Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KULIAH PERTANIAN BERLANJUT TM-4

ASPEK TANAH
“KARAKTERISTIK LANDSKAP PERTANIAN: KAITANNYA DENGAN
KONSERVASI BIODIVERSITAS”

Nama Nita Anggraini

NIM 215040107111125

Kelas PB-V

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS DAN
AGROEKOTEKNOLOGI

RENCANA TUGAS MAHASISWA

MATAKULI PERTANIAN BERLANJUT


AH

KODE PTI61102 sks 6 SEMEST LIMA (TA. 2023)


ER

BENTUK TUGAS WAKTU PENGERJAAN TUGAS

TUGAS TERSTRUKTUR MINGGU 7 HARI


KE-4

JUDUL TUGAS

KARAKTERISTIK LANSEKAP PERTANIAN: Kaitannya dengan Konservasi Biodiversitas

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH

Keberlanjutan pertanian tidak terlepas dari karakter, struktur, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu lanskap. Pada pertemuan kali ini, MK. Pertanian berlanjut akan membahas
mengenai karakteristik lanskap, pengertian skala dan heterogenitas lanskap. Selain itu,
mahasiswa akan menganalisis dan memahami gangguan-gangguan dan fragmentasi habitat dan
kaitannya terhadap kelangsungan pertanian yang berlanjut.

DISKRIPSI TUGAS

Mahasiswa wajib membaca dan memahami materi yang terlampir dalam "bahan bacaan" yang
telah diunggah di vlm2.ub.ac.id atau bisa juga mengunduh keenam materi terlampir dalam GC ,
kemudian silahkan isi pertanyaan dibawah ini:

METODE PENGERJAAN TUGAS


Mahasiswa membaca dan memahami bahan bacaan yang terlah diunggah di VLM2 atau dalam
GC terlampir, kemudian jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan tepat:

Sesi 1
1. Jelaskan yang kalian pahami tentang pengertian lansekap?
2. Bagaimana cara melakukan pemetaan guna mengklasifikasikan struktur dan macam
landskap!
3. Apa yang menyebabkan heterogenitas struktur pembentuk lanskap? Jelaskan!
4. Apa peran Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam kaitannya
dengan struktur lanskap? Berikan contohnya!

Jawab :
1. Lansekap merupakan sebuah area heterogen yang terbentuk dari berbagai tipe ekosistem
yang saling berinteraksi. Lansekap juga dikatakan sebagai pola yang tersusun dari mosaic
fragmen. Lansekap dapat diilustrasikan melalui google earth ataupun pesawat terbang
yang bisa melihat gambaran hamparan penutupan/penggunaan lahan dalam berbagai
bentuk dan ukuran yang berbeda.

2. Terdapat beberapa cara untuk melihat struktur lasnkap antara lain elemen penyusunya
(fragmen), dominansi (luas) tiap fragmen, jumlah tiap elemen penyusun (heterogenitas),
bentuk (shape) elemen, dan distribusi elemen penyusunnya. Selain itu, dalam
mengklasifikasikan struktur dan macam lanskap bisa dilakukan dengan penggunaan
teklonogi berupa sensor/kamera. Berikut ini cara pemetaan struktur dan macam lanskap,
yakni :
a. Pemetaan struktur lanskap pada ketinggian rendah dengan penggunaan
pesawat/helicopter. Pemetaan ini dapat menghasilkan gambaran lanskap pada
skala yang detail yaitu skala 1:5000 atau lebih teliti.
b. Pemetaan dan pemantauan lanskap dengan teklonogi satelit Landsat dengan
metode visual analisis pada skala 1:250.000 dapat melihat penutupan lahan
menjadi 23 kelas.
c. Pemetaan aspek fisik dan iklim lanskap
d. Pemetaan posisi spesies hidupan liar dengan cara pengelolaan biodiversitas pada
skala lanskap. Hal ini mampu menentukan wilayah jelajah (home range),
kesesuaian habitat (habitat suitability index/HIS), dan preferensi habitat dari
spesies yang diamati.

3. Heterogenitas dalam lanskap disebabkan oleh variasi lingkungan, populasi, proses


komunitas, dan gangguan. Variasi spasial dalam faktor seperti topografi dan interaksi
kontrol (gangguan dan dominansi spesies tanaman) mempengaruhi keanekaragaman
dalam ekosistem alami. Tanpa gangguan, lanskap horizontal cenderung menjadi lebih
homogen. Namun, jika ada gangguan sedang, lanskap akan menjadi lebih beragam.
Gangguan yang sangat besar dapat meningkatkan/mengurangi heterogenitas. Selain itu,
perubahan dari lanskap yang seragam menjadi beragam akan mengakibatkan perubahan
dalam keanekaragaman hayati dan ini akan berdampak pada sumber daya alam.

4. Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) berperan dalam menganalisis
dan mengklasifikasikan struktur lanskap, serta dalam pemantauan dan peringatan dini
terhadap perubahan fungsi dan struktur lanskap. Mereka juga dapat digunakan untuk
memetakan dan memonitor batas-batas lanskap serta mengidentifikasi fungsi dan struktur
lanskap secara berkala melalui penggunaan pemetaan udara atau satelit dengan berbagai
resolusi spasial, temporal, dan cakupan yang beragam.

Sesi 2
1. Apa saja yang mendasari dilakukannya konservasi biodiversitas dan penerapan pertanian
berlanjut dalam paradigma baru ekoagrikultur lanskap?
2. Jelaskan secara singkat apa tantangan dalam pengelolaan lansekap pertanian pada awal
abad ke-20!
3. Mengapa kegiatan konservasi biodiversitas berkontribusi penting dalam pengembangan
sektor pertanian berlanjut di tingkat lansekap?
4. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan pertanian berlajut dalam hal
konservasi biodiversitas?
5. Bagaimana sistem pertanian berlanjut dapat memberikan manfaat jasa lingkungan pada
skala lansekap? Selain itu, bagaimana sistem pertanian dikatakan layak dalam mendukung
dari segi finansial bagi petani atau masyarakat?

Jawab :
1. Hal medasari dilakukannya konversi biodiversitas yaitu akibat deforesti dan degradasi
hutan yang menngakibatkan masalah seperti kehilangan habitat, fragmentasi, dan isolasi
spesies di dalam dan di antara Kawasan konversi, serta penggunaan berlebihan pestisida
yang mencemari air dan tanah. Oleh karena itu, konversi biodiversitas bertujuan
melindungi lanskap yang mengalami penurunan biodiversitas karena perubahan
penggunaan lahan yang berlebihan dan melampaui batas regulasi.

2. Tantangan utama pertanian muncul pada abad ke-20 yang berasal dari dampak kurangnya
kesadaran dalam pengelolaan yang dilakukan manusia. Salah satu tantangan utama adalah
transformasi produksi pertanian yang sekarang menjadi ancaman serius terhadap
keanekaragaman hayati global dan layanan ekosistem, terutama membuka Kawasan hutan
dengan vegetasi alami untuk keperluan manusia yang menghasilkan tumpeng tindih
antara pertanian produksi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati. Selain itu,
peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan telah
menyebabkan perubahan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman.

3. Konversi biodiversitas memiliki kontribusi yang sangat penting dalam pengembangan


sector pertanian berlanjut yakni pendekatan berkelanjutan menekankan keberlanjutan
ekonomi, budaya, dan ekosistem. Melalui konversi biodiversitas, pertanian berkelanjutan
dapat menyediakan habitat bagi pollinator, mengendalikan hama dan penyakit, dan
menjaga integritas (rantai makanan, regulasi siklus air, dan penyerapan karbon).
4. Hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan pertanian berlanjut dapat dilihat dari
berbagai aspek, seperti karakteristik lanskap, ukuran laskap, dan keraagaman dalam
lanskap, batasan antara lanskap produksi dan alam, komposisi biodiversitas, serta struktur
dan fungsi lanskap, perlu diperhatikan juga risiko atau gangguan yang dapat mengubah
fungsi lanskap. Kemudian, penting juga untuk menjaga keseimbangan antara tiga aspek
utama pertanian berkelanjutan (ekonomi, budaya, dan ekosistem) dengan tidak hanya
menghindari dampak negative, tetapi juga meningkatkan dampak positif terhadap
lingkungan.

5. Sistem pertanian berkelanjutan memberikan jasa lingkungan dengan cara meningkatkan


biodiversitas dan memberikan manfaat dalam peningkatan hasil pertanian serta
melindungi tanah dari kerusakan alam. Oleh karena itu, system pertanian ini juga
dianggap ekonomis dalam memberikan dukungan finansial kepada para petani.

Sesi 3
1. Berdasarkan literatur terkait dengan C02, apa tantangan yang sedang dihadapi dalam proses
penerapan sistem Pertanian Berlanjut saat ini?
2. Apa definisi dan perbedaan strategi intensifikasi konvensional dan intensifikasi
agroekologi?
3. Jelaskan bagaimana kesesuaian penerapan kedua strategi tersebut terhadap sistem
Pertanian Berlanjut?

Jawab :
1. Kesalahan dan kurangnya efisiensi dalam pengelolaan lahan pertanian dapat
mengakibatkan penurunan kualitas dan jumlah hasil produksi, pendapatan petani yang
menurun, serta dampak negatif pada lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan
konservasi lahan yang tepat dan berbasis pertanian berkelanjutan, yang menjaga
keanekaragaman biodiversitas dan layanan lingkungan. Tantangannya adalah
mengintegrasikan penggunaan lahan pertanian yang efisien dengan prinsip konservasi
biodiversitas, terutama karena banyak pertanian saat ini masih menerapkan metode
konvensional.
2. Strategi intensifikasi konvensional, yang hanya fokus pada profit dan produksi tanpa
mempertimbangkan dampak lingkungan, ditandai dengan penggunaan besar-besaran input
seperti modal, tenaga kerja, pestisida, dan pupuk kimia. Dampak negatifnya termasuk
kerusakan lingkungan dan penurunan biodiversitas. Sementara itu, intensifikasi
agroekologi bertujuan meningkatkan kinerja pertanian, efisiensi, produktivitas, kedaulatan
pangan, dan kesejahteraan petani melalui prinsip ekologi, dengan keunggulan ramah
lingkungan dan sesuai dengan prinsip pertanian berkelanjutan karena tidak melibatkan
bahan kimia berbahaya dalam implementasinya.
3. Penerapan intensifikasi konvensional tidak selalu cocok untuk mencapai sistem pertanian
berkelanjutan karena cenderung hanya fokus pada hasil tanpa mempertimbangkan dampak
negatifnya pada lingkungan. Ini dapat dilihat dalam contoh Revolusi Hijau yang pernah
diterapkan di Indonesia. Meskipun awalnya menghasilkan peningkatan produksi
pertanian, tetapi seiring berjalannya waktu, lahan pertanian mengalami degradasi yang
mengakibatkan ketidakproduktifannya di masa mendatang. Sebaliknya, intensifikasi
agroekologi dianggap lebih cocok untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Pendekatan
ini tidak hanya menekankan pada hasil pertanian, tetapi juga memperhatikan
keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan jangka panjang. Ini dilakukan dengan
menyesuaikan praktik pertanian dengan kondisi lingkungan, tanah, dan kebutuhan
masyarakat di sekitarnya. Misalnya, jika masyarakat memerlukan pertanian yang
menghasilkan banyak hasil dan memiliki ekonomi rendah, strategi intensifikasi
agroekologi dapat diterapkan untuk memperbaiki lahan dan meningkatkan biodiversitas.
Pentingnya adalah bahwa kedua strategi ini harus disesuaikan dengan kondisi khusus
lahan dan masyarakatnya. Jika ada kebutuhan akan pertanian berdaya hasil tinggi dan
lahan dalam kondisi kritis, maka intensifikasi konvensional mungkin lebih cocok. Namun,
jika pelestarian lingkungan dan biodiversitas menjadi perhatian utama, maka intensifikasi
agroekologi dapat menjadi pilihan yang lebih baik.

Sesi 4
1. Mengapa sistem tanam agroforestri ditawarkan sebagai solusi dalam mengatasi trade-off
(masalah ekonomi dan ekologi) yang terjadi?
2. Apakah konversi hutan menjadi lahan agroforestri menjadi opsi terbaik dalam
penyeimbangan antara nilai ekonomi dan lingkungan?
3. Apakah aspek lingkungan yang berkelanjutan dan aspek ekonomi dapat dicapai bersama
secara maksimal dalam sistem pertanian berlanjut? Bagaimana menurut pendapat kalian?

Jawab :
1. Sistem tanam agroforesti ditawarkan sebagai solusi dalam mengatasi trade-off karena
menerapkan manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari dengan metode
mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang
sama sehingga lahan dapat lestari dan berlanjut.

2. Pemberlakuan agroforesti merupakan opsi terbaik karena tidak ada eksploitasi sumber
daya hayati dalam hutan. Namun, penanaman tanaman pertanian dilakukan di area lain
yang tidak mengganggu fungsi hutan alami sehingga pendekatan yang lebih ramah
lingkungan. Pengembangan agroforestry bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan tetap mendukung aspek keberlanjutan dalam agroekosistem. Hal
tersebut menyebabkan produksi pertanian terus berlanjut dan menciptakan stabilitas
ekonomi dan lingkungan. Dengan demikian, mengubah hutan menjadi lahan agroforestry
menjadi alternatif terbaik.

3. Ya, karena pertanian berlanjutnya mengutamakan tiga aspek yaitu sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Oleh karena itu, dampak negative pada lingkungan dapat diminimalisir dan
produktivitas dapat ditingkatkan.

Sesi 5
1. Hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah degradasi lahan dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial-ekonomi?
2. Bagaimana bisa terjadi trade-off antara faktor lingkungan dan sosial-ekonomi dalam
kegiatan intensifikasi?
3. Andaikan kalian menjadi seorang pemangku kebijakan, bagaimana solusi yang akan
ditawarkan untuk mengatasi trade-off permasalahan ekonomi dan lingkungan?

Jawab :
1. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah degradasi lahan dengan pertimbangan
aspek lingkungan dan sosial-ekonomi yaitu dengan intensifikasi berkelanjutan dengan
memanfaatkan pupuk organic serta penggunaan sisa tanaman yang dikombinasikan
dengan konservasi tanah yang baik. Selain itu juga dapat dilakukan Climate Smart
Agriculture (CSA).

2. Trade-off dapat terjadi akibat adanya lahan yang dipergunakan untuk kegiatan
intensifikasi atau lahan yang digunakan sebagai penyediaan pakan, serta, bahan bakar
nabati serta tanah tersebut mengandung karbon serta biomassa alami sehingga dalam hal
ini dapat mengurangi perubahan iklim. Perluasan lahan untuk pemenuhan kebutuhan sama
dengan pemanfaatan bahan bakar nabati menyebabkan hilangnya cadangan karbon.

3. Saya berusaha untuk mengatasi trade-off antara aspek lingkungan dan sosial ekonomi
dengan menjalankan prinsip pertanian berkelanjutan dalam semua aspek (sosial,
ekonomi,, lingkungan, dan budaya) pada kegiatan pertanian. Salah satu metode yang akan
saya gunakan yaitu melalui praktek agroforestry karena pendekatan ini tetap
mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan.
Sesi 6
1. Apa saja permasalahan yang biasa terjadi di suatu lahan dengan sistem pertanian intensif
yang dapat mempengaruhi keberlanjutan lahan?
2. Bagaimana ciri tanah yang sehat berdasarkan sifat fisik, kimia, dan biologi?
3. Bagaimana cara menajeman tanah sehat ?
4. Bagaimana cara penanganan pupuk? aspek apa saja yang harus diperhatikan?
5. Jelaskan prinsip pengurangan erosi yang baik!

Jawab :
1. Masalah umum yang biasa terjadi dalam system pertanian intensif adalah degradasi
lahan yang dapat berdampak negative pada keberlanjutan lahan dengan mengurangi
produktivitasnya. Hal ini terjadi akibat lahan yang dikelola scara intensif tanpa henti,
penggunaan pupuk kimia, dan pestisida kimia dapat mencemari tanah dan mengurangi
kemampuan dukungannya.

2. Tanah yang memiliki kondisi baik secara fisik yaitu tampilan warna yang cenderung
gelap, tekstur yang seimbang antara partikel kasar dan halus, serta menunjukkan
kandungan unsur hara yang memadai. Selain itu, tanah yang sehat memiliki volume pori
yang rendah tetapi permeabilitas yang tinggi (disebabkan oleh tingginya kandungan
bahan organic). Berdasarkan sifat kimia, tanah sehat ditandai dengan pH netral,
tingginya kandungan C-organik, N-total, dan tingginya kandungan K. Sedangkan sifat
biologi, tanah sehat tercermin dari tingginya kandungan mikroorganisme dan adanya
habitat cacing tanah.

3. Cara manajemen tanah sehat, antara lain :


a. Mengatasi permasalahan fisik dalam waktu yang singkat, praktek manajemen
yang dapat diterapkan meliputi peningkatan penggunaan bahan organic,
pengunaan alat mekanis guna memperbaiki struktur tanah, dan peningkatan
pertumbuhan tanaman penutup lahan. Sementara dalam jangka panjang, upaya
yang dapat dilakukan yakni dengan mengurangi frekuensi pengolahan tanah,
menerapkan pola rotasi tanaman yang sesuai dengan karakteristik tanah, dan
mengurangi beban peralatan di lahan basah.
b. Mengatasi permasalahan biologis dalam waktu singkat, pendekatan manajemen
tanah yang bisa digunakan meliputi peningkatan penggunaan pupuk organic dan
peningkatan pertumbuhan tanaman penekan penyakit. Sementara dalam jangka
panjang, praktek yang efektif adalah mengurangi intensitas pengolahan tanah
dan menerapkan praktek Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara terintegrasi.
c. Mengatasi permasalahan kimia dalam waktu singkat, dapat direkomendasikan
manajemen peningkatan bahan organic, melakukan pengapuran dengan
belerang, memperbaiki system drainase tanah, dan memanfaatkan tanaman
penutup lahan. Pada jangka panjang, dapat diberlakukan pengurangan frekuensi
pengolahan tanah, menerapkan pola rotasi tanaman yang relevan dengan unsur
P, dan mengurangi tingkat irigasi.
4. Pada penggunaan pupuk perlu diperhatikan tanaman yang ditanam (perlu dipupuk atau
tidak). Kemudian, jika terlihat memerlukan pupuk maka dilakukan pemupukan dengan
menerapkan 5T. Selain itu, menguji pupuk dan memeriksa kandungan nutrisi pupuk
sebelum menggunakan sumber nutrisi tambahan. Dengan demikian, hal yang harus
diperhatikan dalam penggunaan pupuk yaitu nutrisi dan Kesehatan tanaman, hama,
kandungan dan ekosistem lingkungan.

5. Prinsip pengurangan erosi yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip pendekatan skala
lanskap dengan focus perhatian pada lahan beresiko tinggi. Berikut ini cara untuk
mengurangi masalah erosi antara lain penggunaan tanaman tahunan pada lanskap,
penggunaan kompos, peningkatan system aerasi, meningkatkan manajemen pengelolahan
tanah yang baik, perbaikan system drainase dan menghindari factor lainnya.

Anda mungkin juga menyukai