Anda di halaman 1dari 5

PENGEMBANGAN INDUSTRI GARAM

DI KAWASAN TRANSMIGRASI PONU1


Paul J. Andjelicus, MT
fungsional perencana muda – Dinas Kopnakertrans NTT

Program transmigrasi terus melakukan inovasi sesuai perkembangan dan tuntutan


kebutuhan masyarakat menciptakan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan
dan membangun kemandirian. Salah satu strategi pembangunan transmigrasi ke depan
adalah pembangunan kawasan transmigrasi berbasis ekonomi lokal. Pemerintah
melakukan pengembangan Produk Unggulan Desa atau Prukades yang dilakukan dengan
kemitraan bersama lembaga keuangan khususnya Koperasi dan BUMDes yang ada.
Upaya ini dilakukan dengan maksud untuk peningkatan skala ekonomi usaha dalam
rangka pengelolaan yang lebih efisien dengan dukungan investor yang masuk/terlibat
dan membuka kesempatan kerja karena adanya peningkatan skala usaha ekonomi dan
aktivitas baru ekonomi. Kemudian mendorong partisipasi masyarakat luas untuk terlibat
langsung dalam berbagai aktivitas ekonomi dalam satu sistem rantai pasok yang lebih
efisien dan memberi ruang para pelaku ekonomi untuk terlibat (pemerintah, pengusaha,
masyarakat) dalam pola P4 (public private people partnership).(Andriati,2018). Kawasan
Transmigrasi di NTT terus berupaya melakukan percepatan pertumbuhan dengan ikut
mendorong pengembangan potensi lokal setempat menjadi produk unggulan.

Kawasan Transmigrasi Ponu di Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan kawasan


transmigrasi dari 16 kawasan transmigrasi yang sudah dikembangkan pada 15 kabupaten
di NTT. Kawasan ini dengan luas sebesar 40.000 Ha yang meliputi 11 kecamatan dan
beberapa desa. Terletak di bagian utara kabupaten TTU yang membentang dari Wini
sampai di desa Motadik yang berbatasan dengan kabupaten Belu, sementara bagian utara
langsung berhadapan dengan laut Sawu. Kawasan ini memiliki jaringan transportasi yang
baik dari Wini ke Atapupu dan Atambua dan dilengkapi pelabuhan Wini. Kawasan
Transmigrasi Ponu ditetapkan dengan Keputusan Menteri Desa,PDT dan Transmigrasi
Nomor 91 Tahun 2016 tanggal 29 Desember 2016. Terdiri dari 4 SKP dengan pusat di
Ponu. Kawasan transmigrasi Ponu sesuai rencana dikembangkan menjadi 4 Satuan
Kawasan Pengembangan (SKP) dengan pusat SKP terletak SKP 1 yang direncanakan
sebagai Kota Terpadu Mandiri (KTM) Ponu. Lokasi transmigrasi terbangun sebanyak 5
Unit Permukiman Transmigrasi dengan status eks permukiman antara lain UPT Ponu SP
1, Ponu SP2, Kaubele, Oelpuah dan Oenopu. Potensi yang dikembangkan adalah
pertanian lahan kering dan salah satu potensi yang akan dikembangkan adalah garam.

Pengembangan industri garam di NTT


Potensi garam di NTT sangat baik karena didukung beberapa faktor seperti salinitas
air laut tertinggi secara nasional, lokasi belum tercemar, garis pantai yang panjang karena
merupakan provinsi kepulauan dan musim kemarau yang panjang. Potensi lahan
mencapai 52.511 Ha yang tersebar di 14 kabupaten dengan produktivitas dapat mencapai
2,7 juta ton/tahun. Pemanfaatan garam masih terbatas yang baru diolah ± 779 ha sisanya
sekitar 51.732 Ha potesi lahan yang belum diolah karena terkendala permasaahan status

1
Artikel ini disusun untuk dimuat di website Dinas Kopnakertrans NTT (www.diskopnakertrans.nttprov.go.id)
1
kepemilikan lahan dan pengeolaan masih mengunakan cara tradisional sehingga produksi
terbatas. Strategi pengembangan garam di NTT dilakukan dengan ekstensifikasi lahan dan
percepatan produksi. Untuk mencapai target produksi 2,7 juta ton maka ekstensifikasi
lahan dilakukan secara bertahap dengan target tersedian lahan seluas 27.000 Ha dengan
target pembangunan dari 2020 sampai 2013 sebesar 6.500 Ha/tahun. Sementara
percepatan produksi untuk menghasilkan garam kualitas industri setiap tahun 650.000
ton / tahun. Diharapkan pada tahun 2023 nanti target produksi garam NTT akan mencapai
2,7 juta Metrik Ton (Sumber : Dinas Perindag Prov NTT 2019).

Sesuai 7 Program Prioritas untuk mewujudkan Visi dan Misi Pembangunan NTT dan
salah satunya adalah program prioritas ke - 2 : Peningkatan Pendapatan Masyarakat yang
dilakukan dengan:
 Peningkatan nilai tambah dan ekspor produk pertanian (marungga/kelor).
 Pengembangan indusri garam daerah.
 Peningkatan produksi bibit dan benih pertanian, peternakan dan perikanan.
 Percepatan peningkatan keahlian tenaga kerja.
 Pengembangan iptek dan inovasi daerah.
Terkait dengan pengembangan industri garam daerah maka upaya yang dilakukan adalah
Peningkatan produksi garam, aneka olahan hasil berbasis pertanian, peternakan dan
perikanan serta Pengembangan Masyarakat Ekonomi NTT melalui pengintegrasian
sumber daya dengan skema pembiayaan dari BUMDes, Koperasi, Bank NTT, BUMD.

Khusus untuk Kabupaten TTU terdapat potensi lahan untuk garam seluas 1070 Ha dan
baru dimanfaatkan seluas 40 Ha, yang terletak di Desa Oelpuah Selatan dan Desa
Tuamese dengan produksi mencapai 5400 ton/tahun. Terdapat 2 perusahaan yang sudah
berinvestasi pada industri garam di TTU yaitu PT. Tamaris Garam Nusantara seluas 900
Ha di Desa Oesoko, Kec. Insana Utara, Desa Oelpuah Kecamatan Oelpuah Utara dan
Desa Tuamese Kecamatan Biboki Anleu. Kemudian PT. Anugerah Lahan Bumi di Wini.
(sumber: Arah Kebijakan Pembangunan Gubernur NTT 2018-2023)

Pengembangan industri garam di Kawasan Transmigrasi Ponu


Melihat potensi lahan yang tersedia untuk industri garam maka dilakukan upaya
pembangunan industri garam di Kawasan Transmigrasi Ponu. Langkah awal dilakukan
dengan pembangunan Demplot Garam di Desa Tuamese Kecamatan Biboki Anleu seluas
0,5 Ha yang merupakan kerjasama antara Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
dengan Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kabupaten TTU dan CV.Raja Baru Kupang.
Demplot seluas 0,5 Ha ini mengunakan teknologi Geomembrane HDPE 0,5. Konstruksi
demplot garam ini di desain dengan tipe sistim bertingkat 6 (enam) bagian yang terdiri dari
waduk, 4 peminian dan 5 meja kristal dilengkapi dengan peralatan serta fasilitas
pendukung produksi seperti tempat penirisan garam, mesin pompa air, rumah pompa, dan
gudang penyimpanan hasil produksi, selain itu dilengkapi juga dengan peralatan yodisasi
garam kasar kualitas super yang dapat menghasilkan garam beryodium dalam kemasan
karung 50 kg. Penggunaan teknologi ini menghasilkan garam Kualitas Super (KS)
dengan kandungan NaCl diatas 94,7 % dan sekaligus menjadi tempat percontohan dan
praktek para petani garam untuk meningkatkan ketrampilan dalam industri garam. Hasil
perhitungan produksi demplot seluas 0,5 Ha mencapai 90 ton garam Kualitas Super (KS)
per musim setiap tahun. Garam KS ini selanjutnya menjadi bahan dasar/baku untuk
2
pengolahan garam halus beryodium yang memenuhi syarat sesuai ISO dan Standar
Nasional Indonesi (SNI). (Sumber : Siprianus Paulus Dawan,Ssi dan CV. Raja Baru Kupang).

Gambar 1: Demplot Garam di Desa Tuamese Kawasan Transmigrasi Ponu


Sumber: Siprianus Paulus Dawan,Ssi dan CV. Raja Baru Kupang, 2019

Bupati TTU Raymundus Fernandez pada saat Panen Perdana Demplot Garam di Desa
Tuamese tanggal 02 Desember 2019 lalu, menghimbau kepada masyarakat transmigrasi
di Kawasan Transmigrasi Ponu dan masyarakat sekitarnya memanfaatkan kehadiran
demplot sebagai upaya menumbuhkan semangat berwirausaha yang dapat meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dapat menjadi tenaga kerja
atau membuka usaha garam pada lahan- lahan yang dimilikinya atau menjadi wirausaha
dengan potensi lokal yang dimilikinya.

Gambar 2: Panen Perdana Demplot Garam di Desa Tuamese Kawasan Transmigrasi Ponu
Sumber: Bidang Transmigrasi NTT,2019

3
Untuk pengembangan selanjutnya maka perlu dicari lokasi potensial pengembangan
industri garam dalam Kawasan Transmigrasi Ponu minimal diperoleh lahan seluas 100 Ha.
Dengan luasan tersebut dan penggunaan teknologi Geomembrane HDPE 0,5 yang relatif
mahal dapat menghasilkan produksi mencapai 18.000 ton / tahun yang dapat mempunyai
nilai ekonomis sekaligus memberikan peluang kerja dan pendapatan ekonomi masyarakat
transmigrasi. Jumlah produksi ini diharapkan dapat mendukung pemenuhan kebutuhan
garam di Kabupaten TTU dan Pulau Timor. Disamping itu masyarakat setempat sudah
memiliki tambak garam di atas lahan pribadinya walaupun masih mengunakan teknologi
sederhana dan dengan bimbingan teknis secara berkala diharapkan menghasilkan
kualitas garam yang setara untuk menambah jumlah produksi garam Kualitas Super (KS).
Memperhatikan adanya investor garam yang sudah ada di TTU, maka perlu didorong
kerjasama dengan pola inti plasma antara pihak swasta dengan petani garam tradisonal
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi garamnya.

Langkah selanjutnya dalam upaya percepatan pengembangan Kawasan Transmigrasi


Ponu dan pengembangan industri garam daerah sebagai komoditas unggulan adalah
 Perencanaan; Penyelesaian studi perencanaan terhadap lokasi potensial untuk
permukiman transmigrasi termasuk lahan potensial pengembanan garam dengan
mekanisme sharing dana antara pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Desa.
 Pembangunan; Pembangunan tambak – tambak garam baru memanfaatkan dana
desa sebagai strategi terbatasnya dukungan anggaran dari pemerintah daerah. Peran
bidang ketrasmigrasian kabupaten dituntut untuk mendorong pengusulan dan
pengawalan program dan kegiatan pada saat musrengbang desa. Prioritas yang
penting lainnya adalah akses air bersih termasuk kebutuhan air untuk pertanian,
pengembangan pertanian seperti jagung, ubi kayu, pisang dan kelor untuk konsumsi
sehari – hari di Kawasan Transmigrasi menghindari ketergantungan dari luar
kawasan. Kemudian penyelesaian status kepemilikan lahan.
 Pembinaan; Kerjasama dengan CV. Raja Baru Kupang untuk ikut membina para
petani garam lokal setempat agar mempunyai standar Kualitas Super (KS). Pelatihan
atau bimtek pengolahan garam untuk skala ekonomis perlu dilakukan dengan
melibatkan instansi terkait yang memiliki program kegiatan yang sama seperti Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTT. Disamping itu pelatihan aspek mental
untuk membangun kemandirian juga ditingkatkan mengingat pengalaman pelatihan
yang terus dilakukan selama ini belum mampu menciptakan perilaku masyarakat
transmigrasi yang mandiri. Kehadiran agen of change sebagai motivator seperti para
Pegaram sukses yang ada di NTT dapat menjadi inspirasi untuk membangun
kemandirian masyarakat. Sebut saja Bapak Ulu Besi di Desa Ponu Kecamatan Biboki
Anleu Kabupaten TTU yang menginspirasi warga di Desa Ponu untuk menjadi
pegaram hanya bermodalkan terpal peralatan sederhana dan tekat yang kuat mampu
memproduksi garam, atau Lasarus Faot petani tangguh yang mendorong warga
setempat Tubuhue Kabupaen TTS untuk tidak hanya menanam jagung tapi juga
tanaman hortikultura lainnya. Gestianus Sino petani organik Desa Penfui Timur
Kupang yang menjadi Duta Petani Muda Indonesia 2018. Kehadiran mereka untuk
memberikan sharing pengalaman dan motivasi untuk sukses diharapkan menggugah
sikap, perilaku dan mindset masyarakat transmigrasi dalam bekerja.

4
Referensi:
1. Andjelicus, Paul.2015. Intisari Rencana Tata Ruang Permukiman Transmigrasi di NTT. (buku tidak
dipublikasikan). Kupang: Dinas Nakertrans Provinsi NTT.
2. Arah Kebijakan Gubernur NTT 2018-2023.
3. Andriati, Ratna Dewi.2018. Penyiapan Kawasan Transmigrasi Berbasis Pengembangan Ekonomi Lokal.
Makalah presentasi Kegiatan Penjaringan Usulan Program PKP2Trans Tahun 2019. Mamuju Sulawesi
Barat 13 Pebruari 2018.
4. Bappeda NTT. 2018. RPJMD Provinsi NTT 2018-2023. Kupang.
5. Dinas Perindustrian NTT. Petunjuk Pelaksanaan Bimtek Fortifikasi Garam Beryodium Tahun 2019.
Kupang
6. Siprianus Paulus Dawan,SsI (staf Teknis Pegaraman Dinas Perindag Prov NTT).
7. CV. Raja Baru Kupang (Industri Pengolahan Garam Beryodium).

Anda mungkin juga menyukai