LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
Intan Kusumaningsih
26020121140102
B/2
Asisten Pendamping:
Widya Ayu Budisiwi
DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Asisten Pendamping Koordinator Asisten
Mengetahui,
Koordinator Praktikum
ii
DAFTAR ISI
iii
4.2.3. Parasit pada Bivalvia ........................................................................... 20
V. PENUTUP ....................................................................................................... 22
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 22
5.2. Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 27
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ikan Nila .......................................................................................................... 11
Gambar 2. Parasit yang ditemukan. .................................................................................. 12
Gambar 3. Ikan Kerapu macan ......................................................................................... 13
Gambar 4. Kerang darah ................................................................................................... 14
Gambar 5. Parasit Nematopsis sp...................................................................................... 14
v
DAFTAR TABEL
vi
I. PENDAHULUAN
perkembangannya tidak luput dari berbagai kendala dan permasalahan. Salah satu
serangan penyakit. Penyakit ikan adalah suatu keadaan fisik, morfologi dan fungsi
yang mengalami perubahan dari kodisi normal yang disebabkan oleh faktor internal
dan eksternal. Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan
lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi penyakit melalui media air pada
dilakukan melalui dua cara yaitu pengenalan secara fisik dan tingkah laku di
pada ikan akan menimbulkan gejala klinis pada ikan berupa kelainan pada tubuh
maupun organ-organ lainnya yang biasanya dapat dikenali secara langsung dengan
Disamping kelainan fisik ikan yang terserang penyakit juga akan menunjukkan
kelainan perilaku. Kedua gejala klinis ini dapat digunakan untuk menduga jenis
patogen yang menyerang ikan atau kerang dengan menggunakan alat-alat bantu dan
perlu dilakukan di laboratorium (Wirawan et al., 2018). Maka dari itu praktikum
Parasit dan Penyakit Ikan perlu dilakukan untuk mengambil tindakan sesegara
mungkin setelah melihat gejala klinis ikan yang terserang akibat parasit.
1
1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktikum Parasit Penyakit Ikan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui gejala klinis yang terjadi pada ikan air tawar, ikan air laut, dan
mengamati dan mengidentifikasi jenis parasit yang menyerang ikan air tawar, ikan
air laut, dan kekerangan. Praktikum pertama dilaksanakan pada 5 September 2022
pukul 06.50 untuk ikan air tawar, sedangkan untuk praktikum ikan air laut dan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
lemas dan berujung kematian. Diperkuat oleh pernyataan Tuwitri (2020) bahwa,
menyebabkan terjadinya penurunan bobot ikan. Parasit yang menginfeksi ikan akan
merusak organ tubuh ikan dan berakibat pada terganggunya sistem metabolisme
pada tubuh ikan. Hal tersebut dapat memengaruhi pertumbuhan ikan hingga
menyebabkan kematian. Parasit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada permukaan
branchiuran dan lintah. Sedangkan endoparasit hidup pada organ bagian dalam
enzim yang dapat merusak tekstur dan kualitas dari daging ikan.
penyakit yang disebabkan oleh parasit. Salah satu parasit yang banyak menginfeksi
ikan adalah ektoparasit dan endoparasit. Menurut Irwandi et al. (2017) bahwa,
ektoparasit sering menginfeksi kulit, sirip dan insang pada ikan. Sedangkan
endoparasit biasanya menyerang organ dalam tubuh seperti hati, limfa, otak, sistem
3
pencernaan, rongga perut, otot daging, gonad dan jaringan tubuh. Contoh
Myxosporea. Sedangkan contoh endoparasit ikan air tawar adalah Dactylogyrus sp.,
biak. Pada ikan air laut terutama yang bersifat karnivora dan omnivor mempunyai
kemungkinan infeksi cacing endoparasit lebih besar dibandikan jenis yang lainnya.
Ikan air laut di alam sering terinfeksi cacing endoparasit dari golongan Nematoda,
Achantochepala, Cestoda, dan Digenea. Yuli et al. (2017) menyatakan bahwa, ikan
laut biasanya terinfeksi oleh nematoda yang berasal dari golongan Ascaridoidoiea
Spiruroidea (Metabronema, Ascarophis). Jenis parasit yang menyerang ikan air laut
interaksi antara jasad penyakit, inang dan lingkungan. Kerang memiliki penyakit
yang terjadi akibat keadaan suatu fisik, lingkungan yang kurang baik dan
menyebabkan kerang mudah stress dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap
serangan patogen. Menurut Boehs et al. (2010) bahwa, agen biologis utama yang
4
dan copepoda. Jenis parasit yang biasanya meginfeksi Bivalvia antara lain
Nematoda, Kista Perkinsus sp., Balanus sp., Perkinsus sp. dan Ciliata.
5
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
digunakan pada praktikum parasit adalah mikroskop, dissection kit, penggaris, tisu,
slideglass, pipet tetes, kamera, alat tulis, petridish, benang, timbangan, buku
3.1.2. Bahan
ke metode. Salah satunya yaitu menyiapkan bahan dalam praktikum. Bahan yang
3.2. Metode
3.2.1. Metode Sampling
untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan
secara faktual dari suatu kelompok atau suatu daerah (Purbani et al., 2016). Metode
ikan air tawar berasal dari Demak, ikan air laut berasal dari Pasar Mangkang, dan
6
3.2.2. Pengamatan Gejala Klinis
Parameter yang diamati adalah gejala klinis ikan yang akan dilakukan
Sholichah (2014) berpendapat bahwa, gejala ikan sakit dapat dilihat antara lain
banyak diam serta responnya lambat. Pengamatan klinis meliputi pemeriksaan baik
ketika ikan masih berada didalam air ataupun setelah diletakkan di wadah
pengamatan. Sebelum diperiksa, sampel ikan diukur panjang dan berat. Metode
dalam pengamatan gejala klinis yaitu mengamati adanya kelainan bentuk tubuh dan
tulang, kulit, sirip, insang, sisik, mata, perut, organ dalam dan darah; perubahan
tingkah laku ikan dalam kolam; serta, adanya organisme lain yang melekat pada
diperiksa, sampel ikan diukur panjang dan berat. Data dari pemeriksaan klinis ini
menjadi sangat penting sebab dapat menjadi suatu informasi untuk menduga arah
diagnosa definitif.
yang berukuran besar dapat langsung diidentifikasi karena dapat dilihat dengan
yang dilakukan untuk pengamatan parasit mengacu pada Modifikasi Kabata (1985)
dalam Anshary (2016) yaitu Ikan di serebrasi (2) Lendir ikan dikeruk dari
permukaan tubuh, sirip, bagian dasar sirip pectoral, lalu diletakkan di atas slide
7
glass dan ditutup dengan cover glass, sisa-sisa air dibersihkan pada slide glass, lalu
diamati dibawah mikroskop; (3) Bagian ujung sirip digunting, ditutup dengan cover
glass dan amati di bawah mikroskop; (4) Operculum dibuka dan digunting gill arch
pada bagian atas dan bawah untuk melepaskan insang satu persatu dan diletakkan
pada petridish (cawan petri), yang berisi air pengencer (aquadest/larutan fisiologis),
insang diperiksa pada kedua sisinya.; (4) Dilakukan pembedahan untuk melihat
Lambung dan saluran pencernaan usus diperiksa dan digunting untuk melihat
parasit pada saluran pencernaan ikan; (6) Amati secara kasat mata atau dengan
mikroskop; (7) Gambar dan identifikasi parasit yang didapatkan. Jika ditemukan
parasit dalam sista, buka sistanya terlebih dahulu dan biasanya cacing dapat terlihat
kering, harus selalu terendam cairan. Jika ditemukan parasit dalam sista, buka
sistanya terlebih dahulu dan biasanya cacing dapat terlihat di dalam sista. Pada
terendam cairan.
dilakukan pertama kali yaitu pemeriksaan sampel yang diawali dengan cara
sebelum pengambilan organ sampel yang diamati, kerang dibuka terlebih dahulu
menggunakan pisau atau gunting. Insang pada bagian kiri dan kanan kerang hijau
dipotong atau digunting, selanjutnya diletakan di atas kaca objek ditetesi dengan
8
Hal ini juga dilakukan pada organ palp kerang, untuk pengamatan pada bagian
kapas dan dibilas menggunakan air, air dari hasil pengusapan cangkang tersebut
yaitu Kabata (1985) Parasites and Diseases of Fish. Metode ini disesuaikan dengan
yang sudah dilakukan oleh Elston et al., (2003) dan Ermaitis (1984).
yang terdapat pada ikan Nila. Berupa perhitungan intensitas (I), dominansi (D), dan
(Hamzah, 2017)
Data yang diperoleh dari hasil praktikum meliputi jenis parasit (ektoparasit
dan endoparasit) dan alisis secara deskriptif. Data yang disajikan dalam bentuk
9
morfologi jenis-jenis ektoparasit dan endoparasit yang ditemukan serta dilampirkan
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Parasit pada Ikan Air Tawar
(Oreochromis niloticus). Pada ikan sampel 1 didapatkan bahwa, panjang ikan 17,5
cm dengan berat 76 gram, dijumpai gejala klinis diantaranya sirip geripis, ikan
lemas, insang berwarna coklat dan kulit nampak pucat. Sedangkan pada sampel 2
didapatkan hasil panjang ikan 13,5 cm dengan berat 40 gram, dijumpai gejala klinis
diantaranya sirip berjumbai, insang terlihat berwarna coklat, ikan terlihat lemas dan
warna kulit ikan nampak pucat. Ikan sampel tersebut tersaji pada Gambar 1.
a b
Gambar 1. Ikan Nila
Keterangan: (a) Sampel 1; (b) Sampel 2
Ditemukan Gyrodactylus sp. pada bagian insang, kulit, dan usus dengan ciri-
ciri anterior tidak terdapat bintik mata dan terdapat sebuah sucker. Sedangkan
memanjang dan mempunyai empat tonjolan pada bagian anterior. Pada bagian
anterior terdapat dua bintik mata dan sebuah sucker (alat penghisap). Adapun
Cichlidogyrus sp. ditemukan pada bagian insang dengan tubuh pipih memanjang
dan memiliki sepasang mata namun, dalam gambar parasit ini tidak terlihat jelas
saat pengambilan gambarnya yang ditemukan pada ikan Nila dapat dilihat pada
Gambar 2.
11
a b c
Tabel 2. Nilai Intensitas, Dominansi, dan Prevalensi Parasit pada Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
Jumlah Jumlah Jumlah D P
No Spesies Parasit Parasit Ikan yang Ikan yang I (%) (%)
Terinfeksi Diamati
1. Gyrodactylus 5 2 2 3 50 100
sp.
2. Dactylogyrus 4 2 2 3 40 100
sp.
3. Cichlidogyrus 1 1 1 1 10 100
sp.
Berdasarkan Tabel 2. nilai intensitas Gyrodactylus sp. pada ikan Nila sebesar
3 (rendah) dengan nilai dominansi 50% dan nilai prevalensi 100% tergolong dalam
12
kategori (selalu). Nilai intensitas Dactylogyrus sp. pada ikan Nila sebesar 3 (rendah)
dengan nilai dominansi 40% dan nilai prevalensi 100% tergolong dalam kategori
(selalu). Nilai intensitas Cichlidogyrus sp. pada ikan Nila sebesar 1 (rendah) dengan
nilai dominansi 10% dan nilai prevalensi 100% tergolong dalam kategori (selalu).
cm, dijumpai gejala klinis yaitu warna ikan agak pucat. Gejala klinis tersebut tersaji
pada Gambar 3.
Berdasarkan Tabel 3. tidak terdapat data pada ikan kerapu. Hal ini terjadi
sudah hancur dan disaat diamati pada mikroskop tidak terdapat parasit yang
prevalensi parasit yang menyerang ikan kerapu macan pada Trip 1, tersaji pada
Tabel 4.
13
Tabel 4. Nilai Intensitas, Dominansi, dan Prevalensi Parasit pada Ikan Kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Jumlah Jumlah Jumlah D P
No Spesies Parasit Parasit Ikan yang Ikan yang I (%) (%)
Terinfeksi Diamati
1. - - - - - - -
Berdasarkan Tabel 4. Tidak terdapat nilai perhitungan pada Trip 1. Hal ini
berasal dari tidak segarnya ikan dan dalam keadaan beku disaat mulainya
(Anadara granosa), memiliki berat 0,3 g dan 0,7 g, tidak dijumpai gejala klinis pada
berbentuk seperti bola yang ditemukan pada kerang darah dapat dilihat pada
Gambar 5.
14
Parasit yang ditemukan dihitung jumlah perspesies parasit dalam organ
target. Jumlah parasit yang ditemukan tersaji pada Tabel 5. Hasil Pengamatan
keseluruhan sebanyak 28. Data hasil penghitungan Trip 1 dengan jumlah parasit
Tabel 6. Nilai Intensitas, Dominansi, dan Prevalensi Parasit pada Kerang Darah
(Anadara granosa)
Jumlah Jumlah Jumlah D P
No Spesies Parasit Parasit Ikan yang Ikan yang I (%) (%)
Terinfeksi Diamati
1. Nematopsis sp. 56 10 10 14 98,2 100
2. Trichuris 1 1 2 1 1,75 100
trichiura
sebesar 14 (sedang) dengan nilai dominansi 98,2% dan nilai prevalensi 100%
tergolong dalam kategori (selalu). Nilai intensitas pada kerang ditemukan Trichuris
trichiura pada kerang Darah sebesar 1 (rendah) dengan nilai dominansi 1,75% dan
4.2. Pembahasan
4.2.1. Parasit pada Ikan Air Tawar
a. Gyrodactylus sp.
15
Gyrodactylidae, genus Gyrodactylus dan spesies Gyrodactylus sp. (Putri et al.,
2016). Gyrodactylus sp. menginfeksi kulit dan insang ikan air tawar seperti, Nila
dan ikan air laut dan jarang menginfeksi organ dalam (endoparasit). Cacing ini
panjang tubuh 1,5 mm dengan lebar 0,158-0,2 mm, memiliki sederet kait-kait kecil
terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping, memiliki larva yang berkembang
dalam uterus dan tidak memiliki mata. Ikan yang terserang Gyrodactylus sp. dalam
pada bagian kulit tertentu, produksi lendir tidak normal, dan kulit terkelupas. Selain
itu, ikan tampak lemas, berenang dekat permukaan serta sirip-siripnya menguncup.
Jika menyerang insang maka insang ikan lele, nila, ataupun ikan air tawar lainnya
akan mengalami pembengkakan dan pucat sehingga terjadi gangguan pada proses
respirasi dan osmoregulasi yang menyebabkan ikan kurang toleran terhadap kondisi
oksigen yang rendah, sehingga ikan tampak sering berenang ke permukaan untuk
ikan sampel pada ikan Nila sebesar 3 (rendah) dengan nilai dominansi 50% dan
nilai prevalensi 100% tergolong dalam kategori (selalu). Rustikawati et al. (2004)
juga menemukan nilai prevalensi Gyrodactylus sp. Yang jauh berbeda yaitu
sebesar 75,56%. Hal ini bisa disebabkan karena ikan yang dibudidayakan
ikan yang berada di alam bebas karena ikan yang di budidayakan tidak memiliki
sirkulasi air yang baik sehingga ektoparasit lebih mudah berkembang. Tingginya
16
prevalensi ikan yang terinfestasi oleh Gyrodactylus sp. dan jumlah ektoparasit yang
b. Dactylogyrus sp.
jarang 1 pasang mata serta mata selalu ada di spesies larva air tawar, haptor terdiri
Pavlovskaya, 1962). Pada ikan air tawar, serangan parasit ini mampu membuat
insang menjadi pucat dan swollen. Sebagian besar monogenea baik yang
menyerang kulit maupun insang mampu membuat perubahan yang berat pada
yang serius pada filamen insang, sehingga akan mengganggu proses respirasi
(Chaudary et al., 2017). Pada infeksi berat akan mengganggu penyerapan oksigen
sehingga ikan kekurangan oksigen dan operkula memerah. Kulit juga pucat, bintik-
bintik merah dibagian tubuh tertentu, produksi lendir tidak normal dan pada
sebagian atau seluruh tubuh berwarna lebih gelap, sisik dan kulit terkelupas. Organ
Nilai intensitas Dactylogyrus sp. pada ikan Nila sebesar 1 (rendah) dengan nilai
dominansi 25% dan nilai prevalensi 70% tergolong dalam kategori (biasa) dari 2
sampel ikan yang diamati dan 4 yang ditemukan. Dactylogyrus sp. umumnya
menyerang insang ikan. Ozer dan Erdem (1999) dalam Juwahir et al. (2016)
17
menemukan bahwa 92,5% Dactylogyrus umumnya ditemukan di insang baik pada
ikan liar maupun ikan yang dibudidayakan, dan dari 70 hanya 6,7% spesies tersebut
c. Cichlidogyrus sp.
Cichlidogyrus sp. merupakan parasit yang biasa menyerang ikan nila. Hidup di
dorsoventral, dan meruncing ke arah posterior. Pada bagian posterior terdapat alat
dalam pernyataan Ali et al. (2013), Cichlidogyrus sp. akan menyebabkan gejala
klinis yakni insang yang berwarna pucat, hiperplasia pada insang dan peningkatan
sekresi mukus, serta kemerahan pada bagian yang terserang. Ciri ikan yang
terserang parasit ini adalah produksi lendir pada bagian epidermis akan meningkat,
kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi pernapasan terus meningkat
karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna, sehingga ikan yang terserang
akan kehilangan berat badan (kurus) dan akan melompat-lompat ke permukaan air.
Dari hasil yang didapatkan dari praktikum parasit ikan nila terdapat parasit
Cichlidogyrus sp. yang menyerang ikan nila. Pengamatan didapatkan dari 1 ikan
yang diamati, 1 ikan yang terinfeksi, dengan jumlah 1 parasit. Nilai intensitas
Cichlidogyrus sp. pada ikan Nila sebesar 1 (rendah) dengan nilai dominansi 10%
18
dan nilai prevalensi 100% tergolong dalam kategori (selalu). Kamil et al. (2017)
dari Cichlidogyrus pada Satker BPBIAT Janti yakni 65,87% sedangkan Masyarakat
Desa Janti adalah 69,04%. Intensitas Cichlidogyrus pada Satker BPBIAT Janti 14
a. Trichodina sp.
Trichodina sp. merupakan salah satu parasit Protozoa yang tergolong dalam
cakram yang dikelilingi rambut getar (cilia). Trichodina sp. dapat ditemukan
menginfeksi pada ketiga bagian seperti kulit, sirip, dan insang (Afifah et al., 2014).
Gejala klinis ikan yang terserang parasit ini adalah terdapat bintik putih di bagian
kepala dan punggung, produksi lendir bertambah sehingga tubuh ikan nampak
mengkilat, pada tubuh bagian luar sering dijumpai pendarahan, warna tubuh ikan
kusam. Ikan yang terinfeksi parasit ini akan mengalami iritasi pada kulit dan
kerusakan pada organ yang diserang sehingga dapat sebagai faktor predisposisi bagi
penyakit sekunder. Ikan air laut yang terinfeksi Trichodina sp. akan memproduksi
lendir berlebih, nafsu makan berkurang, gerakan ikan lemah, sirip rusak, ikan akan
ikan akan sering ke permukaan. Parasit ini tumbuh dengan baik pada kolam-kolam
19
Dalam parameter nilai intensitas, dominansi dan prevalensi tidak dapat
disimpulkan. Dikarenakan tidak terdapat data pada ikan kerapu. Hal ini terjadi
dikarenakan bekunya ikan saat sampai ke tempat praktikum. Adapun yang telah
prevalensi 40% dalam kategori umum pada insang ikan kerapu di Teluk Kaping,
acak.
a. Nematopsis sp.
Nematopsis sp. merupakan salah satu parasit Protozoa yang tergolong dalam
berwarna putih, dengan bagian anterior satu sel menarik bagian posterior sel lainnya
untuk menyatu dalam dua kelompok caudal-frontal. Kedua sel terhubung secara
linier dan panjangnya sekitar 150-200 μm. Inti umumnya bulat sampai ovoid,
dengan masing-masing sel terkait memiliki inti tunggal (Prasadan dan Janardana,
2001). Infeksi berat oleh parasit ini menyebabkan susunan sel epitel mussel kerang
yang tidak teratur dan tidak adanya silia. Adapun parasit ini dapat melemahkan
kerang dan karena itu meningkatkan kerentanan mereka terhadap infeksi sekunder
20
Dari hasil praktikum didapatkan parasit Nematopsis sp pada kerang darah.
Hasil Nematopsis sp. pada kerang darah didapatkan nilai sebesar 14 (sedang)
dengan nilai dominansi 98,2% dan nilai prevalensi 100% tergolong dalam kategori
(selalu). Menurut Kua et al., (2013) dilaporkan bahwa, parasit yang sama juga
ditemukan pada sampel granosa Anadara di Selat Malaka dengan prevalensi 1,5-
60%. Meskipun prevalensinya mencapai 99%, tidak ada efek signifikan yang terjadi
pada kesehatan. Adapun prevalensi Nematopsis sp. pada A. granosa memiliki nilai
sebesar 29,62% dengan intensitas 4,5 sel/kerang. Tidak ada kerusakan jaringan
yang terlihat akibat infeksi parasit jenis ini (Karnisa et al., 2019). Tidak adanya
21
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pada ikan air tawar yaitu ikan Nilaijumpai gejala klinis diantaranya sirip
berjumbai, insang terlihat berwarna coklat, ikan terlihat lemas dan warna
kulit ikan nampak pucat. Sedangkan ikan air laut yaitu ikan kerapu macan,
dijumpai gejala klinis yaitu warna ikan agak pucat. Dan tidak dijumpai
3. Parasit yang ditemukan pada ikan nila yaitu Gyrodactylus sp. dengan ciri-
ciri anterior tidak terdapat bintik mata dan terdapat sebuah sucker.
dua bintik mata dan sebuah sucker (alat penghisap). Adapun Cichlidogyrus
sp. ditemukan pada bagian insang dengan tubuh pipih memanjang dan
memiliki sepasang mata. Parasit pada ikan air laut yaitu ikan kerapu macan
Serta, ditemukan Nematopsis sp. pada bagian insang dan kaki dengan ciri-
4. Hasil yang didapatkan pada ikan air tawar (ikan nila) yaitu ditemukannya
22
nilai intensitas Gyrodactylus sp 3, dominansi 50% dan prevalensi 100%.
prevalensi 100% . Namun pada ikan air laut yaitu ikan kerapu macan tidak
didapatkan nilai perhitungan dikarenakan, ikan yang sudah tidak segar dan
sudah mati. Sedangkan pada bivalvia yaitu kerang darah didapatkan nilai
intensitas sebesar 14, dengan nilai dominansi 98,2% dan nilai prevalensi
100% .
5.2. Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk praktikum selanjutnya adalah para
praktikan lebih disiplin dalam dating ke tempat praktikum, lebih menguasai dalam
mengidentifikasi parasit, dan juga ikan harus dalam keadaan masih hidup agar
23
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, B., Abdulgani, N. dan Mahasri, G. 2014. Efektifitas Perendaman Benih Ikan
Mas (Cyprinus Carpio L.) dalam Larutan Perasan Daun Api-Api. Current
Trends in Aquatic Science. 2(1): 85-92.
Ali, S. K., Koniyo, Y. dan Mulis. 2013. Identifikasi Ektoparasit Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Danau Limboto Provinsi Gorontalo. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(3): 114-125.
Anshary, H. 2016. Parasitologi Ikan: Biologi, Identifikasi dan Pengandaliaanya.
Deepublish, Yogyakarta, 279 hlm.
Boehs, G., Antonio, V., Liliane O.C. dan Joaldo, R.L. 2010. Parasites of Three
Commercially Exploited Bivalve Mollusc Species of the Estuarine Region
of the Cachoeira River (Ilhéus, Bahia, Brazil). Journal of Invertebrate
Pathology. 103(1): 43-7.
Bykovskaya – Pavlovskaya, I. E., Gussev, A.V., Sokolovskaya, M. N., Shtein, G.
A., Shulman, S. S. and Epshtein. 1964. Key to Parasites of Freshwater
Fishes of USSR. Israel Program fo Scientific Trans, Jerussalem, 919 p.
Chaudhary A., Haren, R.C. dan Hridaya, S.S. 2017. First molecular confirmation
of the Dactylogyrus anchoratus and D. vastator- (Monogenea, Dactylogy
ridae) from Carassius auratus in western India. Research Article. Bio
Invasions Records. 6(1): 79–85
Chen, C.L. 1963. Studies on Ectoparasitic Trichodinids from Freshwater Fish,
Tadpole and Crustacean in China. Acta Hydrobiola Sin. 3: 99-111.
Elston, R. A., Dungan, C. F., Meyers, T. R., and Reece, K. S. 2003. Perkinsus sp.
Infection risk for manila clams, Venerupis philippinarus (A. Adams dan
reeve, 1950) on the Pasific Coast of North and Central America. Journal of
Shellfish Research. 22(3): 661–665.
Ermaitis. (1984. Beberapa catatan tentang marga Balanus (Cirripedia). Journal
Oseana. 9(3): 96–101.
Hadiroseyani, Y., Hariyadi. dan Nuryati. 2006. Inventarisasi parasit lele dumbo
Clarias sp.di Daerah Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(2): 167-177.
Hamzah J., Abdulhusein., Mohamed, F.A. dan Marwa, K. 2017. Diagnosis of
Parasitic Diseases of Fish Cages (Cyprinus carpio) in the A; Furat River
Bridge of Mussayab in Babylon Province. Journal for Veterinary Medical
Sciences. 8(1): 90-93.
Handajani, H. dan S, Samsundari. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Universitas
Muhammadiyah Malang Press, Malang, 214 hlm.
Hasyim, A., Wiwin, S., Abdi, H. dan Luthfy. 2016. Sinergisme Jamur
Entomopatogen Metarhizium anisopliae dengan Insektisida Kimia untuk
24
Meningkatkan Mortalitas Ulat Bawang Spodoptera exigua. J. Hort. 26(2):
257-266.
ITIS. Nematopsis ostrearum. Diakses pada 2 Desember 2022 melalui
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&sear
ch_value=46146#nullNdansearchvalue=898718.
Jasmanindar Y. 2011. Prevalensi Parasit dan Penyakit Ikan Air Tawar yang
Dibudidayakan di Kota/Kabupaten Kupang. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan
Fisik. 13(1): 25-30.
Juwahir, A..Z., Raihani, Y. dan Rusaini. 2016. Prevalensi dan Intensitas Ektoparasit
Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) di Kabupaten Sigi. Jurnal Agrisains.
17(2): 68-75.
Kabata Z. 1985. Parasites and Diseases Of Fish Cultured In the Tropics. Taylor and
Francis, London, 318p.
Kamil, M.R., Slamet, B.P. dan Desrina. Studi Kasus Infestasi Cichlidogyrus Pada
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dari Satker Bpbiat dan Luar Satker
BPIAT Janti, Klaten, Jawa Tengah. Journal of Aquaculture Management
and Technology. 6(1): 120-129.
Kordi M dan Ghufran, H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT.
Rineka Cipta, Jakarta, 90 hlm.
Mahasri, G., Mubarak, A. S., dan Alamsjah, M. A. 2009. Manajemen Kualitas Air.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 7(2): 121.
Maulana, D.M, Muchlisin, Z.A, Sugito S. 2017. Intensitas dan Prevalensi Parasit
pada Ikan Betok (Anabas testudineus) dari Perairan Umum Daratan Aceh
Bagian Utara . Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah.
1(2): 1–11.
Ningsih, D.R., Zusfahair. dan Dwi K. 2016. Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai Antibakteri.
Molekul. 11(1): 101–111.
Prasadan, P. K., and Janardanan, P. K. 2001. Three New Species of Gregarines
(Apicomplexa: Sporozoea: Porosporidae) in the Estuarine Crabs from
Kerala, India. Acta Protozool. 40: 303–309.
Purbani, D., Abdullah, A.D., Yulius., Eva, M., Hadiwijaya, L.S. dan Aida, H. 2016.
Pengembangan Industri Perikanan Tangkap di Perairan Barat Sumatera
Berbasis Ekonomi Baru. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 23(2): 233-240.
Putri, S.M., Condro, H. dan Desrina.. 2016. Infestasi Monogenea pada Ikan
Konsumsi Air Tawar di Kolam Budidaya Desa Ngrajek Magelang. Journal
of Aquaculture Management and Technology. 5(1): 162-170.
Rustikawati, I., Rostika, R., Iriana, D. dan Herlina, E. 2004. Intensitas dan
Prevalensi Ektoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) yang
Berasal dari Kolam Tradisional dan Longyam di Desa Sukamulya
25
Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Akuakultur
Indonesia. 3(3): 33-39.
Sholichah, L., Taukhid. dan Gigih, S.W. 2014. Inventarisasi dan Identifikasi
Patogen Potensial yang Menginfeksi Ikan Rainbow (Melanotaenia Sp.).
Jurnal Riset Akuakultur. 9(1): 87-97.
Tuntiwaranuruk, C., Kashane, C., Vanida, P., Ardool, M., Edward, S.U. and
Maleeya, K. 2008. Infection of Nematopsis Oocysts In Different Size
Classes of the Farmed Mussel Perna Viridis in Thailand. Aquaculture.
281(1): 12–16.
Tuwitri, R., Riko, I. dan Andri K. 2020. Identifikasi Parasit pada Ikan Lele (Clarias
Sp.) di Kolam Budidaya Ikan Kabupaten Bangka. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan. 11(2 ): 189-198.
Wirawan, I. K. A., Sang, A. M. P. S., dan I, W. A. 2018. Diagnosa, Analisis dan
Identifikasi Parasit yang Menyerang Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Pada Kawasan Budidaya Ikan Di Subak “Baru” Tabanan. Gema Agro. 23(1)
: 63-78.
WoRM. 2022. Cichlidogyrus Paperna, 1960. Accessed at:
https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=517932 on
2022-12-01
Yuli, S., Helmi, H. dan Indah A.Y. 2017. Tingkat Serangan Ektoparasit pada Ikan
Patin (Pangasius Hypopthalmus) yang dibudidayakan dalam Keramba
Jaring Apung di Sungai Musi Palembang. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan
Budidaya Perairan. 12(2): 50-58.
Zafrana., Des, R. dan Ketut, M. 2019. Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Budidaya
di Karamba Jaring Apung di Teluk Kaping, Buleleng, Bali. Journal of
Fisheries and Marine Research. 3(1): 32-40.
26
LAMPIRAN
Air Tawar
a. Gyrodactylus sp.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑘𝑎𝑛
Intensitas =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
3
= 1
=3
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝−𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
Dominansi = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
5
= 10 x 100%
= 50 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
Prevalensi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 x 100%
2
= 2 𝑥 100%
= 100 %
b. Dactylogyrus sp.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑘𝑎𝑛
Intensitas =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
3
= 1
=3
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝−𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
Dominansi = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
4
= 10 x 100%
= 40 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
Prevalensi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 x 100%
2
= 2 𝑥 100%
= 100 %
c. Cichlidogyrus sp.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑘𝑎𝑛
Intensitas =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
1
= 1
=1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝−𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
Dominansi = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
1
= 10 x 100%
= 10 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
Prevalensi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 x 100%
27
1
= 1 𝑥 100%
= 100 %
Kekerangan
a. Nematopsis sp.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑘𝑎𝑛
Intensitas =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
28
= 2
= 14
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝−𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
Dominansi = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
56
= 57 x 100%
= 98,2 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
Prevalensi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 x 100%
10
= 10 𝑥 100%
= 100 %
b. Trichuris trichiura
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑘𝑎𝑛
Intensitas =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
1
= 1
=1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝−𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
Dominansi = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
1
= 57 x 100%
= 1,75 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
Prevalensi = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
1
= 1 𝑥 100%
= 100 %
28