Anda di halaman 1dari 82

-- Ed. 1. --Cet. 1-- Depok: Rajawali Pers, 2017.

xix, 61 hlm., 23 cm
Bibliografi: hlm. 56
ISBN 978-602-425-449-0

1. Perikanan tangkap -- Ternate. I. Judul. II. Armen Zulham III. Subaryono IV. Thomas Ralp
639.220 959 856 23

Hak cipta 2017, pada penulis


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit
2017. 1900 RP
Dr. Armen Zulham
Dr. Subaryono, S.Pi., M.Si.,
Ralph Thomas Mahulette, M.Si.
REKOMENDASI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP
DI TERNATE DAN SEKITARNYA
Cetakan ke-1, Desember 2017
Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok
Desain cover oleh octiviena@gmail.com
Dicetak di Rajawali Printing

PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956
Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id Http: //www.rajagrafindo.co.id

Pusat Riset Perikanan


Badan Riset dan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikanan
Tim Penyusun:
Dr. Armen Zulham
Dr. Subaryono, S.Pi., M.Si.,
Thomas Ralp Matulete, M.Si.

Editor:
Prof. Dr. Wudianto
Prof. Dr. Mulyono Baskoro
Ir. Badruddin
Dr. Wijopriono

Redaktur:
Niken Winarsih
Tri Handanari
Dwi Prasetyo

Penerbit:
PT. RajaGrafindo Persada

Anggota IKAPI:
109/DKI/88
T
ernate merupakan salah
satu kota penting di Maluku
Ringkasan Utara yang terletak pada
koordinat 00 25’ 41,82” - 10
21’ 21,78” Lintang Utara dan 1260
7 ’ 32,14” - 127 0 26 ’ 32,12” Bujur
Timur. Posisi Kota Ternate sebagai
pusat perdagangan di Maluku Utara,
didukung oleh tersedianya angkutan
laut seperti kapal cargo dan kapal
penumpang, serta cargo angkutan
udara seperti Sriwijaya Air, CiltiLink dan
Garuda, sangat mendukung pengiriman
komoditas perikanan ke luar Ternate.
Pengiriman komoditas perikanan
pada Tahun 2016 untuk Tuna, Layang,
Cakalang, Tongkol, dan Kakap berkisar
antara 340 ton sampai 1.232 ton.
Provinsi Maluku Utara dengan
luas laut 75% dan daratan yang hanya
25% memberikan peluang besar
bagi pengembangan perikanan untuk
kesejahteraan masyarakat nelayan. Ikan
Cakalang dan Ikan Tuna merupakan
komoditas perikanan yang paling
unggul dan dominan di Pulau Ternate,
Hiri, Maitara, dan Tidore. Sedangkan
Ikan Kerapu merupakan komoditas
unggulan di Pulau Siko, Laigoma dan
Gafi. Secara umum komoditas cakalang
dan tuna adalah komoditas yang berbasis
pada upaya penangkapan sehingga
komoditas ini tidak sepenuhnya dapat
menjamin ketersediaan komoditas
tersebut untuk level industri, jika

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya iii


ketersediaan komoditas tersebut hanya Jakarta. Industri pengolahan perikanan
mengandalkan ketersediaannya di alam. sebagian besar masih merupakan
Tingkat pemanfaatan ikan pelagis kecil usaha skala industri rumah tangga.
dan pelagis besar sudah mencapai over- Jumlah industri pengolahan ikan yang
exploited, sedangkan ikan demersal sudah terdaftar di Dinas Perindustrian
fully-exploited, dan ikan karang moderate Kota Ternate baru sebanyak 32 unit
(Anonimous 2016). Dalam hal ini, pengolahan ikan (UPI) yang terdiri dari
ikan tuna dan cakalang tidak termasuk pengasapan ikan, abon ikan, nuget ikan,
yang over exploited, sehingga masih kecap ikan dan sambal ikan. Jumlah
memungkinkan untuk dikembangkan. unit pengolahan yang belum terdaftar
Jumlah kapal yang berkunjung di Dinas Perindustrian dan Perdagangan
PPN Ternate pada periode 2012-2016 jauh lebih besar, dan saat ini menjadi
sebanyak 22.063 per tahun. Berdasarkan binaan Dinas Koperasi dan UMKM.
ukuran kapal yang berkunjung di PPN Perdagagangan ikan ke luar Kota Ternate
Tenate periode tahun 2012-2016 kapal pada tahun 2016 sebanyak 1.076.031
dengan ukuran MT yang paling banyak kg dan dikirim ke berbagai kota seperti
dengan persentase sebesar 44%, diikuti Bitung, Jakarta, Makasar dan Batam.
oleh kapal dengan ukuran <10 GT Permasalahan pengembangan
(21%), kapal dengan ukuran 11-20 GT perikanan di Ternate antara lain adalah
(10%), kapal dengan ukuran 21-30 GT tingkat pemanfaatan ikan pelagis kecil dan
(15%), serta kapal dengan ukuran 31-50 ikan pelagis besar yang sudah over exploited
GT (10%). Alat tangkap menjadi bagian dengan nilai tingkat pemanfaatan 1.05
terpenting dalam menentukan sukses 1,58. Nilai pemanfaatan yang belum over
atau tidaknya suatu usaha perikanan, exploited adalah ikan demersal dan ikan
namun juga dapat menjadi penyebab karang dengan tingkat pemanfaatan 0,51
timbulnya masalah bagi kelestarian dan 0,49. Sementara itu pengembangan
sumber daya ikan dilaut. Beberapa penangkapan ikan demersal dan karang
jenis alat tangkap yang ada di Ternate terkendala oleh kurangnya rumpon yang
yaitu purse seine, gill net, hand line, pole tersedia di sekitar Ternate. Penambahan
dan line, dan muroami disamping kapal rumpon ini dapat memperpendek lokasi
pengangkut. penangkapan ikan, namun berpotensi
Hasil produksi ikan Kota Ternate mengganggu jalur pelayaran kapal karena
mayoritas dibekukan dan dijual segar Perairan Ternate cukup ramai dilalui kapal
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi laut. Permasalahan lain yang muncul
lokal serta dikirim ke berbagai kota adalah mulai dikembangkannya industri
seperti Bitung, Makasar, Surabaya dan pengolahan hasil perikanan dan kapal

iv Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


carrier di Bacan, yang menyebabkan Pengembangan industri olahan ikan skala
sebagian kapal akan mendaratkan besar di Ternate berpotensi mengganggu
ikannya di sana, dan menyebabkan suplai ikan ke Bitung dan kota-kota lainnya,
suplai ikan ke Ternate berkurang. Selain karena Ternate sangat potensial sebagai
itu pengembangan industri pengolahan pensuplai bahan baku ikan untuk industri
di Ternate berpotensi mengganggu pengolahan perikanan di sekitarnya.
keseimbangan pasokan ikan ke Bitung, Pengembangan usaha pengolahan sekala
yang dapat berdampak pada kurangnya industri kecil dan rumah tangga perlu
suplai bahan baku industri pengolahan dilakukan dengan serangkaian program
yang sudah ada saat ini karena hampir seperti bimbingan dan pembinaan
80% armada kapal Bitung beroperasi dan terkait produktivitas dan mutu hasil
mencari ikan di Ternate. olahan, peningkatan jumlah perijinan dan
Perspektif pengembangan pe­ sertifikasi olahan seperti PIRT, sertifikat
r­­ikanan tangkap di Ternate, mem­ halal, dan SKP, maupun peningkatan
perlihatkan bahwa ikan tuna menjadi kualitas kemasan dan pelabelan sehingga
tujuan utama bagi masyarakat nelayan dapat meningkatkan umur simpan
dan disuplai ke pasar melalui perusahan di maupun jangkauan pemasaran produk
Ternate atau Bitung. Selain ikan tuna, ikan olahan yang dihasilkan.
cakalang juga menjadi primadona bagi Pengembangan perikanan tangkap
masyarakat nelayan dan dijadikan bahan di Ternate menghasilkan dua model
dasar untuk pengolahan abon dan ikan yaitu model pengembangan perikanan
asap skala rumah tangga. Ikan demersal ikan tuna dan model pengembangan
maupun ikan karang di Ternate Provinsi perikanan demersal. Model ini harus
Maluku Utara bukan merupakan ikan diterapkan agar stok ikan dilaut tidak
tujuan ekspor, namun merupakan ikan berkurang, dengan penangkapan yang
konsumsi dijual bebas pada pasar-pasar berlebihan tanpa melihat stok ikan yang
lokal. Permintaan ikan demersal sangat ada. Apabila penangkapan ikan pelagis
besar dengan kehadiran restauran/ dan demersal dengan alat tangkap yang
rumah makan pada pusat kota Ternate. tidak ramah lingkungan terus dilakukan
Pengembangan industri pengolahan hasil maka akan menjadi ancaman kedepan
perikanan sebaiknya difokuskan pada bagi keberlanjutan usaha perikanan
industri kecil dan menengah khususnya di Ternate. Perikanan tangkap tuna di
pada produk olahan khas seperti ikan Ternate cukup dominan, dan karena
asap maupun abon ikan, atau industri tingkat pemanfaatannya yang belum over
bahan setengah jadi seperti industri fillet exploited maka masih memungkinkan
dan loin untuk komoditas ikan tuna. bagi pengembangan perikanan tuna ke
depan.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya v


Dengan me­
Kata Pengantar manjatkan rasa

Kepala Pusat syukur kepada


A l l a h S W T,

Riset Perikanan Pusat Riset Per­


ikanan dapat
me­m­p ersembahkan Buku Re ­
k o m e n d a s i Pe n g e m b a n g a n
Perikanan Tangkap di Ternate dan
sekitarnya. Buku merupakan salah
satu hasil riset Validasi Lokasi Potensi
Pengembangan Per­ikanan Tangkap
dengan fokus pada sumber daya
perikanan laut dengan fokus di Ternate
dan sekitarnya. Riset yang dilaksanakan
pada tahun 2017 ini dilaksanakan dalam
rangka mendukung Instruksi Presiden
No.7/2016 tentang Percepatan
Pembangunan Industri Perikanan
Nasional yang bertujuan untuk me­
ningkatkan kesejahteraan masy­arakat
khususnya nelayan, pem­b udidaya,
pengolah maupun pe­m asar hasil
perikanan dan meningkatkan pe­
nyerapan tenaga kerja serta devisa
negara melalui perumusan rekomendasi
model pengembangan perikanan
tangkap dengan berpegang pada prinsip
kedaulatan, keberlanjutan dan kesejah­
teraan.
Ternate melalui Pelabuhan Per­
ikanan Nusantara Ternate mempunyai
potensi sangat strategis sebagai sumber

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya vii


pasokan ikan segar / beku serta loin Kami mengucapkan terima kasih
tuna untuk beberapa pasar di Indonesia. kepada Tim Penyusun, para Editor dan
Sedangkan dari aspek sumber daya Tim Redaktur yang telah mencurahkan
dengan 75% wilayahnya terdiri dari tenaga, waktu dan pikirannya dalam
perairan laut memiliki potensi sumber proses penerbitan buku ini.
daya ikan Cakalang dan Ikan Tuna Semoga Buku ini dapat mem­
sebagai komoditas perikanan yang berikan kontribusi yang baik dalam
paling unggul dan dominan. rangka peningkatan kesejateraan
Buku ini mengkaji pengembangan masyarakat dan pelestarian sumber
perikanan tangkap dengan basis model daya perikanan berkelanjuJakarta,
untuk komoditas perikanan tuna Desember 2017
dan demersal yang dilakukan secara
Kepala Pusat Riset Perikanan,
komprehensif dengan mengulas aspek
hulu-hilir termasuk infrastruktur dan
fasilitas armada penangkapannya Dr. Toni Ruchimat, M.Sc.
sehingga menghasilkan rumusan
perspektif rekomendasi pengem­
bangan kedepan.

viii Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Kata Pengantar
P
uji Syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT atas

Penyusun segala rahmat dan karunianya


sehingga Buku Rekomendasi
Pengembangan Perikanan Tangkap
di Ternate dan sekitarnya dapat
diterbitkan. Buku ini mengupas secara
komprehensif tentang Perspektif
pengembangan perikanan tangkap
di Ternate sebagai salah satu pusat
distribusi komoditas primer dari
Maluku Utara dan distribusi komoditas
sekunder ke Maluku Utara.
Buku menggambarkan secara
lengkap gambaran dari aspek per­
ekomonian berikut potensi pengem­
bangan lapangan usaha. Sumber daya
perikanan dijabarkan terkait dengan
potensi perikanan Kota Ternate
dan tingkat pemanfaatannya yang
selanjutnya diperoleh karakteristik
berbagai sarana prasarana pen­
dukung perikanan tangkap ter­masuk
keragaan sosial ekonomi, kelembagaan,
perdagangan dan pemasaran. Persfektif
Pengembangan Perikanan di Ternate
dirumuskan dengan meningkatkan
peran Ternate sebagai sentra pendaratan
ikan dari armada yang menangkap
ikan di WPP 715 dan WPP 716 yang
sangat dekat pusat permintaan ikan
Bitung, Makasar dan Surabaya. Pada
bagian akhir memberikan gambaran

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya ix


tentang rekomendasi kebijakan yang
perlu dipertimbangkan untuk me­
ngembangkan perikanan Kota Ternate
berdasarkan komoditas yang dihasilkan
dan komoditas yang di kembangkan.
Diharapkan buku ini dapat menjadi
gambaran model pengembangan pada
komoditas potensial sumber daya
perikanan laut dengan karakteristik
wilayah yang serupa.
Tim Penyusun

x Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Kata Pengantar
S
ebagai pihak penerbit,
buku ini adalah berkategori

Penerbit ilmiah populer pertama


tentang perikanan tangkap
perairan laut pertama yang kami
terbitkan. Buku hasil karya Pusat
Riset Perikanan Badan Riset dan
Sumber Daya Kementerian Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia ini
akan memberikan wawasan kepada
masyarakat umum, dan pemangku
kebijakan terkait dengan pengelolaan
perikanan berkelanjutan yang mampu
berdampingan dengan sektor lain
yang terkait dalam pengelolaan
dan pemanfaatan bersama atas
sumber daya perairan laut. Buku
ini menghadirkan gambaran dan isu
pengelolaan sumber daya di Ternate
dan sekitarnya, yang tidak banyak
diungkap secara gamblang kepada
khalayak umum.
Sebagai penerbit, kami yakin,
para pembaca akan terbuka
cakrawalanya tentang bagaiamanakah
pengelolaan sumber daya perairan laut
yang berkelanjutan. Semoga buku ini
dapat menjadi sebuah rujukan yang

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya xi


bermanfat bagi semua pihak yang
berkepentingan. Kami menunggu
hasil karya tulis selanjutnya, demi
mencerdaskan kehidupan masyarakat
dan bangsa.
Jakarta, Desember 2017

PT. RajaGrafindo Persada.

xii Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Ringkasan iii
Kata Pengantar Kepala Pusat
Daftar Isi Riset Perikanan vii
Kata Pengantar Penyusun ix
Kata Pengantar Penerbit xi
Daftar Isi xiv

Daftar Gambar xvi

Daftar Tabel xix

1. Pendahuluan 1

2. Sumber Daya Perikanan Tangkap 5


2.1. Potensi Sumber Daya Perikanan 5
2.2. Tingkat Pemanfaatan
Sumber Daya 7
2.3. Komoditas Perikanan Potensial 12
3. Karakteristik Pemanfaatan
Sumber Daya Ikan Pengelolaan 14
3.1. Armada dan Alat Tangkap 14
3.1.1. Armada Kapal
Penangkap Ikan 14
3.1.2. Alat Tangkap Ikan 16
3.2. Industri Pengolahan Perikanan 22
3.3. Infrastruktur dalam
Pemanfaatan Sumber Daya 27
3.4. Sosial Ekonomi dan
Kelembagaan 32

xiv Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


3.5. Perdagangan dan Pemasaran 42
3.6. Permasalahan Pemanfaatan
Sumber Daya 44
4. Perspektif Pengembangan
Perikanan Tangkap 51
Daftar Pustaka 56
Biodata Penulis 57

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya xv


Daftar Gambar 2.1. Peta WPP 715 Perairan Teluk
Tomini, Laut Maluku, Laut
5

Gambar Halmahera, Laut Seram dan


Teluk Berau
Gambar 2.2. Pelagis besar dan kecil yang
didaratkan di pelabuhan
perikanan Kota Ternate 6
Gambar 2.3. Kegiatan Perikanan Ternate 8
Gambar 2.4. Tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan di WPP NRI
715 10
Gambar 2.5. Jumlah produksi rata-
rata/hari selama Tahun
2012-2016 10
Gambar 2.6. Ikan tuna loin dan cakalang
asar (cakalang fufu) 11
Gambar 2.7. Sebaran Produksi Hasil
Tangkapan Nelayan Menurut
Kecamatan di Kota Ternate 11
Gambar 2.8. Produksi jenis ikan per
bulan di PPN Ternate Tahun
2012-2016 12
Gambar 3.1. Persentase frekuensi
kunjungan kapal menurut
ukuran di PPN Ternate Tahun
2012-2016 15
Gambar 3.2. Jumlah frekuensi kunjungan
kapal setiap bulan Tahun
2012-2016 15
Gambar 3.3. Jumlah ukuran kapal
dengan alat tangkap Tahun
2012-2016 16
Gambar 3.4. Jumlah unit alat tangkap di
Ternate Tahun 2012-2016 17

xvi Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Gambar 3.5. Salah satu alat tangkap ikan
purse seine di Ternate 17
Gambar 3.6. Armada kapal perikanan
yang beroperasi di Ternate 18
Gambar 3.7. Fishing ground tersebar
luas dari sebelah barat Laut
Sulawesi hingga sebelah
timur Samudera Pasifik 19
Gambar 3.8. Penyebaran posisi rumpon di
Desa Dufa-dufa Kota Ternate 21
Gambar 3.9. Penyebaran rumpon di
sekitar Halmahera Utara
sampai Tenggara 21
Gambar 3.10. Bagan apung dan umpan
ikan teri 22
Gambar 3.11. Jenis usaha unit pengolah
dan pemasaran produk
olahan skala mikro kecil dan
menengah (UMKM) yang
terdaftar di Dinas Koperasi
dan UMKM 24
Gambar 3.12. Unit usaha PT. Fishindo
Lintas Samudera (kiri) dan
PT. Dharma Niaga (kanan)
kota Ternate 26
Gambar 3.13. Rumah asap dan ikan
cakalang siap untuk
pengasapan di Maitara
Ternate 27
Gambar 3.14. Perkembangan Armada
Perikanan Tangkap di Kota
Ternate 33
Gambar 3.15. Sebaran Distribusi Pasar Ikan
Hasil Tangkapan Nelayan
Ternate 2016 35

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya xvii


Gambar 3.16. Tracking Kapal Pengawas
PSDKP di Perairan Halmahera 35
Gambar 3.17. Profil pengiriman ikan
dari Kota Ternate tahun
2014-2016 42
Gambar 3.18. Aktivitas perdagangan ikan di
Pasar Bastiong Ternate 44
Gambar 3.19. Distribusi Armada Perikanan
di Kota Ternate, (2016) 45
Gambar 3.20. Persentase Jenis Ikan
yang didaratkan Armada
Perikanan pada PPN Ternate,
(2016) 47
Gambar 3.21. Persentase Jenis Ikan
yang didaratkan Armada
Perikanan Rakyat pada
berbagai lokasi di Kota
Ternate. 48

xviii Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Gambar 3.22. Produktivitas Alat Tangkap
Daftar Nelayan Perikanan Rakyat di

Tabel Ternate (2016)


Gambar 3.23. Produktivitas Alat Tangkap
49

Armada Perikanan di PPN


Ternate (2016) 50
Tabel 1. Tingkatan pemanfaatan
(eksploitasi) sumber daya ikan 8
Tabel 2. Potensi lestari dan jumlah
tangkapan diperbolehkan
sumber daya ikan di WPP 715
NRI (ton) 9
Tabel 3. Unit Pengolahan Ikan di
Ternate yang terdaftar di
Disperindag 23
Tabel 4. Fasilitas Pendukung Pada PPI
Dufa Dufa Kota Ternate 29
Tabel 5. Infrastruktur pada Kawasan
PPN Ternate 31
Tabel 6. Sebaran binaan Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Ternate
(2015- 2016) 36
Tabel 7. Tingkat Partisipasia) Stakeholder
dalam Pengembangan Perikanan
di Kota Ternate 37
Tabel 8. Ciri dari Pelaku Usaha pada
Perikanan di Ternate, 2017 39
Tabel 9. Road map pengembangan
usaha perikanan rakyat di
Ternate, 2017 51
Tabel 10. Road Map Pengembangan
Perikanan Komersial di PPN
Ternate 53

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya xix


T
ernate merupakan salah
satu kota penting di Maluku
Pendahuluan Utara. Kota Ternate yang
terletak pada koordinat 00
25’ 41,82” - 10 21’ 21,78” Lintang Utara
dan 1260 7’ 32,14” - 1270 26’ 32,12”
Bujur Timur. Ternate merupakan salah
satu pusat distribusi komoditas primer
dari Maluku Utara dan distribusi
komoditas sekunder ke Maluku Utara.
Selain Bacan (yang lokasinya
di bagaian Selatan Maluku Utara),
Ternate adalah salah satu lokasi tempat
pendaratan ikan dari beberapa armada
penangkapan ikan di WPP-RI 715
(perairan Teluk Tomini, Laut Maluku,
Laut Halmahera, Laut Seram dan Laut
Banda) serta armada yang menangkap
ikan dari WPP-RI 716 meliputi Laut
Sulawesi dan sebelah Utara Laut
Halmahera.
Di Kota Ternate terdapat dua
lokasi pendaratan ikan, yaitu: Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Ternate
di Desa Bastion, serta Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Dufa-Dufa.
Lokasi pendaratan ikan yang pertama
dibawah pengelolaan Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap, sedangkan
lokasi yang kedua merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota Ternate. Kapasitas
produksi di PPN Ternate per tahun

1 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


selama periode 2012 – 2016 adalah belanja pemerintah tersebut tidak
6.654 ton per tahun. Sedangkan ikan menunjukkan adanya gejala “crowding
yang didaratkan di PPI Dufa-Dufa out” terhadap investasi (perikanan)
datanya tidak akurat, dan berdasarkan yang masuk ke Kota Ternate.
informasi lapangan pada bulan Hambatan investasi perikanan masuk
Nopember 2017, diperkirakan sekitar ke Kota Ternate disebabkan oleh
250 ton per tahun. faktor internal investor / perusahaan.
Perekonomian Kota Ternate Posisi Kota Ternate sebagai pusat
2010 – 2016 berdasarkan lapangan perdagangan tersebut, didukung oleh
usaha dengan harga konstan 2010 tersedianya angkutan laut (terutama
menunjukkan, kontribusi Lapangan kapal cargo serta kapal penumpang)
Usaha Pertanian (termasuk perikanan) dan cargo angkutan udara (Sriwijaya
dalam perekonomian Kota Ternate Air, CiltiLink dan Garuda), sangat
adalah 4,4% per tahun, industri mendukung Komoditas perikanan
pengolahan rata –rata 3,8% per tahun, yang dikirim ke luar Ternate pada
dan lapangan usaha perdagangan rata- Tahun 2016 adalah: Tuna, Layang,
rata sekitar 25,2% per tahun, Lapangan Cakalang, Tongkol, dan Kakap yang
Usaha Transportasi 15,3% per tahun volume perdagangannya berkisar
serta administrasi pemerintahan antara 340 ton sampai 1.232 ton.
16,7% per tahun. Tuna merupakan komoditas
Data BPS tahun 2010-2014 perdagangan penting dari Kota Ternate
menunjukkan struktur perekonomian pada tahun 2016 yang mencapai 1.232
Kota Ternate yang didominasi oleh ton. Sementara ikan Layang dan
Lapangan Usaha Perdagangan (dengan Cakalang mencapai 455 ton dan 408
kontribusi rata-rata 25,2% dari ton. Ikan Tuna umumnya dikirim dalam
PDRB), tersebut akan mendorong bentuk beku ke Bitung, Makasar dan
berkembangnya distribusi ikan dari Jakarta. Ikan Layang sekitar 15% dijual
Ternate ke berbagai lokasi terutama segar untuk konsumsi masyarakat di
ke Bitung. Makasar, dan Surabaya. Pasar Bastion dan sisanya dikirim ke
Selain itu, struktur perekonomian Makasar dan Surabaya dalam bentuk
Kota Ternate dengan kontribusi beku. Cakalang pasarnya cukup luas.
dari Administrasi Pemerintahan Di Kota Ternate pasar Cakalang adalah
sekitar 16,7% menunjukkan untuk konsumsi lokal (10%) dan
perekonomian yang didorong melalui bahan baku ikan asap (15%). Ikan asap

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 2


diproduksi oleh industri rumah tangga potensi tersebut dan potensi
di Pulau Meitara dan Kota Ternate dan pemanfaatan ikan potensial di
produksinya dikirim sampai ke Bitung Kota Ternate.
dan Manado. 3. Karakteristik Pemanfaat Sumber
Pengembangan Lapangan Usaha Daya. Bagian ini membahas
Perikanan di Kota Ternate, masih tentang karakteristik berbagai
memerlukan tambahan cold storage sarana dan prasarana perikanan
dan tambahan pasokan listrik dalam yang terdapat di Kota Ternate,
jumlah yang cukup untuk mendukung keragaan sosial ekonomi dan
Ternate sebagai pusat pemasokan ikan kelembagaan, serta perdagangan
ke berbagai kota di Jawa dan Sulawesi. dan pemasaran. Bagian ini juga
Oleh sebab itu, tujuan dari tulisan membahas permasalahan dalam
ini adalah untuk memberi gambaran pemanfaatan potensi perikanan
tentang karakteristik dan potensi di perairan Halmahera.
lapangan usaha perikanan di Kota 4. Pe r s f e k t i f Pe n g e m b a n g a n
Ternate, serta merumuskan model Perikanan di Ternate. Ternate
pengembangan perikanan tangkap di sebagai sentra pendaratan ikan
Kota Ternate. dari armada yang menangkap
Oleh sebab itu, untuk mencapai ikan di WPP 715 dan WPP
tujuan yang dimaksud, maka tulisan 716 yang sangat dekat pusat
ini dirancang dengan susunan sebagai permintaan ikan Bitung, Makasar
berikut: dan Surabaya. Pembahasan
pengembangan perikanan di
1. Pendahuluan, merupakan gam­
Ternate harus mempertimbangkan
baran tentang perekonomian
per­kembangan pusat permintaan
Kota Ternate, karakteristik
ikan tersebut.
per­e konomian Kota Ternate
menurut lapangan usaha. Serta 5. Dan bagian penutup. Bagian
peran, kendala dan potensi ini, memberi gambaran tentang
pengembangan lapangan usaha rekomendasi kebijakan yang
perikanan di Kota Ternate. perlu dipertimbangkan untuk
mengembangkan perikanan
2. Sumber daya perikanan pemasok
Kota Ternate. Komoditas yang
ikan ke Kota Ternate. Membahas
dihasilkan dan komoditas yang di
tentang potensi perikanan Kota
kembangkan.
Ternate dan tingkat pemanfaatan

3 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Sumber Daya
Perikanan
Tangkap

2.1. Potensi Sumber Daya Perikanan

Gambar 2.1 Peta WPPNRI 715 Perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera,
Laut Seram dan Teluk Berau.

Wilayah Pengelolaan Perikanan pelagis kecil. Daerah yang cukup luas


WPP-NRI 715 yang mencakup bagian ini mempunyai kepentingan bersama
laut Utara Halmahera serta berada sebagai negara kepulauan. Tentunya
di Laut Pasifik dan Bagian Selatan terdapat banyak kegiatan penangkapan
di laut Maluku, bagian Timur dari ikan dengan batasan sumber daya,
ujung kepala burung (Sorong) Papua sesuai dengan kekayaan sumber daya
sampai Barat memasuki Teluk Toli- hayati yang dimiliki. Terkadang bisa
Toli Gorontalo, memiliki sumber saja terjadi saling menguntungkan,
daya perikanan pelagis besar maupun namun terbanyak muncul kerugian, hal

5 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


ini terjadi apabila di lain pihak terjadi dominan terbanyak, adalah ikan layang
illegal fishing (Anonim 2011). malalugis (Decapterus macrosoma),
Perikanan pelagis kecil memang kemudian sebagian adalah ikan selar
kurang diperhatikan di dunia luar, (Selarroides sp), selain ikan tongkol
n a m u n b a g i I n d o n e s i a s a n g a t (Auxis thazard) dan ikan cakalang
membantu dalam menyejahterakan (Katsuwonus pelamis) sebagai pelagis
bangsanya sendiri. Beberapa ikan besar (Gambar 2),
pelagis kecil yang dapat kita temui yang

Gambar 2.2 Pelagis besar dan kecil yang didaratkan di pelabuhan perikanan Kota
Ternate

Potensi sumber daya ikan pe­ rawai tuna (tuna long line) dan cakalang
lagis kecil dimanfaatkan dengan (huhate), sehingga permintaan pasar
menggunakan alat penangkapan terhadap ikan ini tinggi. Oleh karena
ikan seperti pajeko (small purse itu dikhawatirkan stok atau populasi
seine), jaring lingkar (giob), jaring ikan pelagis akan terus menurun
insang permukaan (surface gill net), akibat tangkapan yang berlebih (over
jaring insang hanyut (drift gill net), exploited), meskipun ikan pelagis
bagan tancap (fixed lift net), bagan tergolong dalam sumber daya hayati
perahu (boat lift net), bagan tancap yang dapat pulih secara alamiah.
(fixed liftnet) dan pancing ulur (hand Dalam mengelola sumber daya
line). Potensi ini Sumber daya ikan ikan pelagis berbasis stok, maka
pelagis kecil di perairan Sulawesi sifat-sifat biologi spesies ikan pelagis
dan Halmahera pada umumnya kecil, serta lingkungannya perlu
terdistribusi luas karena memiliki sifat diketahui sehingga data dan informasi
migrasi yang kuat. Selain dimanfaatkan mengenai aspek biologi terutama
untuk memenuhi kebutuhan protein, aspek reproduksi dikumpulkan.
ikan pelagis belakangan ini digunakan Informasi biologi reproduksi sangat
sebagai ikan umpan dalam perikanan diperlukan dalam pengelolaan sumber

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 6


daya bagi wilayah perairan padat dua minggu bahkan satu bulan.
tangkap dan bagi pengembangan Jarak daerah penangkapan ikan
wilayah-wilayah perikanan yang tingkat tergantung ada atau tidaknya rumpon
penangkapannya rendah. Ukuran maupun bagan yang dijumpai. Hal
pertama kali matang gonad merupakan ini berhubungan dengan besaran
salah satu aspek biologi yang perlu kapal, bahan bakar minyak (BBM)
diketahui, sehingga ukuran suatu dan makanan serta jumlah Anak
alat tangkap dapat dirancang dalam Buah Kapal (ABK) di dalam kapal.
memanfaatkan suatu sumber daya Aktivitas nelayan tersebut sebagian
ikan, dan dengan demikian maka didukung oleh paket bantuan dari
pengelolaan dapat dilakukan yang Kementerian Koperasi dan UKM,
lebih bijaksana agar sumber daya dapat maupun Kementerian Kelautan dan
terjaga. Perikanan yang disalurkan melalui
Dinas terkait.
2.2. Tingkat Pemanfaatan Permasalahan lainnya juga di­
Sumber Daya sebabkan karena nelayan di pulau-
pulau kecil masih bersifat individu dan
Masyarakat di Kota Ternate
belum tergabung dalam kelompok,
dan Kepulauan Ternate merupakan
Beberapa lokasi yang kita kunjungi
masyarakat yang kehidupannya
seperti di Desa Maitara, belum
tergantung pada potensi sumber
di jumpai kelompok nelayan yang
daya laut dan potensi sumber daya
terbentuk, usaha mereka perorangan
pertanian. Hal ini berarti sumber
atau turun-temurun, baik dari per­
pendapatan rumah tangga mereka
ikanan tangkap maupun industri
adalah dari dua sumber tersebut.
rumah tangga (home industry). Se­
Ekonomi rumah tangga mereka tetap
pintas kegiatan penangkapan ikan
berfungsi dengan baik walaupun
hanya untuk mencukupi kebutuhan
saat musim paceklik penangkapan
hidup dan selebihnya dapat dijual. Jika
ikan. Sebagai nelayan, mereka sangat
dilakukan dengan sungguh-sungguh
terampil dan telah teruji di laut.
akan mendapatkan keuntungan bagi
Kegiatan penangkapan ikan dilakukan
perkembangan nelayan ke depan.
dalam satu kapal terdiri dari 10 sampai
Biasanya hasil tangkapan dibagi antara
20 orang, tergantung ukuran kapal.
nelayan dengan pemilik kapal dan
Trip penangkapan ikan antara yang punya bagan atau rumpon.
satu sampai dengan tiga hari atau Hasil yang ditangkap dari laut dapat

7 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


dibawa ke beberapa perusahan kemudian didistribusikan ke Bitung,
dalam bentuk beku atau di-es-kan, Makassar, Surabaya dan Jakarta.

Gambar 2.3. Kegiatan Perikanan Ternate

Pemanfaatan (eksploitasi) sumber sebagaimana disajikan pada Tabel 1.


daya ikan dibagi dalam lima tingkatan

Tabel 1. Tingkatan pemanfaatan (eksploitasi) sumber daya ikan

Tingkatan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Hasil

1 Eksplorasi, percobaan penangkapan Rendah

2 Pembangunanan perikanan atas stok Sedang dan meningkat dari SPM


yang paling menguntungkan (SPM)

3 Mengintensifkan penangkapan atas Sedang, sampai tinggi terutama


SPM dan mulai menangkap stok-stok SMP
ikan yang kurang menguntungkan

4 Perikanan intensif atas semua stok Tinggi dengan kemungkinanan


sumberdaya ikan yang dapat penurunan stok-stok sumberdaya
dipasarkan ikan yang rentan

5 Pengelolaan sumberdaya ikan secara Tinggi


penuh (mungkin dengan mengikuti
periode overfishing
overfishing)
*Sumber: Widodo et al. (2001)

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 8


Tabel 2. Potensi lestari dan jumlah tangkapan diperbolehkan sumber daya ikan di WPPNRI
715 (ton)

JTB
Komoditas Potensi Lestari
(Jumlah Tangkapan Diperbolehkan)
Ikan Pelagis Kecil 378.734 302.987
Ikan Pelagis Besar 51.394 41.115
Ikan Demersal 114.005 91.204
Ikan Karang 69.975 55.980
Udang Penaeid 6.089 4.871
Lobster 710 568
Kepiting 490 392
Rajungan 643 515
Cumi-cumi 9.664 7.731
Jumlah 631.703 505.363
*Sumber: Kepmen KP no.47/Kepmen-KP/2016

Tabel 2 memperlihatkan potensi ikan demersal fully-exploited, dan ikan


lestari dan jumlah tangkapjan yang karang moderate (Anonim 2016).
diperbolehkan untuk berbagai Dalam hal ini, pelagis besar tidak
komoditas perikanan di WPP-715 termasuk over exploited untuk ikan
NRI yang berada di Provinsi Maluku. tuna dan cakalang. Ini merupakan
Gambar 2.4 memperlihatkan tingkat pengecualian yang mencirikan adanya
pemanfaatan sumberdaya ikan, yang pengembangan perikanan tangkap
menunjukkan bahwa memerlukan ikan tuna dan cakalang, bagi kemajuan
perhatian penting terutama bagi dan kesejahteraan masyarakat nelayan
pelagis kecil dan pelagis besar sudah dengan melihat kepada faktor keles­
mencapai over-exploited, sedangkan tariannya.

9 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Gambar 2.4. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di WPPNRI 715

Produksi Ikan atau ketrampilan nelayan, manajemen


dan beberapa faktor lainnya termasuk
Produksi hasil perikanan me­
infrastruktur pendukung seperti pe­
rupakan output dari proses penang­
labuhan perikanan ataupun pangkalan
kapan ikan. Produksi tersebut sangat
pendaratan ikan (Anonim 2013).
ditentukan oleh berbagai faktor seperti
sarana penangkapan ikan, kemampuan

Gambar 2.5. Jumlah produksi rata-rata/hari selama Tahun 2012-2016

Jika melihat angka produksi ditunggu oleh kapal pengangkut


rata-rata/hari dari PPN Ternate tahun di laut untuk dibawa ke Bitung.
2012 – 2016 (Gambar 2.5) ternyata Pulau Bacan juga menjadi sasaran
pada tahun 2016 terjadi penurunan. untuk menjual hasil tangkapan hal
Diprediksi bahwa sebagian produksi ini tergantung dari transaksi jual beli
hasil tangkapan ikan pelagis tidak yang menguntungkan dari tempat
didaratkan di PPN, namun ada yang pendaratan ikan di Ternate.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 10


Potensi perikanan di Provinsi pasaran domestik di Indonesia, terutama
Maluku Utara sangat menjamin keber­ bagi ikan tuna ekor kuning. PPN Ternate
langsungan dan kelestarian ikan bagi terdapat beberapa perusahaan untuk
masyarakat nelayan. Keyakinan ini loin ikan tuna. Sedangkan bagi cakalang
muncul dengan produksi tangkapan ikan dan komo, biasanya dijadikan ikan asap/
yang sangat banyak jika ikan melimpah, asar (nama daerah : cakalang fufu) di
sehingga perlu pengelolaan yang baik rumah tangga masing-masing dan di jual
untuk memanfaatkan hasil tangkapan ke Ternate atau Makassar.
ikan. Hasil produksi ikan disalurkan ke

Gambar 2.6. Ikan tuna loin dan cakalang asar (cakalang fufu)

Sebaran ikan hasil tangkapan seperti Gambar 2.7.


nelayan menurut kecamatan adalah

Gambar 2.7. Sebaran Produksi Hasil Tangkapan Nelayan Menurut Kecamatan di Kota
Ternate

11 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Gambar 2.8 memperlihatkan cakalang, tongkol dan layang. Produksi
jumlah jenis ikan yang ditangkap ikan cakalang yang paling banyak
per hari selama tahun 2012-2016, terjadi pada tahun 2014.
dan yang mendominasi adalah ikan

Gambar 2.8. Produksi jenis ikan per bulan di PPN Ternate Tahun 2012-2016

2.3. Komoditas Perikanan merupakan komoditas unggulan di


Potensial pulau Siko, Laigoma dan Gafi. Secara
umum komoditas cakalang dan tuna
Provinsi Maluku Utara adalah adalah komoditas yang berbasis
Provinsi ke- 33 dengan luas laut pada upaya penangkapan sehingga
75% dari daratan yang hanya 25%. komoditas ini tidak sepenuhnya dapat
Dengan cukup luas wilayah laut dari menjamin ketersediaan komoditas
daratan, memberikan peluang besar tersebut untuk level industri, jika
untuk pengembangan perikanan ketersediaan komoditas tersebut
untuk kesejahteraan masyarakat hanya mengandalkan ketersediaannya
nelayan. Ikan Cakalang dan Ikan Tuna dari alam, tanpa ada upaya budi daya
merupakan komoditas perikanan yang memadai. Demikian pula untuk
yang paling unggul dan dominan di ikan demersal seperti ikan kerapu.
Pulau Ternate, Hiri, Maitara, dan Nelayan di Ternate tergolong nelayan
Tidore. Sedangkan Ikan Kerapu

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 12


yang cukup sukses terbukti dengan Menurut Kasim dan Amin (2015),
kerja keras dapat menghasilkan armada untuk dapat mengembangkan komoditas
kapal diatas 2 buah dan kepemilikan unggulan perikanan tangkap diperlukan
berada pada nelayan bukan pengusaha. beberapa cara antara lain:
Faktor musim juga berpengaruh, 1. Pengaturan usaha penangkapan
jika musim Barat berlangsung (bulan ikan yang baik dan sesuai dengan
Oktober sampai dengan Maret maka ketersediaan sumber daya.
tangkapan ikan banyak (berlimpah). 2. Memacu pembangunan infra­
Penangkapan ikan bisa berlangsung struktur dalam peningkatan pro­
one day fishing dengan jarak 3-10 mil duksi perikanan.
laut. Bila terjadi pergantian musim
3. Memfasilitasi regulasi dan penga­
Timur, ada kecenderungan hasil
turan penangkapan terutama yang
tangkapan ikan yang di dapat sangat
berkaitan dengan upaya pencurian
jauh dari yang diharapkan (menurun).
ikan dan penggunaan alat tangkap
Pada saat musim Timur terjadi hujan,
yang tidak ramah lingkungan.
sebagian besar ikan mengalami proses
Namun demikian beberapa tan­­
reproduksi. Pada umumnya ikan-
tangan yang ada dalam upaya pe­ngem­
ikan di perairan alami akan memijah
bangan komoditas unggulan pulau-
pada awal musim hujan atau pada
pulau kecil antara lain:
akhir musim hujan, karena pada saat
itu akan terjadi suatu perubahan 1. Pengaturan yang dilakukan ter­
lingkungan atau kondisi perairan yang bentur pada peralatan penang­
dapat merangsang ikan-ikan untuk kapan yang masih tradisional.
berpijah. Jumlah produksi pada ikan 2. Terbatasnya infrastruktur yang ada
cakalang bisa mencapai > 3 juta ton dalam pengembangan komoditas
per tahun dan ini terjadi pada Tahun perikanan di pulau kecil.
2014 (Gambar 6). 3. Bagaimana optimalisasi penga­
wasan dan regulasi dalam usaha
penangkapan dan usaha budidaya
perikanan.

13 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Karakteristik 3.1. Armada dan Alat Tangkap
3.1.1. Armada Kapal Penangkap
Pemanfaatan Ikan
Sumber Daya Menurut Anonim (2017), jum­
lah kapal yang berkunjung di PPN
Ikan Ternate pada periode 2012-2016
adalah sebanyak 22.063 kali atau
rata-rata sebanyak 5,516% per
tahun. Berdasarkan ukuran kapal
yang berkunjung di PPN Tenate
periode tahun 2012-2016 kapal deng­
an ukuran MT yang paling banyak
dengan persentase sebesar 44%,
diikuti oleh kapal dengan ukuran <10
GT (21%), kapal dengan ukuran 11-20
GT (10%), kapal dengan ukuran 21-30
GT (15%), serta kapal dengan ukuran
31-50 GT (10%) dari total kunjungan
kapal dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Dari data tersebut disimpulkan bahwa
kapal perikanan yang berkunjung di
PPN Ternate didominasi oleh kapal
perikanan dengan ukuran motor
tempel (MT) dan <10 GT sedangkan
kapal perikanan dengan ukuran 50-100
tingkat kunjungannya relatif rendah.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 14


Gambar 3.1 Persentase frekuensi kunjungan kapal menurut ukuran di PPN Ternate
Tahun 2012-2016

Bagian Halmahera Selatan sampai plankton dengan sering munculnya up


ke Pulau Bacan juga menjadi tujuan welling yang baik untuk gerombolan
penangkapan ikan, hal ini terlihat ikan itu berada.
dengan adanya informasi keadaan Jumlah frekuensi kunjungan kapal
rumpon. Jalur ikan ini menjadi penting yang tiba di Pelabuhan Perikanan
dengan adanya putaran arus dari Utara Nusantara (PPN) Ternate, lebih banyak
menuju ke Selatan bagian perairan di jumpai motor tempel (MT) dan <
kepulauan Bacan sampai ke Laut 10 GT, dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Banda. Pada saat itu terdapat banyak

Gambar 3.2 Jumlah frekuensi kunjungan kapal setiap bulan Tahun 2012 – 2016

15 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


3.1.2. Alat Tangkap Ikan Tahun 2009 me­­ngeluarkan Peraturan
Gubernur Nomor 8.1 Tahun 2009
Alat tangkap menjadi bagian
tentang Retribusi Usaha Perikanan
terpenting dalam menentukan sukses
Tangkap, namun sama sekali tidak
atau tidaknya suatu usaha perikanan,
ada aturan yang lebih jelas mengenai
namun juga dapat menjadi penyebab
adanya ketentuan alat tangkap bagi
timbulnya masalah bagi kelestarian
kelestarian sumber daya di daerah
sumber daya ikan dilaut. Untuk itu
sendiri. Berikut adalah Gambar jumlah
alat tangkap ikan selalu diatur dengan
alat tangkap yang terdapat di PPN
undang-undang yang mengikat setiap
Ternate Tahun 2012-2016 (Anonim
peng­u saha perikanan. Pemerintah
2017).
Daerah Provinsi Maluku Utara

Gambar 3.3 Jumlah ukuran kapal dengan alat tangkap Tahun 2012-2016

Dari gambar 3.3, armada kapal di digunakan banyak pada kapal 10-20
bawah 5 GT terjadi penangkapan ikan GT, sedangkan muroami digunakan
yang cukup tinggi seperti hand line, pada 30-50 GT. Setiap alat tangkap
pole and line dan pengangkut. Kapal ikan di Ternate harus sesuai dengan
yang menggunakan alat tangkap ikan kondisi dari daerah (spesifik lokasi).
pukat cincin/purse seine dan muroami

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 16


Gambar 3.4 Jumlah unit alat tangkap di Ternate Tahun 2012-2016

Alat penangkap ikan (API) yang ikan pelagis kecil terutama ikan layang
mempunyai peran penting dalam biru atau malalugis (D. macarellus).
kegiatan eksploitasi sumber daya Jenis pukat cincin lainnya adalah pukat
ikan pelagis kecil adalah pukat cincin. cincin pelagis besar yang mempunyai
Terdapat 2 jenis pukat cincin yang ukuran mata jaring 1-4 inci dengan
menghasilkan sumber daya ikan target utama ikan tuna dan ikan
pelagis kecil yaitu pukat cincin pelagis pelagis kecil sebagai hasil tangkapan
kecil yang biasa disebut pajeko yang sampingan (bycatch) (Anonim 2013).
mempunyai ukuran mata jaring 2/3-1
inci dengan target tangkapan utama

Gambar 3.5 Salah satu alat tangkap ikan purse seine di Ternate

17 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Berdasarkan ukuran dan jenis terdapat beberapa populasi
ikan hasil tangkapan, alat tangkap dapat yang ukurannya berbeda dan
dikategorikan menjadi (Uktolseja, et berukuran kecil.
al. 2009): 3) Bagan, dikategorikan sebagai
1) Jaring insang, dikategorikan alat tangkap yang kurang ramah
sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, disebabkan karena
lingkungan, karena alat ini selektivitas dan hasil tangkapan
dioperasikan di kolam air. Selain sampingan (by catch) memiliki
itu, ukuran dan jenis ikan yang nilai yang rendah dan mampu
tertangkap juga selektif, sehingga menangkap semua jenis ikan yang
tidak akan mempengaruhi ke­ ada dalam area penangkapan dan
seimbangan stok pelagis kecil. dari berbagai ukuran. Alat tangkap
2) Pukat cincin, dikategorikan se­ bagan termasuk alat tangkap yang
bagai alat tangkap yang ramah tidak selektif, menangkap banyak
lingkungan. Alat tangkap pukat jenis dengan ukuran mulai dari
cincin cukup selektif terhadap kecil sampai besar.
ukuran dan jenis ikan target spesies 4) Pancing, dikategorikan sebagai
sehingga tidak mengganggu alat tangkap yang selektif dan
siklus dan pertumbuhan po­ ramah lingkungan, karena hanya
pulasi ikan, namun demikian menangkap jenis dan ukuran ikan
pada kondisi-kondisi tertentu yang menjadi target penangkapan.

Gambar 3.6 Armada kapal perikanan yang beroperasi di Ternate

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 18


Sesuai dengan data dari Balai Seram. Penyebaran ini sejalan dengan
Penelitian Perikanan Laut (BPPL) penyebaran ikan pelagis kecil dan
Suwarso et al. (2012), bahwa armada dimana penempatan rumpon itu
yang menggunakan alat tangkap purse berada. Pukat cincin atau purse seine
seine di Bitung berada di atas 30 GT, dikategorikan sebagai alat tangkap
selanjutnya menyebar merata dari yang ramah lingkungan. Jika penyataan
laut Sulawesi bagian Utara Kwandang diatas benar, artinya sumber daya
Gorontalo sampai mencapai Samudera pelagis kecil dieksploitasi sebesar-
Pasifik, seperti dilihat pada Gambar besarnya, tanpa melihat kelestarian
3.6. Sebagian berada di sekitar dari keberlangsungan hidup ikan ke
perairan Maluku Utara sampai ke depan.
WPPNRI 715 Teluk Tomini dan Laut

*Sumber: Laporan Nakhoda kapal (PPS Bitung) Tahun 2010

Gambar 3.7. Fishing ground tersebar luas dari sebelah barat Laut Sulawesi hingga
sebelah timur Samudera Pasifik

Posisi daerah penangkapan ber­ letak dan posisi rumpon. Penyebaran


ada di Utara Pulau Halmahera dan rumpon terkadang tidak merata
sekitarnya. Titik koordinat dari daerah dan serampangan, sehingga jalur
penangkapan ikan lebih berada pada pelayaran masih terdapat rumpon.

19 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Nelayan yang memiliki kapal dapat Bagian Halmahera Selatan sampai
memiliki rumpon sampai dengan 5 ke Pulau Bacan juga menjadi tujuan
buah dengan bentuk yang berbeda, tangkapan ikan, terlihat dengan adanya
ada yang menyerupai kapsul maupun informasi keadaan rumpon. Jalur ikan
rumah. Lokasi pemasangan rumpon ini menjadi penting dengan adanya
diidentifikasi sebagai tempat ikan putaran arus dari Utara menuju ke
berada, diantaranya terletak di Selatan bagian perairan kepulauan
Halmahera Utara, ada pula di sebelah Bacan sampai ke Laut Banda. Pada saat
Barat desa Marikoko, perairan pulau itu terdapat banyak plankton dengan
Gebe dan perairan Patani yang sering munculnya upwelling yang baik
sebagian besar ditempatkan oleh untuk gerombolan ikan itu berada.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sesuai dengan laporan nelayan
Maluku. ataupun pejabat PPN Ternate, rumpon
Armada yang berada < 30 di laut Maluku Utara kebanyakan
GT, berada pada 3 mil laut dengan ditanam oleh pengusaha Bitung atau
penempatan rumpon guna me­ Manado. Penyebaran rumpon pada
mudahkan menebar pukat cincin Gambar 3.8, di sekitar wilayah laut desa
pada pelagis kecil seperti ikan layang, Dufa-Dufa yang terdeteksi berjumlah
terbang, selar, julung-julung dan komo. 10 buah. Rumpon yang lain terdapat di
Armada untuk motor tempel biasanya Halmahera Utara (belum terdeteksi),
mempunyai daerah pengejaran ikan dan yang dipasang sekitar Halmahera
berada tidak jauh dari 3 mil laut, Timur, Barat dan Selatan (Anonim
lokasinya yaitu disekitar teluk pulau 2016). Semua alat tangkap purse seine
Ternate, Tidore dan Maitara. Ikan melakukan tangkapan ikan di rumpon
pelagis kecil maupun besar selalu dan sering ada kontak informasi lewat
ada baik musim Timur (musim bulan telepon seluler (handphone) dari laut
gelap) maupun musim Barat (musim ke darat. Jika ikan sudah mulai banyak
bulan terang). Daerah penangkapan mendekati rumpon, maka otomatis
ikan, dimana ikan berada sangat dikabarkan ke darat untuk segera
memegang peranan penting sekali melakukan penangkapan ikan. Hal ini
bagi kelangsungan usaha nelayan dari sangat baik juga untuk menekan biaya
hari ke hari. pengeluaran terutama bahan bakar
minyak (BBM) dan ransum (makanan).

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 20


Gambar 3.8. Penyebaran posisi rumpon di Desa Dufa-dufa Kota Ternate.

Penyebaran rumpon di sekitar Halmahera yang berada di daerah


Perairan Maluku Utara sudah mulai penangkapan ikan, ada juga nelayan
terlihat padat, karena penempatan ini Bitung dan penyebaran rumpon
berada di sekitar daerah penangkapan hampir mencapai kepala burung Papua
ikan (fishing ground). Rumpon ini Barat. Jumlah rumpon yang ditebarkan
sebagian besar dibuat oleh nelayan di sepanjang Halmahera sampai ke
dari Bitung dan sasaran mereka selain Morotai sebanyak 205 buah, Gambar
ikan-ikan pelagis kecil juga ditujukan 3.9.
untuk ikan pelagis besar. Selain nelayan

Gambar 3.9. Penyebaran rumpon di sekitar Halmahera Utara sampai Tenggara

21 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Untuk bagan yang dilengkapi kapal yang ditampung adalah ikan teri
tersebar di sekitar Bacan, Obi, Sanana, gelondongan (lalosi dan anatatari) dari
Mangole dan Halmahera Tenggara. Kepulauan Widi, Obi dan Sanana yang
Bagan juga kebanyakan dimiliki oleh kekuatannya lebih baik dari ikan yang
orang-orang dari Bitung, dan sedikit lebih dekat ke pulau Ternate.
saja dimiliki nelayan Ternate. Umpan

Gambar 3.10. Bagan apung dan umpan ikan teri

3.2. Industri Pengolahan sebanyak 32 unit pengolahan ikan


Perikanan (UPI) yang terdiri dari pengasapan ikan
11 UPI, abon ikan 10 UPI, nuget ikan 5
Secara umum, hasil produksi
UPI, kecap ikan 1 UPI dan sambal ikan
ikan tangkapan yang didaratkan di
5 UPI. Jumlah unit pengolahan yang
kota Ternate mayoritas dibekukan
belum terdaftar Dinas Perindustrian
dan dijual segar untuk memenuhi
dan Perdagangan jauh lebih besar, dan
kebutuhan konsumsi lokal serta dikirim
menjadi kewajiban Dinas Koperasi
ke berbagai kota seperti Bitung,
dan UMKM untuk membinanya. Unit
Makasar, Surabaya dan Jakarta. Industri
pengolahan ikan ini jauh lebih kecil dari
pengolahan perikanan di Ternate
total industri yang terdaftar di Ternate
sebagian besar masih merupakan usaha
sebanyak 1172 unit usaha atau hanya
skala industri rumah tangga dan belum
sekitar 2,73%. Unit pengolahan ikan
terdafatar di Dinas Perindustrian Kota
yang terdaftar di Ternate disajikan
Ternate. Jumlah industri pengolahan
pada Tabel 3.
ikan yang sudah terdaftar di Dinas
Perindustrian Kota Ternate baru

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 22


Tabel 3. Unit Pengolahan Ikan di Ternate yang terdaftar di Disperindag

No. Nama Usaha Jenis Komoditi Produksi


1. X-Toboko 1 Ikan Fufu 10.800 Ekor / Thn
2. Ikan Fufu Sasa Pengasapan Ikan 25.200 Ikan / Thn
3. Bersatu Hati Ikan Fufu 129.600 Ekor/Tahun
4. Madodara Industri Ikan Asap 72.000 Ekor / Thn
5. Ikan Fufu Rusmi Ikan Fufu 7.200 Ekor/Tahun
6. Ikan Asap Saira Pengasapan Ikan 1.800 Ekor Ikan / Thn
7. Ikan Asap Muna Pengasapan Ikan 2.400 Ekor / Thn
8. Moti Berkesan Ikan Tore 10.800 Wayang / Thn
9. Ikan Tore Muhlis Ikan Tore 10.000 Wayang / Thn
10. Ikan Fatma Ikan Tore 100 Wayang / Thn
11. Ikan Fufu Baena Pengasapan Ikan 35.000 Ekor/Thn
12. Ema Weda Abon 54.000 Bh/Thn
13. Gam Ma Cahaya Abon 60.000 Bks/Thn
14. Harsudji Abon Ikan 15.000 Bks/Thn
15. Marwia Abon Abon Ikan 3000 Bks/Thn
16. Rasni Abon Abon Ikan 2.160 Bungkus/Tahun
17. Mode Tapso Abon 36 Bungkus/Tahun
18. Inodahake Abon Ikan 18.000 Bh/Thn
19. Kelompok Usaha Sake Abon Ikan 800 Kg/thn
Rasa
20. Ain Ikan Fufu Pengasapan Ikan 1800 Ekor/Thn
21. Tanawan Bakso, Nuget 360.000 Bngks/Thn
22. CV. Santo Alvin Pratama Bakso, Nuget 270 Ton(10.000 Pack) / Thn
23. Mode Tapso Bakso, Nuget 36 Bungkus/Tahun
24. Tanawan Bakso, Nuget 360.000 Biji/Thn
25. Mina Jaya Nuget 36 Bungkus/Tahun
26. Gam Ma Cahaya Abon 60.000 Bks/Thn
27. Sarilaha Kecap Ikan  
28. Inodahake Sambal Ikan 18.000 Bh/Thn
29. Gam Ma Cahaya Sambal Ikan 30.000 Btl/Thn
30. Tanawan Sambal Ikan 360.000 Toples/Thn
31. Ci Yanti Sambal Ikan  
32. Cahaya Ras Sambal Ikan 2.400 Toples/Thn

23 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Sementara itu unit pengolahan pemasaran ikan fufu, dan beberapa
ikan dan pemasaran produk olahan lainnya bergerak dalam usaha ikan
ikan skala mikro yang terdaftar di presto, abon ikan, bakso dan aneka
Dinas Koperasi dan UMKM Kota olahan ikan serta kerupuk ikan. Jenis
Ternate sebanyak 50 unit usaha, usaha unit pengolah dan pemasar
dengan mayoritas kegiatan pada produk olahan ikan yang terdaftar
produksi dan pemasaran ikan cakalang di Dinas Koperasi dan UMKM kota
fufu. Dari 50 unit usaha tersebut, 40 Ternate disajikan pada Gambar 3.11.
bergerak di bidang pengasapan dan

Sumber: diolah dari data Dinas Koperasi dan UMKM Kota Ternate

Gambar 3.11. Jenis usaha unit pengolah dan pemasaran produk olahan skala mikro
kecil dan menengah (UMKM) yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 24


Selain unit pengolahan ikan skala pengolahan loin beku, dengan
UMKM, salah satu industri pengolahan kapasitas terpasang sebesar 1 ton/
ikan menengah yang sudah beroperasi hari, dan maksimum 3 ton per hari.
di Ternate adalah PT. Dharma Niaga Pabrik sudah berdiri, termasuk unit
yang bergerak di bidang loin beku dan pengolah dan laboratorium sudah
fresh, yang memanfaatkan bangunan dilengkapi, hanya tinggal menunggu
bantuan ditjen PDS (Gambar 3.12). persyaratan administrasi berupa SKP
Perusahaan ini dilengkapi dengan cold dan HACCP. Target pasar olahan loin
storage berkapasitas 100 ton, dan Air beku adalah Vietnam, Thailand, Jepang
Blast Freezer kapasitas 3 ton. Selain dan Amerika Serikat. Perusahaan
itu perusahaan lain skala menengah skala besar yang juga sudah tertarik
yang ada adalah CV. Santo Alvin berinvestasi di Kota Ternate adalah PT.
Pratama yang bergerak di bidang Kelola Mina Samudra, yang berencana
olahan berbagai produk termasuk membangun perusahaannya dengan
tuna loin. Usaha utama CV ini adalah luas lahan 1800 m2. Perusahaan ini
pembekuan cakalang, kembung, akan bergerak di bidang pembekuan
layur dan berbagai jenis ikan lainnya. ikan, dengan pasar utama ekspor
Unit usaha ini dilengkapi dengan cold ke USA. PT. Kelola Mina Samudra
storage kapasitas 30 ton dan pabrik saat ini berlokasi di Bitung, dan akan
es. Kapasitas pabrik es yang dimiliki membuka cabang di Ternate karena
sebesar 10 ton, dengan kapasitas cold hampir 80% armada tangkapannya
storage es 50 ton. menangkap di wilayah Ternate. Selain
Selain unit pengolahan ikan yang PT. Kelola Mina Samudra, perusahaan
sudah ada, akhir-akhir ini Ternate yang sudah tertarik dan berencana
juga menarik bagi pengembangan membangun perusahaannya di wilayah
beberapa industri pengolahan baru. Bitung adalah PT. Jala Sembilan, yang
Salah satu industri besar yang sudah akan menggunakan lahan seluas 2800
dibangun dan akan segera beroperasi m2. Perusahaan ini akan bergerak di
adalah PT. Fishindo Lintas Samudra. pengolahan fillet ikan dasar.
Perusahaan ini akan bergerak dalam

25 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Gambar 3.12. Unit usaha PT. Fishindo Lintas Samudera (kiri) dan PT. Dharma Niaga
(kanan) kota Ternate

Dari kunjungan ke pengolah 3.13). Pengolah cakalang asap lain di


ikan asap di Pulau Maitara, diperoleh Maitara adalah Pak Ahmad A. Rahman,
informasi bahwa rata-rata pengolah yang dalam sehari mengolah 150 kg
memproduksi 200 Kg ikan yang ikan. Pasar juga ke Ternate dan ke
bahan bakunya dibeli dari Ternate. pengepul untuk tujuan pasar Kota
Pengolahan dimulai jam 09.00 dan Manado. Sedangkan di kompleks
selesai jam 17.00. Produk dipasarkan PPN Bastriong, pengasap cakalang
ke Ternate (punya lapak di pasar) fufu yang cukup besar produksinya
dengan harga 25 – 30 kg /buah. adalah Pak H. Laode yang sehari
Harga bahan baku ikan cakalang yang mampu mengasap 600 kg ikan. Rumah
digunakan 16-20 ribu/kg untuk ukuran asap yang dimiliki sebanyak 3 buah,
1 kg/ekor. Sistem pembelian bahan dan sekali mengasap masing-masing
baku dengan cara ambil ikan dulu dan berkapasitas 100 kg, dan dalam sehari
baru dibayar setelah produk terjual. mampu mengasap 2 kali sehingga
Sistem penjualan dengan sistem tunai, total produksi per hari adalah 600 kg.
pada saat musim paceklik harga bahan Pembeli dalam partai besar setiap hari
baku dapat mencapai Rp 28,000/kg. datang dan mengambil hasil olahan
Pengolahan dilakukan di rumah asap ikan asap ini untuk pasar Ternate dan
hasil bantuan dari Dinas Kelautan dan kota-kota lainnya.
Perikanan Kabupaten Tidore (Gambar

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 26


Gambar 3.13. Rumah asap dan ikan cakalang siap untuk pengasapan di Maitara Ternate

Beberapa upaya yang sudah IFAD. Dari program ini pada akhir
dilakukan baik oleh Pemerintah kegiatan dihasilkan pemberian PIRT
maupun melibatkan fihak swasta kepada 17 kelompok dan 1 kelompok
dalam memajukan olahan ikan di Kota mendapat sertifikat halal.
Ternate antara lain adanya bantuan
seperti dari program CCDV-IFAD 3.3. Infrastruktur dalam
(Coastal community development Pemanfaatan Sumber Daya
project-International fund agricultur
Ternate merupakan pusat pen­
development). Bantuan yang diberikan
daratan hasil tangkapan dan distribusi
berupa peningkatan kemampuan dan
ikan penting di Maluku Utara. Data
pemahaman serta bantuan permodalan
statistik Dinas Perikanan dan Kelautan
untuk mendukung perkembangan
Kota Ternate menunjukkan ikan yang
usaha pengolahan. Kegiatan dilakukan
didaratkan di Kota Ternate pada
dari tahun 2013 – 2015, dan jumlah
Tahun 2012 sekitar 18.465 ton dan
kelompok yang dibantu sebanyak 41
jumlah tersebut meningkat pada
kelompok, dengan bantuan masing-
tahun 2016 menjadi 28.722 ton. Pada
masing kelompok sebanyak 40 juta
tahun yang sama, jumlah ikan yang
untuk kelompok pengolahan, dan
didaratkan di PPN Ternate sekitar
50 juta untuk kelompok budidaya.
5.403 ton, dan yang didaratkan di PPI
Sementara itu dari peningkatan kapasitas
Dufa-Dufa diperkirakan sekitar 550
pengolah, telah dilakukan pelatihan yang
ton per tahun. Sisanya didaratkan di
melibatkan dinas perindustrian, dinas
berbagai lokasi pendaratan ikan milik
kesehatan, MUI dengan pembiayaan
masyarakat di sekitar pulau Ternate.
sepenuhnya ditanggung oleh CCDV-

27 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Pada tahun 2016 terdapat 3.095 telah direnovasi pada tahun 2014 dan
unit armada penangkapan di Kota 2015, untuk memperbaiki fasilitas jalan
Ternate, dengan struktur armada dalam PPI dan berbagai fasilitas lain.
51,6% armada perahu tanpa motor, Berbagai infrastruktur yang
5,1% perahu motor tempel, 10,3% tersedia di PPI ini sebagian besar
armada kapal motor dan sisanya 33,0% belum berfungsi optimal. Di PPI Dufa
tanpa menggunakan armada tangkap. Dufa terdapat 2 unit darmaga tempat
Penyebaran armada penangkap pembongkaran ikan, dengan panjang
ikan menurut wilayah asalnya yaitu Darmaga masing masing kurang
19,3% Ternate Utara 14,3% Ternate dari 100 m. Darmaga di PPI Dufa
Selatan 9,3% Ternate Tengah 13,9% Dufa umumnya dimanfaatkan oleh
Pulau Ternate 18,8% Pulau Moti armada perikanan pole and line dengan
11,8% Kecamatan Batang Dua dan ukuran sekitar 30 GT. Intensitas
12,6% Pulau Hiri. Infrastruktur yang pembongkaran ikan di PPI ini berkisar
mendukung kegiatan penangkapan ikan antara 2 unit sampai 3 unit kapal pole
di Kota Ternate tersebar di berbagai and line. Intensitas pembongkaran
lokasi (terutama darmaga pendaratan ikan di pangkalan pendaratan ikan ini
ikan), namun infrastruktur utama dapat dikatakan sangat rendah. Hal ini
terkonsentrasi pada 2 lokasi yaitu: di disebabkan oleh terbatasnya fasilitas
PPN Ternate dan PPI Dufa-Dufa. bongkar dan transportasi ikan.

Infrastruktur Perikanan di PPI Pada kawasan PPI Dufa-Dufa


Dufa-Dufa terdapat berbagai fasilitas penting untuk
mendukung kegiatan penangkapan
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ikan, seperti pada Tabel 4. Pada
Dufa Dufa merupakan pangkalan Kawasasan PPI Dufa-Dufa terdapat
pendaratan ikan yang dikelola oleh kantor pelabuhan seluas 320 m 2,
Dinas Kelautan dan Perikanan yang bengkel untuk memperbaiki mesin
terletak di Kelurahan Dufa-Dufa Kota kapal (48 m2), ruang pertemuan (1.728
Ternate. Luas kawasan PPI Dufa-Dufa m2), kios / toko (5 unit) dan perumahan
sekitar 1 hektar, PPI ini dibangun pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan
pada tahun 2004 dan mulai berfungsi Kota Ternate.
pada tahun 2005. PPI Dufa-Dufa

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 28


Aktivitas bisnis perikanan di PPI Ternate. Saat survei dilakukan harga
Dufa-Dufa umumnya adalah aktivitas ikan Cakalang pada pasar ikan di PPN
bongkar ikan (per hari sekitar 2 sampai Ternate untuk ukuran > 1 Kg berkisar
3 kapal huhate ukuran 30 GT). Ikan antara Rp. 15 ribu sampai 17 ribu per
yang dibongkar di PPI ini umumnya Kg dan ukuran < 1kg sekitar 12 ribu
cakalang. Harga ikan tergantung per Kg.
pada harga pada pasar ikan di PPN

Tabel 4. Fasilitas Pendukung Pada PPI Dufa-Dufa Kota Ternate


Jenis
Jumlah Kondisi Pengelola
Infrastruktur
berfungsi Petugas UPT Dinas KP Kota
Darmaga 2 Unit @ 100 m
Ternate
Berfungsi Kapasitas Petugas UPT Dinas KP Kota
Cold Storage 2 Unit
10 Ton Ternate
Pabrik Es Petugas UPT Dinas KP Kota
1 Unit Rusak
Ternate
ABF 2 Unit Berfungsi Petugas UPT Dinas KP Kota
Ternate
Doking Kapal/ Tidak ada - -
Perahu
SPDN 2 Unit Berfungsi Koperasi
Mengalami Petugas UPT Dinas KP Kota
Kolam Pelabuhan 1 lokasi
pendangkalan Ternate
Tidak berfungsi Petugas UPT Dinas KP Kota
TPI 1 Unit (180 m2)
Ternate
Sarana
Berfungsi (container Petugas UPT Dinas KP Kota
Penyimpanan 1 Unit
berpendingin) Ternate
Ikan
Penjual sarana
Tidak ada - -
produksi
Pasar Tidak ada - -
Sumber: Data Primer (2017)

29 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Fasilitas yang tersedia pada PPI Luas areal PPN Ternate adalah 10
tersebut tidak dapat dimanfaatkan hektar (sebagian lahan PPN ini adalah
secara optimal, karena tidak ada hasil reklamasi). Reklamasi dilakukan
pembeli dan sarana untuk membantu karena keterbatasan lahan di sekitar
bongkar ikan yang sangat terbatas. PPN Ternate. Pada kawasan pelabuhan
Armada yang bongkar ikan di PPI perikanan Ternate terdapat berbagai
tersebut adalah armada perikanan areal komersial yang disewakan
milik penduduk Kelurahan Dufa- kepada investor dalam jangka panjang
Dufa. Ikan yang didaratkan tersebut (investor harus membangun bangunan
selanjutnya dibawa dengan kendaraan dan menyediakan peralatan sesuai
roda 4 (pickup bak terbuka) ke cold dengan yang diperlukan). Besar sewa
storage dan pasar ikan yang terdapat lahan di PPN Ternate diatur dalam
di PPN Ternate. Peraturan Pemerintah No. 75 tahun
2015 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis
Infrastruktur Perikanan di PPN Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Ternate Berlaku Pada Kementerian Kelautan
P P N Te r n a t e m e r u p a k a n Dan Perikanan. Peraturan Menteri
pelabuhan perikanan terbesar di Kelautan dan Perikanan No. 16 tahun
Maluku Utara yang terletak di Desa 2016 tentang Pelabuhan Perikanan dan
Bastiong. PPN Ternate dibangun PP No. 19 tahun 2006 tentang tariff atas
pada Tahun 1978 dan mulai berfungsi jenis PNBP di Kementerian Kelautan
pada tahun 1979. Renovasi terhadap dan Perikanan). Pada kawasan PPN
pelabuhan ini pernah dilakukan pada Ternate terdapat fasilitas perkantoran,
tahun 2000. PPN Ternate merupakan koperasi, bengkel dan lain-lain.
pelabuhan perikanan yang di kelola
oleh Pemerintah Pusat c.q Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 30


Tabel 5. Infrastruktur pada Kawasan PPN Ternate

Jenis Infrastruktur Jumlah Kondisi Pengelola


Darmaga - 1 unit (154 m). Rusak ringan PPN Ternate
(berfungsi)
- 1 unit (133 m) baik PPN Ternate
Cold Storage - 1 unit (100 ton) Berfungsi PPN Ternate / Pengusaha
- 60 ton (1 unit) dengan baik
- 20 ton (1 unit)
Pabrik Es 1 Unit (10 ton) Berfungsi PPN Ternate / Pengusaha
dengan baik
ABF - 2 Unit (4 ton) Berfungsi PPN Ternate
- 2 Unit (3 ton) dengan baik
Doking 2 Unit Berfungsi Pengusaha setempat &
dengan baik Pengusaha luar daerah
Bengkel 1 unit befungsi PPN Ternate
SPDN 1 Unit (stok 100 KL) Berfungsi Koperasi Nelayan Mina
dengan baik Sejahtera
Kolam Pelabuhan 2 lokasi Pendangkalan PPN Ternate
TPI - 416 m2 Berfungsi PPN Ternate
- 288 m2
Sarana - 48 m2 Berfungsi baik PPN Ternate
Penyimpanan Ikan - 119 m2
Air Bersih - Sumur Bor (50 ton). Berfungsi baik PPN Ternate
- Sumur Bor (100
ton)
- Mobil Tangki
Pasar ± 200 pedagang Berfungsi baik PPN Ternate
Sumber: Data Primer (2017)

Infrastruktur di PPN Ternate armada penangkapan ikan seperti


berfungsi dengan baik dan sudah es balok air tawar dan perbekalan
dimanfaatkan dengan optimal. lain yang diperlukan kapal perikanan
Dalam rangka meningkatkan peran untuk melaut. Suplai logistik armada
PPN tersebut maka telah dilakukan penangkapan ikan tersebut akan
pembebasan lahan dan mereklamasi menjamin armada perikanan melaut
pantai untuk penambahan lahan. selama 4 hari sampai 10 hari.
PPN Ternate saat ini berfungsi Dengan bertambahnya armada
sebagai pelabuhan pangkalan armada perikanan dan investasi di kawasan
perikanan, menjamin kelancaran PPN Ternate maka kebutuhan air
bongkar ikan dan suplai logistik untuk bersih meningkat. Air bersih tersebut

31 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


diperlukan oleh kapal penangkap 3.4. Sosial Ekonomi dan
ikan, pabrik es, kegiatan handling Kelembagaan
dan processing ikan dan lainnya.
Kebutuhan air bersih pada tahun 2015 Peran Stakeholder pada Pelaku
mencapai 9.030 ton dan pada tahun usaha
2016 meningkat menjadi 9.573 ton. Analisis peran stake holder pada
Semua air bersih diperoleh dengan pelaku usaha di Kota Ternate ini pada
menggunakan sumur bor. dasarnya untuk mempelajari peran dari
Kebutuhan es balok untuk kegiatan pemangku kepentingan berkontribusi
penangkapan ikan di PPN Ternate dalam pembangunan perikanan.
bersumber dari dalam pelabuhan pengembangan usaha perikanan,
dan dari luar kawasan pelabuhan. industri pengolahan dan perdagangan.
Kebutuhan es balok untuk kegiatan Para pemangku kepentingan yang
penangkapan ikan pada tahun 2015 teridentifikasi di Kota Ternate adalah:
adalah 4.073.447 ton dan 2016 sebesar a. Dinas Perikanan dan Kelautan
4.890.155 ton. Dari jumlah tersebut Kota Ternate
99% dipasok oleh perusahaan swasta b. PPN Ternate
yang terdapat didalam dan diluar c. BKIPM Kota Ternate (Stasiun
pelabuhan perikanan dan sisanya sekitar KIMP Kelas I Ternate
1% dipasok oleh pabrik PPN Ternate. d. Stasiun PSDKP
BBM subsidi (Solar) dipasok dari e. Dinas Koperasi dan UMKM
SPDN yang terdapat di dalam PPN f. Dinas Perindustrian dan Per­
dagangan
Ternate. Pasokan BBM per bulan pada
2015 lebih tinggi dari tahun 2016. Rata Dinas Perikanan dan Kelautan
rata pasokan pada tahun 2015 adalah Kota Ternate adalah SKPD Pemerintah
90 ribu liter solar per bulan dan pada Daerah Kota Ternate. Sesuai dengan
tahun 2016 sekitar 70 ribu liter per potensi yang ada maka unit kerja ini
bulan. Informasi tentang penurunan dihadapkan pada pengembangan usaha
konsumsi solar ini tidak diperoleh perikanan rakyat (terutama perikanan
dengan baik dan diperkirakan pada tangkap). Hal ini dapat dipelajari pada
tahun 2016 terdapat beberapa armada Gambar 3.14 tentang perkembangan
perikanan yang tidak melaut karena armada perikanan di Kota Ternate.
masalah surat izin.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 32


Gambar 3.14. Perkembangan Armada Perikanan Tangkap di Kota Ternate

Berdasarkan gambar di atas, Dinas Kelautan dan Perikanan


maka pada periode 2014 – 2016, Kota Ternate berupaya mendorong
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota agar armada perikanan kapal motor
Ternate menghadapi tantangan dalam meningkat. Upaya itu terlihat dengan
pengembangan perikanan rakyat. meningkatnya persentase kapal motor
Jumlah armada perikanan tangkap di 1 GT – 20 GT dari 266 unit (8,2%)
Kota Ternate menurun dari 3243 unit pada tahun 2014 menjadi 319 unit
pada tahun 2014 menjadi 3.095 unit (10,3%) pada tahun 2016. Namun
pada tahun 2016. Komposisi armada proporsi nelayan tradisional (tanpa
perikanan tanpa perahu meningkat perahu / perahu tanpa motor) sangat
dari 29,6% menjadi 33%; perahu tinggi 73,7% pada tahun 2014 menjadi
tanpa motor meningkat dari 44,1% 84,6% pada tahun 2016.
(2014 menjadi 51,6% pada tahun P P N Te r n a t e m e r u p a k a n
2016; armada motor tempel menurun UPT Pusat yang berperan dalam
dari 18,1% pada tahun 2014 menjadi men­d ukung pemanfaatan potensi
5,1% pada tahun 2016. Komposisi sumberdaya perikanan di perairan
armada kapal motor meningkat dari Maluku Utara khususnya perairan
8,2% (2014) menjadi 10,3% pada WPPNRI 715 dan WPPNRI 716. Pada
tahun 2016. kawasan PPN Ternate seluas 10 hektar

33 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


dibangun berbagai fasilitas komersial perairan yang dikeluarkan dari Maluku
yang dapat dimanfaatkan oleh investor. Utara sesuai dengan peraturan yang
Pada saat survey dilakukan terlah ada ditetapkan pemeritah dan ketentuan
investor di dalam pelabuhan tersebut lain yang berlaku, sehingga membantu
yang berinvestasi untuk galangan kapal, pengembangan usaha perikanan.
cold storage, pabrik es, penanganan Berdasarkan data yang dikeluarkan
dan pengepakan ikan, fillet loin ikan oleh unit kerja ini dapat membantu
tuna, serta pengolahan ikan asap. pelaku usaha dalam mencermati
PPN Ternate merupakan pusat usaha permintaan hasil tangkapan nelayan di
perikanan komersial di Kota Ternate. pasar tujuan (Gambar 3.2).
Pelabuhan ini mereupakan tempat Gambar 3.15 memberi informasi
pembongkaran ikan armada perikanan tentang tujuan utama dari ikan hasil
komersial dan tempat penjualan ikan tangkapan yang tercatat pada stasiun
untuk industri pengolahan di Ternate KIPM Kelas I Ternate. Pasar utama
dan Bitung, Jakarta, Surabaya (Muncar) dari hasil tangkapan nelayan Ternate
dan Makasar. adalah: ikan Kerapu 90% ke Jakarata,
Di Kota Ternate terdapat juga 82 % ikan Layang ke Makasar, 14%
UPT Badan Karantina Ikan dan ikan Kerapu ke Makasar, 27% ikan
Pengendalian Mutu hasil perikanan Kakap ke Bitung, 45% Tuna Loin ke
untuk kawasan Maluku Utara. Bitung, 9% tongkol ke Bitung, 71%
Unit kerja ini ikut berperan dalam ikan Layang ke Surabaya, 23% ikan
mengendalikan distribusi ikan dan biota Tongkol ke Surabaya.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 34


Sumber: BKIPM Klas I Ternate

Gambar 3.15. Sebaran Distribusi Pasar Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Ternate2016.

Stasiun PSDKP merupakan unit sekitar Morotai dan sebagian perairan


kerja yang mengawasi pemanfaatan Halmahera Utara seperti pada Gambar
sumberdaya pada perairan WPPNRI 3.16 Pengawasan dilakukan juga
715 dan WPPNRI 716. Pengawasan terhadap penempatan rumpon serta
dilakukan dengan Kapal Pengawas dokumen dari kapal penangkap ikan
yang berbasis di Bitung. Pengawasan yang terdapat diperairan Halmahera
terutama dilakukan pada perairan Utara.

Gambar 3.16. Tracking Kapal Pengawas PSDKP di Perairan Halmahera

35 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Dinas Koperasi dan UMKM Kota Peran Dinas Perindustrian dan
Ternate berperan dalam mengem­ Perdagangan terhadap usaha pada
bangkan usaha mikro dan menengah lapangan usaha perikanan di Ternate
pada berbagai Kecamatan di Kota lebih mengarah pada pembinaan
Ternate. Usaha yang terkait dengan usaha skala kecil dan menengah,
lapangan usaha perikanan yang yang diarahkan untuk pengembangan
dikem­bangkan relatif terbatas dan inovasi/teknologi dan perizinan industri.
terkonsentrasi pada lokasi beberapa Program yang dilakukan oleh bidang
lokasi di Kota Ternate (Tabel 6). Usaha perindustrian ini sangat terbatas
mikro yang dibina oleh Dinas Koperasi terkait dengan perikanan karena usaha
dan UMKM Kota Ternate adalah : industri yang terkait dengan perikanan
penangkapan ikan, pengolahan ikan dan umumnya adalah usaha mikro.
penjualan ikan.
Tabel 6. Sebaran binaan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Ternate (2015- 2016)

Jumlah Pendapatan (Rp/


Lokasi Jenis Usaha
(Unit) hari/Unit Usaha)
Kelurahan Moti Kota Penangkapan ikan 1 400,000
Kelurahan Faudu Penangkapan ikan 1 500,000
Kelurahan Tomajiko Penangkapan ikan 3 516,000
Kelurahan Mado Penangkapan ikan 4 500,000
Kelurahan Doraisa Penagkapan Ikan 3 500,000
Kelurahan Togolobe Penagkapan Ikan 4 500,000
Kelurahan Sangaji Penangkapan Ikan 2 700,000
Kelurahan Bido Batang Dua Penagkapan ikan 9 672,000
Pengolahan Ikan Asap 1 400,000
Penjualan Ikan Asap 5 400,000
Kelurahan Bastiong
Ikan Presto 1 800,000
Baso Ikan 1 1,500,000
Pasar Higine Penjualan Ikan Asap 28 600,000
Pengolahan Ikan Asap 5 650,000
Kelurahan Dufa Dufa
Abon ikan 1 500,000
Kelurahan Jati Pengolahan Ikan Asap 1 700,000
Kelurahan Kalumata Pengolahan Ikan Asap 1 1,500,000
Kelurahan Kalumpang Baso ikan, sosis ikan 2 650,000
Kelurahan Soa Puncak Baso ikan, sosis ikan 1 500,000
Kelurahan Tafure Pengolahan Ikan Asap 1 1,000,000
Kelurahan Tanah Tinggi Baso ikan, sosis ikan 1 1,000,000
Kelurahan Tobololo Abon Tulang Ikan 1 700,000
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Ternate (2017)

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 36


Tingkat Partisipasi Stakeholder maka perikanan di Kota Ternate dapat
dalam pengembangan perikanan dikelompokkan dalam dua katagori,
Ternate yaitu: usaha perikanan skala kecil
Tingkat partisipasi yang dipelajari dan usaha perikanan skala komersial.
adalah tingkat partisipasi stakeholder Tingkat partisipasi stakeholder dalam
dalam membangun perikanan di membangun kedua katagori perikanan
Ternate. Mengikuti uraian diatas, tersebut dapat dipelajari pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat Partisipasia) Stakeholder dalam Pengembangan Perikanan di Kota Ternate

Stakeholder usaha perikanan skala kecil usaha perikanan komersial


Dinas KP Kota Ternate Tingkat Partisipasi interaktif Tingkat partisipasi pasif
PPN Ternate Tingkat Partisipasi konsultatif Tingkat Partisipasi Mandiri
Stasiun PSDKP Tingkat Partisipasi konsultatif Tingkat Partisipasi konsultatif
BKIPM Ternate Tingkat Partisipasi konsultatif Tingkat Partisipasi konsultatif
Dinas Koperasi & UMKM Tingkat Partisipasi interaktif Tingkat partisipasi pasif
Dinas Perindustrian dan
Tingkat partisipasi pasif Tingkat partisipasi pasif
Perdagangan
Lembaga Keuangan
Tingkat partisipasi pasif Tingkat partisipasi pasif
(perbankan)
Keterangan: a). berdasarkan tingkat partisipasi Pretty (1995).

Tingkat partisipasi pasif adalah Tingkat partisipasi mandiri adalah


tingkat partisipasi paling rendah tingkat partisipasi stakeholder yang
dalam pembangunan perikanan. Pada paling tinggi dalam pembangunan
tingkat partisipasi ini stakeholder perikanan. Stakeholder dan pelaku
hanya mendengar usulan/pendapat usaha melakukan inisiatif sendiri atau
dari pelaku usaha perikanan dan bersama untuk mengembangkan
tidak membuat keputusan terhadap usaha perikanan. Kesepakatan antara
usulan tersebut. Pada kasus tertentu, stakeholder dengan pelaku usaha telah
jika usulan tersebut dilaksanakan mendorong keduanya membangun
pelaku usaha perikanan, maka resiko jaringan kerja dengan berbagai pihak
kegagalan usulan itu menjadi beban untuk memperbaiki sistem usaha atau
stakeholder memperkuat dan memperluas sistem
perdagangan hasil perikanan.

37 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Tingkat partisipasi konsultatif usaha tersebut dipelajari dari skala
merupakan tingkat partisipasi di­ usaha, kemampuan mengakses kredit
mana kebijakan yang dibuat untuk dan kemampuan mengakses pasar.
pengembangan perikanan tersebut Dengan demikian untuk me­
hanya dikonsultasikan ke pelaku usaha. ngem­bangkan perikanan di Ternate
Pada tingkat partisipasi ini tidak ada ciri dari pelaku usaha tersebut harus
peluang untuk membuat kesepakatan dipertimbangkan. Data dari Dinas
bersama. Keputusan tetap berada Kelautan dan Perikanan Ternate
pada stakeholder. menunjukkan pada usaha penangkapan
Pada tingkat partisipasi interaktif ikan komposisi nelayan skala kecil
keputusan yang dibuat oleh stakeholder cukup besar (91,8% pada tahun 2014
terkait dengan pengembangan usaha dan 89,7% pada tahun 2016.
perikanan didasarkan pada informasi Hal yang sama juga ditunjukkan
yang diperoleh dari pelaku usaha oleh pengolah. Pengolah umumnya
pelaku usaha diberi kesempatan oleh hanya mengakses pasar lokal karena
stakeholder menyusun rencana, ikut produk yang dihasilkannya merupakan
melaksanakan rencana tersebut. produk hasil usaha rumah tangga.
Pelaku usaha diberi kesempatan Mereka tidak punya kemampuan
oleh stakeholder berperan dalam sendiri untuk membangun jaringan
merumuskan kebijakan. pasar di luar Kota Ternate. Kesempatan
mereka membangun jaringan pasar
Pelaku Usaha pada Perikanan adalah ketika diikutsertakan dalam
Ternate kegiatan pameran pada berbagai kota.
Pelaku usaha pada perikanan di Namun, kemampuan mereka untuk
Ternate dapat dikelompok sebagai: memenuhi permintaan pasar sangat
nelayan, pengolah, dan pedagang. terbatas karena kurang pengalaman
Ciri dari pelaku usaha tersebut dapat dan kemampuan mengelola usaha.
dipelajari pada Tabel 8. Ciri dari pelaku

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 38


Tabel 8. Ciri dari Pelaku Usaha pada Perikanan di Ternate, 2017

Ciri Pelaku Usaha

Pelaku Usaha Kemampuan Kemampuan mengakses


Skala
mengakses modal dari pasar
Usaha
Lembaga Keuangan
Tidak mau mengakses
Pasar lokal di Bastiong
Kecil modal dari Lembaga
(Ternate)
Keuangan Formal
Nelayan Umunya telah me­
Mempunyai jaringan
manfaatkan modal
Komersial pasar ke Bitung, Makasar,
lembaga keuangan
Surabaya dan Jakarta
formal

Kecil Belum mengakses


Hanya di Pasar Bastiong
(Rumah pinjaman modal ke
(Ternate)
Tangga) bank komersial

Pengolah
Memanfaatkan modal Telah mempunyai jaringan
Komersial dari lembaga keuangan ke pasar tujuan (seperti loin
(Bank) Tuna ke Bitung)

Belum pernah
Hanya pada pasar lokal
Lokal mengakses pinjaman
Bastiong)
dari lembaga keuangan
Telah memiliki jaringan pada
Pedagang pasar tujuan dan pada kasus
Menggunakan
tertentu untuk memenuhi
Antar Pulau pinjaman dan jasa
kuota memanfaatkan
perbankan
jaringan dari lokasi diluar
Ternate untuk mengisi kuota.
Sumber: hasil wawancara dan pengamatan lapangan (2017).

Pedagang ikan di Kota Ternate yang tidak memiliki cold storage,


adalah pedagang pasar lokal. tetapi memiliki tempat pengemasan
Kemampuan mereka menjual ikan ikan. Pedagang yang terakhir ini
hanya 1 kuintal sampai 3 kuintal umumnya mengirim ikan demersal
per hari. Sedangkan pedagang antar ke Surabaya, Makasar dan Ambon,
pulau umumnya merangkap sebagai rata – rata 2 – 5 ton per hari. Modal
pengusaha pengolahan (cold storage), untuk membeli ikan, pengemasan
walaupun terdapat dua pedagang dan pengirimam telah disediakan oleh

39 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


pedagang dari kota tujuan. Pedagang dengan stok solar 100 KL per bulan
tersebut hanya menerima fee dari ikan dilakukan oleh Koperasi Nelayan Mina
yang dikirimkan ke pasar tersebut. Sejahtera harus memiliki badan hukum.
Rata-rata besar fee adalah Rp. 1.000 Koperasi ini diberi wewenang menjual
per Kg ikan, BBM Solar di lungkup PPN Ternate
kepada nelayan yang membawa surat
Kelembagaan rekomendasi dari PPN ternate.
Kelembagaan merupakan aspek Di PPN Ternate terdapat juga
penting dalam pengembangan usaha koperasi pedagang ikan di Pasar Ikan
perikanan di Ternate. Terkait dengan Bastiong (Koperasi Umbul Halawan),
hal tersebut maka kelembagaan dapat yang merupakan wadah dari para
dipelajari dari pengembangan usaha/ pedagang ikan segar yang terdapat
bisnis dan pengendalian pemanfaatan di Ternate untuk mengembangkan
sumberdaya. Kelembagaan tersebut usaha, mendapat pinjaman modal dari
berperan mengatur hubungan antar bank. Jumlah anggota Koperasi Umbul
pelaku usaha agar usaha mereka dapat Halawan adalah 20 orang.
berkembang dan tidak berkonflik. Pada tingkat nelayan kelembagaan
yang menonjol adalah kelompok
Kelembagaan di PPN Ternate usaha bersama (KUB). Kelembagaan
PPN Ternate merupakan ke­ ini pada awalnya merupakan wadah
lembagaan formal yang dibentuk oleh yang dibentuk untuk memfasilitasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan bantuan dari pemerintah kepada
untuk mengelola berbagai aktivitas nelayan. Beberapa KUB di Ternate
pada kawasan pelabuhan tersebut. tersebut telah berkembang dan dapat
PPN Ternate dengan fasilitas yang menambah armada tangkapnya.
ada melayani aktivitas nelayan yang Keberhasilan tersebut disebabkan
menangkap ikan di WPPNRI 715 dan oleh kemampuan manajerial dari
WPPNRI 716. ketua KUB dalam mengelola usaha
Dari sisi pengembangan usaha dan menyisihkan (30%) hasil usaha
atau bisnis di PPN Ternate terdapat untuk cadangan. Namun dilaporkan
beberapa usaha yang dilakukan dan terdapat beberapa KUB yang kurang
dikembangkan dalam bentuk koperasi. berhasil mengembangkan usaha
Sebagai contoh pengelolaan SPDN karena masalah internal KUB.
di PPN Ternate. Pengelolaan SPDN

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 40


Pada tingkat pemanfaatan Kelembagaan d PPI Dufa Dufa
sumberdaya di Kota Ternate telah
PPI Dufa-Dufa merupakan pang­
dibentuk Kelompok Masyarakat
kalan pendaratan ikan perikanan
Pengawas, kelompok ini mengawasi
rakyat, yang telah dilengkapi dengan
berbagai pelanggaran yang terdapat
berbagai fasilitas seperti SPDN,
diperairan dalam pemanfaatan sumber
Gedung TPI, pabrik es dan berbagai
daya,termasuk praktek penangkapan
prasarana lainnya.
ikan yang tidak ramah lingkungan.
PPI ini secara formal dikelola
Kelompok Masyarakat Pengawas
oleh petugas Dinas Kelautan dan
ini dibentuk berdasarkan Keutusan
Perikanan, dibantu oleh beberapa
Menteri Kelautan dan Perikanan
tenaga kerja lepas. Kemampuan
No. 58/2001. Kelompok Masyarakat
manajerial pengelolaan PPI Dufa-Dufa
Pengawas tersebut sebagian besar
sangat terbatas, sehingga PPI ini tidak
kurang aktif, karena para anggotanya
berfungsi optimal. Hal ini ditunjukkan
lebih mengutamakan menjalankan
oleh aktivitas bongkar ikan per hari
usaha masing-masing.
sekitar 2 sampai 3 kapal pole and line,
Padahal maksud dari pembentukan
TPI tidak berfungsi, berbagai fasilitas
Kelompok Masyarakat Pengawas
pertokoan tidak berfungsi. Petugas
tersebut adalah: untuk meningkatnya
pengelola PPI merangkap berbagai
partisipasi masyarakat perikanan
tugas kedinasan sehingga mengganggu
dalam pengawasan sumberdaya
pelaksanaan operasional PPI setiap
kelautan dan perikanan. Kelompok
hari.
Masyarakat Pengawas tersebut
Jika dipelajari lebih lanjut, maka
dibentuk atas inisiatif masyarakat
pengelolaan PPI Dufa-Dufa melalui
yang difasilitasi oleh unsur pemerintah
koperasi perikanan akan memberi
daerah, dan dikoordinir oleh seorang
inplikasi yang lebih baik. Pengelolaan
anggota masyarakat dalam Kelompok
PPI melalui koperasi akan menghindari
Masyarakat Pengawas, yang berfungsi
konflik kepentingan dan berbagai
sekaligus sebagai mediator antara
fasilitas dapat difungsikan dengan baik.
masyarakat dengan pemerintah/
petugas.

41 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


3.5. Perdagangan dan ke Surabaya, namun sejak tahun
Pemasaran 2015 sudah tidak ada lagi. Sebaliknya
untuk pengiriman ke Batam, baru
Dari data yang diperoleh dari mulai dilakukan sejak tahun 2015
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kota dan berlanjut sampai sekarang. Profil
Ternate, diperoleh informasi bahwa pengiriman ikan dari Kota Ternate
perdagagangan ikan ke luar Kota tahun 2014-2016 disajikan pada
Ternate pada tahun 2016 sebanyak Gambar 3.17. Dari data tersebut
1.076.031 kg dan dikirim ke berbagai terlihat bahwa sebagian besar ikan
kota seperti Bitung, Jakarta, Makasar asal Kota Ternate dikirim untuk
dan Batam. Jika dilihat tren pengiriman memenuhi permintaan industri di
ke luar kota Ternate selama 2012- Bitung. Pengiriman terbesar setelah
2016, terlihat bahwa pada tahun Bitung adalah Makasar, Jakarta dan
2012-2015, selain pengiriman ke kota- Batam.
kota tersebut juga ada pengiriman

Gambar 3.17. Profil pengiriman ikan dari Kota Ternate tahun 2014-2016

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 42


Dari wawancara dengan pedagang Untuk pasar lokal Kota Ternate,
ikan di Kota Ternate, diperoleh pasar ikan yang cukup besar dan
informasi bahwa jenis-jenis ikan yang beroperasi setiap hari adalah Pasar
banyak diperdagangkan seperti tuna, Bastiong yang berlokasi dalam
baby tuna, cakalang maupun ikan kawasan PPN Kota Ternate. Pasar ini
demersal dan karang. Dalam sebulan merupakan pasar utama untuk menjual
pedagang ini dapat mengirimkan ikan hasil ikan baik ikan segar maupun ikan
tuna sebanyak 2 sampai 3 kali, masing- olahan seperti cakalang fufu. Pada
masing sekitar 6-9 ton. Sementara pemasaran ikan segar, ikan dipajang di
untuk ikan demersal seperti kakap, atas meja atau dalam piring plastik, dan
kerapu, kakatua dll per hari mampu dijual per ekor atau per piring plastik
memasarkan sekitar 2 ton. Untuk untuk ikan-ikan yang berukuran kecil.
jenis ikan tuna, pengiriman dilakukan Pada saat menjajakan dagangannya,
via kapal laut ke Bitung, Makasar biasanya ikan tidak diberi es hanya
dan Jakarta. Selain menggunakan disiram dengan air bersih sampai
kapal laut, pengiriman ke Jakarta juga laku terjual. Pasar ini beroperasi dari
menggunakan cargo milik Sriwijaya Air. jam 7 pagi hingga sekitar jam 14.00
Selain ikan tuna segar, pedagang ini siang hari. Kondisi pasar dan aktivitas
juga menerima dan mengirimkan tuna penjualan ikan di Pasar Bastiong
loin yang tanpa kulit, yang digunakan disajikan pada Gambar 3.18.
untuk bahan pembuatan sushimi.
Pengiriman tuna loin dilakukan ke
Makasar. Sedangkan untuk ikan karang,
pasar utamanya adalah Kota Ternate,
Makasar dan Bitung.

43 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Gambar 3.18. Aktivitas perdagangan ikan di Pasar Bastiong Ternate

3.6. Permasalahan WPP 715, maka ikan pelagis kecil, ikan


Pemanfaatan Sumber pelagis besar, udang, lobster, kepiting,
rajungan dan cumi telah melebihi
Daya
batas tangkap yang diperbolehkan.
Perairan WPP 715 dan WPP Sementara jenis ikan yang tingkat
716 (terutama di Sekitar Morotai) pemanfaatannya harus dikawal ketat
merupakan wilayah penangkapan adalah: jenis ikan karang dan ikan
ikan armada perikanan yang berbasis demersal. Sebaliknya pada perairan
di Ternate dan sekitarnya. Jika WPP 716, kelompok jenis ikan yang
menangkap ikan di perairan WPP 716, telah mencapai batas lebih tangkap
maka armada perikanan dari Ternate, adalah ikan karang, lobster, rajungan
harus membawa solar dan ransum dan cumi. Sedangkan kelompok jenis
mencukupi. ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar,
Berdasarkan Kepmen KP No. ikan demersal, udang, dan kepiting
47/Kepmen-KP/2016, tentang tingkat penambahan effort untuk peningkatan
pemanfaatan sumberdaya perikanan di hasil tangkapan harus dikawal ketat.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 44


Keragaman Armada tangkap pada modal pribadi atau pedagang, kegiatan
perikanan Ternate penangkapan ikan dilakukan bersama
anggota keluarga atau kerabat dekat,
Data dari Dinas Kelautan dan
pembongkaran ikan hasil tangkapan
Perikanan serta Data PPN Ternate,
umumnya dilakukan pada beberapa
dapat digunakan untuk mempelajari
tempat diluar PPN Ternate, namun
permasalahan keragaman armada
penjualan ikan hasil tangkapan
perikanan di Ternate (Gambar 3.19).
sebagian besar dilakukan di PPN
Berdasarkan gambar tersebut terdapat
Ternate. Sedangkan usaha penangkapan
dua kategori perikanan di Ternate,
ikan komersial adalah kegiatan usaha
yaitu: perikanan rakyat dan perikanan
yang dikelola sendiri atau kelompok,
komersial.
menggunakan modal pribadi atau modal
Naskah ini menyebut perikanan
dari pihak lain, kegiatan penangkapan
rakyat di Ternate sebagai usaha
ikan menggunakan ABK dari luar
perikanan dengan ciri: kegiatan usaha
keluarga, pembongkaran dan penjualan
dikelola sendiri, modal untuk kegiatan
ikan dilakukan di PPN Ternate.
penangkapan ikan menggunakan

Sumber: Statistik Perikanan Kota Ternate (2016) & PPN Ternate (2016)

Gambar 3.19. Distribusi Armada Perikanan di Kota Ternate, 2016

45 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Pada tahun 2016, usaha perikanan 716 dapat dikatakan belum tercatat
rakyat di Ternate terdiri dari 33% pada statistik perikanan kota Ternate.
usaha perikanan tanpa perahu, 51,6% Sedangkan armada perikanan tangkap
adalah usaha perikanan perahu tanpa yang berbasis di PPN Ternate ukuran
motor, armada motor tempel sekitar 30 GT – 50 GT masih terbatas (15
5,11%, armada 0 – 5GT dan 5 GT – unit) dan tidak ditemukan armada
10 GT masing-masing 4,2% dan 10 perikanan yang berbasis di PPN
GT – 20 GT sebanyak 1,87%. Hal ini Ternate dengan ukuran > 50 GT.
berarti 89,7% usaha perikanan rakyat
di Ternate merupakan usaha perikanan Keragaman ikan yang didaratkan
yang menangkap ikan di perairan Keragaman jenis ikan yang
pantai. Dan sekitar 10,3% dari armada didaratkan di Ternate dapat dipelajari
perikanan rakyat tersebut menangkap dari dua katagori usaha perikanan
ikan di lepas pantai. yang disebutkan diatas. Pada usaha
Pada usaha perikanan komersial perikanan komersial yang mendaratkan
yang disebutkan diatas, usaha ikan di PPN Ternate tahun 2016, dari
perikanan didominasi oleh 33% total ikan yang didaratkan 4.827
armada 5 GT – 10 GT, 24,6% armada ton pada Gambar 3.4. maka jumlah
20 – 30 GT dan 7,5% armada 30 GT – ikan pelagis besar yang dominan
50 GT. Dengan demikian, dari 199 unit didaratkan adalah: 41,6% ikan
armada perikanan yang mendaratkan Cakalang, dan 5,9% ikan Yellow Fin
ikan di PPN Ternate, 31,2% dari Tuna (Madidihang). Sedangkan ikan
armada tersebut (20 GT – 30 GT dan pelagis kecil yang didaratkan terdiri
30 GT – 50 GT) merupakan armada dari ikan Layang 30,9%, ikan Ekor
yang menangkap ikan pada perairan Kuning, ikan Kembung masing-masing
lepas pantai di perairan WPPNRI sekitar 5,0% dan 5,1%. Serta tercatat
715. Sementara untuk menangkap beberapa jenis ikan demersal seperti
ikan pada perairan 716, maka armada ikan Lencam 2,6%, ikan Kakap, ikan
perikanan 30 GT – 50 GT (7,5% dari Kerapu dan ikan Kwee masing masing
armada perikanan komersial dari 2,4%, 2,3% dan 2,6%. Jenis ikan
Ternate) harus membawa rata-rata 0,5 yang lain seperi Tembang, Tenggiri
ton solar dan perbekalan yang cukup. dan ikan lain seperti pada Gambar 4.2
Dengan demikian, armada jumlahnya sangat kecil.
perikanan rakyat > 30 GT untuk
menangkap ikan di perairan WPP

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 46


Pada usaha perikanan rakyat, terutama ikan Kembung 6,6%, ikan
jenis ikan yang didaratkan nelayan pada Lemuru 3%. Sementara kelompok
berbagai lokasi di Kota Ternate lebih ikan demersal yang didaratkan nelayan
banyak dari ikan yang didaratkan di perikanan rakyat terdiri dari: ikan
PPN Ternate. Jenis ikan dan persentase peperek 2,4%, ikan Biji Nangka
yang didaratkan nelayan perikanan dan Gerot-Gerot masing-masing
rakyat dapat dipelajari pada Gambar 2,2%, Bambangan, Kerapu dan Kakap
4.3. masing-masing 3,9%, 3,4% dan 3,7%
Berdasarkan gambar tersebut Gambar 3.21. dan Gambar 3.22.
dari 17.749 ton ikan yang didaratkan menunjukkan terjadi indikasi hampir
perikanan rakyat di Kota Ternate pada semua jenis ikan di perairan WPPNRI
tahun 2016, terdapat ikan pelagis 715 di Sekitar Ternate dan pulau
besar, seperti ikan Cakalang sebanyak Halmahera jumlahnya telah berkurang
36,2%, Yellow Fin Tuna (Madidihang) kecuali ikan Cakalang. Sementara Yellow
15,2%. Sedangkan ikan pelagis kecil Fin Tuna, jumlah semakin terbatas.

Sumber: Statistik PPN Ternate, 2016

Gambar 3.20. Persentase Jenis Ikan yang didaratkan Armada Perikanan pada PPN
Ternate, 2016

47 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Sumber: Statistik Perikanan Kota Ternate (2016)

Gambar 3.21. Persentase Jenis Ikan yang didaratkan Armada Perikanan Rakyat pada
berbagai lokasi di Kota Ternate.

Produktivitas Armada Perikanan Uraian berikut akan mencoba


Tangkap Laut mempelajari produktivitas usaha
perikanan rakyat dan komersial di
Produktivitas pada tulisan ini
Ternate.
menggambarkan kemampuan alat
perikanan tersebut mendaratkan Produktivitas per alat tangkap
ikan pada pelabuhan perikanan. pada usaha perikanan rakyat
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu selama tahun 2016 (Gambar 3.22)
dipelajari produktivitas berdasarkan menunjukkan alat tangkap Bagan
jumlah alat dan produktivitas perahu yang jumlahnya mencapai 22
berdasarkan trip penangkapan ikan. unit, produktivitas per alat tangkap
per tahun sebesar 99,73 ton. Hasil
Dua jenis produktivitas ter­
tangkapan sejumlah itu, setiap unit
sebut, perlu diperhatikan, jika
bagan perahu harus beroperasi selama
kecenderungannnya berbeda
73 trip per tahun. Hal ini berarti
satu dengan lainnya menunjukkan
produktivitas rata-rata bagan perahu
terdapat permasalahan yang perlu
per trip adalah 1,37 Ton.
diperhatikan dalam pemanfaatan
sumberdaya perikanan di Ternate.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 48


Sumber: diolah dari Statistik Perikanan Dinas KP Kota Ternate (2016)

Gambar 3.22. Produktivitas Alat Tangkap Nelayan Perikanan Rakyat di Ternate 2016

Pada alat tangkap huhate, jumlah Dengan demikian untuk mencapai


huhate pada perikanan rakyat 2.234 produktivitas tersebut maka setiap
unit. Produktivitas alat tangkap huhate rawai tetap dan rawai hanyut pada
per tahun per alat adalah sekitar tahun 2016, harus beroperasi selama
5 ton dan untuk mendapat ikan 137 trip dan 134 trip.
sebanyak 5 ton maka setiap alat Pada Gambar 3.23, produktivitas
huhate harus beroperasi sebanyak 6 setiap alat tangkap pukat pantai dan
trip. Dengan demikian produktivitas pukat cincin pada tahun 2016 masing-
setiap armada huhate sekitar 0,85 ton masing adalah 48,13 ton dan 42,34
Hal ini menunjukkan jumlah huhate ton. Sementara itu pada perikanan
pada armada perikanan rakyat di rakyat di Ternate jumlah alat tangkap
Ternate telah melebihi dari batas yang pukat pantai dan pukat cincin masing
sebenarnya. masing adalah 32 unit dan 111 unit.
Pada perikanan rakyat di Ternate, Pada tingkat produktivitas tersebut
jumlah rawai tetap dan rawai hanyut maka alat tangkap pukat pantai dan
masing-masing 14 unit dan 9 unit. pukat cincin dalam setahun masing-
Pada tahun 2016, produktivitas rawai masing harus beroperasi menangkap
tetap dan rawai hanyut per alat ikan selama 135 trip dan 65 trip.
adalah 45,43 ton dan 17,56 ton.

49 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Gambar 3.23 menunjukkan situasi Pada tahun 2016, produktivitas
pada armada perikanan komersial yang dari alat tangkap huhate, pukat cincin
mendaratkan ikan di PPN Ternate. Pada dan pancing ulur adalah 34,5 ton,
perikanan tersebut, alat tangkap yang 36,6 ton dan 14,3 ton. Jumlah trip
digunakan oleh armada penangkapan penangkapan dari huhate, pukat
ikan yang dominan adalah huhate, cincin dan pancing ulur pada tahun
pukat cincin dan pancing ulur. Jumlah 2016 masing-masing 1.330 trip, 654
alat tangkap tersebut pada tahun 2016 trip dan 1.578 trip. Dengan demikian,
masing-masing adalah 59 unit, 29 unit produktivitas setiap alat tangkap
dan 70 unit. huhate per trip adalah 1,53 ton; alat
tangkap pukat cincin sebesar 3,30 ton
dan pancing ulur adalah 0,53 ton.

Sumber: diolah dari Statistik Perikanan Dinas KP Kota Ternate (2016)

Gambar 3.23. Produktivitas Alat Tangkap Armada Perikanan di PPN Ternate 2016

Berdasarkan data yang diuraikan Layang. Jenis ikan lain (pelagis kecil,
diatas, menunjukkan jumlah ikan demersal dan ikan karang) jumlah
yang masih potensial yang didaratkan yang didaratkan sangat sedikit. Hal
armada perikanan di Ternate jenisnya ini menunjukkan jumlah ikan yang
terbatas dan jumlahnya masih memadai ditangkap telah melebihi batas yang
adalah: ikan Cakalang, Madidihang dan diperbolehkan.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 50


Perspektif
B
erdasarkan jenis usaha per­
ikanan dan karakteristik usaha

Pengembangan perikanan di Kota Ternate,


maka pengembangan per­
Perikanan ikanan di Ternate dilakukan melalui
pengembangan usaha perikanan rakyat
Tangkap dan pengembangan usaha perikanan
komersial.

Pengembangan Usaha Perikanan


Rakyat
Pengembangan usaha perikanan
rakyat dioperasionalkan dengan me­
lakukan langkah-langkah kebijakan
seperti road map pada Tabel 9.

Tabel 9. Road map pengembangan usaha perikanan rakyat di Ternate, 2017


Tahun
Kegiatan Target
Pertama Kedua Ketiga Keempat
Pembentukan Penguatan Pengembangan Pengembangan
Koperasi manajerial Bisnis Koperasi Bisnis Koperasi
Perikanan PPI dan bisnis Perikanan di Perikanan di
Dufa-Dufa Koperasi PPI Dufa-Dufa PPI Dufa-Dufa
(AD/ART) Perikanan
di PPI Dufa-
Pengembangan Dufa
Operasionalisasi
perikanan x Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
PPI Dufa-Dufa
rakyat PPI Dufa- aktivitas PPI aktivitas PPI
Dufa oleh Dufa-Dufa Dufa-Dufa
Koperasi & beberapa & seluruh
Perikanan fasilitas di PPI fasilitas di PPI
PPI Dufa- Dufa-Dufa Dufa-Dufa
Dufa oleh koperasi oleh koperasi
perikanan perikanan

51 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Kebijakan pengembangan Pengembangan Usaha Perikanan
perikanan rakyat melalui koperasi Komersial
perikanan tersebut, harus dilakukan
Pengembangan usaha perikanan
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
komersial dilakukan untuk me­
Kota Ternate bersinergi dengan Dinas
ningkatkan kapasitas perikanan
Koperasi dan UKM Kota Ternate.
komersial melalui perbaikan dan
Kerjasama Dinas Koperasi dan UKM
pengembangan beberapa aktivitas
Kota Ternate di PPI Dufa Dufa tersebut
pada simpul rantai pasok pada atau yang
dapat mendorong mengembangkan
terkait dengan PPN Ternate. Dengan
kapasitas usaha pengolahan hasil
demikian road map pengembangan
perikanan (terutama ikan asap/fufu)
perikanan komersial di PPN Ternate
yang telah dibina oleh Dinas Kopersai
dapat dilakukan seperti pada Tabel 10.
dan UKM Ternate.
Keberadaan koperasi perikanan
dapat meningkatkan kapasitas
perekonomian di PPI Dufa-Dufa dan
menambah penyerapan tenaga kerja
di lingkungan PPI Dufa-Dufa dan pada
industri pengolahan hasil perikanan
skala rumah tangga di Ternate.

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 52


Tabel 10. Road Map Pengembangan Perikanan Komersial di PPN Ternate
Tahun
Target
Pertama Kedua Ketiga Keempat
Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan x
jumlah armada jumlah armada jumlah armada
30 GT – 50 30 GT – 50 30 GT – 50
GT dari 7,5% GT dari 10% GT dari 12,5%
menjadi 10% menjadi 12,5% menjadi 15%
Mengarahkan Mengarahkan Mengarahkan x
penambahan penambahan penambahan
armada 30 armada 30 armada 30
GT – 50 GT GT – 50 GT GT – 50 GT
menangkap menangkap menangkap
ikan pada ikan pada ikan pada
Perairan Utara Perairan Utara Perairan Utara
Halmahera Halmahera Halmahera
(Morotai) (Morotai) (Morotai)
Standarisasi Standarisasi Standarisasi Standarisasi
wadah wadah dan wadah dan wadah dan
Peningkatan pembongkaran penanganan penanganan penanganan
kapasitas dan ikan dan ikan dan ikan dan ikan dan
perbaikan penanganan penggunaan pengunaan pengunaan
simpul rantai ikan cara mekanis cara mekanis cara mekanis
pasok pembongkaran pembongkaran pembongkaran
ikan ikan ikan
x Penggunaan Penggunaan Penggunaan
Tenaga Kerja Tenaga Kerja Tenaga Kerja
pembongkaran pembongkaran pembongkaran
ikan yang ikan yang ikan yang
terorganisasi terorganisasi terorganisasi
x mendorong mendorong mendorong
investasi 1 unit investasi 1 unit investasi 2 unit
usaha tuna loin usaha tuna loin usaha tuna loin
x Negosiasi Negosiasi Negosiasi
peningkatan peningkatan peningkatan
kapastas kargo kapastas kargo kapastas kargo
pesawat dan pesawat dan pesawat dan
frekuensi kapal frekuensi kapal frekuensi kapal
cargo laut cargo laut cargo laut

53 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Pengembangan simpul rantai bimbingan dan pembinaan terkait
pasok tersebut diharapkan dapat produktivitas dan mutu hasil olahan,
meningkatkan peran dari PPN Ternate peningkatan jumlah perijinan dan
sebagai pusat pemasok ikan segar sertifikasi olahan seperti PIRT,
/ beku serta tuna loin ke Jakarta, sertifikat halal, dan SKP, maupun
Makasar, Bitung dan Batam. peningkatan kualitas kemasan
Pengembangan industri pe­ dan pelabelan sehingga dapat
ngolahan hasil perikanan sebaiknya meningkatkan umur simpan maupun
difokuskan pada industri kecil dan jangkauan pemasaran produk olahan
menengah khususnya pada produk yang dihasilkan. Olahan industri
olahan khas seperti ikan asap atau rumah tangga dan UKM tersebut
industri bahan setengah jadi seperti sebagian besar belum dikemas
industri fillet dan loin untuk komoditas dengan baik dan pemasarannya
ikan tuna. Pengembangan industri masih di tingkat pasar tradisional.
olahan ikan skala besar di Ternate Program bimbingan dan pembinaan
berpotensi mengganggu suplai ikan oleh dinas terkait maupun fihak lain
ke Bitung dan kota-kota lainnya, seperti IFAD yang sudah ada perlu
karena Ternate sangat potensial ditingkatkan, sehingga jumlah UKM
sebagai pensuplai bahan baku ikan pengolah semakin banyak dan kualitas
untuk industri pengolahan perikanan olehannya semakin baik sehingga bisa
di sekitarnya. Pengembangan usaha dipasarkan di supermarket atau pusat
pengolahan sekala industri kecil oleh-oleh maupun dikirmkan ke kota-
dan rumah tangga perlu dilakukan kota di sekitar Ternate.
dengan serangkaian program seperti

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 54


U
raian yang diuraikan di­­
atas menunjukkan peran
Penutup dari PPN Ternate sangat
strategis sebagai sumber
pasokan ikan segar/beku serta loin tuna
untuk beberapa pasar di Indonesia.
Selain itu, perikanan rakyat di Kota
Ternate cukup potensial dikembangkan
dengan memanfaatkan fasilitas yang ada
di PPI Dufa-Dufa jika dikelola melalui
koperasi perikanan.
Pengembangan dua potensi per­
ikanan tersebut akan menempatkan
Ternate sebagai hub dalam mengumpul­
kan ikan hasil tangkapan di Maluku
Utara dan mendistribusikan ikan
ke pusat pusat permintaan ikan di
Indonesia.
Peran Ternate sebagai hub ter­
sebut akan berfungsi jika armada
perikanan diarahkan untuk menangkap
ikan ke perairan laut Halmahera (di
sekitar perairan Morotai), Standarisasi
terhadap berbagai aktivitas perikanan
harus mulai dirintis dan dilakukan,
dan sistim distribusi ikan ke pusat
permintaan harus lancar dengan
tersedianya cargo pesawat untuk
produk perikanan serta bertambahnya
frekuensi kunjungan kapal kargo ke
dan dari Ternate.

55 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Anonim. 2011. Peta Keragaan Perikanan
Daftar Tangkap di Wilayah Pengelolaan
Perikanan RI (WPP-RI) Direktur
Pustaka Jenderal Perikanan Tangkap
Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Anonim. 2010. Fishing Ground Tersebar
Luas Dari Sebelah Barat Laut
Sulawesi Hingga Sebelah Timur
Samudera Pasifik. Informasi dari
Nakhoda Kapal, mini purse seine
di Bitung Sulawesi Utara.
Anonim. 2016. Estimasi Potensi Sumber
Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik
Indonesia. Keputusan Menteri
Kelautan Dan Perikanan Republik
Indonesia Kepmen KP no.47/
Kepmen-KP/2016
Anonim. 2017. Buku Laporan Tahunan
Statistik Perikanan Tangkap
Tahun 2016. Pelabuhan Perikanan
Nusantara Ternate Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap
Kementerian Kelautan dan
Perikanan 2017.
Suwarso, Ahmad Zamroni, Wijipriono.
2012, Distribusi, Upaya Penang­
kapan dan Biologi Populasi Stok
Ikan Pelagis Kecil di Laut Jawa dan
Laut Sulawesi (WPP-712 dan WPP-
714). Laporan Akhir 2012.
Fredo Uktolseja, Ari Purbayanto, Sugeng
Hari Wisudo., 2009. Analisis
Pengembangan Sumber daya
ikan Pelagis Kecil di Perairan Laut
Halmahera Utara. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia (JPPI)

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 56


Biodata Dr. Armen
Z u l h a m
Penulis adalah Doktor
Ilmu Sumber
Daya Pesisir
dan Lautan.
Lahir di Banda
Aceh 10 Desember 1960. Saat ini
adalah Peneliti Utama bidang Sosial
Ekonomi Perikanan dan Kelautan pada
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi
Kelautan dan Perikanan, Badan Riset
dan Sumberdaya Manusia Kelautan
dan Perikanan di Jakarta. Pendidikan
Sarjana Perikanan diselesaikan pada
Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan,
Fakultas Perikanan-Institut Pertanian
Bogor tahun 1984. Master bidang
Ekonomi Perikanan diperoleh dari
University Pertanian Malaysia,
Serdang-Selangor tahun 1989 dengan
Bea Siswa ICLARM. Saat menyelesaikan
program Doktor, banyak mempelajari
ilmu ekonomi pertanian dan ilmu
pesisir dan lautan di Sekolah Pasca
Sarjana-Institut Pertanian Bogor
tahun1999-2005, dengan bea siswa
PAATP (Badan Litbang Pertanian).

Karier peneliti dimulai dimulai


sejak tahun 1985 pada Pusat Agro
Ekonomi (sekarang Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian)

57 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Kementerian Pertanian di Bogor. awal tahun 2015. Dan saat ini, aktif
Kajian meliputi berbagai aspek sosial melakukan penelitian aspek sosial
ekonomi: perikanan, perdagangan ekonomi kelautan dan perikanan dan
komoditas pertanian, kedele, migrasi- menulis berbagai buku dan artikel
arus tenaga kerja dan barang di ilmiah.
pedesaan serta kemiskinan. Penelitian Pada tahun 2011 menggagas
lain adalah pencemaran lahan sawah ke­giatan pemberdayaan masyarakat
akibat tsunami di Aceh, distribusi per­ikanan melalui Klinik IPTEK Mina
pangan pada korban tsunami dan Bisnis (KIMBis). Selama tahun 2011-
estimasi produksi beras di Aceh pasca2014 diberi tanggung jawab menjadi
tsunami. koordinator program KIMBis pada 14
Setelah menyelesaikan Program lokasi diseluruh Indonesia oleh Kepala
Doktor pada Sekolah Pasca Sarjana- Balai Besar Riset Sosial Ekonomi
Institut Pertaninan Bogor, menjadi Kelautan dan Perikanan-Jakarta.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Sejak 2014 sampai 2017 banyak
Pertanian di Provinsi Aceh-Badan melakukan penelitian tentang di­namika
Litbang Pertanian (2006-2007). masyarakat perikanan di Teluk Jakarta,
Pernah bekerja sebagai peneliti karena permasalahan kebijakan
pada World Food Program Jakarta Reklamasi Pulau dan Pembangunan
dan Banda Aceh (2006). Pada tahun Tanggul Laut di Teluk Jakarta. Penelitian
yang sama bergabung dengan Sinclair pengembangan perikanan tangkap laut
Knight Merz-Australia sebagai Risk di WPP 711-khusus Laut Natuna
Environment Management Specialist Utara, WPP 715-khususnya pada Kota
di Banda Aceh. Pada Pebruari 2007, Ternate, dan WPP 714-khususnya
bergabung sebagai peneliti merangkap pada kawasan teluk Kendari dan Laut
Kepala Bidang Tata Operasional Balai Budidaya Laut-Gondol (2016-2017).
Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan
dan Perikanan. Jabatan Kepala Bidang
Tata Operasional berakhir pada

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 58


Dr. Subaryono,
S.Pi, M.Si,
dilahirkan di
Kulon Progo 11
Desember
1971. Penulis
me­nyelesaikan pendidikannya sebagai
sarjana Perikanan di Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada pada tahun
1999. Selanjutnya penulis sbekerja
sebagai peneliti di Balai Besar Riset
Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan sejak 1999
sampai sekarang. Penulis ber­kesempatan
meneruskan pen­didikan magisternya di
Jurusan Ilmu Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2006 dan menyelesaikannya pada
tahun 2009. Selanjutya penulis
meneruskan program Doktornya di
jurusan yang sama pada tahun 2011 dan
me­nyelesaikannya pada tahun 2016.
Buku ini adalah buku ke-tiganya selain
buku terdahulu seperti buku Membuat
Agar dari Rumput Laut Gracilaria sp. yang
diterbitkan Penebar Swadaya tahun
2013 dan Pembuatan Tepung Puding
Alginat Instan yang diterbitkan Penebar
Swadaya tahun 2016. dalam Keamanan
Pangan.

59 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya


Ralph Thomas
Mahulette,
M.Si lahir di
Ambon 31
Desember 1968.
Penulis adalah
pe­neliti Bidang Sumber Daya Per­ikanan
Laut pada Pusat Riset Perika­n an
(PUSRISKAN) Badan Riset Sumber
Daya Manusia (BRSDM) Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP), Penulis
menamatkan pendidikan S- 1 dari
Fakultas Perikanan Jurusan, Pengolahan
Hasil-Hasil Perikanan Universitas
Pattimura (UNPATTI) Ambon pada
Tahun 1995 dan pendidikan S- 2 dari
Fakultas Perikanan, Jurusan Teknologi
Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB)
pada Tahun 2004. Pada Tahun 1996
diangkat jadi PNS pada Departemen
Pertanian dan bertugas di Prov. Timor
Timur yang saat itu masuk dalam
Provinsi ke-27, yang kemudian lepas
dari NKRI Tahun 1999. Mutasi antar
Departemen pada Tahun 2006 ke
Departemen Kelautan dan Perikanan
di Jakarta.Berkesempatan mengikuti
Diklat Struktural Tahun 2012 dan
menjabat struktural selama 8 Tahun
dari Tahun 2008 – 2014.Tahun 2007
pernah ke Trengganu (Malaysia) dalam
rangka kegiatan Southeast Asian
Fi s h e r i e s D e v e l o p m e n t C e n t e r
(SEAFDEC). Kemudian Tahun 2008
juga ditugaskan ke perbatasan

Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya 60


Indonesia-Australia di Darwin selama 1
bulan untuk kegiatan kerjasama
Australia Fisheries Management
Authority (AFMA). Setelah mengikuti
Diklat Fungsional Tahun 2007, menjadi
peneliti sampai sekarang.

61 Rekomendasi Pengembangan Perikanan Tangkap di Ternate dan Sekitarnya

Anda mungkin juga menyukai