sebagai dasar sebelum melakukan grounding atau pentanahan
pada sistem rangkaian listrik. Pada sebuah rangkaian listrik diperlukan
sebuah pemasangan pembumian atau grounding yang berfungsi sebagai
pengaman keselamatan atau proteksi terhadap tegangan kejut, kebocoran
arus listrik yang dapat menyebabkan konsleting, dan membahayakan
manusia.

Gambar 22 Grounding Tester Kyoritsu

C. Aktivitas PKL
1. Ruang Lingkup Pelaksanaan PKL
Stasiun BMKG Padang Panjang ini beroperasi 7x24 jam setiap
minggunya. Terdapat 2 pembagian shift kerja setiap harinya. Pembagian kerja
untuk mahasiswa PKL tidak sama dengan pembagian kerja staf BMKG Stasiun
Geofisika Padang Panjang lainnya. Pembagian kerja untuk mahasiswa
ditentukan secara shift antara jam 07.30 WIB sampai jam 16.00 WIB dari hari
senin sampai jum’at tetapi hari jum’at jam 07.30 sampai 16.30 WIB.
21
2. Jadwal PKL
Pelaksanaan magang dilaksanakan mulai 26 Juni 2023 – 28 Juli 2023
dengan ketentuan jam kerja sebagai berikut:
Senin – Minggu : Pukul 07.30 – 16.00 WIB
Istirahat : Pukul 13.00 – 14.00 WIB
Pembagian Hari : Setiap hari kerja

D. Pelaksanaan PKL dan Hambatan yang Ditemui Serta Penyelesaiannya


Adapun kegiatan selama pelaksanaan PKL ini dalam tiap minggunya, yaitu:
1. Minggu ke-1
a. Pengenalan instansi dan staff pegawai serta pembagian pembimbing.
b. Pengenalan alat-alat di Taman Meteorologi.
c. Pengenalan alat-alat di Ruang SYNOP.
d. Belajar penyandian data cuaca.
2. Minggu ke-2
a. Belajar menginputkan data cuaca ke COMMS.
b. Belajar mengoperasikan software SeisComp3
c. Belajar mengoperasikan software Lightning Data Processing Nexstrom.
d. Pengarahan dari pembimbing/supervisor.
e. Mengenal cara kerja Accelerograph.
f. Temu ramah dengan Kepala BMKG Stasiun Geofisika Jekas I Padang
Panjang,Bapak Suaidi Ahadi.
3. Minggu ke-3
a. Pembuatan peta dengan menggunakan aplikasi Arcgis.
b. Mencari referensi untuk penulisan laporan.
c. Belajar menggunakan zmap6.
d. Membuat grafik FMD dan peta distribusi variasi spasial b-value.
e. Membuat peta sebaran gempabumi Kepulauan Batu dan Pulau Siberut.
4. Minggu ke-4
a. Konsultasi terkait judul laporan PKL dengan pembimbing
b. Mengerjakan laporan kegiatan selama magang
c. Observasi dan pengambilan data synop
d. Mendesain plakat untuk ucapan terimakasih kepada instansi atas
terlaksananya PKL
22
e. Bimbingan dengan pembimbing terkait laporan yang dibuat
5. Minggu ke-5
a. Upacara memperingati hari berdirinya BMKG
b. Mempresentasikan laporan PKL
c. Revisi Laporan PKL
d. Menyerahkan laporan Kegiatan operasional selama PKL di BMKG
e. Mendesain plakat kepada instansi untuk diserahkan kepada BMKG
Selama pelaksanaan PKL terdapat beberapa hambatan yang dialami, yaitu:
1. Kesulitan dalam memahami sistem dari alat yang digunakan oleh Stasiun Geofisika
kelas 1 BMKG Padang Panjang dengan masing-masing perangkat lunak maupun
sensor didalamnya. Penyelesaian hambatan tersebut adalah dengan belajar dan
mendapatkan arahan dan saling berdiskusi, baik dengan pembimbing lapangan PKL
ataupun Staff Stasiun Geofisika kelas 1 BMKG Padang Panjang lainnya.
2. Kurangnya pengetahuan penulis dalam hal pembuatan peta, karena selama ini tidak
dibekali mengenai hal pembuatan peta menggunakan perangkat lunak seperti
Arcgis dan zmap6. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya bimbingan,
arahan, dan mencoba mengaplikasikannya dari pembimbing lapangan PKL, Staff
Stasiun Geofisika kelas 1 BMKG Padang Panjang maupun mahasiswa PKL
lainnya.

23
BAB III

ANALISIS SEISMISITAS DAN POTENSI BAHAYA BENCANA


SEISMIK DATA PERIODE 1993-2023 MENGGUNAKAN B-VALUE DI
WILAYAH KEPULAUAN BATU DAN SIBERUT

A. Tinjauan Kondisi Riil


Indonesia merupakan wilayah yang terletak pada pertemuan lempeng tektonik
besar dunia dan beberapa lempeng kecil atau microblocks (PuSGeN, 2017). Indonesia
dikelilingi oleh empat lempeng utama, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng
Eurasia, Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan Indonesia
menjadi wilayah yang rawan terjadi bencana gempabumi dan tsunami. Lempeng Indo-
Australia bertemu dengan Lempeng Eurasia di sepanjang lepas pantai bagian barat pulau
Sumatera kearah selatan pulau Jawa-Nusa Tenggara dan membelok di Laut Banda
(Gambar 23).

Pertemuan lempeng atau subduksi antara Lempeng Indo-Australia dengan


Lempeng Eurasia di bagian selatan pulau jawa yang hampir tegak lurus berbeda dengan
pertemuan lempeng di wilayah Sumatera yang mempunyai subduksi miring. Pertemuan
kedua Lempeng ini tidak hanya menyebabkan subduksi miring tetapi juga menyebabkan
Zona Sesar Sumatera dan Sesar Mentawai. Kehadiran zona subduksi tersebut menjadi
salah satu dari tiga sumber gempa tektonik di Indonesia, khususnya Pulau Sumatera
(Novia Sari & Prastowo, 2022).

Gambar 23 Peta Tektonik wilayah Indonesia (PuSGeN 2017)

Berdasarkan (Gambar 21) di atas dapat dilihat bahwa keempat lempeng


tektonik tersebut memiliki jenis bidang batas konvergen yang membentuk zona-zona

24
subduksi di Samudera Indonesia merupakan hasil interaksi Lempeng Indo-Australia
yang bergerak ke utara dengan Lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan. Subduksi
Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia diduga berkorelasi dengan beberapa
sistem sesar, lipatan, cekungan dan gunung aktif yang terbentang dari Sumatera, Jawa,
Bali hingga Nusa Tenggara. Salah satu yang menjadi ciri khas zona subduksi adalah
terbentuknya palung laut. Palung laut berhadapan langsung dengan pantai selatan laut
Jawa adalah palung Jawa yang merupakan hasil subduksi Lempeng Eurasia dan Indo-
Australia.
Lempeng Indo-Australia bergerak relatif kearah utara dan menyusup ke dalam
Lempeng Eurasia sementara Lempeng Pasifik bergerak relatif kebarat. Jalur pertemuan
lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan kedalaman
dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan
terhadap tsunami. Berdasarkan lima pulau besar dan beberapa semenanjung, Indonesia
telah mengalami ribuan gempabumi dan ratusan tsunami pada rentang waktu empat
ratus tahun terakhir. Sumatera adalah pulau yang paling rentan dampak gempabumi dan
tsunami karena terletak langsung di depan lempeng Indo-Australia. Hal ini dapat terlihat
pada Gambar 24 berikut.

Gambar 24 Gempabumi di Indonesia Hasil Relokasi sampai 2016 (PuSGeN 2017)

Berdasarkan (Gambar 24) diatas dapat dilihat bahwa pulau Sumatera


merupakan salah satu pulau di Indonesia yang sangat rawan terhadap ancaman
gempabumi. Hal ini dikarenakan di sebelah barat Pulau Sumatera membentang zona
subduksi yang sejajar dengan garis pantai Sumatera dan di darat Pulau Sumatera
membentang sesar Sumatera yang membelah Pulau Sumatera menjadi dua. Kondisi
geologi tersebut memicu kerentanan bencana seismik(Dewi & Prastowo, 2021). Kondisi

25
fisiografi di pulau Sumatera sangat unik, yaitu berupa Kepulauan di sebelah barat
Sumatera membentang dari Simeuleu hingga Enggano rangkaian bukit barisan, Zona
Semangko, dataran Alluvial pantai timur, rangkaian pulau ini terbentuk suatu palung
kecil yang terbentuk di sebelah timur laut jajaran pegunungan Bukit Barisan, serta bukit,
lembah lereng, dan dataran rendah di sebelah timur (Pawirodikromo, 2012).
Menurut Teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang
lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang.
Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an dan hingga kini teori ini telah
berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempabumi, tsunami, dan
meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan
samudera. Kondisi tektonik Pulau Sumatera dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25 Kondisi tektonik wilayah territorial Indonesia dari barat sampai timur di mana Pulau
Sumatera merupakan perpotongan dari Lempeng Indo-Australia dan Lempeng
Eurasia(Natawidjaja, 2009)

Berdasarkan Gambar 25, Secara umum tatanan tektonik di Sumatera dicirikan


oleh tiga sistem tektonik. Ketiga sistem tektonik tersebut, yaitu Zona Subduksi antara
Lempeng tektonik Indo Australia dengan Lempeng Eurasia, Mentawai Fault System
(MFS) dan Sumatra Fault System (SFS) atau sesar Sumatera yang terlihat seperti
(Gambar 26).

26
a. Zona Subduksi
Jalur subduksi Lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di
Indonesia memanjang dari pantai barat Sumatera sampai ke selatan Nusa
Tenggara. Pada sistem subduksi Sumatera dicirikan dengan menghasilkan
rangkaian busur pulau depan (Forearch Islands) yang non vulkanik (Pulau
Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano). Lempeng India-
Australia menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan ±50-
60 mm/tahun. Batas antar 2 (dua) lempeng ini terdapat zona subduksi dangkal
atau yang disebut sebagai "Megathurst Subduction Sumatera" inilah yang saat
ini menjadi perhatian masyarakat karena diprediksi masih menyimpan potensi
gempabumi dengan magnitudo 8.9 SR di zona ini yang popular dengan istilah
Mentawai Megathrust.
b. Mentawai Fault System (MFS)
Selain jalur tumbukan dua lempeng tektonik, di sebelah barat pantai
Sumatera Barat terdapat juga Mentawai Fault System. Mentawai Fault System
adalah sesar mendatar yang disebabkan adanya proses penunjaman miring di
sekitar Pulau Sumatera. Sesar Mentawai berada di laut memanjang disekitar
Kepulauan Mentawai dari Selatan Hingga ke Utara menerus hingga ke sekitar
Utara Nias.
c. Sumatera Fault System (SFS)
Sumatera Fault System atau Sesar Sumatera terjadi akibat adanya
Lempeng India-Australia yang menabrak bagian barat pulau Sumatera secara
miring, sehingga menghasilkan tekanan dari pergerakan ini. Adanya tekanan ini,
maka terbentuklah sesar Sumatera atau disebut juga "The Great Sumatera Fault"
yang membelah pulau Sumatera membentang mulai dari Lampung sampai
Banda Aceh, sesar ini menerus sampai ke Laut Andaman hingga Burma. Sesar
ini merupakan daerah rawan gempabumi dan tanah longsor. Sesar Sumatera
merupakan sesar strike slip berarah dekstral yang terdiri dari 20 segmen utama
sepanjang tulang punggung Sumatera ( Natawidjaja, 2007).

Pada zona sesar Mentawai terbentuk akibat adanya pertumbuhan sesar Anjak
yang bergerak maju ke arah busur, sehingga struktur paling muda terbentuk di bagian
timur. Adanya gerakan strike-slip (sesar mendatar) dari lempeng Indo-Australia yang
miring disesuaikan oleh sesar Sumatra dan sesar Mentawai di area timur kepulauan

27
Mentawai. Sementara itu, adanya struktur backthrust (bagian dari sesar naik) di timur
Mentawai dari hasil analisis data.

Gambar 26. Zona Subduksi, Mentawai Fault System dan Sumatra Fault System(Natawidjaja,
2018)

Jalur patahan Sumatera bisa dikenal dari kenampakan bentang alam di


sepanjang jalur. Jalur patahan di Sumatera ditandai oleh kenampakan bukit-bukit kecil,
di sepanjang patahan pergeseran alur-alur sungai, dan danau-danau yang terjadi karena
pergeseran bumi. Jalur patahan sepanjang ±1900 Km ini melintasi punggungan pulau
Sumatera sepanjang Bukit Barisan. Sejarah mencatat sudah cukup banyak kejadian
gempabumi dengan magnitudo besar yang terjadi disekitar patahan sesar Sumatera yang
tercatat dalam sejarah dengan kurun waktu 200 tahun terakhir.
Nias (bahasa Nias: Tanö Niha) adalah sebutan untuk pulau dan kepulauan yang
terletak di sebelah barat Pulau Sumatra, Indonesia, dan secara administratif berada
dalam wilayah Provinsi Sumatra Utara. Pulau ini merupakan pulau terbesar di antara
gugusan pulau di pantai barat Sumatra, dihuni oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha).
Pulau dengan luas wilayah 5.625 km² ini berpenduduk hampir 1.000.000 jiwa. Pulau
Nias terbagi atas lima daerah administrasi, satu kota dan empat kabupaten, yaitu Kota

28
Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, dan
Kabupaten Nias Barat.
Nias Selatan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Nias yang secara
geografis terletak diantara 00°35’00”LU dan 97°46’40”BT sedangkan secara
astronomis terletak antara 0°33' 25” LS – 1° 4' 5” LS dan 97°25' 59”BT – 98°48' 29”
BT. Secara umum topografi dari Nias Sealatan sebahagian besar berbukit-bukit sempit
dan terjal serta pegunungan dengan tinggi di atas permukaan laut bervariasi antara 0-
800 m, yang terdiri dari dataran rendah hingga bergelombang sebanyak 24%, dari tanah
bergelombang hingga berbukit-bukit 28,8% dan dari berbukit hingga pegunungan
mencapai 51,2% dari seluruh luas daratan. Akibat kondisi alam yang demikian
mengakibatkan adanya 67 daerah aliran sungai kecil, sedang, atau besar yang ditemui
hampir di seluruh kecamatan.

Batas-batas wilayah Kabupaten Nias adalah sebagai berikut:


Sebelah Utara : Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
Sebelah Selatan : Samudera Hindia.
Sebelah Timur : Pulau Mursala kabupaten Tapanuli Tengah
Provinsi Sumatera Utara.
Sebelah Barat : Samudera Hindia

Sejarah mencatat gempabumi merusak yang pernah terjadi di Nias yaitu pada
tanggal 28 Maret 2005 pukul 23:09 WIB, Pusat gempabuminya berada di 2°04′35″ LU
97°00′58″ BT dengan kedalaman 30 km dan berkekuatan 8.7 SR. Selain dirasakan di
Indonesia, gempabumi juga dirasakan disebagian Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Gempabumi ini mengakibatkan lebih dari 1.000 orang meninggal dan 2.391 lainnya
luka-luka. USGS mencatat gempabumi Nias 2005 ini sebagai gempabumi terbesar
kedelapan di dunia sejak 1900. Tidak munculnya tsunami dari gempabumi Nias 28
Maret 2005, kemungkinan disebabkan oleh lokasi episenternya tidak di daerah
megathrust. Selain itu kedalaman pusat gempabumi yang 30 km di bawah permukaan
laut adalah batas kritis untuk timbulnya tsunami.
Wilayah Kabupaten Nias berdasarkan peta zona gempabumi di Indonesia
termasuk zona gempabumi dengan skala intensitas II-IV dengan epicentrum yang relatif
dangkal. Gambaran kerusakan yang ditimbulkan oleh gempabumi dengan skala II-IV
adalah:

29
1. Skala II Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang
digantung bergoyang.
2. Skala III Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan
ada truk berlalu.
3. Skala IV Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar
oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding
berbunyi.

Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi


Sumatra Barat, Indonesia. Kabupaten ini berada di luar dari wilayah pulau Sumatra,
terdiri atas empat pulau utama. Secara geogafis terletak di antara 0°55’00” – 3°21’00”
Lintang Selatan dan 98°35’00” – 100°32’00” Bujur Timur dengan luas wilayah tercatat
6.011,35 km² dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara umum topografi dari
Mentawai bervariasi antara dataran, sungai, dan berbukit-bukit, dimana rata-rata
ketinggian daerah seluruh ibukota kecamatan dari permukaan laut (DPL) adalah 2
meter. Kabupaten ini terdiri dari 4 kelompok pulau utama yang berpenghuni yaitu Pulau
Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan. Kepulauan Mentawai
merupakan bagian dari serangkaian pulau non-vulkanik dan gugus kepulauan itu
merupakan puncak-puncak dari suatu punggung pegunungan bawah laut.

Batas-batas wilayah Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut:


Sebelah Utara : Provinsi Sumatra Utara.
Sebelah Selatan : Samudera Hindia.
Sebelah Timur : Selat Mentawai.
Sebelah Barat : Samudra Hindia

Sebahagian besar penghuni Kepulauan di kabupaten Kepulauan Mentawai


berasal dari pulau Siberut. Siberut adalah pulau terbesar dan paling utara dari Kepulauan
Mentawai, terletak 150 kilometer sebelah barat Sumatra di Samudra Hindia. Sebagai
bagian dari Indonesia, pulau ini menjadi rumah terpenting bagi Suku Mentawai. Secara
geografis terletak antara 1°23’ LU dan 98°54’ LS dan secara astronomis 0°55'00”
sampai 3°21'00” LS dan 98°35'00” sampai 100°32'00” BT.

Pada tanggal 25 April 2023 terjadi gempa dengan kekuatan M 6,9 tepat di laut
pada jarak 177 kilometer (km) barat laut Kepulauan Mentawai pada kedalaman 23 km.
30
Gempa berdampak dan dirasakan di Siberut dengan skala intensitas VI MMI (modified
mercally intensity). Sementara itu, di Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, dan
Padang, gempa dirasakan V MMI. BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini
tsunami dan diakhiri sekitar dua jam kemudian. Hingga pukul 05.45, tercatat 10 aktivitas
gempa susulan dengan magnitudo terbesar M5.

Wilayah Kabupaten Mentawai berdasarkan peta zona gempabumi di Indonesia


termasuk zona gempabumi dengan skala intensitas IV-VI dengan epicentrum yang
relatif dangkal. Gambaran kerusakan yang ditimbulkan oleh gempabumi dengan skala
IV-VI adalah:
4. Skala IV Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar
oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding
berbunyi.
5. Skala V Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak
terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang
besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
6. Skala VI Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut
dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak,
kerusakan ringan.

B. Tinjauan Literatur (Aspek Teoritis)


a. Gempa Bumi
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi
di dalam bumi secara tiba-tiba. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala
arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai
ke permukaan bumi. Pusat gempabumi merupakan titik di dalam bumi dimana
gempa terjadi disebut hiposenter sedangkan titik di atas permukaan bumi disebut
episenter. Aktivitas gempa ini dapat diamati melalui rekaman pada seismograf
dan hasil rekaman disebut seismogram Dari rekaman tersebut dapat ditentukan
penyebab terjadinya, lokasi asalnya, kekuatannya, jenisnya serta sifat-sifatnya
Bahkan dari gelombang gempa tersebut dapat diketahui struktur bagian bumi.
Intensitas atau kekuatan gempabumi didasarkan pada amplitudo
gelombang seismik yang terekam pada seismogram dan dinyatakan dalam skala
Richter (SR) Berdasarkan kekuatannya gempabumi dapat dibedakan atas:
31
• Gempabumi sangat besar > 8 SR
• Gempa bumi besar 7-8 SR
• Gempa bumi merusak 5-6 SR
• Gempa bumi sedang 4-5 SR
• Gempa bumi kecil 3-4 SR
• Gempa bumi kecil 3-4 SR
• Gempa bumi ulta mikro < 1 SR

Jenis-jenis gempabumi berdasarkan penyebab terjadinya gempabumi (Sunarjo


dkk, 2010), yaitu
1. Gempa vulkanik (gunung api)
Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas vulkanik, biasanya terjadi
saat gunung berapi sedang aktif Gempabumi ini hanya dapat dirasakan oleh
masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi gunung berapi.
2. Gempa tektonik
Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik yaitu pergeseran
lempeng-lempeng tektonik dunia Gempabumi ini merupakan gempabumi
yang sangat sering terjadi dan memiliki kemampuan merusak yang sangat
tinggi Gempabumi dapat dirasakan secara luas bahkan gelombang
seismiknya dapat tercatat hampir di seluruh wilayah bumi jika kekuatan
gempabumi yang terjadi sangatlah besar, seperti yang terjadi pada
gempabumi Aceh 26 Desember 2004
3. Gempa runtuhan
Gempabumi ini disebabkan oleh runtuhnya suatu material, umumnya terjadi
pada daerah kapur ataupun daerah pertambangan Jenis gempabumi ini
sangat lokal dan jarang terjadi
4. Gempa buatan gempabumi yang getarannya diakibatkan oleh aktivitas
manusia, seperti ledakan dinamit, nuklir atau palu dipukulkan ke bumi untuk
kegiatan eksplorasi.

Berdasarkan proses kemunculan dan kesudahannya, Mogi (1962) dalam Sunarjo


dkk (2010) membedakan gempabumi atas beberapa jenis, diantaranya
a. Gempabumi utama (main shock) langsung diikuti gempabumi susulan tanpa
gempabumi pendahuluan (fore shock)
b. Gempabumi sebelum terjadi gempabumi utama, diawali dengan adanya
32
gempabumi pendahuluan dan selanjutnya diikuti oleh gempabumi susulan
(after shock)
c. Gempabumi terus-menerus dan dengan tidak terdapat gempabumi utama
yang signifikan disebut gempabumi swarm Biasanya dapat berlangsung
cukup lama dan bisa mencapai 3 bulan atau lebih. Terjadi pada daerah
vulkanik seperti di gunung Lawu 1979, dan Kemiling Bandar Lampung 2006
(Sunarjo dkk,2010)

b. Teori Tektonik Lempeng


Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi
beberapa lempeng tektonik besar Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak
bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas Oleh karena itu.
maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu
sama lain Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-
tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan
gempabumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. Teori lempeng
tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan
Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra (Sea Floor
Spreading).
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif
dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah
lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan
ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku,
sehingga dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita
kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari
litosfir padat dan terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada
tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng
lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling
mendekati (collision) dan saling geser (transform)
Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak
saling menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser Umumnya, gerakan ini
berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur
sebesar 0-15 cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan
saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus
33
sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat
menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal
sebagai gempabumi (BMKG, 2015).

Berdasarkan arah pergerakannya, pergerakan antara lempeng tektonik


yang satu dengan lainnya terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan
transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu
pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1. Gerak Divergen
Gerak Divergen yaitu pergerakan dua buah lempeng tektonik atau lebih
yang bergerak saling menjauh satu sama lainnya, yang menyebabkan material
mantel naik ke atas atau terjadi pergerakan mantel dan membentuk pemekaran
lantai samudra (sea floor spreading). Pergerakan mantel ini terjadi karena
adanya pendinginan dari atas dan pemanasan dari bawah (ilustrasi seperti
Gambar 27a).
2. Gerak Konvergen
Gerak Konvergen yaitu pergerakan lempeng tektonik yang saling
mendekat. Pergerakan ini dapat menyebabkan salah satu lempeng menyusup di
bawah lempeng lainnya, membentuk zona subduksi atau menyebabkan
lempeng-lempeng saling bertumbukan ke atas, membentuk zona tumbukan.
Pada zona subduksi inilah sering terjadinya gempabumi. Pematang gunung api
(volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah
batas konvergen, (ilustrasi seperti pada Gambar 27b).
3. Gerak Transform
Gerak transform yaitu pergerakan lempeng tektonik secara mendatar
satu sama lainnya atau bergerak saling bergesekan tanpa membentuk atau
merusak lithosfer yang terlihat pada (Gambar 27c).

34
Gambar 27 Pergerakan Lempeng (a) Gerak Divergen, (b) Gerak Konvergen, dan (c)
Gerak Transform (Fiandralekha, 2010)

c. Tatanan Tektonik Wilayah Indonesia


Wilayah Indonesia yang membentang dari 85°-141° BT dan 6 LU° -11°
LS dan terletak diantara dua benua yaitu Asia di sebelah utara dan Australia di
selatan, merupakan salah satu wilayah yang mempunyai tatanan geologi dan
pola tektonik yang kompleks. Dengan pola tektonik yang terdiri dari kepulauan,
serta sebagian besar diantaranya didominasi oleh lautan, dengan kedalaman rata-
rata berkisar antara 200 meter di bagian barat dan membentuk suatu paparan
yang luas, kemudian lainnya dengan kedalaman 4 hingga 7000 meter yang
terletak di Indonesia Bagian Timur, yang umumnya berbentuk palung-palung.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan tingkat aktivitas
kegempaan yang tinggi. Hal ini disebabkan Indonesia terletak pada daerah
pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan
Lempeng Pasifik(Nadiva Ernandi, 2020).

35
Gambar 28. Tatanan Tektonik Lempeng
(https://geoenviron.wordpress.com/2014/11/24/tektonik-pulau-jawa/)

d. Tatanan Tektonik Wilayah Pulau Pulau Batu dan Siberut


Nias Selatan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Nias yang
secara geografis terletak diantara 00°35’00”LU dan 97°46’40”BT sedangkan
secara astronomis terletak antara 0°33' 25” LS – 1° 4' 5” U dan 97°25' 59” –
98°48' 29” BT. Secara umum topografi dari Nias Sealatan sebahagian besar
berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan tinggi di atas
permukaan laut bervariasi.
Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten yang terletak di
provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kabupaten ini berada di luar dari wilayah
pulau Sumatra, terdiri atas empat pulau utama. Secara geogafis terletak di antara
0°55’00” – 3°21’00” Lintang Selatan dan 98°35’00” – 100°32’00” Bujur Timur.
Secara umum topografi dari Mentawai bervariasi antara dataran, sungai, dan
berbukit-bukit, dimana rata-rata ketinggian daerah seluruh ibukota kecamatan
dari permukaan laut (DPL) adalah 2 meter.
Pantai barat pulau Sumatera merupakan salah satu kawasan yang
memiliki aktivitas seismisitas yang tinggi. Tidak terkecuali untuk kawasan
36
Segmen Mentawai-Sumatera Barat, kawasan ini merupakan kawasan yang
menjadi “langganan’’ terjadinya gempabumi berkekuatan besar yang dapat
mengakibatkan kerusakan(Ardiansyah, .n.d).
Proses konvergensi geologi dalam rentang waktu jutaan tahun
membentuk Sesar Besar Sumatera yang berorientasi paralel terhadap geometri
Pulau Sumatera, membentang dari ujung utara Pulau Sumatera sampai Teluk
Semangko di ujung selatan Pulau Sumatera. Kedua lempeng tektonik tersebut
yaitu lempeng Indo-Australi menunjam ke arah lempeng Eurasia dan
menimbulkan zona subduksi Sumatera yang banyak menimbulkan kejadian
gempabumi(Ilham et al., 2022).
Selain itu, Sesar Mentawai sebagai bagian dari jalur seismik aktif busur
muka Sumatera dekat Palung Sumatera memanjang dari kepulauan Nias sampai
dekat Selat Sunda. Segemen Mentawai merupakan kawasan seismic gap.
Artinya kawasan ini menyimpan akumulasi stress yang tinggi, akumulasi stress
yang tinggi berkorelasi dengan energi gempabumi yang besar.

Gambar 29. Tatanan Tektonik Lempeng (Natawidjaja, 2002)

e. Sejarah Gempa Bumi Wilayah Pulau Pulau Batu dan Siberut


Pada zona subduksi di zona subduksi Sumatera, sebaran kedalaman
gempabumi umumnya dangkal berkisar ≤ 30 km(Naim et al., 2018). Dari sini
dapat dilihat bahwa lempeng Indo-Ausralia bergerak menuju dan menunjam ke
lempeng Eurasia di depan pulau Sumatera. Bagian lempeng yang menunjam ke
bawah kepulauan Mentawai, Nias dan Batu melekat pada batuan di atasnya,
sehingga pergerakan ini memampatkan batuan di atasnya.

37
Menurut sejarah, di segmen Nias dalam kurun 200 tahun terakhir ini
sudah mengalami bencana gempa bumi dan tsunami, yaitu tahun 1861 (M~8,5),
1907 (M~7,6) dan 2005 (M~8,5). Gempa bumi terakhir yang memecahkan
segmen (sumber gempa) yang sama dengan gempa 2005 adalah gempa bumi
tahun 1861. Dengan kata lain, segmen Nias terakhir melepaskan simpanan
energinya sekitar 145 tahun yang lalu.
Baru-baru ini,tanggal 23 Februari 2023 terjadi dua gempa sekaligus di
Kepulauan Batu yaitu gempa berkekuatan 6,1 berada di kedalaman 43 km dan
gempa kedua erkekuatan 5,8 berada di 40 km setelah beberapa jam dari gempa
pertama.
Selain itu,pada tanggal 5 Februari 2019, gempabumi juga terjadi dengan
kekuatan magnitudo 6,1 terjadi di Perairan Barat Kepulauan Batu. Pusat gempa
bumi berada pada kedalaman 11 km dan berjarak 130 km tenggara Nias Selatan.
Berdasarkan posisi pusat gempa bumi dan kedalamannya, serta mekanisme
fokal sumber gempa bumi yang berupa sesar naik (GFZ), kejadian gempa bumi
ini berasosiasi dengan aktifitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah
Lempeng Eurasia di lokasi tersebut.
Pada tanggal 25 Oktober 2010 pukul 21:42:22 WIB zona segmentasi
Mentawai-Pagai terkunci ini akhirnya mengeluarkan energi berupa gempa
dengan magnitudo 7,2 (Mw). Posisi gempa terjadi di Kepulauan Mentawai,
Sumatera Barat. Pusat gempa berada di lepas pantai barat daya Pulau Pagai
dengan koordinat 3,61o Lintang Selatan dan 99,93o Bujur Timur dengan
kedalaman 10 Km di bawah dasar laut.
Selain itu pada tanggal 12 Desember 2018, juga terjadi gempa bumi
berkekuatan magnitudo 5,2 terjadi di sebelah baratlaut Kepulauan Mentawai,
Provinsi Sumatera Barat. Pusat gempa bumi terletak 109 kilometer di sebelah
baratlaut Kepulauan Mentawai, pada kedalaman 21 km. Berdasarkan lokasi
pusat gempa bumi dan kedalamannya, gempa bumi ini berasosiasi dengan
aktifitas penunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia di
lokasi tersebut.
Pada tanggal 25 Oktober 2010, terjadi gempabumi dengan magnitude
Mw 7,7 di Kepulauan Mentawai. Gempa bumi ini berpusat di lepas pantai
baratdaya Pulau Pagai,dengan kedalaman 20,6 Km,pada koordinat 3,4840 LS
dan 100,1140 BT

38
f. Variasi Spasial Parameter Seismotektonik
Seismisitas merupakan ukuran untuk membandingkan aktivitas seismik
antara satu daerah dengan daerah lain. Parameter- parameter seismisitas
merupakan harga numerik yang dapat digunakan sebagai ukuran tingkat
kegempaan suatu daerah(Tri Daiana & Handayani, 2021). Seismisitas (Aktivitas
Seismik) dapat digunakan untuk mengartikan geografi gempabumi, terutama
magnitude atau energi dan distribusinya di atas dan di bawah permukaan
bumi.(Linda et al., 2019).
Kewaspadaan dari gempa bumi perlu dilakukan dengan kajian mengenai
seismoteknik yang berdasarkan sejarah kejadian gempa bumi daerah tersebut.
Parameter seismisoteknik dapat berupa keaktifan seismik (a-value), kerapuhan
batuan (b-value), probabilitas dan periode ulang kejadian gempa bumi(Luthfi
Hilmi & Sunarya, 2019). Estimasi parameter a-value dan b-value adalah penting
untuk pemetaan wilayah yang rawan terhadap bencana gempa tektonik(Dewi &
Prastowo, 2021). Perhitungan nilai-a dan nilai-b memerlukan syarat dikarenakan
pada proses perhitungannya menggunakan kaidah statistik. Data parameter
gempa bumi yang akan digunakan dalam proses perhitungan diharuskan
memiliki jenis magnitudo yang sama dan tidak mengalami saturasi.(Arimuko,
2022).
Nilai-a menunjukkan keaktifan seismik atau indeks seismisitas. Indeks
seismisitas ini dipengaruhi oleh tingkat kerapuhan pada batuan dan banyaknya
gempa. Nilai ini bergantung pada periode pengamatan, dan luas daerah
pengamatan. Makin besar nilai-a di suatu daerah berarti daerah tersebut
memiliki aktivitas seismik yang tinggi, sebaliknya untuk nilai-a yang kecil
berarti aktivitas seismiknya rendah. Nilai-a merupakan parameter seismik yang
besarnya bergantung pada banyaknya kejadian gempabumi dan untuk wilayah
tertentu bergantung pada penentuan volume dan time window.(Budi, 2017).
Nilai-b adalah parameter seismotektonik atau tingkat stress suatu
wilayah, dimana nilai ini erat kaitannya dengan keadaan tektonik daerah yang
sedang diamati berhubungan dengan aktivitas kegempaan. Nilai-b ini bervariasi
terhadap daerah dan kedalaman gempabumi, serta bergantung pada
keheterogenan dan distribusi ruang stress dari volume batuan yang menjadi
sumber gempabumi. Nilai-b memiliki korelasi terhadap distribusi tegangan dan
regangan sehingga dapat dijadikan indikator tegangan pada suatu
wilayah(Aslamia & Supardi, 2022). Variasi spatial pada nilai-b dapat menunjukkan
39
lokasi yang memiliki potensi terjadi gempa signifikan di setiap wilayah
penelitian, nilai-b yang rendah berkorelasi dengan tingkat shear stress yang
tinggi, sedangkan saat nilai-b yang tinggi mencerminkan bahwa tingkat shear
stress di wilayah tersebut rendah, hal ini karena wilayah dengan nilai-b tinggi
memiliki tingkat kerapuhan batuan yang rendah sehingga stress yang disimpan
akan lebih mudah dilepaskan dalam bentuk gelombang seismik ke permukaan
karena struktur batuannya mudah bergeser.

rendah sedang tinggi


b-value 0,4-0,8 0,9-1,2 >1,2

Table 1. Jangkauan nilai-b (Rohadi dkk,2012)

1. Hubungan Antara Frekuensi dengan Magnitudo Gempabumi


Aktivitas seismik dan kerapuhan batuan suatu wilayah dapat
diketahui dengan metode pendekatan empiris Gutenberg-Richter
menunjukkan hubungan frekuensi gempa bumi dengan magnitudo
gempa(Aslamia & Supardi, 2022). Berdasarkan hasil dari perhitungan
menggunakan persamaan Gutenberg-Richter yaitu grafik log-linear
yang dapat dianalisis sebagai nilai seismisitas gempa. Parameter a-
value bergantung periode observasi dan luas wilayah yang diamati,
jika semakin tinggi a-value akan semakin tinggi tingkat aktivitas di
wilayah tersebut. Metode analisis statistik kegempaan dari distribusi
ruang gempabumi biasanya dilakukan dengan menganalisis
logaritma jumlah gempabumi yang terjadi pada suatu daerah gempa
pada waktu tertentu sebagai fungsi dari magnitudo, hubungan ini
dikenal sebagai Frequency Magnitude Distribution (FMD) dari
Gutenberg-Richter (1945). Metode ini merupakan hubungan antara
pendistribusian jumlah gempa terhadap magnitudo, yang digunakan
untuk menganalisis nilai keaktifan seismik (nilai-a), tingkat
kerapuhan batuan (nilai-b). Rumus umum yang banyak digunakan
untuk tujuan ini berasal dari rumus empiris yang diturunkan oleh
B.Gutenberg dan C.F.Richter (1945) dalam Rohadi (2009)
yaitu:
40
𝑙𝑜𝑔𝑛(𝑀) = 𝑎 − 𝑏(𝑀) (1)
Dimana:
n(M)= jumlah gempabumi dengan magnitudo M.
a= parameter seismik yang besarnya bergantung
banyaknya gempa dan untuk wilayah tertentu
bergantung pada penentuan volume dan time
window (jangka waktu).
b= parameter tektonik biasanya mendekati 1 dan
menunjukkan jumlah relatif dari getaran yang
kecil dan yang besar.

2. Metode Likelihood
Parameter seismik (niai-a) dan parameter seimotektonik (nilai-b)
dapat ditentukan dengan metode Likelihood atau metode least
square. Namun, menurut Utsu (1961) dalam Rohadi (2007) metode
Likelihood lebih baik daripada metode least square dikarenakan
metode ini lebih teliti dalam menganalisis distribusi frekuensi-
magnitudo dimana data dengan jumlah gempabumi (N) yang kecil.
Adapun persamaan yang diberikan Utsu (1965) dalam Rohadi (2007)
yang dikenal dengan metode estimasi maksimum Likelihood (MLE)
sebagaimana berikut:
0,4343
𝑏= (2)
̅ − 𝑀0
𝑀
dimana:
̅ = Magnitudo rata rata
𝑀
𝑀0 =Magnitudo minimum atau magnitude completeness

Nilai-a ditentukan menggunakan formula Wekner (1965) dalam


Rohadi (2007) sebagai berikut:
𝑎 = log 𝑛 (𝑀 ≥ 𝑀0 ) + log(𝑏 𝑙𝑛10) + 𝑀0 . 𝑏 (3)
Untuk mengetahui simpangan perhitungan nilai-b atau tingkat
keakuratan nilai-b dengan metode Maximum Likelihood, digunakan
persamaan standard deviasi b-value (Shi & Bruce, 1982) dalam
Rohadi (2007), yaitu:

41
∑𝑛𝑖=1(𝑀𝑖 − 𝑀̅)
2√
𝛿𝑏 = 2.30𝑏 (4)
𝑛(𝑛 − 1)

dimana n adalah jumlah gempa pada sampling perhitungan.

C. Metode
Metode yang digunakan adalah metode Likelihood yaitu fungsi dari parameter model
statistik, yang didefinisikan sebagai berikut: Likelihood dari suatu penentuan nilai
parimeter ditentukan suatu hasil yang diamati adalah sama dengan probabilitas dari hasil
pengamatan yang ditentukan nilai parameter tersebut(Prasetyo et al., 2019). Data yang
diambil historis gempa bumi yang diperoleh melalui USGS untuk kedalaman 5- 129,8
Km dengan magnitudo 3,5-7,5 dari periode 1 Januari 1993-11 Juli 2023. Data ini
melingkupi waktu kejadian gempa bumi, posisi episenter (lintang dan bujur), kedalaman
(depth), kekuatan gempa (magnitude). Prosedur yang dilakukan:
1. Mengumpulkan data katalog kegempaan USGS dari 1 Januari 1993- 11 Juli 2023.
2. Melakukan konversi magnitude dengan menggunakan persamaan empiris hubungan
antara beberapa magnitudo gempa yang diusulkan oleh Scrodilis (2006) yaitu :
a. 𝑀𝑤 = 0,85𝑀𝑏 + 1,03, 3,5 ≤ 𝑀𝑏 ≤ 6,2 (5)
b. 𝑀𝑤 = 0,99𝑀𝑠 + 0,08, 6,2 ≤ 𝑀𝑠 ≤ 8,2 (6)
c. 𝑀𝑤 = 0,67𝑀𝑠 + 2,07, 3,0 ≤ 𝑀𝑠 ≤ 6,1 (7)
Pengkonversian magnitude ini dilakukan karena magnitudo momen dapat
mencerminkan besar momen yang dilepaskan ketika terjadi suatu gempa. Secara
tidak langsung, momen yang dilepaskan mencerminkan energi dan dimensi
rekahan yang terjadi(Nadiva Ernandi, 2020).
3. Melakukan Decluster data gempabumi menggunakan program ZMAP Versi 6.0.
4. MemPlot distribusi frekuensi magnitudo (FMD).
5. Melakukan Griding data gempabumi menggunakan program ZMAP Versi 6.0.
6. Melakukan Perhitungan dan pemetaan nilai-b dan nilai-a menggunakan program
ZMAP Versi 6.0.
7. Membuat Histogram antara magnitudo dengan frekuensi gempa dan frekuensi
gempa terhadap kedalaman menggunakan program ZMAP Versi 6.0.
8. Membuat peta distribusi spasial dan temporal menggunakan program ZMAP Versi
6.0.
9. Melakukan analisis terhadap hasil yang didapat.

42
Mulai

Studi literatur

Menghimpun data
sekunder dari katalog
gempa USGS

Konversi magnitude Konversi magnitude


ke magnitude momen ke magnitude momen

Tanggal,lokasi(bujur,lintang),
Penyortiran data
magnitude,waktu,kedalaman

Pengolahan data
dengan software Zmap

Nilai Magnitude of
completeness,nilai a
dan nilai b

Peta variansi nilai a, b


dan densitas serta
periode ulang tektonik

Interpretasi data

Selesai

Bagan 2. Diagram Pengolahan


data

43
D. Analisis dan Hasil Pembahasan
Berdasarkan data historis gempabumi yang terjadi pada koordinat 0°33' 25” LS
-3°21'00” LS dan 97°25' 59”BT - 100°32'00” BT untuk periode observasi 1 Januari
1993-11 Juli 2023, tercatat ada 627 kali gempabumi pada kedalaman 5- 129,8 Km
dengan magnitudo 3,5-7,5 SR. Kemudian data ini diolah dengan menggunakan Matlab
2007b dengan program ZMAP Versi 6.0.

Gambar 30. Pemetaan seismisitas wilayah Pulau Pulau Batu dan Pulau Siberut dari katalog
kegempaan USGS tahun 1993-2023 dengan kedalaman 5- 129,8 Km.

(a) (b)

44
Gambar 31. a) Histogram jumlah gempa vs tahun, b) Histogram magnitude vs jumlah gempa,
katalog USGS (1993 - 2023)

Berdasarkan dari peta distribusi gempabumi (Gambar 30 dan 31) di wilayah


Kepulauan Batu-Siberut untuk rentang waktu antara tahun 1993 – 2023 yang terletak
pada koordinat 0°33' 25” LS -3°21'00” LS dan 97°25' 59”BT - 100°32'00” BT
menunjukkan bahwa wilayah Kepulauan Batu-Siberut memiliki tingkat aktivitas
kegempaan yang relatif cukup tinggi yaitu 627 kali gempa bumi. Penyebab utama
gempabumi di Pulau Pulau Batu dan Siberut adalah akibat pergerakan antar lempeng
Indo-Australia dengan Eurasia yang mengakibatkan tumbukan antar lempeng ini
menyebabkan terbentuknya zona patahan yang biasa dikenal sebagai Sumatran Fault
Zones (SFZ)(Dewi & Prastowo, 2021).

Gambar 32. Pemetaan seismisitas wilayah Pulau Pulau Batu dan Pulau Siberut dari
katalog kegempaan USGS tahun 1993-2023 dengan kedalaman 5- 129,8 Km setelah di
Decluster.

Gambar 32 adalah decluster dari seismisitas Kepulauan Batu dan Siberut.


Decluster merupakan proses menghilangkan data gempabumi foreshock dan aftershock
sehingga data gempabumi yang digunakan hanya data gempabumi utama (mainshock)
saja. Dari Gambar 31 dapat dilihat bahwa terjadi pengurangan frekuensi gempa setelah
di decluster. Pada kedalaman 5-129,8 Km frekuensi gempa sebelum decluster sebanyak
627 setelah decluster menjadi 409 kali.

45
Gambar 33. Distribusi Frekuensi-Magnitudo kegempaan di wilayah Kepulauan Batu
dan Siberut dengan Maximum Likelihood.

Gambar 33 merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara besarnya


magnitudo pada sumbu x dengan frekuensi gempa atau Log n(M) pada sumbu y. Data
gempa yang diplot adalah data gempa dengan kisaran magnitudo 3,5-7,5. Dalam
Gambar 31. dapat dijelaskan:
1. Nilai Mc (Magnitude of Completeness) sebesar 4.2 yang merupakan nilai magnitudo
minimum yang terjadi pada wilayah Kepulauan Batu dan Siberut di kedalaman <300
km. Nilai Mc sangat penting untuk menentukan nilai nilai-b dan nilai-a.
2. Nilai-a yang diperoleh sebesar 5,85
3. Nilai-b yang diperoleh sebesar 0.785 dengan nilai standar deviasi± 0.04.

Berdasarkan aktifitas gempabumi pada kedalaman < 300 km di daerah


Kepulauan Batu dan Siberut diperoleh nilai-b yang relatif rendah (berdasarkan tabel
Wiemer & Wyss (1997) dalam Rohadi, 2012) yaitu 0.785 ± 0.04. Nilai-b yang rendah
biasanya berkorelasi dengan tingkat stress yang tinggi atau tingkat kerapuhan batuannya
tinggi yang berarti densitas batuannya rendah, sedangkan nilai-b yang tinggi
46
menunjukkan tingkat stress yang rendah yang berarti tingkat kerapuhan batuannya
rendah dan densitas batuannya tinggi(Aslamia & Supardi, 2022). Sedangkan nilai-a di
daerah tersebut berkisar 5,85. Semakin besar nilai a berarti semakin aktif wilayah
tersebut aktivitas kegempaannya(Chasanah et al., 2013). Nilai-a yang seperti ini
termasuk dalam kategori yang relatif tinggi yang berarti di daerah tersebut memiliki
tingkat seismisitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan nilai-b rendah menunjukan tingkat
stress di daerah ini relatif tinggi sehingga tingkat kerapuhan batuannya tinggi yang
mengakibatkan sering terjadinya gempabumi pada kedalaman dangkal.

Gambar 34. Griding wilayah Kepulauan Batu dan Siberut.

Untuk mendapatkan nilai-a dan nilai-b pada wilayah Kepulauan Batu dan
Siberut digunakan ZMAP Versi 6.0, dimana data yang dimasukkan ke dalam program
harus di griding terlebih dahulu. Griding merupakan suatu cara membagi luas wilayah
menjadi kotak kotak kecul seluas 0,10 x 0,10,dimana dalam 1 kotak itu memliki beberapa
event gempabumi yang kemudian akan dihitung nilai-b dan nilai-a setiap
kotaknya,seperti pada Gambar 34.

47
Gambar 35. Peta distribusi spatial nilai-b Kepulauan Batu dan Siberut dari katalog
kegempaan USGS, dari tahun 1993 - 2023.

Berdasarkan distribusi spatial seismotektonik variasi nilai-b (Gambar 35)


berkisar dari 0,6-1,3, Nilai-b yang rendah didapatkan pada daerah di selatan dari
Kepulauan Batu yang ditandai dengan warna biru. Sedangkan pada Timur Laut dari
Pulau Siberut dan Barat Laut dari Kepulauan Batu menunjukkan nilai-b yang tinggi
ditandai dengan warna merah. Area dengan stres tektonik batuan geologi yang
menyimpan akumulasi energi seismik tinggi berkorelasi dengan 𝑏-value yang relatif
rendah.(Novia Sari & Prastowo, 2022). Pada wilayah penelitian yang mempunyai variasi
spasial nilai-b rendah berada di zona seismik (regime stress) yang cukup dinamis seperti
di kepulauan Mentawai pada bagian timur terdapat sesar aktif Mentawai (Mentawai
Fault Zone) dan terdapatnya zona megathrust segmen Mentawai, dimana kemungkinan
tempat terjadinya gempabumi besar dan merusak bisa terjadi. Kemudian pada wilayah
dengan nilai-b rendah terlihat memiliki aktivitas kegempaan yang rendah, hal ini
menandakan pada wilayah tersebut sedang mengalami build up stress. Wilayah dengan
variasi spasial nilai-b rendah dapat disebut juga sebagai wilayah asperities, asperities
merupakan wilayah seismik aktif yang masih terkunci (locked zone) dan juga dapat
membangkitkan gempabumi besar dan merusak. Variasi spasial nilai-b yang tinggi
dapat disebut juga sebagai zona creeping, zona creeping merupakan daerah sesar aktif
yang mengalami slip dan tidak mengakumulasi stress(Dawam Raharjo et al., 2016).
Dengan demikian di zona penelitian khususnya di Kepulauan Batu dan di sesar aktif
Mentawai perlu diwaspadai terhadap ancaman gempabumi besar dan merusak diwaktu
yang akan datang.

48
Gambar 36. Peta distribusi spatial nilai-a Kepulauan Batu dan Siberut dari katalog
kegempaan USGS, dari tahun 1993 - 2023.

Pola variasi spasial nilai-a tidak jauh berbeda dengan nilai-b. Pola distribusi
nilai-b dan nilai-a memiliki kesesuaian dimana wilayah dengan nilai-b tinggi
bersesuaian dengan nilai-a yang tinggi. Nilai-a yang didapat berkisar 4,5-7,5 (Gambar
36). Nilai-a yang tinggi mengindikasikan bahwa di wilayah ini tingkat keaktifan
kegempaan tinggi yang dapat ditafsirkan adanya akumulasi energi (asperity) di wilayah-
wilayah tersebut. Namun demikian di wilayah Indonesia akumulasi stress tetap tinggi
di wilayah aktivitas kegempaan tinggi (nilai-a tinggi)(Rohadi et al., 2009). Suatu
wilayah yang berasosiasi dengan distribusi spasial nilai-a yang rendah dapat
interpretasikan mempunyai tingkat keaktifan kegempaan yang relatif rendah dan adanya
akumulasi energi (asperities) diwilayah tersebut. Sedangkan distribusi spasial nilai-a
tinggi menunjukkan tingkat keaktifan kegempaan yang relatif tinggi(Dawam Raharjo et
al., 2016). Hal ini dapat dilihat pada wilayah pada daerah Teluk Dalam dan disebelah
timur Pulau Siberut yang ditandai dengan warna merah

49
Gambar 37. Plot jumlah kumulatif gempabumi dari katalog kegempaan USGS,dari
tahun 1993-2023.

Gambar 38. Plot kumulatif moment release gempabumi dari katalog kegempaan
USGS,dari tahun 1993-2023.

Gambar 37 menunjukkan distribusi waktu dari jumlah kumulatif dari


gempabumi dan 38 menunjukan moment release kumulatif. Gambar 37 tersebut
menunjukkan kondisi yang relatif steady kejadian gempabumi besar dan kadang
bertambah dalam jumlah total dari gempabumi yang terekam. Dari gambar moment
kumulatif menunjukkan semi periodik sekitar 15 tahun dan moment release melonjak

50
tajam pada tahun 2021. Hal ini menunjukkan ada peningkatan energi yang dilepaskan
dalam bentuk gempabumi.

Gambar 39. Peta densitas kegempaan di wilayah Kepulauan Batu dan Siberut dengan
katalog USGS,dari tahun 1993-2023.

Gambar 39 menunjukkan densitas kegempaan di wilayah Kepulauan Batu dan


Siberut, Tampak pada wilayah selatan siberut merupakan wilayah dengan densitas
kegempaan yang tinggi. Secara umum daerah dengan densitas rendah ada disekitar
daerah dengan densitas kegempaan sedang dan tinggi. Peta densitas kegempaan ini
dapat dipergunakan sebagai alternatif untuk peta rawan bencana (hazard map)(Rohadi,
2015).

Gambar 40. Peta periode ulang gempabumi dengan magnitude Mw 4,0 di Kepulauan
Batu dan Siberut, dengan time recurrence (Tr) berkisar 0,15 hingga sekitar 0,5 tahun dari
katalog kegempaan USGS,dari tahun 1993-2023.

Pada Gambar 40 ditunjukkan bahwa di wilayah ini gempabumi dengan


magnitude 4 memiliki periode ulang yang bervariasi,yaitu sekitar 0,15 hingga sekitar
0,5 tahun. Periode ulang yang rendah bisanya berhubungan dengan wilayah yang
51
memiliki parameter seismotektonik tinggi. Dengan kata lain periode gempabumi yang
pendek berkorelasi dengan wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang tinggi.

Gambar 41. Peta periode ulang gempabumi dengan magnitude Mw 5,0 di Kepulauan Batu
dan Siberut, dengan time recurrence (Tr) berkisar 5 hingga sekitar 30 tahun dari katalog
kegempaan USGS,dari tahun 1993-2023.

Pada Gambar 41 ditunjukkan bahwa di wilayah ini gempabumi dengan


magnitude 5 memiliki periode ulang yang bervariasi,yaitu berkisar 5 hingga sekitar 30
tahun. Periode ulang yang rendah bisanya berhubungan dengan wilayah yang memiliki
parameter seismotektonik tinggi. Periode ulang yang tinggi biasanya berhubungan dengan
wilayah yang memiliki parameter seismoteknik tinggi. Dengan kata lain periode
gempabumi yang pendek berkorelasi dengan wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan
yang tinggi dan periode gempabumi yang panjang berkorelasi dengan wilayah yang
memiliki aktivitas kegempaan yang rendah.

52
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, mahasiswa tidak hanya sekedar
memenuhi kurikulum di Universitas tentang bagaimana dunia kerja tetapi juga
sangat bermanfaat untuk menambah wawasan, belajar hal-hal baru yang tidak
didapatkan di kampus dan melatih kemampuan dasar kita dalam berinteraksi antar
sesama dan bertanggung jawab atas pekerjaan kita.
2. Kegiatan operasional di Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang meliputi kegiatan
pengamatan, pengolahan, dan diseminasi dibidang Geofisika dan Meteorologi.
3. Secara umum parameter tektonik (nilai-b) berdasarkan distribusi frekuensi dengan
magnitudo gempabumi di Kepulauan Batu-Siberut diperoleh 0,785 kemudian untuk
parameter seismisitas (nilai-a) di Kepulauan Batu-Siberut sebesar 5,85. Hal ini
disebabkan daerah penelitian berada di zona seismik (regime stress) yang cukup
dinamis seperti di kepulauan Mentawai pada bagian timur terdapat sesar aktif
Mentawai (Mentawai Fault Zone) dan terdapatnya zona megathrust segmen
Mentawai
4. Variasi spasial nilai-a sekitar 4,5 sampai 7,5 dan nilai-b sekitar 0,6 sampai 1,3.
Berdasarkan analisis variasi spasial parameter seismotektonik (nilai-a) dan (nilai-b)
diperoleh pemetaan kondisi stress yang tinggi terjadi dibagian Teluk Dalam,
disebelah timur Pulau Siberut dan di selatan dari Kepulauan Batu. Berdasarkan
distribusi spasial parameter seismotektonik mengindikasikan bahwa wilayah dengan
nilai-b rendah berpotensi terjadi gempabumi besar, sedangkan nilai-b yang tinggi
mengindikasikan potensi kecil terjadi gempabumi besar. Nilai-a yang tinggi
mengindikasikan tingkat keaktifan kegempaan yang tinggi. Periode ulang
gempabumi dengan magnitude Mw 4 memiliki periode ulang yang bervariasi,yaitu
sekitar 0,15 hingga sekitar 0,5 tahun dan periode ulang gempabumi dengan
magnitude Mw 5 memiliki periode ulang yang bervariasi,yaitu sekitar 5 hingga
sekitar 30 tahun di sekitar Nias Selatan,Kepulauan Batu dan Pulau siberut.

53
B. Saran
1. Sebelum melakukan magang,diharapkan agar dapat mempelajari software terlebih
dahulu seperti Arcgis 10.8,ZMAP6,Matlab. Selain itu,data yang diperoleh
diharapkan didapat dari berbagai katalog seperti ISC,GFZ,katalog BMKG
sehingga diperoleh hasil distribusi nilai-b yang representatif untuk saat ini. Waktu
magang yang cukup singkat diharapkan agar dapat digunakan sebaik mungkin
seperti berdiskusi dengan para staff BMKG.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menunjukkan konsistensi dari potensi
variasi nilai-b sebagai precursor gempabumi besar.

54
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, S. (n.d.). ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN


MENTAWAI-SUMATERA BARAT (0.5˚ LS – 4.0˚ LS dan 100˚ BT – 104˚ BT). 1–8.

Arimuko, A. (2022). Seismotektonik Bagian Barat Sumatra ditinjau dari Nilai-b dan Nilai-a yang
didapatkan melalui Inversi Matriks dan Regresi Linier. DIFFRACTION: Journal for
Physics Education and Applied Physics, 4(2). http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/Diffraction

Aslamia, H., & Supardi, Z. A. I. (2022). ANALISIS PARAMETER a-VALUE DAN b-VALUE
SEBAGAI MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI DI NUSA TENGGARA TIMUR.
Jambura Physics Journal, 4(1), 14–27. https://doi.org/10.34312/jpj.v4i1.13815

Budi, N. W., & BMKG Stasiun Geofisika Yogyakarta, J. N. (2017). ANALISIS SEISMISITAS
DAN ENERGI GEMPABUMI DI KAWASAN JALUR SESAR OPAK-OYO
YOGYAKARTA THE ANALYSIS OF SEISMICITY AND EARTHQUAKE ENERGY
IN OPAK-OYA FAULT AREA YOGYAKARTA. In J. Sains Dasar (Vol. 6, Issue 2).

Chasanah, U., Madlazim, & Prastowo, T. (2013). Analisis Tingkat Seismisitas dan Periode Ulang
Gempa Bumi di Wilayah Sumatera Barat Pada Periode. Jurnal Fisika, 02, 0–5.
http://www.iris.edu/SeismiQuery/sq-events.htm

Dawam Raharjo, F., Syafriani, & Sabarani, A. Z. (2016). ANALISIS VARIASI SPASIAL
PARAMETER SEISMOTEKTONIK DAERAH SUMATERA BARAT DAN
SEKITARNYADENGAN MENGGUNAKAN METODA LIKELIHOOD. PILLAR OF
PHYSICS, 8, 73–80.

Dewi, E. A., & Prastowo, T. (2021). STUDI SEISMISITAS MELALUI PENENTUAN


PARAMETER a-VALUE DAN b-VALUE DI WILAYAH SUMATERA BARAT. Jurnal
Inovasi Fisika Indonesia (IFI), 10, 48–58. http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/

Fiandralekha. (2010). STUDI MEKANISME SUMBER GEMPA DI SELAT SUNDA


BERDASARKAN GERAK AWAL GELOMBANG P DAN BENTUK GELOMBANG.

Ilham, T., Putra, R., Juita, E., Rezki, A., Kunci, K., & Seismistas, : (2022). ANALISIS
SEISMISTAS WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANALISIS SEISMISTAS
WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN. Jurnal Multidisiplin Indonesia, 1(3).
https://jmi.rivierapublishing.id/

Linda, Ihsan, N., & Palloan, P. (2019). ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL
SEISMOTEKTONIK BERDASARKAN NILAI B-VALUE DENGAN MENGGUNAKAN
METODE LIKELIHOOD DI PULAU JAWA ANALYSIS OF SPATIAL AND
TEMPORAL DISTRIBUTION OF SEISMOTECTONICS BASED ON B-VALUE USING
THE LIKELIHOOD METHOD ON JAVA 1). Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika. Jilid,
15, 80–95. http://ojs.unm.ac.id

Lingkungan, U. M., Yang, H., Dari, A., Alam, B., & Natawidjaja, D. H. (2007). Gempabumi dan
Tsunami di Sumatra dan Upaya.

Luthfi Hilmi, I., & Sunarya, D. (2019). Analisis Seismisitas Berdasarkan Data Gempa Bumi
Periode 1958-2018 Menggunakan b-Value Pada Daerah Selatan Jawa Barat dan Banten.
AL-FIZIYA, II(1).
55
Nadiva Ernandi, F. (2020). ANALISIS VARIASI a-VALUE DAN b-VALUE DENGAN
MENGGUNAKAN SOFTWARE ZMAP V.6 SEBAGAI INDIKATOR POTENSI
GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT. Jurnal Inovasi Fisika
Indonesia, 09, 24–30. https://earthquke.usgs.gov/earthquakes/search.

Naim, M. I., Supriyadi, & Linuwih, S. (2018). Analisis Seismisitas Dari Kepualuan Mentawai
Pada Periode 2010-2016. Indonesian Journal of Applied Physics, 8, 1–6.

Natawidjaja, D. H. (2002). Neotectonics of the Sumatran Fault And Paleogeodesy of the


Sumatran Subduction Zone.

Natawidjaja, D. H. (2009). The tectonic framework of the sumatran subduction zone. In Annual
Review of Earth and Planetary Sciences (Vol. 37, pp. 345–366).
https://doi.org/10.1146/annurev.earth.031208.100212

Natawidjaja, D. H. (2018). Updating active fault maps and sliprates along the Sumatran Fault
Zone, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 118(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/118/1/012001

Novia Sari, I., & Prastowo, T. (2022). ANALISIS SEISMISITAS DAN POTENSI BAHAYA
BENCANA SEISMIK DI WILAYAH SELATAN PULAU SUMATERA. Jurnal Inovasi
Fisika Indonesia (IFI), 11, 12–19. https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/.

Prasetyo, R. Agung., Hamzah, A., & Muzambiq, S. (2019). Analisis Data Seismisitas
Menggunakan Metode Maximum Likelihood Untuk Mitigasi Gempabumi Kota Sibolga.
Jurnal Teknik Informatika Unika, 04, 108–116.

Rohadi, S. (2015). DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL PARAMETER


SEISMOTEKTONIK SEBAGAI INDIKASI TINGKAT AKTIVITAS KEGEMPAAN DI
WILAYAH PAPUA SPATIAL AND TEMPORAL VARIATION OF
SEISMOTECTONIC AS AN INDICATOR OF SEISMIC ACTIVITY IN PAPUA
REGION. JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA, 16, 189–198.

Rohadi, S., Besar, B., Klimatologi, M., Wilayah, G., & Jakarta, I. I. (2009). STUDI
SEISMOTEKTONIK SEBAGAI INDIKATOR POTENSI GEMPABUMI DI WILAYAH
INDONESIA. JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA, 10, 111–120.
http://www.drs.dpri.kyoto.u.ac.jp/eqtap/report/indonesia

Tri Daiana, S., & Handayani, L. (2021). B-VALUE STUDY AS A SEISMICITY ANALYSIS
BASED ON EARTHQUAKE DATA FOR THE 1914-2020 PERIOD (CASE STUDY:
BENGKULU PROVINCE) STUDI B-VALUE SEBAGAI ANALISIS SEISMISITAS
BERDASARKAN DATA GEMPABUMI PERIODE 1914-2020 (STUDI KASUS:
PROVINSI BENGKULU). In Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana (Vol. 16, Issue
1). www.pu.go.id

56
LAMPIRAN

LAMPIRAN I TABEL HISTORIS GEMPABUMI DI WILAYAH PULAU PULAU BATU DAN


SIBERUT

longitude latitude year month day mag depth minutes second


98.6091 -0.9802 2023 6 20 5.5 22.438 39 18
98.4808 -0.9813 2023 6 20 4.7 20.121 44 51
98.2138 -1.2003 2023 6 9 4.6 10 17 29
98.673 -0.8752 2023 5 31 5.1 21.087 58 41
98.4891 -0.7877 2023 5 24 4.4 20.522 7 43
98.591 -0.7335 2023 4 26 5.1 25.639 43 2
98.8529 -0.7467 2023 4 25 4.4 35 40 19
98.5221 -0.9345 2023 4 24 5 21.352 19 15
98.5112 -0.8082 2023 4 24 7.1 34 0 57
98.5093 -0.8855 2023 4 23 4.1 20.48 20 19
98.5425 -0.8876 2023 4 23 4.3 21.092 50 23
98.6029 -0.8016 2023 4 22 5.2 18.401 23 52
98.3974 -1.0392 2023 4 22 4.7 16.274 11 15
98.7009 -0.8863 2023 4 22 4.6 22.933 23 56
98.4256 -1.0031 2023 4 22 4.3 16.515 21 3
98.5035 -0.8598 2023 4 22 5.2 22.72 20 55
98.4892 -0.9402 2023 4 22 5.7 20 17 47
98.5942 -0.7618 2023 4 22 5.8 21 9 44
98.4494 -0.0559 2023 1 19 4.4 61.761 5 6
98.4365 -0.1516 2023 1 7 4.3 30.796 50 18
98.3047 -1.0394 2023 1 4 4.6 15.181 22 7
98.513 -0.936 2022 12 22 4.2 19.868 7 57
98.5697 -1.1959 2022 9 20 5 19.227 25 1
98.5818 -1.251 2022 9 11 4.9 18.095 24 1
98.5927 -1.1982 2022 9 11 4.3 19.316 28 41
98.466 -1.2405 2022 9 11 4.4 10 29 33
98.596 -1.3018 2022 9 11 4.4 10 40 45
98.618 -1.2041 2022 9 10 5.7 10 24 0
98.654 -1.149 2022 9 10 6 20 10 43
98.3192 -1.2152 2022 9 3 4.4 14.13 4 13
98.6319 -0.9764 2022 8 29 4.6 20.899 9 53
98.5391 -1.1345 2022 8 29 4.6 18.54 44 19
98.619 -1.0759 2022 8 29 4.4 19.55 35 31
98.5598 -1.1601 2022 8 29 4.4 19.114 44 10
98.4507 -1.22 2022 8 29 4.4 16.453 28 27
98.6699 -1.0575 2022 8 29 4.6 20.596 11 48
98.6831 -1.018 2022 8 29 4.5 20.73 1 11
98.4948 -1.2685 2022 8 29 4.2 17.147 58 14
98.5875 -1.0508 2022 8 29 4.7 17.567 35 42
98.6046 -0.988 2022 8 29 6.2 17 29 13
57
98.6652 -1.0173 2022 8 28 5.7 43 34 37
98.5483 -1.0764 2022 8 28 4.9 16.793 4 39
98.3374 -1.2767 2022 7 9 4.3 10 46 34
98.626 -0.7673 2022 5 12 4.1 28.91 24 19
98.3536 -0.8686 2022 5 8 4.4 10 1 56
98.5948 -0.5284 2022 3 15 5.2 43.75 12 32
98.5566 -0.5434 2022 3 14 5.3 25.09 12 10
98.5291 -0.6087 2022 3 13 5.6 29.19 38 43
98.5153 -0.7876 2022 3 13 4.1 10 34 2
98.3589 -0.8236 2022 3 13 4.6 19.77 24 11
98.6259 -0.6294 2022 3 13 6.7 28 9 22
99.1239 -0.4295 2022 3 1 4.5 66.53 37 6
99.0987 -0.7122 2022 1 19 4.6 35 0 32
98.7661 -0.3514 2021 12 30 4.6 42.38 9 36
99.1382 -1.0037 2021 9 20 4.1 35 26 26
99.3257 -1.5895 2021 5 11 4.9 27.1 44 41
98.9055 -1.1021 2021 4 1 4.4 10 24 7
99.2329 -1.7567 2021 3 5 5.6 25 32 55
99.2547 -1.4961 2020 10 20 4.4 38.48 46 59
99.054 -1.6688 2020 10 19 4.3 10 41 37
98.7326 -0.4717 2020 10 15 4.4 38.34 52 41
98.4985 -1.14 2020 9 8 5 10 37 2
99.3222 -1.4008 2020 7 17 4.1 26.8 15 13
99.178 -0.6165 2020 6 17 4.8 51.37 40 29
99.4165 -1.5516 2020 1 7 4.6 28.42 48 3
99.0329 -0.3699 2019 10 7 4.6 76.23 37 59
99.391 -0.7389 2019 8 10 5.2 36.69 11 9
98.5778 -0.4067 2019 7 23 4.4 40.32 28 15
98.7953 -0.4228 2019 7 6 4.2 40.27 42 16
99.0252 -0.3042 2019 6 17 5 59.2 4 4
99.2069 -0.3954 2019 5 23 4.6 57 32 29
99.3258 -1.3358 2019 5 9 4.3 35 33 29
98.5844 -0.4115 2019 2 26 4.2 36.71 46 42
99.2254 -0.3399 2018 12 22 4.9 67.09 46 35
98.7547 -1.5499 2018 12 11 5.2 26.98 20 15
98.6279 -1.8316 2018 6 13 4.9 10 6 11
98.9141 -0.4724 2018 3 18 4.2 46.97 1 59
99.151 -0.4532 2018 2 25 4.2 58.41 23 19
99.0223 -0.2776 2018 2 16 4.2 71.03 40 34
99.2771 -1.8294 2017 6 23 4.3 10 6 48
98.9988 -1.7774 2017 1 30 4.7 10 15 45
99.0354 -0.4925 2016 4 13 4.2 35 3 13
98.8427 -0.2943 2016 4 10 4.2 42.09 15 0
99.2857 -0.4798 2016 1 16 5.2 61.72 54 33
99.0963 -0.3459 2015 10 25 4.9 66.23 17 58
98.9505 -0.4783 2015 10 6 4.9 49.77 44 13

58
98.6193 -0.7417 2015 9 20 4.2 32.83 43 20
99.3948 -1.4376 2015 9 17 4.5 16.11 22 11
99.2477 -0.4427 2015 4 1 4.4 88.24 59 14
98.7761 -0.1698 2015 3 13 4.2 33.03 7 13
98.2509 -1.1009 2015 3 4 4 29.86 46 18
98.7161 -0.7789 2015 3 3 6.1 28 37 30
99.325 -1.6128 2014 11 27 4.9 10 35 37
98.6236 -0.763 2014 11 22 4.4 40.87 29 47
98.4627 -0.7291 2014 9 22 4.7 36.84 44 12
99.1103 -0.6207 2014 8 30 4.4 63.28 43 43
99.2182 -1.8498 2014 8 30 3.9 18.05 55 35
99.2471 -1.8885 2014 6 30 4.9 23.48 58 54
99.1003 -0.4821 2014 6 18 4.6 74.17 41 32
98.8474 -1.0619 2014 5 6 4.5 30.78 33 39
98.3686 -1.003 2014 2 23 4.4 30.5 0 42
99.2911 -1.6262 2013 12 19 4.4 41.96 18 5
98.7956 -0.5399 2013 10 5 4.1 52.36 2 40
98.3426 -0.4465 2013 9 22 4.5 45.46 36 38
98.6184 -0.4008 2013 9 21 4.2 34.15 15 22
98.2662 -0.4547 2013 8 8 4.2 44.64 3 18
99.216 -0.372 2013 7 26 4.9 55.8 36 20
98.709 -0.088 2013 3 29 4.6 52.7 34 28
99.302 -1.485 2013 3 1 4.2 35 27 28
98.431 -0.503 2013 2 15 4.3 42.3 48 25
98.58 -0.48 2013 2 15 4.2 38.5 38 18
98.495 -0.465 2013 2 14 4.6 24.8 58 1
98.586 -0.466 2013 2 14 4.5 28.7 46 12
98.613 -0.482 2013 2 14 4.6 37.4 24 37
98.571 -0.408 2013 2 14 4.8 35.4 15 24
98.499 -0.23 2013 1 1 4.4 35 21 17
97.997 -0.531 2012 10 27 4.2 18 27 40
98.04 -0.48 2012 10 27 4.6 18.7 18 55
98.817 -0.065 2012 9 20 5.3 72.1 47 46
98.6 0.095 2012 9 7 4.5 47.3 55 45
98.639 -0.55 2012 5 6 4.3 55.1 58 35
99.161 -0.397 2012 2 3 4.9 66.6 40 2
99.069 -0.935 2012 1 5 5.1 41.7 14 49
97.874 0.175 2011 11 27 5.4 18 1 5
98.292 0.037 2011 11 9 4.9 35 16 22
99.447 -1.596 2011 9 13 4.3 38.2 41 0
99.215 0.028 2011 7 31 5.1 79.4 56 36
98.54 -0.222 2011 6 11 4.1 53 55 34
98.488 0.191 2011 5 31 4.6 43.8 13 40
98.032 -0.483 2011 4 14 4.2 24.8 16 8
97.918 -0.952 2010 12 19 4.7 22.1 12 1
99.417 -1.735 2010 11 9 5.4 27.8 16 50

59
99.039 -0.618 2010 9 21 4.2 51.1 56 41
99.164 -0.579 2010 9 13 4.8 51.1 25 16
99.268 -1.537 2010 7 24 4.1 35 13 7
98.061 -0.374 2010 7 20 4.4 35.4 46 48
99.361 -1.723 2010 6 27 4.4 11.3 42 0
99.378 -1.514 2010 3 27 4.2 35 16 7
99.438 -1.444 2010 2 14 4.6 38.8 2 53
99.3 -1.554 2010 2 5 4.5 27.7 32 12
98.069 0.168 2010 1 27 4.5 45.4 29 19
99.093 -0.324 2010 1 26 5 63.9 53 25
99.426 -1.501 2010 1 16 4 10 33 27
99.455 -1.464 2010 1 12 4.3 26.1 33 53
99.442 -1.467 2010 1 9 4.3 37.9 19 47
99.365 -1.51 2009 12 25 4.6 27.1 45 57
99.456 -1.51 2009 12 24 4.6 10 40 17
99.064 -1.707 2009 12 23 4 10 55 57
99.403 -1.453 2009 12 23 4.8 10 47 13
99.393 -1.434 2009 12 23 6 19 11 58
99.485 -1.48 2009 12 8 4.2 38.6 7 35
99.439 -1.561 2009 11 11 4.7 10 14 48
99.273 -1.489 2009 11 10 4.9 11.7 33 30
99.168 -1.487 2009 11 1 4.2 10 33 52
99.41 -1.497 2009 10 29 4.5 10 39 26
99.206 -1.713 2009 10 27 4 10 33 4
99.354 -1.573 2009 10 25 4.7 10 50 1
99.386 -1.567 2009 10 21 4.4 10 10 14
97.877 -0.935 2009 10 18 4.7 28.2 29 11
99.428 -1.475 2009 9 30 4.5 10 19 29
98.842 -0.558 2009 9 27 4.6 35 31 17
99.281 -1.623 2009 9 22 4.6 10 58 50
99.348 -1.865 2009 9 18 4 10 18 3
99.344 -1.541 2009 9 18 4.9 10 4 59
99.402 -1.539 2009 9 16 4.5 10 33 33
99.301 -1.508 2009 9 10 4.6 10 20 57
99.448 -1.717 2009 9 8 4.2 10 15 26
99.397 -1.592 2009 9 8 4.1 10 8 14
99.416 -1.767 2009 9 6 4.1 10 20 1
99.395 -1.554 2009 9 6 4.1 10 14 32
99.305 -1.558 2009 9 5 4.3 10 7 51
99.298 -1.539 2009 9 5 4.7 10 12 35
99.38 -1.471 2009 9 4 4.6 10 47 27
99.346 -1.509 2009 9 2 4.8 10 8 14
99.281 -1.594 2009 9 2 4.5 10 20 58
99.468 -1.357 2009 9 1 4.9 10 47 43
99.238 -1.693 2009 8 30 4.3 10 23 51
97.974 -0.939 2009 8 29 5 35.8 13 44

60
99.32 -1.488 2009 8 27 4.1 10 28 6
99.19 -1.631 2009 8 26 4.5 10 52 22
99.419 -1.517 2009 8 25 4.7 10 7 30
99.39 -1.566 2009 8 24 4 10 32 9
99.12 -1.758 2009 8 23 4.2 10 7 58
99.394 -1.543 2009 8 22 4.6 29.4 31 0
99.487 -1.537 2009 8 20 4.3 10 6 43
99.465 -1.409 2009 8 20 4.6 10 42 34
99.368 -1.501 2009 8 20 4.8 10 51 42
99.417 -1.507 2009 8 20 4.8 10 33 55
99.423 -1.44 2009 8 20 4.7 10 6 52
99.356 -0.32 2009 8 20 4.4 77.5 49 0
99.292 -1.618 2009 8 20 4 10 47 10
99.484 -1.414 2009 8 19 4.6 10 32 43
99.484 -1.419 2009 8 19 5 10 35 20
99.427 -1.387 2009 8 19 4.7 10 44 32
99.371 -1.366 2009 8 19 5.5 10 55 8
99.431 -1.44 2009 8 19 4.9 10 15 15
98.012 -0.989 2009 8 18 4.9 31 58 54
97.95 -0.911 2009 8 18 5.9 10 50 34
97.964 -0.965 2009 8 18 5.1 19.8 26 48
97.971 -0.926 2009 8 18 4.5 34.2 19 51
99.427 -1.504 2009 8 18 4.1 10 57 38
99.42 -1.448 2009 8 18 4.9 26 28 56
99.459 -1.688 2009 8 18 4.6 10 39 29
99.408 -1.568 2009 8 18 4.5 10 13 6
99.429 -1.437 2009 8 17 4.8 10 14 6
99.45 -1.436 2009 8 17 5 10 55 37
99.396 -1.536 2009 8 17 4.3 10 34 39
99.432 -1.588 2009 8 17 4.9 10 24 19
99.466 -1.594 2009 8 17 4.6 10 7 0
99.349 -1.6 2009 8 17 4.2 10 7 6
99.398 -1.558 2009 8 17 4 10 23 28
99.381 -1.46 2009 8 16 4.7 10 48 39
99.207 -1.709 2009 8 16 4 10 58 5
99.393 -1.513 2009 8 16 4.9 10 53 12
99.326 -1.525 2009 8 16 4.1 10 27 2
99.408 -1.543 2009 8 16 4.5 19.2 10 18
99.391 -1.702 2009 8 16 4.9 10 15 53
99.477 -1.389 2009 8 16 4.8 10 0 37
99.361 -1.54 2009 8 16 4.5 10 55 19
99.363 -1.472 2009 8 16 4.9 10 53 24
99.379 -1.55 2009 8 16 4.7 10 17 23
99.404 -1.462 2009 8 16 5.2 10 50 11
99.266 -1.534 2009 8 16 4.9 23.4 42 23
99.46 -1.605 2009 8 16 4.4 10 26 27

61
99.27 -1.623 2009 8 16 4 10 37 19
99.323 -1.527 2009 8 16 4.6 10 4 32
99.427 -1.565 2009 8 16 5 10 57 56
99.433 -1.448 2009 8 16 5.8 21 49 0
99.407 -1.645 2009 8 16 4.3 10 31 31
99.262 -1.649 2009 8 16 4.5 10 15 36
99.415 -1.548 2009 8 16 5.4 10 45 26
99.343 -1.571 2009 8 16 4.7 10 43 53
99.382 -1.503 2009 8 16 4.2 10 30 40
99.475 -1.473 2009 8 16 4.9 33.2 21 46
99.434 -1.532 2009 8 16 4.7 10 23 51
99.49 -1.479 2009 8 16 6.7 20 38 21
98.248 -0.322 2009 7 10 5 46.5 50 11
98.792 -1.201 2009 6 25 5 44.1 15 46
98.214 -0.374 2009 1 28 4.7 10 27 10
98.155 -0.464 2009 1 28 4.9 26.3 39 10
98.416 -0.204 2009 1 28 5 10 3 28
98.28 -0.262 2009 1 28 5.7 20 1 14
98.184 -0.449 2009 1 28 4.4 10 0 35
98.184 -0.352 2009 1 26 5.7 10 33 4
98.212 0.178 2008 12 7 4.1 35 45 32
98.325 -0.686 2008 12 1 4 35 33 22
98.603 0.17 2008 11 1 4.6 54.7 4 40
98.459 0.097 2008 10 11 4.1 35 58 39
98.37 -0.306 2008 9 5 4.6 65.7 38 54
98.907 -0.655 2008 6 21 3.8 35 54 6
99.475 -1.26 2008 5 8 4 35 21 8
98.888 -0.702 2008 5 1 4 59.7 37 31
99.168 -1.674 2008 4 29 4.2 35 4 40
99.425 -1.908 2008 4 18 4.3 35 1 9
99.191 -0.159 2008 4 2 5.3 81.1 9 6
98.242 0.114 2008 3 30 5.2 49.2 12 51
97.883 0.089 2008 2 18 4.8 35 7 53
98.185 0.043 2007 12 9 3.9 35 8 53
98.343 0.058 2007 12 9 4.8 35 38 23
99.516 -1.823 2007 11 25 4.6 36.9 42 6
99.19 -1.468 2007 11 15 4.5 35 40 22
99.435 -1.878 2007 11 14 4.8 35 37 19
99.559 -1.773 2007 11 11 4.1 35 9 44
99.473 -0.552 2007 11 10 5.5 35 42 42
99.689 -1.691 2007 10 20 4.7 35 19 59
99.437 -1.478 2007 10 20 4.9 35 30 22
99.518 -1.885 2007 10 13 4.9 35 1 52
99.622 -1.791 2007 10 12 4.6 35 32 58
99.48 -1.735 2007 10 10 5.9 27.3 19 16
99.485 -1.895 2007 9 27 4.6 12.2 39 5

62
99.46 -1.832 2007 9 26 5.1 24.4 36 10
99.488 -1.787 2007 9 26 6.1 26 43 1
99.51 -1.653 2007 9 18 4.4 35 0 34
97.715 0.128 2007 9 18 5.1 25 3 52
99.676 -1.688 2007 9 17 4.3 35 2 47
99.654 -1.62 2007 9 16 4.8 17.1 11 2
99.58 -1.765 2007 9 15 4.8 35 43 6
99.538 -1.8 2007 9 15 5 30.9 29 7
99.377 -1.897 2007 9 14 4.3 35 27 11
98.2 -0.359 2007 9 14 4.8 28 34 52
99.586 -1.757 2007 9 13 4.8 35 52 14
99.339 -1.827 2007 9 13 4.9 35 13 48
99.623 -1.838 2007 9 13 4.9 35 57 21
99.642 -1.721 2007 9 13 4.7 35 17 6
99.635 -1.724 2007 9 13 5.5 32.4 23 23
99.644 -1.608 2007 9 13 5.1 29.2 6 13
99.668 -1.689 2007 9 13 6.5 28.9 30 3
99.572 -1.893 2007 9 13 5 35 9 2
98.347 0.039 2007 8 20 4.5 30 32 37
97.691 0.234 2007 8 12 4.3 23.5 58 18
97.657 0.253 2007 8 10 4.2 23.6 21 32
98.706 0.084 2007 7 24 4.2 30 14 24
98.656 0.103 2007 7 24 4 30 10 29
97.758 0.25 2007 7 22 4.3 30 47 16
98.776 0.231 2007 4 20 4.2 30 44 48
98.923 -0.626 2007 2 26 4.4 30 55 14
99.563 0.061 2007 1 3 4.4 30 48 9
97.689 0.221 2006 11 18 3.9 30 6 24
97.681 0.231 2006 11 17 4 30 32 49
97.954 0.189 2006 11 9 3.6 30 54 14
98.417 -0.06 2006 9 17 4.5 30 8 47
99.431 -1.513 2006 7 9 4.4 30.1 48 49
98.959 -0.134 2006 6 1 4.5 30 9 37
97.701 0.242 2006 5 27 4.1 30 50 41
98.177 -0.059 2006 5 26 4.4 30 28 59
98.524 -0.218 2006 5 17 4.8 47.4 23 43
97.963 -0.01 2006 5 16 4.4 14.1 39 9
98.344 0.115 2006 5 16 4.2 30 45 46
98.239 0.098 2006 5 16 4.1 30 7 26
99.563 -1.565 2006 4 28 4.1 30 9 22
99.604 -1.5 2006 4 27 4.7 30 39 41
99.227 -1.559 2006 4 24 4.3 30 50 50
99.554 -0.333 2006 4 10 4.3 35 4 45
97.773 0.167 2006 3 23 4.1 30 40 31
97.769 0.172 2006 3 23 3.8 30 39 57
98.189 -0.406 2006 3 21 4.2 35 20 22

63
99.521 -1.795 2006 3 5 4.3 30 3 11
99.572 -1.843 2006 3 5 4.5 36.7 9 52
98.464 0.245 2006 3 1 4.4 30 12 56
97.996 0.047 2006 1 28 4.5 30 14 36
98.468 0.178 2006 1 21 3.9 30 58 16
97.856 0.035 2006 1 11 4.9 30 34 58
97.776 0.027 2006 1 11 4.5 25.4 7 16
97.904 0.117 2006 1 11 5.1 22.7 46 42
99.455 -0.384 2006 1 4 4.3 64.5 10 36
99.537 -1.103 2005 12 23 4.3 49.7 5 29
97.865 0.031 2005 12 14 4.4 29.1 15 1
99.609 -1.32 2005 12 6 4.6 30 50 5
99.446 -1.688 2005 10 31 4.4 30 36 53
99.45 -1.682 2005 10 31 4.8 30 27 24
99.44 -1.677 2005 10 31 4.2 30 13 22
99.54 -1.789 2005 10 27 4.7 47.9 37 23
99.546 -1.509 2005 10 24 4.3 30 38 42
99.548 -1.541 2005 10 24 4.3 30 32 51
99.529 -1.46 2005 10 24 4.8 25.5 39 55
97.809 0.087 2005 10 16 4.3 30 43 5
98.68 -0.473 2005 10 11 4.6 50 17 52
98.01 0.238 2005 9 30 4.8 30 39 57
98.478 0.24 2005 9 25 4.2 30 5 43
97.867 0.068 2005 9 25 5 28.3 37 8
97.704 0.083 2005 9 7 5.1 13.2 43 16
97.612 0.048 2005 9 6 5.2 27 11 53
97.604 0.029 2005 9 6 5.6 27.6 0 48
99.665 -1.906 2005 9 2 4.2 35 46 55
99.341 -1.137 2005 8 31 4.7 30 38 57
99.563 -1.728 2005 8 30 4.7 30 28 5
99.625 -1.662 2005 8 30 5 29.1 59 8
97.76 0.129 2005 8 30 4 30 10 44
97.869 0.122 2005 8 28 4.3 39.6 6 28
99.544 -1.592 2005 8 27 4.4 30 8 46
98.464 0.086 2005 8 21 4.6 48.1 4 43
98.322 0.142 2005 8 15 4.3 30 0 8
98.574 0.076 2005 8 14 4.1 30 36 55
98.263 0.221 2005 8 7 4.8 46.2 23 35
99.576 -1.666 2005 8 1 4.4 30 51 53
97.609 0.218 2005 7 31 4.5 30 46 56
97.7 0.229 2005 7 31 4.1 30 54 44
97.713 0.244 2005 7 29 4.6 25.1 10 7
98.543 0.051 2005 7 24 4.6 30 50 54
99.629 -1.493 2005 7 24 4.8 30 15 49
97.718 -0.934 2005 7 2 4.8 24 36 37
98.064 -0.46 2005 7 1 4.6 30 41 58

64
99.668 -1.619 2005 6 29 4.8 34 28 15
97.89 0.22 2005 6 27 4 30 18 57
98.657 -0.168 2005 6 20 3.8 30 34 1
97.642 0.083 2005 6 12 4.8 14.3 5 14
99.581 -1.745 2005 6 6 4.6 35.7 11 43
97.665 0.235 2005 6 2 4.5 30 45 6
98.056 0.077 2005 5 31 4.6 29.3 57 32
98.604 0.219 2005 5 25 4.3 30 32 38
99.448 -1.77 2005 5 22 4.2 30 36 42
98.724 0.15 2005 5 22 4.2 30 15 10
97.933 0.216 2005 5 16 5 27.8 58 45
99.645 -1.537 2005 5 14 4.5 30 0 1
98.436 0.233 2005 5 14 4.7 30 18 25
99.677 -1.645 2005 5 13 4.3 30 37 0
97.86 0.195 2005 5 11 4.4 30 46 21
97.827 0.167 2005 5 4 4.6 23 22 51
99.601 -1.808 2005 5 3 4.4 30 25 18
98.184 -0.409 2005 5 2 4.2 30 57 41
99.568 -1.516 2005 5 2 4.7 28 29 55
99.303 -1.657 2005 5 1 4.8 29.4 51 13
99.469 -1.548 2005 5 1 4 31.8 24 42
97.831 0.114 2005 4 29 4.2 28.1 6 29
97.943 0.179 2005 4 29 4.8 28.6 13 34
99.613 -1.641 2005 4 29 4.2 30 58 41
99.478 -1.522 2005 4 29 4.5 21 2 48
99.505 -1.35 2005 4 29 4.5 30 40 4
99.57 -1.811 2005 4 29 4.3 30 23 24
99.548 -1.301 2005 4 28 4.5 30 46 43
97.821 0.236 2005 4 27 4.2 30 15 56
99.686 -1.892 2005 4 24 4.2 30 49 38
97.831 0.217 2005 4 23 4.2 25.2 14 7
99.627 -1.919 2005 4 23 4.3 6.1 52 59
98.266 -0.455 2005 4 21 4.1 30 27 19
97.96 -0.445 2005 4 21 4.5 30 16 42
99.618 -1.877 2005 4 19 4.1 30 56 3
99.67 -1.684 2005 4 19 4.4 31.1 35 36
97.682 0.191 2005 4 18 4.6 30 20 26
99.624 -1.626 2005 4 17 5.4 21.6 23 50
99.563 -1.621 2005 4 17 4.9 19 28 50
98.219 0.247 2005 4 17 4.5 24.5 44 19
99.593 -1.821 2005 4 17 3.9 30 34 47
97.674 0.251 2005 4 17 4.4 24.8 56 3
99.564 -1.623 2005 4 17 4.7 37.9 21 47
99.59 -1.657 2005 4 16 4.4 29.5 37 12
99.622 -1.688 2005 4 15 4.3 30 50 24
99.671 -1.672 2005 4 15 4.3 30 59 26

65
99.654 -1.745 2005 4 14 4.6 30 12 42
99.426 -1.618 2005 4 14 4.3 30 40 38
99.691 -1.849 2005 4 14 3.9 30 55 14
98.545 -0.675 2005 4 13 4.2 30 29 46
99.604 -1.722 2005 4 13 4.5 37.2 58 25
99.572 -1.789 2005 4 13 4.2 30 20 4
99.413 -1.648 2005 4 13 4.4 30 5 50
98.828 -0.516 2005 4 13 4.6 46.9 18 54
99.592 -1.71 2005 4 13 4.6 30 32 13
99.693 -1.505 2005 4 13 4.5 30 30 2
99.636 -1.565 2005 4 12 4.4 30 34 44
99.699 -1.715 2005 4 12 4.4 24.5 21 48
99.64 -1.601 2005 4 12 4.5 30 39 34
99.63 -1.571 2005 4 12 4.5 26.2 49 13
99.571 -1.872 2005 4 12 4.4 30 54 33
99.664 -1.717 2005 4 12 4.5 30 20 39
97.645 0.244 2005 4 12 4.4 22.2 6 24
99.447 -1.592 2005 4 12 5.2 22.3 17 31
99.628 -1.748 2005 4 12 4.3 30 10 43
99.513 -1.885 2005 4 12 4.3 30 59 25
99.69 -1.651 2005 4 12 4.3 30 41 17
99.687 -1.742 2005 4 12 4.9 29.2 27 49
99.639 -1.656 2005 4 12 5 30 24 52
99.671 -1.683 2005 4 11 4.3 30 37 9
99.64 -1.728 2005 4 11 4 32.9 20 53
99.619 -1.681 2005 4 11 4.2 30 26 50
99.472 -1.743 2005 4 11 4.2 30 36 26
99.633 -1.825 2005 4 11 4.7 20.9 51 32
99.688 -1.639 2005 4 11 4.5 30 18 36
99.695 -1.74 2005 4 11 4.3 30 45 22
99.657 -1.754 2005 4 11 4.6 30 37 46
99.613 -1.646 2005 4 11 4.6 37.9 36 25
99.519 -1.76 2005 4 11 4.4 30 57 34
99.625 -1.644 2005 4 11 4.2 30 12 14
99.661 -1.691 2005 4 11 4.9 37.6 19 18
99.491 -1.748 2005 4 11 4.2 30 49 46
99.495 -1.753 2005 4 11 4.3 30 46 48
99.64 -1.562 2005 4 11 4.2 30 25 28
99.595 -1.752 2005 4 11 4.5 33.4 9 28
99.556 -1.887 2005 4 11 4 30 46 53
99.597 -1.58 2005 4 11 4.4 30 27 34
99.636 -1.647 2005 4 11 4.6 30 14 42
99.659 -1.722 2005 4 10 4.1 30 55 3
99.678 -1.65 2005 4 10 4.1 30 11 50
98.375 -0.796 2005 4 10 4.2 30 0 30
99.208 -1.455 2005 4 10 4.5 30 59 3

66
99.672 -1.814 2005 4 10 4.5 30 15 26
99.667 -1.734 2005 4 10 4.3 30 6 51
99.65 -1.571 2005 4 10 4.5 30 49 29
99.613 -1.831 2005 4 10 4.2 30 38 19
99.603 -1.532 2005 4 10 4.3 28.9 55 1
99.555 -1.539 2005 4 10 4.9 27.7 36 11
99.696 -1.763 2005 4 10 4.1 30 25 53
99.638 -1.655 2005 4 10 4.9 20.5 56 46
99.149 -1.545 2005 4 10 4.2 30 44 42
99.327 -1.872 2005 4 10 4.3 19.8 43 4
99.652 -1.775 2005 4 10 4.2 31 41 34
99.681 -1.703 2005 4 10 4.3 33.7 18 17
99.698 -1.628 2005 4 10 4 30 40 4
99.698 -1.797 2005 4 10 4.2 28.5 11 35
99.643 -1.833 2005 4 10 4.8 33.9 39 22
99.554 -1.786 2005 4 10 4.2 46.6 6 48
99.678 -1.612 2005 4 10 4.9 18.4 48 10
99.653 -1.54 2005 4 10 4.2 34.2 43 50
99.689 -1.745 2005 4 10 4.4 25 29 56
99.47 -1.715 2005 4 10 4.2 30 44 6
99.616 -1.65 2005 4 10 4.8 30 41 27
99.649 -1.707 2005 4 10 4.5 30 28 24
99.61 -1.722 2005 4 10 4.8 27.2 27 19
99.683 -1.57 2005 4 10 3.8 28.4 15 26
99.416 -1.865 2005 4 10 4.2 30 54 14
99.624 -1.648 2005 4 10 5.3 30 47 24
99.568 -1.698 2005 4 10 4.3 30 41 29
99.638 -1.621 2005 4 10 5.3 30 25 39
99.632 -1.577 2005 4 10 4.6 23.7 58 32
99.675 -1.808 2005 4 10 4.8 23.7 50 50
99.605 -1.702 2005 4 10 4.5 28.7 47 25
99.696 -1.64 2005 4 10 5.3 21.4 40 39
99.641 -1.63 2005 4 10 5.6 23.5 39 47
99.618 -1.708 2005 4 10 4.8 30 39 36
99.656 -1.675 2005 4 10 4.5 22.9 27 40
99.628 -1.523 2005 4 10 4.3 29.4 22 55
97.956 0.03 2005 4 10 4.5 30 20 54
99.663 -1.883 2005 4 10 4.3 26.6 16 55
99.695 -1.668 2005 4 10 4.4 23.3 5 58
99.653 -1.688 2005 4 10 4.6 30 55 17
99.58 -1.602 2005 4 10 4.7 43.4 42 17
99.616 -1.588 2005 4 10 4.9 30 29 38
99.699 -1.627 2005 4 10 4.6 30 23 47
99.527 -1.849 2005 4 10 3.9 30 18 20
99.693 -1.74 2005 4 10 4.4 30 14 41
99.625 -1.802 2005 4 10 4.5 30 13 27

67
99.645 -1.787 2005 4 10 3.9 30 12 26
99.04 -1.52 2005 4 10 5.2 30 58 36
99.583 -1.724 2005 4 10 4.1 30 53 58
99.656 -1.512 2005 4 10 4.4 30 52 10
99.674 -1.692 2005 4 10 4.6 30 48 33
99.594 -1.619 2005 4 10 5.5 30 45 2
99.661 -0.454 2005 4 10 4.5 30 41 46
99.644 -1.878 2005 4 10 4.6 30 31 54
99.645 -1.609 2005 4 10 4.3 30 31 32
99.188 -1.373 2005 4 10 4.6 30 23 56
99.566 -1.6 2005 4 10 4.5 30 13 57
99.695 -1.589 2005 4 10 4.4 30 1 46
99.256 -1.459 2005 4 10 5 30 49 59
99.618 -1.606 2005 4 10 5.7 30 45 49
99.667 -1.593 2005 4 10 4.7 20.2 43 31
99.583 -1.609 2005 4 10 5.3 30 35 16
99.607 -1.644 2005 4 10 6.7 19 29 11
99.537 -1.579 2005 4 10 4.8 19.8 58 35
97.769 0.107 2005 4 10 4.3 30 52 57
98.799 -0.468 2005 4 9 4.2 30 18 57
98.704 -0.622 2005 4 9 4.4 30 47 15
97.714 0.062 2005 4 9 4.3 24.2 52 35
97.697 0.014 2005 4 9 4.9 23.9 44 29
98.024 0.045 2005 4 9 4.6 30 54 24
99.51 -1.587 2005 4 8 4.5 30 24 41
99.51 -1.572 2005 4 8 4.2 30 51 39
97.768 -0.461 2005 4 8 4.7 30 56 7
97.731 -0.215 2005 4 8 6.1 20.9 48 37
99.536 -1.565 2005 4 8 4.6 46.9 17 59
98.578 0.007 2005 4 8 4.2 30 38 11
99.422 -1.665 2005 4 8 4.5 30 53 24
99.569 -1.566 2005 4 7 4.3 30 58 17
99.448 -1.653 2005 4 7 5 20 50 2
99.42 -1.565 2005 4 7 5.3 17.3 48 39
98.831 0.213 2005 4 7 4.5 30 4 38
97.737 0.116 2005 4 5 4.3 24.5 47 28
98.694 0.059 2005 4 5 4.6 30 47 8
98.852 0.188 2005 4 5 4.4 30 41 12
97.645 -0.162 2005 4 5 4.3 30 24 41
97.931 -0.109 2005 4 3 4.3 30 53 26
97.624 0.229 2005 4 3 4.2 27 16 48
97.693 0.234 2005 4 3 4.3 30 9 16
97.78 0.049 2005 4 2 4.4 25.6 38 31
98.014 0.057 2005 4 2 4.5 30 57 53
98.121 0.176 2005 4 1 4.7 30 40 10
97.647 0.177 2005 3 31 4.4 22.8 41 20

68
98.116 0.088 2005 3 30 4 30 23 43
98.139 0.194 2005 3 30 4.7 30 26 40
98.144 0.199 2005 3 30 5.3 20.1 57 42
98.204 -0.016 2005 3 30 4.5 30 50 27
97.719 0.176 2005 3 30 4.8 30 45 26
97.774 -0.858 2005 3 29 4.7 30 4 10
97.797 0.131 2005 3 29 4.2 30 51 20
98.045 0.195 2005 3 29 4.9 30 13 51
97.901 0.174 2005 3 29 4.8 30 0 59
98.83 -1.374 2005 3 28 3.8 30 54 43
97.806 0.074 2005 3 28 4.5 30 15 51
97.703 0.178 2005 3 28 4.6 30 22 37
98.395 0.228 2005 3 4 4.1 30 18 48
99.352 -1.373 2005 2 23 4.6 30 26 28
99.146 -1.409 2005 2 22 4.3 30 25 14
98.729 -0.127 2005 2 14 5.8 47.1 6 52
98.639 0.132 2005 1 16 4.1 50.1 54 26
98.642 0.167 2005 1 10 4.6 35 36 46
98.135 -0.516 2004 11 29 4.7 43.8 7 52
99.611 -1.811 2004 10 12 4.5 41.9 26 28
97.794 0.125 2004 10 7 4.3 30 51 5
97.79 0.119 2004 10 6 4.4 10 27 9
97.913 0.194 2004 10 6 5.1 37.8 49 1
98.729 0.111 2004 9 7 5.2 59.7 23 2
98.716 -0.674 2004 8 30 4.5 10 12 57
97.951 -0.532 2004 5 24 4.4 20.8 37 53
97.607 0.118 2004 5 11 4.5 20 22 19
99.074 -1.535 2004 4 26 4.1 45 44 49
99.062 -0.76 2004 3 3 4.5 51.5 4 49
99.587 -0.173 2004 1 25 4.6 105.3 0 12
99.694 -1.809 2003 10 2 4.4 33 54 4
98.841 -1.516 2003 8 24 4.2 33 35 18
98.651 -0.42 2003 3 15 4.6 50 57 7
97.875 0.195 2003 1 12 3.5 33 51 36
97.921 0.217 2003 1 10 5.3 26.4 25 59
97.957 0.202 2003 1 10 5.7 27.2 18 55
99.244 -0.224 2002 12 11 4.5 81.4 38 15
98.374 0.104 2002 9 20 4.5 33 35 14
99.127 -0.082 2002 9 7 4.7 33 39 52
98.682 -0.499 2002 3 27 5.1 33 46 2
98.511 -0.138 2001 10 16 4.6 46.5 46 30
99.549 -0.228 2001 8 7 4.3 106.7 15 1
98.657 -1.091 2001 5 26 4.7 33 29 6
98.615 -1.138 2001 5 26 4.7 33 3 38
98.645 -1.087 2001 5 25 4.9 33 46 40
99.245 -0.198 2001 1 23 5.6 77.8 38 12

69
99.333 -1.233 2000 6 8 3.6 33 26 51
98.068 -0.909 2000 5 9 5 33 30 19
97.898 -0.855 2000 5 8 4.5 33 14 43
97.955 -0.947 2000 5 8 4.4 33 44 20
97.996 -0.846 2000 5 8 5.7 33 29 59
97.896 -0.968 2000 5 8 4.7 33 29 15
98.877 -1.227 2000 1 21 5 33 17 26
99.556 -0.268 1999 12 15 4.7 129.8 24 3
98.594 -0.804 1999 12 14 4.7 33 58 44
98.584 -0.854 1999 5 28 4.8 43.4 9 53
99.231 -0.236 1998 12 22 4.9 33 20 11
99.12 -0.592 1998 12 14 4.7 33 7 11
99.56 -1.684 1998 8 25 5.1 33 54 51
99.282 -0.558 1998 8 18 4.1 47 31 15
98.576 0.115 1998 8 10 4.6 47.9 2 52
99.331 -0.532 1998 4 20 4.8 63 1 56
99.238 0.189 1998 4 13 3.8 33 15 4
98.615 -1.044 1998 4 4 3.8 33 13 40
99.251 -0.611 1998 4 3 4.8 67.6 57 5
99.261 -0.544 1998 4 1 7 55.7 56 23
98.109 -1.04 1997 11 26 4.6 33 13 22
98.069 -0.44 1997 9 29 3.5 33 36 4
99.216 -0.305 1995 8 30 4.8 83.3 46 55
97.885 -0.834 1995 2 13 4.6 33 19 43
99.529 -0.051 1995 2 5 4.9 109.6 34 11
99.159 -0.518 1994 11 17 5.1 64.7 27 31
99.557 -1.884 1994 6 9 5.4 33 4 34
98.587 -1.171 1994 5 31 4.8 33 37 29
99.532 -1.971 1994 5 20 5.2 24.3 26 28
98.5 -0.73 1994 1 10 5 30.1 51 25
98.601 -0.591 1994 1 7 5.6 29.7 23 53
99.047 -0.707 1993 11 8 4.8 33 10 5
98.463 0.096 1993 7 21 4.3 33 9 53
98.197 0.027 1993 7 7 4.5 33 42 57
99.007 -1.556 1993 3 20 5.4 22.7 8 10

70
LAMPIRAN II KEGIATAN PENGAMATAN, ANALISA DAN PENGIRIMAN DATA
METEOROLOGI DAN GEOFISIKA

Mengukur Penguapan Air Pengamatan Lama Sinar Matahari

Pengamatan kecepatan angin rata-rata Pengamatan Bola basah dan kering

Mengukur curah hujan manual dengan menggunakan gelas penakar

71
Penyandian Data Synop

mengirimkan data synop Mengirimkan data petir

Mencoba Alat Grounding

Belajar picking gelombang gempabumi Belajar menggunakan ZMAP6 di Matlab

72
Uji coba alat Seismograph Portable

Foto bersama tim PKL Presentase laporan di BMKG

Penyerahan plakat ke pihak BMKG Seminar Bersama Professor Horacio Ferriz

Penyerahan Sertifikat dari BMKG kepada Mahasiswa PKL

73
LAMPIRAN III LEMBAR JURNAL KEGIATAN HARIAN PKL

74
75
LAMPIRAN IV SURAT

Surat Izin Praktek Kerja Lapangan

76
Surat Balasan Praktek Kerja Lapangan

77
Surat Tugas Pembimbing

78
Surat Permohonan Praktek Kerja Lapangan

79
Surat Penilaian Pelaksanaan Kerja Praktek

80
Sertifikat PKL BMKG Padang Panjang

81
82

Anda mungkin juga menyukai