POLA TANAM
Disusun oleh:
Avi Qurvanda Putri Pradani
205040307111016
Pola Tanam C
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, keberkahan, serta kekuatan baik waktu, pikiran, maupun
tenaga kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengaruh Karakteristik dan Keseuaian Lahan pada Pola Tanan"
Sebagai penulis, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
penulis dengan rendah hati menerima saran maupun kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah yang disusun mampu memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca secara berkelanjutan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
3.2 Saran...............................................................................................................8
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1
mengkombinasikan jenis tanaman serta jarak tanam secara bersamaan maupun
bergiiliran dalam periode waktu tertentu. Dalam penentuan pengkombinasian dan
pemilihan jenis pola tanam, diperlukan salah satu faktor pendukung karakteristik
dan kesesuaian lahan. Hal tersebut dilakukan untuk mengefektifkan sumber daya
yang dimiliki oleh lahan dan menjaga keberlanjutan atau kelestarian lahan tersbut.
Meninjau kesesuaian lahan akan menghasilkan pemanfaatan yang tidak melebihi
kapasitas atau kemampuan lahan tersebut.
2
BAB II. PEMBAHASAN
3
c. kelas 3 merupakan kawasan kendala, denga rasio tutupan lahannya maksimal
20%, dhambatan disini sudah tergolong berat sehingga diperlukan tindakan
konservasi khusus
d. Kelas 4 merupakan kawasan lindung atau limitasi), rasio tutupan lahannya 0%,
dengan hambatas yang lebih tinggi dibandingkan kelas 3
e. Kelas 5 sudah mulai ada ancaman dari faktor pembatas lainnya, sehingga hal ii
menyebabkan adanya pembatasan pemilihan penggunaan
f. Kelas 6 memiliki hambatan yag tergolong berat, sehingga lahan pertanian sudah
tidak cocok ditanam dilahan ini
g. Kelas 7 memiliki tingkat kerusakaan yang parah, namun dapat dikelola seperti
menjadi hutan produksi
h. Kelas 8 ada lahan yang mengalami degradasi ttotal, sehingga hanya dapat
diperbaiki melalui pengelolaan alami layaknya dijadikan cagar alam.
4
Air tersedia Curah hujan yang tinggi
membuat ketersediaan air
terpenuhi, air sendiri menjadi
komponen penting dalam
menunjang pertumbuhan
tanaman pertanian.
Pertumbuhan cepat Kondisi iklim yang hangat, air
yang tersedia, menyebabkan
pertumbuhan tanaman cepat,
hal ini dikarenakan kebutuhan
pada tanaman untuk tumbuh
cukup terpenuhi.
5
lahan basah pada dataran tinggi dan sedang tidak terlalu luas. Konsep pengelolaan
lahan basah tentu dilihat pada kondisi lahan yang jenuh air, sehingga konsep yang
umum diterapkan pada pertanian lahan basah menurut Budiyanto (2014) yakni:
No. Konsep Pengelolaan Lahan basah
1. Mengacu pada tipologi lahan dan tipe luapan air, jika lahan basah berada
di lahan rawa, dengan potensi sulfat yang masam dan dangkal, maka
pengelolaannya hanya sebatas pada pengolahan tanah minimum (agar
lapisan tanah tidak teroksidasi dan semakin masam)
2. Pengelolaannya dengan sistem surjan, yang merupakan pembagian
sebidang tanah menjadi dua bagian, bagian bawah disebut tabukan 9dapat
ditanam padi) dan bagian atas disebut guludan (dapat ditanami palawija, ,
sayuran, dan dikombinasikan dengan tanaman tahunan)
b. Lahan Kering
Lahan kering (dry land) merupakan lahan yang jarang memiliki genangan air,
hal ini dikarenakan lokasi lahan kering yang berada di areal lebih tinggi, oleh karena
itu lahan kering sering disebut dengan lahan atasan. Secara umum lahan kering atau
yang biasa disebut dengan lahan atasan dapat berupa hamparan tanah yang telah
berumur tua dan kemungkinan kecil tanah muda, layaknya lahan kering di luar
Pulau Jawa yang didominasi tanah pdozolik merah kuning (Budiyanto, 2014).
Dilihat dari sudut edafologi, lahan kering memiliki kondisi lengas di dalam
zona akar, yang dimana kandungan lengasnya berada dibawah kandungan lengas
tanah kapasitas lapangan. Dengan kata lain pori-pori tanah banyak yang
menyimpan udara dibandingkan air, sehingga kondisi fisik lahan tersebut lebih
kering. Lahan kering memiliki pola penanaman dan cara pengelolaan yang berbeda,
secara umum terdapat beberapa konsep pengelolaan lahan kering agar tetap
mempertahankan produktivitasnya menurut Budiyanto (2014) seperti:
a. Adanya pembuatan guludan dan teras pada lahan pertanian yang bertujuan untuk
mengurangi kemiringan dan erosi.
b. Pengolahan tanah dan penanaman tanaman sesuai garis kontur.
c. Pemanfaatan sisa tanaman untuk pupuk organik serta mulsa pada lahan pertanian
d. Penerapan pola tanam campur (polikultur) atau tanaman lorong (alley cropping).
6
e. Pemilihan jenis dan varietas tanaman yang nudah beradaptasi dengan kondisi
lahan dan protektif
Lahan yang memiliki luasan terbatas atau tidak terlalu luas sebaiknya
menerapkan pola tanam polikultur, yang dimana pola penanaman ini mampu
menunjang penghasilan petani serta ketahanan pangan. Penerapan pola tanam
polikultur layaknya tumpangsari sangat cocok untuk dilakukan pada areal lahan
yang sempit seperti di perkotaan, maupun lahan pribadi dengan luas kurang dari
1 hektar. Jika pemilihan pola tanam pada lahan yang terbatas adalah monokultur,
maka hasil yang diperoleh petani tidak akan sesuai dengan kebutuhan serta
keberlanjutan pengelolaan lahan yang telah dilakukan.
b. Lahan Luas
Petani yang memiliki lahan dengan luasan cukup luas biasanya menerapkan
sistem pola kultur monokultur, yang dimana pada satu areal tersebut hanya ditanami
dengan 1 jenis tanaman saja. Pertanian monokultur dipilih karena luasan lahan yang
mampu mendukung dalam jumlah banyak, serta adanya kebutuhan yang cukup
banyak terhadap jenis tersebut, layaknya perusahaan-perusahaan besar yang
memerlukan beberapa bahan pokok untuk produknya.
7
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari pembuatan makalah terkait pengaruh
karakteristik dan kesesuaian lahan pada pola tanam yakni:
a. Kesesuaian lahan adakah karakteristik atau kecocokan suatu lahan untuk
penggunaan tertentu, sedangkan kemampuan lahan adalah kapasitas suatu lahan
untuk dapat dimanfaatkan dan dikelola.
b. Pertanian tropis memiliki karakteristik tersendiri yang dilihat dari kondisi iklim
(curah hujan tinggi, kelembapan tinggi, intensitas cahaya cukup, dll),
kenakaragaman yang tinggi karena banayknya flora dan fauna yang cocok
dengan kondisi lingkungan di daerah tropis, ketersediaan air yang melimpah,
serta pertumbuhan tanaman yang cepat karena kebutuhan pertumbuhan dna
perkembangannya terpenuhi.
c. Sifat lahan dibedakan menjadi 2 jenis yakni lahan basah dan lahan kering, lahan
basah memiliki kondisi tanah yang jenuh air, dan lahan kering adalah sebaliknya,
setiap sifat lahan memiliki konsep pengelolaan yang berbeda.
d. Penerapan sistem pola tanaman pada masing-masing luasan lahan cukup
berbeda, maka dapat dikatakan bahwa ketersediaan lahan mampu mempengaruhi
hasil dan pola tanam yang diterapkan oleh petani.
3.2 Saran
Banyak sekali pengelolaan lahan oleh petani yang tidak sesuai dengan daya
dukung lahan, sehingga hal tersebut menyebabkan beberapa permasalahan salah
satunya adalah penurunan produktivitas lahan, oleh karena itu pemberdayaan petani
sangat diperlukan untuk meminimalisir kerusakan lahan yang berkelanjutan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Akhirul, A., Witra, Y., Umar, I., & Erianjoni, E. (2020). Dampak Negatif
Pertumbuhan Penduduk Terhadap Lingkungan Dan Upaya
Mengatasinya. Jurnal Kependudukan Dan Pembangunan Lingkungan, 1(3),
76-84.
Budiyanto, G. (2014). Manajemen Sumberdaya Lahan. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian, Publikasi & Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Cahyadi, A., Marfai, M.A., Rahmadana, A.D.W. and Nucifera, F.,
2017. Perencanaan penggunaan lahan di kawasan karst berbasis analisis
kemampuan lahan dan pemetaan kawasan lindung sumberdaya air.
Peacock, SH (2018). Effect of ecosystem literacy ounderstandingtheimpack of
human population growth on theenvironment-a multiple
cstudy.http//doi.org/10.1089/ec
Simanungkalit, N.M., 2011. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Penggunaan
Lahan Pertanian Di Sub DAS Gotigoti Daerah Aliran Sungai Batangtoru
Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Geografi, 3(1), pp.1-16.
Sri Astuti Soedjoko.2010. Penolaan Sumberdaya Lahan.
www.mayong.staff--ugn.ac.id/artikel _pdf.
Wirosoedarmo, R., Widiatmono, J.B.R. and Widyoseno, Y., 2014. Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan
Berbasis Kemampuan Lahan. Agritech, 34(4), pp.463-472.