Anda di halaman 1dari 10

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN RAMBU DI LAUT SEBAGAI

SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP)


Oleh :
Gyn Gyn Yulianyndyaz (005), Ananda Dwi Septian (015)*, Zulfiqor Meetrand (020), Rizky
Ramadhan (023).
Program Studi Perikanan Laut Tropis, Program Studi Diluar Kampus Utama (PSDKU)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
*Email : ananda21004@mail.unpad.ac.id / 0812 1497 2227

ABSTRAK

Indonesia sebagai Negara maritim dengan lalu lintas kapal yang padat memerlukan
terjaminnya keselamatan pelayaran bagi para pengguna jasa pelayaran.Untuk menjamin
keselamatan pelayaran, salah satu unsurnya diperlukan kinerja Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP) yang baik. Rambu di laut merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP) jenis Visual yang penting diketahui dalam dunia pelayaran internasional maupun
domestik. Apa saja peraturan yang terdapat di sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) dan
makna rambu di laut dan fungsinya. Tujuan makalah ini dibuat untuk mengetahui peraturan
pemerintah dalam sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) dan makna dari rambu di
laut.Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) merupakan peralatan atau sistem yang
berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan
efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal (pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2010).Rambu di laut merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Visual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a meliputi : Menara suar, rambu suar
pelampung suar dan tanda siang.

Kata kunci: Buoy cardinal, Buoy lateral, Peraturan Pemerintah

ABSTRACT

Indonesia as a maritime country with heavy ship traffic requires guaranteed shipping safety
for users of shipping services. To ensure shipping safety, one of its elements requires the
performance of a good Navigation Assistance Facility (SBNP).Signs at sea are a Visual
Navigation Aid Facility (SBNP) which is important to know in the world of international and
domestic shipping. What are the regulations contained in navigational navigation aids
(SBNP) and the meaning of signs at sea and their functions. The purpose of this paper is to
find out government regulations regarding shipping navigation aids (SBNP) and the meaning
of signs at sea.Navigation Aid Facility (SBNP) is an equipment or system that is outside the
ship that is designed and operated to improve the safety and efficiency of ship navigation
and/or ship traffic (article 1 Government Regulation Number 5 of 2010). Signs at sea are
Auxiliary Facilities Visual Navigation (SBNP) as referred to in Article 21 paragraph (1) letter a
includes: Beacon towers, beacon signs and beacon buoys

Keywords: beacon, government regulations, regulations

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai Negara maritim dengan lalu lintas kapal yang padat memerlukan
terjaminnya keselamatan pelayaran bagi para pengguna jasa pelayaran. Untuk menjamin
keselamatan pelayaran, salah satu unsurnya diperlukan kinerja Sarana Bantu Navigasi

1
Pelayaran (SBNP) yang baik. Rambu di laut merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP) jenis Visual yang penting diketahui dalam dunia pelayaran internasional maupun
domestik. Rambu di laut berfungsi sebagai sarana penuntun bagi kapal-kapal yang sedang
berlayar, agar terhindar dari bahaya-bahaya navigasi (Agus et al. 2020).

SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP)

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) merupakan peralatan atau sistem yang
berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan
efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal (pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2010).

Fungsi dari SBNP menurut pasal 21 ayat (2) PP.5/2010 yakni sebagai berikut.
a. menentukan posisi dan/atau haluan kapal
b. memberitahukan adanya bahaya/ rintangan pelayaran
c. menunjukkan batas-batas alur-pelayaran yang aman
d. menandai garis pemisah lalu lintas kapal
e. menunjukkan kawasan dan/atau kegiatan khusus di perairan
f. batas wilayah suatu negara

Secara umum, Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dibagi menjadi tiga jenis, terdiri atas
visual, elektronik, dan audible (Pasal 21 ayat (1) PP No.5 2010).

Pada pasal 22, Visual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a
meliputi:
a. menara suar;
b. rambu suar;
c. pelampung suar; dan
d. tanda siang.

Pada pasal 23, Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Global Positioning System (GPS);
b. Differential Global Position System (DGPS);
c. radar beacon;
d. radio beacon;
e. radar surveylance; dan
f. medium wave radio beacon.

Sedangkan pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 Sarana


Bantu Navigasi-Pelayaran Pasal 6, Pasal 2 ayat (1) terdapat sistem identifikasi otomatis
(Automatic Identification System/AIS) Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; dan Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran elektronik lainnya sesuai dengan perkembangan teknologi.

Pada pasal 24, Audible sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf c wajib
ditempatkan pada daerah berkabut atau pandangan terbatas. Sedangkan Pada Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran audible
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 2 ayat (1) huruf c, menyampaikan informasi
dengan memperdengarkan bunyi-bunyian antara lain:
a. peluit;
b. gong;
c. lonceng; atau
d. sirene.

2
RAMBU DI LAUT

Rambu di laut merupakan marka jalan bagi kapal yang melintasi alur setempat
sebagai petunjuk bagi kapal yang dipimpin oleh nakhoda dan/atau pandu yang memberikan
asistensi untuk menuju arah yang aman dan menghindari perairan tidak aman. Rambu di
laut merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Visual (Widyaningsih 2022).

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Visual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1) huruf a meliputi :

1. Menara Suar (Mensu)/Lighthouse merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran


tetap yang bersuar dan mempunyai jarak tampak sama atau lebih 20 (dua puluh) mil
laut yang dapat membantu para navigator dalam menentukan posisi dan/atau haluan
kapal, menunjukkan arah daratan dan adanya pelabuhan, serta dapat dipergunakan
sebagai tanda batas wilayah negara. (PM 25 Tahun 2011 Pasal 1 ayat(2)).

Gambar 1. Menara Suar Buleleng (DSI:4150)


Sumber: https://disnavbenoa.id/sbnp/

2. Rambu Suar (Ramsu)/Light Beacon adalah sarana bantu navigasi pelayaran tetap
yang bersuar dan mempunyai jarak tampak sama atau lebih dari 10 (sepuluh) mil
laut yang dapat membantu para navigator adanya bahaya/rintangan navigasi antara
lain karang, air dangkal, gosong, dan bahaya terpencil serta menentukan posisi
dan/atau haluan kapal, serta dapat dipergunakan sebagai tanda batas wilayah
negara. (PM 25 Tahun 2011 Pasal 1 ayat(3))

3
Gambar 2. Rambu Suar TG.Batu Besar (DSI: 4238)
Sumber: https://disnavbenoa.id/sbnp/

3. Pelampung Suar (Pelsu)/Light Buoy adalah sarana bantu navigasi pelayaran apung
yang bersuar dan mempunyai jarak tampak sama atau lebih 4 (empat) mil laut yang
dapat membantu para navigator adanya bahaya/rintangan navigasi antara lain
karang, air dangkal, gosong, kerangka kapal, dan/atau untuk menunjukkan perairan
aman serta pemisah alur. (PM 25 Tahun 2011 Pasal 1 ayat(4)).
● Cardinal Buoy dibuat berdasarkan geografi penduduk bumi baik dari warna
dan top marknya (Sanders, 2018).
a. North Cardinal Buoy/ Pelampung Kardinal Utara
Pelampung ini terletak sedemikian rupa sehingga perairan aman terletak di
bagian utaranya. Tubuh pelampung ini berwarna hitam pada bagian atas dan
kuning bagian bawah. Warna hitam pada bagian atas bahwa itu adalah
pelampung utaranya. Kerucut pada bagian atasnya menunjukkan arah utara.

Gambar 3. Pelampung Kardinal Utara


b. East Cardinal Buoy/ Pelampung Kardinal Timur
Pelampung cardinal timur terletak untuk menunjukkan bahwa perairan
teraman adalah di sebelah timurnya. Warna hitam diposisikan di atas dan
bagian tengah berwarna kuning dan bagian bawah berwarna hitam.
Warna-warna tersebut menunjukkan bahwa itu adalah pelampung timur.
Bentuk kerucut di atasnya saling berlawanan arah da itu juga merupakan
tanda bahwa itu merupakan cardinal timur.

Gambar 4. Pelampung Kardinal Timur


c. West Cardinal Buoy/ Pelampung Kardinal Barat
Pelampung ini terletak untuk menunjukkan bahwa perairan teraman ada di
sebelah baratnya. Warna pada tubuh yaitu hitam yang diposisikan di tengah
untuk menunjukkan bahwa itu adalah pelampung barat, kuning terletak di
atas dan bagian bawah, warna hitam di tengah-tengah. Komposisi warna

4
tersebut menunjukkan bahwa itu adalah cardinal barat. Kerucut pada bagian
atas saling berhadapan pada sudut masing-masing.

Gambar 5. Pelampung Kardinal Barat


d. South Cardinal Buoy/ Pelampung Kardinal Selatan
Pelampung ini menunjukkan bahwa perairan teraman ada di selatannya.
Warna hitam yang terletak pada bagian bawah dan kuning di bagain atas
menunjukkan bahwa itu mengarah ke selatan. Bentuk kedua kerucut
mengarah ke bawah.

Gambar 6. Pelampung Kardinal Selatan

● Buoyage Lateral
Sistem lateral dipakai di tepi pantai dan perairan yang biasa dilayari di perairan pedalaman,
di tempat ada bahasa. Pelampung ini dibedakan atas pelampung sisi kiri dan sisi kanan
serta dibedakan atas pelampung sisi kiri dan sisi kanan. Letaknya pun dibedakan atas
sektor utara-selatan-barat. Dari bentuk, warna serta letak penempatan cardinal dan lateral
berbeda, tetapi tujuan dan makna diletakkannya kedua jenis buoy tersebut tidak berbeda
yaitu untuk keselamatan dalam pelayaran.

Simbol warna hijau dan bentuk pada buoy lateral menunjukkan kedudukan
pelampung tersebut yaitu pada sisi kanan (starboard hand) dan bentuk pelampung yang
runcing atau menyerupai ketupat atau segi tiga

Pelampung pada sisi kiri (port hand) berbentuk pelampung tumpul atau puncaknya
berbentuk kubus. Warna buoy adalah merah. Sebagaimana system IALA bouyage “A”
aturan Masuk Keluar Pelabuhan. Saat memasuki pelabuhan (up stream) tanda pelabuhan
merah harus di sisi port hand kapal (kiri). Jadi bentuk dan warna buoy lateral menandakan
posisi kedua tanda tersebut ketika kapal memasuki pelabuhan.

5
Gambar 7. Bouy sisi kanan Starboard Hand

Gambar 8. Bouy Sisi Kiri (Port Hand)


4. Tanda Siang (Ramsi)/Day Mark adalah Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran berupa
anak pelampung dan/atau rambu siang yang dapat membantu para navigator
adanya bahaya/rintangan navigasi antara lain karang, air dangkal, gosong, kerangka
kapal, dan menunjukan perairan yang aman serta pemisah alur yang hanya dapat
dipergunakan pada siang hari. (PM 25 Tahun 2011 Pasal 1 ayat(5))

Gambar 9. Rambu Siang Kardinal Timur Celukan Bawang (DSI: 2515)


Sumber: https://disnavbenoa.id/sbnp/

REVIEW JURNAL
Jurnal 1
Identitas Jurnal

Judul ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI YANG


ADA DI MAKASSAR BAGI ALUR PELAYARANNYA

6
Penulis Nur Rachmi, Ariska, Ashury dan Firman Husain

Volume, Nomor, Vol. 3, No.1, Hal.124-132


Halaman

Tahun Publikasi 2020

Hasil Review

Latar Belakang Kapal laut yang melakukan pelayaran harus dilengkapi dengan alat
Penelitian navigasi yang berperan penting di sektor pelayaran. Berkat sistem
ini, kita bisa menentukan posisi dan arah perjalanan, termasuk
melihat kondisi cuaca yang sedang dihadapi saat melakukan
pelayaran. Dengan adanya hal tersebut maka Distrik Navigasi Kelas
I Makassar berperan sangat penting bagi alur pelayaran di
Makassar.

Tujuan Penelitian Distrik Navigasi Kelas I Makassar mempunyai tugas melaksanakan


perencanaan, pengoperasian, pengadaan dan pengawasan sarana
bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran serta kegiatan
pengamatan laut, survey hidrografi, pemantauan alur dan
perlintasan dengan menggunakan sarana instalasi untuk
kepentingan keselamatan pelayaran di daerah tersebut.

Hasil Penelitian Keselamatan operasi kapal di lingkungan teritorial pelabuhan


ditentukan dua faktor utama, yakni (a) kondisi internal kapal
diantaranya mesin, baling-baling, kemudi, jangkar, dan
maneuverability kapal; dan (b) kondisi eksternal kapal berupa
lingkungan kenavigasian yang antara lain terdiri dari bentuk dan
kedalaman alur, dan ketersediaan sarana bantu navigasi pelayaran
(SBNP). Pemanduan lalu lintas kapal di alur pelayaran atau di
wilayah perairan wajib pandu sesungguhnya dapat juga berlangsung
dengan tuntunan SBNP, karena SBNP adalah rambu atau marka
jalan bagi kapal yang melintasi alur setempat. faktor internal kapal
yang terdiri dari kondisi nautis teknis kapal dan keahlian (expertise)
awak kapal menjalankan kapalnya, dan posisi SBNP, accessibility
alur, kondisi geografis serta cuaca, sebagai bagian tak terpisahkan
dari lingkungan eksternal kapal sekaligus menjadi faktor penentu
dari keselamatan pelayaran. Dengan demikian, dapat disintesiskan
bahwa perambuan atau SBNP berfungsi memberikan petunjuk bagi
kapal yang dipimpin oleh nakhoda dan/atau pandu yang
memberikan asistensi untuk menuju arah yang aman dan
menghindari perairan tidak aman.

Faktor eksternal kapal yang berpengaruh terhadap keselamatan


pelayaran dapat dicermati pada Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun
2010 tentang Kenavigasian (disingkat PP. Kenavigasian) pasal 108
ayat (3), bahwa faktor
di luar kapal meliputi:
a. Panjang alur perairan;
b. Banyaknya tikungan;
c. Lebar alur perairan;

7
d. Rintangan/bahaya navigasi di alur perairan;
e. Kecepatan arus;
f. Kecepatan angin;
g. Tinggi ombak;
h. Ketebalan/kepekatan kabut;
i. Jenis tambatan kapal; dan
j. Keadaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran.

Jadi lingkungan kenavigasian yang terdiri dari bentuk dan


kedalaman alur, dan ketersediaan sarana bantu navigasi pelayaran
(SBNP) sangat berperan penting bagi alur pelayaran yang ada di
makassar. Penguasa pelabuhan berkewajiban untuk melakukan
perawatan terhadap alur pelayaran, perambuan dan pengendalian
penggunaan alur. Persyaratan perawatan harus menjamin:
keselamatan berlayar, kelestarian lingkungan, tata ruang perairan
dan tata pengairan. Dengan adanya Distrik Navigasi Kelas 1
Makassar yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk memastikan
seluruh sarana, prasarana dan SDM kenavigasian tidak hanya
berjumlah cukup atau memadai, tetapi juga andal, melakukan
sosialisasi untuk membangun dan memperkuat kesadaran publik
untuk menjaga sarana bantu kenavigasian kepada kalangan
nelayan dan menjelaskan betapa sangat pentingnya sarana bantu
navigasi pelayaran dalam keselamatan pelayaran. Aspek penerapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan fungsi Vessel Traffic
Services (VTS) dilakukan menindaklanjuti sesuai surat keputusan
Menteri Perhubungan No KP 469 tahun 2015 tanggal 9 Oktober
2015. tentang penetapan alur pelayaran, sistem rute tata cara
berlalu lintas dan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingan di
alur pelayaran Makassar.

Kesimpulan Kinerja pembangunan pemerintah Kota Makassar pada aspek


pelayaran dengan menyediakan sarana umum berupa
pelabuhan-pelabuhan besar yang berdampak pada kapal-kapal
yang masuk ke wilayah itu sendiri. Transportasi laut atau pelayaran
diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan sebuah
transportasi laut (pelayaran) dengan lancar, efisien dan tentunya
dengan tingkat keselamatan yang sangat aman, menjangkau
seluruh pelosok perairan (laut) untuk menunjang pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan
penunjang pembangunan nasional. Sarana bantu navigasi
pelayaran Pemerintah bertanggung jawab untuk menjaga
keselamatan dan keamanan pelayaran dengan menyelenggarakan
sarana bantu navigasi pelayaran sesuai dengan perkembangan
teknologi. Selain untuk menjaga keselamatan dan keamanan
pelayaran. Sarana bantu memiliki tugas pokok dan fungsi untuk
memastikan seluruh sarana, prasarana dan SDM kenavigasian tidak
hanya berjumlah cukup atau memadai, tetapi juga andal, melakukan
sosialisasi untuk membangun dan memperkuat kesadaran publik
untuk menjaga sarana bantu kenavigasian kepada kalangan
nelayan dan menjelaskan betapa sangat pentingnya sarana bantu
navigasi pelayaran dalam keselamatan pelayaran.

8
Jurnal 2
Identitas Jurnal

Judul PERANAN ALAT NAVIGASI DI KAPAL PESIAR UNTUK


MENINGKATKAN
KESELAMATAN PELAYARAN DI ATAS KAPAL WILAYAH JAWA
TIMUR

Penulis Upik Widyaningsih

Volume, Halaman Vol. 7, No. 4, April 2022

Tahun Publikasi 2022

Hasil Review

Latar Belakang Latar belakang alamiah sebagai ketuhanan, mengandalkan manusia


Penelitian sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif analisis
data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha
menemukan teori lebih mementingkan proses daripada hasil

Tujuan Penelitian Mendeskripsikan peranan alat navigasi dalam meningkatkan tingkat


keselamatan pelayaran kapal.

Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan alat navigasi di
kapal pesiar sangat diperlukan untuk meningkatkan keselamatan
pelayaran di atas kapal wilayah jawa timur. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan peranan alat navigasi dalam meningkatkan
tingkat keselamatan pelayaran kapal. Dengan hasil penelitian ini, di
mana seorang muslim harus mengoptimalkan dalam pengoperasian
dan perawatan alat navigasi guna untuk melaksanakan suatu
pengamatan yang layak. Penggunaan alat navigasi seperti kompas,
radar, Rudder Angle Indicator (VDR), Automatical Identification
System (AIS), Electronic Chart Display Information System (ECDIS,
Ship Whistle atau Suling, Global Positioning System (GPS) sangat
membantu untuk mengoptimalkan pengamatan yang ada.

Kesimpulan Penggunaan alat navigasi seperti kompas, radar, Rudder Angle


Indicator (VDR), Automatical Identification System (AIS), Electronic
Chart Display Information System (ECDIS, Ship Whistle atau Suling,
Global Positioning System (GPS) sangat membantu untuk
mengoptimalkan pengamatan yang ada. Maka meningkatkan
keterampilan dalam berdinas jaga terutama dalam hal melakukan
pengamatan, harus seoptimal mungkin memanfaatkan bantuan alat
navigasi. Karena pengamatan sangat penting guna menghindarkan
dari bahaya tubrukan dan mencapai suatu keselamatan dalam
pelayaran. Berdasarkan pemaparan peneliti dengan adanya
kecanggihan teknologi berupa alat navigasi dan pemanfaatan
secara optimal maka tingkat keselamatan pelayaran di atas kapal
wilayah jawa timur akan akan meningkat. Alat navigasi menjadi
faktor utama dalam penentuan keselamatan pelayaran.

9
Dalam rangka mewujudkan Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
serta meminimalisir kecelakaan di laut maka diharapkan
penggunaan alat navigasi secara optimal, Sehingga kedepan aspek
keselamatan pelayaran akan menjadi perhatian utama baik sebelum
maupun selama pelayaran.

SIMPULAN

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) merupakan peralatan atau sistem yang
berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan
efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal (pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2010). SBNP memiliki tiga jenis, yakni visual, elektronik, dan audible. Rambu di laut
merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) jenis Visual yang penting diketahui
dalam dunia pelayaran internasional maupun domestik. Rambu di laut berfungsi sebagai
sarana penuntun bagi kapal-kapal yang sedang berlayar, agar terhindar dari bahaya-bahaya
navigasi. Rambu di laut meliputi menara suar, rambu suar, pelampung suar, dan tanda
siang.

DAFTAR PUSTAKA

Agus IS, Lasse DA, Bagus C. (2020). Kepuasan Pengguna Jasa Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran di Pelabuhan Tanjung Priok. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
(JMTRANSLOG), 7 (2) : 97-107.
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DISTRIK NAVIGASI TIPE A KELAS II BENOA. (2018). https://disnavbenoa.id/sbnp/
Menteri Perhubungan. (2011). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun
2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran. Menteri Perhubungan. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2010 tentang Kenavigasian. Sekretariat Negara. Jakarta.
Rachmi N, Ariska A, Husain F. (2020). ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT
NAVIGASI YANG ADA DI MAKASSAR BAGI ALUR PELAYARANNYA. SENSISTEK: Riset
Sains dan Teknologi Kelautan, 120-125.
Surnata S, Nufus H, Alam K, Agustini E. (2021). Semiotika Rambu-Rambu Lalu Lintas
Laut. Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing, 4
(2) : 443-456.
Wahyuni ET. (2019). PERANAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN
TERHADAP KESELAMATAN PELAYARAN. Prosiding NSMIS Book, 1 (1) : 269-274.
Widyaningsih U. (2022). Peranan Alat Navigasi di Kapal Pesiar Untuk Meningkatkan
Keselamatan Pelayaran di Atas Kapal Wilayah Jawa Timur. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia, 7 (4) : 4782-4797.

10

Anda mungkin juga menyukai