Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM DAN

KEPULAUAN

Ekonomi Maritim Kepulauan Riau

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

Wahyu Nugraha (221100029)

Aliah Latifah (221100030)

Nurul Pinky Rahmawati (221100028)

Shendy Aulia Rukmana (221100035)

Rini Maswita Zebua (221100048)

Nadia Rahma Putri (221100033)

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN


Jl. Pahlawan No.99, Bukit Tempayang, Kec. Batu Aji, Kota Batam, Kepulauan Riau, 29425.

TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat yang maha kuasa atas ridho dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dan lancar tanpa ada
hambatan. Adapun tema dari makalah ini mengenai “EKONOMI MARITIM KEPULAUAN
RIAU”. Kami selaku penulis makalah ini berterimakasih kepada dosen pengempu atas tugas
yang diberikan.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, ketidak-
sempurnaan tersebut disebabkan oleh kemampuan, pengetahuan serta pengalaman kami yang
masih terbatas. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan bagi
kemajuan dimasa yang akan datang.

Batam, 1 Desember 2022


V
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terluas di dunia yang terdiri atas lebih dari
17.504 pulau dengan 13.466 pulau telah diberi nama. Sebanyak 92 pulau terluar sebagai garis
pangkal wilayah perairan Indonesia ke arah laut lepas telah didaftarkan ke Perserikatan Bangsa
Bangsa. Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km dan terletak pada posisi sangat
strategis antara Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia dan Pasifik. Luas daratan
mencapai sekitar 2.012.402 km2 dan laut sekitar 5,8 juta km2 (75,7%), yang terdiri 2.012.392
km2 Perairan Pedalaman, 0,3 juta km2 Laut Teritorial, dan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE). Sebagai Negara Kepulauan yang memiliki laut yang luas dan garis pantai yang panjang,
sektor maritim dan kelautan menjadi sangat strategis bagi Indonesia ditinjau dari aspek ekonomi
dan lingkungan, sosial-budaya, hukum dan keamanan. Meskipun demikian, selama ini sektor
tersebut masih kurang mendapat perhatian serius bila dibandingkan dengan sektor daratan.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang dibentuk melalui
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002. Provinsi Kepulauan Riau berbatasan langsung dengan
beberapa negara tetangga. Batas-batas wilayah Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Laut Cina Selatan


 Sebelah Selatan : Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat
 Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi
 Sebelah Timur : Negara Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau

Sebagai provinsi yang memiliki laut sangat luas tentunya Kepulauan Riau sangat dekat
dengan ekonomi maritim. Perikanan tangkap merupakan salah satu sumber pendapatan ekonomi
masyarakat dan daerah. Saat ini jumlah ketersediaan ikan untuk ditangkap semakin hari semakin
berkurang dibandingkan dengan jumlah manusia yang semakin bertambah. Kebutuhan yang
semakin meningkat dapat terjadinya kelangkaan ikan di laut oleh sebab itu pemerintah
menggalakkan sistem perikanan budidaya. Perikanan budidaya sangat menjanjikan ketersediaan
ikan, dan pastinya menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Ruang lingkup naskah akademik ini meliputi aspek sosial budaya, aspek ekonomi dan
lingkungan, serta aspek hukum dan keamanan. Aspek sosial budaya mencakup sejarah
kemaritiman, peranan faktor sosial budaya dalam pembangunan kemaritiman. Aspek ekonomi
dan lingkungan menyoroti potensi dan tantangan ekonomi kemaritiman dan kelautan serta
kondisi lingkungan. Aspek hukum mengkaji dan menelaah berbagai peraturan terkait dengan
kemaritiman dan kelautan, sedangkan aspek keamanan mengkaji berbagai masalah yang dapat
mempengaruhi keamanan di sektor maritim dan kelautan.

C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan rekomendasi terhadap penyelesaian
masalah-masalah di sektor maritim dan kelautan yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi
pembuat kebijakan.
BAB II
ISI

A. Landasan Filosofis
Sebagai sebuah Negara Kepulauan, laut memiliki peran penting bagi kehidupan bangsa
dan negara. Sejak zaman dulu nenek moyang Bangsa Indonesia mengarungi laut berlayar dan
berdagang dari satu tempat ke tempat lain menjelajah Nusantara. Pada masa itu berkembang
budaya maritim. Pada abad ke-7 Sriwijaya menguasai pelayaran dan perdagangan tidak saja di
Nusantara, tetapi juga sampai ke mancanegara. Setelah berjaya beberapa abad menguasai jalur
perdagangan, kejayaan itu menyusut sesuai dengan perkembangan zaman. Sriwijaya runtuh
sebagai kerajaan maritim, lalu digantikan oleh Majapahit pada abad ke-14. Kerajaan ini
menguasai perdagangan dan mempersatukan Nusantara. Sewaktu Sriwijaya dan Majapahit di
masa puncak kebesarannya, budaya maritim mengakar kuat di Nusantara. Akan tetapi, setelah
masa kejayaaannya runtuh dan kemudian digantikan oleh BugisMakasar, Aceh, Palembang,
Jambi, dan Banten, budaya maritim tetap berkembang, meskipun perlahan-lahan menurun
bersamaan dengan masuknya kekuasan asing.

Pelayaran dan perdagangan laut merupakan keunikan masyarakat kuno yang ada di
wilayah yang dikenal sebagai Indonesia pada saat ini, karena hampir sebagian besar masyarakat
yang tinggal di wilayah dengan garis pantai memiliki tradisi pelayaran dan perdagangan laut
yang menyertainya sebagai salah satu kegiatan ekonomi. Pelayaran dan perdagangan
menggerakkan dan menghidupkan laut. Hidup bersama laut menjadikan nenek moyang memiliki
karakter yang egaliter dan terbuka. Laut menjadi tempat hidup dan sumber orientasi kebudayaan.
Di masa lalu laut juga menjadi tempat pertahanan dengan kekuatan armada yang tangguh.
B. Sosial Budaya
Di masa lalu Nusantara pernah mengalami kejayaan maritim. Kejayaan maritim dapat
dilacak dari kehadiran kerajaankerajaan di pesisir pantai yang telah membangun budaya maritim.
Disebut memiliki budaya maritim karena kerajaankerajaan itu menghidupi aktivitas ekonominya
dari perdagangan yang kegiatannya dipusatkan di laut. Kerajaankerajaan maritim yang menyebar
dipisahkan laut. Laut tidak membuat mereka saling menjauh, tetapi saling berinteraksi. Interaksi
antara satu kerajaan dengan yang lain terbangun lewat transaksi perdagangan.

Dalam budaya maritim, Sriwijaya adalah kerajaan maritim dengan aktivitas


perdagangannya pada abad ke-7. Pada masanya para saudagar dari Cina melakukan transaksi
perdagangan dengan Sriwijaya. Saudagar dari Cina banyak yang menetap di wilayah kerajaan
ini, bahkan Sriwijaya mengundang ratusan pendeta Budha belajar agama di Palembang.
Kedatangan pendeta Budha melambungkan ketenaran Sriwijaya sebagai kota dagang terbesar di
Nusantara. Sebagai kota dagang infrastruktur perdagangan seperti bongkar muat relatif
berkembang dan memudahkan kapal-kapal besar memasuki wilayah Sriwijaya. Dengan demikian
kapal lebih mudah merapat dan bersandar di Sriwijaya. Trajektori kerajaan maritim di atas
memerlihatkan kejayaan maritim di masa lalu tersebar di Nusantara. Berkembangnya kerajaan
maritim menumbuhkan budaya maritim. Menguatnya budaya maritim sama sebangun dengan
memafaatkan laut sebagai sumber peradaban dan kemakmuran bangsa. Namun, budaya maritim
yang mengakar ini tidak dapat ditegakkan karena didera masalah internal dan eksternal. Masalah
internal terkait dengan perseteruan kerajaan pedalaman dan pesisir. Kerajaan pedalaman seperti
Mataram sewaktu meluaskan ekspansi kekuasaannya melumpuhkan kota dagang di wilayah
pesisir seperti Gresik, Tuban, dan Surabaya menjadi taklukannya. Penaklukan ini menggeser
orientasi kerajaan dari budaya maritim ke agraris. Setelah menjadi bawahan kerajaan pedalaman,
penguasa kota-kota pantai itu tidak lagi mengolah perdagangan, tetapi bergeser mengolah tanah.
Kultur maritim berganti dengan kultur agraris yang mengutamakan tanaman padi. Akibatnya,
kultur maritim tersubordinasi dalam kultur agraris.
C. Ekonomi Dan Lingkungan
Sasaran pembangunan maritim dan kelautan sangat realistis mengingat posisi Indonesia
secara geografis sangat strategis dan memiliki keunggulan komparatif karena sangat dekat
dengan pasar dunia seperti Cina, Jepang, Amerika, dan Uni Eropa, serta beberapa negara industri
baru di Asia. Di sisi lain, Indonesia yang berada di daerah tropis dengan ribuan pulau memiliki
kekayaan dan potensi sumberdaya maritim dan kelautan yang sangat besar. Kekayaan dan
potensi tersebut dapat dijadikan sumber bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu
hal mendasar yang menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya maritim dan
kelautan yaitu kurang memadainya sarana dan prasarana pendukung. Menurut FAO Food
Outlook (2008), Indonesia menempati peringkat ke-4 produsen perikanan dunia setelah Cina,
Peru, dan Amerika Serikat. Namun demikian, nilai ekspor produksi perikanan Indonesia hanya
menempati peringkat ke-9 dunia, di bawah Vietnam dan Thailand. Hal ini menggambarkan
bahwa produk perikanan Indonesia masih belum cukup kompetitif di tingkat dunia yang
disebabkan, antara lain (1). produk yang diekspor adalah produk perikanan dengan nilai ekonomi
yang rendah (2). produk yang diekspor masih dalam bentuk bahan baku; (3) adanya proteksi
harga; serta (4). kualitas produk ekspor yang masih rendah.

D. Maritim Kepulauan Riau


Kepulauan Riau merupakan provinsi dengan potensi maritim yang besar karena terdiri
dari 2.408 pulau yang dikelilingi oleh Laut Tiongkok Selatan. Potensi maritim itu antara lain
berupa sumber daya kelautan dan perikanan, jasa transportasi pelayaran dan perdagangan, energi
berkelanjutan, dan pariwisata. Potensi ini juga berpengaruh positif terhadap keragaman produk
unggulan dan kebudayaan di Kepulauan Riau. lalu lintas perdagangan dunia.Provinsi Kepri
memiliki luas wilayah 251.810 km2. Dimana 96% diantaranya merupakan lautan dan 4% berupa
daratan yang di rangkai oleh 2.408 pulau dengan garis pantai sepanjang 2.367,6 km.Pusat pusat
kegiatan di Provinsi Kepulauan Riau dapat dijangkau dari Singapura dengan jarak tempuh
kurang lebih 1 – 2 jam perjalanan menggunakan sarana transportasi laut. Provinsi Kepulauan
Riau terdiri dari 5
(lima) kabupaten dan 2 (dua) kota, meliputi Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten
Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota Tanjungpinang, dan Kota
Batam.

Sumberdaya kelautan meliputi ekosistem terumbu karang, pantai dan pulau kecil tersebar
di beberapa lokasi di Provinsi Kepulauan Riau. Wilayah di Provinsi Kepulauan Riau memiliki
kondisi ekosistem terumbu karang yang potensial untuk dikembangkan menjadi daerah wisata
bahari, dengan prioritas kawasan yaitu: Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, Kota Batam,
Kabupaten Bintan, dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Beberapa lokasi memiliki ekosistem
terumbu karang yang indah, masih dalam kondisi baik dan jenis-jenis ikan karang yang cukup
banyak dengan bentuk dan warna yang menarik. Lokasi tersebut diantaranya yaitu, Natuna
Bagian Selatan (Selat Lampa) tepatnya di Pulau Burung dan Pulau Setahi, Natuna Bagian Utara
(Teluk Buton) tepatnya di Pulau Panjang dan Pulau Pendek, Natuna Bagian Timur tepatnya Selat
Senua dan Pulau Senua, serta Natuna Bagian Timur Laut tepatnya di Pulau Sahi.Provinsi
Kepulauan Riau memiliki potensi pantai yang tinggi untuk dikembangkan menjadi kawasan
wisata dengan kategori rekreasi pantai. Hal ini didukung dengan banyaknya pulau kecil yang
dimiliki oleh Kepulauan Riau. Beberapa pantai yang potensial untuk dikembangkan menjadi
kawasan wisata dengan kategori rekreasi pantai, tersebar di Kabupaten Natuna, Kabupaten
Kepulauan Anambas. Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kota Batam, Kabupaten Bintan
dan Kota Tanjungpinang.

Lebih dari 95% wilayah Propinsi Kepulauan Riau (Kepri) adalah perairan laut,
mengidentifikasikan bahwa potensi sumber daya perikanan laut sangat besar. Secara garis besar,
jenis sumber daya ikan yang terdapat di perairan laut Kepri adalah: kelompok sumber daya ikan
pelagis (tongkol, tenggiri, kembung, layang, teri dan sebagainya), kelompok sumber daya ikan
demersal [kakap merah, kurisi, beloso, bawal, dsb), kelompok sumber daya ikan karang (kerapu,
baronang, napoleon, dsb), kelompok sumber daya moluska (cumi-cumi, sotong, dsb), dan
kelompok sumber daya krustase [kepiting, rajungan], dan kelompok sumber daya udang.
Potensi sumber daya ikan laut di Laut Cina Selatan (WPP 711) diperkirakan sebesar
1.057.050 ton/tah2un dan diperkirakan wilayah perairan laut Kepulauan Riau memiliki potensi
sumber daya ikan sebesar 860.650,11 ton/tahun meliputi ikan pelagis besar sejumlah 53,802.34
ton/tahun, ikan pelagis kecil sejumlah 506.025.30 ton/tahun, ikan demersal sejumlah 272.594,16
ton/tahun, ikan karang sejumlah 17.562.29 ton/tahun, lainnya (cumi, udang, lobster) sejumlah
10.666,02 ton/tahun. Sementara, dengan pendekatan hasil survei kapal riset MV. SEAFDEC
tahun 2006 diperkirakan total potensi sumber daya ikan di perairan laut Kepri sebesar
689.345.17 ton/tahun terdiri dari ikan pelagis besar sejumlah 16.48329 ton/tahun, ikan pelagis
kecil sejumlah 14630934 ton/tahun, ikan demersal sejumlah 491.653,06 ton/tahun, Krustase
(Udang, Kepiting, Rajungan, Lobster, Mantis) sejumlah 4402,70 ton/tahun, Moluska (Cumi,
Sotong, Gurita) sejumlah 30.496,77 ton/tahun.Potensi perikanan tangkap di Provinsi Kepulaun
Riau terbesar berada di perairan Natuna dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 4-6% dari
total potensi Kabupaten Natuna sebesar 504.212,85 ton/tahun [58,59% dari total potensi Provinsi
Kepulauan Riau) , diikuti Kabupaten Bintan, Kabupaten Kepulauan Anambas, dan Kabupaten
Lingga.

Provinsi Kepri yang memiliki laut seluas 24.121.530,0 ha (95,79%] dan daratan seluas
1.059.511,0 ha (4,21%) menyimpan potensi pengembangan perikanan budidaya (akuakultur)
yang sangat besar, terutama budidaya laut [marikultur). Diperkirakan terdapat kurang lebih
455.7799 ha areal laut yang berpotensi untuk pengembangan marikultur, yang terdiri dari
54.672,1 ha untuk marikultur pesisir (coastal marine culture) dan 401.1079 ha untuk marikultur
lepas pantai [offshore marine culture) yang tersebar hampir di setiap kabupaten/kota, Potensi
pengembangan marikultur yang tinggi adalah Kabupaten Lingga, yakni mencapai 19.054 ha
untuk coastal marine culture dan sekitar 226.538 ha untuk offshore marine culture.

E. Peluang Investasi Sektor Perikanan


Potensi kelautan dan perikanan di Provinsi Kepulauan Riau sangat besar karena sekitar
96% wilayah Kepulauan Riau adalah lautan. Potensi perikanan yang dimiliki Provinsi Kepulauan
Riau terdiri dari perikanan tangkap, perikanan budidaya,
pengolahan produk perikanan, industri bioteknologi kelautan, industri sumberdaya laut-dalam
dan pemanfaatan muatan barang kapal tenggelam, wisata bahari dan potensi mangrove dan
terumbu karang. Komoditas hasil kelautan dan perikanan yang dikembangkan merupakan
komoditas unggulan yang terdiri dari rumput laut (seaweed), ikan dan biota laut ekonomis tinggi
serta komoditi hasil budidaya perikanan. Potensi perikanan berupa ikan kecil (pelagis) dengan
potensi sekitar 513.000 ton namun pemanfaatannya baru sekitar 65%. Ikan demersal potensi
656.000 ton baru dimanfaatkan 75%. Lobster dan cumi-cumi dengan potensi masing-masing 400
ton dan 2.700 ton. Ikan karang dan ikan hias dengan potensi 27.600 ton dan 293.600 ton, dimana
yang baru dimanfaatkan pada tahun 2008 tercatat 225.439 ton atau sebesar 97,23%. Peluang
pasar sektorperikanan antara lain :

a. Meningkatnya kebutuhan masyarakat lokal maupun ekspor luar negeri khususnya


Singapore, Vietnam, Malaysia, Hongkong, dan China
b. Produk ekspor berupa ikan segar maupun ikan yang bisa diolah dalam kalengan sehingga
lebih tahan lama dan bisa mencakup pengiriman produk hasil olahan ikan yang lebih
banyak
c. Pemenuhan restoran, hotel, rumah makan dan tempat kuliner baik local maupun eskpor
Singapore, Vietnam, Malaysia, Hongkong, dan China

Berkaitan dengan potensi alam serta potensi pasar pengembangan sektor perikanan, maka
peluang investasi di sektor perikanan yang dapat di kembangkan antara lain Jenis ikan pelagis
memiliki potensi produksi sebesar 559.928 ton/tahun namun hanya sebesar 84.060 ton /tahun
[15,02%) saja yang baru dimanfaatkan oleh masyarakat. Selebihnya yaitu sebesar 475.574 ton
/tahun merupakan peluang besar yang bernilai Rp. 3,9 triliun/tahun. Peluang besar ini
memerlukan penyediaankapal purse seine 60 GT sebanyak 416 unit dari perikanan industri dan
armada drift gillnet [jaring insang hanyut) 5 GT sebanyak 2.854 unit dari perikanan
masyarakat.Produksi ikan demersal hanya sebesar 27,67% atau sebesar 75.435 ton/tahun dari
keseluruhan potensi produksi sebesar 272.594 ton/tahun. Dengan demikian masih terdapat
197.159 ton/tahun yang dapat diproduksi per tahunnya atau senilai Rp 1,38 triliun/tahun. Peluang
ini memerlukan penyediaan alat tangkap berupa rawai dasar 5 GT dan lampara dasar 60
Gtsejumlah 1.183 unit rawai dasar 5 GT dan 172 unit lampara dasar 60 GT. Selain ikan tangkap
juga terdapat potensi perikanan budi daya dengan potensi unggulan sebagai berikut:
a. Budi daya air laut : rumput laut, ikan dan biota laut bernilai ekonomis tinggi serta
komoditi hasil budidaya perikanan
b. Budi daya air payau : usaha budidaya udang (vannamei dan windu) dan ikan (bandeng,
kakap putih dan kerapu lumpur). usaha budidaya rumput laut Gracilaria
c. Budi daya air tawar : budidaya ikan lele (lele dumbo, lele sangkuriang), nila, gurami,
mujair dan ikan air tawar lainnya

Potensi pasar yang tersedia antar lain banyak jenis ikan konsumsi dari budidaya laut yang
mempunyai nilai jual tinggi. Diantaranya, ikan Kerapu, Bawal bintang dan Kakap putih yang
merupakan komoditi ekspor dan banyak diminati pasar luar negeri (Vietnam, Thailand, Iepang
dan Korea). Investasi yang dapat di kembangkan :

a. budidaya karamba (jaring apung dan tancap),


b. kolam, tambak, bak.
c. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan yang Dilakukan Secara Terpadu dengan Penangkapan
ikan di Perairan Umum
d. Pengolahan rumput laut
e. Usaha pemasaran, distribusi hasil perikanan
f. Pengolahan kitin kitosan
memerlukan penyediaan alat tangkap berupa rawai dasar 5 GT dan lampara dasar 60
Gtsejumlah 1.183 unit rawai dasar 5 GT dan 172 unit lampara dasar 60 GT. Selain ikan tangkap
juga terdapat potensi perikanan budi daya dengan potensi unggulan sebagai berikut:

d. Budi daya air laut : rumput laut, ikan dan biota laut bernilai ekonomis tinggi serta
komoditi hasil budidaya perikanan
e. Budi daya air payau : usaha budidaya udang (vannamei dan windu) dan ikan (bandeng,
kakap putih dan kerapu lumpur). usaha budidaya rumput laut Gracilaria
f. Budi daya air tawar : budidaya ikan lele (lele dumbo, lele sangkuriang), nila, gurami,
mujair dan ikan air tawar lainnya

Potensi pasar yang tersedia antar lain banyak jenis ikan konsumsi dari budidaya laut yang
mempunyai nilai jual tinggi. Diantaranya, ikan Kerapu, Bawal bintang dan Kakap putih yang
merupakan komoditi ekspor dan banyak diminati pasar luar negeri (Vietnam, Thailand, Iepang
dan Korea). Investasi yang dapat di kembangkan :

g. budidaya karamba (jaring apung dan tancap),


h. kolam, tambak, bak.
i. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan yang Dilakukan Secara Terpadu dengan Penangkapan
ikan di Perairan Umum
j. Pengolahan rumput laut
k. Usaha pemasaran, distribusi hasil perikanan
l. Pengolahan kitin kitosan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas wilayah yang memiliki banyak
perairan. Seluruh daerah di indonesia memanfaatkan perairan tersebut untuk menjadi mata
pencaharian setempat. Dengan meningkatkan potensi maritim dari setiap daerah, dapat membuat
daerah tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan. Maritim memiliki sejarah di indonesia
dan mempengaruhi beberapa faktor lain, seperti sosial budaya, hukum, ekonomi, dan lain
sebagainya. Pemerintah juga memanfaatkan wilayah perairan indonesia sebagai jalur
perdagangan yang ideal untuk dilakukan.

Potensi ekonomi maritim di kepulauan riau juga baik. Sumber daya kelautan, perikanan,
perikanan tangkap, budidaya laut, budidaya air payau dan tawar, hingga peluang untuk
berinvestari dalam sektor perikanan dimanfaatkan dengan baik. Dengan tingginya potensi
maritim di kepulauan riau, hal ini dapat meningkatkan pendapatan para nelayan yang memiliki
penghasilan dari hasil laut. Tak hanya itu, pelesetarian dan budidaya laut juga dilakukan demi
meningkatkan kualitas maritim kepulauan riau dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan lain
sebagainya.

B. Saran
Saran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekonomi maritim adalah :
1. Membangun kembali budaya maritim Indonesia
2. Menjaga dan mengelola sumber daya laut
3. Pembangunan infrastruktur maritim
4. Diplomasi maritim
5. Menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim
DAFTAR PUSTAKA

http://fri2016.uny.ac.id/sites/fri2016.uny.ac.id/files/2.%20NASKAH%20AKADEMIS.pdf

http://repositori.umrah.ac.id/3448/3/TANTIA_FARIESTA_160563201074_Ilmu
%20Administrasi%20Negara%20-%20BAB%201.pdf

http://repository.unissula.ac.id/16308/5/bab%20I.pdf

https://kids.grid.id/read/473212847/materi-ips-kelas-8-smp-bagaimana-upaya-meningkatkan-
ekonomi-maritim?page=all

https://barenlitbangkepri.com/potensi-kepri/

Anda mungkin juga menyukai