Anda di halaman 1dari 8

Analisis Migrasi Risen di DKI Jakarta Tahun 2015

C. E. A. G. Giri1*

1
Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
*
Corresponding author : clarissagiri@mail.ugm.ac.id

Abstrak

Migrasi risen merupakan perpindahan yang dilakukan penduduk berbeda dengan provinsi
tempat tinggalnya pada 5 tahun terakhir. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
karakteristik migran risen di DKI Jakarta berdasarkan data hasil SUPAS 2015. Metode penelitian
yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil yang didapat adalah migrasi risen
terjadi di DKI Jakarta dengan kriteria pelaku migran yang didominasi oleh umur 20-34 tahun,
jenis kelamin perempuan sebesar 52.51%, status pendidikan SMA sebesar 39,64%, status
penduduk yang sudah kawin sebesar 58.29%, dan status pekerjaan di sektor jasa. Migrasi risen
yang terjadi di DKI Jakarta kerap berhubungan dengan faktor sosial dan ekonomi masyarakat.

Kata Kunci : migrasi risen, DKI Jakarta, pendidikan

Pendahuluan

Perpindahan penduduk banyak terjadi dengan latar belakang yang beragam. Perpindahan
penduduk antar provinsi di Indonesia memiliki pola tertentu yang menimbulkan berbbagai
dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Perpindahan penduduk antar provinsi
bisa disebut sebagai mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk merupakan pergerakan penduduk
yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan jangka waktu tertentu (Mantra,2003).
Menurut data dari Badan Puat Statistik (BPS), mobilitas penduduk di Indonesia saat ini terpusat
di Pulau Jawa sebesar 57.5 persen . Hal ini mengindikasikan adanya ketimpangan persebaran
penduduk. Kegiatan mobilitas penduduk merupakan salah satu proses dalam pembangunan
daerah, data yang dihasilkan BPS menunjukkan bahwa seluruh provinsi di Indonesia melakukan
mobilitas. Mobilitas penduduk dibagi menjadi mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
Mobilitas vertikal merupakan mobilitas yang mendeskripsikan status sosial (pekerjaan)
penduduk, sedangkan mobilitas horizontal merupakan mobilitas yang terjadi secara geografis
dengan melewati batas administrasi wilayah tertentu. Kedua jenis mobilitas ini memiliki
hubungan timbal balik di mana penduduk dengan status sosial yang tinggi akan banyak
melakukan mobilitas horizontal yang kompleks.

Mobilitas penduduk horizontal kemudian dapat dibagi menjadi mobilitas penduduk


permanen dan non-permanen. Perbedaan antara mobilitas permanen dan non-permanen ada pada
keinginan individu untuk menetap (Mantra,2003). Niat individu untuk menetap di daeah tujuan
akan menjadikan jenis mobilitas penduduk permanen. Mobilitas penduduk juga biasa dikenal
dengan migrasi. Migrasi merupakan perubahan tempat tinggal seseorang baik secara permanen
maupun semi permanen, dan tidak ada batasan jarak bagi perubahan tempat tinggal tersebut
(Lee,2011). Migrasi merupakan salah satu faktor dinamika penduduk yang dapat membantu
dalam faktor pembangunan sumber daya manusia disuatu negara.

Menurut BPS migrasi permanen dibagi menjadi migrasi seumur hidup, migrasi risen, dan
migrasi total. Pembahasan kali ini difokuskan untuk membahas tema besar migrasi risen. Migrasi
risen merupakan perpindahan yang dilakukan penduduk berbeda dengan provinsi tempat
tinggalnya pada 5 tahun terakhir. Migrasi risen menggambarkan pola spasial dikarenakan dalam
waktu 5 tahun terakhir penduduk tidak akan tercatat pada tempat yang sama sehingga
memungkinkan adanya output peta pada data yang diolah.

DKI Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia yang memiliki luas 664.01 km2,
dengan penduduk kurang lebih berjumlah 10.557.810 jiwa. DKI Jakarta merupakan kota
metropolitasn dengan banyak sifat sosial yang lebih kompleks dibandingkan dengan provinsi
lainnya. DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi dan satu kabupaten. DKI
Jakarta merupakan tempat bermuaranya 13 sungai dan 2 buah kanal. Bentuklahan dominian di
DKI Jakarta adalah bentuklahan asal proses fluvial, di mana DKI Jakarta sendiri bisa dibilang
sebagai dataran aluvial. Hal ini menjadi menarik karena letak geografis DKI Jakarta yang ada di
dataran rendah dan luas daerah yang tergolong kecil diantara provinsi lainnya memiliki jumlah
penduduk yang jumlahnya terbilang fantastis. Berdasarkan hal ini, tentunya DKI Jakarta bisa
dibilang memiliki daya tarik yang besar bagi para migran hingga menjadikannya tempat tujuan
migrasi. Hal inilah yang mendasari lokasi penelitian yang diambil, yaitu, DKI Jakarta. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik migran risen di DKI Jakarta berdasarkan data hasil
SUPAS 2015.

Data yang digunakkan dalam penelitian ini mencakup data kependudukan berupa jenis
kelamin, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, jumlah penduduk, status perkawinan,
distribusi penduduk, dan lainnya. Migrasi yang terjadi dari dan ke ibu kota DKI Jakarta akan
menimbulkan berbagai macam dampak baik itu dampak secara positif maupun dampak secara
negatif. Analisis mengenai migrasi risen di DKI Jakarta akan membantu untuk mengenali
karakteristik migran di DKI Jakarta sehingga pengendalian migran dapat lebih terkontrol dan
lebih banyak menimbulkan dampak positif dibandingkan dampak negatif.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif yang dilakukan
untuk mengetahui gambaran data mentah sekunder yang akan dianalisis. Data sekunder yang
didapat berupa variabel umur, status pendidikan, status pernikahan, status pekerjaan terhadap
migrasi keluar dan masuk di DKI Jakarta. Penelitian ini akan diawali dengan pengolahan data
sekunder sehingga menghasilkan data-data yang diolah berupa tabel dan grafik yang nantinya
akan memudahkan untuk pengamatan data. Setelah pengolahan data, akan dilakukan analisis
deskriptif untuk menganalisis dan menjelaskan keterkaitan antara satu data dan lainnya dengan
tujuan penelitian.

Hasil dan Pembahasan


Karakteristik Migran Risen Menurut Umur
Tabel 1 Persentase Migran Risen Berdasarkan Kelompok Umur
Perempua
Keterangan Laki-laki n Jumlah

5-9 2.98 3.39 6.36

10-14 1.05 1.55 2.61

15-19 2.96 6.15 9.11

20-24 9.23 13.27 22.50

25-29 11.32 11.51 22.83


30-34 8.79 7.14 15.93

35-39 5.11 3.84 8.95

40-44 2.31 2.09 4.40

45-49 1.49 1.22 2.71

50-54 0.90 0.74 1.64

55-59 0.62 0.73 1.34

60-64 0.50 0.23 0.72

65-69 0.11 0.15 0.26

70-74 0.05 0.34 0.40

75+ 0.07 0.17 0.25

Total 47.49 52.51 100


Sumber : BPS,2015 (diolah)

Hasil olah data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa migrasi risen yang
terjadi di DKI Jakarta menunjukkan bhawa mayoritas migrasi risen di DKI Jakarta terjadi pada
penduduk dengan usia produktif dari rentang 20-34 tahun, di mana rentang umur 20-24 memiliki
persentase sebesar 22.5%, rentang umur 25-29 sebesar 22.83%, dan rentang umur 30-34 tahun
sebesar 15.93%. Data yang didapat dengan mengelompokkan migrasi risen laki-laki dan migrasi
risen perempuan menunjukkan adanya dominasi perempuan pada migrasi risen yang terjadi di
DKI Jakarta. Hal ini bisa mengindikasikan beberapa hal, yaitu makin banyak perempuan yang
bekerja dan menyadari pentingnya pendidikan maupun perempuan yang bermigrasi sebagai ibu
rumah tangga. Topik mengenai ibu rumah tangga dapat dibahas lebih rinci pada analisis data
migrasi risen terkait dengan status perkawinan. Seperti yang diketahui bahwa beban tanggungan
seseorang yang sudah berkeluarga dan penduduk yang melajang berbeda.
Tabel 2 Migrasi Risen Berumur 10 tahun keatas Menurut Kabupaten dan Status Perkawinan
Persentas
Status Pernikahan Jumlah e

Belum Kawin 233,397 38.21


Kawin 356,090 58.29

Cerai Hidup 9,922 1.62

Cerai Mati 11,449 1.87

Jumlah 610,858 100


Sumber : BPS, 2015 (Diolah)
Seperti yang teridentifikasi pada tabel yang diolah dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Teridentifikasi bahwa berdasarkan status perkawinan, migrasi risen yang terjadi di DKI Jakarta
didominasi oleh kelompok penduduk yang sudah kawin. Persentase penduduk yang sudah kawin
dan melakukan migrasi risen di DKI Jakarta sebesar 58.29%. Selain itu, migrasi risen juga
didominasi dengan penduduk yang belum kawin sebesar 38.21%. Penduduk yang sudah kawin
cenderung memiliki beban yang lebih besar untuk dapat menghidupi anggota keluarganya, hal
ini berhubungan dengan adanya faktor sosial dan faktor ekonomi penduduk. Pendapatan yang
lebih besar dibutuhkan bagi penduduk yang sudah berkeluarga. Pendapatan memiliki hubungan
yang positif dengan tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pendidikan penduduk
memungkinkan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.
Tabel 3 Jumlah Migran Risen Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase
Tidak/Belum Pernah
Sekolah 21,582 3.31

Tidak/Belum Tamat SD 47,429 7.27

SD 75,641 11.59

SMP 140,263 21.50

SMA/SM Kejuruan 258,631 39.64

Diploma I/II/III 38,561 5.91

Diploma IV/S1 63,610 9.75

S2/S3 6,653 1.02

Jumlah 652,370 100


Sumber : BPS,2015 (diolah)
Tingkat pendidikan yang dimiliki suatu daerah secara tidak langsung dapat
mencerminkan pembangunan suatu daerah. Tabel diatas menunjukkan migran risen di DKI
Jakarta banyak didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 39.64%.
Tingkat pendidikan kedua yang mendominasi migran risen di DKI Jakarta ada ditingkat SMP
dengan persentase sebesar 21.5%. Sebagai ibu kota negara banyak pembangunan yang
berlagsung, baik itu pembangunan infrastruktur kota, pembangunan gedung, dan lainnya.
Pembangunan yang dilakukan membutuhkan banyak tenaga kerja dengan kualifikasi yang
rendah, sehingga hal in bisa menjadi daya tarik penduduk dengan pendapatan rendah. Hal ini
kemudian akan berkaitan dengan pekerjaan migran.
Tabel 4 Migran Risen Berumur 15 Tahun ke Atas dan Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu
Persentas
Kegiatan Seminggu yang Lalu Jumlah e

Bekerja 256,335 90.87

Sekolah 14,417 5.11

Mengurus Rumah Tangga 4,200 1.49

Lainnya 7,140 2.53

Jumlah 282,092 100


Sumber : BPS, 2015 (diolah)
Tabel 5 Tabel 4.3 Migran Risen Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Lap
Lapangan Pekerjaan Utama Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki 1,638
Pertanian
Perempuan 363
Laki-laki +
Perempuan 2,001

Laki-Laki 52,491
Manufaktur
Perempuan 20,300
Laki-laki +
Perempuan 72,791

Laki-Laki 204,447
Jasa-jasa
Perempuan 145,961
Laki-laki +
Perempuan 350,408

Jumlah 850,400
Sumber : BPS,2015
Berdasarkan data hasil olah migran risen yang berumur 15 tahun ke atas menurut
kegiatan seminggu yang lalu, dapat diidentifikasi bahwa 90.87% migran risen di DKI Jakarta
bekerja. Hal ini kemudian dapat dikaitkan dengan hasil pengolahan data di mana banyak migran
risen di Jakarta memiliki rentang umur produktif. Dominasi umur produktif dan penduduk yang
berja diantara migran risen mengindikasikan hampir seluruh penduduk usia produktif yang
datang ke jakarta bertujuan untuk mencari pekerjaan. Angkatan kerja yang dimaksud dalam
klasifikasi data ini adalh seseorang yang berkegiatan bekerja. Penduduk yang bekerja tersebar di
berbagai sektor pekerjaan yang beragam. Data yang didapat berdasarkan pekerjaan utama migran
risen di DKI Jakarta banyak didominasi pada sektor jasa. Diketahui terdapat 350.408 penduduk
yang bekerja di sektor jasa, sektor yang paling sedikit diminati migran risen di DKI Jakarta
adalah pertanian, di mana terdapat 2.001 orang yang bekerja di sektor jasa. Banyak faktor yang
mempengaruhi jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian. Salah satunya adalah
kekurangan lahan di DKI Jakarta.
Penyerapan tenaga kerja di bidang pertanian cenderung memiliki upah yang kecil dan
tidak adanya jaminan sosial dalam bentuk tunjangan. Hal ini kemudian mendorong minat migran
yang datang karena tujuan ekonomi. Selain itu, sebagai kota metropolitan dengan penduduk yang
sangat banyak dan wilayah yang relatif sempit, DKI Jakarta sudah mulai kehilangan banyak
lahan yang ditujukan untuk bercocok tanam karena kebanyakan lahan-lahan di jakarta sudah
dimanfaatkan untuk keperluan industri. Hal ini kemudian yang mempengaruhi deminasi
persentasi penduduk yang berkeja di bidang jasa. Sebagai ibu kota, DKI Jakarta sudah
mengalami pesatnya perkembangan industri sehingga dalam mendukung perkembangan industri
banyak tenaga kerja sebagai kuli bangunan. Pekerjaan sebagi kuli bangunan ini banyak diminati
karena bisa dikaerjakan oleh penduduk dengan berbagai latar belakang pendidikan.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, migrasi risen terjadi
di DKI Jakarta dengan kriteria pelaku migran yang didominasi oleh umur 20-34 tahun, jenis
kelamin perempuan sebesar 52.51%, status pendidikan SMA sebesar 39,64%, status penduduk
yang sudah kawin sebesar 58.29%, dan status pekerjaan di sektor jasa. Migrasi risen yang terjadi
di DKI Jakarta kerap berhubungan dengan faktor sosial dan ekonomi masyarakat.

Daftar Pustaka
Mantra, I. B.(2003).Demografi Umum.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mantra, I. B. (1985). Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Hakim, Lukman. (2004). Metodologi Penelitian. Surakarta : Fakultas Ekonomi UMS.

Lee, M. H. (2011). Migration and Children's Welfare in China : The Schooling and Health of
Children Left Behind. The Journal of Developing Areas, 44(2), 165-182.

Molho, I. (2013). Theories of Migration : A Review. Scottish Journal of Political Economy, 6(5)

Nugroho, Setiyo. (2017). Arus Migrasi Risen di Indonesia tahun 1980-2010. Skripsi.Fakultas
Geografi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Octania, K. Y. (2014). Remitan dan FaktorFaktor Penentunya Studi Kasus: Migran Risen
Kelurahan Jimbaran Kecamatan Kuta Selatan. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana, 3(9).

Rusli, Said. 2012 . Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.: LP3ES

Sudibia, Rimbawan, D., & Adnyana. (2012). Pola Migrasi dan Karakteristik Migran berdasarkan
Hasil Sensus Penduduk 2010 di Provinsi Bali. Jurnal Piramida, 8(2)

Anda mungkin juga menyukai