Anda di halaman 1dari 34

BAB II

PROFIL KABUPATEN TULANG BAWANG

2.1. Wilayah Administrasi

Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Kabupaten Mesuji dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun
2008
tentang Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat, maka terjadi
pemekaran 2 (dua) daerah otonomi baru, dan Kabupaten Tulang Bawang
sebagai Kabupaten Induk. Administrasi pemerintah Kabupaten Tulang
Bawang terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan dan 151
kampung/kelurahan dengan luas wilayah sebesar 3.466,32 Km2. Secara
geografis Kabupaten Tulang Bawang terletak antara 40° 08' – 04° 41'
Lintang Selatan dan 105° 09' – 105° 55' Bujur Timur.

Sedangkan batas wilayah administrasi Kabupaten Tulang Bawang adalah


sebagai berikut :

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Mesuji

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah


dan Lampung Timur

 Sebelah Timur : berbatasan dengan kawasan pantai (Laut Jawa)

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang


Barat

BAB II - 1
Kabupaten Tulang Bawang mempunyai kecamatan terluas dan terkecil,
Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Dentes Teladas (± 19,78 %),
sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Meraksa Aji (± 2,73 %). Akan
tetapi dari segi kepadatan penduduk eksisting, penduduk lebih
terkonsentrasi di pusat-pusat kegiatan, seperti di Kecamatan Banjar
Agung, Kecamatan Banjar Margo, Kecamatan Rawajitu Selatan serta
Kecamatan Menggala. Sedangkan kecamatan lainnya masih rendah,
yang menandakan perlunya suatu intervensi perencanaan untuk
mencapai efisiensi penggunaan sumber daya dan efisiensi alokasi distribusi
sumber daya.

BAB II - 2
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang

BAB II - 3
2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Tulang Bawang

Menempati posisi geografis yang strategis di wilayah Sai Bumi Ruwa Jurai,
Kabupaten Tulang Bawang, memiliki prospek yang cerah dalam
mengembangkan daerah di masa mendatang. Dengan memiliki luas
wilayah sekitar 346.632 hektare, kabupaten ini memiliki banyak potensi.
Bukan hanya sektor pertanian dalam arti luas yang menjadi andalan
perekonomian warganya, Kabupaten Tulang Bawang juga menjadi lokasi
industri besar, termasuk Sugar Group, salah satu perusahaan produsen gula
terbesar di Indonesia.

Dengan luas lahan 3.466,32 kilometer persegi atau 9,79 persen luas wilayah
Provinsi Lampung, Kabupaten Tulang Bawang memang masih
mengandalkan sektor pertanian. Namun, sejumlah perusahaan besar
(PMA-PMDN) dan perusahaan kecil juga beroperasi di kabupaten ini.

Kabupaten Tulang Bawang selama beberapa tahun terakhir ini terus


mendorong berbagai sektor untuk memacu pertumbuhan ekonomi
masyakarat. Kabupaten Tulang Bawang memiliki strategi tetap tangguh di
di sektor pertanian, namun terus memacu tumbuhnya industri manufaktur
yang memberi nilai tambah lebih besar.

Potensi-potensi yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, dapat dijabarkan


sebagai berikut :

a. Pertanian

Dengan memiliki potensi wilayah yang cukup luas, pembangunan sektor


pertanian di Kabupaten Tulang Bawang dilakukan dalam rangka
memantapkan/meningkatkan swasembada pangan, ditempuh melalui
kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi dengan kegiatan
meliputi kegiatan pembibitan, penanaman/ budidaya, pasca panen,
pengolahan dan pemasaran serta kegiatan-kegiatan lainnya.

Pada sektor pertanian, dari potensi lahan pertanian yang ada yaitu
149.420 Ha, terdiri dari lahan basah 47.315 Ha dan lahan kering 102.104 Ha,

BAB II - 4
serta didukung 79.709 Keluarga Tani dan 1.184 Kelompok Tani, produktivitas
sektor ini rata-rata setiap tahunnya cukup signifikan dan mengisyaratkan
bahwa Kabupaten Tulang Bawang sampai saat ini, masih memiliki
ketahanan pangan yang cukup kokoh.

Dari berbagai komoditas pertanian yang ada, produktivitas sektor ini


didominasi terutama oleh komoditas unggulan diantaranya padi, jagung,
dan ubi kayu. Gambaran produktivitasnya yaitu untuk tanaman padi
sawah, luas panen mencapai 36.714 Ha dengan produksi 178.705 ton, padi
ladang luas panen 4.376 Ha dengan produksi 21.314,40 ton, luas panen
kedelai 298 Ha dengan produksi 346,46 ton, dan ubi jalar luas panen197 Ha
dengan produksi 5.178,96 ton serta ubi kayu luas panen 20.668 Ha dengan
produksi 481.329,17 ton.

b. Perkebunan

Secara statistik, potensi pengembangan perkebunan di Tulang Bawang


sangat menjanjikan. Adapun usaha-usaha yang dilakukan bagi
pengembangan perkebunan di Tulang Bawang, ditempuh melalui
budidaya perkebunan industri perkebunan, dan pengembangan usaha
investasi perkebunan dengan cara Pola Perusahaan Besar Swasta (PBS),
Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), serta Pola Kemitraan (kemitraan melalui
KUD dalam berbagai usaha dengan perkebunan besar).

Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan di bidang perkebunan


adalah tercapainya target penerimaan Pendapatan Asli Daerah Sendiri
(PADS) sub sektor perkebunan, tercapainya luas areal perkebunan yang
maksimal melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Tulang Bawang, swadaya petani dan pihak swasta/
investor, tercapainya kualitas SDM perkebunan, terjalinnya kerjasama
pembangunan pabrik pengolahan karet rakyat antara koperasi dengan
swasta, dan pelaksanaan pembangunan perkebunan pola kemitraan
Kelapa Sawit dan Tebu.

BAB II - 5
Berbagai produk perkebunan yang potensial dan sedang dikembangkan
di Tulang Bawang antara lain: Karet, Kelapa, Kelapa Sawit dan Tebu,
dengan hasil produksi perkebunan, diperkirakan lebih kurang Rp. 1,933
trilyun per tahun atau Rp. 161 milyar per bulan.

Pada sektor perkebunan, pembangunan di sektor ini potensi lahan


perkebunan yang ada, komoditas unggulan adalah karet dan kelapa
sawit. Produktivitas dua komoditas ini mengalami peningkatan setiap
tahunnya dan bahkan telah menjadi mata pencaharian utama sekitar 54%
dari jumlah masyarakat Tulang Bawang. Adapun data terakhir untuk karet
produksinya mencapai 48.315,21 Ton dan Kelapa Sawit 14.717,05 Ton

Karenanya dengan besarnya potensi sektor perkebunan, maka saat ini di


Kabupaten Tulang Bawang juga sedang dikembangkan pemanfaatan
sumberdaya perkebunan. Wilayah pengembangan komoditi unggulan
tanaman pangan dan perkebunan tersebar di daerah Kabupaten Tulang
Bawang dengan rincian sebagai berikut :

1. Padi, Pusat pertumbuhan dan produksi meliputi Kecamatan Rawapitu,


Rawajitu Selatan, Menggala, Menggala Timur, Gedung Aji Baru,
Penawar Tama dan Gedung Aji.

2. Jagung, Pusat pertumbuhan dan produksi meliputi Kecamatan


Menggala, Menggala Timur, Gedung Meneng, dente Teladas, Banjar
Baru, Rawajitu Selatan dan Gedung Aji Baru.

3. Ubi Kayu, Pusat pertumbuhan dan produksi meliputi Kecamatan


Menggala, Menggla Timur, Gedung Meneng, Dente Teladas, Banjar
Baru, Banjar Agung, Banjar Margo, Penawar Tama, Gedung Aji Baru,
Penawar Aji, Gedung Aji dan Meraksa Aji.

4. Karet, Pusat Pertumbuhan dan Produksi meliputi Kecamatan Banjar


Baru, Banjar Agung, Banjar Margo, Penawar Tama, Gedung Aji Baru,
Gedung Meneng, Gedung Aji dan Meraksa Aji.

BAB II - 6
5. Kelapa Sawit, Pusat pertumbuhan dan produksi meliputi Kecamatan
Banjar Baru, Banjar Agung, Banjar Margo, Penawar Tama, gedung Aji
Baru, Rawapitu, Gedung Aji dan Meraksa Aji.

c. Peternakan

Wilayah Kabupaten Tulang Bawang yang cukup luas, terdiri dari dataran
dan perairan (rawa, sungai dan lain-lain) dengan topografi yang relatif
beragam memberikan potensi yang besar untuk pengembangan
pertanian, baik tanaman pangan dan perkebunan maupun peternakan.
Komoditas Sub Sektor Peternakan yang potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Tulang Bawang antara lain meliputi ternak sapi potong,
kerbau, kambing, babi, ayam dan itik.

Budidaya ternak memerlukan input berupa lahan, untuk habitat ternak


dan tanaman (pakan ternak) serta air untuk minum ternak dan asupan
bagi tanaman (Hijauan Makanan Ternak). Sehingga, dengan potensi
lahan pertanian seluas 63.639 Ha dan lahan perkebunan 89.647 Ha
memberikan peluang yang cukup besar untuk pengembangan sektor
pertanian, termasuk peternakan, yaitu penanaman Hijauan Makanan
Ternak (HMT) di Kabupaten Tulang Bawang.

Kabupaten Tulang Bawang mempunyai potensi sumber pakan ternak


yang cukup besar, baik dari Pengembangan Hijauan Makanan Ternak
(HMT) berupa rumput dan legume, limbah pertanian, limbah perkebunan
tebu maupun perkebunan kelapa sawit. Dengan potensi ketersedian
pakan yang berlimpah Kabupaten Tulang Bawang mempunyai kapasitas
tampuk ternak ruminansia yang cukup besar.

Pengembangan komoditas pertanian, berupa padi, ubi kayu, jagung,


ubi jalar, kedelai dan kacang tanah akan menghasilkan limbah yang
berpotensi untuk dijadikan pakan ternak ruminansia.

Untuk potensi pemasaran di Kabupaten Tulang Bawang memiliki banyak


keuntungan, sebagai contoh dari kondisi geografis Kabupaten Tulang
Bawang yang dilalui oleh jalur lintas timur yang menghubungkan Provinsi

BAB II - 7
Lampung dengan provinsi lain di pulau Sumatera. Hal ini memperlancar
akses pemasaran ternak di Kabupaten Tulang Bawang.

d. Perikanan

Wilayah Tulang Bawang sangat potensial untuk pengembangan sektor


perikanan. Sejak jaman dahulu, nenek moyang daerah ini telah dikenal
sebagai penghasil ikan dengan jumlah yang cukup besar. Pengembangan
sektor perikanan di Tulang Bawang, tersebar di seluruh kecamatan di
daerah ini.

Usaha perikanan merupakan usaha terpadu yang mempunyai kegiatan


penangkapan atau pembudidayaan ikan termasuk kegiatan
mengangkut, menyimpan, dan mengawetkan ikan, sampai pemasaran
hasilnya untuk tujuan komersial yang dapat dilakukan oleh usaha
perorangan maupun badan hukum Indonesia.

Pembangunan di bidang perikanan, diarahkan untuk meningkatkan


pendapatan dan taraf hidup para nelayan, dengan berbagai usaha
peningkatan kualitas, dan kuantitas produksi, melalui pengembangan
keramba apung di perairan sungai dan rawa, pengembangan kolam dan
tambak, pembina nelayan umum, nelayan laut, serta petani tambak
udang.

Kabupaten Tulang Bawang juga pernah menjadi sentra budidaya Udang


terbesar di Indonesia, bahkan di Asia. Tercatat ada dua perusahaan besar
yang bergerak di bidang budidaya udang, yaitu: PT. Dipasena Citra
Dharmaja, yang berlokasi di Kecamatan Rawa Jitu Timur dan PT. Centra
Pertiwi Bahari, yang berlokasi di Kec. Gedung Meneng.

Di sektor perikanan, dengan memiliki luas wilayah perairan yang terdiri dari
laut, sungai dan rawa yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan, dari
berbagai komoditas perikanan berupa ikan, kerang, udang, kepiting,
rajungan dan biota laut lainnya, ditafsirkan dapat dihasilkan Tulang
Bawang sebesar 56.400,3 ton per tahun.

BAB II - 8
Sedangkan guna meningkatkan pelayanan dan kemudahan dalam
memasarkan hasil produksi perikanan, telah dilakukan pembinaan dan
pengembangan terhadap beberapa Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yaitu
diantaranya Kuala Teladas Kecamatan Dente Teladas.

e. Industri

Dari berbagai sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian di


Tulang Bawang, sektor industri memegang peranan yang sangat penting.
Perusahaan besar (PMA-PMDN), disamping perusahaan kecil lainnya,
sangat berperan dalam menggerakkan roda perekonomian di daerah ini.
Keberadaan perusahaan-perusahaan ini diharapkan akan mampu
menyerap tenaga kerja dengan maksimal, mampu menekan tingkat
pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Saat ini di Kabupaten Tulang Bawang terdapat lebih kurang 36


perusahaan besar, ribuan perusahaan kecil dan koperasi. Antar
perusahaan yang ada diharapkan akan terbentuk suatu Bussines Network,
yang bisa dilakukan oleh pelaku bisnis, yaitu antara perusahaan besar, dan
kecil, yang saling menguntungkan, sehingga terjadi keharmonisan antar
perusahaan yang ada.

Pengembangan sektor industri, diantaranya juga diarahkan pada


pembinaan industri kecil dengan cara :

a) Meningkatkan Keterampilan dan Pengetahuan SDM Pengrajin;

b) Peningkatan Mutu dan Disain Produk;

c) Pengenalan Teknologi tepat guna melalui bantuan stimulan;

d) Promosi dan Pameran Usaha Industri secara tetap dan berkala.

Gambaran Perusahaan/ Industri di Kabupaten Tulang Bawang.

Keberadaan industri di Tulang Bawang diantaranya :


1. Industri Sawit Lokasi : Kecamatan Menggala. Gedung Aji, Penawar Aji,
Menggala Timur, Gedung Meneng;
2. Industri Gula, Lokasi : Kecamatan Gedung Meneng;

BAB II - 9
3. Industri Tepung Tapioka, Lokasi : Kecamatan Menggala, Gedung Aji,
Penawar Aji, Menggala Timur
4. Industri Tambak Udang, Lokasi : Kecamatan Dente Teladas.

Untuk perdagangan dan investasi, pembangunan sektor ini diarahkan


kepada:
1. Peningkatan pengembangan komoditas non migas;
2. Peningkatan pembinaan terhadap para pedagang golongan ekonomi
lemah;
3. Pengembangan kerjasama yang sesuai antara golongan usaha besar,
menengah dan kecil;
4. Pemantapan peran kadinda terhadap golongan ekonomi lemah;
5. Peningkatan promosi eksport.

Kemajuan di sektor perdagangan ditandai dengan meningkatnya jumlah


permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan meningkatnya
kesadaran pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) juga dengan
dibangunnya pusat-pusat komersial lainnya.

f. Sarana Transportasi

Pembangunan sektor perhubungan di Tulang Bawang diarahkan untuk


memperlancar arus lalu lintas, dalam rangka mempercepat pencapaian
sasaran pembangunan yang terencana dan terkendali melalui
penyediaan sarana dan prasarana transportasi, darat, laut, serta sungai.

Disamping itu pembangunan sarana dan prasarana perhubungan, secara


khusus ditujukan untuk membuka isolasi dan membuka keterpencilan
wilayah, guna menghubungkan pusat pertumbuhan ekonomi dengan
pusat distribusi, serta daerah pemasaran. Upaya ini sekaligus dalam rangka
mendukung sistem transportasi lintas propinsi, bahkan transportasi lintas
ASEAN yang telah dibangun melalui wilayah Tulang Bawang.

Sebagai langkah nyata di bidang ini, melalui jalan darat, telah dibangun,
dan dioperasikan Jalur lintas Timur (Jalintim) yang merupakan salah satu
akses, yang menghubungkan wilayah Lampung dengan wilayah-wilayah

BAB II - 10
lain di Sumatera. Tidak dipungkiri adanya Jalintim ini, sangat berdampak
pada perkembangan perekonomian masyarakat di daerah ini. Ditinjau
dari perkembangannya, jasa transportasi darat, angkutan penumpang
dan barang di dalam Kabupaten Tulang Bawang, maupun antar kota
berkembang sangat baik.

Transportasi ini, juga didukung beberapa dermaga darat, yang tersebar di


Tulang Bawang, yaitu dermaga sungai Menggala, Gedung Aji, Rawajitu,
Kuala Teladas, serta dermaga Perairan Daratan Gedung Karya Jitu, dan 2
unit Pelabuhan Pendaratan Ikan (TPI).

Untuk transportasi perairan, sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten


Tulang Bawang sangat potensial dan memungkinkan untuk dijadikan
sarana transportasi. Adapun panjang sungai-sungai yang melintasi Tulang
Bawang, adalah Way Tulang Bawang; 136 km, Way Mesuji; 220 km, Way
Kanan; 51 km dan Way Kiri; 35 km.

Alat transportasi cepat, yang terus dikembangkan untuk mengangkut


penumpang melalui sungai-sungai yang ada di Tulang Bawang adalah
Speed Boat atau Boat Lidah. Disamping melalui jalan darat dan sungai,
akses ke Kabupaten Tulang Bawang bisa dilakukan melalui laut. Untuk
kelancaran transportasi laut tersebut, Kabupaten Tulang Bawang telah
melengkapinya dengan beberapa pelabuhan laut yang terdapat di
daerah Menggala, dan Sungai Burung.

g. Seni, Kebudayaan dan Pariwisata

Dalam upaya mengembalikan kejayaan Kabupaten Tulang Bawang


sebagai kota budaya yang dikenal pada masa lalu sebagai Paris Van
Lampung, sampai dengan saat ini berbagai kegiatan konstruktif telah
dilaksanakan.

Untuk menjaring bibit-bibit seniman serta menggali berbagai potensi


seni budaya, setiap tahun juga digelar Festival Megow Pak Tulang
Bawang, yang sekaligus untuk memeriahkan HUT Kabupaten Tulang
Bawang, serta menjadi ajang promosi bagi potensi seni budaya dan

BAB II - 11
pariwisata daerah, serta berbagai potensi lain dan hasil-hasil
pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang. Dimana kegiatan Festival
Megow Pak ini telah mendapatkan apresiasi yang begitu tinggi dari
Menteri Pariwisata dalam upaya mengembangkan kearifan lokal dalam
kerangka NKRI.

Pada bidang pariwisata, Kabupaten Tulang Bawang sebenarnya


memiliki berbagai potensi objek wisata yang dapat dikembangkan, seperti
potensi Wisata Alam, Potensi Agrowisata, Potensi Wisata Budaya serta
Potensi Sarana dan Prasarana Wisata, namun memang harus diakui
sampai saat ini pemanfaatan potensi yang ada masih sangat minim.

Obyek wisata budaya/sejarah yang ada misalnya ibukota Kabupaten


Tulang Bawang yang merupakan kota tertua, dan sanggar-sanggar
seni/budaya sebagai pelestarian seni/budaya warisan nenek moyang
banyak berkembang dan siap memberikan paparan dan sajian tentang
adat istiadat masyarakat Tulang Bawang, seperti diantaranya Sanggar Tari
Besapen. Sedangkan obyek wisata budaya yang tak kalah menarik,
adalah makam-makam kuno di Gedong Aji, Bakung Ilir/Udik.

Disamping potensi-potensi tersebut, Tulang Bawang masih


menyimpan berbagai potensi pariwisata yang layak dikembangkan,
antarn lain River Tour di sungai Tulang Bawang, perkampungan di atas air
di Kuala Teladas, areal konservasi Rawa Pitu yang unik dengan
keberadaan burung-burung yang bermigrasi antar benua. Potensi
pariwisata lainnya adalah Rawa Pacing yaitu lahan basah yang masih
tersisa saat ini, seluas 12.000 Ha, yang kaya akan ragam flora dan fauna
seperti beberapa jenis ikan lokal dan burung yang dilindungi.

Kawasan Bujung Tenuk di daerah Menggala, juga menyimpan


pesona pariwisata yang terpendam. Keindahan alamnya sangat unik
dimana di musim hujan terlihat seperti danau, sementara pada musim
kemarau terlihat seperti padang rumput yang kaya dengan burung-
burung spesies langka di dunia.

BAB II - 12
Sebagai penunjang pariwisata, saat ini di Tulang Bawang terdapat
banyak hotel (kelas Melati) serta penginapan-penginapan di tiap
kecamatan yang cukup representatif, restoran dan rumah makan, serta
warung-warung makan kecil lainnya juga banyak terdapat di daerah ini
dengan aneka masakan.

2.4.3.1. Demografi dan Urbanisasi

2.3.1. Jumlah Penduduk dan Kepala Kelaurga (KK)

Populasi penduduk di Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami


peningkatan, berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk di Kabupaten
Tuang Bawang pada tahun 2014 mencapai 423.710 jiwa/orang, dengan
jumlah Kepala Keluarga sebanyak 112.413 KK, yang terdiri dari 219.504 jiwa
penduduk laki-laki dan 204.206 jiwa penduduk perempuan. Kondisi
kependudukan di Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2014 disajikan
pada tabel 2.1, sebagai berikut :

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014

Penduduk
No Kecamatan Jumlah KK
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Banjar Agung 10.066 20.057 19.317 39.374
2. Banjar Margo 11.014 20.968 19.412 40.380
3. Gedung Aji 3.924 7.492 6.827 14.319
4. Penawar Aji 5.716 9.746 8.776 18.522
5. Meraksa Aji 3.870 7.671 7.059 14.730
6. Menggala 10.691 24.387 24.073 48.460
7. Penawar Tama 8.333 14.373 14.025 28.398
8. Rawajitu Selatan 8.377 16.849 15.424 32.273
9. Gedung Meneng 9.783 20.537 19.006 39.543
10. Rawajitu Timur 4.515 9.099 7.465 16.564
11. Rawa Pitu 4.791 10.819 9.196 20.015
12. Gedung Aji Baru 6.262 11.681 10.473 22.154
13. Dente Teladas 17.129 31.460 29.613 61.073
14. Banjar Baru 3.640 7.350 6.898 14.248
15. Menggala Timur 4.302 7.015 6.642 13.657
Jumlah 112.413 219.504 204.206 423.710

Sumber : Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2015

BAB II - 13
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui persebaran jumlah
penduduk maupun kepadatan di masing-masing wilayah. Jumlah
penduduk terbesar berada di Kecamatan Dente Teladas sebanyak 61.073
jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan
Menggala Timur dengan jumlah penduduk hanya mencapai 13.657 jiwa.

2.3.2. Penduduk Miskin dan Persebarannya

Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk juga menimbulkan


permasalahan tersendiri bagi diberbagai daerah masing-masing
provinsi/kabupaten/kota. Permasalahan tersebut menjadi tambah pelik
ketika petambahan laju penduduk sudah mulai merambah kedalam
beberapa aspek kehidupan bermasyarakat, misalnya dalam aspek sosial
yang meninggalkan masalah tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan yang relatif rendah. Aspek lingkungan yang menjadi tidak
tertata dengan baik yang diakibatkan kesaadaran akan hal-hal
ketertiban, kedisiplinan, pengelolaan kebersihan yang tidak tercipta
dengan baik, lokasinya yang terisolasi, disamping itu seringnya suatu
daerah mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi,
kekeringan dan banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan
pembangunan sosial dan ekonomi. Permasalahan yang sangat pelik
tentunya berkaitan dengan aspek kemiskinan yang terjadi di Kabupaten
Tulang Bawang yang berkaitan dengan pertambahan penduduk.
Pengertian mengenai arti dari kemiskinan sangatlah beragam,
keberagaman dalam definisi kemiskinan dikarenakan masalah tersebut
telah merambat pada level multidimensional, artinya kemiskinan berkaitan
satu sama lain dengan berbagai macam dimensi kebutuhan manusia.
Ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum yang sesuai
dengan tingkat kelayakan hidup dapat dikatakan sebagai kemiskinan.

Kemiskinan telah menjadi masalah yang kompleks dan kronis baik ditingkat
nasional maupun regional, sehingga penanggulangannya memerlukan
strategi yang tepat dan berkelanjutan. Program-program pembangunan

BAB II - 14
yang dilaksanakan selama ini telah memberikan perhatian besar terhadap
upaya pengentasan kemiskinan. Meskipun demikian, masalah kemiskinan
sampai saat ini masih menjadi masalah yang berkepanjangan. Kemiskinan
merupakan pangkal masalah sosial di Indonesia. Setiap kota dan
kabupaten di Indonesia melakukan upaya penanggulangan kemiskinan
bahkan upaya percepatan penanggulangan kemiskinan dalam rangka
mengurangi jumlah penduduk miskin.

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tulang Bawang


selengkapnya dijabarkan pada tabel 2.2. berikut :

Tabel 2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin


Kabupaten Tulang Bawang

Jumlah Penduduk Persentase Penduduk


No Tahun
Miskin Miskin
1. 2010 43.000 10,80%
2. 2011 40.750 10,11%
3. 2012 38.800 9,43%
4. 2013 33.720 8,04%
Sumber : Tulang Bawang Dalam Angka 2012, 2013, 2014, BPS Kab. Tulang Bawang

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tulang Bawang relatif besar yang


tersebar di kantong-kantong kemiskinan pada daerah pesisir, aliran sungai
dan daerah pedalaman yang terisolir. Menurut data BPS yang diukur
berdasarkan kebutuhan makanan sebesar 2.100 kalori per kapita per hari,
pada tahun 2010 penduduk miskin di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak
43.000 jiwa atau 10,80 %. Angka ini terus mengalami penurunan, dimana
pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tulang Bawang
menjadi 40.750 jiwa atau 10,11 %, tahun 2012 menjadi 38.800 jiwa
atau 9,43 % dan tahun 2013 menjadi 33.720 jiwa atau 8,04 %. Dari data
diatas terlihat bahwa kecenderungan penduduk miskin di Kabupaten
Tulang Bawang dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan, hal ini
seiring dengan berbagai program yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah untuk mengurangi angka kemiskinan tersebut. Pada umumnya

BAB II - 15
penduduk miskin bergerak di sektor pertanian, dimana sektor pertanian
banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Tulang Bawang.

2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Pesatnya laju pertumbuhan penduduk disuatu daerah tertinggal


merupakan suatu permasalahan yang tidak dapat terelakan lagi bagi
kelangsungan hidup masyarakat yang mendiami daerah tertinggal
tersebut. Sifat manusia yang terus tumbuh dari hari kehari, bulan ke bulan
dari tahun ke tahun yang terus berkembang biak menjadi alasan utama
dalam memicu peningkatan pertambahan suatu penduduk disuatu
daerah tersebut. Faktor penting yang mempengaruhi pesatnya
pertumbuhan penduduk disuatu daerah dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor fertilitas (kelahiran), kematian (mortalitas),
perpindahan (migrasi).

Faktor mutasi kependudukan berupa kelahiran, kematian, dan migrasi


menjadi penentu laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tulang
Bawang, rata-rata laju pertumbuhan penduduk kabupaten Tulang
Bawang sebesar 2,69 % pertahun dimana merupakan yang tertinggi di
Provinsi Lampung.

Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun


2018 Kabupaten Tulang Bawang yang berkategori sangat tinggi berada di
Kecamatan Dente Teladas sebanyak 70.590 jiwa, Kecamatan Menggala
sebanyak 56.011 jiwa dan Kecamatan Banjar Margo sebanyak 46.673 jiwa.

BAB II - 16
Tabel 2.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)

Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

Banjar Agung 37.872 48.979 38.342 44.516 45.510 8.610 10.987 11.056 11.237 11.092 (2,4) 29,3 (21,7) 16,1 2,2 164 212 166 193 197

Banjar Margo 35.430 50.732 39.716 45.103 46.673 11.637 12.005 11.659 11.880 11.708 (11,0) 43,2 (21,7) 13,6 3,5 153 220 172 195 202

Banjar Baru 15.355 18.029 14.043 16.122 16.468 4.584 4.767 4.827 4.979 7.890 9,3 17,4 (22,1) 14,8 2,1 67 78 61 70 71

Gedung Aji 13.991 16.659 14.123 16.333 16.551 5.528 5.658 4.397 4.472 6.116 (0,9) 19,1 (15,2) 15,6 1,3 61 72 61 71 72

Penawar Aji 22.369 23.538 18.427 21.117 21.408 6.566 6.710 6.728 6.778 13.338 22,5 5,2 (21,7) 14,6 1,4 97 102 80 91 93

Meraksa Aji 16.423 17.866 14.015 16.805 17.025 4.302 4.443 4.471 4.502 4.889 13,1 8,8 (21,6) 19,9 1,3 71 77 61 73 74

Menggala 38.130 56.960 44.589 55.120 56.011 15.486 11.777 12.118 12.184 10.479 (20,2) 49,4 (21,7) 23,6 1,6 165 247 193 239 243

Penawar Tama 33.293 35.736 27.975 32.113 32.824 11.148 11.308 11.324 11.324 14.052 18,9 7,3 (21,7) 14,8 2,2 144 155 121 139 142

Rawajitu Selatan 34.316 42.615 33.371 37.489 37.302 9.359 9.785 9.308 9.308 8.873 7,8 24,2 (21,7) 12,3 (0,5) 149 185 145 162 162

Gedung Meneng 32.579 51.300 40.163 44.978 45.705 15.057 15.219 15.020 15.052 14.716 (16,4) 57,5 (21,7) 12,0 1,6 141 222 174 195 198

Rawajitu Timur 37.624 39.980 30.223 19.196 19.146 12.287 12.133 10.421 10.421 15.658 130,4 6,3 (24,4) (36,5) (0,3) 163 173 131 83 83

Rawa Pitu 18.491 22.007 17.241 22.726 23.134 7.849 8.001 8.064 8.097 5.565 (6,3) 19,0 (21,7) 31,8 1,8 80 95 75 98 100

Gedung Aji Baru 24.109 28.723 22.487 25.002 25.606 7.333 7.441 7.453 7.562 15.426 10,4 19,1 (21,7) 11,2 2,4 104 124 97 108 111

Dente Teladas 57.919 81.841 64.067 69.605 70.590 12.250 12.388 12.406 12.406 12.404 (3,8) 41,3 (21,7) 8,6 1,4 251 354 277 301 306

Menggala Timur 26.661 16.368 12.824 15.256 15.786 5.484 4.648 4.720 4.780 4.264 98,0 (38,6) (21,7) 19,0 3,5 115 71 56 66 68

Jumlah 444.564 551.336 431.607 481.483 489.738 137.481 137.268 133.972 134.983 156.471 6,4 24,0 (21,7) 11,6 1,7 128 159 125 139 141

Sumber Data : Tulang Bawang Dalam Angka 2010, 2011, 2012, 2013 dan BPS Kabupaten Tulang Bawang, Data Diolah

BAB II - 17
2.3.4. Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi

Sebagai ibukota kabupaten, maka gejala urban bias tidak dapat dihindari
di Kabupaten Tulang Bawang. Pembangunan fisik dengan segala
fasilitasnya tak terhindarkan lebih banyak bermunculan di Kecamatan
menggala, dan beberapa tempat di Kecamatan Banjar Agung, sebagai
tempat pemekaran keramaian di Kabupaten Tulang Bawang.
Bagi kalangan swasta dimana seluruh aktivitasnya lebih banyak yang
berorientasi ekonomi, maka berbagai investasi yang ditanamkan memilih
lokasi-lokasi yang menguntungkan, paling tidak memiliki potensi agar
aktivitas usaha yang ditekuni dapat berjalan lancar dan mencapai
kesuksesan. Kalangan pemodal akan mempertimbangkan lokasi-lokasi
yang dinilai telah memiliki atau berpotensi untuk dilakukan pembangunan
sarana dan prasarana memadai guna mendukung usahanya. Kecamatan
Menggala sebagai ibukota kabupaten tentu lebih memberikan peluang
dan menawarkan sejumlah fasilitas sarana dan prasarana untuk
mendukung kegiatan ekonomi para investor dan pelaku ekonomi. Oleh
sebab itu tidaklah mengherankan jika berbagai aktivitas yang dilakukan
oleh para pemodal dan investor yang terpusat di ibukota kecamatan
akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi
ke Kecamatan Menggala.

BAB II - 18
2.3.5. Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

i. Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah adalah salah satu faktor yang


mempengaruhi tingkat kesejahteraan suatu daerah. Adanya
pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya peningkatan produksi di
suatu daerah pada periode waktu tertentu. Adanya peningkatan produksi
diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga
terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Nilai PDRB di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2014 mencapai Rp. 14,86
triliun atas dasar harga berlaku dan sebesar Rp. 12,19 triliun atas dasar
harga konstan 2000. Nilai tersebut meningkat sebesar Rp. 1,05 triliun (atas
harga berlaku) dan sebesar Rp. 731,152 miliar (atas harga konstan 2000).

Struktur perekonomian sebagian masyarakat Tulang Bawang telah


bergeser dari kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ke kategori
ekonomi lainnya yang terlihat dari besarnya peranan masing-masing
kategori ini terhadap pembentukan PDRB Tulang Bawang. Sumbangan
terbesar pada tahun 2014 dihasilkan oleh kategori Industri Pengolahan,
kemudian kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Motor, kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, kategori Konstruksi,
dan kategori Pertambangan dan Penggalian. Sementara peranan
kategori lainnya di bawah 5 %.

Nilai PDRB Kabupaten Tulang Bawang atas dasar harga berlaku pada
tahun 2014 sebesar Rp. 14,86 triliun, pada tahun 2015 diperkirakan
meningkat menjadi Rp. 15,91 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan
2000 pada tahun 2014 sebesar Rp. 12,19 triliun, pada tahun 2015
diperkirakan meningkat menjadi Rp. 12,92 triliun dengan Laju Pertumbuhan
Ekonomi mencapai 6,75 %. Sedangkan Laju Pertumbuhan Ekonomi pada
tahun 2014 mencapai 6,63 %, lebih tinggi dari tahun 2012 yang hanya 5,29
%. Laju pertumbuhan ekonomi Tulang Bawang Tahun 2014 itu merupakan

BAB II - 19
Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi Kedua di Provinsi Lampung, setelah Kota
Bandar Lampung sebesar 6,96 %.

Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tulang Bawang sebenarnya


mampu memperoleh PDRB yang lebih besar dan lebih meningkatkan
pertumbuhan ekonominya jika mampu memanfaatkan potensi-potensi
daerah yang dimiliki mengingat Kabupaten Tulang Bawang memiliki
wilayah yang cukup luas. Kemampuan untuk meningkatkan dan
mengelola sektor-sektor perekonomian diharapkan akan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka mendukung
pembangunan daerah Kabupaten Tulang Bawang.

ii. Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

Perekonomian Kabupaten Tulang Bawang tumbuh dan berkembang


seiring sejalan dengan dukungan kebijakan pemerintah daerah,
pembangunan infrastruktur dan peningkatan pengelolaan potensi
sumberdaya alam. Selain itu, keberadaan sektor industri besar, kecil dan
menengah serta koperasi yang jumlahnya cukup banyak ikut berperan,
disamping pertumbuhan pusat-pusat perekonomian, seperti pasar
kabupaten, pasar kampung, pusat perbelanjaan dan kehadiran
perbankan di Kabupaten Tulang Bawang.

Dalam beberapa tahun terakhir, Tulang Bawang termasuk kategori


kabupaten yang mampu menurunkan kemiskinan dari 9,43 persen pada
tahun 2012 menjadi 8,04 persen tahun 2013 dan tahun 2014 berada
dikisaran 7 persen dan terus menurun. Ini sebagai indikasi bahwa
pertumbuhan ekonomi juga dirasakan oleh masyarakat miskin. Demikian
halnya pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tulang Bawang, terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 mencapai 65,83 persen
meningkat dari 64,11 persen pada tahun 2012.

Garis kemiskinan di Tulang Bawang pada tahun 2012 adalah sebesar


Rp. 275.088 per kapita per bulan menjadi sebesar Rp. 295.738 per kapita

BAB II - 20
per bulan pada tahun 2013. Masyarakat yang pendapatan per kapitanya
di bawah garis kemiskinan tersebut, berarti dikatakan miskin. Sedangkan
yang di atas angka itu berarti sudah bukan kategori miskin.

Salah satu indikator penurunan angka kemiskinan itu bisa dilihat dari
konsumsi masyarakat yang semakin baik. Pendapatan masyarakat yang
meningkat juga menjadi salah satu faktor penurunan angka kemiskinan
tersebut.

Sementara pada tahun 2015, di tengah kelesuan pertumbuhan ekonomi


global termasuk yang terjadi di Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi
Tulang Bawang bahkan masih cukup tinggi, diperkirakan diatas 6,5 persen.
Kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi tahun 2015 terletak pada sektor
pertanian, serta didukung sektor pertambangan, industri pengolahan,
bangunan, perdagangan, pengangkutan, persewaan dan jasa
perusahaan, jasa-jasa, sektor listrik, gas dan air bersih.

iii. Kondisi Lingkungan Strategis

 Gambaran Topografi

Secara topografi Kabupaten Tulang Bawang dapat dibagi dalam 4


(empat) unit topografi, yaitu :

1. Daerah dataran hingga dataran bergelombang


Merupakan daerah dataran sampai dengan dataran bergelombang,
berada pada kemiringan antara 15% – 30% yang dimanfaatkan untuk
area pertanian, perkebunan dan cadangan pengembangan
transmigrasi.

2. Daerah Rawa
Daerah Rawa terdapat di sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian
0 – 1 m yang merupakan muara dari Way Tulang Bawang dan Way
Mesuji. Rawa-rawa tersebut terdapat di 3 (tiga) wilayah kecamatan
yaitu Kecamatan Rawajitu Timur, Kecamatan Rawajitu Selatan dan
Kecamatan Dente Teladas. Daerah-daerah tersebut merupakan areal

BAB II - 21
yang cukup produktif untuk pengembangan budidaya tambak dan
perikanan laut.

3. Daerah River Basin


Terdapat 2 River Basin yang utama yaitu River Basin Tulang Bawang
dan River Basin sungai-sungai kecil lainnya. Daerah ini berupa
cekungan yang memungkinkan untuk diisi air pada musim penghujan
membentuk rawa-rawa atau lebung-lebung. Pada areal River Basin
Way Tulang Bawang dengan anak-anak sungainya membentuk pola
aliran ”dendritic”. Daerah ini memiliki luas 10.150 Km² dengan panjang
753 Km yang digunakan untuk pengembangan tambak udang.

4. Daerah Alluvial
Daerah ini tertetak di pinggir pantai timur yang merupakan bagian hilir
(down steem) dari sungai besar yaitu Way Tulang Bawang dan Way
Mesuji yang dimanfaatkan untuk pelabuhan dan areal persawahan
pasang surut. Di lokasi Rawa Pitu telah dimanfaatkan areal seluas ±
36.000 Ha dan ± 20,000 Ha (Rawa Pitu I dan II).

Kabupaten Tulang Bawang beriklim tropis dengan musim hujan dan musim
kemarau berganti sepanjang tahun. Temperatur rata-rata 31°C.
Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah amat basah, dengan
perbandingan devisit air 0 – 1,5 bulan. Kenyataan ini menunjukan bahwa
budidaya sawah dengan harapan produksi sedang atau kurang optimal,
atau apabila diusahakan secara luas memerlukan usaha dan
pertimbangan ketat dalam menentukan jadwal tanamannya. Guna
mendapatkan keandalan dalam budidaya sawah perlu dikembangkan
jenis padi lokal dengan suplai air berasal dari tadah hujan.

Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah yang mengalami siklus


musiman dengan dominasi kondisi basah di mana bulan Desember
merupakan bulan terbasah di Kabupaten Tulang Bawang. Daerah basah
terdapat di bagian Barat atau hulu sungai, sedangkan daerah yang kering
terdapat di bagian Timur mendekati pantai. Kondisi topografi Kabupaten

BAB II - 22
Tulang Bawang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terbentuknya hamparan rawa di daerah sepanjang aliran sungai sebelah
hulu yang mengindikasikan adanya sistem drainase alam yang kurang baik
secara permanen.

Ketersediaan air yang paling rendah di Kabupaten Tulang Bawang terjadi


pada bulan Juli dan Agustus sehingga pada bulan-bulan tersebut pada
umumnya terjadi kekeringan khususnya di wilayah pantai. Hal ini ditandai
dengan ketersediaan hujan yang relatif rendah (75 mm/bulan) dan lama
hari tidak hujan mencapai 16 hari (rerata). Kondisi ini mempengaruhi
kualitas air setempat terutama pada kualitas air sungai yang ditandai
dengan adanya intrusi air laut yang semakin ke hulu. Hal ini akan
berpengaruh terhadap situasi dan kondisi peri kehidupan masyarakat dan
tata kehidupan flora dan fauna.

 Gambaran Geohidrologi

Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi yang tinggi untuk


perkembangan sektor pertanian sebab sebagian besar sungai-sungai
yang mengalir dari barat ke timur berpotensi untuk pengembangan irigasi,
sungai-sungai yang dimaksud adalah Way Tulang Bawang. Way Tulang
Bawang merupakan sungai yang membelah dari barat ke timur di wilayah
Kabupaten Tulang Bawang, dengan panjang 136 Km dan daerah alir
1.285 Km2.

Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat ditinjau dari
kajian Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang alam
yang dibatasi oleh pemisah alami berupa topografi pegunungan/
perbukitan dan berfungsi mengumpulkan, menyimpan dan mengalirkan
air, sedimen dan unsur hara ke sungai utama yang akhirnya bermuara
pada satu outlet tunggal.

BAB II - 23
Tabel 2.4.
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang

Nama DAS Luas (Ha)

Way Tulang Bawang 934.400

Way Kiri 125.100

Way Rarem 69.700

Way Abung 17.800

Way Sabuk 17.100

Way Kanan 167.600

Way Besai 27.200

Way Umpu 5.300

Way Pisang 20.500

Way Giham 50.400

Way Neki 21.200

Way Tahmi 22.700

Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka 2014

BAB II - 24
Gambar 2.2. Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang

BAB II - 25
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di
bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber
daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat
mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.

Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi Sumber Daya Alam yang


dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat luas terutama
masyarakat Kabupaten Tulang Bawang dan salah satunya potensi Sumber
Daya Alam itu ialah air bawah tanah yang mempunyai peran sangat
penting dalam memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan rakyat
dalam memanfaatkan air bersih, pembangunan industri dan sektor-sektor
lain.

Belum adanya aturan yang mengatur tentang pemanfaatan air bawah


tanah, mengakibatkan pengeboran sumber daya air kurang terkontrol
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang baik pengeboran air
bawah tanah yang mempunyai izin maupun yang tidak mempunyai izin.
Berkurangnya debit air akan mempengaruhi sektor-sektor perekonomian
dan sektor kebutuhan masyarakat akan air bersih, sehingga
mengakibatkan kehawatiran terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat
terutama masyarakat di daerah Kabupaten Tulang Bawang untuk waktu
jangka panjang.

 Gambaran Geologi

Berdasarkan peta Geologi Lembar Menggala, 1985 (Direktorat Jenderal


Geologi dan Sumber Daya Mineral, P3G, Bandung), diketahui wilayah
Tulang Bawang secara geologis tersusun oleh batu-batuan dari berbagai
unsur, mulai dari yang termuda sampai yang tertua, diantaranya adalah :

1. Endapan Rawa (Qs) : terutama terdiri material lumpur, lanau, dan pasir.
Endapan rawa ini dijumpai di sepanjang pantai timur, kiri kanan
daerah aliran Way Tulang Bawang. Secara administrasi termasuk
wilayah Kecamatan Rawajitu Timur, Rawajitu Selatan, Gedung Meneng

BAB II - 26
dan sekitar Penawar Tama;

2. Endapan Aluvial (Qa) : terdiri dari material kerakal, kerikil, pasir,


lempung dan gambut. Penyebaran endapan aluvial ini terutama
terdapat di daerah dataran dan di sekitar aliran sungai;

3. Pasir Kwarsa (Qak) : Pasir kasar kerikilan sampai sedang, lepas,


penyusun dominan mineral kwarsa. Penyebarannya setempat-
setempat yaitu sekitar Gedung Jaya, Rawa Ragil, Hargo Mulyo,
Bumiratu wilayah Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente
Teladas sekitar aliran Way Palembang anak sungai Way Seputih;

4. Formasi Terbanggi (Qpt) : terdiri dari batu pasir dengan sisipan batu
lempung. Formasi batuan ini diantaranya ditemui di sebagian wilayah
Gedung Meneng dan Rawajitu Selatan;

5. Formasi Kasai (Qtk) : terdiri dari tuf, batu lempung tufaan, batu
lempung, batu pasir dan konglomerat. Formasi ini ditemui setempat-
setempat dengan penyebaran yang luas, disekitar wilayah Gedung Aji,
Menggala, Penawar Tama, dan Banjar Agung;

6. Formasi Muara Enim (Tmpm) : terdiri dari perselingan batu lempung


pasiran dan batu lanau, tufaan dengan sisipan batu pasir tufaan, dan
batu lempung hitam. Terutama dijumpai dibagian utara wilayah
Kabupaten Tulang Bawang sekitar Penawar Tama, Banjar Margo dan
Banjar Agung.

Secara garis besar tanah di wilayah Tulang Bawang dapat dikelompokkan


menjadi 8 (delapan) jenis tanah (Masterplan Pengendalian Sumberdaya
Alam dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang, 2008), yaitu :
Dystropepts, haplodux, hydraquents, kanha pludults, sulfaquents,
sulfihemists, tropaquents, tropaqueps dan tropop samment.

BAB II - 27
Gambar 2.3. Peta Geologi Kabupaten Tulang Bawang

BAB II - 28
 Gambaran Klimatologi

Kabupaten Tulang Bawang beriklim tropis dengan musim hujan dan musim
kemarau berganti sepanjang tahun, temperatur rata-rata 31°C.
Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah amat basah, dengan
perbandingan devisit air 0 – 1,5 bulan. Kenyataan ini menunjukan bahwa
budidaya sawah dengan harapan produksi sedang atau kurang optimal,
atau apabila diusahakan secara luas memerlukan usaha dan
pertimbangan ketat dalam menentukan jadwal tanamannya. Guna
mendapatkan keandalan dalam budidaya sawah perlu dikembangkan
jenis padi lokal dengan suplai air berasal dari tadah hujan.

Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah yang mengalami siklus


musiman dengan dominasi kondisi basah dimana bulan Desember
merupakan bulan terbasah di Kabupaten Tulang Bawang. Daerah basah
terdapat di bagian Barat atau hulu sungai, sedangkan daerah yang kering
terdapat di bagian Timur mendekati pantai. Kondisi topografi Kabupaten
Tulang Bawang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terbentuknya hamparan rawa di daerah sepanjang aliran sungai sebelah
hulu yang mengindikasikan adanya sistem drainase alam yang kurang baik
secara permanen.

Ketersediaan air yang paling rendah di Kabupaten Tulang Bawang terjadi


pada bulan Juli dan Agustus sehingga pada bulan-bulan tersebut pada
umumnya terjadi kekeringan khususnya di wilayah pantai. Hal ini ditandai
dengan ketersediaan hujan yang relatif rendah (75 mm/bulan) dan lama
hari tidak hujan mencapai 16 hari (rerata). Kondisi ini mempengaruhi
kualitas air setempat terutama pada kualitas air sungai yang ditandai
dengan adanya intrusi air laut yang semakin ke hulu. Hal ini akan
berpengaruh terhadap situasi dan kondisi peri kehidupan masyarakat dan
tata kehidupan flora dan fauna.

BAB II - 29
Tabel 2.5.
Keadaan Cuaca Bulanan Kabupaten Tulang Bawang

Temperatur Kelembaban Curah


No Bulan
Udara Hujan
Min (°C) Max (°C)
1. Januari 23.4 31.3 82.05 200.7

2. Februari 23.5 32.1 80.90 291.8

3. Maret 24 33.2 79.55 281


4. April 23.8 32.2 84.00 354
5. Mei 23.7 32.6 79.77 225.3
6. Juni - - - -
7. Juli 22.6 31.6 80.52 205.3
8. Agustus 22 33.4 77.60 249.6
9. September 22.6 34.8 68.10 138.5
10. Oktober 23.7 34.3 77.70 106
11. November - - - -
12. Desember - - - -

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tulang Bawang

iv. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kabupaten Tulang Bawang dengan bentang alam yang bervariasi,


dibagi menjadi beberapa kawasan rawan bencana alam, yang
meliputi :
a. kawasan rawan banjir;
b. kawasan rawan puting beliung;
c. kawasan rawan longsor; dan
d. kawasan rawan abrasi.

Kawasan rawan banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang


diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana
alam banjir. Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah hilir dari sungai
Way Tulang Bawang, dimana pada saat musim hujan debit air meningkat
sehingga tidak tertampung dan menggenangi sebagian daerah di

BAB II - 30
sekitar sungai yang memiliki daya resapan yang sangat minim, selain itu
sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan juga berpotensi
menyebabkan banjir. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Tulang
Bawang, meliputi :

a. Kecamatan Menggala;
b. Kecamatan Menggala Timur;
c. Kecamatan Gedung Aji;
d. Kecamatan Gedung Aji Baru;
e. Kecamatan Gedung Meneng;
f. Kecamatan Rawajitu Timur;
g. Kecamatan Rawajitu Selatan;
h. Kecamatan Dente Teladas; dan
i. Kecamatan Rawa Pitu.

Kawasan rawan puting beliung meliputi :


a. Kecamatan Banjar Margo;
b. Kecamatan Banjar Agung;
c. Kecamatan Dente Teladas; dan
d. Kecamatan Menggala.

Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan


berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.

Kawasan rawan longsor di Kabupaten Tulang Bawang terdapat


dibeberapa kecamatan diantaranya :
a. Kecamatan Menggala;
b. Kecamatan Menggala Timur;
c. Kecamatan Gedung Aji;
d. Kecamatan Gedung Aji Baru;
e. Kecamatan Gedung Meneng;
f. Kecamatan Rawajitu Timur;
g. Kecamatan Rawajitu Selatan;

BAB II - 31
h. Kecamatan Dente Teladas; dan
i. Kecamatan Rawa Pitu.

Kawasan rawan abrasi meliputi :


a. Kecamatan Dente Teladas, dan
b. Kecamatan Rawajitu Timur.

v. Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Bagian ini menguraikan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Kabupaten


Tulang Bawang terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya. Isu-
isu strategis ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok
yang dihadapi, pemanfaatan potensi dan masalah keberlangsungan
(sustainability) pembangunan khususnya infrastruktur bidang cipta karya di
Kabupaten Tulang Bawang.

A. ASPEK PEKERJAAN UMUM

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam bidang pekerjaan umum,


serta langkah antisipatif yang perlu dilakukan adalah :

1. Terbatasnya kemampuan dana pemerintah daerah bagi


pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur daerah;

2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur jalan dan


jembatan, hal ini disebabkan panjangnya ruas jalan yang harus
dikelola serta jumlah jembatan yang cukup banyak, kurang sebanding
dengan alokasi anggaran yang dipergunakan untuk pembangunan
dan pemeliharaan jalan, serta jembatan. Selain itu juga ditunjang
kurang tertibnya pengguna jalan untuk mematuhi tonase yang telah
ditentukan, sehingga perlu penertiban bagi pengguna jalan yang
melanggar tonase (kelebihan muatan) agar kondisi jalan tetap terjaga.

3. Rusaknya daerah tangkapan air (catchman area) pada kawasan


hutan di daerah hulu sungai, sehingga ketersediaan air semakin
berkurang tergantung pada musim hujan, sehingga perlu upaya

BAB II - 32
melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah kab./kota lainnya untuk memelihara daerah
tangkapan air untuk menjamin ketersediaan air bagi kebutuhan irigasi.

4. Tingkat disiplin masyarakat petani pemakai air belum maksimal dalam


melaksanakan Rencana Pola Tanam dan Tata Tanam yang telah
ditetapkan sehingga banyak terjadi tanam padi diluar jadwal (Gadu
nekad) dan pengambilan air secara ilegal, sehingga perlu
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengikuti pola tanam dan
tata tanam yang telah ditentukan agar tidak menimbulkan kerugian
bagi masyarakat lain.

5. Tidak adanya alat berat seperti backhoe atau excavator untuk


penanganan pembersihan sedimentasi pada saluran induk serta untuk
penanganan darurat, sehingga perlu adanya pengadaan alat berat
untuk mempermudah pemeliharaan jaringan irigasi.

B. ASPEK PERUMAHAN

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam bidang perumahan, serta


langkah antisipatif yang perlu dilakukan adalah :

1. Masih banyak fasilitas perumahan pemukiman yang memerlukan


perbaikan atau peningkatan kualitas, untuk itu diadakan kegiatan
untuk perbaikan fasilitas perumahan seperti jalan lingkungan, drainase
dan fasilitas lainnya.

2. Masih adanya budaya masyarakat yang menggunakan air sungai


untuk keperluan MCK, untuk itu perlu meningkatkan pembinaan dan
pemahaman kepada masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat,
serta peningkatan pemahaman tentang lingkungan perumahan dan
permukiman yang sehat.

BAB II - 33
C. ASPEK PENATAAN RUANG
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang
penataan ruang, antara lain sebagai berikut:

1. Masih kurang sadarnya masyarakat akan pembuatan IMB, untuk itu


telah dilakukan beberapa sosialisasi mengenai perda IMB terbaru.

2. Masih kurangnya penataan ruang terbuka hijau, untuk itu diperlukan


masterplan untuk penataan ruang terbuka hijau.

D. ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

Beberapa permasalahan yang dihadapi di bidang lingkungan hidup,


antara lain sebagai berikut:

1. Armada pengangkut sampah kurang memadai untuk mengangkut


volume sampah yang ada, untuk itu diperlukan penambahan
beberapa armada pengangkut sampah untuk mengurangi volume
sampah yang menumpuk. Selain itu perlu adanya teknologi
pengelolaan sampah yang efektif dan efisien guna mengurangi
penumpukan sampah.

2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga


lingkungan hidup, sehingga perlu peningkatan kesadaran masyarakat
melalui sosialisasi peraturan perundang-undangan lingkungan hidup,
serta peningkatan pemahaman pengelolaan lingkungan hidup yang
baik.

3. Adanya indikasi ancaman Krisis Air, Krisis Pangan dan Krisis Energi, serta
ancaman bencana akibat kondisi hidrologi.

4. Perusakan Hutan yang disebabkan oleh eksploitasi pada hutan


tanaman rakyat, tanpa mempertimbangkan aspek pelestarian
lingkungan.

5. Rendahnya kesadaran Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan


Hidup terutama efek dari limbah yang dihasilkan serta dampak negatif
yang dirasakan oleh masyarakat sekitar.

BAB II - 34

Anda mungkin juga menyukai