NIM : 18605071
Kelas/Semester : A/V
Jurusan : Pendidikan Geografi
Tugas II
PENDEKATAN GEOGRAFI PERTANIAN
(Jasbir Singh & S.S. Dhillon)
Kegiatan dan hasil pertanian tidak dapat kita pisahkan dalam kehidupan. Hal ini karena
manusia membutuhkan hasil dari kegiatan pertanian untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu, luas
lahan pertanian di Indonesia yang mencapai 7,1 juta hektar pada tahun 2018 (BPS) sehingga
menjadikan pertanian sebagai salah satu sumber utama mata pencaharian. Maka dari itu
pembelajaran dan pencerdasan tentang pertanian tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan pelajar
maupun masyarakat.
Dalam ilmu geografi terdapat konsentrasi mengenai kegiatan pertanian yaitu geografi
pertanian. Geografi Pertanian atau Agriculture Geography berasal dari bahasa latin, kata
Geographia yaitu geo yang berarti bumi, Graphia yang berarti deskripsi dan kata Agercultura
yaitu Ager berarti Lahan, Cultura yang berarti Budaya atau mengolah. Menurut J. Singh dan S S
Dhillon (1984:3) dalam buku Agriculture Geography, Geografi Pertanian merupakan ilmu yang
mempelajari pola distribusi dan hubungan spasial atau keruangan dari kegiatan pertanian. Jadi
Geografi Pertanian difokuskan pada pemanfaatan lahan oleh manusia untuk memenuhi
kehidupannya dengan memperhatikan prinsip geografi.
Indonesia memiliki sumberdaya yang beragam dengan sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia, namun persebarannya tidak merata pada Kawasan barat dan timur Indonesia (de Blij,
1988:17). Salah satu masalahnya adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi
ternyata adalah wilayah yang mempunyai potensi untuk pengembangan pertanian pangan. Dapat
dilihat pada saat ini salah satu masalah pengembangan pertanian pangan adalah dengan
terbatasnya lahan pertanian dan kurang maksimalnya pengembangan teknologi pertanian
sehingga potensi pertanian tidak berjalan maksimal. Walaupun teori malthus yang menyatakan
bahwa perkembangan populasi tak terbatas atau mengikuti deret geometri dan perkembangan
pangan terbatas atau mengikuti deret ukur dapat dibantah oleh banyak ahli seiring dengan
berkembang pesatnya teknologi produksi pangan. Namun, ketidaksiapan dalam ketahanan
pangan bisa dapat menjadi bukti kebenaran teori ini.
Sudut pandang geografi dalam bidang pertanian meliputi pendekatan keruangan yaitu
dengan menganalisis pola distribusi, lokasi dan morfologi. Mencari alasan mengapa pola
distribusi berbeda dan bagaimana agar distribusi menjadi lebih efektif. Pendekatan kewilayahan
dengan prinsip bahwa setiap daerah mempunyai potensi yang berbeda dengan sumberdaya
manusianya maupun alamnya, dengan pendekatan ini menyatakan bahwa suatu daerah akan
saling membutuhkan. Pendekatan kelingkungan tentang hubungan manusia serta aktivitasnya
dengan ekosistem dan alam sekitar pendekatan ini penting agar seluruh interaksi ini dapat
berkelanjutan.
Pendekatan kelingkungan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam usaha
keberlanjutan kegiatan pertanian. Selain banyaknya dampak positif untuk pemenuhan kebutuhan
pangan, kegiatan pertanian ternyata juga bisa menjadi ancaman untuk lingkungan karena kurang
baiknya pengelolaan penggunaan lahan. Tech-Cooperation Aspac FAO pada tahun 2018
menyebutkan data bahwa 69 persen tanah pertanian Indonesia dikelompokan tandus atau rusak
parah karena penggunaan pupuk kimia dan pestisida berlebihan. Walapun kerusakan ini tidak
menjadi perhatian publik, namun kerusakan ini akan menjadi masalah besar ketahanan pangan
yang akan dirasakan dalam jangka panjang. Ketahanan Pangan Indonesia juga meramalkan jika
kondisi ini dibiarkan maka ketahanan pangan akan sangat rentan dengan perubahan iklim.
Perkembangan teknologi dan pengawasan pemerintah juga harus menjadi prioritas utama
agar menjaga keberlanjutan pertanian. Kegiatan diforestasi, penggunaan irigasi yang berlebihan,
dan sisa kegiatan pertanian bisa menjadi masalah untuk daerah lain. Sampah pertanian yang
mengandung metana akan menjadi masalah besar jika tidak dikelola dengan baik dan juga
menjadi andil atas terjadinya pemanasan global. Maka dari itu teknologi dan kebijakan pertanian
juga harus selaras agar Indonesia bisa memaksimalkan agroindustri.
Pada aktivitas pertanian, manusia merupakan faktor penting dalam keberlangsungan
aktivitas itu. Meliputi persiapaan lahan, pengelolaan, dan distribusi hasil tani. Maka dari itu
pencerdasan adalah akar utama agar tujuan dan keberlanjutan pertanian dapat maksimal. Faktor
budaya meliputi adat istiadat, kepercayaan, dan pendidikan juga merupakan faktor menentukan
untuk usaha tani.
Geografi pertanian bermanfaat dengan Pendekatan Keruanganya agar seluruh kegiatan
pertanian dapat berjalan lebih baik, karena pola distribusi yang efektif. Pendekatan Kewilayahan
untuk menganalisis wilayah sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar segala usaha lebih
maksumal. Pendekatan Kelingkungannya agar prinsip pembangunan berkelanjutan dan pola fikir
jangka panjang dapat terealisasi. Studi geografi mengkaji aktivitas pertanian agar perkembangan
produksi pangan maksimal sesuai potensi alam dengan selaras terjaganya alam.
Daftar Pustaka
Hastuti. 2008.”Peran Geografi dalam Kajian Pertanian” dalam Geomedia: Volume 6 Nomor 2.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Priyadarshni. 2014. “Study Notes On Agricultural Processes”. Diakses tanggal 3 Oktober 2020.
https://www.yourarticlelibrary.com/agriculture/study-notes-on-agricultural-
processes/44302
Singh, Jasbir dan Dhillon S.S.,. 2004. Agriculture Geography. New Delhi:McGraw-Hill.