Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Banten adalah provinsi yang merupakan pemekaran dari


Provinsi Jawa Barat sejak tanggal 4 Oktober 2000. Provinsi Banten daerahnya
sebagai provinsi dan syarat objektif yaitu adanya Suber Daya Alam (SDA) dan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan hidup sebuah
Provinsi.Potensi yang dimiliki oleh Provinsi Banten adalah sumber daya alam (SDA)
yang cukup melimpah, khususnya potensi pertanian. Sektor pertanian merupakan salah
satu kegiatan basis bagi sebagian besar penduduk Provinsi Banten. Dalam struktur
perekonomian maupun komposisi penduduk menurut mata pencaharian terlihat bahwa
sektor pertanian merupakan salahsatu sektor yang masih dominan. Hal ini berarti bahwa
salah satu motor penggerak pertumbuhan wilayah yang utama masih mengandalkan
sektor ini.Menyangkut SDA, dijelaskan bahwa hasil pertanian berupa padi dan
palawijamemadai dan bisa menjadi surplus apabila diterapkan teknologi tepat guna.
Banten juga terdapat perkebunan karet, kelapa, cengkeh, lada, panilli,
melinjo (Banten daerahpenghasil emping yang penting), dan buah-buahan.
Perikanan laut juga sangat signifikan karena 75% daerah Banten dikelilingi laut.
SDA yang juga menjanjikanialah pertambangan, berupa tambang emas di Cikotok,
bijih besi di Cikurut, bahansemen di Anyer, belerang di Walantaka dan Padarincang,
bahan Mika di Bojong, intandi Cibaliung, batubara di Gunung Kencana, Gunung
Madur dan lain-lain.Selain itu, Banten juga memiliki aset pariwisata, pantai Anyer dan
Carita yang indah, cagar alam Ujung Kulon dan peninggalan sejarah dan kebudayaan
yang pernah mengalami kejayaan pada masa lalu. Dengan luas wilayah 9.662,92 km2,
Banten terhitung kecil sebagai sebuah provinsi dibandingkan dengan provinsi lain di
Indonesia. Karakteristik wilayah Banten yang strategis terletak di pintu masuk Jawa dari
arah Sumatera dan dekat dengan ibukota merupakan faktor yang mendukung
perkembangan pengelolaan SDA. Hal ini terkait dengan distribusi hasil SDA yang bisa
lebih cepat. Dengan demikian, Sumber Daya Alam yang tersedia wajib dijaga 
keberadaan dan kelestariannya selain untuk dioptimalkan pemanfaatanya. Hal ini tidak

1
lain demi mendukung pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pengelompokan SDA di Banten?
2. Bagaimana Pengelolaan SDA di Banten?
3. Bagaimana Pemanfaatan Konservasi SDA di Banten?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk Mengetahui Pengelompokan SDA di Banten?
2. Untuk Mengetahui Pengelolaan SDA di Banten?
3. Untuk Mengetahui Pemanfaatan Konservasi SDA di Banten?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengelompokan Sumber Daya Alam di Banten

Provinsi Banten dengan luas daratan 8.800,83 km2 menyimpan kekayaan dan
keanekaragaman sumber daya alam, antara lain keberadaan hutan produksi mengalami
peningkatan dari 53.533,60 ha pada tahun 2003 menjadi 72.295,47 ha hingga tahun 2004,
yang terdiri dari 42.537,55 ha hutan produksi tetap dan 29.757,92 ha hutan produksi
terbatas. Disamping itu, sumber daya lahan untuk pengembangan pertanian yang telah
dikembangkan terdiri dari 84.315,40 ha lahan persawahan teririgasi, 90.423,50 ha sawah
tadah hujan, serta 181.247,60 ha area perkebunan, dan belum termasuk lahan-lahan
pertanian yang diusahakan untuk budidaya palawija, hortikultura, sayuran dan buah-buahan.
Dan menurut Badan Pusat Statistika 2015 sumber daya alam di Banten dikelompokan
sebagai berikut: (Fadlulah dkk. 2018)

1. Pertanian
Potensi sektor pertanian terus dikembangkan. Namun pada tahun 2014,
produksi tanaman padi di Provinsi banten menurun dibandingkan tahun 2013 yaitu
dari sebelumnya 2.083.608 ton pada tahun 2013 menjadi 2.045.883 ton pada tahun
2014. Sementara itu, produksi tanaman palawija pada tahun 2014 masing-masing
adalah jagung sebesar 10.514 ton, kacang hijau sebesar 907 ton, ubi jalar sebesar
28.336 ton, ubi kayu sebesar 85.943 ton dan kacang kedelai sebesar 6.384 ton. Pada
tahun 2014 komoditi sayuran dan buah-buahan tahunan di Provinsi Banten
didominasi oleh pisang, mangga dan durian. Produksi pisang tahun 2014 sebesar
220.625 ton, mangga sebesar 49.089 ton dan durian sebesar 37.933 ton. Sedangkan
komoditi sayuran dan buahbuahan semusim didominasi oleh ketimun sebesar 21.995
ton, kacang panjang 16.976 ton dan kangkung sebesar 14.488 ton.

2. Perkebunan
Dari bidang Perkebunan terbagi menjadi 2 yaitu perkebunan rakyat dan
perkebunan besar. Perkebunan besar terdiri dari dua macam, yaitu perkebunan besar
milik Negara dan perkebunan besar milik swasta. Produksi tiga komoditi terbesar di

3
Provinsi Banten pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: kelapa dengan produksi
46.304,39 ton, kelapa sawit dengan produksi 29.274,46 ton dan karet dengan
produksinya mencapai 13.569,24 ton.

3. Peternakan
Dari bidang peternakan Populasi sapi di Provinsi Banten tahun 2014 mencapai
54.934 ekor, kerbau sebanyak 101.632 ekor dan kuda 170 ekor. Sedangkan populasi
ternak kecil di Provinsi Banten tahun 2014 adalah domba sebanyak 657.674 ekor,
babi 24.925 ekor, dan kambing 776.304 ekor. Sementara itu populasi unggas di
Provinsi Banten tahun 2014 yaitu ayam pedaging sebanyak 63.324.448 ekor, ayam
petelur 4.787.304 ekor, ayam buras 9.798.896 ekor dan itik sebanyak 2.043.189 ekor.

4. Perikanan
Total produksi perikanan tangkap selama tahun 2014 sebesar 59.538 ton,
dimana 59.102 ton atau 99,27 persen diantaranya dihasilkan dari perikanan tangkap di
laut. Selain itu, di Provinsi Banten juga terdapat 25.169 rumah tangga perikanan
budidaya, dengan total produksi sebesar 105.635 ton. Jumlah rumah tangga perikanan
budidaya terbesar terdapat di Kabupaten Lebak yaitu sebanyak 11.391 rumah tangga,
sementara untuk jumlah produksi terbesar dicapai oleh Kabupaten Serang yaitu
sebesar 68.355 ton.

5. Kehutanan
Produksi hasil hutan yang berupa kayu di Provinsi Banten pada tahun 2014
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu Kayu jati dan kayu rimba. Produksi kayu
rimba pada tahun 2014 sebesar 21.088 m3 , dengan nilai produksi 14,13 miliar rupiah
(meningkat dari tahun sebelumnya), sedangkan produksi kayu jati sebesar 8.725 m3
dengan nilai 19,01 miliar rupiah.

2.2 Pengelolaan Sumber Daya Alam di Banten

Banten merupakan wilayah yang sangat strategis mengingat letak daerahnya


berbatasan dengan ibu kota negara dan juga sebagai jembatan gerbang antara Jawa dan
Sumatera. Selain itu, juga merupakan wilayah yang sangat kaya, terutama kekayaan
alamnya. Ada beberapa sektor kekayaan Banten, di antaranya pertanian, perkebunan,

4
peternakan, kehutanan, dan perikanan. Total produksi perikanan tangkap selama tahun 2014
sebesar 59.538 ton, di mana 59.102 ton atau 99,27 persen di antaranya dihasilkan dari
perikanan tangkap di laut. Selain itu, di Provinsi Banten juga mempunyai 25.169 rumah
tangga perikanan budidaya, dengan total produksi sebesar 105.635 ton. Jumlah rumah
tangga perikanan budidaya terbesar terdapat di Kabupaten Lebak yaitu sebanyak 11.391
rumah tangga, sementara untuk jumlah produksi terbesar dicapai oleh Kabupaten Serang
yaitu sebesar 68.355 ton.Menurut Sulaiman dan Ridwan (2019, 71-73) Terdapat banyak
sekali jenis kekayaan perikanan dan kelautan di Banten yang sangat potensial, di antaranya
sebagai berikut.
 Rumput laut
 Kerang hijau
 Udang
 Kepiting
 Ikan hias
 Ikan bandeng
 Ikan nila
 Ikan mas
 Ikan lele

Dari kekayaan di atas dapat diolah menjadi produk olahan yang bernilai tinggi, misalnya
sate bandeng, dendeng ikan, dan sebagainya. Selain itu juga terdapat banyak bahan nonmigas
yang menjadi komoditi ekspor Banten di antaranya sebagai berikut.
 Alas kaki
 Bahan kimia organik
 Plastik dan barang olahannya
 Besi dan baja
 Mesin/pesawat mekanik
 Mesin/peralatan listrik
 Tembaga
 Karet dan barang olahannya
 Kertas dan karbon

5
Untuk produk lainnya selain perikanan, kelautan, dan kerajinan tangan prosesnya hampir
sama. Yang membedakan hanya semua proses produksi dan pengolahan produk dilakukan
oleh suatu instansi atau perusahaan yang tetap Pelabuhan Karangantu memiliki letak yang
strategis dalam jalur perdagangan internasional.

2.3 Pemanfaatan Konservasi SDA di Banten


Pemanfaatan sumber daya alam di Banten terbagi dua yaitu sebagai berikut
(Bambang, 2001)

1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati

 Tumbuhan
Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya:
• Bahan makanan: padi, jagung,gandum,tebu
• Bahan bangungan: kayu jati, kayu mahoni
• Bahan bakar (biosolar): kelapa sawit
• Obat: jahe, daun binahong, kina, mahkota dewa
• Pupuk kompos.

 Perkebunan dan Pertanian


Masyarakat Banten banyak sekali memanfaatkan karet sebagai bahan baku
ban, kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng, tembakau sebagai bahan
baku obat dan rokok, kapas sebagai bahan baku tekstil, kopi sebagai bahan
minuman, dan tebu sebagai bahan baku gula pasir.

 Hewan, peternakan, dan perikanan


Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat manusia, seperti
kerbau dan kuda atau sebagai sumber bahan pangan, seperti unggas dan sapi.

2. Sumber Daya Alam Nonhayati (Kepmen ESDM Nomor 716K/40/MEM/2003)

Sumber daya alam nonhayati seperti air dan tanah, air digunakan untuk
pengairan, bahan dasar industri minuman, penambangan, dan aset rekreasi untuk

6
meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Sedangkan tanah dimanfaatkan oleh
masyarakat Banten sebagai lahan untuk berkebun sehingga hasilnya dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat Banten.

Kawasan konservasi yang terdapat di Provinsi Banten seluas 437.543,14 Ha terdiri
kawasan konservasi seluas 127.892,3 Ha, Taman Nasional seluas 288.837 Ha, Taman
Hutan Raya seluas 3.026 Ha, Hutan Lindung seluas 9.471,39 Ha, Cagar Alam seluas 4.230
Ha dan Taman Wisata seluas 4.086,3 Ha. Berdasarkan tugas dan fungsi institusi pengelola,
jenis pengelolaan hutan dan kebun terdiri dari Perum Perhutani mengelola kawasan hutan
produksi, hutan lindung dan hutan wisata, Taman Nasional Gunung Halimun mengelola
kawasan hutan konservasi Gunung Halimun, Taman Nasional Ujung Kulon mengelola
Kawasan hutan konservasi dan taman Wisata Laut Ujung Kulon, Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat I Sub Seksi Serang mengelola Cagar Alam dan Taman
Wisata Alam.
Disamping itu terdapat beberapa institusi lain yang menangani kegiatan pembangunan
kehutanan dan perkebunan di Provinsi Banten yaitu Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (BP DAS) Citarum Ciliwung, Balai Sertifikasi dan Pengujian Hasil Hutan (BSPHH)
Wilayah VII, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, Perusahaan
Terbatas Perkebunan Negara (PTPN) VIII, Perkebunan Swasta (PBS) dan Instansi Daerah
Otonom berupa dinas teknis yang menangani pembangunan kehutanan dan perkebunan
(Bappeda Provinsi Banten, 2007). 1) Kawasan Konservasi Dilihat dari luasnya, hutan di
Provinsi Banten sebagian besar berada dalam kawasan konservasi, seperti Taman Nasional
Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Halimun, Cagar Alam Rawa Danau, Cagar Alam
Tukung Gede, Cagar Alam Pulau Dua, Taman Wisata Alam Carita, Taman Wisata Alam
Pulau Sangiang, dan Taman Wisata Alam Laut Sangiang. Dengan adanya usaha konservasi
hutan di Provinsi Banten ini diharapkan perlindungan flora dan fauna yang ada di dalamnya
semakin membaik, sehingga keanekaragaman hayati di daerah tersebut tidak menurun.
Gambaran kondisi hutan di kawasan konservasi diuraikan berikut ini:

a. Taman Nasional Ujung Kulon


Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu dari enam taman nasional
di dunia yang telah ditetapkan UNESCO sejak tahun 1992 sebagai warisan alam
dunia. Taman Nasional ini memiliki luas keseluruhan 122.956 hektar yang terdiri atas

7
78.619 hektar daratan dan 44.337 hektar perairan, terdapat kenaikan sebesar 2.405 Ha
di luas daratan. Secara geografis kawasan ini terletak di 102o02’32” - 105o37’37” BT
dan 06o30’43” - 06o52’17” LS dan berada pada 2 kecamatan, yaitu Kec. Sumur dan
Kec. Cimanggu yang terbagi atas 6 zone. Permasalahan utama yang terjadi di Taman
Nasional Ujung Kulon adalah meningkatnya kegiatan-kegiatan yang merusak
sumberdaya hutan seperti penebangan, perambahan, dan pencurian yang dilakukan
oleh penduduk.
b. Taman Nasional Gunung
Halimun Taman Nasional Gunung Halimun yang berada di Provinsi Banten
meliputi Kecamatan Cipanas, Muncang, dan Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 175/Kpts-II/2003 tanggal
10 Juni 2003. tentang Perluasan Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun
(TNGH), arealnya bertambah yakni meliputi area sekitar Gunung Salak. Luas area
Taman Nasional Gunung Halimun di wilayah Kabupaten Lebak adalah seluas 42.925
Ha. Pertambahan penduduk di daerah sekitar taman nasional diperkirakan menjadi
penyebab meningkatnya gangguangangguan terhadap hutan. Berdasarkan data Taman
Nasional Gunung Halimun, telah terjadi perambahan di taman nasional ini seluas 520
hektar menjadi lahan pertanian. Permasalahan yang terjadi dalam Taman Nasional ini
adalah belum ditegakkannya peraturan tentang pengambilan sumberdaya alam di
kawasan konservasi menyebabkan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut tidak
terkendali. Adanya perusahaan yang bergerak di bidang air minum kemasan yang
mengambil air dari mata air di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Gunung
Halimun menyebabkan masyarakat di sekitar kawasan kekurangan air. Kurang
disosialisasikannya batas-batas kawasan konservasi menyebabkan terjadinya konflik
kepemilikan lahan antara masyarakat dan pengelola kawasan konservasi. Di antara
penduduk lokal sendiri masih banyak yang belum mengetahui bahwa daerahnya telah
dijadikan kawasan taman nasional.
c. Cagar Alam Rawa Danau
Cagar Alam Rawa Danau ditetapkan berdasarkan GB (Besluit van den
Gouverneur-Generaal) tanggal 16 November 1921 No. 60 Staasblad 683. Cagar alam
ini berada di Kecamatan Mancak, Padarincang, dan Pabuaran Kabupaten Serang
dengan luas mencapai 2.500 Ha. Ekosistem Rawa danau termasuk hutan rawa
pegunungan. Berdasarkan data BKSDA Jawa Barat, Cagar Alam Rawa Danau juga
mengalami gangguan berupa perambahan hutan seluas 416,75 Ha yang tersebar di

8
Blok Rancakabeuleum (67,5 ha), Blok Kukulungbaru (37,25ha), Blok Kalong (63 ha),
Blok Cimanuk (75 ha), Blok Pojok (45 ha), Blok Cilowok (46,5 ha), Blok Gayam
(37,5 ha), Blok Cikoneng (30 ha), dan Blok Cukang (15 ha). Selain itu gangguan di
Cagar Alam Rawa Danau berupa pembangunan enklave seluas 262,5 Ha yang
tersebar di Blok Koloberan (35 ha), Blok Jampari (350 ha), Blok Kampung Baru (24
ha), Blok Cikadu (10 ha), Blok Cikuray (19,25 ha), Blok Ciherang (10,75 ha), Blok
Sukatani (31 ha), Blok Kampung Seklak (5 ha), dan Blok Cisalak (40 ha). Permasalah
lainnya adalah sedimentasi akibat erosi dan sedimentasi yang dibawa oleh sungai-
sungai yang bermuara di Sungai Cidanau dan tumbuh suburnya gulma akibat
penggunaan pupuk yang berlebihan oleh masyarakat sekitar kawasan cagar alam.
d. Cagar Alam Tukung Gede
Cagar Alam Tukung Gede ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 294/Kpts/Um/6/1979 dengan luas 1.700 Ha. Lokasinya memanjang dari
Kecamatan Anyer, Cinangka, Mancak, sampai dengan Pabuaran.
e. Cagar Alam Pulau Dua
Cagar alam ini ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal GB
No. 21 Stbl 49 pada tanggal 30 Juli 1937 dengan luas 8 Ha dan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 253/Kpts/II/1984 luasnya menjadi 30 Ha. Cagar
alam ini berlokasi di Desa Sawah Luhur Kecamatan Kasemen. Cagar Alam Pulau Dua
ini merupakan ekosistem hutan pantai yang terdiri dari hutan mangrove.
f. Taman Wisata Alam
Taman Wisata Alam (TWA) di Provinsi Banten terdiri dari Taman Wisata
Alam Darat dan Taman Wisata Alam Perairan Laut. Luas Taman Wisata Alam darat
di Pulau Sangiang adalah 528 Ha sementara Carita seluas 95 Ha. Sedangkan luas
Taman Wisata Alam Perairan Laut adalah sebesar 720 Ha di Pulau Sangiang. 2)
Hutan Produksi dan Lindung Hutan produksi adalah hutan milik negara yang
pengelolaannya diserahkan kepada PT. Perhutani. Hutan produksi milik PT. Perhutani
di Provinsi Banten di bawah pengelolaan KPH Banten berdasarkan data BPS tahun
2011 adalah seluas 72.292,58 ha. Hutan-hutan tersebut dibawah pengelolaan BKPH
(Balai Kesatuan Pemangku Hutan) Serang (4.154,14 ha), Pandeglang (7.368,36 ha),
Sobang (11.538,57 ha), Cikeusik (13.753,42 ha), Rangkasbitung (7.052,71 ha),
Gunung Kencana (8.984,44 ha), Malingping (11.367,32 ha), Bayah (5.047,10 ha) dan
KHDTK Carita (3.026,520 ha). Dalam rangka revisi RTRW Provinsi Banten,
diusulkan perubahan fungsi dari Hutan Produksi menjadi Hutan Lindung.

9
Pengurangan luas kawasan hutan produksi tersebut adalah sebesar 14.201,82 Ha
(Data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten tahun 2012). Potensi kayu di
Provinsi Banten cukup besar dan hal ini merupakan potensi ekonomi yang dapat
memberikan sumbangan yang berarti terhadap pendapatan daerah Provinsi Banten
sehingga pengelolaan (pemeliharaan dan reboisasi) hutan perlu dilakukan dengan baik
dan komprehensif. Selain memiliki hutan produksi, PT. Perhutani juga memiliki hutan
lindung seluas 9.471,39 ha yang tersebar di beberapa wilayah di Provinsi Banten di
bawah pengelolaan BKPH Serang (726,64 ha), Pandeglang (2.715,30 ha),
Rangkasbitung (380,41 ha), Malingping (3.434,40 ha), Bayah (622,79 ha), dan
Tangerang (1.591,85 ha). Hutan lindung juga terdapat di daerah Ciomas dan Pabuaran
(hutan lindung Paraksak), Kramatwatu (hutan lindung Pinang), dan di Bojonegara
(hutan lindung Santri).

10
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Provinsi Banten dengan luas daratan 8.800,83 km2 menyimpan kekayaan dan
keanekaragaman sumber daya alam, antara lain keberadaan hutan produksi mengalami
peningkatan dari 53.533,60 ha pada tahun 2003 menjadi 72.295,47 ha hingga tahun 2004,
yang terdiri dari 42.537,55 ha hutan produksi tetap dan 29.757,92 ha hutan produksi
terbatas. Disamping itu, sumber daya lahan untuk pengembangan pertanian yang telah
dikembangkan terdiri dari 84.315,40 ha lahan persawahan teririgasi, 90.423,50 ha sawah
tadah hujan, serta 181.247,60 ha area perkebunan, dan belum termasuk lahan-lahan
pertanian yang diusahakan untuk budidaya palawija, hortikultura, sayuran dan buah-
buahan. potensi yang dimiliki oleh Provinsi Banten adalah sumber daya alam (SDA) yang
cukup melimpah, khususnya potensi pertanian. Sektor pertanian merupakan salahsatu
kegiatan basis bagi sebagian besar penduduk Provinsi Banten. Dalam struktur
pereko.nomian maupun komposisi penduduk menurut mata pencaharian terlihat bahwa
sektor pertanian merupakan salahsatu sektor yang masih dominan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari Artikel djkn.kemenkeu.go.id. Sumber Daya Alam Provinsi Banten dan

Kecamatan. Pada tanggal 26 September 2019.

Fadlulah,. Utami E,. Fitrullah, Ilmiah, W. 2018. Kaki Langit Bumi Surosoan Banten Dalam

Cakrawala Dunia. Serang: Untirta Press.

Lampiran Kepmen ESDM Nomor 716K/40/MEM/2003.

Sugiharto, B., Raka, G. 2001. Banten, Membagun Provinsi Banten dengan Bertumpu pada

Potensi Insani dan Kekuatan Budaya Masyarakat.

Sulaiman, F., Ridwan, A. 2019. StudiKebantenan. Serang: Untirta Press.

12

Anda mungkin juga menyukai