ABSTRAK
Indonesia sebagai Negara maritim dengan lalu lintas kapal yang padat memerlukan
terjaminnya keselamatan pelayaran bagi para pengguna jasa pelayaran.Untuk menjamin
keselamatan pelayaran, salah satu unsurnya diperlukan kinerja Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP) yang baik. Rambu di laut merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP) jenis Visual yang penting diketahui dalam dunia pelayaran internasional maupun
domestik. Apa saja peraturan yang terdapat di sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) dan
makna rambu di laut dan fungsinya. Tujuan makalah ini dibuat untuk mengetahui peraturan
pemerintah dalam sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) dan makna dari rambu di
laut.Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) merupakan peralatan atau sistem yang
berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan
efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal (pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2010).Rambu di laut merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Visual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a meliputi : Menara suar, rambu suar
pelampung suar dan tanda siang.
ABSTRACT
Indonesia as a maritime country with heavy ship traffic requires guaranteed shipping safety
for users of shipping services. To ensure shipping safety, one of its elements requires the
performance of a good Navigation Assistance Facility (SBNP).Signs at sea are a Visual
Navigation Aid Facility (SBNP) which is important to know in the world of international and
domestic shipping. What are the regulations contained in navigational navigation aids
(SBNP) and the meaning of signs at sea and their functions. The purpose of this paper is to
find out government regulations regarding shipping navigation aids (SBNP) and the meaning
of signs at sea.Navigation Aid Facility (SBNP) is an equipment or system that is outside the
ship that is designed and operated to improve the safety and efficiency of ship navigation
and/or ship traffic (article 1 Government Regulation Number 5 of 2010). Signs at sea are
Auxiliary Facilities Visual Navigation (SBNP) as referred to in Article 21 paragraph (1) letter a
includes: Beacon towers, beacon signs and beacon buoys
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai Negara maritim dengan lalu lintas kapal yang padat memerlukan
terjaminnya keselamatan pelayaran bagi para pengguna jasa pelayaran. Untuk menjamin
keselamatan pelayaran, salah satu unsurnya diperlukan kinerja Sarana Bantu Navigasi
1
Pelayaran (SBNP) yang baik. Rambu di laut merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP) jenis Visual yang penting diketahui dalam dunia pelayaran internasional maupun
domestik. Rambu di laut berfungsi sebagai sarana penuntun bagi kapal-kapal yang sedang
berlayar, agar terhindar dari bahaya-bahaya navigasi (Agus et al. 2020).
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) merupakan peralatan atau sistem yang
berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan
efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal (pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2010).
Fungsi dari SBNP menurut pasal 21 ayat (2) PP.5/2010 yakni sebagai berikut.
a. menentukan posisi dan/atau haluan kapal
b. memberitahukan adanya bahaya/ rintangan pelayaran
c. menunjukkan batas-batas alur-pelayaran yang aman
d. menandai garis pemisah lalu lintas kapal
e. menunjukkan kawasan dan/atau kegiatan khusus di perairan
f. batas wilayah suatu negara
Secara umum, Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dibagi menjadi tiga jenis, terdiri atas
visual, elektronik, dan audible (Pasal 21 ayat (1) PP No.5 2010).
Pada pasal 22, Visual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a
meliputi:
a. menara suar;
b. rambu suar;
c. pelampung suar; dan
d. tanda siang.
Pada pasal 23, Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Global Positioning System (GPS);
b. Differential Global Position System (DGPS);
c. radar beacon;
d. radio beacon;
e. radar surveylance; dan
f. medium wave radio beacon.
Pada pasal 24, Audible sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf c wajib
ditempatkan pada daerah berkabut atau pandangan terbatas. Sedangkan Pada Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran audible
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 2 ayat (1) huruf c, menyampaikan informasi
dengan memperdengarkan bunyi-bunyian antara lain:
a. peluit;
b. gong;
c. lonceng; atau
d. sirene.
2
RAMBU DI LAUT
Rambu di laut merupakan marka jalan bagi kapal yang melintasi alur setempat
sebagai petunjuk bagi kapal yang dipimpin oleh nakhoda dan/atau pandu yang memberikan
asistensi untuk menuju arah yang aman dan menghindari perairan tidak aman. Rambu di
laut merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Visual (Widyaningsih 2022).
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Visual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1) huruf a meliputi :
2. Rambu Suar (Ramsu)/Light Beacon adalah sarana bantu navigasi pelayaran tetap
yang bersuar dan mempunyai jarak tampak sama atau lebih dari 10 (sepuluh) mil
laut yang dapat membantu para navigator adanya bahaya/rintangan navigasi antara
lain karang, air dangkal, gosong, dan bahaya terpencil serta menentukan posisi
dan/atau haluan kapal, serta dapat dipergunakan sebagai tanda batas wilayah
negara. (PM 25 Tahun 2011 Pasal 1 ayat(3))
3
Gambar 2. Rambu Suar TG.Batu Besar (DSI: 4238)
Sumber: https://disnavbenoa.id/sbnp/
3. Pelampung Suar (Pelsu)/Light Buoy adalah sarana bantu navigasi pelayaran apung
yang bersuar dan mempunyai jarak tampak sama atau lebih 4 (empat) mil laut yang
dapat membantu para navigator adanya bahaya/rintangan navigasi antara lain
karang, air dangkal, gosong, kerangka kapal, dan/atau untuk menunjukkan perairan
aman serta pemisah alur. (PM 25 Tahun 2011 Pasal 1 ayat(4)).
● Cardinal Buoy dibuat berdasarkan geografi penduduk bumi baik dari warna
dan top marknya (Sanders, 2018).
a. North Cardinal Buoy/ Pelampung Kardinal Utara
Pelampung ini terletak sedemikian rupa sehingga perairan aman terletak di
bagian utaranya. Tubuh pelampung ini berwarna hitam pada bagian atas dan
kuning bagian bawah. Warna hitam pada bagian atas bahwa itu adalah
pelampung utaranya. Kerucut pada bagian atasnya menunjukkan arah utara.
4
tersebut menunjukkan bahwa itu adalah cardinal barat. Kerucut pada bagian
atas saling berhadapan pada sudut masing-masing.
● Buoyage Lateral
Sistem lateral dipakai di tepi pantai dan perairan yang biasa dilayari di perairan pedalaman,
di tempat ada bahasa. Pelampung ini dibedakan atas pelampung sisi kiri dan sisi kanan
serta dibedakan atas pelampung sisi kiri dan sisi kanan. Letaknya pun dibedakan atas
sektor utara-selatan-barat. Dari bentuk, warna serta letak penempatan cardinal dan lateral
berbeda, tetapi tujuan dan makna diletakkannya kedua jenis buoy tersebut tidak berbeda
yaitu untuk keselamatan dalam pelayaran.
Simbol warna hijau dan bentuk pada buoy lateral menunjukkan kedudukan
pelampung tersebut yaitu pada sisi kanan (starboard hand) dan bentuk pelampung yang
runcing atau menyerupai ketupat atau segi tiga
Pelampung pada sisi kiri (port hand) berbentuk pelampung tumpul atau puncaknya
berbentuk kubus. Warna buoy adalah merah. Sebagaimana system IALA bouyage “A”
aturan Masuk Keluar Pelabuhan. Saat memasuki pelabuhan (up stream) tanda pelabuhan
merah harus di sisi port hand kapal (kiri). Jadi bentuk dan warna buoy lateral menandakan
posisi kedua tanda tersebut ketika kapal memasuki pelabuhan.
5
Gambar 7. Bouy sisi kanan Starboard Hand
REVIEW JURNAL
Jurnal 1
Identitas Jurnal
6
Penulis Nur Rachmi, Ariska, Ashury dan Firman Husain
Hasil Review
Latar Belakang Kapal laut yang melakukan pelayaran harus dilengkapi dengan alat
Penelitian navigasi yang berperan penting di sektor pelayaran. Berkat sistem
ini, kita bisa menentukan posisi dan arah perjalanan, termasuk
melihat kondisi cuaca yang sedang dihadapi saat melakukan
pelayaran. Dengan adanya hal tersebut maka Distrik Navigasi Kelas
I Makassar berperan sangat penting bagi alur pelayaran di
Makassar.
7
d. Rintangan/bahaya navigasi di alur perairan;
e. Kecepatan arus;
f. Kecepatan angin;
g. Tinggi ombak;
h. Ketebalan/kepekatan kabut;
i. Jenis tambatan kapal; dan
j. Keadaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran.
8
Jurnal 2
Identitas Jurnal
Hasil Review
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan alat navigasi di
kapal pesiar sangat diperlukan untuk meningkatkan keselamatan
pelayaran di atas kapal wilayah jawa timur. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan peranan alat navigasi dalam meningkatkan
tingkat keselamatan pelayaran kapal. Dengan hasil penelitian ini, di
mana seorang muslim harus mengoptimalkan dalam pengoperasian
dan perawatan alat navigasi guna untuk melaksanakan suatu
pengamatan yang layak. Penggunaan alat navigasi seperti kompas,
radar, Rudder Angle Indicator (VDR), Automatical Identification
System (AIS), Electronic Chart Display Information System (ECDIS,
Ship Whistle atau Suling, Global Positioning System (GPS) sangat
membantu untuk mengoptimalkan pengamatan yang ada.
9
Dalam rangka mewujudkan Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
serta meminimalisir kecelakaan di laut maka diharapkan
penggunaan alat navigasi secara optimal, Sehingga kedepan aspek
keselamatan pelayaran akan menjadi perhatian utama baik sebelum
maupun selama pelayaran.
SIMPULAN
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) merupakan peralatan atau sistem yang
berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan
efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal (pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2010). SBNP memiliki tiga jenis, yakni visual, elektronik, dan audible. Rambu di laut
merupakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) jenis Visual yang penting diketahui
dalam dunia pelayaran internasional maupun domestik. Rambu di laut berfungsi sebagai
sarana penuntun bagi kapal-kapal yang sedang berlayar, agar terhindar dari bahaya-bahaya
navigasi. Rambu di laut meliputi menara suar, rambu suar, pelampung suar, dan tanda
siang.
DAFTAR PUSTAKA
Agus IS, Lasse DA, Bagus C. (2020). Kepuasan Pengguna Jasa Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran di Pelabuhan Tanjung Priok. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
(JMTRANSLOG), 7 (2) : 97-107.
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DISTRIK NAVIGASI TIPE A KELAS II BENOA. (2018). https://disnavbenoa.id/sbnp/
Menteri Perhubungan. (2011). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun
2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran. Menteri Perhubungan. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2010 tentang Kenavigasian. Sekretariat Negara. Jakarta.
Rachmi N, Ariska A, Husain F. (2020). ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT
NAVIGASI YANG ADA DI MAKASSAR BAGI ALUR PELAYARANNYA. SENSISTEK: Riset
Sains dan Teknologi Kelautan, 120-125.
Surnata S, Nufus H, Alam K, Agustini E. (2021). Semiotika Rambu-Rambu Lalu Lintas
Laut. Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing, 4
(2) : 443-456.
Wahyuni ET. (2019). PERANAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN
TERHADAP KESELAMATAN PELAYARAN. Prosiding NSMIS Book, 1 (1) : 269-274.
Widyaningsih U. (2022). Peranan Alat Navigasi di Kapal Pesiar Untuk Meningkatkan
Keselamatan Pelayaran di Atas Kapal Wilayah Jawa Timur. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia, 7 (4) : 4782-4797.
10