Anda di halaman 1dari 8

TINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE

WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN


KULONPROGO

Aji Bangkit Subekti


adjie_2345@yahoo.com

Danang Sri Hadmoko


danang@gadjahmada.edu

Abstract
This research was conducted in Secang Sub Watershed, Kulonprogo
District. The purpose of this study is to determine the landslides distribution and
landslides susceptibility level in the study area. Method used in this research was
the survey method. The landslides susceptibility level was determined by the
weight of evidence method.
The result of this research indicates that landslides mostly occurred in
plantation and settlement. Based on buffering analysis, landslide events are
usually found nearby the local roads due to slope cutting; thus, the stability of
slope decreases. There are many types of landslides in Secang Sub Watershed
such as rockfall, slide, and slump. There are three levels of landslides
susceptibility in Secang Sub Watershed, which are low, moderate, and high. The
low landslide susceptibility area is 28.28 ha (1.37%), the moderate landslide
susceptibility area is 1317.03 ha (63.60%), and high landslide susceptibility area
is 725.56 ha (35.04%).

Keywords : landslide susceptibility, weight of evidence, buffering.

Intisari
Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Secang, Kabupaten Kulonprogo.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui persebaran kejadian longsorlahan
dan mengetahui tingkat kerawanan longsorlahan di Sub DAS Secang. Metode
yang digunakan yaitu metode survei lapangan. Penentuan tingkat kerawanan
longsorlahan ditentukan dengan metode weight of evidence.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Longsorlahan banyak terjadi pada
penggunaan lahan kebun dan permukiman. Berdasarkan analisis buffering,
kejadian longsorlahan banyak ditemukan berdekatan dengan jalan lokal akibat
pemotongan lereng sehingga stabilitas lereng menurun. Terdapat beberapa tipe
longsorlahan yang terjadi di Sub DAS Secang antara lain jatuhan, longsoran, dan
nendatan. Terdapat tiga tingkat kerawanan longsorlahan di Sub DAS Secang, yaitu
tingkat kerawanan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat kerawanan rendah seluas
458
28,28 ha (1,37%), tingkat kerawanan sedang seluas 1317,03 ha (63,60%), dan
tingkat kerawanan tinggi seluas 725,56 ha (35,04%).

Kata kunci : Kerawanan longsorlahan, weight of evidence, buffering.

PENDAHULUAN terjadi longsorlahan. Pengurangan


Longsorlahan merupakan salah satu kerugian akibat longsorlahan dapat
bencana yang sering terjadi dan dilakukan dengan mitigasi dan kajian
penyebarannya relatif merata hampir dari berbagai disiplin ilmu mengenai
di seluruh wilayah Indonesia. kerawanan longsorlahan di suatu
Longsorlahan dapat terjadi karena daerah. Disiplin ilmu yang dapat
ketidakstabilan lahan (Sulistiarto dan digunakan untuk mengkaji kerawanan
Cahyono, 2007). Sub DAS Secang longsorlahan adalah Geografi dan
yang berada di Kabupaten Kulonprogo Geomorfologi. Geografi mempunyai
merupakan salah satu daerah yang tiga macam pendekatan untuk
sering terjadi longsorlahan. Sub DAS mengkaji fenomena yang ada di
Secang mempunyai morfologi lingkungan, yaitu pendekatan spasial,
berbukit dan bergunung, sehingga ekologikal, dan kompleks wilayah.
rawan terjadi longsorlahan. Tingkat Sedangkan Geomorfologi adalah ilmu
kerawanan longsorlahan akan semakin yang mempelajari bentuklahan
meningkat pada musim hujan, karena pembentuk muka bumi, baik di
massa tanah akan semakin berat. daratan maupun di dasar lautan dan
Longsorlahan dapat mengakibatkan menekankan pada proses
kerugian dan dampak yang sangat pembentukan dan perkembangan pada
besar. Kerugian material berupa masa yang akan datang, serta
rusaknya rumah, jalan, fasilitas umum, konteksnya dengan lingkungan
dan lahan pertanian. Aktivitas (Verstappen, 1983). Proses
manusia merupakan salah satu faktor geomorfologi yang dominan terjadi di
yang berperan dalam terjadinya Sub DAS Secang adalah proses
longsorlahan, aktivitas manusia yang denudasional. Karakteristik wilayah
mempengaruhi terjadinya yang berbeda menyebabkan tingkat
longsorlahan berupa aktivitas dalam kerawanan longsorlahan secara spasial
penggunaan lahan. Pemanfaatan lahan bervariasi.
yang tidak sesuai dan tingginya
intensitas aktifitas manusia dalam
mengubah tata guna lahan akan METODE PENELITIAN
mempertinggi tingkat risiko pada Metode Penelitian
daerah rawan longsorlahan. Metodologi yang digunakan adalah
Berdasarkan laporan wilayah potensi metode deskriptif. Pengumpulan data
gerakan tanah pada tahun 20122 dilakukan dengan observasi lapangan.
sampai awal 2012 dari PVMBG, Observasi lapangan bertujuan untuk
daerah Sub DAS Secang merupakan mengetahui lokasi terjadinya
daerah yang berpotensi tinggi untuk longsorlahan dan mengukur luasan

459
area yang terkena longsorlahan. longsorlahan aktual dan untuk
Luasan longsorlahan akan digunakan menghitung Weight of evidence
untuk menentukan kepadatan dari setiap kelas parameter
longsorlahan di Sub DAS Secang. longsorlahan. Hasil Cross Map
Penelitian ini menggunakan antara longsorlahan aktual dan
pendekatan spasial dan statistik kelas setiap parameter longsorlahan
dengan grid raster sebagai unit digunakan untuk
analisisnya. Penilaian kerawanan mempertimbangkan pemberian
longsorlahan dilakukan dengan nilai Indeks kelas (I1). Hasil dari
menggunakan pembobotan W+ atau W- digunakan untuk
berdasarkan analisis statistik antara mempertimbangkan pemberian
kepadatan longsorlahan dengan luas indeks pembobot pada setiap kelas
area terhadap masing-masing kelas faktor longsorlahan (I2).
parameter longsorlahan. Faktor yang 4. Teknik penjumlahan indeks faktor.
digunakan dalam penentuan Setelah setiap indeks faktor
kerawanan longsorlahan diturunkan mempunyai skor, maka dilakukan
dari faktor yang diyakini sebagai penjumlahan skor indeks faktor
penyebab terjadinya longsorlahan untuk mengetahui tingkat
menurut Westen (2003), yaitu kerawanan longsorlahan.
kemiringan lereng, bentuklahan, jenis Penjumlahan skor dilakukan
tanah, geologi, jarak dari sungai, jarak dengan cara penulisan script pada
dari jalan, dan penggunaan lahan. softwae ILWIS 3.3. Persamaan
untuk penjumlahan indeks faktor :
Pengolahan data Indeks kerawanan longsorlahan =
Pengolahan data menggunakan Ibentuklahan + Ikemiringan lereng
aplikasi SIG dengan software ArcGis + Ibuffer jalan+ Ibuffer sungai +
9.3 dan ILWIS 3.3. Adapun teknik Ilitologi+ Ipenggunaan lahan
pengolahan data dirinci sebagai 5. Teknik Slicing
berikut: Teknik slicing/klasifikasi dilakukan
1. Konversi data vektor ke raster dengan penghitungan histogram
Konversi data vektor ke raster indeks kerawanan longsorlahan dan
dilakukan dengan softwae ILWIS mengklasifikasikannya ke dalam
3.3. Data yang dikonversi meliputi tingkat kerawanan rendah, sedang,
peta seluruh faktor penentu dan tinggi.
longsorlahan dan peta inventarisasi
kejadian longsorlahan
2. Teknik Buffer
Teknik buffer dilakukan untuk
membuat kelas faktor longsorlahan
pada informasi jalan dan aliran
sungai.
3. Teknik cross map dan pembobotan
Teknik Cross Map digunakan
untuk menghitung presentase
460
nendatan, dan jatuhan. Tipe longsoran
terjadi sebanyak 50, nendatan 6, dan
jatuhan 6 kejadian.

Gambar 1. Peta Sub DAS Secang

HASIL DAN PEMBAHASAN


Persebaran kejadian longsorlahan
Gambar 2. Peta sebaran longsorlahan
Jumlah kejadian longsorlahan yang
terjadi di Sub DAS Secang sebanyak
Analisis longsorlahan dan faktor
62 kejadian. Sebanyak 51
penentu longsorlahan
longsorlahan terjadi pada daerah
Hubungan antara kemiringan
dengan kerawanan tinggi, dan 11
lereng dan kejadian longsorlahan
longsorlahan terjadi pada daerah
menunjukkan bahwa longsorlahan
dengan kerawanan sedang, dan tidak
banyak terjadi pada kemiringan 21-
terjadi longsorlahan pada tingkat
55%. kepadatan area pada kemiringan
kerawanan rendah. Dari 62 kejadian
lereng tersebut sebesar 0,022 Ha.km2
longsorlahan, 45 kejadian terjadi di
dan kepadatan titik sebesar 3,3
Desa hargotirto dan 17 kejadian
titik/km2. Longsorlahan banyak terjadi
terjadi di Desa Hargowilis. Kepadatan
pada kemiringan 21-55% disebabkan
titik sebesar 3,00/km2 dan kepadatan
karena batuan penyusunnya tidak
area sebesar 196,93 m/km2.
resisten, sehingga pelapukan, erosi,
Tipe kejadian longsorlahan
dan longsorlahan terjadi secara
diklasifikasikan dengan menggunakan
intensif.
sistem varnes (1958), berdasarkan
Analisis longsorlahan dan formasi
karakteristik longsorlahan di lapangan.
geologi menunjukkan bahwa formasi
Terdapat 3 tipe kejadian longsorlahan
terobosan andesit merupakan formasi
yang terjadi, yaitu longsoran,
yang sangat intensif terjadi
461
longsorlahan, terdapat 50 kejadian tanah sehingga menyebabkan
longsorlahan dengan total luas sebesar longsorlahan terjadi secara intensif.
0,359 Ha. Kepadatan titik pada Analisis buffer sungai dan
formasi terobosan andesit sebesar 3,04 longsorlahan menunjukkan bahwa
titik/km2 dan kepadatan area sebesar hubungan antara buffer sungai dan
0,22 Ha/km2. Formasi terobosan kejadian longsorlahan sangat lemah,
andesit merupakan formasi yang karena banyak kejadian longsorlahan
mendominasi daerah penelitian dan (28 kejadian) yang terjadi jauh dari
mempunyai litologi yang tidak sungai (>125m dari sungai). Erosi
resisten, sehingga banyak terjadi lateral yang terjadi pada tebing sungai
longsorlahan. tidak terlalu berpengaruh terhadap
Proses denudasional merupakan terjadinya longsorlahan.
proses dominan yang terjadi di Sub Jalan mempunyai pengaruh yang
DAS Secang, proses erosi dan besar terhadap terjadinya longsorlahan
pelapukan berjalan secara intensif. di Sub DAS Secang. Sebanyak 39
Sebanyak 34 kejadian terjadi pada kejadian longsorlahan terjadi pada
perbukitan denudasional terkikis jarak 0-25 meter dari jalan.
sedang, dengan kepadatan titik sebesar Longsorahan terjadi akibat
2,99 titik/km2 dan kepadatan area pemotongan lereng untuk pembuatan
sebesar 0,021 Ha/km2. Perbukitan jalan dan getaran dari kendaraan
denudasional terkikis rendah terdapat bermotor yang melewati jalan.
15 kejadian longsorlahan dengan Kepadatan titik pada jarak 0-25 meter
kepadatan titi 3,62 titik/km2 dan dari jalan sebesar 9,87 titik/km2 dan
kepadatan area 0,019 Ha/km2. kepadatan area sebesar 0,062 Ha/km2.
Longsorlahan banyak terjadi pada Analisis longsorlahan dengan
bentuklahan tersebut karena tersusun penggunaan lahan menunjukkan
atas batuan yang tidak resisten. bahwa sebagian besar longsorlahan
Longsorlahan banyak terjadi pada terjadi pada permukiman (26 kejadian)
jenis tanah Kompleks Typic dan kebun (33 kejadian).
troporthents eutropepts, yaitu Longsorlahan terjadi akibat
sebanyak 19. Jenis tanah tersebut pemotongan lereng untuk
terletak pada bentuklahan perbukitan pembangunan permukiman dan untuk
denudasional terkikis kuat dan sedang, pembuatan terasering. Pembangunan
dengan kemiringan lereng 25%- permukiman dapat meningkatkan
>45%. Tanah berkembang secara aliran permukaan yang dapat
intensif pada daerah dengan lereng mengakibatkan erosi secara intensif
yang tidak terlalu terjal. dan akhirnya berkembang menjadi
Perkembangan tanah secara intensif longsorlahan. Sedangkan pembuatan
menyebabkan tanah relatif tebal. Pada terasering menyebabkan
tanah yang tebal dan lereng yang tidak penggenangan air pada lahan berteras
terlalu terjal menyebabkan air hujan sehingga massa tanah bertambah dan
dapat masuk ke dalam lapisan bawah menyebabkan longsorlahan.
tanah, dan menambah beban massa Kepadatan titik pada kebun 2,4
titik/km2 dan kepadatan area 0,012
462
Ha/km2. sedangkan pada permukiman Weight of evidene untuk analisis
kepadatan titiknya 5,1 titik/km2 dan tingkat kerawanan longsorlahan
kepadatan area 0,045 Ha/km2. Peta kerawanan dibuat dengan
metode weight of evidence dengan
beberapa variabel yang digunakan
dalam menentukan tingkat kerawanan
longsor. Metode weight of evidence
merupakan salah satu metode semi
kualitatif yang membandingkan antara
variabel penentu longsorlahan dengan
longsorlahan aktual. Setiap variabel
diberikan bobot yang berbeda, bobot
setiap variabel didapatkan dari analisis
weight of evidence dengan software
Ilwis 3.3. Peta kerawanan
longsorlahan dibuat dengan
menjumlahkan bobot dari setiap
variabel. Kemudian jumlah bobot dari
setiap variabel dikelaskan dengan
teknik slicing pada software Ilwis
3.31. Kelas kerawanan longsorlahan
dibagi menjadi tiga kelas, yaitu tinggi,
sedang, dan rendah.

Tingkat kerawanan longsorlahan di


Sub DAS Secang
Tingkat kerawanan longsorlahan di
Sub DAS Secang dibagi menjadi 3
tingkat kerawanan, yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Tingkat
kerawanan tinggi mempunyai nilai
weight sebesar 7, kerawanan sedang
mempunyai nilai weight sebesar 0,3
dan kerawanan longsor rendah
mempunyai nilai weight sebesar -6,4.
Gambar 3: Jumlah longsorlahan, luas Sebesar 35,04% atau 7255,58 Ha dari
longsorlahan, kepadatan titik dan area wilayah Sub DAS Secang termasuk
dengan (a-b) kemiringan lereng, (c-d) dalam tingkat kerawanan tinggi.
geologi, (e-f) bentuklahan, (g-h) jenis Tingkat kerawanan sedang seluas
tanah, (i-j) buffer sungai, (k-l) buffer 13170 Ha atau 63,60%, sedangkan
jalan, (m-n) penggunaan lahan. tingkat kerawanan rendah sebesar
1,37% atau 282,85 Ha.
Tingkat kerawanan tinggi berada
disekitar sungai dan jalan di desa
463
Hargotirto dan Hargowilis. longsorlahan. Success rate
Kerawanan longsorlahan tinggi berada merepresentasikan prosentase seluruh
disekitar jalan disebabkan karena longsorlahan pada setiap kelas
adanya pemotongan lereng. Sebanyak kerawanan longsorlahan. Grafik
45 longsorlahan ditemukan pada success rate menunjukkan bahwa 10%
tingkat kerawanan tinggi, pada tingkat kelas kerawanan longsor
kerawanan sedang sebanyak 17, dan menunjukkan 35% longsorlahan yang
tidak ditemukan pada tingkat terjadi di lapangan. Selain itu, dapat
kerawanan rendah. juga diartikan bahwa 40% kelas
Jumlah kejadian longsorlahan kerawanan longsorlahan menunjukkan
mempunyai hubungan dengan tingkat 85% longsorlahan yang terjadi di
kerawanan longsorlahan. Dibuktikan lapangan. Akurasi model kerawanan
dengan jumlah longsorlahan yang longsorlahan di Sub DAS Secang
semakin banyak pada tingkat mencapai sekitar 80%.
kerawanan tinggi dan semakin sedikit
pada tingkat kerawanan sedang hingga
rendah.

Gambar 5. Grafik Success Rate

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil dan
pembahasan di atas,maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Longsorlahan banyak terjadi pada
penggunaan lahan berupa kebun
dan permukiman. Sebanyak 33
kejadian longsorlahan terjadi pada
penggunaan lahan kebun dan 26
pada penggunaan lahan
permukiman dan 3 longsorlahan
Gambar 4. Peta tingkat kerawanan terjadi pada penggunaan lahan
longsorlahan semak belukar.
2. Tingkat kerawanan longsorlahan
Success Rate model kerawanan rendah mempunyai luasan 28,28
longsorlahan Ha atau 1,37%. Tingkat
Succes rate merupakan validasi kerawanan sedang mempunyai
yang digunakan untuk mengetahui luasan 1317,03 Ha atau 63,60%.
keberhasilan model kerawanan Sedangkan tingkat kerawanan
464
tinggi mempunyai luasan 725,56
Ha atau 35,04% dari luas daerah
penelitian.
3. Tipe longsorlahan yang terjadi di
daerah penelitian adalah tipe
longsoran (slide), jatuhan
(rockfall), dan nendatan (slump).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011.Wilayah potensi
gerakan tanah di Provinsi DIY bulan
mei 2011.PVMBG.Kementrian
ESDM.

Sulistiarto, B.,Cahyono. A.B. 2007.


Studi Identifikasi Longsor Dengan
Menggunakan Citra Landsat Dan
Raster Studi Kasus : Kabupaten
Jember .Jurnal. Surabaya: Program
Studi Teknik Geomatika FTSP-ITS.

Verstappen, H.Th. 1983. Applied


Geomorphology. Amsterdam: Elsevier
Science Publisher. Co.

Westen van, C,J., 2003. Use Of


Weights Of Evidence Modeling For
Landslide Susceptibility Mapping.
International Institute for
Geoinformation Science and Earth
Observation ITC . Enschede, The
Netherlands

465

Anda mungkin juga menyukai